PENGARUH PEMBERIAN PIL KB YANG MENGANDUNG HORMON SINTETIK ETINILESTRADIOL DAN NORGESTREL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK (Rauvolfia serpentine Benth.)
IKRAR TEGUH WIBAWA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN Ikrar Teguh Wibawa (E03400066). Pengaruh Pemberian Pil KB terhadap Pertumbuhan Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.). Di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, MSi. dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. Tanaman obat merupakan salah satu alternatif pengobatan yang semakin diminati pada saat sekarang ini. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanaman obat mengakibatkan terdapat beberapa tanaman obat yang keberadaanya di alam mulai langka dan mengalami kepunahan. Salah satunya adalah pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth) yang berkhasiat menyembuhkan penyakit hipertensi. Untuk menjaga kelestariannya, maka tindakan konservasi harus dilakukan dengan melakukan pengembangan budidaya yang efektif dan efisien. Akhir-akhir ini terdapat anggapan masyarakat bahwa pemberian pil KB terhadap tanaman tertentu menghasilkan kualitas tanaman lebih baik. Hal ini berdasar pada kasus pemberian pil KB pada tanaman aglonema sp. dan labu (Cucurbitta sp.) oleh beberapa orang yang menghasilkan tanaman tersebut tumbuh dengan memuaskan. Diduga pil KB mengandung kolkisin sehingga menjadikan tanaman tersebut memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Bila anggapan masyarakat itu benar, sangat mungkin pemberian pil KB pada pule pandak merupakan salah satu cara pengembangan yang efektif dan efisien. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini selain untuk mengetahui pengaruh pemberian pil KB terhadap pertumbuhan pule pandak (Rauvolfia serpentine Benth.) serta sebagai informasi guna meluruskan isu di masyarakat yang belum jelas kebenarannya. Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Penelitian dilakukan selama 12 minggu pada bulan April – Juli 2005. Prosedur penelitian yang dilakukan antara lain seleksi bibit, pemeliharaan, pengamatan, pengambilan dan pengolahan data. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap 1 faktor dengan tujuh taraf perlakuan yang merupakan dosis pemberian yang dibagi dalam 2 kelompok pemberian, yaitu satu kali pemberian: (1) pemberian pil KB sebanyak 1 butir (0,18 mg), (2) pemberian pil KB sebanyak 2 butir (0,36 mg), (3) pemberian pil KB sebanyak 3 butir (0,54 mg), dan tiga kali pemberian : (4) pemberian pil KB sebanyak 1 butir (0,18 mg) per minggu, (5) pemberian pil KB sebanyak 2 butir (0,54 mg) per minggu, (6) pemberian pil KB sebanyak 3 butir (0,36 mg) per minggu dan (7) kontrol. Pada penelitian ini, parameter pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah pertambahan daun dari minggu ke-1 sampai minggu ke-12 setelah perlakuan. Berdasarkan hasil pengukuran pada tumbuhan pule pandak yang diamati, perlakuan pemberian pil KB 1 butir (0,18 g) memiliki pertambahan tinggi terbesar dengan nilai 8,40 cm. Sedangkan perlakuan pemberian pil KB 3 x 2 butir (0,36 g) memiliki pertambahan tinggi terkecil yaitu 5,82 cm. Hasil analisis uji Anova menunjukkan pemberian pil KB tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tumbuhan pule pandak.
Dari hasil pengamatan pertumbuhan tinggi perminggu, tidak terdapat laju pertumbuhan yang terhambat. Hal ini menunjukkan tidak terdapat aktivitas kolkisin, sehingga dugaan pil KB mengandung kolkisin tidak terbukti. Perkembangan diameter tanaman setelah diberi perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Hanya tumbuhan dengan perlakuan pemberian pil KB 3 x 3 butir per minggu saja yang menunjukkan perbedaan dengan tumbuhan kontrol sedangkan tumbuhan yang lainnya relatif sama Berdasarkan pengamatan visual, adanya satu perlakuan yang menonjol lebih didasarkan pada kondisi tanaman tersebut yang lebih diuntungkan dalam hal melakukan fotosintesa. Nilai rata-rata jumlah pertambahan daun tertinggi dimiliki oleh tanaman dengan perlakuan pemberian pil KB 1 butir dengan nilai rata-rata jumlah pertambahan daun sebesar 13 helai. Sedangkan nilai rata-rata jumlah pertambahan daun terendah dimiliki oleh tanaman dengan perlakuan pemberian pil KB 3 x 1 butir dengan nilai rata-rata jumlah pertambahan daun sebesar 9 helai. Tanaman dengan perlakuan tersebut merupakan satu-satunya yang memiliki nilai rata-rata jumlah pertambahan daun lebih kecil dari nilai rata-rata jumlah pertambahan daun tanaman kontrol yang memiliki nilai sebesar 10 helai. Hasil uji Anova menunjukkan pil KB berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman.
PENGARUH PEMBERIAN PIL KONTRASEPSI YANG MENGANDUNG HORMON SINTETIK ETINILESTRADIOL DAN NORGESTREL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PULE PANDAK (Rauvolfia serpentine Benth.)
