Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
PENGARUH PEMBERIAN SUSU PENGGANTI PADA PEDET UNTUK MENINGKATKAN PEMANFAATAN SUSU INDUK SEBAGAI BAHAN PANGAN (The influence of milk replacer furnishing for dairy calves to increase of utilization fresh milk as foodstuffs) Y.N. ANGGRAENI dan ARYOGI Loka Penelitian Sapi Potong, Jawa Timur
ABSTRACT The calves during pre-weaning period need much fresh milk, so it is not efficient and decrease sum of milk that can used as foodstuffs for people. Aim of this research to known influence of milk replacer using for pre-weaning dairy calves. Three step researches, respectively during 12 weeks, are done with used 5 head dairy calves old 7 – 14 days per treatmen as repetition. The first step research to trial 3 levels of skim milk using in milk replacer: A as control using 0% skim milk (full fresh milk), B using 40% and C using 60% skim milk. The second step research to trial 4 levels of fish meal using in milk replacer: D as control using 0 %, E using 5%, F using 10% and G using 15% of fish meal in milk replacer. The threeth step research to trial of two level combination using of lecitine as emulsifier and using vitamin E: H using 0% lecitine and 20 ppm vit E, I using 1,5% lecitine and 0 ppm vit E, also J using 1,5% lecitine and 20 ppm vit E. The best level that resulted from last research, is used in next research. Parameters: avarage daily gain (ADG) and nutrients ration intake of calves, also ration efficiency. Completely Randomized Design was use in this research on based of Single Covariate as statistical analysis, body weight calves in early research as a covariate. The results of research indicated that: milk replacer furnishing, higher level skim milk/fish meal using and combination using of lecitine and vit E in milk replacer, significant (P<0,05) to increasing dry matter and organic matter intake ration, decreasing crude protein and fat intake ration, decreasing ADG, total nutrients consumption and level efficiency ration. The conclussion were: milk replacer furnishing was econimic to be used as fresh milk replacement for pre-weaning dairy calves; in milk replacer, level using of skim milk 40%, fish meal 15%, emulsifier 1,5% and vit. E 20 ppm. Keywords: Milk replacer, fresh milk, dairy calves, food ABSTRAK Jumlah susu yang dibutuhkan seekor pedet selama pra-sapih adalah cukup besar, sehingga disamping menjadi kurang ekonomis juga akan mengurangi jumlah produksi susu induk yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan untuk manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian pemberian susu induk dengan susu pengganti (milk replacer) pada pedet pra-sapih, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan susu sapi sebagai bahan pangan. Tiga kegiatan penelitian dilakukan dengan menggunakan ulangan 5 pedet sapi perah PFH pra-sapih umur 7 – 14 hari, masing-masing berlangsung selama 10 minggu. Secara berurutan, penelitian kegiatan pertama menguji tiga level penggunaan susu skim (A = kontrol, diberi susu segar/tanpa susu pengganti; B = 40 dan C = 60%), kegiatan kedua menguji empat level penggunaan tepung ikan (D = kontrol, diberi susu segar/tanpa susu pengganti; E = 5; F = 10% dan G = 15%) dan kegiatan ketiga menguji kombinasi antara dua level penggunaan lesitine dan vitamin E (H = 0% dan 20 ppm; I = 1,5% dan 0 ppm; J = 1,5% dan 20 ppm) pada pembuatan susu pengganti. Level penggunaan susu skim yang terbaik hasil tahap pertama digunakan pada tahap berikutnya, level penggunaan tepung ikan yang terbaik hasil tahap kedua digunakan pada tahap berikutnya. Parameter yang diamati adalah: pertambahan berat badan harian ternak, konsumsi nutrien ransum (bahan kering, bahan organik, protein kasar dan lemak kasar) serta efisiensi ransum. Pola percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan analisis Single covariate, berat badan ternak di awal penelitian sebagai satu covariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pemberian susu pengganti, penggunaan level yang lebih tinggi dari susu skim dan tepung ikan, serta kombinasi penggunaan emulsifier dengan vit E dalam pembuatan susu pengganti: nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi nutrien bahan kering dan bahan organik ransumnya, serta menurunkan
