PENGARUH PEMBIAYAAN BERDASARKAN AKAD TERHADAP PROFITABILITAS BPRS DI INDONESIA
ADELIA OKTARINA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pembiayaan Berdasarkan Akad terhadap Profitabilitas BPRS di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016 Adelia Oktarina NIM H54120030
ABSTRAK ADELIA OKTARINA. Pengaruh Pembiayaan Berdasarkan Akad terhadap Profitabilitas BPRS di Indonesia. Dibimbing oleh SALAHUDDIN EL AYYUBI Fungsi penyaluran dana yang dimiliki BPRS sebagai bank syariah lebih banyak digunakan dalam akad yang tidak berdasarkan pada prinsip bagi hasil. Di sisi lain, sebagian besar ulama berpendapat bahwa pembiayaan bagi hasil merupakan skim pembiayaan yang paling adil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari masing-masing akad dalam pembiayaan terhadap profitabilitas BPRS. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series dari Januari 2011 hingga Desember 2015. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda (multiple linear regression). Untuk mengatasi kendala multikolinearitas yang terdapat dalam model, digunakan metode analisis komponen utama (principal component analysis). Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh negatif dari variabel bebas terhadap profitabilitas BPRS, kecuali akad salam dan ijarah yang memberikan pengaruh positif. Hal ini menunjukkan peningkatan NPF, FDR, BOPO, dan pembiayaan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan istishna akan mendorong penurunan profitabilitas BPRS. Sebaliknya, peningkatan pembiayaan dengan akad salam dan ijarah dapat mendorong peningkatan profitabilitas BPRS di Indonesia. Kata kunci: akad, BPRS, pembiayaan, profitabilitas
ABSTRACT ADELIA OKTARINA. The Impact of Financing Based on Akad to BPRS Profitability in Indonesia. Supervised by SALAHUDDIN EL AYYUBI Fund distribution function of BPRS in islamic bank is more widely used in the contract that are not based on the profit loss sharing principle. On the other hand, most of ulama said that financing with profit loss sharing principle is the most fair sceme. This research analyze the impact of akad in financing to BPRS profitability. The data in this research is BPRS financing based on akad between January 2011 until December 2015. This research used multiple linear regression as methods to analyse the data. We used principle component analysis to settle multicolinearity in the model. The result showed negative correlation between independent variables with BPRS profitability, except salam and ijarah have positive correlation. Its mean that increase of NPF, FDR, BOPO, and financing by mudharabah, musyarakah, murabahah, and istishna will decrease BPRS profitability. On the other side, the increase of financing by salam and ijarah will increase Indonesian BPRS profitability. Keywords: akad, BPRS, financing, profitability
PENGARUH PEMBIAYAAN BERDASARKAN AKAD TERHADAP PROFITABILITAS BPRS DI INDONESIA
ADELIA OKTARINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam senantiasa dimohonkan kepada Allah agar disampaikan atas Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta pengikut dan penerus jalan dakwahnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan, doa dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini 2. Salahudin El Ayubi Lc,MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan serta ilmu yang bermanfaat bagi penulis 3. Dr Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini 4. Tita Nursyamsiah, M.Sc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini 5. Sahabat penulis Hasan Azzahid, Ahmad Muhaemin, Mutiara Hanifah, dan Widya Alfiani yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini 6. Sahabat penulis Shelly Amalia Astuti, Nur Azizah, Afifah Uly Karimah, Nur Nafiah Hermanianto, Kartika Andiani, Ria Arni Fajria, dan Mustica Bintang Sabiti yang telah memberi motivasi, dukungan dan doa kepada penulis 7. Keluarga besar Ekonomi Syariah angkatan 49 yang telah bersama-sama menuntut ilmu bersama penulis 8. Keluarga besar Fasttrack angkatan 4 dan Pascasarjana Ilmu Ekonomi 9. Seluruh staf dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi khususnya Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah atas bantuan dan kerjasamanya Penulis berharap semoga penelitian ini bukan hanya menjadi syarat penulis dalam memperoleh gelar sarjana. Namun diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2016 Adelia Oktarina
DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah
5
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
5
Pembiayaan Bank Syariah
6
Akad dalam Pembiayaan
6
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia
9
Non Performing Financing (NPF)
10
Financing to Deposit Ratio (FDR)
10
Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan operasional (BOPO)
11
Penelitian Terdahulu
12
Kerangka Pemikiran
13
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
14
Metode Pengolahan Data
14
Metode Regresi Linear Berganda
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BPRS
16
Pengaruh Pembiayaan terhadap Profitabilitas BPRS
18
Analisis Komponen Utama
20
Evaluasi Model Berdasarkan Kiteria Ekonometrika
23
Pengaruh NPF terhadap profitabilitas
23
Pengaruh FDR terhadap profitabilitas
24
Pengaruh BOPO terhadap profitabilitas
25
Pengaruh mudharabah terhadap profitabilitas
26
Pengaruh musyarakah terhadap profitabilitas
27
Pengaruh murabahah terhadap profitabilitas
28
Pengaruh ijarah terhadap profitabilitas
29
Pengaruh salam terhadap profitabilitas
29
Pengaruh istishna terhadap profitabilitas
30
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
31 Error! Bookmark not defined.1 Error! Bookmark not defined.1
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan perbankan di Indonesia berdasarkan aset
1
2 Perkembangan jaringan perbankan syariah
1
3 Tingkat bagi hasil/upah/sewa BPRS
3
4 Jumlah rekening pembiayaan nasabah BPRS
3
5 Komposisi pembiayaan BPRS
3
6 Akad dalam kegiatan BPRS
7
7 Tingkat kesehatan bank berdasarkan NPF
10
8 Tingkat kesehatan bank berdasarkan FDR
11
9 Tingkat kesehatan bank berdasarkan BOPO
11
10 Perkembangan pembiayaan BPRS
18
11 Hasil uji multikolinearitas
19
12 Hasil uji t
22
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan pembiayaan dan pendapatan BPRS
2
2 Rasio kinerja BPRS di Indonesia
17
3 Komposisi pembiayaan BPRS 2015
18
4 Akar ciri
20
5 Hasil regresi linear ROA terhadap w1 dan w2
21
6 Perkembangan NPF BPRS
24
7 Perkembangan FDR BPRS
25
8 Perkembangan BOPO BPRS
26
9 Perkembangan ROA dan pembiayaan mudharabah
27
10 Perkembangan ROA dan pembiayaan musyarakah
28
11 Perkembangan ROA dan pembiayaan murabahah
28
12 Perkembangan ROA dan pembiayaan ijarah
29
13 Perkembangan ROA dan pembiayaan salam
30
14 Perkembangan ROA dan pembiayaan istishna
31
DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji normalitas
34
2 Hasil uji regresi linear pertama
35
3 Hasil uji regresi linear kedua
36
PENDAHULUAN Latar Belakang Bank sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1998 merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian ini, maka bank secara umum memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses pembelian surplus dana dari sektor usaha, pemerintah maupun rumah tangga untuk disalurkan kepada unit ekonomi yang defisit (Siringoringo 2012). UU No 10 tahun 1998 juga membagi bank atas dua jenis, yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat. Statistik Perbankan Indonesia (2015) mencatat perkembangan kedua jenis bank ini berdasarkan aset sebagai berikut: Tabel 1 Perkembangan perbankan Indonesia berdasarkan aset 2011 2012 2013 2014 2015 Bank Umum 3 652 832 4 262 587 4 954 467 5 615 150 6 132 583 Bank Perkreditan 55 799 67 397 77 376 89 878 101 713 Rakyat Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2015)
Selain dibagi berdasarkan jenisnya, bank juga dikelompokkan berdasarkan sistem yang digunakan. Berdasarkan prinsipnya UU No 10 tahun 1998, mengelompokan bank atas bank konvensional dan bank dengan prinsip syariah. Tabel 2 Perkembangan jaringan perbankan syariah 2009
2010
Jumlah bank Jumlah kantor
6 711
11 1215
Jumlah bank Jumlah kantor
25 287
23 262
Jumlah bank Jumlah kantor
138 225
150 286
2011 BUS 11 1401 UUS 24 336 BPRS 155 364
2012
2013
2014
Juni 2015
11 1745
11 1998
12 2151
12 2121
24 517
23 590
22 320
22 327
158 401
163 402
163 439
161 433
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2015)
Untuk memaksimalkan kinerjanya bank syariah melakukan perluasan jaringan dengan menambah jumlah kantor. Perkembangan jaringan kantor bank syariah dapat dilihat pada Tabel 2. Perluasan jaringan BPRS bertujuan untuk semakin memperluas pelayanan BPRS terhadap masyarakat.
2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki potensi untuk terus berkembang sebagaimana komitmen pemerintah dalam mengembangkan perbankan syariah. Selain perkembangan jaringan perbankan, perkembangan BPRS juga terlihat dari perkembangan aset dan pembiayaan yang dimiliki BPRS.
