PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN HASIL KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH Baiq Tri Ratna Erawati, Ahmad Suriadi, dan Hiryana W. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat Jl. Raya Peninjauan Narmada Km 13 Lombok Barat NTB email:
[email protected]
ABSTRAK Pemupukan merupakan salah satu cara meningkatkan produktivitas kacang tanah. Pupuk dapat diberikan dalam bentuk organik maupun anorganik. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemupukan terhadap bintil akar dan biji kering kacang tanah di lahan sawah. Penelitian dilakukan pada bulan Juli–Oktober 2011, menggunakan rancangan acak kelompok dengan tujuh perlakuan pemupukan yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan jumlah bintil akar terbanyak pada 30 HST terdapat pada perlakuan P6 (pupuk kandang 3 t/ha), sedangkan pada 76 dan 95 HST dihasilkan dari perlakuan P3 (Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + score) dan P4 (score + ingrofol). Pemupukan juga berpengaruh terhadap bobot kering polong dan biji kering kacang tanah. Perlakuan P3 dan P4 menghasilkan bobot polong kering 104 g dan 100 g dan biji kering 4,07 t/ha dan 3,91 t/ha, berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan pemupukan lainnya. Kata kunci: pemupukan, kacang tanah, bintil akar, hasil biji
ABSTRACT Effect of fertilizer on yield and root nodule peanut in lowland. Fertilization is one way to increase the productivity of groundnut. Fertilization can be given in the form of organic or inorganic. The research objective was to determine the effect of fertilization on root nodules and seeds dried peanut in paddy fields. The study was conducted in the paddy field in July– October 2011, using a randomized design with 7 treatments fertilization repeated three times. The results showed that the highest number of root nodules at 30 days in the treatment of P6 (manure 3 t/ha), whereas the age of 76 and at most 95 days of treatment P3 (Urea 50 kg / ha + SP36 100 kg / ha + 50 kg KCl + Score) and P4 (Score + Ingrofol). Fertilization effect also terhap dry weight and seed pods dried peanuts. Treatment P3 and P4 produce pods dry weight (104.37 g and 100.21 g) and dry seed weight (4.07 t/ha and 3.91 t/ha) the highest. Keywords: fertilization, peanuts, root nodules and seed yield
PENDAHULUAN Produktivitas kacang tanah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus meningkat dalam tiga tahun terakhir, rata-rata 1,53 t/ha, lebih tinggi dibanding produktivitas nasional dengan rata-rata 1,27 t/ha (BPS 2012). Hasil penelitian Wirajaswadi (2008) di NTB menunjukkan produktivitas kacang tanah dapat mencapai 3,51 t/ha. Peningkatan produktivitas kacang tanah dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan pemberian pupuk. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang memerlukan unsur hara yang cukup banyak untuk memperoleh hasil pada tingkat tertentu. Untuk menghasilkan polong 1,0 t/ha, diperlukan 7,9 kg N, 6 kg P, 43 kg K/ha (Adisarwanto 2000). Sumarno (2001) menyatakan bahwa kacang tanah membutuhkan unsur N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, dan dapat dipenuhi melalui pemupukan dan pemberian kapur. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
333
Pada dasarnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Pupuk organik adalah bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan diberikan kepada tanaman untuk dapat memberikan suplai hara bagi tanaman. Sedangkan pupuk anorganik adalah bahan yang berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi (Lingga dan Marsono 2001). Pupuk anorganik terdiri dari pupuk tunggal maupun majemuk. Sugito et al. (1995) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik memberikan beberapa manfaat seperti suplai hara makro dan mikro, meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga memperbaiki kemampuan tanah menahan air dan menambah porositas tanah dan meningkatkan kegiatan jasad renik dalam tanah. Penambahan bahan organik selain menambah unsur hara tanah juga mempengaruhi sifat tanah lainnya seperti perubahan pH dan kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK). Namun tidak semua lahan yang digunakan untuk budidaya kacang tanah membutuhkan pupuk anorganik dan organik dalam jumlah yang tinggi, khususnya pada lahan sawah yang saat penanaman padi menggunakan pupuk N,P, dan K dalam dosis yang tinggi seperti di Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Petani pada umumnya memupuk tanaman padi dengan dosis yang cukup tinggi, terutama N (Urea, mencapai 400 kg/ha). Beberapa hasil penelitian menunjukan tidak selalu pemupukan N, P, K memberi pengaruh nyata terhadap kenaikan hasil kacang tanah. Hal ini sesuai dengan Radjid dan Sutrisno (1989), bahwa pemupukan N pada tanaman kacang tanah pada umumnya tidak memberi pengaruh yang jelas terhadap kenaikan hasil biji, terutama pada lahan bekas padi. Hal ini karena tanaman kacang tanah memiliki bintil akar yang mampu menambat N dari udara dan masih mampu memanfaatkan residu pupuk dari tanaman sebelumnya. Pemberian pupuk urea 75 kg/ha pada tanaman kacang-kacangan setelah padi tidak berpengaaruh terhadap komponen hasil dan hasil biji. Demikian juga menurut Didik et al. (1995), bahwa kacang tanah yang dipupuk urea 100 kg/ha + 200 kg/ha SP 36 + 100 kg/ha KCl mampu menaikkan hasil. Berangkat dari kondisi ini, berarti tidak semua tanaman khususnya kacang tanah membutuhkan pupuk dalam jumlah yang banyak dengan jenis yang lengkap, harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap bintil akar dan hasil biji kacang tanah yang ditanam pada lahan sawah setelah padi.
BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah di Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, NTB pada MK I, pada bulan Juli sampai Oktober 2011. pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat 21 petak percobaan. Petak percobaan berukuran 16,7 m2. Perlakuan pemupukan adalah sebagai berikut: P1= NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol P2= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Ingrofol P3= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score P4= Score + Ingrofol P5= SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha P6= Pupuk Kandang 3 t/ha P0= Kontrol
334
Erawati et al: Pemupukan, pembentukan bintil akar dan hasil kacang tanah di lahan sawah
Persiapan lahan menggunakan sistem TOT (tanpa olah tanah), yaitu dengan melakukan penyemprotan herbisida setelah panen padi. Varietas kacang tanah yang digunakan adalah Kelinci. Penanaman menggunakan sistem baris tunggal dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, dua biji per lubang. Pupuk N,P, dan K diaplikasikan pada saat tanaman berumur tujuh hari setelah tanam, sedangkan petak untuk perlakuan pupuk kandang diaplikasikan saat tanam pada masing-masing lubang tanam. Penyiangan gulma dilakukan sebelum tanaman berbunga, sekaligus pembumbunan. Data yang diamati meliputi jumlah bintil akar umur 30, 76 dan 95 HST, bobot kering akar pada umur 30, 76, dan 95 HST, bobot kering polong, dan bobot kering biji. Data agronomis dianalisis menggunakan model keragaman (Anova) pada taraf 5% dengan software SAS. Apabila terdapat perbedaan yang nyata maka diuji lanjut dengan DMRT.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Bintil Akar Jumlah bintil akar pada umur 35 HST dari semua perlakuan pemupukan berbeda nyata dengan kontol (P0). Perlakuan yang menghasilkan jumlah bintil akar terbanyak adalah pada P6 (396) dan terendah pada P0/kontrol (272). P6 merupakan perlakuan pupuk organik (pupuk kandang 3 t/ha). Diduga pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah, struktur menjadi remah sehingga memungkinkan pertumbuhan akar lebih cepat. Hal ini didukung oleh Wibisono et al. (2011) bahwa pemberian pupuk kandang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi kacang tanah. Pupuk kandang berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah, khususnya pada tanah-tanah marjinal. Hal ini terkait dengan sifat tanaman kacang tanah yang mampu membentuk polong dengan cara ginofor menembus permukaan tanah, dan kemudian di dalam tanah membentuk polong. Sementara itu, Sutanto (2002) menyatakan bahwa pupuk kandang sebagai salah satu jenis pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah tanah buatan atau sintetis. Pupuk organik meskipun mengandung unsur hara makro (N, P, K.) rendah, tetapi mengandung hara mikro cukup, yang diperlukan tanaman. Untuk jumlah bintil akar pada umur 76 HST, semua perlakuan pemupukan berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan P3 memiliki jumlah bintil akar terbanyak (847) yang kemudian diikuti oleh perlakuan P4 (843). Perlakuan P3 merupakan kombinasi pupuk tunggal lengkap dengan fungisida (urea 50 kg+SP36 100 kg+KCl 50 kg+Score) sedangkan perlakuan P4 kombinasi Score + Ingrofol. Score memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah bintil akar dibandingkan dengan perlakuan P2 (urea 50 kg+SP36 100 kg+KCl 50 kg+Ingrofol) dan P1 (NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol) yang sama-sama memiliki kandungan unsur N, P, dan K tetapi menghasilkan jumlah bintil akar yang lebih rendah, masing-masing 601 dan 710. Hal ini bisa terjadi karena Score selain sebagai fungisida juga mengadung zat pengatur tumbuh yang membantu pembentukan akar dan bakteri untuk pembentukan bintil akar. Pemberian N berlebihan akan meningkatkan N tersedia dalam tanah, dan akan mempengaruhi jumlah dan bobot bintil akar. Menurut Sutedjo et al. (1991) dan Marschner (1995), nitrogen dalam tanah umumnya dalam bentuk nitrat. Pemberian N yang berlebihan akan mempengaruhi proses fiksasi N oleh Rhizobium. Nitrat mempunyai kemampuan dalam meniadakan perubahan bentuk rambut-rambut akar yang diperlukan bagi
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
335
masuknya bakteri, mereduksi jumlah nodul, dan mempengaruhi nodula yang telah terbentuk dengan mereduksi volume jaringan bakteri dan mempengaruhi keseimbangan karbohidrat dan nitrogen dalam tanaman. Tabel 1.
