PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN BURUNG PUYUH
SKRIPSI
Oleh MUHAMAD DONI GARI NIM. D1B4 11 071
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN BURUNG PUYUH
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan
Oleh MUHAMAD DONI GARI NIM. D1B4 11 071
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA DI KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
Oktober 2016
MUHAMAD DONI GARI NIM. D1 B4 11 071
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam Ransum dengan Level yang Berbeda Terhadap Penampilan Burung Puyuh
Nama
: Muhamad Doni Gari
NIM
: D1B4 11 071
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si NIP. 19740415 199903 1 002
Astriana Napirah, S.pt, M.Sc NIP. 19880424 201404 1 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Peternakan,
Ketua Jurusan Peternakan,
Prof Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si NIP. 19690212 199403 1 003
La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc NIP. 19731231 19903 1 005
Tanggal lulus : 28, oktober, 2016
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul
: Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam Ransum dengan Level yang Berbeda Terhadap Penampilan Burung Puyuh
Nama
: Muhamad Doni Gari
NIM
: D1 B4 11 071
Jurusan/Fakultas
: Peternakan/Peternakan
Telah diujikan di depan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran saat ujian.
Kendari, 28, oktober, 2016
Tim Penguji Ketua
: Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si
………………………
Sekretaris : Amiluddin indi, S.Pt, M.Si
………………………
Moderator : La Malesi, S.Pt, M.Si
………………………
Anggota
: Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si
………………………
Anggota
: Astriana Napirah, S.pt, M.Sc
………………………
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Desember 1993 di Desa Bone Tondo kecamatan Bone Kancitala Kabupaten Muna. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak La Ndoali dan Ibu Wa Nia. Pendidikan penulis diawali dengan pendidikan dasar yang diselesaikan pada tahun 2005 di SD Negeri 6 Parigi. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2008 di MTs Negeri 1 Parigi dan pendidikan lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2011 di SMA NEGERI 9 Kendari. Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Peternakan, Jurusan Peternakan Universitas Haluoleo pada tahun 2011 melalui jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi (SLMPTN).
ABSTRACT Muhamd Doni Gari (L1A1 11 071) Effect of different level of chicken egg shell meal in the diet on quail performance. Under supervision of Muh Amrullah Pagala as primary supervisor and Astriana Napirah as secondary supervisior. Quail is one of the pofential poultry that could be extended as meat producer. In quail maintenance, it doesn’t need large area, the growth of quail is faster than layer and duck. The chicken egg shell meal is needed as an alternative to subtitute the commercial feed that is expensive. The aim of this research was to study the effect of chicken egg shell meal in the diet on quail performance. As many as 64 quails were divided randomly into 4 treatments and 4 replications based on completely randomized design (CRD). The treatments were addition of chicken egg shell meal in to diet with different levels, they were 0%, 2%, 4%, 6%. The result of this study showed that addition of chicken egg shell meal gave a strong effect (P<0,01) on feed consumption, body weight gain, egg weight and weight of quail shell egg. It could be concluded that higher level of additon of chicken egg shell meal, could decrease feed consumption and body weight gain, but increase the egg weight and weight of quail egg shell. Key words : Quail, egg shell meal, performance
ABSTRAK Muhamd Doni Gari (L1A1 11 071)). Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam Ransum dengan Level yang Berbeda Terhadap Penampilan Burung Puyuh. Dibimbing oleh Muh Amrullah Pagala sebagai Pembimbing I dan Astriana Napirah sebagai Pembimbing II. Burung puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil protein hewani, karena dalam pemeliharaan burung puyuh tidak banyak membutuhkan lahan, pertumbuhan burung puyuh lebih cepat jika dibandingkan dengan ayam petelur dan itik petelur. Tepung cangkang telur ayam ras diperlukan sebagai alternatif pengganti pakan komersial yang memiliki harga yang cukup mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum dengan level yang berbeda terhadap penampilan burung puyuh. Sebanyak 64 ekor puyuh dibagi secara acak kedalam 4 perlakuan dan 4 ulangan berdasarkan rancangan acak lengkap. Level pemberian tepung cangkang telur masing-masing perlakuan yaitu 0%, 2%, 4%, dan 6%, Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur ayam ras memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, bobot telur dan bobot cangkang telur, Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi level pemberian tepung cangkang telur, menurunkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan, tetapi meningkatkan bobot telur dan bobot cangkang telur burung puyuh. Kata kunci: burung puyuh, tepung cangkang telur, performans
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan keberkahanNya. Shalawat dan salam selalu kami panjatkan kepada Baginda Rasulullah SAW beserta sahabat beliau sehingga penulis memperoleh kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini yang berjudul “pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam Ransum dengan Level yang Berbeda Terhadap Penampilan burung Puyuh” Ucapan terima kasih dan rasa penghargaan kepada Bapak Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Astriana Napirah, S.Pt., M.Sc., selaku pembimbing II, yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak dari tahap persiapan proposal, pelaksanaan penelitian hingga skripsi ini selesai disusun. Ucapan trimakasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta La Ndoali dan Ibu tercinta Wa Nia
atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, doa dan
pengorbanaan yang tiada terukur. Saudaraku tersayang Waharina S,Pd, Nurwani AM,keb, Guslin dan ipar saya Musafir Kelana S.H terima kasih atas doa dan kasih sayangnya. Melalui Kesempatan ini pula tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.
3.
La Ode Arsad Sani, S.Pt., M. Sc Selaku Pejabat Ketua Jurusan Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari
4.
Dr.Ir. Andi Murlina Tasse, M.Si., Amiluddin indi, S.Pt, M.Si., La Malesi, SPt., M.Si., Dr. Muh. Amrullah Pagala, S.Pt, M.Si dan Astriana Napirah, S.Pt., M.Sc., selaku tim penguji selama penyusunan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, koreksi dan sarannya kepada penulis demi kesempurnaan skripsi.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama berstatus sebagai mahasiswa.
6.
Bapak dan Ibu staf administrasi serta karyawan dalam lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo yang telah memberikan pelayanan optimal kepada penulis dalam urusan administrasi.
7.
Teman seangkatanku 2011 Jusdin, Asdar, Saputro sastro, Arifin, Tomas ali, jumardin, ashar, Donny, Gerson tikara, Umar, Sidik, Edi, Jusdin, , Eki, Agis, Handy johandika, Herwanto, Mansur, Agus salim, wa icha, murni, novi, fitri, hajar, tuti, marni, ikir, duslin, sarpen, andi jumadil, Andi Ahmadi, edris, Bolo, kusnadi, ilham, rahma ratu, iva armila, kresno, mahfud, ridho, saiddin marniati serta rekan-rekan mahasiswa Peternakan yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
8.
Rekan-rekan KKN Nusantara trimaksih atas kerja samanya selama di lokasi
9.