219
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
konsumsi nutrien protein kasar dan lemak ransumnya, PBBH ternak, total biaya ransum dan tingkat efisiensi ransum. Disimpulkan bahwa: pemberian susu pengganti sebagai pengganti susu segar cukup ekonomis walaupun cenderung menurunkan pertumbuhan pedet pra sapih; dalam pembuatan susu pengganti disarankan menggunakan level susu skim sekitar 40%, tepung ikan sekitar 15%, emulsifier sekitar 1,5% dan vit E sekitar 20 ppm. Kata kunci: Susu pengganti, susu segar, pedet, bahan pangan
PENDAHULUAN Semakin tingginya kebutuhan susu sapi segar baik digunakan sebagai bahan baku oleh IPS untuk memproduksi susu kaleng (susu kering dan cair) dan makanan bayi, maupun langsung dikonsumsi sebagai susu segar oleh masyarakat, menyebabkan usaha peternakan sapi perah dituntut untuk mampu meningkatkan produksi susu segarnya. Peningkatan pemanfaatan susu segar untuk kebutuhan konsumsi manusia, terutama untuk anak balita, secara langsung akan memperkecil pemenuhan kebutuhan susu bagi anak sapi/pedet yang dilahirkan induknya. Kekurangan konsumsi susu pada sapi selama periode pra sapih, diduga akan berpengaruh terhadap kenormalan pertumbuhan dan perkembangan alat-alat digesti pedet yang nantinya akan berpengaruh terhadap kenormalan pertumbuhan dan perkembangan tubuh sapi setelah pasca sapihnya. Pada umumnya pedet sapi perah akan disapih dari induknya (tidak lagi menyusu ke induknya) setelah berumur 3 – 4 bulan. Selama periode menyusu tersebut, seekor pedet akan mengkonsumsi susu induknya sebanyak 350 liter. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa harga susu yang dibutuhkan seekor pedet selama periode pra sapih tersebut adalah lebih mahal dibandingkan dengan kenaikan harga pedetnya. Akibatnya, banyak upaya telah dilakukan untuk mengatur/membatasi pemberian susu ke pedet selama periode pra sapih, sehingga produksi susu induk dapat dijual untuk konsumsi manusia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi pemberian susu segar ke pedet selama periode pra-sapih adalah dengan memberikan susu pengganti. Susu pengganti (milk replacer) adalah susu buatan untuk menggantikan susu induk yang berasal dari bahan utama susu skim dengan penambahan bahan-bahan yang berasal dari pengolahan ikan, buah, biji-bijian tanaman
220
pangan serta dilengkapi dengan vitamin dan mineral (MUSOFIE et al., 1992). Susu pengganti diberikan ke pedet sebagai pengganti susu segar/susu induk selama periode pra-sapih. Susu pengganti harus dibuat dengan bahan dan cara tertentu sehingga memiliki kandungan nutrien serta mempunyai sifat fisik, khemis dan biologis yang mirip dengan susu segar. Bahan utama untuk pembuatan susu pengganti adalah susu skim, sebagai sumber protien utamanya adalah tepung ikan karena telah diketahui susunan asam aminonya sangat mirip dengan protein susu. Dalam menyusun susu pengganti, harus ditambahkan bahan sumber lemak dengan pengemulsinya (emulsifier) seperti lesitine, bahan sumber vitamin khususnya vitamin E dan bahan sumber mineral. Mengingat masih cukup mahalnya harga susu skim dan tepung ikan, maka perlu diketahui dosis penggunaannya yang ekonomis. Diameter globuli lemak dari minyak kelapa yang diketahui jauh lebih besar dibanding lemak susu sehingga sulit diserap pedet, harus dicarikan metode yang tepat untuk mengemulsikannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui level penggunaan susu skim, level penggunaan tepung ikan, cara mengemulsikan lemak minyak kelapa dan pengaruh penggunaan vitamin E dalam pembuatan susu pengganti untuk pedet sapi perah. MATERI DAN METODE Ada 3 kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu kegiatan I menguji level penggunaan susu skim (perlakuan A, B dan C), kegiatan II menguji level penggunaan tepung ikan (perlakuan D, E, F dan G) dan kegiatan III menguji level penggunaan lesitin dan vitamin E (perlakuan H, I dan J). Ternak yang digunakan adalah pedet jantan sapi perah PFH umur kurang dari 7 hari dengan jumlah ulangan ternak pada masing masing tahap adalah 5 ekor. Masing-masing tahap penelitian
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
berlangsung selama 10 minggu, yaitu satu minggu masa adaptasi dan 9 minggu
perlakuan.
