Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
PENGARUH PEMBERIAN RANSUM BERBASIS PELEPAH DAN DAUN KELAPA SAWIT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI FH JANTAN (In Vitro) THE EFFECT GIVING RATION BASED OIL PALM FROND AND LEAVES ON VFA AND NH3 CONCENTRATION IN RUMEN FLUID OF FH CATTLE (In Vitro) Sri Rizqi Ayu Ariantika*, Ana Rochana**, dan Budi Ayuningsih** Universitas Padjadjaran Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 Email:
[email protected]
ABSTRAK Fermentasi bahan pakan oleh mikroba rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan ternak ruminansia dengan ternak lainnya. Mikroba rumen mencerna bahan pakan menjadi produk-produk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi serta sumber nitrogen untuk sintesis protein mikroba yaitu VFA dan NH3. Nilai kecernaan bahan pakan di dalam rumen dapat dilihat dari konsentrasi VFA dan NH3 yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum berbasis pelepah dan daun kelapa sawit terhadap konsentrasi VFA dan NH3 cairan rumen Sapi FH Jantan (In Vitro)”. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium in vitro dan Laboratorium Teknologi Pakan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor Jawa Barat mulai tanggal 13 November sampai dengan 2 Desember 2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat tiga perlakuan (P1: 60% Rumput Raja + 40% Daun Gamal; P2: 30% Rumput Raja + 70% Konsentrat; P3: 30% Pelepah dan Daun Kelapa Sawit + 70% Konsentrat) dengan enam kali ulangan. Peubah yang diamati adalah konsentrasi VFA dan NH3 cairan rumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ransum berbasis pelepah dan daun kelapa sawit menghasilkan konsentrasi VFA (63,34 mM ) dan NH3 (13,85 mM ) paling rendah dibandingkan dengan ransum lainnya. Kata Kunci: Pelepah dan Daun Kelapa Sawit, Lignin, VFA , NH3.
ABSTRACT Feed ingredients fermentation by rumen microbes is one of the characteristic which distinguished ruminant animal with other livestock. Rumen microbes digested the feed into product that can be utilized as an energy and as a nitrogen sources for microbial protein synthesis are VFA and NH3. The digestibility value of feed ingredients in the rumen can be seen through the concentration of VFA and NH3 produced. This study aims to determine the effect in giving ration based oil palm frond and leaves on to VFA and NH3 concentration in rumen fluid of Friesh Holland (FH) cattle (In Vitro). This research conducted at in vitro Laboratory and Feed Technology Laboratory of Animal Research Centre (Balitnak) Ciawi, Bogor West Java on 13th November until 2nd Desember 2014. This research used an experimental method with a Completely Randomized Design (CRD). There were three treatments (P1= 60% King Grass + 40% Gliricidia sepium Leaves; P2= 30% King Grass + 70% Concentrate; P3= 30% Palm Oil Fronds and Leaves + 70% Concentrate) by repeated six times. The variables observed the concentration of VFA and NH3 in rumen fluid. The result showed that giving ration based oil palm frond and leaves produced the lowest concentration of (63,34 mM) VFA and (13,85 mM) NH3 in the ration compared with other. Keywords: Oil palm frond and leaves, Lignin, VFA, NH3. 1
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
PENDAHULUAN Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya ternak, karena pakan yang dikonsumsi berpengaruh langsung pada hidup pokok dan produksi ternak.