Sumber : OJK, 2015
Gambar 1 Perkembangan pendapatan dan pembiayaan BPRS Gambar 1 memperlihatkan bahwa perkembangan pendapatan BPRS sejalan dengan pembiayaan BPRS. Wirdiyaningsih et al. (2005) menyatakan bahwa kondisi ini terwujud sebagai dampak adanya sistem kebersamaan pembagian hasil usaha antara bank dan nasabah. Prinsip kebersamaan ini yang menjadikan bank syariah serta perusahaan yang bekerja sama dengan bank syariah mampu bertahan pada krisis moneter tahun 1998. Pada krisis moneter 1998, berbagai perusahaan yang bekerja sama dengan bank konvesional mengalami kemunduran akibat tingginya suku bunga namun beberapa perusahaan yang bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia justru mampu bertahan (Rivai, 2010). Sebagaimana pendapat dari sebagian besar ulama, bahwa prinsip kebersamaan dalam menanggung laba rugi usaha merupakan prinsip investasi yang adil. Dalam melakukan pembiayaan, terdapat beberapa akad yang lazim digunakan. Diantaranya mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, salam, istishna dan qardh. Masing-masing akad memberikan nilai imbal hasil yang berbeda. Tabel 3 menunjukkan bahwa akad musyarakah memberikan tingkat bagi hasil yang paling besar dalam kegiatan pembiayaan BPRS. Di samping itu akad istishna menjadi akad dengan nilai imbal hasil terendah dan data mengenai nilai imbal hasil dari akad salam dan qardh tidak dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga tidak dapat dibandingkan dengan imbal hasil akad lainnya. Meskipun akad musyarakah memberikan nilai imbal hasil yang paling besar terhadap pembiayaan BPRS, namun tidak menyebabkan akad ini menjadi akad yang paling banyak digunakan oleh BPRS dalam melakukan pembiayaan.
3
Akad Mudharabah Musyarakah Murabahah Istishna Ijarah
Tabel 3 Tingkat bagi hasil/upah/sewa BPRS 2014 2013 Juni Sept Des Jan 16.2 17.06 16.86 16.46 16.74 20.28 20.74 20.12 20.61 20.72 18.27 19.33 18.56 18.51 18.48 7.58 19.30 7.,82 7.85 7.87 12.53 14.45 14.30 14.92 17.07
2015 Mar 17.48 21.00 18.48 7.89 17.40
Juni 18.79 21.54 18.30 7.94 17.54
Sumber : OJK 2015
Abusharbeh (2014) menyatakan bahwa penggunaan akad mudharabah dan musyarakah dalam kegiatan investasi masih relatif rendah. Hal ini dikarenakan tingginya risiko yang dimiliki akad ini. Berbeda dengan musyarakah yang memiliki risiko tinggi, murabahah yang memiliki risiko lebih rendah terbukti lebih banyak digunakan dalam sistem pembiayaan oleh BPRS. Ini ditunjukkan oleh jumlah rekening pembiayaan BPRS. Tabel 4 Jumlah rekening pembiayaan nasabah BPRS Pembiayaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jan-15 Mudharabah 2 595 1 816 1 695 1 633 1 502 1 354 1 294 Musyarakah 4 990 5 641 5 127 4 342 4 261 4 423 4 329 Murabahah 105 030 119 084 135 953 173 777 192 993 188 343 188 373 Salam 1 1 2 32 6 4 4 Istishna 768 775 610 511 419 365 365 Ijarah 13 712 15 061 17 111 17 766 - 16 589 16 455 Qardh 3 259 1 080 1 038 1 101 505 348 345 Sumber : OJK 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa akad yang paling banyak digunakan dalam pembiayaan BPRS adalah murabahah. Ini dibuktikan dengan jumlah rekening pembiayaan murabahah hingga Januari 2015 mencapai 188 373 rekening. Sebaliknya akad musyarakah yang mampu memberi imbal hasil lebih besar dibanding murabahah hanya memiliki jumlah rekening sebanyak 4 329 rekening. Tabel 5 Komposisi pembiayaan BPRS (juta rupiah) Pembiayaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Mudharabah 52 781 65 471 75 807 99 361 106 851 122 467 Musyarakah 144 969 217 954 246 796 321 131 426 528 567 658 Murabahah 1 269 900 1 621 526 2 154 494 2 854 646 3 546 361 3 965 543 Salam 105 45 20 197 26 16 Istishna 32 766 27 598 23 673 20 751 17 614 12 881 Ijarah 7 803 13 499 13 815 13 522 8 318 5 179 Qardh 50 018 63 000 72 095 81 666 93 325 97 709 Sumber : OJK 2015
4 Dominannya pembiayaan menggunakan akad murabahah tidak hanya terlihat melalui jumlah rekening namun juga dari besarnya komposisi pembiayaan yang diberikan BPRS. Tabel 5 menunjukkan bahwa pembiayaan dengan akad murabahah mencapai 3 965 543 di tahun 2014. Sedangkan pembiayaan mudharabah dan musyarakah hanya sekitar 690 000. Imbal hasil yang tidak sesuai dengan jumlah rekening dan komposisi pembiayaan yang terbitkan BPRS mendorong penelitian ini untuk melihat akad yang memiliki pengaruh terbesar terhadap profitabilitas BPRS.
Rumusan Masalah Terdapat berbagai jenis akad yang digunakan BPRS dalam melakukan aktivitas pembiayaan. Di antara akad yang lazim digunakan BPRS dalam kegiatan pembiayaan adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, istishna, salam dan qardh. Abusharbeh (2014) menyatakan bahwa pembiayaan dengan prinsip profit loss sharing seperti mudharabah dan musyarakah cenderung tidak lebih diminati oleh perbankan karena tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap profitabilitas bank. Walau demikian sebagian besar ulama menyatakan bahwa sistem pembiayaan ini adalah sistem yang paling adil. Selain itu akad musyarakah memiliki imbal hasil yang paling besar pada BPRS sehingga berpotensi untuk meningkatkan profitabilitas BPRS. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pembiayaan berdasarkan akad terhadap profitabilitas BPRS di Indonesia.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan berdasarkan akad terhadap profitabilitas BPRS di Indonesia.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perbankan syariah di Indonesia, khususnya: 1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai sumber referensi untuk mendorong peningkatan profitabilitas bank 2. Lembaga perbankan syariah dan pemerintah sebagai acuan dalam mengembangkan perbankan syariah 3. Mahasiswa dan civitas akademika sebagai bahan mengembangkan potensi perbankan syariah
5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup pengaruh pembiayaan berdasarkan akad terhadap profitabilitas BPRS di Indonesia. Akad-akad yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, dan ijarah.
TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah Indonesia menganut sistem dual banking yaitu terdapat dua sistem yang digunakan dalam sistem perbankan Indonesia. Kedua sistem perbankan tersebut antara lain sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan berbasis prinsip syariah. Menurut Undang – Undang Nomor 21 tahun 2008, bank dengan sistem konvensional atau bank konvensional merupakan lembaga perbankan yang dalam kegiatan usahanya tidak menggunakan prinsip syariah. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank syariah merupakan bank yang dalam kegiatan usahanya menggunakan prinsip syariah. Menurut Soemitra (2009) bank syariah dapat menjalankan kegiatan usaha untuk memperolah imbalan atas jasa perbankan lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yakni tidak mengandung unsur kedzaliman dan tidak membahayakan pihak sendiri maupun orang lain.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Undang-Undang No 21 tahun 2008 membagi bank syariah atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Secara umum fungsi BPRS sama dengan fungsi BUS, akan tetapi BPRS tidak diizinkan melaksanakan kegiatan dalam lalu lintas pembayaran. Selain keterlibatan dalam lalu lintas pembayaran, hal lain yang membedakan antara BPRS dengan BUS adalah pendirian kantor cabang. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 11/03/PBI/2009, BUS dapat mendirikan kantor cabang diseluruh wilayah di Indonesia. Sedangkan BPRS hanya dapat mendirikan kantor cabang pada satu wilayah yang sama dengan kantor pusatnya. Aturan mengenai pendirian kantor cabang BPRS ini diatur dalam PBI No 11/23/PBI/2009. Aturan ini yang menyebabkan lebih banyaknya jumlah BPRS di Indonesia dibanding BUS. Menurut Ni’mah (2014) dalam kegiatan usahanya, BPRS cenderung melayani sektor ekonomi mikro kecil. Sehingga BPRS menghimpun dana untuk disimpan dan disalurkan dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat khususnya sektor UMKM. Karena BPRS cenderung melayani sektor mikro kecil, maka BPRS tidak hanya berorientasi pada laba (profit oriented) namun juga berorientasi pada sosial (social oriented / tabarru’).