Teman-teman angkatan 2009, 2010, 2012, 2013, 2014 dan 2015 terimakasih atas canda,tawa dan kebersamaannya. Teristimewa penulis persembahkan kepada Wahyuni Sawal, terima kasih
atas motivasi yang tak henti, tawa, canda, kebersamaan, doa, waktu, perhatian yang sungguh berharga. Tak lupa pula Rahmat Darmawan dan Evi Fini selaku sahabat saya yang baik telah meluangkan leptopnya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Seluruh pejuang intelektual sejati, rasional yang tinggi dan spiritual yang dalam akan menghantarkan pada keikhlasan. Almamaterku Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang terkait dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Kendari,
Oktober 2016
Penulis
Muhamad Doni Gari
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN J..................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN ......................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v ABSTRACT ...................................................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori.......................................................................................... 4 1. Deskripsi burung puyuh ................................................................... 4 2. Kebutuhan nutrisi burung puyuh......................................................... 6 3. Cangkang telur (kerabang telur) ......................................................... 8 4. Konsumsi Pakan.................................................................................. 9 B. Kerangka Pikir ......................................................................................... 12 C. Hipotesis................................................................................................ 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi penelitian .................................................................. 14 B. Materi penelitian ..................................................................................... 14 1. Bahan penelitian ............................................................................... 14 2. Peralatan penelitian .......................................................................... 14 C. Metode penelitian..................................................................................... 15 1. Kebutuhan ransum burung puyuh ...................................................... 15 2. Proses pembuatan tepung cangkang telur ayam ras ........................... 15 3. Pakan perlakuan ................................................................................. 16 D. Rancangan penelitian .............................................................................. 16 E. Variabel penelitian ................................................................................... 16 F. Analisis data ............................................................................................. 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi ransum..................................................................................... 19 B. Pertambahan bobot badan ....................................................................... 20 C. Bobot telur ............................................................................................... 23 D. Bobot cangkang telur .............................................................................. 25
V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 27 B. Saran ........................................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nomo teks Halaman Komposisi Cangkang Telur .................................................................... 8 Kebutuhan Ransum Burung Puyuh.......................................................... 15 Kandungan nutrisi pakan perlakuan......................................................... 16 Rataan Konsumsi Ransum Burung Puyuh ............................................... 19 Rataan Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh................................... 20 Rataan Bobot Telur Burung Puyuh Selama Satu Minggu ....................... 23 Rataan Bobot Cangkang Telur Burung Puyuh Selama Satu Minggu .... 25
DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) ............................................ 4 2. Kerangka pikir......................................................................................... 12 3. Proses Pembuatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras........................... 15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Analisis ragam variable penelitian .......................................................... 38 2. Dokumentasi penelitian........................................................................... 40
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Burung Puyuh termasuk golongan aneka ternak hasil domestikasi, yang semula bersifat liar kemudian diadaptasikan menjadi ternak yang dapat dikembangbiakan. Burung puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil protein hewani, karena dalam pemeliharaan burung puyuh tidak banyak membutuhkan lahan luas, disamping itu burung puyuh memiliki beberapa kelebihan yaitu pertumbuhan lebih cepat jika dibandingkan dengan ayam petelur dan itik petelur. Burung puyuh betina mulai bertelur umur 41 hari, puncak produksi terjadi pada umur 5 bulan dengan presentase bertelur 76%. Umur 14 bulan produksitivitas bertelur akan menurun, kemudian produktivitas burung puyuh akan berhenti bertelur setelah berumur 2,5 tahun 30 bulan (Sitorus, 2009). Untuk meningkatkan potensi produktivitas burung puyuh diperlukan manajemen yang baik terutama dalam manajemen pakan, Pakan merupakan salah satu penentu keberhasilan peternakan selain bibit yakni komponen terbesar dari biaya produksi adalah pembiayaan pakan sekitar 60 – 80 %, dari biaya produksi. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mencari bahan pakan alternatif yang potensial, mudah diperoleh, ketersediaanya terus-menerus dan hal yang terpenting adalah tidak bersaing dengan manusia, salah satu pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan limbah cangkang telur.
Limbah cangkang telur di masyarakat akhir-akhir ini sedang mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya konsumsi telur oleh masyarakat, limbah cangkang telur yang ada bukan hanya berasal dari sisa telur yang dikonsumsi oleh manusia, tetapi juga dapat berasal dari limbah sisa penetasan pada industri-industri pembibitan. Pemanfaatan limbah cangkang telur saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal, Limbah cangkang telur baru mulai banyak dimanfaatkan dalam bidang kerajinan. Selain untuk kerajinan limbah cangkang telur juga akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi jika dikelola dengan baik akan menjadi salah satu sumber
pakan untuk ternak unggas (burung puyuh), dengan melihat dari
komposisi nutrisi, kerabang telur yang mempunyai nilai mineral yang cukup tinggi seperti kalsium dan fosfor yang berfungsi untuk metabolisme tubuh ternak unggas. Penelitian tentang pemanfaatan tepung cangkang telur yam ras dalam ransum terhadap penampilan burung puyuh masi terbatas dilakukan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan perlakuan pengaruh pemberian cangkang telur ayam ras dalam ransum terhadap penampilan burung puyuh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum dengan level yang berbeda terhadap penampilan burung puyuh.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cangkan telur ayam ras dalam ransum dengan level yang berbeda terhadap penampilan burung puyuh. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi mengenai pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum dengan level yang berbeda terhadap penampilan burung puyuh.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori 1.
Deskripsi Burung Puyuh Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi,
ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burung liar yang pertamakali di ternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena burung puyuh bersifat dwiguna. Burung puyuh terus di kembangkan keseluruh penjuru dunia sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak tahun 1979 (Progressio, 2003). Di Indonesia Burung Puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979 (Marlinda, 2009). Burung puyuh yang biasa di ternakkan di Indonesia adalah strain Coturnix-coturnix japonica yang berasal dari Jepang (Rasyaf, 2002). Menurut Pappas (2002), klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Class
: Aves
Ordo
: Galliformes
Famili
: Phasianidae
Sub Famili
: Phasianidae
Genus
: Coturnix
Species
: Coturnix coturnix japonica
Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnixcoturnix
japonica,
Coturnixchinensis
atau
Bluebreasted
quail,
Turnicsusciator, Arborophila javanica dan Rollus roulroul yang dipelihara sebagai burung hias karena memiliki jambul yang indah (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek (Helinna dan Mulyantono, 2002). Burung puyuh memiliki warna bulu bercak bercak coklat. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu 14-24 gram/ekor/hari (Sunarno, 2004). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tcinggi, mencapai dewasa kelamin dalam waktu singkat, sekitar6 minggu, lama menetas singkat yaitu 16 - 17 hari (Tetty, 2002). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Burung Puyuh (Coturnixcoturnix japonica) Karakteristik dari jenis Coturnix coturnix japonica (Anonimous, 2015) adalah: 1), Bentuk badannya lebih besar disbanding burung puyuh lain, panjang badan sekitar 19 cm, badan bulat, ekor pendek, paruh lebih pendek & kuat, jari kakinya empat buah (3 kedepan dan 1 kebelakan) dengan warna kaki kekuningan.
