Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi 1996
PENGARUH PENAMBAHAN GUGUS FUNGSIONAL TERHADAP STRUKTUR DAN SWAT ANTARMUKA POLIURETAN TERSEGMENTASI1
ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN GUGUS FUNGSIONAL TERHADAP STRUKTUR DAN SIFAT ANTARMUKA POLIURET AN TERSEGMENT ASI. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penganlh penambahan gugus fungsional terhadap struktur mikrofasa dan sifat antannuka poliuretan tersegmentasi (SPU) serta mempelajari hubungan antara keduanya. Untuk itu telah disintesa satu seri SPU yang memiliki gugus fungsional karboksil (COOH) pada bagian segmen keras (HS). Hubungan antara struktur mikrofasa dan sifat antannuka serta daya rekatnya telah dikarakterisasi dengan peralatan analisis tennaI, difaksi sinar x,analisis mekanik dinamis. sudut kontak. spektroskopi elektron untuk analisis kimia (ESCA), dan uji tarik. Penambahan gugus COOH ke dalam HS, membuat rasa yang dibentuk oleh segmenkeras dan segmen lunak SPU menjadi lebih bercampur. Pada cast film SPU gugus COOH cenderung lebih banyak ditemui pada bagian antannuka dengan SPU/PET (polietilen terefta1at) dari pada SPU/udara. Hal ini diperkirakan karena perbedaan hidrofilisitas PET dan udal"&. Disamping itu, semakin bercampumya rasa membuat gerakan molekul SPU makin leluasa dan mendorong gugus COOH untuk lebih terkumpul pada bagian antannuka SPU/PET. Dengan pe~bahan gugus COOH pada HS daya rekat (T -peel) SPU juga meningkat sampai 4 kali.
ABSTRACT EFFECT OF INCORPORATION OF FUNCTIONAL GROUPS ON INTERFACIAL PROPERTIES AND STRUCTURE OF SEGMENTED POLYURETHANE. The aim of this study is to clearify the effect ofincolpOration offunctional groups on interfacial properties and structure of segmentedpolyurethane (SPU) and their relationships. A series of SPU having carboxyl (COOH) groups in the hard segment (HS), wer~ synthesized. Relationships between microphase separation structure, interfacial, and adhesive properties were characterized by thennal analysis, X-ray diffi"action, dynamic mechanical analysis, contact angle, electron spectroscopy for chemical analysis (ESCA), and T -peel testmeasurements. Incorporation ofCOOH groups into HS leads SPU to have a more phasemixing structure between hard and soft segments. The COOH groups prefer to localize onto the SPU/PET(polyethylene terephthalate) interface than onto the SPU/air. This is considered to be due to hydrophilic difference between PET and air. In addition, phase mixing brought the high molecular motion ofSPU, which stimulate the more localization ofCOOH groups onto the PET interface. The T -peel strength of SPU also increasedup to ca. 4 times by incorporation of COOH groups into the HS.
PENDAHULUAN Poliuretan tersegmentasi(segmentedpolyurethane, SPU) banyak digunakan dalam berbagai bidang aplikasi seperti bahan peralatan medis, perekat dan elastomer termoplastik. Aplikasi SPUsangatluas karena mempunyai struktur yang unik yakni pemisahanmikrofasa (microphase separation structure) [1]. Peninjauanpadajenis aplikasi SPU, terutarna peralatan medis dan perekat, sifat antarmuka SPU, yakni bagian yang bersinggungart dengan benda/bahan lain, menjadi sangat penting. Hal ini karena interaksi yang terjadi pada bagian antarmuka tersebutsangatmenentukansifat bahan. Oleh karena itu, untuk mengontrolkeseluruhansifat SPU,perlu kejelasanhubunganantara struktur mikrofasa yang unik di bulk dengan sifat antarmukanya.