6 Pembiayaan Bank Syariah Rivai dan Arifin (2009) mendefinisikan pembiayaan (financing) sebagai kegiatan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi, baik dilakukan oleh individu maupun lembaga. Terdapat aspek-aspek yang harus dipenuhi bank syariah dalam melakukan pembiayaan. Yakni aspek syariah dan aspek ekonomi. Aspek syariah ditunjukan dengan aktifitas pembiayaan yang berpedoman pada syariat Islam. Berpedoman pada syariat Islam dalam pembiayaan adalah dengan pembiayaan yang tidak mengandung unsur maisir, gharar, riba serta bergerak dalam usaha yang halal. Aspek ekonomi berarti bank Islam tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan, baik keuntungan bank maupun keuntungan nasabah (Rivai dan Arifin, 2009). Pembiayaan dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek (Rivai dan Arifin, 2009). Diantaranya: 1. Pembiayaan menurut tujuan a. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan dalam rangka modal pengembangan usaha b. Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan untuk investasi atau pengadaan barang konsumtif 2. Pembiayaan menurut jangka waktu a. Pembiayaan jangka pendek, dilakukan dengan waktu satu bulan hingga satu tahun b. Pembiayaan jangka menengah, dilakukan dengan waktu satu tahun hingga lima tahun c. Pembiayaan jangka panjang, dilakukan dengan waktu lebih dari lima tahun Soemitra (2009) membagi pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya kedalam enam kategori. Yakni: 1. Pembiayaan berdasarkan pola jual beli, pembiayaan ini menggunakan akad murabahah, salam, dan istishna 2. Pembiayaan bagi hasil, pembiayaan ini menggunakan akad mudharabah dan musyarakah 3. Pembiayaan berdasarkan akad qardh 4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak, akad yang digunakan dalam pembiayaan ini adalah ijarah 5. Pengambil alihan utang menggunakan akad hawalah 6. Pembiayaan multijasa
Akad dalam Pembiayaan Kegiatan operasional bank syariah terikat pada aturan-aturan syariah. Salah satunya melalui kesesuaian akad yang digunakan dalam kontrak terhadap kegiatan dan syariat Islam. Oleh karena itu, penerapan akan dalam transaksi harus disesuaikan dengan kegiatan operasional BPRS. Berikut akad yang digunakan dalam kegiatan BPRS:
7 Tabel 6 Akad dalam kegiatan BPRS Kegiatan BPRS 1. Menghimpun dana dari masyarakat Tabungan Deposito berjangka Bentuk lain-lain 2. Menyalurkan dana Transaksi jual beli Transaksi sewa Pembiayaan bagi hasil Pembiayaan
Akad Wadi’ah atau mudharabah Mudharabah Wadi’ah atau mudharabah Murabahah, istishna, atau salam Ijarah Mudharabah atau musyarakah Qardh
Sumber : Wirdyaningsih dkk, 2005
a. Wadi’ah Wadi’ah menurut Wirdyaningsih, dkk (2005) merupakan penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang (muwaddi’) dengan pihak yang diberi kepercayaan (mustawda’) dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, dan keutuhan barang atau uang. Akad ini terdiri atas dua bentuk, yakni wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah. Wadi’ah yad amanah tidak memperkenankan penerima kepercayaan untuk menggunakan barang atau uang yang dititipkan kecuali atas permintaan pemilik barang atau uang. Dalam akad ini, penerima kepercayaan tidak memiliki tanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan barang atau uang yang tidak disebabkan kelalaian penerima kepercayaan. Wadi’ah yad dhamanah merupakan akad yang digunakan dalam bank syariah di Indonesia termasuk BPRS. Dalam akad ini, penerima kepercayaan dalam hal ini BPRS diperbolehkan untuk mengelola barang atau uang yang dititipkan oleh nasabah dan BPRS bertanggung jawab atas penuh atas kerusakan barang atau uang tersebut. Jika pengelolaan barang atau uang nasabah menghasilkan keuntungan, maka keuntungan tersebut merupakan milik bank dan bank dapat memberikan keuntungan tersebut kepada nasabah berupa bonus yang tidak disyaratkan sebelumnya. b. Mudharabah Mudharabah merupakan akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola usaha (mudharib). Dalam praktik perbankan, bank bertindak sebagai mudharib untuk mengelola dana milik nasabah (shahibul maal). Akad ini banyak digunakan dalam deposito, tabungan dan giro. Masing-masing kegiatan ini telah diatur oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Fatwa MUI 01 – 03 tahun 2000. Selain digunakan dalam tabungan, giro dan deposito akad mudharabah juga digunakan dalam penyaluran dana kepada nasabah dengan sistem pembiayaan. Sistem pembiayaan dengan akad mudharabah menjadikan bank sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah pembiayaan sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam pembiayaan ini nilai bagi hasil atas usaha disepakati di awal akad. Dan pada saat akad berakhir dana pembiayaan dikembalikan kepada bank.
8 c. Musyarakah Musyarakah merupakan akad kerjasama pembiayaan sebagian modal usaha dalam jangka waktu yang disepakati. Bagi hasil usaha ditentukan berdasarkan kontribusi modal yang disumbangkan dalam pembiayaan. Ketentuan mengenai akad ini diatur dalam Fatwa MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000. d. Murabahah Akad murabahah dalam sistem perbankan digunakan dalam kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dengan menggunakan prinsip jual beli. Pembiayaan murabahah dilakukan bank dengan memberikan talangan dana kepada nasabah untuk membeli barang dimana nasabah pembiayaan harus mengembalikan seluruh dana talangan dan marginnya kepada bank. Margin yang dimaksud dalam akad ini merupakan selisih antara harga barang dari penjual dengan harga yang dibayarkan nasabah kepada bank. e. Salam Serupa dengan murabahah, akad salam merupakan talangan dana oleh bank terhadap nasabah yang ingin membeli suatu barang namun barang tersebut belum diantarkan/belum terbentuk dan pembayaran atas pembelian tersebut dilakukan diawal akad. Dalam akad ini perlu diperhatikan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan barang. Selain dengan nasabah yang bertindak sebagai konsumen, akad salam juga dapat dilaksanakan dengan produsen. Kondisi ini disebut salam paralel, dimana akad salam yang dilakukan dengan produsen terpisah dengan akad salam yang dilakukan dengan konsumen. f. Istishna Sebagaimana salam, akad istishna juga merupakan talangan dana nasabah atas pembelian barang, namun pembayaran barang tersebut tidak harus dilakukan diawal karena pembayaran dengan akad ini dapat dilakukan diawal, dicicil atau tangguh bayar. Ketentuan pelaksanaan akad ini di Indonesia diatur dalam Fatwa MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000. Dalam praktiknya bank juga dapat melakukan istishna paralel dengan pihak lain yang ketentuannya dijelaskan dalam Fatwa MUI No 22/DSN-MUI/III/2002. g. Ijarah Konsep dasar dari akad ijarah dalam perbankan syariah adalah menyediakan dana talangan bagi nasabah untuk dapat memperoleh kemafaatan atas suatu barang. Dalam akad ini kepemilikan atas barang tersebut berada pada bank syariah. Rivai dan Arifin (2009) menyatakan bahwa perpindahan hak kepemilikan atas barang di akhir periode ijarah mungkin dilakukan baik melalui jual beli maupun hibah oleh bank kepada nasabah. Akad ini disebut dengan ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiya bitamlik.
9 h. Qardh Qardh merupakan pinjaman yang diberikan bank kepada nasabah tanpa adanya imbalan atas pinjaman tersebut. Sehingga nasabah hanya wajib mengembalikan pinjaman sejumlah pinjaman yang telah diberikan oleh bank.
Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Profitabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan kemampuan untuk memperoleh laba. Laba diartikan sebagai selisih lebih antara harga penjualan yang lebih besar dan harga pembelian atau biaya produksi, atau membungakan uang. Bank syariah didirikan untuk melakukan mobilisasi uang dalam bentuk deposito dan pembiayaan hingga pada kondisi tertentu bank syariah beroperasi untuk memaksimalkan keuntungan (Rosly, 2005). Konsep operasi bank syariah adalah larangan menggunakan bunga. Laba bank syariah diperoleh dari imbalan atas jasa yag dilakukan bank syariah atau bagi hasil dengan nasabah pembiayaan. Dalam melakukan perhitungan profitabilitas bank syariah, terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan. Salah satu diantaranya adalah return on asset (ROA). Menurut Dendiwijaya (2005) ROA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari pengelolaan aset. Semakin besar ROA menunjukkan semakin besar keuntungan yan diperoleh bank dan semakin baik bank dalam penggunaan asset. ROA diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh bank sebelum pajak terhadap total aset yang dimiliki bank syariah.
Widyaningrum (2015) menyatakan bahwa salah satu indikator untuk mengukur keuntungan dalam perbankan adalah Return on Assets (ROA). Menurut Stiawan (2009) ukuran profitabilitas yang tepat untuk suatu perusahaan adalah Return on Equity (RoE) sedangkan ukuran profitabilitas industri adalah ROA. ROA merupakan perbandingan antara total keuntungan sebelum dikurangi pajak terhadap total aset (Abusharbeh, 2014). Kupiec dan Lee (2012) menyatakan bahwa ROA menjadi alat ukur profitabilitas yang baik bagi bank karena ROA terbebas dari distorsi yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam pembiayaan. Penelitian yang dilakukan Moussa dan Chedia (2016) menemukan adanya hubungan negatif antara ROA dan TLA. Ini menunjukkan bahwa peningkatan ROA yang terjadi pada bank akan mengakibatkan turunnya pembiayaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hassan et all (2005) yang menunjukkan bahwa pembiayaan memiliki hubungan neatif dan signifikan terhadap profitabilitas dan ROA bank. Penelitian yang dilakukan Abusharbeh (2014) menemukan bahwa pembiayaan murabahah memiliki implikasi yang menguntungkan bagi bank syariah di Indonesia. Ini dikarenakan bahwa murabahah diketahui tidak memiliki pengaruh pada non-performing financing (risiko) bank syariah. Ia juga
10 menunjukkan bahwa pembiayaan dengan prinsip utang berpotensi meningkatkan profitabilitas bank syariah.