Bagi ternak
ruminansia, hijauan adalah pakan utama yang harus diberikan. Ketersediaan hijauan saat ini semakin sulit diperoleh karena semakin berkurangnya lahan tanaman pakan akibat banyaknya alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan industri, sehingga diperlukan pakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan ternak. Salah satu cara mendapatkan pakan alternatif adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian diantaranya pelepah dan daun kelapa sawit. Produksi pelepah dan daun kelapa sawit cukup tinggi, hal ini sejalan dengan tingginya permintaan dunia akan minyak sawit (CPO) sehingga perkebunan kelapa sawit berkembang pesat di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Luas kebun sawit di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 9,5 juta ha dengan produksi 26 juta ton minyak sawit dan tahun 2013 sudah mencapai sekitar 10 juta ha dengan produksi 27,7 juta ton minyak sawit (Ditjenbun, 2014). Perkiraan produksi kelapa sawit menghasilkan 18-25 pelepah/pohon/ tahun (Lubis, 1992). Selain itu, pelepah sawit mengandung nutrien berupa bahan kering 86,2%; protein kasar 5,8%; serat kasar 48,6%; Lemak 5,8%; BETN 36,5%; Abu 3,3%; Kalsium 0,32%; Fosfor 0,27%; TDN 29,8%; Energi 4,02 (Mj/kg) sedangkan kandungan nutrien daun sawit (tanpa lidi) yaitu bahan kering 46,18%; protein kasar 14,12%; serat kasar 21,52%; Lemak 4,37%; BETN 46,59%%; Abu 13,4%; Kalsium 0,84%; Fosfor 0,17%; Energi 4,46 (Mj/kg) (Elisabeth dan Ginting, 2003). Oleh karena itu, pelepah dan daun sawit potensial sebagai bahan pakan alternatif untuk mengatasi kekurangan hijauan.
Syarat dari pemanfaatan limbah sebagai
bahan pakan alternatif adalah harganya murah, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, ketersediaannya berlimpah serta memiliki kandungan nutrien yang baik. Pelepah dan daun kelapa sawit dipanen pada umur tua sehingga dinding selnya menebal akibatnya kandungan ligninnya tinggi. Lignin mampu mengikat selulosa dan hemiselulosa dalam
hijauan
sehingga
menghambat
aktivitas
mikroorganisme
rumen
dalam
mencernakomponen serat kasar tersebut. Kandungan lignin yang tinggi dalam pelepah dan daun kelapa sawit akan sangat berpengaruh pada nilai fermentabilitas ransum di dalam rumen yaitu akan mempengaruhi konsentrasi asam lemak terbang (VFA) dan ammonia (NH3). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”pengaruh pemberian ransum berbasis pelepah dan daun kelapa sawit terhadap konsentrasi VFA dan NH3 cairan rumen Sapi FH Jantan (in vitro). 2
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metoda dari Theodorou dan Brooks (1990). Materi yang digunakan adalah cairan rumen sebagai sumber inokulum yang diambil dari sapi FH (Frisian Holstein) Jantan berfistula yang dipelihara di kandang Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor Jawa Barat. Materi lainnya adalah pelepah dan daun kelapa sawit, rumput raja, daun gamal dan bahan yang digunakan dalam konsentrat adalah 14,3% onggok, 60% bungkil inti sawit, serta 26,7% dedak padi. Bahan pakan tersebut berasal dari PTPN VI (perkebunan kelapa sawit) Jambi dan dianalisa di Laboratorium proksimat Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor Jawa Barat tahun 2014. Sebanyak masing-masing 1 gram sampel dimasukkan dalam setiap botol in vitro yang telah berisi 96 ml larutan basal. Setiap botol kemudian diinukolasi dengan sumber mikroba yang berasal dari cairan rumen sapi FH (Frisian Holstein) jantan, lamanya masa inkubasi adalah 96 jam.
Analisa konsentrasi VFA dilakukan dengan menggunakan Gas Liquid
Chromatography (GLC, Hewlett Packard, 3700, USA) sedangkan pengukuran konsentrasi NH3 ditentukan dengan teknik mikrodifusi Conway yang dikembangkan oleh Conway dan O'Malley (1942). Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 kali ulangan sehingga ada 18 unit percobaan. Adapun perlakuan tersebut adalah P1= 60% rumput raja + 40% daun gamal, P2= 30% rumput raja + 70% konsentrat, P3= 30% pelepah dan daun kelapa sawit + 70% konsentrat. Komposisi dan kandungan
nutrien
selengkapnya
tercantum
pada
Tabel
1.