Telah banyak diketahui bahwa struktur mikrofasa SPU bergantung pada berbagai faktor seperti:rumusdan berat molekul segmen lunak (soft segment)(SS) [2], rumus molekul segmen kerns (hard segment) (HS) [3], komposisi SS/HS [4-6], dan perlakuan panas atau pelarut sewaktu pembuatansam;pel[7]. Tetapipengarohstruktur tersebutterhadapsifat antarmukaSPU masihbelumjelas. Sebelum ini, pengaroh kadar HS atau komposisiHS/SS terhadapstruktur mikrofasa daDsifat permukaanSPUtelah dipelajari [4,5]. Yang dimaksud permukaan di sini adalah bagian SPUyang bersinggungandenganudara atau antarmuka SPU/udara. Data dari pengukurandengan alat spektroskopic:lektron untuk analisis kimia (ESCA) menwljukkan bahwa permukaanSPU didominasi oleh SS, untuk semuajenis komposisi. Kecendc:rungan berkumpulnyaSSpactabagianpermukaanSPU
I Dipresentasikan pada Seminar llmiah PPSM 1996 2 Pusat Penelitian Sains Materi (pPSM), BAT AN, Serpong 3Dept. Chemical Sci. and Eog., Fac. ofEngioeering, Kobe University, Japan
255
i 1
juga telah dilaporkan sebelumnya [8). Kenyataan ini menghantarkan ke asumsi bahwa sifat permukaan SPU didominasi oleh sifat SS-nya. Di sisi lain, kepolaran ikatan uretanpada HS semestinyadapat memberikan komponen polaritas yang tinggi dari energi bebaspermukaan. Tetapi, data menunjukkan bahwaHS tersebardipermukandenganjwn1ah yang relatif sedikit. Oleh karena itu, komponen polaritas dari energi bebas permukaanSPU hampir tidak bergantungpada kadarHS. Berbagai strategi telah dicoba untuk memodifikasisifat antarmukaSPU. Salah satu metode yang sering digunakan adalah menambahkan gugus fungsional [9,10). Tetapi dalam hal ini, jenis, besar kadar, daD cara menambahkangugus fungsional tersebut tidak hanya mempengaruhi sifat antarmuka SPU tetapi juga sifat keseluruhan(bulk)-nya. Oleh karenaitu perlu adanyapenelitian khusus tentang pengaruh penambahan gugus fungsional tersebut terhadap sifat antarmuka dan bulk SPU. Tujuan dari penelitian ini adalah, menjelaskan pengaruh penambahan gugus fungsional terhadap struktur mikrofasa dan sifat antarmuka SPU serta mempelajari hubunganantarakeduanya. Di sini, karboksil (COOH) dipilih sebagai contoh gugus fungsional. COOH tersebut dimasukkan ke dalam segmenkeras SPU dari jenis polieter. Keberadaan COOH pada HS dimungkinkan mengubah struktur mikrofasa bulk sekaligus mengubah sifat antarmuka SPU. Pengaruh kadar COOH (COOH content) terhadap struktur mikrofasa diuji dengan peralatan calorirnetri sapuandiferensial (DSC), difraksi sinar-X (XRD~,dan analisis mekanik dinamis (DMA). Sedangkan sifat antarmuka SPU diteliti dengan pengukuran sudut kontak dan ESCA. Daya rekat SPU bergugusfungsional COOH tersebutjuga diuji denganpengukuran kekuatanpeeling (peel strength).
dikeringkan dalam vakum pada suhu 60 °C masing-masing selama 12 dan 4 jam. Sedangkan DMP A dan MOl digufiakan langsung tanpa perlakuan khusus. Sebagai pelarut digunakan N,N'-dimethyl fonnamide (DMF, p.a., NecaieiCo.)yang telah didistilasi. Sintesa polimer SPUyang digunakan dalam penelitian ini dibuat denganmetode polimerisasi dua tahap, sepertiditunjukkanGambarI. PPG
MDI
OC~~NCO
HO-t1H.cHr°'i1l CHJ~
aD
r
DMPA
110-;CIlIq-OIi-"'1
IIOtCHliCHJoCHITOIl
~
COO"
tc.'to
--0.,.-0-.,
~..,',1
'""'f~
..Ii,
,
I
Scam..k.ru I/iS/
I
Seam..IUR&k (SS)
Gambar 1 : Tahapansintesapolimer poliuretantersegmentasi (SPU). Pada tahap pertarna,PPG dan MDI (NCO / OH> 1) direaksikanpada suhu65°C, selama4 jam daIam suasananitrogen. Hasil reaksi ini adaIah prepolimer dengan gugus isocianate (NCO) pada kedua ujungnya. Pada tahap kedua, sejumlah BD dan I atau DMPA ditambahkan sehingga dicapai perbandingan stokhiometriNCO I OH = 1. Pada tahap ini ditambahkan pula DMF sebagai pelarut. Reaksi dilakukan pada suhu 50°C selama 4 jam, kemudian dibiarkan selama satu malam pada suhu kamar. Reaktan kemudian dimurnikan dengan pengendapankedaJamair bebas mineral, diikuti dengan pengeringan dalam kondisi vakum pada suhu 70°C sekurangnya24 jam. Satu seri SPU dengan kadar COOH bervariasitelah disintesadengan menvariasikanperbandinganBD dan DMPA sepertiditunjukkan Tabel I.