Non Performing Financing (NPF) Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 9/29/DPbs, non performing financing (NPF) merupakan perbandingkan jumlah pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan. Stiawan (2009) menyebutkan bahwa NPF dapat menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan yang semakin buruk. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini maka menunjukkan kualitas pembiayaan yang baik. NPF ini tentunya juga berpengaruh terhadap laba yang diterima BPRS. Bank Indonesia menjadikan NPF sebagai salah satu indikator dalam mengukur tingkat kesehatan bank. Menurut Surat Edaran BI No. 9/29/DPbs tahun 2007, tingkat kesehatan bank berdasarkan NPF adalah sebagai berikut: Tabel 7 Tingkat kesehatan bank berdasarkan NPF Rasio (%) Peringkat NPF < 7 Sangat sehat 7 < NPF < 10 Sehat 10 < NPF < 13 Cukup sehat 13 < NPF < 16 Kurang sehat NPF > 16 Tidak sehat Sumber: SE BI No 9/29/DPbS tahun 2007
Nilai NPF yang tinggi mengindikasikan banyaknya pembiayaan bermasalah pada BPRS sehingga dapat menurunkan laba BPRS. NPF diukur menggunakan rumus berikut:
Financing to Deposit Ratio (FDR) Financing to deposit ratio (FDR) atau yang dikenal juga sebagai Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit terhadap dana yang diterima bank (Dendiwijaya, 2001). FDR menjadi alat ukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan nasabah yang hendak menarik dananya yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Besarnya FDR dihitung menggunakan rumus:
Nilai FDR yang tinggi mengindikasikan kemampuan bank yang rendah dalam likuiditas. Ini dikarenakan besarnya biaya yang dikeluarkan bank sebagai
11 biaya dalam pembiayaan. Meskipun tingginya FDR menunjukkan bank tersebut produktif dan dapat menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, namun kondisi ini juga mengindikasikan belum baiknya manajemen dana dalam bank. FDR yang tinggi dapat meningkatkan laba perusahaan dengan asumsi bank mampu menyalurkan pembiayaan dengan efektif, sehingga jumlah pembiayaan bermasalahnya kecil. Tabel 8 Tingkat kesehatan bank berdasarkan FDR Rasio (%) Peringkat FDR ≤ 75 Sangat sehat 75 < FDR ≤ 85 Sehat 85 < FDR ≤ 100 Cukup sehat 100 < FDR ≤ 120 Kurang sehat FDR > 120 Tidak sehat Sumber: SE BI No 9/24/DPbS tahun 2007
Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia nomor 9/29/DPbs tahun 2007, mengklasifikasikan tingkat kesehatan bank berdasarkan FDR yang diperoleh bank. Klasifikasi ini menjadi acuan bank dalam mengontrol kinerjanya sehingga dapat tetap berada dalam kondisi bank yang sehat.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio biaya operasional menurut Dendiwijaya (2001) merupakan perbandingan biaya operasional dan pendapatan operasional bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisien bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Nilai BOPO menggambarkan upaya bank dalam meminimalkan risiko operasional. Nilai BOPO yang rendah menunjukkan bahwa bank semakin efisien dalam mengendalikan biaya operasionalnya. Bank Indonesia melalui Surat Edaran BI No. 9/29/DPbs tahun 2007 menjelaskan tingkat kesehatan bank berdasarkan nilai BOPO. Tabel 9 Tingkat kesehatan bank berdasarkan BOPO Rasio (%) Peringkat BOPO ≤ 83 Sangat sehat 83 < BOPO ≤ 85 Sehat 85 < BOPO ≤ 87 Cukup sehat 87 < BOPO ≤ 89 Kurang sehat BOPO > 89 Tidak sehat Sumber: SE BI No 9/29/DPbS tahun 2007
12 Penelitian Terdahulu Stiawan (2009) menganalisis pengaruh faktor makroekonomi, pangsa pasar dan karakteristik bank terhadap profitabilitas. Dalam penelitiannya diketahui bahwa inflasi, GDP, pangsa pembiayaan, CAR, FDR, NFP, BOPO, dan size berpengaruh secara simultan terhadap ROA bank syariah di Indonesia. Namun jika dilihat secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi dan GDP terhadap profitabilitas bank syariah. Kondisi ini berbeda dengan hasil ujji parsial pangsa pasar, CAR, NPF, BOPO, size terhadap profitabilitas yang menunjukkan pengaruh yang signifikan. Nilai inflasi dan GDP sebagai proksi dari makroekonomi yang tidak berpengaruh terhadap ROA menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari makroekonomi terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia. Sedangkan variabel pangsa pasar sebagaimana hasil penelitian berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Variabel CAR, FDR, NPF, BOPO, dan size sebagai proksi dari karakteristik bank menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik bank syariah dengan tingkat profitabilitas bank tersebut. Abusharbeh (2014) menganalisis risiko kredit atau pembiayaan dan profitabilitas bank Islam di Indonesia. Dalam penelitiannya Abusharbeh membagi pembiayaan atas pembiayaan dengan prinsip profit loss sharing (PLS) dan non profit loss sharing (NPLS). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pembiayaan dengan prinsip PLS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap non-performing financing (NPF), sedangkan NPLS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NPF. Kondisi sebaliknya ditemukan saat melihat pengaruh PLS dan NPLS terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah. PLS justru menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan NPLS memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Dan dari penelitian Abusharbeh tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara NPF terhadap ROA. Widyaningrum (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh CAR, NPF, FDR, dan OER terhadap ROA BPRS periode Januari 2009 hingga Mei 2014. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR dan NPF berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Widyaningrum menyatakan bahwa ini dikarenakan pembiayaan yang paling banyak digunakan adalah pembiayaan murabahah yang cenderung lancar. Sedangkan pembiayaan non lancar lebih banyak terjadi pada akad pembiayaan mudharabah. Uji parsial FDR terhadap ROA juga menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Ini dikarenakan belum efektif dan optimalnya pembiayaan yang dilakukan BPRS. Satu-satunya variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ROA adalah OER. Ini mengindikasikan bahwa BPRS telah mencapai efisiensi operasional yang baik dan stabil sehingga memiliki potensi besar dalam memperoleh keuntungan. Rahman dan Rochmanika (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan rasio non performing financing terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia. Pembiayaan jual beli berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank umum syariah (BUS). Artinya peningkatan jumlah pembiayaan jual beli akan mampu meningkatkan ROA. Mereka menyebutkan bahwa pembiayaan jual beli yang didominasi akad
13 murabahah dan disusul akad salam dan istishna mampu mendorong profitabilitas BUS karena pendapatan mark up yang diperoleh bank syariah merupakan pendapatan terbesar BUS. Sedangkan pembiayaan bagi hasil menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Ini menunjukkan peningkatan jumlah pembiayaan bagi hasil akan menurunkan nilai ROA. Rahayu (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh dana pihak ketiga, pembiayaan, dan financing to deposit ratio terhadap laba pada bank X KCP. Secara agregat dari penelitian ini disimpulkan bahwa dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan FDR berpengaruh signifikan terhadap laba secara simultan dan secara parsial. Dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba. Ini menunjukkan peningkatan DPK dan pembiayaan mampu mendorong peningkatan laba bank. Sedangkan FDR memberikan pengaruh negatif. Ini berarti peningkatan FDR akan menurunkan laba bank. Triawan (2008) meneliti risiko portofolio dan potensi kerugian pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah dengan metode creditrisk+. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan dengan tingkat pengembalian paling besar adalah musyarakah sedangkan pembiayaan dengan paling rendah adalah mudharabah. Pembiayaan dengan tingkat risiko terbesar adalah salam sedangkan yang memiliki tingkat risiko terkecil adalah murabahah. Purwanto (2011) menganalisis besarnya pengaruh pembiayaan, financing to deposit ratio (FDR), dan rasio non performing financing (NPF) terhadap laba bank syariah dengan studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tingginya FDR menunjukkan bahwa BMI dapat menjalankan fungsi intermediasi dengan baik namun bank ini memiliki risiko likuiditas yang cukup tinggi. Jika risiko ini tidak mampu dikendalikan dengan baik maka akan membahayakan bank tersebut. Hasil analisis regresi yang dilakukan menunjukkan pengaruh positif yang diberikan pembiayaan terhadap laba. Sedangkan FDR dan NPF berpengaruh negatif terhadap laba.
Kerangka Pemikiran Bank Syariah
Fungsi Intermediasi
Menyalurkan dana
Menghimpun dana
Tabungan
Deposito
Giro
Pembiayaan
Akad
Profitabilitas
14
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Februari 2016 hingga Juni 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data ini diperoleh dari laporan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI). Data yang digunakan merupakan data time series atau deret waktu. Menurut Firdaus (2011) data time series atau data deret waktu merupakan observasi terhadap suatu obyek sepanjang kurun waktu tertentu. Data deret waktu dapat bersifat harian (dailly), mingguan (weekly), bulanan (monthly), triwulanan (quarterly), dan tahunan (annually). Dalam penelitian ini data deret waktu yang digunakan bersifat bulanan (monthly). Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Januari 2011 hingga Desember 2015.
