PENGARUH PENAMBAHAN BIJI RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L) SEBAGAI RANSUM TERHADAP BOBOT HATI DAN JANTUNG PADA AYAM BROILER PERIODE STARTER Reni Rakhmawati, Mei Sulistyoningsih dan Atip Nurwahyunani Program Studi Pendidikan Biologi IKIP PGRI Semarang email:
[email protected] THE INFLUENCE OF ADDITION RAMBUTAN SEEDS(Nephelium lappaceum L) AS RATIONS TOWARD HEART AND LIVER WEIGHTS ON IN BROILER STARTER PERIOD ABSTRACT Broiler chicken is types of the broiler that is still a top priority to meet the needs of the human animal protein. Given the pre-eminent characters that do not require a extensive place in the maintenance, highly nutritious, fast growth and efficient to convert food into meat so quickly reach the age of heavy selling with high body weight, but it has a high tendency fatty nature also, because it was followed the genes forming fat. The percentage of carcass to live weight usually increases with the increase in live weight, but the percentage of non-carcass decreased. The objective of this study was to determine the effect of rambutan seed (Nephelium lappaceum L) as rations toward liver and heart weights in broiler starter period. The material used is 102 tails Day old chick (DOC) trademark "CP 707", Gumboro vaccine, B1 strain of ND, ND Lasota, and vitachick. The equipment used was a chickenrun as many as 16 plots. Each place was equipped with a feed, water points and 40 watt incandescent bulbs each. The experimental design used in this study was a completely randomized design (CRD) with four treatments and four replications. The treatment applied: P1: chicken feed concentrate 100% (control); P2: chicken feed concentrate 97.5% + 2.5% rambutan seed flour; P3: chicken feed concentrate 95% + 5% rambutan seed flour; P4: chicken feed concentrate 92.5% + 7.5% rambutan seed flour. Data obtained was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA), followed by Duncan's Multiple Range Test (UJGD). Results of Analysis of Variance liver weights of broilers showed Calculate F (0.839)
1
Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air serta lampu pijar 80-40 watt sebanyak 4 buah. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan: P1 : pakan ayam kosentrat 100% (kontrol); P2: pakan ayam kosentrat 97,5% + tepung biji rambutan 2,5% ; P3: pakan ayam kosentrat 95% + tepung biji rambutan 5%; P4 : pakan ayam kosentrat 92,5% + tepung biji rambutan 7,5%. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of Variance (ANAVA), dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD). Hasil Analisis Varians bobot hati ayam broiler menunjukkan F Hitung (0,839)
2
HASIL DAN PEMBAHASAN Produk yang digunakan adalah biji rambutan yang telah dikupas kulitnya, disangrai bijinya, dan dijadikan tepung.Berdasarkan hasil analisis laboratorium biji rambutan uji proksimat yang digunakan untuk formulasi ransum percobaan, maka kandungan nutrisinya seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Komposisi zat nutrisi pada biji rambutan yang dijadikan tepung No Macam Analisis Kadar 100% BK 1 Kadar air 11,6682 2 Kadar abu 1,6619 3 Kadar lemak kasar 26,9975 4 Kadar serat kasar 31,2347 5 Kadar protein kasar 9,8242 6 Kadar Ca 0,23 7 Kadar P 0,19 Sumber: Hasil analisis laboratorium ilmu makanan ternak dan laboratorium ilmu nutrisi dan pakan, UNDIP Semarang. Berdasarkan hasil analisis varians pengaruh penambahan biji rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai ransum terhadap bobot hati dan bobot jantung ayam broiler terlihat bahwa Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian biji rambutan terhadap bobot hati dan bobot jantung ayam broiler tidak signifikan. Ho yang menyatakan tidak ada pengaruh nyata penambahan biji rambutan pada ransum terhadap bobot hati ayam broiler diterima. Tabel 2. Bobot Hati dan Jantung yang Menggunakan Empat Ulangan dalam Satuan gr Rataan Rataan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Bobot Bobot Hati Jantung 34,281 7,370 P1 25,992 4,912 P2 31,252 6,017 P3 26,987 5,821 P4 Rataan Umum 29,628 6,030 Bobot hati tidak berbeda nyata/ tidak signifikan pada perlakuan perbedaan konsentrasi penambahan biji rambutan pada ransum, dimana Fhitung (0,839) < Ftabel 5% (3,49). Persentase pemberian biji rambutan dalam ransum yang diberikan tidak berpengaruh terhadap persentase bobot hati ayam broiler. Tidak berbedanya persentase bobot hati antar perlakuan menunjukkan bahwa kerja hati pada pemberian biji rambutan dalam ransum pada taraf 