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum Kandungan Zat Makanan Bahan Pakan
Protein
Lemak
SK
Abu
Lignin
57,38 24,20 32,42 21,90 47,67 40,05 35,60
3,39 10,77 19,36 4,46 5,21 8,98 11,7
17,85a
Gross Energy Kcal/kg
(%) Pelepah Onggok Dedak BIS* Daun sawit Daun Gamal Rumput Raja
2,75 3,47 6,21 15,33 5,07 19,02 8,92
1,19 0,56 5,49 14,52 2,49 3,87 1,26
13,79b -
4207,83 3799,00 3774,53 3887,59 4439,31 4435,14 4158,70
Keterangan : * BIS : Bungkil Inti Sawit Sumber : Balitnak (2014 ) a. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2012). b. Djadjanegara (1999). 3
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
Tabel 2. Kandungan nutrien Ransum Penelitian Protein
Lemak
SK
Abu
GE
Ransum (%)
kcal/kg
P1
14,98
2,83
38,54
10,07
4324,56
P2
10,58
7,52
28,13
9,94
3939,72
P3
9,19
7,76
32,73
7,82
4000,75
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi VFA Asam lemak terbang (VFA) adalah hasil hidrolisis karbohidrat polisakarida oleh mikroba rumen. Polisakarida diubah menjadi monosakarida terutama glukosa selanjutnya dirombak menjadi asetat, propionat, butirat dan juga isobutirat, valerat, isovalerat, methan dan CO2 (Sutardi, 1977). VFA berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia dan merupakan sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba (Sutardi dkk., 1983). Konsentrasi VFA total hasil penelitian, menunjukkan rataan antara 63,34 dan 82,46 mM. Konsentrasi VFA tertinggi 82,34 mM diperoleh pada perlakuan P2 yaitu 30% rumput raja + 70% konsentrat, sedangkan konsentrasi VFA terendah 63,34 mM diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 30% pelepah dan daun kelapa sawit + 70% konsentrat. Pada keadaan normal, konsentrasi VFA total di dalam cairan rumen berkisar 70 -150 mM (Bergman, 1990) sedangkan menurut Sutardi (1979) konsentrasi VFA total cairan rumen yang baik untuk pertumbuhan optimum mikroba rumen adalah 80-160 mM. Gambaran lebih jelas mengenai pengaruh berbagai perlakuan terhadap konsentrasi VFA total disajikan pada Ilustrasi 3.
Ilustrasi 3. Konsentrasi VFA total 4
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA total cairan rumen, maka dilakukan uji sidik ragam yang hasilnya tertera pada Lampiran 5. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi VFA cairan rumen. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi VFA Perlakuan
Konsentrasi VFA (mM)
P3
63,34a
P1
79,09b
P2
82,45b
Keterangan : Superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antara P3 dengan P1 serta tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) antara P1 dengan P2. Perlakuan P3 menghasilkan konsentrasi VFA total paling rendah di antara perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan tingginya kadar lignin dan serat kasar yang tinggi pada pelepah dan daun kelapa sawit. Kandungan serat kasar pada pelepah yaitu 57,38% (Balitnak, 2014) dan kadar ligninnya 17,85% (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012), sedangkan serat kasar pada daun sawit yaitu 47,67% (Balitnak, 2014) dan kadar ligninnya 13,79% (Djadjanegara, 1999), mempengaruhi kecernaan karbohidrat pakan sehingga VFA yang dihasilkan rendah. Hal ini diperkuat oleh penelitian Batubara (2002) bahwa kandungan NDF daun kelapa sawit (62,75%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rumput asal perkebunan (58,13%) dan daya cerna daun kelapa sawit terhadap sapi sangat nyata lebih rendah (38%) dari rumput asal perkebunan (62%), sehingga menunjukkan bahwa kualitas daun kelapa sawit termasuk kualitas biologis rendah, kemudian Winugroho dan Maryati (1999) juga menyimpulkan daun kelapa sawit mempunyai kualitas biologis rendah, karena daya cerna in-vitronya <50%. Lignin bersifat mengikat selulosa dan hemiselulosa, sehingga mikroba tidak dapat mencerna selulosa dan hemiselulosa tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980) dan Djajanegara (1986) bahwa lignin dan selulosa sering membentuk senyawa lignoselulosa dalam dinding sel tanaman. Lignoselulosa ini merupakan suatu ikatan yang sangat kuat. Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan 5