CARAKER.fA Bahan
Polipropilen glikol (pPG, p.a., Mitsui Toatsu Kagaku Co., Mn = 1000), Butandiol (BD, p.a., Wako Co), asam dimetil propiona (DMPA, Trimet Technical Products, Inc. (USA», dan 4,4' -diphenylmethandiisocyanate (MDI, p.a., Mitsui Toatsu Kagaku Co.) telall digunakan sebagai monomer. Sebelum digunakan, PPG dan BD lebih dulu
256
Tabel 1: Komposisimonomerdan kadar COOH padaSPU. Kumpusisl ( "/. mull MDI
50 50 50 50 50
PPG
7.5 7.5 7.5 7.5 7.5
Kadar
BD
DMPA
COOH
("Ie mol)
42.5
0
0
35.5
5
5
32.5 27.5 22.5
10
10
15
15
20
20
Kadar selmon keras (HS)
("/. berut)
68.5 68.8 69.1 69.4 69.6
Adapun kadar HS untuk semua SPU tersebutadalah 68 % berat. Di sini untuk memudahkan,kadar COOH ditentukan sarna dengan kadar monomer DMPA. Komposisi kimia SPU basil reaksi selanjutnyadianalisis dengan alat analisis elemental (Sumika Chemical Analysis Service, Swnigraph NCH21). Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi kimia SPU basil sintesa hampir sarnadengankomposisiperhitungan awalnya. Kadar COOHjuga dikonfirrnasi dengan titrasi asarn-basa. Cuplikan dibuat dengan meng-castlarutan SPU dalam DMF (5 % berat) diatas film dari polietilen tereftalat (PET). Cuplikan dikeringkan dalam vakurn selarna48 jam pada suhu 100°C. Pada kondisi ini pelarut dapat diuapkan sempumaberdasarkanbasil analisis dengan termalgravimeteri. Tebal cuplikan dibuat sekitar0.2 rom.
Karakterisasipolimer DSC (Daini Seikosha SSC-560S) digunakan Wltuk memperoleh data suhu transisi gelas (Tg) dan titik lebur (Tm). Cuplikan dengan berat 20 mg dimasukkanke dalam wadah daTialuminium dan didinginkan dengancepatdaTi suhu kamar sampai -100°C, kemudian dipanaskan sampai terdegradasi dengankecepatanpemanasan10°C/menit. Pengukuran XRD dilakukan dengan defraktometer(Rigaku Denki, RAD-B System) menggunakansumber radiasi CuKa. difilter dengan Ni dan kecepatansapuan 0.5°/menit padasuhukamar. Sifat viskoelastis dinarnis diukur dengan DMA (ITK Co., DVA-200). Cuplikan (5x20xG.2 (run) diuji dengan mode tarikan (stretching mQde)menggunakanfrekwensi 10 Hz, pada suhu -100 sampai 230°C dan kecepatanpemanasan6 °C/menit. Pengukuransudutkontakdilakukan dengan meneteskan air yang Lelah didistilasi dan metilen yodida (CH2Iv pada pennukaanSPU. Sudut kontak pada bagian antar muka SPU/PETdiuhur segerasetelah cuplikan SPU dipisahkan dari PET sebagai dasar saat pembuatanfilm (casting). Pengukuransudut kontak gelembWlg udara di dalam air juga Lelah diukur menggunakan metode kontak statis seperti yang Lelah dijelaskan dalam publikasi sebelumnya[II]. Cuplikan lebih dulu dicelupkan kedalam air bersuhu 40 °C selama 2 jam Wltuk menyeimbangkan perubahanstruktur pennukaan. Energi bebas