2), Pertumbuhan bulu lengkap pada umur 2-3 minggu. 3), Puyuh jantan dewasa: bulu pada kepala dan diatas mata pada bagian alis berwarna putih; bulu punggung berwarna campuran coklat gelap, abu-abu, dengan garis putih; bulu daerah kerongkongan bervariasi dari warna coklat muda sampai coklat kehitaman; bulu dada berarna merah sawo matang tanpa warna belang. 4), Puyuh betina dewasa :warna sama dengan jantan, kecuali bulu dadanya berwarna merah sawo matang dengan garis-garis atau belang kehitaman Suara yang jantan dewasa lebih keras, sepanjang malam hamper bersuara. 5), Berat badan puyuh betina dewasa kira-kira 143 gram dan jantan dewasa117 gram. 2. Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh Protein dan Energi Bila burung puyu umur 0 – 5 minggu dianggap grower maka berdasarkan data pertumbuhan akan meningkat dengan kadar protein dalam ransum sampai 24%. Burung puyuh yang mendapat ransum dengan kadar protein 24% menpunyai konversi ransum yang sama dengan ransum yang mengandung protein 22% sedangkan energi 2800 ME Kkal/kg (Nugroho dan Mayun, 1986). Anak burung puyuh berumur 0 – 3 minggu membutuhkan protein 25% dan EM 2900 Kkal/kg.pada umur 3 – 5 minggu dan umur lebih dari 5 minggu, kebutuhan protein dikurangi menjadi 20% dan EM 2600 Kkal/kg dalam ransum (Listiyowati dan Roospitasari, 2007). Dan biasanya vitamin dan mineral ditambahkan dalam ransum dan minuman dalam jumlah yang lebih banyak (Wahyu, 1997)
Mineral Mineral merupakan komponen dari persenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit, tetapi sangat vital, terutama pada burung puyuh yang sedang tumbuh dan berproduksi karena kerangka tubuh dan kerabang telur tersususn terutama dari mineral, yaitu kalsium dan fosfor (Suprijatna., 2005). yang dimaksud dengan mineral yaitu 96 unsur kimia seperti yang tercantum dalam tabel perodik dan semuanya ada kemungkinan untuk menjadi mineral yang penting dalam makanan. (Tilman dkk., 1991). Mineral-mineral terutama Kalsium dan Phosphor, berperan dalam pembentukan tulang, kerabang telur, serta dalam kontraksi otot. Fungsi-fungsi yang lain menyangkut proses -proses biokimia, seperti mempertahankan gradien osmotik dan pertukaran ion, akt ivitas listrik, termasuk peranannya sebagai kofaktor dalam sistem enzim (Frandson, 1992). Vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh burung puyuh. Kekurangan konsumsi mineral merupakan salah satu penyebab penyakit yang diturunkan induk kepada anaknya. Kekurangan kalsium menyebabkan daya tetas menurun, kaki pendek dan tebal (besar), kedua sayap dan rahang bawah pendek, paruh dan kaki lunak, kepala depan meonjol keluar. Phosphor berfungsi untuk mencegah kaki dan paruh lunak, daya tetas menurun, dan kematian yang tinggi pada hari ke – 14 sampai ke – 18 (Hartono, 2004).
3. Cangkang Telur (Kerabang Telur) Mineral banyak terdapat dalam cangkang telur adalah Calsium. Defisiensi Calsium dapat menyebabkan kerabang telur tipis dan produksi telur akan menurun (Anggorodi,1985) Cangkang telur ayam yang membungkus telur umumnya beratnya 9-12% dari berat telur total, dan mengandung 94% Calsium karbonat, 1% Kalium Phosphat, 1% Magnesium karbonat dan 4% bahan organic (Rasyaf, 1995) Menurut Umar (2000) cangkang telur mengandung hampir 95,1% terdiri atas garam – garam organik 3,3% bahan organik (terutama protein) dan 1,6% air. Menurut Stadelman dan Owen (1989) sebagai besar bahan anorganik terdiri atas persenyawaan Kalsium Karbonat (CaCO3) sekitar 98,5% dan Magnesium Karbonat (MgCO3) sekitar 0,85%. Sedangkan protein yang membentuk cangkang telur terdiri atas lapisan membran protein yang membentuk musin dan kretin. Komposisi kimia kerabang telur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi Cangkang Telur Komposisi kimia Protein CaCO3 Mg CO3 Jumlah Sumber : Stadelman dan Owen (1989)
Presentase (%) 3,3 98,5 0,85 100
Komposisi cangkang telur secara umum terdiri atas : air (1,6%) dan bahan kering (98,4%). Dari total bahan kering yang ada, dalam cangkang telur terkandung unsur mineral ( 95,1%) dan protein (3,3%) . Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka cangkang telur tersusun atas CaCO3 (98,34%) ; MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%0 (Yuwanta, 2010).
Cangkang telur terdiri dari 4 lapisan berbeda yang dapat digambarkan sebagai struktur terorganisasi dengan baik, yaitu (dari dalam ke luar) 1), lapisan membran, lapisan mamilary, lapisan busa, dan lapisan kurtikula 2), Cangkang telur ayam yang membungkus telur memiliki berat 9-12% dari berat telur total dan mengandung 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan 1% magnesium karbonat 3), Kalsium dari cangkang telur merupakan suplemen yang sempurna untuk bahan pangan. Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam tulang untuk penderita osteoporosis 4), Bioavabilitas kalsium dari cangkang telur ini cukup tinggi, yaitu sebesar 93.80%. ( Rahmawat i dkk 2015). 4. Konsumsi ransum Dalam mengkonsumsi ransum, burung puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi. Konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum yang diberikan. Ransum yang diberikan kepada ternak harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada didalam ransum yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut (Anggorodi, 1995). Hal ini didukung oleh pendapat Wahyu (1992) bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh iklim, kesehatan, palatabilitas ransum, bentuk fisik ransum, stress, besar badan dan produksi telur. Sifat khusus burung puyuh adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya
berkecenderungan berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Tillman, dkk, 1991). Menurut Jull (1982), bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh oleh jenis dan jumlah ransum yang dikonsumsi. Pada masa pertumbuhan (umur 2-5 minggu) puyuh memerlukan makanan yang mengandung protein 24% dan pertukaran zat (energy metabolis) 2.800 kg kalori. Sedang pada masa bertelur diperlukan makanan yang mengandung protein metabolis 2.600 kg kalori. Menurut (Timora dkk., 2011) kebutuhan makanan tiap ekor burung puyuh/hari sebagai berikut: Umur 2 s/d 7 hari (minggu pertama) : 3,6 gram Umur 8 s/d 14 hari (minggu kedua) : 6,8 gram Umur 15 s/d 21 hari (minggu ketiga) : 8,9 gram Umur 22 s/d 28 hari (minggu ke empat) : 10,8 gram Umur 29 s/d 35 hari (minggu kelima) : 15 gram Untuk umur selanjutnya rata-rata 20 gram per ekor/hari. Suprijatna (2005) menyatakan bahwa banyak sedikitnya konsumsi pakan sangat bergantung pada ukuran tubuh ternak, sifat genetis (breed), suhu lingkungan, tingkat produksi, perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas
pakan serta penyakit. Mengingat burung puyuh memiliki sifat kanibalisme yang tinggi maka bentuk fisik ransum dianjurkan tepung atau all mash. Apabila digunakan ransum berbentuk crumble atau pellet, dikhawatirkan akan meningkatkan kanibal pada burung puyuh (Rasyaf, 1991). Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg. Pada periode grower
minimal
kandungan protein kasar 20 % dan energi termetabolis 2700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2900 Kkal/kg (SNI, 1995). Tetty (2002), menyatakan bahwa untuk mencapai produksi yang optimum, sebaiknya puyuh pada periode bertelur diberi ransum dengan tingkat protein 20% sedangkan energi metabolis sebesar 2800 Kkal/kg ransum.