Pengaruh Pemupukan terhadap jumlah bintil akar tanamana kacang tanah pada umur 30,76, dan 95 HST. Jumlah bintil akar (butir)
Perlakuan P0= Kontrol P1= NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol P2=Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Ingrofol P3= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score P4= Score + Ingrofol P5= SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha P6= Pupuk Kandang 3 t/ha
30 HST
76 HST
95 HST
272 f 364 c 387 b 273 e 288 d 288 d 397 a
457 g 710 c 601 f 848 a 843 b 638 d 635 e
342 e 357 d 321 g 522 b 668 a 325 f 521 c
Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
Pada umur 95 HST, semua perlakuan pemupukan berbeda nyata dengan kontrol. Antarperlakuan pemupukan juga berbeda nyata terhadap jumlah bintil akar pada umur 95 HST. Perlakuan P4 (Score + Ingrofol) memiliki jumlah bintil akar tertinggi (668) yang diikuti oleh perlakuan P3 (Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score) dengan jumlah bintil akar 522. Data ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K kurang berpengaruh terhadap pembentukan bintil akar tanaman pada umur 75 HST dan 95 HST. Ini terjadi karena diduga masih terdapat residu pupuk dari tanaman sebelumnya (padi), sehingga yang lebih berpengaruh adalah unsur mikro yang terkandung pada score. Unsur mikro dibutuhkan terutama dalam membantu pembentukan akar dan bakteri. Bobot Kering Akar Untuk parameter bobot kering akar pada umur 30 HST, semua perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kontrol, tetapi perlakuan P5 berpengaruh nyata terhadap P6, P2 dan P1. Perlakuan P5 memiliki bobot kering akar terendah (0,96 g) (Tabel 2). Hal ini diduga karena perlakuan P5 tidak memiliki unsur N, sedangkan N berfungsi untuk membantu pembentukan akar, terutama pada fase awal pertumbuhan. Dari bobot kering akar pada 75 HST diketahui semua perlakuan pemupukan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini diduga karena unsur hara dalam tanah masih tersedia bagi tanaman kacang tanah. Tabel 2.
Pengaruh pemupukan terhadap berat kering akar pada tanaman kacang tanah pada umur 30 HST, 76 HST dan 95 HST.
Perlakuan P0= Kontrol P1= NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol P2=Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Ingrofol P3= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score P4= Score + Ingrofol P5= SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha P6= Pupuk Kandang 3 t/ha
336
Bobot kering akar (g) 30 HST
76 HST
95 HST
1,00 ab 1,07 a 1,22 a 1,09 ab 1,07 ab 0,96 b 1,22 a
13,07 a 14,87 a 13,26 a 10,51 a 13,04 a 14,00 a 13,89 a
13,17 b 13,32 b 14,19 ab 16,14 a 16,07 a 12,27 b 12,86 b
Erawati et al: Pemupukan, pembentukan bintil akar dan hasil kacang tanah di lahan sawah
Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
Data bobot kering akar pada 95 HST, menunjukkan perlakuan P3 dan P4 berbeda nyata dengan P0 dan perlakuan pemupukan lainnya. Perlakuan P3 dan P4 memiliki bobot kering akar yang lebih tinggi karena pengaruh pemberian score pada masing-masing kombinasi perlakuan. Hal ini menunjukkan ZPT dalam score membantu meningkatkan bobot kering akar. Bobot Kering Polong Untuk bobot kering polong, perlakuan P3 tidak berbeda dengan P4 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan lain dan kontrol (P0). Perlakuan P1, P2, P5 dan P6 tidak berbeda nyata dengan kontrol. Ini menunjukkan bahwa pemberian score (perlakuan P3 dan P4) berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering polong. Dalam hal ini score membantu dalam meningkatkan bobot kering polong secara nyata. Penambahan hara N, P, dan K pada perlakuan P1,P2, P4 dan P5 tidak memberikan respon terhadap peningkatan bobot kering polong (Tabel 3). Ini menunjukkan bahwa unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman masih tersedia dalam tanah, yang diduga dari residu pemupukan tanaman padi. Tabel 3. Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering polong kacang tanah pada umur 95 HST. Perlakuan
Bobot polong kering (g/petak)
P0= Kontrol P1= NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol P2=Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Ingrofol P3= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score P4= Score + Ingrofol P5= SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha P6= Pupuk Kandang 3 t/ha