2,5-7,5 % adalah hampir sama. Hal ini didukung dengan tidak adanya kelainan fisik yang ditandai dengan tidak adanya perubahan konsistensi serta organ hati berwarna coklat kemerahan. Menurut McLelland (1990), hati yang normal berwarna coklat kemerahan atau coklat terang dan apabila terjadi keracunan warna hati akan berubah menjadi kuning. Kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna hati, pembengkakan dan pengecilan pada salah satu lobi atau tidak adanya kantung empedu. Gejala-gejala klinis pada jaringan hati tidak selalu teramati karena kemampuan regenerasi jaringan hati sangat tinggi (Subronto, 1985). Bobot jantung tidak berbeda nyata/ tidak signifikan pada perlakuan perbedaan konsentrasi penambahan biji rambutan pada ransum, dimana Fhitung (2,629) < Ftabel 5% (3,49). Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penambahan biji rambutan dalam ransum ayam broiler pada berbagai konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata pada parameter bobot jantung ayam broiler. Bobot relatif jantung terhadap bobot potong dipengaruhi oleh genotif, pola pemberian pakan, dan akan menurun seiring dengan bertambahnya umur, oleh karena itu persentase penambahan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penambahan bobot jantung ayam broiler (Amponsem et al (1991) dalam Kusmayadi (2004)). Persentase bobot jantung pada penelitian ini berada dalam kisaran normal dan tidak terlihat adanya kelainan-kelainan fisik pada jantung. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa pemberian biji rambutan dalam ransum sampai taraf 7,5 % tidak mengandung racun dan zat antinutrisi sehingga tidak
3
40 30 20 10 0
34,281
Rataan Perlakuan Bobot Jantung (gr)
Rataan Perlakuan Bobot Hati (gr)
menyebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot jantung. Frandson (1992) menyatakan bahwa jantung sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi, pembesaran jantung dapat terjadi karena adanya akumulasi racun pada otot jantung. Parkhurst (1989), menyatakan bahwa rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya bangsa, palatabilitas pakan, temperatur dan tatalaksana. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ternak ayam pada penelitian ini sangat berpengaruh oleh faktor genetik dan faktor lingkungan serta faktor interaksi antara genetik dan lingkungan. Rasyaf (2010), menyatakan bahwa ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperatur lingkungan 19-20°C. Dampak dari cekaman panas akan menurunkan efisiensi terhadap proses pencernaan, absorpsi dan transport nutrient (Miles, 2001). Suhu lingkungan tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam. Dalam kisaran suhu lingkungan optimum, ayam dapat menggunakan pakan lebih efisien, karena ayam tidak mengeluarkan energi untuk mengatasi suhu lingkungan yang tidak normal.Suhu lingkungan tinggi merupakan salah satu faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan sehingga terjadi defisiensi zat-zat makanan (Daghir, 1995). Beberapa peneliti melaporkan bahwa suhu lingkungan mempengaruhi konsumsi pakan. Krogh (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah suhu lingkungan. Suhu ruangan dibawah thermoneutral menyebabkan konsumsi pakan ayam meningkat, sedangkan suhu ruangan diatas kisaran tersebut menyebabkan penurunan konsumsi pakan. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan naiknya suhu tubuh ayam. Peningkatan fungsi organ tubuh dan alat pernafasan merupakan gambaran dari aktivitas metabolisme basal pada suhu lingkungan menjadi naik. Meningkatnya laju metabolisme basal menurut Fuller dan Random (1997) disebabkan karena bertambahnya penggunaan energi akibat bertambahnya frekuensi pernafasan, kerja jantung serta bertambahnya sirkulasi dan perifera. Proses pencernaan berlangsung pada suhu lingkungan yang lebh tinggi dari suhu nyaman ayam akan menurunkan nilai kecernaan. Miles (2001) menyatakan bahwa cekaman panas akan menghambat suplai nutrient ke jaringan tubuh cekaman panas akan menurunkan aliran darah ke saluran pencernaan sampai 50% seperti pada proventrikulus, gizzard, dan pankreas, sedangkan laju aliran darah pada bagian atas duodenum dan jejunum menurun sampai 70% selama cekaman panas. Hal ini akan berdampak pada penurunan enfisiensi dari pencernaan, absorpsi dan transport nutrient. Disisi lain penggunaan energi ransum menjadi tidak efisien sehingga akan berpengaruh terhadap produksi. Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat histogram bobot hati dan jantung pada ayam broiler sebagai berikut:
31,252 26,987 25,992
8 6 4 2 0
P1(0%) P2 P3 P4 (2,5%) (5%) (7,5%)
7,37
4,912
6,017 5,821
P1(0%) P2 P3 P4 (2,5%) (5%) (7,5%)
Gambar 1.Histogram Pengaruh Penambahan Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai Ransum terhadap Bobot Hati dan Bobot Jantung pada Ayam Broiler Periode Starter Pada histogram perlakuan P1 (kontrol) dengan P3, P4 dan P2 yang mengalami penambahan biji rambutan jika dilihat dari histogram tidak berbeda jauh perbedaan bobot hatinya. Bobot hati pada penelitian ini masih dalam pertumbuhan yang optimal pada umur 31 hari mencapai berat yang tidak berbeda jauh dengan laporan Crawley et al (1980) yang dikutip Irwan (2004), menyatakan bahwa rataan bobot hati ayam broiler adalah 26,79g atau 1,86% dari bobot hidup pada umur enam minggu. Dilihat dari nilai biaya produksi, penambahan biji rambutan sebagai ransum masih memberikan keuntungan bagi peternak ayam, walaupun memiliki serat yang cukup tinggi namun dengan pemilihan
4
konsentrasi yang tepat masih dapat ditoleransi pencernaan ayam dengan baik. Biaya produksi pakan dapat ditekan dengan penambahn biji rambutan hingga konsentrasi 7,5% dilihat dari penelitian ini, sehingga peternak ayam mendapatkan solusi agar tidak gulung tikar akibat biaya produksi yang tinggi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan tidak adanya perbedaan yang signifikan/ tidak beda nyata pada keempat perlakuan terhadap bobot hati dan bobot jantung ayam broiler. Tidak adanya perbedaan nyata pada perlakuan berbeda konsentrasi penambahan biji rambutran terhadap bobot hati dan bobot jantung ayam broiler, diduga karena secara umum tidak adanya perbedaan yang ekstrim di dalam pakan serta adaptasi ayam broiler relatif sama terhadap berbagai penambahan biji rambutan dalam ransum. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh penambahan biji rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai ransum terhadap bobot hati dan jantung pada ayam broiler dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian ransum biji rambutan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot hati dan bobot jantung pada ayam broiler. Diduga hasil yang tidak signifikan tersebut dikarenakan tidak imbangnya zat-zat makanan dalam ransum, serta suhu lingkungan melebihi suhu optimal untuk ayam pedaging. 2. Penambahan biji rambutan (Nephelium lappaceum L) sebagai ransum terhadap bobot hati dan bobot jantung ayam broiler tidak optimal karena tidak ada perbedaan nyata dalam penelitian. Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang telah dilakukan maka saran yang diberikan adalah: 1. Olahan biji rambutan dapat dikonsumsi untuk menurunkan kadar kolesterol darah 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penambahan biji rambutan dalam ransum ayam broiler dengan konsentrasi/ kadar yang berbeda, memprhatikan jenis kelaminnya dan parameter yang berbeda dengan memperhatikan imbangan zat-zat makanan dalam ransum yang dibutuhkan ayam broiler dan mengoptimalkan suhu lingkungan. 3. Untuk pembelajaran di sekolah, perlu adanya pengaplikasian secara langsung dalam mata pelajaran biologi materi DAFTAR PUSTAKA Daghir, N.J. 1995. Poultry Production in Hot Climates. CAB International Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4.Terjemahan.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Fuller, H.L. dan M. Random. 1997. Energetic efficiency of different dietary fats for growth of young chicks. Poultry Sci. 56: 549 Irwan, A. 2004.Jurnal Skripsi Persentase Karkas, Giblet, Lemak Abdomen dan Kualitas Karkas Ayam Broiler Grade A dan B. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Krogh, T.H. 2000.Wrong Climate may result in loss of production. Skov A/S opslag-Artikler. 71 html Kusmayadi, A. 2004.Pengaruh Pemberian Tetrasiklin dan Kopi dalam Ransum Berenergi Metabolis 2.600 KKal/kg terhadap Persentase Karkas, Potongan Komersial, dan Organ Dalam Ayam Kampung.Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor : Bogor. McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London. Miles, D. 2001. Understanding heat stress in poultry and strategies to improve production through good manajement and maintaining nutrient and energy intake. Proceedings of The ASA Poultry. Lance Course, Costa Rica Rasyaf. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta : Penebar Swadaya. Rusli, R. 2010. Beternak Ayam Pedaging. Bandung : CV. Arvino Raya. Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
5
6