B. Kerangka Pikir Kerangka berfikir dalam penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini : Telur akhir-akhir ini sedang menglami peningkatan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Limbah cangkang telur bukan hanya berasal dari sisa telur yang dikonsumsi oleh manusia, namun juga dapat berasal dari limbah sisa penetasan pada industri-industri pembibitan. Limbah cangkang telur tersebut masih sangat sulit di kelolah sehingga memungkinkan dapat menjadi bahan pencemaran lingkungan. Sampai saat ini pemanfaatan limbah cangkang telur belum menunjukan hasil yang maksimal. Namun demikian limbah cangkang telur ternyata masih memiliki nilai nutrisi yang tinggi seperti Ca dan P untuk dikelola sebagai pakan unggas, kebutuhan biaya pakan salah satu penentu keberhasilan suatu usaha peternakan yang mencapai 60-80% dari biaya produksi. Oleh karena itu melalui pemanfaatan limbah cangkang telur ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas.
Cangkang telur
limbah
Pemanfaatan sebagai pakan alternatif burung puyuh
Konsumsi pakan
PBBH
Bobot telur
Bobot cangkang telur
Gambar 2 skema kerangka pikir
D. Hipotesis Penggunaan tepung cangkang telur ayam ras dalam ransum burung puyuh diduga dapat berpengaruh terhadap konsumsi pakan, PBBH Burung Puyuh, produksi telur, bobot telur, dan bobot cangkang telur
III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, mulai Bulan Mei sampai Juli 2016 bertempat di Kandang Unit Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari. B. Materi Penelitian 1.
Bahan Penelitian Burung puyuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis puyuh
Coturnix-coturnix japonica umur 1 hari DOQ sebanyak 64 ekor. Ransum yang digunakan adalah Ransum yang sesuai dengan perlakuan, tepung cangkang telur ayam ras, kemudian vita chicks, dan vaksin NewCastle Disease (ND). 2.
Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah 16 unit kandang baterai dengan ukuran
30 x 30 x 20 cm3, setiap kandang diisi dengan 4 ekor burung puyuh dengan umur 1 hari, tempat pakan, tempat minum, timbangan yang digunakan untuk menimbang bobot tubuh dan konsumsi pakan, bobot telur dan bobot cangkang telur, kemudian palu, paku, gerkaji, tali, meteran dan alat tulis menulis.
C. Metode Penelitian 1. Kebutuhan ransum burung puyuh Tabel 2. Kebutuhan Ransum Burung Puyuh Umur (minggu) 1– 1 1–2 2–4 4–5 5–6
Kebutuhan ransum (g) 2 4 8 13 15
2. Proses pembuatan tepung cangkang telur Pengumpulan limbah cangkang telur ayam ras di ambil dari hasil sisa industri
yang di konsumsi oleh manusia untuk dimanfaatkan sebagai pakan
alternatif untuk burung puyuh, seperti di parbrik roti Eka citra wilanya kota kendari sulawesi tenggara, di mana penggunaan telur ayam ras di pabrik roti eka citra ini sebayak 30 rak/hari, pembuatan tepung cangkang telur ayam ras dikumpulkan limbah di parbrik roti Eka citra selama dua minggu diperoleh limbah cangkang telur sebayak kurang lebih 6 kg. Proses pembuatan tepung cangkang telur ayam ras
perendaman cangkang telur dengan air panas 80ºC selama 15-30 menit,
pembersihan cangkang telur lalu di jemur hingga kering
proses penepungan. Gambar 2 Skema proses pembuatan tepung cangkang telur aym ras
Komposisi Nutrisi (%) JenisPakan
PK
1. BP- 11 Bravo
2. Tepung cangkang telur ayam ras
21.0
SK
EM
5
3000
Protein
CaCo3
3,3
98,5
Mg Co3 0,85
Sumber:
BP-II. Hasil analisis PT. (Charoen Phophand) Indonesia (2016)
Sumber :
Tepung cangkang telur ayam ras (Stadelman dan Owen 1989)
3. Pakan perlakuan Perlakuan yang diterapkan pada petelitian terdiri atas: P0 = 100% ransum BP11 P1 = 2% tepung cangkang telur + 98% ransum BP11 P2 = 4% tepung cangkang telur + 96% ransum BP11 P3 = 6% tepung cangkang telur + 94% ransum BP11 D. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 4 ekor burung puyuh. Model matematika yang di gunakan mengacu pada Hanafiah (2008) yaitu: Yij = µ + αi + εij Keterangan : Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3,4) dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3,4) µ = Rataan umum αi = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3,4) εij = Pengaruh galat dari perlakuan
E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1.
Konsumsi pakan Konsumsi pakan diukur dengan menghitung selisih antara pakan yang
diberikan dengan jumlah yang tersisa selama satu minggu pemberian pakan sehingga dapat diperoleh konsumsi pakan harian dalam satuan gram/ekor/hari. Konsumsi pakan (gram) yang dihitung dari total pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan kemudian dibagi jumlah puyuh dalam kandang dan jumlah hari penelitian. 2.
PBB Burung puyuh Penimbangan bobot badan untuk mengukur PBB dilakukan setiap
minggunya. Pertambahan bobot badan diukur setiap minggu yaitu dengan menghitung selisih bobot akhir minggu dengan bobot awal minggu. 3. Bobot telur burung puyuh Bobot telur dilakukan penimbangan bobot telur untuk mengukur berat telur (gram) dilakukan setiap hari dari awal bertelur selama satu minggu Bobot cangakang telur 4. Bobot cangkang telur burung puyuh Penimbangan bobot cangakang telur untuk mengukur ketebalan cangkang telur (gram) burung puyuh dilakukan setiap hari dari awal bertelur selama satu minggu.
F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel penelitian. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji BNT.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Kosumsi ransum
Konsumsi ransum dihitung setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konsumsi ransum burung puyuh seperti tertera pada Tabel 3 Tabel 3. Rataan Konsumsi Ransum Burung Puyuh Selama Penelitia (g/ekor/minggu) Konsumsi Ransum Ulangan P0 P1 P2 P3 U1
421,96
420,678
418,464
415,821
U2
421,821
419,643
418,393
415,929
U3
421,893
419,821
418,357
415,607
U4
422,107
419,857
418,107
415,892
Rataan
421,945
d
419,999
c
418,330
b
415,812
a
Keterangan: Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01).