Tabel 1. Bahan pakan penyusun dan formula susu pengganti penelitian tahap I (% bahan segar) Perlakuan B 0
Bahan pakan A 100
Susu segar Susu pengganti: a. Susu skim b. Polard c. Tepung beras d. Tepung ikan e. Tepung jagung f. Bungkil kedelai g. Minyak kelapa h. Vitamin dan mineral Kandungan nutrisi: Protein kasar Lemak Pengenceran (susu pengganti : air)
C 0
0 0 0 0 0 0 0 0
40 5 5 5 10 20 15 5
60 2,5 2,5 5 10 5 15 1
3,5 3,7 -
26,5 16,0 1 : 6,5
27,2 15,8 1 : 6,7
Ransum yang diberikan ke pedet adalah: susu segar (kelompok kontrol) atau susu pengganti (kelompok perlakuan) yang diberikan dua kali sehari (pagi dan sore) dan konsentrat serta hijauan rumput muda yang diberikan ke pedet mulai umur 4 minggu. Bahan-bahan pakan penyusun, formula dan kandungan nutrien masing-masing perlakuan susu pengganti, tercantum dalam Tabel 1
sampai Tabel 3, sedangkan jadwal dan jumlah pemberian ransum ke ternak selama penelitian tercantum dalam Tabel 4. Sebelum diberikan ke pedet, susu pengganti diencerkan terlebih dahulu menggunakan air dengan perbandingan tertentu, untuk mendapatkan susu pengganti cair yang mengandung protein kasar dan lemak kasar mendekati susu segar.
Tabel 2. Bahan pakan penyusun dan formula susu pengganti penelitian tahap II (% bahan segar) Bahan pakan Susu segar Susu pengganti: a. Tepung ikan b. Skim susu c. Polard d. Tepung beras e. Tepung tapioka f. Tepung gandum g. Minyak kelapa* h. Vitamin dan mineral Kandungan nutrisi: Protein kasar Lemak Pengenceran (susu pengganti : air)
Perlakuan D 100
E 0
F 0
G 0
0 0 0 0 0 0 0 0
5 52,5 18 2,5 2 2 16 2
10 52,5 13 2,5 2 2 16 2
15 52,5 8 2,5 2 2 16 2
3,4 3,6 -
24,5 17,0 1 : 6,0
26,8 17,3 1 : 6,3
27,3 17,5 1: 6,4
Keterangan: *Dipanaskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya
221
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Konsentrat yang diberikan pedet dibuat khusus untuk pedet pra sapih; mengandung nutrien protein kasar sekitar 20% dan lemak kasar sekitar 6%; tersusun dari bahan dedak padi 40%, tepung jagung 25%, bungkil kedelai 20% dan tepung kedelai 15%. Parameter yang diamati selama penelitian meliputi: konsumsi bahan kering, bahan
organik, protein kasar, dan lemak ransum ; pertambahan berat badan pedet; serta beaya dan efisiensi ransum. Pola percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap dengan analisis Single Covariate, berat badan pedet di awal penelitian sebagai satu covariate.