67,9 b 64,2 b 73,8 b 104,4 a 100,2 a 70,3 b 73,5 b
Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
Bobot Kering Biji Dari parameter berat kering biji diketahui perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan P4, tetapi kedua perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan lainnya termasuk kontrol. Perlakuan pemupukan P1, P2, P5 dan P6 tidak berbeda nyata dengan kontrol. Kondisi ini sama dengan parameter bobot kering polong, dimana yang paling berpengaruh adalah pemberian score. Pemberian score tanpa pupuk lengkap (Unsur N, P dan K) dapat mengimbangi bobot kering biji pada perlakuan score + pupuk lengkap (unsur N,P,K). Ini menunjukkan bahwa pada lokasi penanaman kacang tanah di Desa Sintung, Lombok Tengah, NTB akan lebih efisien jika petani menerapkan perlakuan P4, karena ketersediaan unsur hara dalam tanah sudah tercukupi melalui residu pupuk dari tanaman padi. Oleh sebab itu, jika tanaman padi sudah sudah dipupuk dalam jumlah yang banyak maka untuk tanaman kacang tanah tidak perlu lagi dipupuk, cukup ditambahkan Score dan Ingrofor, sebagai sumber ZPT dan pengendalian penyakit pada tanaman kacang tanah yang disebabkan oleh jamur.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
337
Tabel 4. Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering biji kacang tanah Perlakuan
Bobot kering biji (t/ha)
P0= Kontrol P1= NPK Phonska 250 kg/ha + Ingrofol P2=Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Ingrofol P3= Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score P4= Score + Ingrofol P5= SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg/ha P6= Pupuk Kandang 3 t/ha
2,65 b 2,50 b 2,88 b 4,07 a 3,91 a 2,74 b 2,87 b
Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
KESIMPULAN 1. Pemupukan organik berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah bintil akar tanaman kacang tanah pada tahap awal pertumbuhan (30 HST), tetapi pada fase generatif perlu tambahan unsur mikro selain makro, atau zat pengatur tumbuh (ZPT) untuk dapat meningkatkan jumlah bintil akar. 2. Jumlah bintil akar lebih banyak dipengaruhi oleh unsur mikro atau ZPT dibandingkan dengan unsur makro. 3. Pemupukan lengkap dengan unsur N, P, dan K pada tanaman kacang tanah di lahan sawah setelah padi kurang efektif. 4. Perlakuan P3 (Urea 50 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 50 kg + Score) dan P4 (Score + Ingrofol) memberikan hasil biji kering tertinggi (masing-masing 4,07 t/ha dan 3,91 t/ha), tetapi perlakuan P4 lebih efisien dibadingkan dengan perlakuan P3. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 p. Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produktivitas dan produksi Kacang Tanah seluruh Indonesia tahun 1993–2012. www.bps.go.id/tnmn_pgn.php. Harnowo, D. A. Harsono dan Purwanto, 1995. Evaluasi beberapa paket teknologi budidaya kacang tanah di lahan kering. Risalah Seminar Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Provinsi NTB. hlm 324. Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. Academic Press. New York. Radjid, B.S. dan Sutrisno (1989). Kajian Penggunaan Rhizogen, pupuk N dan PPC terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau. Laporan Kemajuan Balittan Malang. 6 hlm. Sugito, Y., Y. Nuraini dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Malang. 84 hlm. Sumarno, S. Hartati dan H. Widjianto. 2001. Kajian Macam Pupuk Organik dan Dosis Pupuk P terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) di Tanah Entisol. Sains Tanah 1(1): 1–6. Sutanto R., 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta. Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra dan S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Wibisono, C.N., T. Supriyadi dan T. Soemarah. 2011. Pengaruh Perbedaan Bentuk Macam pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). AGRINEÇA, 11(2): 96–118. Wirajaswadi Lalu. 2008. Laporan Kegiatan Adaptasi Kacang Tanah di Lombok Tengah dan Lombok Barat. Laporan Hasil Kegiatan Tahun 2012. BPTP NTB. 35 hlm.
338
Erawati et al: Pemupukan, pembentukan bintil akar dan hasil kacang tanah di lahan sawah