Hasil analisa ragam menunjukkan pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras, memberikan
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
konsumsi ransum burung puyuh. Pemberian tepung cangkang telur ini dapat menurunkan konsumsi ransum burung puyuh dibandingkan dengan P0 tampa pemberian tepung cangkang telur. Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap P2, P1, dan P0. Hal ini menunjukkan bahwah kecenderungan terjadi penurunan konsumsi ransum burung puyuh sehingga terjadi perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan P3 dengan P0, P1 dan P2. Konsumsi ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) selama penelitian dapat dilihat pada tabel diatas,
rataan tertinggi diperoleh pada perlakukan P0 (perlakuan 0% tepung cangkang telur ayam ras) adalah sebesar 421,94525 gram/minggu/ekor, konsumsi ransum burung puyuh yang rendah terdapat pada perlakuan P3 (perlakuan dengan 6% tepung cangkang telur ayam ras) sebesar 415,81225 gram/minggu/ekor. Hal ini di sebabkan karena pada perlakuan P3 mengunakan 6% tepung cangkang telur sehingga konsumsi ransum burung puyuh pada perlakuan ini rendah dibandingkan dengan perlakuan P0 sebagai kontrol yang tidak mengunakan tepung cangkang telur ayam ras. Kemungkinan penurunan konsumsi ransum P3 dikarenakan adanya bau yang kurang sedap, serta tekstur yang lebih kasar. Amrullah (2003) menyatakan bahwa penerimaan unggas terhadap makanan dipengaruhi tekstur, rasa dan bau. Sehingga Pemberian tepung tepung cangkang telur ayam ras 6% menurunkan konsumsi pakan. Kenaikan konsumsi ransum dipengaruhi beberapa faktor yaitu tingkat palatabilitas, kandungan nutrisi ransum dan bobot badan (Pond dkk. 1995). Baik buruknya produksi sangat tergantung pada ransum yang dimakan burung puyuh dan ransum yang baik tergantung pada bahan-bahan makanan pembentuknya (Rasyaf, 1994). Konsumsi ransum dipengaruhui oleh kesehatan ternak, palatabilitas, mutu ransum dan tata cara pemberian terhadap ternak (Anggorodi, 1995) Pertambahan bobot badan Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan berdasarkan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan
g/ekor/minggu. Penimbangan bobot badan dilakukan dalam waktu satu kali seminggu. Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh selama penelitian didapat seperti tercantum pada Tabel 4 Tabel 4. Rataan Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh Selama Penelitian (g/ekor/minggu) Pertumbuhan Bobot Badan Ulangan P0 P1 P2 P3 U1 32,786 35,000 27,821 28,964 U2 36,000 36,214 34,107 24,750 U3 32,536 27,500 26,642 24,535 U4 34,071 31,714 31,718 30,250 d c b a Rataan 33,848 32,607 30,072 27,124 Keterangan: Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,01)
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian tepung cangkang telur ayam ras, memberikan pengaruh yang nyata (P<0.01) terhadap bobot badan burung puyuh. Pemberian tepung cangkang telur dapat menurunkan bobot badan burung puyuh dibandingkan P0 dengan tidak adanya pemberian tepung cangkang telur ayam ras. Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan P3 berbeda nyata dengan P0, P1,dan P2 hal ini menunjukkan bahwah kecenderungan terjadi penurunan bobot badan burung puyuh sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan P0 dengan P1, P2, dan P3. Pertambahan bobot badan burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) selama penelitian dapat dilihat pada tabel di atas bahwa rataan bobot badan burung puyuh yang tertinggi diperoleh pada perlakukan P0 (perlakuan 0% tepung cangkang telur ayam ras) yaitu sebesar 33,84825 gram/minggu/ekor. Sedangkan pertumbuhan bobot badan burung puyuh yang rendah terdapat pada perlakuan P3
(perlakuan
6%
tepung
cangkang
telur
ayam
ras)
sebesar
27,12475
gram/minggu/ekor. Hal ini dikarenakan ransum P3 memiliki tingkat konsumsi yang rendah, sehingga pertambahan bobot badan yang dihasilkan juga lebih kecil. Pertumbuhan bobot badan pada P0 lebih tinggi dikarenakan konsumsi ransum pada perlakuan ini juga lebih tinggi. Selain itu, kemungkinan hal ini disebabkan oleh tinngginya kandungan serat kasar pada cangkang telur. Nursiam (2011) menyatakan bahwa cangkang telur tersusun oleh bahan anorganik 95,1%, protein 3,3% dan air 1,6%. Komposisi kimia dari kulit telur terdiri dari protein 1,71%, lemak 0,36%, air 0,93%, serat kasar 16,21%, abu 71,34%. Olehnya itu, semakin tinggi penambahan tepung cangkang telur ayam ras akan meningkatkan serat kasar ransum, sehinnga pemanfaatan ransum dalam tubuh puyuh akan berkurang. Pencernaan pakan menjadi tidak optimal. Suharno dan Nazarudin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhui oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak, dan gizi yang ada dalam ransum. Anggorodi (1985) juga menyatakan bahwa pemberian ransum yang paling efisien kepada burung puyuh diperoleh bila ransum mengandung perbandingan mineral yang terdapat zat-zat makanan lainnya yang di perlukan untuk pertumbuhan yang diingginkan. Seperti Kadar serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai daya cerna bahan makanan, dapat menurunkan pertambahan bobot badan dan menurunkan efisiensi penggunaan ransum. Wahju (2004) menambahkan bahwa pada hakekatnya ternak mengonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh. Selain itu kandungan
nutrisi juga berpengaruh terhadap konsumsi ransum, terutama kandungan energi ransum yang cukup tinggi. menurut Parakkasi (1999) dipengaruhui oleh beberapa faktor antara lain bobot badan, umur, dan kondisi tubuh yaitu normal atau sakit dan yang diakibatkan oleh lingkungan dan tingkat kecernaan ransum. . Bobot telur penimbangan bobot telur dilakukan untuk mengukur berat telur (gram). penimbangan dilakukan setiap hari dari awal bertelur selama satu minggu. Untuk mengetahui berat telur burung puyuh dengan pemberian tepung cangkang telur ayam ras selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Rataan Bobot Telur Burung Puyuh Selama Satu Minggu (g/ulangan/hari) Ulangan U1 U2 U3 U4 RATAAN
Perlakuan P0 8,714 8,571 8,929 9,071 8,821a
P1 9,500 9,430 9,571 9,298 9,449ab
P2 9,710 9,710 9,430 9,710 C 9,640ab
P3 9,930 9,930 9,970 9,930 9,940d
Keterangan: Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01).