Tabel 3. Bahan pakan penyusun dan formula susu pengganti penelitian tahap III (% bahan segar) Bahan pakan Susu segar Susu pengganti: a. Tepung ikan b. Susu skim c. Polard d. Tepung beras e. Tepung tapioka f. Tepung gandum g. Minyak kelapa* h. Lesitine* i. Vitamin E (ppm) j. Vitamin B dan mineral Kandungan nutrisi: Protein kasar Lemak Pengenceran (susu pengganti : air)
H 100
Perlakuan I 0
J 0
15 52,5 8 2,5 2 2 16 1,5
15 52,5 8 2,5 2 2 16 0
15 52,5 8 2,5 2 2 16 1,5
24,5 17,0 1 : 6,0
26,8 17,3 1 : 6,3
27,3 17,5 1: 6,4
Keterangan: *Dicampurkan terlebih dahulu, dipanaskan, kemudian dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya
Tabel 4. Jadwal dan jumlah pemberian ransum ke ternak selama penelitian Ransum SS SP B + air SP C + air SP E + air SP F + air SP G + air SP H + air SP I + air SP J + air KNST R.G
2–3 4 566 + 3,4 546 + 3,5 581 + 3,5 550 + 3,5 522 + 3,5 570 + 3,4 550 + 3,5 540 + 3,5 0 0
4–6 5 708 + 4,3 688 + 4,4 726 + 4,5 687 + 4,5 652 + 4,5 715 + 3,3 685 + 4,4 675 + 4,4 0,35 0,30
Umur pedet (minggu) 7–8 4 566 + 3,4 546 + 3,5 581 + 3,5 550 + 3,5 522 + 3,5 570 + 3,4 550 + 3,4 540 + 3,5 0,65 0,47
9 – 10 3 446 + 2,6 466 + 2,7 436 + 2,6 413 + 2,6 392 + 2,6 430 + 2,6 410 + 2,6 405 + 2,6 1,0 0,70
11 2 283 + 1,7 273 + 1,7 291 + 2,0 275 + 2,0 261 + 2,0 285 + 1,7 275 + 1,7 270 + 1,8 1,5 1,0
Keterangan: SS = susu segar (lt); SP = susu pengganti (gr) + air (lt); KNST = konsentrat (kg); RG = rumput gajah (kg)
222
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi nutrien ransum Data rata-rata konsumsi nutrien ransum ternak selama penelitian, tercantum dalam Tabel 5. Pada kegiatan penelitian I, pemberian susu pengganti sebagai pengganti susu segar secara nyata (P<0,05) meningkatkan total konsumsi nutrien ransum per kg BB metabolik ternak, kecuali terhadap konsumsi lemak ransumnya yang nyata (P<0,05) menurun. Demikian juga level penggunaan susu skim yang lebih tinggi nyata (P<0,05) meningkatkan total konsumsi nutrien ransum per kg BB metabolik kecuali konsumsi nutrien protein kasar yang tidak berbeda nyata dan lemak ransum yang nyata (P<0,05) menurun.
Pada kegiatan penelitian II pemberian susu pengganti sebagai pengganti susu segar nyata (P<0,05) menurunkan total konsumsi lemak ransum per kg BB ternaknya, serta hanya susu pengganti yang menggunakan level tepung ikan 5% yang nyata (P<0,05) meningkatkan total konsumsi bahan organik ransum per kg BB metabolik ternaknya. Penggunaan antar level tepung ikan yang berbeda pada susu pengganti, tidak nyata menyebabkan terjadinya perubahan terhadap total konsumsi nutrien ransum kecuali pada susu pengganti yang menggunakan level tepung ikan 5% tersebut. Pada kegiatan penelitian tahap III, pemberian susu pengganti yang dengan atau tanpa ditambah lesitin dan atau vit E, semuanya tidak nyata menyebabkan terjadinya perubahan terhadap total konsumsi zat-zat nutrien ransumnya.