Metode Pengolahan Data Dalam pengolahan data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif diperlukan dalam mendefinisikan dan mendeskripsikan data. Dalam analisis ini data yang telah dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk grafis atau tabulasi. Ini bertujuan untuk menyederhanakan penyajian data yang memudahkan proses analisis data. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis dengan metode regresi berganda penulis menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16.
Metode Regresi Linear Berganda Regresi menurut Gujarati (1999) dalam Supranto merupakan studi ketergantungan dari satu variabel tidak bebas (dependent variabel) terhadap satu atau lebih variabel yang menerangkan atau variabel bebas (independent variabel atau explanatory variabel) dengan tujuan untuk memperkirakan dan atau meramalkan nilai rata-rata variabel tidak bebas jika nilai variabel bebas diketahui. Jika terdapat lebih dari dua variabel (termasuk variabel tidak bebas) dalam sebuah persamaan regresi maka disebut regresi linear berganda (multiple linear regression) (Supranto, 2005). Juanda (2009) menyebutkan bahwa metode ini merupakan pengembangan dari regresi linear sederhana (ordinary least square). Oleh karena itu dalam melakukan analisis menggunakan metode ini juga harus memenuhi asumsi yang sama dengan metode linear sederhana. Diantara asumsi yang terdapat dalam analisis regresi linear berganda menurut Juanda (2009) antara lain : 1. Spesifikasi model sebagai berikut : ..................................................(1) Dimana : Yi : variabel tak bebas (dependent variable)
15 Xki : variabel bebas (independent variable) : koefisien variabel bebas : error 2. Peubah merupakan peubah non-stokastik (fixed) dan tidak ada hubungan sempurna antar peubah bebas 3. Komponen sisaan : a. Nilai harapan sisaan sama dengan nol dan ragam konsta untuk semua pengamatan ke-i ; b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov , untuk i≠j c. Komponen sisaan menyebar normal Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk melihat hubungan yang terdapat antara variabel terikat (Y) yang dalam penelitian ini merupakan profitabilitas BPRS dengan lebih dari satu variabel bebas (X). Dalam penelitian ini, variabel bebas (X) yang digunakan antara lain NPF, FDR, BOPO, dan pembiayaan berdasarkan akad. Pembiayaan berdasarkan akad yang dimaksud adalah besarnya pembiayaan yang diberikan sesuai dengan jenis akad yang digunakan. Akad-akad yang akan dianalisis dalam penelitian ini antara lain mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, dan ijarah. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Rochmanika (2012) maka model penelitian regresi berganda kali ini sebagai berikut:
.........................................................................................(2) Dimana : ROA NPF FDR BOPO mudharabah musyarakah murabahah salam istishna ijarah
: return on asset : non performing financing : financing to deposit ratio : rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional : pembiayaan menggunakan akad mudharabah : pembiayaan menggunakan akad musyarakah : pembiayaan menggunakan akad murabahah : pembiayaan menggunakan akad salam : pembiayaan menggunakan akad istishna : pembiayaan menggunakan akad ijarah : intersep : koefisien variabel ke-i ; i = 1,2,3,...... : error
16
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum BPRS Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam UU No. 21 Tahun 2008, BPRS didefinisikan terpisah dengan BPR konvensional sebagai bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dasar hukum pendirian BPRS di Indonesia adalah PBI No. 11/23/PBI/2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ditetapkan pada 1 Juli 2009 (Ni’mah, 2014). Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, BPRS dapat melakukan kegiatan yang serupa dengan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) namun BPRS tidak dapat melakukan aktifitas jasa dalam hal pembayaran. Beberapa jasa keuangan yang dapat dilakukan BPRS menurut Ni’mah (2014): a. Mobilisasi dana BPRS 1) Simpanan amanah 2) Tabungan wadi’ah 3) Deposito wadi’ah mudharabah b. Penyaluran dana BPRS 1) Pembiayaan mudharabah 2) Pembiayaan musyarakah 3) Pembiayaan ba’i bi daman ajil 4) Pembiayaan murabahah 5) Pembiayaan qardh hasan 6) Pembiayaan istisna’ 7) Pembiayaan hawalah 8) Bai’ as salam c. Jasa perbankan lainnya
Gambar 2 Rasio kinerja BPRS di Indonesia
17 Kegiatan jasa keuangan yang dilakukan BPRS ini mempengaruhi kinerja BPRS yang diketahui melalui rasio-rasio perbankan sebagaimana Gambar 2. Rasio-rasio perbankan pada Gambar 2 menggambarkan kinerja BPRS di Indonesia tahun 2009 hingga 2015. Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa kinerja BPRS di Indonesia cenderung mengalami penurunan, hanya rasio BOPO dan NPF yang mengalami peningkatan. Namun peningkatan rasio BOPO tidaklah mengindikasikan suatu hal yang positif bagi BPRS. Ini justru menunjukkan kegiatan operasional BPRS yang semakin tidak efisien. Kondisi ini dikarenakan laju peningkatan biaya operasional BPRS lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan pendapatan operasional BPRS. Sebagaimana yang terjadi dengan BOPO, peningkatan NPF juga tidak memberikan indikasi yang baik terhadap BPRS. Nilai NPF yang cenderung meningkat menunjukkan adanya peningkatan jumlah pembiayaan yang bermasalah di BPRS. Kondisi ini berdampak buruk pada BPRS karena dapat menurunkan pendapatan BPRS serta mmenunjukkan kinerja BPRS yang tidak baik. Sejalan dengan meningkatnya tren NPF dan BOPO, rasio ROA dan ROE yang menunjukkan profitabilitas cenderung mengalami penurunan. Ini berarti terjadi penurunan profitabilitas BPRS dari tahun 2009 hingga 2015. Selain rasio yang menunjukkan profitabilitas, tren negatif juga ditunjukan oleh CAR dan FDR. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio likuiditas perbankan. CAR menunjukkan tingkat kecukupan modal bank dalam membiayai pembiayaan yang mengandung risiko. Sedangkan FDR menunjukkan kemampuan bank dalam mengambalikan dana pihak ketiga. Penurunan kedua rasio ini menunjukkan adanya penurunan kemampuan likuiditas BPRS di Indonesia. Nilai CAR yang menurun menunjukkan kemampuan likuiditas jangka panjang bank yang menurun. Kondisi ini akan menurunkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dana pada BPRS. Dengan menurunnya dana yang disimpan pada BPRS maka akan turut menurunkan pendapatan BPRS. Begitu pula dengan penurunan nilai FDR. Penurunan FDR menunjukkan semakin menurunnya pelaksanaan fungsi intermediasi pada BPRS. Atau dengan kata lain, semakin sedikitnya jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BPRS. Jumlah pembiayaan yang semakin menurun dapat mendorong penurunan profitabilitas BPRS. Tabel 10 Perkembangan pembiayaan BPRS Tahun Total (juta rupiah) 2011 2 675 930 2012 3 553 520 2013 4 433 492 2014 5 004 909 2015 5 741 115 Sumber : data penelitian (diolah)
Meskipun rasio-rasio yang menunjukkan kinerja BPRS mengalami penurunan pada 2009 hingga 2015, namun pembiayaan yang diberikan BPRS cenderung meningkat. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 10. Sedangkan komposisi
18 pembiayaan BPRS masih didominasi oleh pembiayaan dengan menggunakan akad atau skim murabahah.
Gambar 3 Komposisi pembiayaan BPRS 2015 Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat skim pembiayaan murabahah merupakan skim pembiayaan terbanyak digunakan BPRS, yakni mencapai 83 persen dari total pembiayaan. Selanjutnya adalah pembiayaan musyarakah dan mudharabah dengan masing-masing sebesar 12 persen dan 3 persen. Sedangkan skim istishna dan ijarah cukup sedikit dilakukan BPRS. Yakni sebesar 0.20 persen dan 0.11 persen dari total pembiayaan.