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung cangkang telur ayam ras. memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot telur burung puyuh. Pemberian tepung cangkang telur dapat meningkatkan bobot telur burung puyuh dibandingkan dengan perlakuan tampa pemberian tepung cangkang telur. Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan P0 tidak berbeda dengan P1, P2 namun berbeda sangat nyata terhadap P3. Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan terjadi peningkatan bobot telur burung puyuh sehingga terjadi perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan P3, dengan P0. bobot telur burung puyuh tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (dengan pemberian dan 6% tepung cangkang telur ayam ras) sebesar 9,94 g/ekor/hari dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (degan pemberian 0% tepung cangkang telur ayam ras) sebesar 8,82125 g/ekor/hari. Rata - rata Berat telur burung puyuh yang diperoleh secara keseluruhan selama penelitian berkisar 9,46275 g/ekor/hari, Hal ini di sebabkan karena tepung cangkang telur ayam ras banyak mengandung Calsium dan Phosphor yang dapat mempengaruhi bobot telur burung puyuh. Genchev (2012)
menyatakan bahwa Kandungan kalsium cangkang telur
merupakan salah satu penentu kualitas telur. Suprijatna dkk, ( 2005) menyatakan bahwa mineral utama yang terlibat dalam bobot telur yaitu Calsium. Hal ini sesuai pernyataan Ensminger (1992) dan Wahju (1985) bahwa kandungan kalsium dan fosfor dalam pakan berperan terhadap berat telur, kualitas kerabang telur seperti ketebalan cangkang, dan struktur kerabang telur, Rolland dkk. (1978) menyatakan bahwa terpenuhinya kebutuhan kalsium dan konsumsi ransum pada periode produksi akan sangat menentukan besarnya massa kalsium cangkang yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya berat telur dan kualitas cangkang telur. Etches (1996) menyatakan bahwa berat telur mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi sekitar 0,45-0,85. Hal ini senada dengan pendapat Nugroho dan Mayun (1986), pada masa produksi selama empat minggu, berat telur burung
puyuh sekitar 8,9 g atau berat telurnya kecil Moritsu dkk. (1997) menyatakan bahwa berat telur standar burung puyuh adalah 10 g Bobot cangkang telur Bobot cangkang telur ditimbang setiap hari mulai dari awal bertelur hingga satu minggu produksi telur. Mengetahui berat telur burung puyuh dengan pemberian tepung cangkang telur ayam ras selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Rataan Bobot Cangkang Telur Burung Puyuh Selama Satu Minggu (g/ulangan/hari) Perlakuan ulangan P0 P1 P2 P3 1,129 1,150 1,179 1,190 U1 1,129 1,150 1,170 1,190 U2 1,114 1,160 1,164 1,190 U3 1,129 1,142 1,170 1,190 U4 d c b 1,125 1,150 1,170 1,190a RATAAN Keterangan: Superskrip yang berbeda dalam baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,01).
Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung cangkang telur ayam ras, memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot cangkang telur burung puyuh. Pemberian tepung cangkang telur ayan ras dapat meningkatkan bobot cangkang telur burung puyuh dibandingkan dengan perlakuan tampa pemberian tepung cangkang telur. Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P0 berbeda sangat nyata terhadap P1, P2, dan P3, Hal ini menunjukkan bahwah terjadi kecenderungan peningkatan bobot cangkang telur burung puyuh sehingga terjadi perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan P1, P2, P3 dan P0.
Bobot cangkang telur burung puyuh tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (dengan pemberian 6% tepung cangkang telur ayam ras) sebesar 1,19 g/ekor/hari. dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (degan pemberian 0% tepung cangkang telur ayam ras) sebesar 1,12525 g/ekor/hari. Hal ini di sebabkan karena tepung cangkang telur bayak mengadung Calsium dan Phosphor sehingga dapat mempengaruhi bobot cangkang telur burung puyuh. secara umum fungsi Ca dalam tubuh ternak adalah sebagai bahan pembentuk tulang. Suprijatna dkk. (2005) Menyatakan bahwa Kalsium berperan dalam pembentukan kerabang telur.
Menurut Ahmad dan Balader (2003),
phosphor berperan dalam mekanisme pembentukan struktur cangkang telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman dkk. (1991) Komponen kandungan kalsium pada periode layer untuk pembentukan telur terutama kerabang telur. Kandungan kalsium dan phosphor juga dapat dimanfaatkan untuk pembentukan cangkang telur. Cangkang telur tersusun dari 94% CaCO3, 1% MgCO3, 1% CaPO4, dan 4% sisanya adalah bahan organik. Pembentukan cangkang telur membutuhkan penyediaan ion kalsium yang cukup dan adanya ion karbonat dalam cairan uterus (Hintono, 1995). Olehnya itu, semakin tinggi penambahan cangkang telur ayam ras kemungkinan dapat meningkatkan ketersediaan Ca dan P dalam ransum untuk dimanfaatkan dalam pembetukan cangkang telur.
V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Tepung cangkang telur ayam ras dapat digunakan oleh peternak sebagai salah satu pakan alternatif burung puyuh pada level 2-6% B. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lanjut mengenai tepung cangkang telur ayam ras di atas 6%
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, H.A. and R.J. Balander. 2003. Alternative feeding regimen of calcium source and phosphorus level for better eggshell quality in commercial layers. J. Appl. Poult. Res. 12 : 509–514. Amrullah IK. 2003. Nutrisi ayam petelur. Bogor (Indones): Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi Anggrodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pstaka Utama, Jakarta. Anonimous, 2015. http://telurpuyuhidaman.blogspot.com/ diakses 11/maret /2015. Ensminger, M.A. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Etches, R.J. 1996. Reproduction in Poultry. CAB Internasional, Wallingford. Frandson. R.D., 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Penerjemah: Ir. B. Srigandono & Roen Praseno, Gaja Mada University Press, Yogyakarta Scott, M.I., J. Hill and P.A. Mullenhoff, 1971. The Calcium Requirement of Laying Hens and Effects of Dietary Oyster Shell Upon Egg Shell Quality. Poultry Sci. Gencheve, A. 2012. Quality and composition of Japanese quail eggs (Cortunix japonica). Trak. J. Sci. 10 : 91 – 101 Hanafiah, K. A., 2008. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hartono, T., 2004. Permasalahan Burung Puyuh dan Solusinya, Penebar Swadaya Jakarta. Helinna dan Mulyantono. 2002. Bisnis puyuh juga bertumpu pada DKI. Majalah Poultry Indonesia. Edisi Juli. Hintono, A. 1995. Dasar Dasar Ilmu Telur. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang Jull, M.A. 1982. Poultry Husbandry. Tata Mc Graw-Hill, New Delhi. Listiyowati E. dan K Roospitasari., 2007. Puyuh Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Marlinda S., 2009. Analisis Strategi Pemasaran Peternakan Puyuh Bintang TigasituIlir Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Strategi Pemasaran Telur Puyuh Pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) Di Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Moritsu Y. KE Nestor., DO Noble., NB Antony., dan WC Bacon., 1997. Divergent selection for boby weight and yolk frecursor in Coturnixcoturnix japonica.12 hetesis in reciprocal crosses between divergently selected lines. Poultry Sci. 76: 437-444.Moritsu et al. (1997)1997) Nugroho, dan I. G. K. Mayun. 1986. Beternak Burung Puyuh. Penerbit Eka Offset, Semarang. Nursiam. (2011). Uji Kualitas Telur. [Online]. Tersedia: http://intan nursiam.wordpress.com/2011/02/26/ uji-kualitas-telur/. [15 Desember 2012]. Pappas, J. 2002. “Coturnix Japonica” (On-line), Animal Diversity Web. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Coturni x/japonica.html. (25 Mei 2006) Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Progressio, W. 2003. Burung Puyuh. http://warintek.progressio.or.id. (25 Mei 2006) Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Edition. John Willey and Sons, New York. Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Penetasan. Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M., 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisus, Yogyakarta. Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung puyuh. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Rahmawati. A W. FC Nisa. Fortifikasi Kalsium Cangkang Telur pada Cookies – Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3 p.1050-1061, Juli 2015 Rolland SR. D.A., C.E. Putnam and R.L. Hillburn. 1978. The relationship of age on ability of hens to maintain egg shell calcification when stressed with inadequate dietary calcium. Poult. Sci. 57: 1616 – 1621.