Tabel 5. Rata-rata konsumsi nutrien ransum masing-masing perlakuan selama penelitian (g/ek/hari) Konsumsi Bahan kering: SS/SP Kons + RG Ransum (kg/ek/hr) (kg/kg BB0,75) Bahan organik: SS/SP Kons + RG Ransum (kg/ek/hr) (kg/kg BB0,75) Protein kasar: SS/SP Kons + RG Ransum (kg/ek/hr) (kg/kg BB0,75) Lemak: SS/SP Kons + RG Ransum (kg/ek/hr) (kg/kg BB0,75)
Perlakuan Tahap II E F
A
Tahap I B
C
D
428,9a 221,2 650,1a 34,7a
488,5b 261,1 749,6b 43,4b
507,4c 221,8 729,2b 45,3c
428,9 402,8 831,7 61,2
470,9 493,0 963,9 63,7
419,7 421,8 841,5 59,7
59,1
57,2
59,9
409,2a 192,9 602,1a 32,1a
469,6b 228,5 698,1b 40,4b
490,5c 193,6 684,1b 42,5c
393,0 360,9 753,9a 55,5
445,1 422,4 389,0 440,2 347,4 375,0 885,3b 769,8a 764,0a 58,5 52,0 54,2
52,8
51,3
53,3
112,0a 68,7 180,7a 9,6a
117,6c 76,9 194,5b 11,3b
103,8b 67,9 171,7a 10,7b
133,7 60,0 193,7 14,3
110,6 71,1 181,7 12,0
113,0 57,3 170,3 9,2
119,7 58,4 178,1 6,2
11,4
10,8
11,5
143,9c 12,5 156,4c 8,3c
108,6b 15,2 123,8b 7,2b
81,9a 12,8 94,7a 5,9a
141,3 7,2 148,5b 10,9
77,0 8,4 85,4a 5,6
72,4 6,9 79,3a 5,3
66,6 6,8 73,4a 5,2
5,6
5,7
5,4
449,2 388,0 837,2 56,5
G
Tahap III H I J
Keterangan: a,b Superskrip yang berbeda pada baris dan kelompok tahapan penelitian yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) SS = susu segar; SP = susu pengganti; Kons = konsentrat; RG = rumput gajah; BB = berat badan
223
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Pertambahan berat badan ternak serta beaya dan efisiensi ransum Hasil pengamatan terhadap pertambahan berat badan ternak serta biaya dan efisiensi ransum, datanya tercantum dalam Tabel 6. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) pada kegiatan penelitian I adalah berkisar 0,27 kg/hari (perlakuan A) – 0,175 kg/hari (perlakuan B). Hal tersebut menunjukan bahwa pemberian susu pengganti secara nyata (P<0,05) menyebabkan terjadinya penurunan PBBH ternak. Meskipun pemberian susu pengganti menyebabkan penurunan biaya ransum (P<0,05) tetapi tidak menyebabkan peningkatan efisiensi ransom (P<0,05). Pada kegiatan penelitian I, tampak bahwa penggunaan susu skim level yang lebih tinggi (60% dibanding 40%) secara nyata (P<0,05) justru menurunkan PBBH ternak, sehingga walaupun tidak nyata meningkatkan total biaya ransum, tetapi secara nyata (P<0,05) menurunkan tingkat efisiensi ransum. Penurunan PBBH dengan semakin tingginya penggunaan susu skim di duga disebabkan oleh perbedaan diameter globuli lemak pada susu segar dan susu pengganti. globuli lemak yang lebih besar pada susu pengganti menyebabkan penyerapan lemak pada saluran pencernaan pedet menjadi tidak sempurna. ROY (1980) menyatakan bahwa pemberian susu pengganti yang memiliki ukuran globui lebih dari 3 – 4
µm akan menyebabkan diare dan rontoknya bulu pada pedet selanjutnya TOULLEC (1980) menyatakan juga bahwa penyerapan lemak sangat dipengaruhi oleh stabilnya emulsi dalam lemak. Penggunaan tepung ikan pada kegiatan penelitian II didasarkan pada tingginya kandungan protein kasar pada tepung ikan sehingga dapat digunakan sebagai sunber protein dalam pembuatan susu pengganti. Selain itu STOBO dan ROY (1978) menyatakan bahwa susunan asam amino tepung ikan sangat mirip dengan susunan asam amino pada susu segar. Pada kegiatan penelitian II, level penggunaan tepung ikan yang semakin tinggi tidak nyata menyebabkan perbedaan PBBH dan total biaya ransum ternak, sehingga akhirnya tidak nyata menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat efisiensi ransumnya. Pada kegiatan penelitian tahap III, pemberian hanya emulsifier lesitin saja, vitamin E saja dan pemberian kedua-duanya, ternyata tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap total biaya dan tingkat efisiensi ransum ternaknya, tetapi nyata (P<0,05) menyebabkan terjadinya perbedaan terhadap PBBH ternaknya, yaitu pemberian lesitine saja atau kombinasi lesitine dengan vit E adalah nyata (P<0,05) lebih baik dibandingkan dengan pemberian vitamin E saja.