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya. Kadar serat kasar yang tinggi dapat
mengganggu pencernaan zat-zat yang lain, akibatnya tingkat kecernaan menjadi
menurun. Konsentrasi VFA pada P3 yaitu 63,34 mM. Nilai tersebut berada di bawah kisaran normal cairan rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1979) bahwa konsentrasi VFA total cairan rumen yang baik untuk pertumbuhan optimum mikroba rumen adalah 80-160 mM, sedangkan menurut pendapat Bergman (1990), kisaran normal VFA total yaitu 70 -150 mM. Konsentrasi VFA pada P1 dan P2 masih berada pada kisaran normal cairan rumen. Hal ini mencerminkan bahwa ransum rumput raja + daun gamal serta rumput raja + konsentrat lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen, dibandingkan ransum yang mengandung pelepah dan daun sawit. Artinya bahwa ransum yang mengandung pelepah dan daun sawit, kecernaan karbohidratnya rendah sehingga menghasilkan VFA yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bata (1996), bahwa mudah tidaknya karbohidrat dicerna dan difermentasi dapat diindikasikan dengan tinggi rendahnya VFA yang dihasilkan, semakin tinggi VFA yang diproduksi berarti semakin mudah karbohidrat tersebut dicerna atau difermentasikan sehingga semakin fermentable pakan tersebut.
Konsentrasi NH3 Ammonia (NH3) merupakan indikator kecernaan protein suatu pakan di dalam rumen. Mikroba rumen tidak mampu memanfaatkan asam amino secara langsung karena mikroba rumen terutama bakteri tidak memiliki sistem transportasi yang mampu mengangkut asam amino ke dalam tubuhnya, sehingga asam amino hasil hidrolisis protein dirombak terlebih dahulu menjadi ammonia (NH3), kurang lebih 82% mikroba rumen dapat menggunakan N ammonia (Sutardi, 1977). Konsentrasi NH3 hasil penelitian menunjukkan rataan antara 13,85 dan 24,49 mM. Konsentrasi NH3 tertinggi 24,49 mM diperoleh pada perlakuan P1 yaitu 60% rumput raja + 40% daun gamal, sedangkan konsentrasi NH3 terendah 13,85 mM diperoleh pada perlakuan P3 yaitu 30% pelepah dan daun kelapa sawit + 70% konsentrat. Gambaran lebih jelas mengenai pengaruh berbagai perlakuan terhadap konsentrasi NH3 disajikan pada Ilustrasi 4.
6
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
Ilustrasi 4. Konsentrasi NH3 cairan rumen Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi NH3 cairan rumen, maka dilakukan uji sidik ragam yang hasilnya tertera pada Lampiran 6. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi NH3 cairan rumen. Uji lanjut digunakan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 Perlakuan
Konsentrasi NH3 (mM)
P3
13,85a
P2
17,39a
P1
24,49b
Keterangan : Superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsentrasi NH3. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) antara P3 dengan P2, serta terdapat perbedaan nyata (P<0,05) antara P2 dengan P1. Perlakuan P3 menghasilkan konsentrasi NH3 paling rendah diantara perlakuan lainnya. Rendahnya konsentrasi NH3 tersebut disebabkan karena 3 hal yaitu tingginya kandungan serat kasar dan lignin pada pelepah serta daun kelapa sawit yang mampu menghambat aktivitas mikroba rumen, sehingga kemampuan mikroba dalam mendegradasi protein bahan pakan di dalam rumen menjadi menurun. Kandungan serat kasar pada pelepah yaitu 57,38% (Balitnak, 2014) dan kadar ligninnya 17,85% (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012), sedangkan serat kasar pada daun sawit yaitu 47,67% (Balitnak, 2014) dan kadar ligninnya 7
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
13,79% (Djadjanegara, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryanto dan Djajanegara (1993) bahwa konsentrasi NH3 di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis makanan yang diberikan,
kelarutan nitrogen, tingkat degradasi protein, dan konsentrasi