Pengaruh Pembiayaan Terhadap Profitabilitas BPRS Analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas BPRS adalah metode analisis regresi linear berganda. Variabel yang digunakan dalam analisis ini bukan hanya pembiayaan berdasarkan akad, namun juga menggunakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi profitabilitas BPRS. Model yang dianalisis dalam penelitian ini mengaacu pada penelitian yang dilakukan oleh Abusharbeh (2014). Analisis yang dilakukan menggunakan bantuan software Minitab 16 memberikan hasil model penelitian sebagai berikut: ROA = 0,0232 - 0,0222 NPF + 0,00315 FDR - 0,0550 BOPO - 0,00539 mudharabah - 0,00809 musyarakah + 0,0156 murabahah - 0,000066 salam - 0,000599 istishna - 0,00158 ijarah ............................................(3) Dimana : ROA : return on asset NPF : non performing financing FDR : financing to deposit ratio BOPO : rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional mudharabah : pembiayaan menggunakan akad mudharabah musyarakah : pembiayaan menggunakan akad musyarakah murabahah : pembiayaan menggunakan akad murabahah salam : pembiayaan menggunakan akad salam
19 istishna ijarah
: pembiayaan menggunakan akad istishna : pembiayaan menggunakan akad ijarah : intersep : koefisien variabel ke-i ; i = 1,2,3,...... : error
Namun model ini tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan adanya multikolinearitas atau kolinearitas ganda yang terjadi dalam model ini. Multikolinearitas menurut Juanda (2009) merupakan kondisi dimana terdapat hubungan linear antar peubah bebas dalam model. Kondisi multikolinearitas ganda ini menyebabkan koefisien regresi tidak dapat diinterpretasikan. Adanya multikolinearitas dalam model ini diketahui melalui nilai variance inflation factors (VIF). Multikolinearitas ditunjukan oleh variabel yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10 (Sunaryo dan Siagian, 2011). Variabel yang mengalami masalah multikolinearitas antara lain mudharabah, musyarakah, dan murabahah. Juanda (2009) menyebutkan terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah multikolinearitas. Salah satunya dengan melakukan penelitian menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis). Tabel 11 Hasil uji multikolinearitas Predictor Constant NPF FDR BOPO Mudharabah Musyarakah Murabahah Salam Istishna Ijarah
VIF 7.946 1.635 7.933 21.052 72.327 39.243 2.797 1.327 2.558
Sumber : data penelitian (diolah)
Metode PCA ini menghilangkan masalah multikolinearitas karena peubah bebas hasil transformasi saling bebas antar sesama. Soemartini (2008) menjelaskan beberapa kelebihan dalam menggunakan PCA dalam mengatasi multikolinearitas. Diantaranya: 1. Dapat menghilangkan korelasi secara bersih (korelasi=0) sehingga masalah multikolinearitas dapat teratasi sepenuhnya 2. Dapat digunakan untuk segala kondisi data 3. Dapat digunakan tanpa mengurangi variabel dasar 4. Kesimpulan yang dihasilkan dari metode ini lebih akurat dibandingkan metode lain.
20 Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Analisis komponen utama menghasilkan persamaan yang bebas dari masalah multikolinearitas tanpa harus menghilangkan variabel yang mengalami korelasi. Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan analisis komponen utama. Yakni : 1. Membakukan variabel bebas dalam model Dalam analisis komponen utama (PCA) maka variabel-variabel bebas yang dianalisis harus dibakukan. Pembakuan variabel bebas dilakukan menggunakan rumus : ...................................................................................................(4)
I
= hasil pembakuan variabel X = variabel bebas ke-i = rata-rata variabel bebas ke-i = standar deviasi ke-i = 1,2,3,...,dst
2.
Menentukan akar ciri dan vektor ciri Akar ciri diketahui melalui nilai Eigenvalue yang ditampilkan oleh Minitab 16. Semakin tinggi nilai Eigenvalue maka semakin besar nilai keragaman data yang dapat dijelaskan oleh komponen utama. Nilai vektor ciri diketahui melalui nilai nilai Pci.
Gambar 4 Akar ciri (data diolah) Sebagian besar ahli menganjurkan untuk memilih komponen utama dengan nilai Eigenvalue lebih besar dari saru. Gambar 2 menunjukkan bahwa akar ciri pertama dan kedua memiliki nilai Eigenvalue lebih besar dari satu. Akar ciri pertama menunjukkan bahwa komponen utama pertama dapat menjelaskan 65.1 persen keragaman data. Akar ciri kedua menunjukkan bahwa komponen utama kedua dapat menjelaskan 13 persen keragaman data. Kedua akar ciri ini merupakan akar ciri terbaik dalam menerangkan keragaman total data. 3. Menentukan jumlah komponen utama yang digunakan Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah komponen utama adalah melihat nilai Eigenvalue dari akar ciri. Sebagaimana yang tampak pada Gambar 2 bahwa komponen yang memiliki nilai Eigenvalue lebih dari satu adalah komponen pertama dan kedua, sehingga kedua komponen ini akan kita gunakan dalam analisis ini. Komponen utama pertama dan kedua merupakan kombinasi linear Z yang dinyatakan dalam persamaan
21
..............................................................(5)
..............................................................(6) 4.
Meregresikan komponen utama Untuk melihat pengaruh komponen utama sebagai bentuk baku dari variabel bebas terhadap ROA, maka dilakukan analisis regresi antara ROA dan W1 dan W2. Hasil regrresi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5 Hasil regresi linear ROA terhadap w1 dan w2 5.
Transformasi W menjadi Z Hasil regresi komponen utama adalah
roa = 0,0261 - 0,000722 w1 + 0,000920 w2 ........................................................(7) Hasil regresi utama ditransformasi ke dalam persamaan (2) dan (3).
..................................................(8) Keterangan : Roa = return on asset Zi = hasil pembakuan variabel bebas ke-i i = 1,2,3,...,dst 6.
Tranformasi Z menjadi X Transformasi Z menjadi X dapat dilakukan menggunakan rumus pembakuan X sebagaimana persamaan (1). Hasil transformasi Z menjadi X akan menjadi model akhir persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini.
22 Y = 0.934181 – 3.86370 X1 – 0.340481 X2 – 0.137581 X3 – 0.0034263 X4 – 0.0001672 X5 – 0.0015751 X6 + 0.0002668 X7 – 0.0004950 X8 + 0.0008448 X9 ...............................................................................................(9) Dimana : Y : return on asset (ROA) X1 : non performing financing (NPF) X2 : financial to deposit ratio (FDR) X3 : Biaya Operasional (BOPO) X4 : mudharabah X5 : musyarakah X6 : murabahah X7 : salam X8 : istishna X9 : ijarah Dalam model yang dihasilkan dari analisis komponen utama ini, profitabilitas BPRS yang diukur melalui return on asset (ROA) dipengaruhi oleh sembilan variabel bebas tanpa adanya kendala multikolinearitas. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari hasil analisis data adalah 51.8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 51.8 persen keragaman profitabilitas (ROA) dapat dijelaskan melalui variabel-variabel independen dalam model. Sedangkan sisanya 48.2 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan hasil analisis juga diketahui p-value pada model menunjukkan nilai 0.000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF, FDR, BOPO, pembiayaan dengan menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, dan ijarah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas BPRS di Indonesia secara simultan dengan selang kepercayaan 95 persen. Tabel 12 Hasil uji-t Variabel NPF FDR BOPO Mudharabah Musyarakah Murabahah Salam Istishna Ijarah
T – statistik -29.75 -202.31 -118.65 -327.84 -272.37 -383.31 -24.31 -115.97 -137.24
P – Value 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Sumber : data penelitian (diolah)
Untuk melihat hubungan dari NPF, FDR, BOPO, dan pembiayaan berdasarkan akad secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) BPRS maka dilakukan uji t. Dengan melakukan uji ini, maka dapat diketahui hubungan masing-masing variabel terhadap ROA. Hasil uji t menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini signifikan mempengaruhi ROA atau profitabilitas BPRS secara parsial pada selang kepercayaan 95 persen.
23 Evaluasi Model Berdasarkan Kriteria Ekonometrika Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov Test dalam software Minitab. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : residual terdistribusi normal H1 : residual tidak terdistribusi normal Hasil uji normalitas menunjukkan besarnya p-value sebesar 0.000. Nilai pvalue ini lebih kecil dari taraf nyata 1 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa residual data terdistribusi normal. Oleh karena itu maka asumsi normalitas model estimasi telah dipenuhi.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson Test yang terdapat pada software Minitab. Model dikatakan mengalami autokorelasi jika nilai Durbin Watson lebih kecil dari DL atau lebih besar dari 4-DL. Hasil uji autokorelasi sebagai mana terlampir menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0.559989. Nilai ini lebih besar dari nilai DL dan lebih kecil dari nilai 4-DL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi serial antar sisaan atau dapat dikatakan bahwa sisaan menyebar bebas (Cov (Ɛi,Ɛj) = E (Ɛi,Ɛj) = 0).
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Breusch-Pagan. Juanda (2009) menyatakan bahwa model tidak memiliki heteroskedastisitas jika setengah dari jumlah kuadrat regresi (JKR) mendekati nilai Khi-kuadrat dengan derajat bebas satu. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai statistik uji lebih kecil dibandingkan nilai khi kuadrat. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model. Hal ini menunjukkan bahwa ragam sisaan pada model sama atau homogen.
Pengaruh NPF terhadap profitabilitas (ROA) Hasil uji parsial menunjukkan pengaruh NPF terhadap ROA yang signifikan pada taraf nyata lima persen. Secara simultan variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap ROA. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Widyaningrum dan Septiarini (2015) yang menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil ini juga berbeda dengan yang disampaikan Abusharbeh (2014), bahwa NPF tidak memiliki hubungan dengan ROA. Selain itu, hasil ini juga berbeda dengan penelitian Ariyani (2010) yang menyatakan bahwa NPF tidak berpengaruh
24 signifikan pada profitabilitas bank secara parsial, namun memberikan pengaruh positif yang signifikan secara simultan. Koefisien NPF sebesar 3.86370 menunjukkan peningkatan NPF sebesar satu persen akan meningkatkan ROA sebesar 3.86370 persen,cateris paribus. NPF menunjukkan besarnya risiko pembiayaan yang dihadapi BPRS. Semakin besar nilai NPF maka semakin tinggi tingkat risiko pembiayaan yang dilakukan BPRS. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko pembiayaan yang dimiliki BPRS, maka semakin rendah profitabilitas (ROA) BPRS tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Rahman dan Rochmanika (2012). Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Ariyani (2010).