Tabel 6. Pertambahan berat badan (PBBH) pedet serta beaya dan efisiensi ransum selama penelitian Konsumsi
Perlakuan Tahap I Tahap II Tahap III A B C D E F G H I J 41,6 39,1 36,9 32,4 37,5 36,4 34,0 0,270b 0,238b 0,175a 0,547b 0,229a 0,209a 0,241a 0,21b 0,17a 0,22b 525 173 198 450 127 128 132 206 202 209
Berat badan awal (kg) PBBH (kg) Harga SS/SP (Rp/lt) Biaya ransum (Rp/ek/hari) a. Susu segar/pengganti 1623 b. Konsentrat 30 c. Rumput 9 Total 1662b Efisiensi ransum 2,52a
622 40 8 710a 2,61a
757 35 7 799a 4,86b
1718 15 16 1749b 1,52a
486 177 25 688a 4,22b
487 153 17 657a 4,00b
503 129 26 658a 3,49b
786 109 17 912 4,36
769 95 12 876 5,06
799 72 21 892 4,44
Keterangan: a,b Superskrip yang berbeda pada baris dan kelompok tahapan penelitian yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) SS = susu segar; SP = susu pengganti
224
Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020
Pengaruh pemberian susu pengganti yang masih belum mampu menghasilkan PBBH pedet sebaik seperti pemberian susu segar, menunjukkan bahwa formula dan bahan-bahan penyusun pada pembuatan susu pengganti di atas masih perlu diteliti lebih lanjut sampai mampu mempunyai nilai nutrisi (kandungan dan nilai kecernaan) mendekati susu segar; harga susu pengganti per liternya yang masih jauh lebih murah dibandingkan harga susu segar, adalah sangat mendukung hal tersebut. KESIMPULAN Walaupun belum mampu menghasilkan pertumbuhan sebaik pemberian susu segar, namun secara ekonomis susu pengganti dapat diberikan ke pedet pra sapih, sehingga produksi susu segar induknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan manusia. Dalam pembuatan susu pengganti, dapat digunakan bahan susu skim dengan dosis sekitar 40%, tepung ikan dengan dosis sekitar 15%, serta perlu ditambahkan bahan emulsifier sekitar 1,5% dan vitamin E sekitar 20 ppm. Untuk mendapatkan susu pengganti yang mempunyai nilai biologis mendekati susu segar, masih sangat diperlukan penelitian lebih lanjut teruatama untuk menentukan bahanbahan penyusunnya dan formulasi penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA MUSOFIE, A., N. KUSUMAWARDANI dan ARYOGI. 1992. Pengaruh penggunaan susu skim dalam milk replacer terhadap pertumbuhan pedet sapi perah. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. ROY., J.H.B. 1980. The Calf. 4 th. Ed. Butterworths. London. Boston. STOBO, I.J.F and J.H.B. ROY. 1978. The use of non milk protein in milk substitutes for calves. World Anim. Rev. 25: 18 – 24. TOULLEC, R., M. THERIEX dan P. THIVEND. 1980. Milk Replacer for calves and lamb. World Anim. Rev. 33: 32 – 42.
DISKUSI Pertanyaan: 1. Apakah tepung ikan sampai 15% dalam susu pengganti tidak menyebabkan diare? 2. Mengapa diperlukan/ditambahkan hanya vitamin E? Mengapa tidak ditambahkan vitamin lainnya? Jawaban: 1. Selama penelitian ini dilakukan pula pengamatan terhadap kesehatan ternak. Gangguan terhadap kesehatan ternak yang terjadi adalah diare dan kembung. 2. Penambahan vitamin E pada penelitian ini bertujuan untuk mengoreksi defisiensi vitamin E pada pedet–pedet yang diberi susu pengganti dengan kandungan tepung ikan yang tinggi. Pada penelitian juga dilakukan penambahan vitamin B–komplek yang bertujuan untuk memenuhi vitamin B pada pedet dimana pada saat tersebut pada fase preruminant yang belum dapat mensintesa vitamin B sendiri.
225