nitrogen dalam ransum. Selain kandungan serat kasar dan lignin yang tinggi, rendahnya konsentrasi NH3 pada perlakuan P3 juga disebabkan karena kandungan protein ransum P3 (9,19 %) yang lebih rendah diantara protein ransum lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat McDonald, dkk. (1988) bahwa apabila pakan rendah kandungan proteinnya atau proteinnya tahan terhadap degradasi mikroba rumen maka konsentrasi ammonia (NH3) rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen lambat. Menurut Fajri (2008), ammonia (NH3) oleh mikroba rumen digunakan sebagai sumber nitrogen dalam mensintesis protein tubuhnya, sehingga kecukupan ammonia mutlak diperlukan bagi perkembangan mikroba rumen. Peningkatan populasi mikroba rumen sangat menguntungkan bagi ternak ruminansia, selain meningkatkan kecernaan pakan dalam rumen juga akan mendapat pasokan protein mikroba yang telah mati dan mengalir ke usus. Produksi ammonia yang dapat memenuhi kebutuhan tidak akan merugikan sintesis mikroba rumen, sebaliknya jika produksi ammonia rendah akan mempengaruhi produksi sintesis mikroba rumen Konsentrasi NH3 paling tinggi adalah perlakuan P1 pada pemberian 60% rumput raja + 40 % daun gamal yaitu 24,49 mM. Konsentrasi NH3 yang tinggi tersebut, disebabkan karena pada P3 memiliki kandungan protein ransum paling tinggi (14,98%) diantara protein ransum lainnya, terutama berasal dari daun gamal yang mengandung protein sebesar (19,02%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Fredriksz (2008) yang menyatakan dengan
semakin bertambahnya tingkat pengunaan hijauan gamal sebagai sumber nitrogen menyebabkan konsentrasi NH3 juga meningkat, karena protein hijauan gamal didegradasi dengan sempurna oleh mikroba rumen.
McDonald, dkk. (2002) menjelaskan bahwa
konsentrasi NH3 yang tinggi dapat menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat daripada proses pembentukan protein mikroba, sehingga NH3 yang dihasilkan terakumulasi dalam rumen. Berdasarkan data konsentrasi NH3 cairan ransum pada berbagai perlakuan, diketahui bahwa konsentrasi NH3 pada P2 dan P3 yaitu 17,39 dan 13,85 mM berada pada kisaran normal, sedangkan konsentrasi NH3 pada P1 di atas kisaran normal yaitu 24,49 mM. Menurut McDonald, dkk. (2002) kisaran optimum NH3 dalam rumen berkisar antara 85 – 300 mg/l atau 6-21 mM. 8
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
Konsentrasi NH3 yang melebihi kisaran normal digunakan untuk sintesa protein mikroba melalui siklus ulang urea. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora (1989) yang menyatakan bahwa ammonia dibebaskan di dalam rumen selama proses fermentasi dalam bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak terion sebagai NH3. Ammonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis protein mikroba.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengaruh pemberian ransum berbasis pelepah dan daun kelapa sawit (P3) menghasilkan tingkat konsentrasi VFA dan NH3 paling rendah diantara perlakuan lainnya. Konsentrasi VFA perlakuan P3 berada dibawah kisaran normal yaitu 63,34 mM, sedangkan konsentrasi NH3 berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan mikroba yaitu 13,85 mM.
Saran 1. Pemberian pelepah dan daun kelapa sawit harus dibarengi dengan konsentrat agar kandungan nutrien yang dibutuhkan ternak dapat tercukupi. 2. Pemberian rumput raja dalam ransum menghasilkan konsentrasi VFA dan NH3 terbaik diantara perlakuan penelitian lainnya, sedangkan dalam pemanfaatan pelepah dan daun kelapa sawit harus diperhatikan batas pemberiannya dalam ransum karena adanya anti nutrisi berupa lignin yang dapat menurunkan kecernaan, dan disarankan pemberian pelepah dan daun kelapa sawit sebanyak 30% dalam ransum. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui metode pengukuran kecernaan dengan metode rusitec (menyerupai in vitro) maupun dengan uji biologis ( in vivo).