pennukaanSPU di udara dan di air dihitung daTi basil pengukuran sudut kontak tersebut menggunakanpersamaanyang dius~m oleh Owensill. [12]. ESCA (Kratos XSAM-800) telah digunakan untuk menganalisisstruktur kimia padabagian antarmuka SPU. MgKa. digunakan sebagai sumberradiasi,dan dioperasikanpada 12.5 kV, 12mA. Ruangpengukuranbertekanankurang dari lxl0-6 Fa. Puncak ganda yang saling tumpang tindih dipisahkan dengan penlamaan Gaussian. Daya rekat (T-peel strength) SPU diuji denganalai uji tarik. Cuplikan dibuat dengan melekatkandua lembar aluminium (AI) dengan SPU menggunakanalai melt press dengan suhu penekananbervariasipada tekanan tetap 5 Mpa selama5 menit. Setelahdipres cuplikan didinginkan pelan-pelandan disimpan dalam desikator selama 3 hari. Tebal SPU pada masing-masing cuplikan adalah 0.3 mm. Cuplikan dengan lebar 25 mm ditarik membentukhuruf T (T -pee/)dengankecepatan tarik 50 mm/menit pada suhu kamar. Pengukurandilakukan sebanyak6 sampai 10 kali. BASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2 menunjukkan termogram DSC dari SPU denganberbagaikadar COOH. SPU dengankadar COOH sampaidengan10 % mol memiliki puncak endoterm yang dapat diidentifikasikan sebagaiperistiwa peleburan. SedangkanSPUdengankadar COOH diatas10 % mol tidak memiliki puncak endoterm. Disamping itu dengan meningkatnya kadar COOH, puncak endoterm semakin bergeser kearah suhuyang lebih rendah daD ukurannya semakin kecil. Hal ini menunjukkanbahwa
257
:)
penambahanCOOH telah menunmkan dan akhirnya menghilangkankekristalanSPU. Gambar 2 juga menunjukkan perubahan transisigelas (Tg), denganbertambahnyakadar COOH. Harga Tg SPU naik dengan bel1ambahnyakadar COOH. Fenomcna ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kadar COOH, terjadi peningkatanpercampuran rasa antara HS dan SS. Basil yang serupa dengan ini juga telah dilaporkan sebelumya untuk gugus fungsional asam sulfonat [10]. Perubahan kristalinitas akibat penambahan gugus fungsional dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik SPU juga telah dibuktikan dengan XRD dan DMA [13]. Sebagai tambahan, dari basil analisis DMA tampak bahwa mobilitas molekul pacta suhu tinggi menigkatdenganbertambahnyakadar COOH. Selanjutnya, telah dilakukan pengukuran dan analisis pengaruhpenambahanCOOH dan pcrubahanyang tcrjadi pactahulk SPU tcrscbut tcrhadap sifat pcmlllka.ul dan antannuka SPU.
bertambahnyakadar COOH. Kecenderungan yang keduaini tampak terutamasebagaiakibat meningkatnya komponen polar dan hampir konstannya komponen dispersi dari energi bebastersebut. Terjadinya perbedaanenergi bcbas pada permukaan dan antarmuka kemuogkinan karena perbedaan hidrofilisitas antara PET dan udara. PET relatif lebih bersifat hidrofilik sehinggaada kecenderungan gugus coon lebih mengumpul pada bagian antarmukaSPU/PET. Untuk membuktikan hipotesa ini, selanjutnyadianalisis energi bebaspermukaan SPU di dalam air. lnteraksi antara air dan bagianpolar SPU memungkinkan reorganisasi gugus coon pada permukaan [9]. Basil pengukuranenergi bebaspermukaandi dalam air tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4. Dengan meningkatnya kadar coon, komponen dispersi tidak berubah, sedang komponcnpolar mcningkat. Akibatnya. total cllcrgi pcmlukwllI pun mcllingkat dcngan bcrtmllbahllY,lkadar COOH. Hasil ini jelas.iclnli
5\: ~
~
11lCIIIII\illkkllll
bllhwll.
tC11I11
Icrjlldi
rcorgalusasi struktur pada pcmlukaan dan guguscoon terkumpulpadapermukaanSPU.