Gambar 6 Perkembangan NPF BPRS Pengaruh negatif dari NPF terhadap ROA disebabkan oleh rata-rata NPF BPRS di Indonesia mencapai 7.73 persen. Nilai ini lebih besar dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa BPRS di Indonesia tidak dianggap sehat karena memiliki risiko pembiayaan yang tinggi. Dengan terjadinya peningatan risiko pembiayaan maka terjadi penurunan profitabilitas BPRS.
Pengaruh FDR terhadap profitabilitas (ROA) FDR berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap ROA baik secara parsial maupun secara simultan. Koefisien FDR sebesar 0.0036 menunjukkan peningkatan satu persen FDR akan menyebabkan peningkatan ROA sebesar 0.0036 persen, cateris paribus. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan indikator yang menunjukkan tingkat likuiditas pada bank. Ismail (2011) menyatakan bahwa FDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi permintaan nasabah dalam menarik uang kembali yang telah disalurkan bank dalam bentuk pembiayaan. Semakin tinggi nilai FDR menunjukkan bahwa dana yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan lebih besar dibandingkan dana yang berhasil dihimpun bank dari masyarakat. Kondisi ini seharusnya mendorong terjadinya peningkatan profitabilitas BPRS. Namun pada kondisi ini FDR menyebabkan pengaruh negatif pada BPRS.
25 Kondisi ini dapat ditimbul karena pembiayaan yang diberikan oleh BPRS kepada masyarakat belum efektif sehingga cukup banyak pembiayaan yang bermasalah. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2010) yang menyatakan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara FDR terhadap profitabilitas bank.
Gambar 7 Perkembangan FDR BPRS Pengaruh negatif yang diberikan FDR terhadap profitabilitas BPRS dapat menunjukkan manajemen BPRS yang kurang baik. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan terlalu besar. Jika mengacu pada standar kesehatan bank di Indonesia yang dikeluarkan BI melalui Surat Edaran BI No 9/29/DPbs tahun 2007, maka nilai FDR yang lebih besar dari 120 menunjukkan kondisi BPRS yang tidak sehat. Kondisi ini dapat berpengaruh pada kepercayaan nasabah dalam berinvestasi maupun menyimpan dana di BPRS.
Pengaruh BOPO terhadap profitabilitas (ROA) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) menunjukkan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional bank. Dendawijaya (2005) menyebutkan bahwa BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin tinggi nilai BOPO menunjukkan semakin tidak efisien bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien BOPO sebesar 0.340481 dan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap bank secara simultan. Hal ini berarti peningkatan efisiensi bank dalam operasional sebesar satu persen akan menurunkan ROA sebesar 0.340481 persen, cateris paribus. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyaningrum dan Septiarini (2015) dan Ariyani (2010). Pengaruh negatif BOPO terhadap profitabilitas BPRS dapat disebabkan oleh semakin meningkatnya nilai BOPO setiap tahun. Peningkatan BOPO menunjukkan semakin tidak efektifnya kinerja BPRS. Meskipun pada awalnya rasio BOPO berada dibawah standar yang ditetapkan BI, namun pada tahun 2014 BOPO meningkat hingga melebihi standar yang ditoleransi. Dengan demikian
26 status BPRS yang pada awalnya sehat berubah menjadi kurang sehat akibat peningkatan BOPO ini. Kondisi ini sebagaimana yang disampaikan Beik (2014) dalam Iqtishodiah bahwa terjadi penurunan kinerja perbankan syariah pada tahun tersebut.
Gambar 8 Perkembangan BOPO BPRS
Pengaruh mudharabah terhadap profitabilitas (ROA) Pembiyaan dengan menggunakan prinsip mudharabah merupakan salah satu skema pembiayaan bagi hasil dimana bank memperoleh imbal bagi hasil sesuai dengan besarnya nisbah bagi hasil yang telah disepakati di awal akad. Imbal bagi hasil yang diterima bank tidak sama setiap waktu, karena pada akad ini besarnya bagi hasil yang diterima bank mengikuti besarnya keuntungan yang diperoleh oleh nasabah dari usaha yang dilakukan.
Gambar 9 Perkembangan ROA dan pembiayaan mudharabah Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial pembiayaan dengan akad mudharabah memberikan pengaruh negatif yang signifikan. Hal ini
27 menunjukkan, bahwa tanpa adanya variabel lain peningkatan pembiayaan dengan akad mudharabah akan menurunkan profitabilitas BPRS. Selain itu, secara simultan dengan variabel lain, pembiayaan mudharabah memiliki koefisien 0.0034263. Artinya peningkatan pembiayaan menggunakan akad mudarabah akan menyebabkan ROA turun sebesar 0.0034263 persen, cateris paribus. Hubungan negatif antara ROA dan pembiayaan mudharabah juga terlihat melalui Gambar 9. Gambar 9 memperlihatkan adanya hubungan berlawanan antara ROA dan pembiayaan mudharabah. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Rochmanika (2012) namun berbeda dengan hasil penelitian Zaenudin dan Erlina (2013) yang menyebutkan adanya pengaruh positif pembiayaan mudharabah dengan pendapatan bank.
Pengaruh musyarakah terhadap profitabilitas (ROA) Musyarakah merupakan skema pembiayaan bagi hasil dimana nisbah bagi hasil ditentukan berdasarkan proporsi kontribusi modal masing-masing pihak dalam usaha. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh musyarakah negatif dan signifikan terhadap ROA secara simultan. Koefisien musyarakah dari penelitian ini sebesar 0.0001672. Ini menunjukkan peningkatan pembiayaan musyarakah akan menurunkan ROA sebesar 0.0001672. Secara parsial, pembiayaan musyarakah juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas BPRS. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rahman dan Rochmanika (2012). Hubungan negatif antara ROA dan pembiayaan musyarakah dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Perkembangan ROA dan pembiayaan musyarakah Koefisien hasil analisis dari mudarabah dan musyarakah cenderung kecil. Muhammad dalam Rahman dan Rochmanika (2012) menyatakan bahwa signifikansi bagi hasil dalam operasional investasi memiliki peran yang sangat lemah. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain: 1. Adanya anggapan standar moral yang berkembang di sebagian besar komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
28 2. Keterlibatan bank dalam usaha dengan sistem ini terlalu besar sehingga memperkecil ruang kebebasan pengusaha 3. Pembiayaan ini membutuhkan kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.
Pengaruh murabahah terhadap profitabilitas (ROA)
Gambar 11 Perkembangan ROA dan pembiayaan murabahah
Murabahah merupakan skema pembiayaan dengan menggunakan prinsip jual beli. Dimana pihak bank akan mendapat keuntungan dari selisih harga pembelian barang dengan harga jual kepada nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif signifikan murabahah terhadap ROA dengan koefisien 0.0015751. Nilai koefisien ini menunjukkan peningkatan pembiayaan menggunakan murabahah sebesar satu persen akan menurunkan ROA sebesar 0.0015751 persen. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Rahman dan Rochmanika (2012) yang menyatakan pembiayaan dengan prinsip jual beli memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Kondisi ini dapaat disebabkan oleh tingginya jumlah pembiayaan yang bermasalah atau berada pada kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet sebagaimana yang disampaikan oleh Mukhayar (2015). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa BPRS yang menerapkan prinsip syariah dalam pembiayaan memiliki potensi kerugian yang cukup besar dari pembiayaan bermasalah termasuk pembiayaan dengan prinsip murabahah. Pembiayaan dengan prinsip murabahah dapat menyebabkan kerugian pada BPRS diakibatkan oleh tingginya jumlah pembiayaan bermasalah pada akad ini. Triawan (2008) menemukan bahwa debitur yang berpeluang macet terbesar berasal dari pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah. Akad ini juga memberikan nilai expected loss terbesar terhadap BPRS amanah ummah yang menjadi tempat penelitian tersebut dilakukan.
29 Pengaruh ijarah terhadap profitabilitas (ROA) Ijarah merupakan salah satu akad jual beli dengan sistem leasing. Hasil regresi menunjukkan bahwa pembiayaan dengan akad ijarah memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dengan koefisien 0.0008448. Artinya peningkatan satu persen pembiayaan dengan akad ijarah dapat meningkatkan ROA BPRS sebesar 0.0008448 persen.
Gambar 12 Perkembangan ROA dan pembiayaan ijarah Kondisi ini dimungkinkan karena risiko pembiayaan dengan menggunakan akad ini tidaklah terlalu besar. Sebagaimana yang disampaikan Triawan (2008) bahwa akad ijarah merupakan akad dengan tingkat risiko terkecil ketiga setelah murabahah dan qardh. Akad ini juga memiliki tingkat pengembalian yang cukup tinggi. Selain itu penggunaan akad ini dalam pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS di Indonesia saat ini cukup besar. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Qodriasari (2014) yang menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara pembiayaan dengan akad ijarah terhadap profitabilitas. Dalam penelitian tersebut ia menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas bank akibat adanya persaingan antar bank dalam melakukan pembiayaan.
Pengaruh salam terhadap profitabilitas (ROA) Akad salam dari hasil analisis menunjukkan pengaruh postif signifikan terhadap ROA. Akad ini memiliki koefisien sebesar 0.0002668, artinya peningkatan pembiayaan dengan akad salam sebesar satu persen dapat meningkatkan ROA sebesar 0.0002668 persen.