UCAPAN TERIMAKASIH Pada
kesempatan
ini
penulis
ingin
menyampaikan
terima
kasih
kepada
Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana,M.S., dosen pembimbing utama dan Dr. Ir. Budi Ayuningsih, M.Si., dosen pembimbing anggota atas semua saran dan bimbingan yang diberikan sejak penyusunan proposal penelitian hingga penulisan skripsi.
Dosen penguji Dr. Ir. Iman
Hernaman M.Si., Dr. Iin Susilawati, S.Pt., MP., Dr. Ir. Lovita Adriani MS., yang telah 9
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
memberikan masukan kepada penulis, serta Dr. Ir. RA Yeni Widiawati sebagai pembimbing penelitian di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor Jawa Barat. Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati, MS., dan seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah memberikan perhatian kepada penulis khususnya di bidang pendidikan selama masa perkuliahan. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penulis melakukan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Arora, S .P . 1989 . Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo, B (ed), Gajah Mada University Press . Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). 2012. Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Samping Industri Sawit sebagai Bahan Pakan. IAARD Press.2012 Balai Penelitian Ternak. 2014. Analisa Proksimat. BPT Ciawi Bogor Jawa Barat. Bata, M. I. Irawan, S. Rahayu dan M. Pangestu. 1996. Pengaruh Suplementasi Ampas Tahu Pada Onggok Terhadap Produk Fermentasi Rumen, Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Secara In Vitro. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. Batubara, Leo. 2002. Potensi Biologis Daun Kelapa Sawit sebagai Pakan Basal dalam Ransum Sapi Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Gedung Johor, Sumut. Bergman, E.N. 1990. Energy contribution of VFA from the gastrointestinal tract in various species. Physiol. Rev. 70:567-590 Conway, E. J. dan E. O’Malley. 1942. Microdiffusion methods: ammonia and urea using buffered absorbents (revised methods for ranges greater than 10 µg N). Biochemistry Journal. 36: 655-661. Ditjenbun. 2014. Data lima tahun subsektor perkebunan [Internet]. [disitasi 20 November 2014]. Tersedia dari: http:// www.pertanian.go.id/infoeksek tif /bun /isi_dt5thn_bun.php. Djajanegara, A. 1983. Tinjauan ulang mengenai suplemen pada jerami padi. Kumpulan Makalah Seminar. Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. Lembaga Kimia Nasional dan LIPI, Bandung. Djajanegara,A,B. Sudaryanto, Winugroho, dan A.R. Axarto. 1999. Potensi produk kebun kelapa sawit untuk pengembangan usaha ternak ruminansia. Laporan APBN 1998/1999. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Petemakan. Bogor.
10
Pengaruh Pemberian Ransum berbasis Pelepah dan Daun Kelapa Sawit ................. Sri Rizqi Ayu
Elisabeth, J., dan S.P. Ginting. 2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Prosiding Lokakarya Nasional : Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003. P . 110-119. Fajri, Febriya. 2008. Kajian Fermentabilitas dan Kecernaan In vitroKulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L.) yang Difermentasi dengan Aspergillus niger. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. McDonald, P., R. A. Edward and J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4 ed. John Wiley & Sons, New York. Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Kursus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon Lembang. Direktorat Jendral Peternakan-FAO, Bandung. . 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Dalam: Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan, LPP. Bogor. Buku 2. Hal. 91-103. . 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Sutardi, T. A. Sigit, dan T. Tohormat. 1983. “Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolisme oleh Mikroba Rumen”. Laporan Penelitian. Direktorat Pembinaan dan Pengabdian pada Masyarakat, Dirjen DIKTI. Depdikbud. Winugroho, M. dan Maryati. 1999. Kecemaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia . Laporan APBN 1998/1999 . Balai Penelitian Temak, Puslitbang Petemakan . Bogor.
11