~Ol """""""0"""""""0""""""'0"""""..,.
c
"
~
301
~
20
= c ~
Di.p.:
B
] '0" .. .. c
~
10
polar 0 ' 0
..I S
J 10
IS
20
Kadar COOH ( % mol)
Gambar 3 : .Hubungan antara kadar COOH dengan energi bebas pennukaan (SPU/udara)dan antarmuka. Gambar 3 menunjukkan hubungan antara kadar COOH dan energi bebas permukaan (SPU/udara) dan antarmuka (SPU/PET). Komponen energi bebas pennukaan untuk bagian SPU/udara ditunjukkan dengan garis putus-putus, sendangkan untuk bagian SPU/PET ditunjukkan dengan garis tebal. Dengan bertambahnya kadar COOH, komponenpolar dan dispersidari energi bebas permukaan bagian SPU/udara mengalami perubahan, tetapi jumlah totalnya hampir konstan. Sementarajumlah total energi bebas permukaan SPU/PET meningkat dengan
258
Gambar 4 : Hubungan antara kadar COOH dengan energi bebas pennukaan SPUdi daIamair. Selanjutnya, untuk menjelaskan fenomena ini secara kuantitatif, struktur kimia permukaan dan antannuka SPU dianalisis dengan alat ESCA. Persentase gugus COOH pada permukaan dan antannuka dihitung dan dibandingkan dengan harga perhitungan yang didasarkan pada komposisi monomer saat sintesa (harga toori). Persentase COOH tersebut dihitung berdasarkan selisih prosentase atom nitrogen dengan karbon yang berikatan
ganda dcngan oksigcn (C=O). Cara ini dapat dilakukan kllrcna alom nilrogcn hanya lcrdilpal pacta ikatan uretan, semenwa C=O lerdapat pacta ikatan urctan dan gugus COOH. 8 --. PET
~ 6 0 .D
...
..
~
." =
4
CJ!
=
~ .. 2
..
c.. ~ ...
at
=-2 I
,
I
I
.
0
5
10
15
20
Kadar COOII ( % mol)
membandingkanbcsar daya rckat pada suhu optimal untuk sctiap cuplikan, wmpak jclas bahwa daya rekat SPU dapat ditingkatkan denganmenambahkangugus COOH pada HS. SPU dellgall kadar COOH 20 % mol memiliki daya rekat 4 kali lebih besar dari SPU tanpa gugus COOH. Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara gugus COOH pada bagian antannuka dengan komponen polar AI yang telah dihidrasi. Disamping itu perubahansifat rnekanik sejalan dengan perubahan struktur pada bulk juga dirnungkinkan berpengaruh pada perubahan daya rekat ini. Namun demikian dari basil-basil ini jelas bahwa dengan rnengontrol kadar gugus COOH rnernungkinkandiproduksinya perekat bagus yang seirnbang antara bulk dengan sifat permukaannya.
Gambar 5 : Hubungan antara kadar COOH dengan prosentase COOH pada pennukaan dan antarmuka SPU basil pengukuran dengan ESCA. Garis putus-putus menunjukkan harga perhitungan berdasarkan komposisimonomersaatsintesa. Gambar 5 memperlihatkan perbedaan persentase gugus COOH pada permukaan (SPU/udara) dan antannuka (SPU/PET ). Garis putus-putus menunjukkan harga teori yang dihitung berdasarkan pada komposisi monomer saat sintesa. Prosentase gugus COOH pada permukaan harnpir sarna dengan harga teori. Tetapi, terutama untuk cuplikan dengan COOH diatas 10 % mol, tampak jelas adanya kondensasi gugus COOH pada bagian antannuka. Seperti yang telah disebutkan sebelUDlDYCi, terkumpuinya gugus COOH pada bagian antannuka dikarenakan perbedaan hidrofilisitas ;dara dan PET. Disamping itu, penuronan kristalinitas juga meningkatkan tingkat mobilitas molekul sehingga menstimulasi gugus COOH untuk lebih terkumpul pada bagian antannuka SPU/PET. Fenomena terlokalisasinya gugus COOH pada bagian antannuka, dibarapkan akan meningkatkan daya rekat SPU hila digunakan sebagai bahan perekat. Maka, selanjutnya diuji daya rekat SPU sebagai perekat logam alwninium. Gambar 6 melukiskan hubungan antara suhu penekanan dengan daya rekat Tpeel SPU yang memiliki berbagai kadar COOH. Pada masing-masing cuplikan terdapat suhu penekanan optimal untuk mendapatkan daya rekat yang tinggi. Dengan