Sitous, J.P. 2009. Pemanfaatan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap peforman burung puyuh (coturnix-coturnix japonica) umur 0-42 hari. Skripsi. Fakultas pertanian. Universitas Sumatra Utara, Medan Stadelman, W.J. and J.C Owen., 1989. Egg Science and Technology. 2nd Edit. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. Standar Nasional Indonesia, 01-3905-1995. Ransum Puyuh Petelur Pemula (Quail Starter), Petelur Dara (Quail Grower) dan Petelur Dewasa (Quail Layer). Sunarno. 2004. Potensi Burung Puyuh. Majalah Poultry indonesia Edisi Pebruari hal.61. Suprijatna E. 2005. Ilmu Swadaya.
dasar ternak unggas.
Jakarta (Indones): Penebar
Suharno, B., dan Nazaruddin, 1994. Ternak Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta. Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Agro Media Pustaka. Jakarata. Tillman, A.D. H Hartadi., S Reksohadiprojo., S Prawirokusumo., dan S Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGMPress,Yogyakarta. Timora, Fidazuwawi., Ilhamullah, Junaidi., Nurita Puriaprialdo dan Ali Akbar. 2011. Budidaya Burung Puyuh. Laporan Praktikum Evaluasi Proyek. Fakultas Pertanian. Universitas Syahkuala.Banda Aceh. Umar . 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan dan Peternak di kotamadya Bogor. Skripsi. Fakuktas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas.Cetakan ke-5.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Wahju, J., 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Yogyakarta. Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gaja Mada University Press , Yogyakarata Wahyu, Y. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lampiran 1. Analisis Ragam Penelitian A. Rataan konsumsi ransum Perlakuan
konsumsi ransum/ekor/minggu
TOTAL
RATA RATA
U1
U2
U3
U4
P0
421,96
421,821
421,893
422,107
1687,781
421,94525
P1
420,678
419,643
419,821
419,857
1679,999
419,99975
P2
418,464
418,393
418,357
418,107
1673,321
418,33025
P3
415,821
415,929
415,607
415,892
1663,249
415,81225
TOTAL RATAAN Derajat bebas (db) Derajat Bebas Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = 4-1=3 Derajat Bebas Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = 4 x (4-1)=12 Debas Bebas Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = 4 x 4 – 1=15 Faktor koreksi FK= (Jumlah Seluruh Data)2 Banyaknya Data (n) FK= 44948309 16 Fk= 2809269
6704,35 419,021875
Jumlah kuadrat total Y11
421,96
Y11^2
178050,2
Y12
421,821
Y12^2
177933
Ynx
415,892
Ynx^2
172966,2
JKT
81,94834375
Jumlah kuadrat perlakuan
Jumlah kuadrat galat JKG = JKT –JKP JKG = 81,94834 - 81,12959 JKG = 0,818749 Kuadrat tengah perlakuan KTP= JKP/db P KTP= 81,12959 / 3 KTP= 27,0432 Kuadrat tengah galat KTG= JKG/ db G KTG= 0,818749 / 12
Yi1
1687,781
Yi1^2
2848605
Yi2
1679,999
Yi2^2
2822397
Yin
1663,249
Yin^2
2766397
u
4
JKP
81,12959
KTG= 0,068229 F Hitung F hit= KTP/KTG F hit= 27,0432/ 0,068229 F hit= 396,3588 Tabel Anova
Keragaman Perlakuan
Db
Jumlah Kuadrat
3 81,12959475
Galat
12 0,818749
Total
15 81,94834375
Kuadrat Tengah
Nilai F Hitung
27,0432 0,0682
396,3588094
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) x =
tα (db galat)
5%
√( 2KTG N x
)
1%
3,490294821 5,952544683 Signifikan
Kesimpulan
BNT(α)
Nilai F Tabel
Signifikan
Berbeda Sangat Nyata
BNT(0,05)
=
√( 0,136458167)
2,178812827
16 x
BNT(0,01)
=
2,178812827
√( 0,008528635 )
=
2,178812827
x 0,092350611
=
0,201214697
=
0,282088598
Tabel Selisih Rataan Selisih P0
421,95
P1
P0
P1
P2
P3
421,95
420,00
418,33
415,81
-
1,95
3,62
6,13
**
**
**
-
1,67
4,19
**
**
-
2,52
420,00
P2
418,33
**
P3
415,81
Superskrip
-
a
b
c
d
B. Rataan PBB/ekor/minggu PERLAKUAN P0
PBB/ekor/minggu U1
U2
U3
U4
32,786
36
32,536
34,071
TOTAL 135,393
RATA RATA 33,84825
P1
35
36,214
27,5
31,714
130,428
32,607
P2
27,821
34,107
26,642
31,718
120,288
30,072
P3
28,964
24,75
24,535
30,25
108,499
27,12475
TOTAL
494,608
RATAAN
30,913
Derajat bebas (db) Derajat Bebas Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = 4-1=3
Derajat Bebas Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = 4 x (4-1)=12 Debas Bebas Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = 4 x 4 – 1=15 Faktor koreksi FK= (Jumlah Seluruh Data)2 Banyaknya Data (n) FK= 244637,1 16 Fk= 15289,82 Jumlah kuadrat total Y11
32,786
Y11^2
1074,922
Y12
36
Y12^2
1296
Ynx
30,25
JKT
Ynx^2
915,0625
220,63832
Jumlah kuadrat perlakuan
Jumlah kuadrat galat JKG = JKT –JKP JKG = 220,6383 - 106,1738 JKG = 114,4645 Kuadrat tengah perlakuan KTP= JKP/db P KTP= 106,1738/ 3 KTP= 35,39126 Kuadrat tengah galat KTG= JKG/ db G KTG= 114,4645 / 12 KTG= 9,538711 F Hitung F hit= KTP/KTG F hit= 35,39126/ 9,538711 F hit= 3,710277