30
Gambar 13 Perkembangan ROA dan pembiayaan salam Hasil ini sesuai dengan penelitian Rahan dan Rochmanika (2012) yang menyatakan pembiayaan dengan akad jual beli berpengaruh positif terhadap laba bank. Ini dikarenakan rendahnya risiko yang dimiliki akad ini. Karim dalam Rahman dan Rochmanika (2012) menyebutkan bahwa risiko-risiko yang mungkin terjadi pada salam dapat diantisipasi oleh bank dengan menggunakan beberapa langkah yang tepat.
Pengaruh istishna terhadap profitabilitas (ROA) Hasil analisis menunjukkann adanya pengaruh negatif dan signifikan antara istishna terhadap ROA. Akad ini memiliki koefisien regresi sebesar 0.0004950 artinya peningkatan pembiayaan dengan akad istishna sebesar satu persen meningkatkan ROA sebesar 0.0004950 persen. Sebagaimana dengan penelitian Abusharbeh (2014) bahwa pembiayaan dengan sistem selain bagi hasil memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank.
Gambar 14 Perkembangan ROA dan pembiayaan istishna
31 Karim dalam Rahman dan Rochmanika (2012) menyatakan bahwa risiko pada pembiayaan salam dan istishna dapat diantisipasi melalui beberapa langkah antisipasi yang tepat. Seperti risiko gagl serah barang yang diantisipasi dengan menetapkan konvenan rasio kolateral 220% serta jatuhnya harga barang yang diantisipasi dengan kebijakan harga barang dibayar sesuai kesepakatan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka hasil analisis pengaruh pembiayaan berdasarkan akad terhadap profitabilitas BPRS di Indonesia disimpulkan sebagai berikut: 1. Variabel non performing financing (NPF), financing to deposit ratio (FDR), rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) serta pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, dan ijarah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas BPRS baik secara simultan maupun secara parsial. 2. Rasio kinerja bank yakni NPF, FDR, dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan adanya penurunan profitabilitas BPRS saat terjadi kenaikan rasio-rasio tersebut. 3. Variabel pembiayaan berdasarkan akad memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas BPRS, kecuali pembiayaan dengan akad salam dan ijarah. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis berikan antara lain: 1. Perlu adanya peningkatan kinerja BPRS dengan melakukan penurunan rasio NPF dan BOPO serta peningkatan FDR. 2. BPRS harus dapat memperbaiki kualitas pembiayaannya sehingga dapat mendorong peningkatan profitabilitas BPRS melalui pembiayaan. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pembiayaan berdasaran akad terhadap indikator kesehatan bank lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Abusharbeh M. 2014. Credit risk and profitability of islamic banks: evidence for Indonesia. World Review of Business Research 4(3): 136-147. Ariyani D. 2010. Analisis pengaruh CAR,FDR,BOPO dan NPF terhadap profitabilitas pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Al-Iqtishad. [internet]. Januari 2010; [diunduh 2016 Julli 16]; 2(1).ISSN: 2407-8654. Tersedia pada: journal.uinjkt.ac.id
32 Beik IS. 2014. Memperkuat industri perbankan syariah. Iqtishodia. [internet]. Desember 2014; [ diunduh 2016 Juni 18]. Tersedia pada: fem.ipb.ac.id. [BI] Bank Indonesia. 2016. Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/29/DPbs tahun 2007. [Internet]. [diunduh: 2016 Juli 10]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id Dendawijaya L. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Ismail AK.2011. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta (ID): Kencana. Mukhayar W.2015. Pengukuran nilai kerugiaan akibat risiko pembiayaan produk murabahah pada PT BPRRS X [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ni’mah A. 2014. Analisis Qardhu Hasan di BPRS Artha Mas Abadi Margoyoso Pati. [Skripsi]. Jawa Tengah (ID): STAIN Kudus Nurhayati. 2014. analisis faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank umum syariah di Indonesia tahun 2008-2012. [Skripsi]. Bengkulu (ID): Universitas Bengkulu. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Syariah. [Internet]. [diunduh: 2016 April 10]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Indonesia. [Internet]. [diunduh: 2016 Juni 15]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Statistik Perbankan Syariah. [Internet]. [diunduh: 2016 Juni 15]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id Purawanto TJ. 2011. Analisis besarnya pengaruh pembiayaan, financing to deposit ratio (FDR) dan rasio non performing financing (NPF) terhadap laba bank syariah studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Qodriasari IL. 2014. Analisis pengaruh pendapatan pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan sewa ijarah terhadap profitabilitasbank umum syariah di Indonesia periode tahun 2011-2013 [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rahayu D. 2010. Analisis pengaruh dana pihak ketiga, pembiayaan, dan financing to deposit ratio terhadap laba Bank X KCP [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahma A, Rochmanika. 2012. pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan rasio non performing financing terhadap profitabilitas bank umum syariah di Indonesia : Universitas Brawijaya Rivai V, Arifin A. 2009. Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global. Jakarta (ID): Bumi Aksara Rosly SA. 2005 Critical Issues on Islamic Banking and Financial Markets. Kuala Lumpur (MY): Danamas. Siringoringo R. 2012. Karakteristik dan fungsi intermediasi perbankan indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Batam (ID). Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana Stiawan A. 2009. Analisis pengaruh faktor makroekonomi,pangsa pasar dan karakteristik bank terhadap profitabilitas bank syariah studi kasus bank syariah periode 2005-2008 [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Sunaryo S, Siagian TH. 2011. Mengatasi masalah multikolinearitas dan outliner dengan pendekatan ROBPCA studi kasus analisis regresi angka kematian bayi
33 di Jawa Timur. Jurnal Matematika, Sain dan Teknologi. [internet]. Maret 2011; (diunduh 2016 Juni 24); Volume 12(1). Tersedia pada: jurnal.ut.ac.id. Triawan LN. 2008. Risiko portofolio dan potensi kerugian pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah dengan metode creditrisk+ [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widyaningrum L, Septriarini DF. 2015. Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan OER Terhadap ROA pada bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode Januari 2009 hingga Mei 2014. JESTT 2(12). Surabaya (ID): Universitas Airlangga Wirdyaningsih, Perwataatmadja K, dkk. 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta (ID): Kencana Zaenudin, Erlina Y. 2013. Pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap pendapatan bank syariah. Al-Iqtishad [Internet]. Januari 2013; [diunduh 2016 Juli 16]; Volume 5(1). ISSN: 2407-8654. Tersedia pada: journal.uinjkt.ac.id
34
Lampiran 1 Uji normalitas
Normal Probability Plot (response is roa)
99,9 99
Percent
95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
-0,0050
-0,0025
0,0000 Residual
0,0025
0,0050
0,0075
35
Lampiran 2 Hasil uji regresi linear berganda pertama
36
Lampiran 3 Hasil uji regresi linear berganda kedua The regression equation is roa = 0,0261 - 0,000722 w1 + 0,000920 w2
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,0260628 0,0002546 102,37 0,000 w1 -0,0007219 0,0001061 -6,80 0,000 1,000 w2 0,0009196 0,0002375 3,87 0,000 1,000
S = 0,00197212 R-Sq = 51,8% R-Sq(adj) = 50,1%
Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 0,00023839 0,00011919 30,65 0,000 Residual Error 57 0,00022169 0,00000389 Total 59 0,00046007
Source DF Seq SS w1 1 0,00018009 w2 1 0,00005830
Durbin-Watson statistic = 0,559989
37
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Batusangkar, Sumatera Barat pada 29 Oktober 1994. Penulis merupakan anak kedua dari Hendrisman dan Elfi Restati (almh). Penulis memiliki seorang kakak laki-laki dan tidak memiliki saudara perempuan. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2012, penulis mengikuti program Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis lolos SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi dengan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah. Selama masa kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Beberapa organisasi yang penulis ikuti selama masa perkuliahan antara lain Dewan Perwakilan Mahasiswa dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa. Penulis aktif sebagai pengurus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) selama tiga periode. Yakni DPM TPB periode 2012-2013, DPM FEM periode 2013-2014 yang bersamaan dengan keprngurusan MPM KM periode 2013-2014, dan DPM FEM 2014-2015. Selain aktif dalam organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam kepanitian. Seperti Panitia Pemilihan Raya (PPR) Wilayah TPB 2012, Open House 50, Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) 50, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) FEM, Masa Perkenalan Departemen (MPD) Ilmu Ekonomi, Komisi Pemilihan Raya (KPR) Wilayah FEM 2014, dan KPR KM IPB 2015. Tidak hanya aktif di organisasi dan kepanitian yang ada di intra kampus, namun penulis juga tergabung dalam organisasi ekstra kampus. Organisasi ekstra kampus yang penulis ikuti antara lain Future Leader for Anti Corruption (FLAC) regional Bogor dan Forum Negarawan Muda (FNM). Penulis juga pernah bergabung sebagai relawan dalam salah satu program yang dilakukan Dompet Dhuafa, yakni SMASH. Program ini merupakan program pendidikan bagi masyarakat putus sekolah. Capaian dari program ini adalah masyarakat putus sekolah dapat mengikuti dan lulus dalam ujian Paket. Saat penelitian ini dilakukan, peneliti sedang menempuh pendidikan program Pascasarjana melalui jalur fasttrack.