Gambar 6:
Hubunganantara suhu penekanan dengandaya rekat T -peel SPU padaaluminium. plot putih : kerusakanantarmuka plot hitam:kerusakankohesi
KESIMPULAN Penarnbahan gugusCOOH padabagian HS, membuatstrukturmikrofasaSPUmenjadi lebih tercampur antara HS dan SS-nya. Gugus COOH cenderung terkumpul pada bagian antannuka (SPUIPET) daripada bagian permukaan (SPU/udara), karena PET relatif lebih hidrofilik. Selnakin bercampumya struktur rasa antaraHS dan SS meningkatkan mobilitas molekul dan menstimulasi gugus COOH untuk lebih terlokalisasi pada ba,gian antannUkaSPUIPET. Struktur mikrofasa dan sifat antannUka SPU tergantungpada kadar gugus fungsional yang ditambahkan pada segmen keras SPU. Daya rekat T-peel SPU dapat ditingkatkan
259
sampai 4 kali lebih besar dengan menambahkangugus COOHpadaHS. Dengan pengontrolan kadar gugus fungsional yang ditambahkan pada HS. memungkinkan diproduksinya perekat bagus yang seimbang antarabulk dengansuatpermukaannya. UCAPAN TERIMA KASm Penulismenyampaikanucapanterima kasih yang sebesar-besarnyakepada Prof. Dr. Katsuhiko Nakamae,Dr. Takashi Nishino dan Dr. Seiji Asaoka atas bimbingan dan araban hinggaberhasilnyapenelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. BLACKWELL and C.D.LEE, in Advances in Urethane Science and Technology,K.C. Frisch and Klempner, Eds.Technomic,Lancer,FA, 1984,vol.9, pp.25-46. 2. XIU et. al., J.Appl.Polym.Sci.,~, 867 (1993). 3. J.T. KOBERSTEIN and R.S. STEIN, J.Polym.Sci.,21,1439(1983). 4. K.NAKAMAE and S. ASAOKA, J. The Adhes.Soc.Jpn., ll, 38 (1995). 5. K.NAKAMAE, SUDARYANTO et.aI., International Journal on Adhesion & Adhesive(in press). 6. J.T.KOBERSTEIN, A. F. GALOMBOS and L. M. LEUNG, Macromolecules,~, (1992). 7. WENCHUN HU and J.T. KOBERSTEIN Polym. Sci.:Polym.Phys.,n, 437 (1994). 8.
A.G. SHARD et. aI., Polymer,~ 775 (1995). 9. J.H. SILVER et. aI., J. Biomed.Mater. Res.,n, 735 (1993). 10. K.NAKAMAE, S. ASAOKA, and SUDARYANTO, J.The Adhes.Soc.Jpn., ll,70 (1995). 11. K. NAKAMAE, T. MIYATA, and N. OOTSUKI, Makromol.Chem., Rapid Commun,11, 413 (1993). 12. D.K. OWENS and R. C. WENDT, J.Appl.Polym.Sci.,11,1741(1969). 13. K.NAKAMAE and SUDARYANTO, ProceedingInternational Conferenceon Adhesion,HuazhongUniversity, Wuhan, China, November1995.
260
DISKUSI :
Tanya: 1. Kapan polyuretan bersifat terrnoplastik dan elastomer. 2. Jelaskan, polyuretan sebagai elastomer terrnoplastik. Mirzan T. Razak Jawab : 1. Dalam kasus polyuretan tersegrnentasi sifat termoplastikdan sifat elastomemya sangat bergantung pada komposisi segrnenpenyusunnya.Apabila segrnen kerasnya dominan polyuretan bersifat termoplastik dan sebaliknya apabila segmen lunaknya yang dominan atau banyakmakabersifatelastomer. 2.
Elastomer termoplastik (ETP) adalah klasifIkasi polimer berdasarkansifatnya yakni elastomer yang bersifat termoplastik atau termoplastik yang bersifat elastomer. Berdasarkan struktumya ETP dapat berupa polimer blend atau kopolimer. Kopolimer dibedakan lagi alas kopolimer tempel sepertiapa yang telah dibuat oleh Bapak Marga Utama, dan kopolimer blok. Sedangkan kopolimer blok itu sendiri dibedakan lagi alas kopolimer diblok, triblok dan multiblok. Poliuretan dapat menjadi ETP dalam kelompokkopolimer multiblok apabila struktumya dibuat tersegmentasi,seperti yang telah sara presentasikan. Tanpa segmentasi poliuretantidak hanya bersifat elastomer tetaoi daoat juga bersifat termoset. Jawaban lebih lengkap dapat melihat journal ataubuku yang tercantumdalam daftar pustaka makalah lengkap sara. Terimakasih.
Sudaryanto