Yi1
135,393
Yi1^2
18331,26
Yi2
130,428
Yi2^2
17011,46
Yin
108,499
Yin^2
11772,03
u
4
JKP
106,1738
Tabel Anov
Keragaman Db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
3 106,1737905
35,3913
Galat
12 114,4645295
9,5387
Total
15 220,63832
Nilai F Hitung
3,710277445
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) x =
√( 2KTG
tα (db galat)
)
N x BNT(0,05)
=
√( 19,07742158)
2,178812827
16 x =
BNT(0,01)
2,178812827
√( 1,192338849)
2,178812827
x 1,091942695
=
2,37913875
=
3,335382187
Tabel Selisih Rataan Selisih
5%
P0
P1
P2
P3
33,85
32,61
30,07
27,12
1%
3,490294821 5,952544683 Signifikan
Kesimpulan
BNT(α)
Nilai F Tabel
Signifikan
Berbeda Nyata
P0
P1
P2
33,85
-
32,61
1,24
3,78
6,72
*
**
**
-
2,54
5,48
**
**
-
2,95
30,07
**
P3
27,12
Superskrip
-
a
b
c
d
C. Rataan bobot telur burung puyuh Perlakuan
Bobot telur/ekor/hari U1
U2
U3
U4
P0
8,714
8,571
8,929
9,071
35,285
8,82125
P1
9,5
9,43
9,571
9,298
37,799
9,44975
P2
9,71
9,71
9,43
9,71
38,56
9,64
P3
9,93
9,93
9,97
9,93
39,76
9,94
TOTAL RATAAN Derajat bebas (db) Derajat Bebas Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = 4-1=3 Derajat Bebas Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = 4 x (4-1)=12
TOTAL
RATA RATA
151,404 9,46275
Debas Bebas Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = 4 x 4 – 1=15 Faktor koreksi FK= (Jumlah Seluruh Data)2 Banyaknya Data (n) FK= 22923,17 16 Fk= 1432,698 Jumlah kuadrat total Y11
8,714
Y11^2
75,9338
Y12
8,571
Y12^2
73,46204
Ynx
9,93
Ynx^2
98,6049
JKT
2,932263
Jumlah kuadrat perlakuan
Jumlah kuadrat galat JKG = JKT –JKP JKG = 2,932263 - 2,683505
Yi1
35,285
Yi1^2
1245,031
Yi2
37,799
Yi2^2
1428,764
Yin
39,76
Yin^2
1580,858
u
4
JKP
2,683505
JKG = 0,248758 Kuadrat tengah perlakuan KTP= JKP/db P KTP= 2,683505 / 3 KTP= 0,894502 Kuadrat tengah galat KTG= JKG/ db G KTG= 0,248758 / 12 KTG= 0,02073 F Hitung F hit= KTP/KTG F hit= 0,894502 / 0,02073 F hit= 43,15055 Tabel Anova
Keragaman Db Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Perlakuan
3 2,6835055
0,8945
Galat
12 0,2487575
0,0207
Total
15 2,932263
Nilai F Hitung
43,15054621
Nilai F Tabel 5%
3,490294821 5,952544683 Signifikan
Kesimpulan
1%
Signifikan
Berbeda Sangat Nyata
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) x BNT(α)
=
√( 2KTG
tα (db galat)
)
N x BNT(0,05)
=
2,178812827
√( 0,041459583) 16 x
BNT(0,01)
=
2,178812827
√( 0,002591224 )
=
2,178812827
x 0,050904066
=
0,110910432
=
0,155488485
Tabel Selisih Rataan Selisih P0
P1
P2
8,82
9,45
9,64
P0
P1
P2
P3
8,82
9,45
9,64
9,94
-
0,63
0,82
1,12
tn
tn
*
-
0,19
0,49
tn
tn
-
0,30 tn
P3
9,94
-
Superskrip
a
ab
ab
b
D. Rataan bobot cangkang telur burung puyuh Perlakuan
Bobot cangkang telur/ekor/hari
TOTAL
RATA RATA
U1
U2
U3
U4
P0
1,129
1,129
1,114
1,129
4,501
1,12525
P1
1,15
1,15
1,16
1,142
4,602
1,1505
P2
1,179
1,17
1,164
1,17
4,683
1,17075
P3
1,19
1,19
1,19
1,19
4,76
1,19
TOTAL RATAAN Derajat bebas (db) Derajat Bebas Perlakuan DB = Total Perlakuan – 1 DB = 4-1=3
Derajat Bebas Galat DB = Total Perlakuan x (ulangan – 1) DB = 4 x (4-1)=12 Debas Bebas Total DB = (Total Perlakuan x ulangan) – 1 DB = 4 x 4 – 1=15 Faktor koreksi FK= (Jumlah Seluruh Data)2 Banyaknya Data (n)
18,546 1,159125
FK= 343,9541 16 Fk= 21,49713
Jumlah kuadrat total Y11
1,129
Y11^2
1,274641
Y12
1,129
Y12^2
1,274641
Ynx
1,19
Ynx^2
1,4161
JKT
0,00968775
Jumlah kuadrat perlakuan
Jumlah kuadrat galat JKG = JKT –JKP JKG = 0,009688 - 0,009241 JKG = 0,000446 Kuadrat tengah perlakuan KTP= JKP/db P KTP= 0,009241/ 3 KTP= 0,00308 Kuadrat tengah galat
Yi1
4,501
Yi1^2
20,259
Yi2
4,602
Yi2^2
21,1784
Yin
4,76
Yin^2
22,6576
u
4
JKP
0,009241
KTG= JKG/ db G KTG= 0,000446 / 12 KTG= 3,72E-05 F Hitung F hit= KTP/KTG F hit= 0,00308 / 3,72E-05 F hit= 82,78835 Tabel Anova Jumlah Keragaman Db Kuadrat Perlakuan
Kuadrat Tengah
Nilai F Tabel
Nilai F Hitung
5%
3 0,00924125 0,0031
Galat
12 0,0004465
Total
15 0,00968775
0,0000
82,78835386
3,490294821 5,952544683 Signifikan
Kesimpulan
x =
tα (db galat)
√( 2KTG
)
N x BNT(0,05)
=
2,178812827
Signifikan
Berbeda Sangat Nyata
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
BNT(α)
1%
√( 7,44167E-05) 16 x
=
2,178812827
√( 4,65104E-06)
=
2,178812827
x 0,002156627
BNT(0,01)
=
0,004698887
=
0,006587504
Tabel Selisih Rataan Selisih P0
P1
P2
1,13
P0
P1
P2
P3
1,13
1,15
1,17
1,19
-
0,03
0,05
0,06
**
**
**
-
0,02
0,04
**
**
-
0,02
1,15
1,17
**
P3
1,19
Superskrip
-
a
b
c
d
DOKUMENTASI PENELITI A. Lampiran 2 Proses pembuatan tepung cangkang telur ayam ras
Pembutan kandang burung puyuh
Kandang burung puyuh
DOQ burung puyuh
Penimbangan (PBB)
Bobot telur
Penimbangan pakan
Awal bertelur