IKRAR TEGUH WIBAWA
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 28 Oktober 1981. penulis merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara, keluarga Bapak A. Syafe’i (Alm.) dan Ibu Euis Wartika. Pendidikan yang pernah diperoleh penulis adalah: 1. Sekolah Dasar Negeri Sariwangi, Tasikmalaya lulus pada tahun 1994. 2. Sekolah Menengah Pertama Islam Cipaku, Sariwangi, Tasikmalaya lulus pada tahun 1997. 3. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Tasikmalaya lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan melalui program Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Cagar Alam Sancang-Papandayan BKSDA Garut, KPH Sumedang Perum Perhutani Unit III Jawa Barat pada bulan Juli-Agustus 2003. Penulis melaksanakan Field Trip Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat pada bulan Februari 2004. Selanjutnya pada bulan Juni-Agustus 2004, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cicantayan, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul: “Pengaruh Pemberian Pil KB yang Mengandung Hormon Sintetik Etinilestradiol dan Norgestrel terhadap Pertumbuhan Bibit Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.)” dibawah dosen pembimbing MSi dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
Ir. Edhi Sandra,
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Pil KB yang Mengandung Hormon Sintetik Etinilestradiol dan Norgestrel terhadap Pertumbuhan Bibit Pule Pandak (Rauvolfia serpentine Benth.)” merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Seiring dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bapak Ir. Edhi Sandra, MSi. sebagai dosen pembimbing I dan Bapak Ir.Ervizal A.M. Zuhud, MS. sebagai dosen pembimbing II atas segala bimbingan, saran dan nasehatnya.
2.
Ibunda, atas segala kasih sayang dan perhatiannya yang tulus dan ikhlas serta dorongan semangatnya selama ini.
3.
Destrina Cherry Risma atas segala perhatian dan pengertian serta bantuan tenaga dan semangatnya selama penelitian.
4.
Wikwik, Iwan, Poci atas dorongan motivasinya juga kepada Mas Petang atas bantuan pengeditan powerpointnya.
5.
Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar tulisan ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Bogor, Januari 2006 Ikrar Teguh Wibawa
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. i DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v PENDAHULUAN Latar Belakang.................................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2 Hipotesis ........................................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3 Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth)......................................................... 5 Taksonomi dan morfologi .......................................................................... 5 Habitat dan penyebaran .. ........................................................................... 6 Kandungan kimia dan kegunaan ................................................................. 6 Perkembangbiakan dan perbanyakan .......................................................... 8 Nilai ekonomi............................................................................................. 9 Pil KB............................................................................................................... 9 Pengertian pil kontrasepsi........................................................................... 9 Jenis-jenis pil kontrasepsi........................................................................... 10 Penggunaan lain ......................................................................................... 10 Kolkisin ..................................................................................................... 10
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 11 Bahan dan Alat.................................................................................................. 11 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 11 Seleksi bibit dan pemeliharaan ................................................................... 11 Pengamatan dan pengambilan data ............................................................. 11 Rancangan percobaan................................................................................. 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Tinggi .......................................................................................... 13 Pertambahan Diameter ...................................................................................... 15 Pertambahan Jumlah Daun ................................................................................ 17 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 21 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22 LAMPIRAN .................................................................................................... 24
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan tinggi pule pandak.................................................................. 14
2.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan diameter pule pandak ............................................................. 15
3.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan daun pule pandak ................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka pemikiran ......................................................................................4
2.
Grafik rata-rata total pertambahan tinggi per perlakuan .............................. 13
3.
Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman per minggu ........................... 15
4.
Grafik rata-rata total pertambahan diameter per perlakuan.......................... 16
5.
Grafik rata-rata pertambahan diameter tanaman per minggu ..................... 17
6.
Grafik rata-rata total pertambahan jumlah daun per perlakuan .................... 18
7.
Grafik rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman per minggu ................. 19
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Halaman Jumlah pertambahan tinggi tanaman tiap taraf perlakuan........................... 25
2.
Jumlah pertambahan daun tanaman tiap taraf perlakuan ............................ 26
3.
Jumlah pertambahan diameter tanaman tiap taraf perlakuan ...................... 27
4.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan diameter pule pandak ............................................ 28
5.
Hasil uji lanjut berganda duncan pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan daun pule pandak....................................................... 29
6.
Dokumentasi penelitian .............................................................................. 30
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, kesehatan merupakan hal pokok yang tidak lepas dari permasalahan manusia. Demi memenuhi kebutuhan akan kesehatannya manusia telah memiliki berbagai cara dalam melakukan pengobatan. Tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif pengobatan yang semakin diminati pada saat sekarang ini. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai perdagangan tumbuhan obat di pasar dunia yang mencapai milyaran dolar pertahunnya (Saxena, 2001). Semakin meningkatnya kebutuhan akan tumbuhan obat mengakibatkan terdapat beberapa tumbuhan obat yang keberadaanya di alam mulai langka dan mengalami kepunahan. Salah satu tumbuhan obat yang keberadaannya mulai langka di alam adalah pule pandak (Rauvolfia serpentina Benth). Hal tersebut terbukti dengan masuknya tumbuhan ini ke dalam daftar CITES dalam kategori Apendiks II (Leamen, 2001). Pule pandak adalah tumbuhan obat yang sudah terbukti khasiatnya, akarnya mengandung 20 macam alkaloid dan total ekstrak dari akarnya berkhasiat sebagai obat antihipertensi dan gangguan neuropsikiatrik (Rosita, Rostiana, Wahid dan Sitepu, 1991). Sandra dan Kemala (1994) menyatakan bahwa dengan trend pertambahan sebesar 25,89% per tahun, maka permintaan bahan baku tumbuhan pule pandak akan terus meningkat sehingga tingkat pemanenan tumbuhan ini di alam pun meningkat mengakibatkan keberadaannya di alam akan langka. Bila mengacu pada pernyataan tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa keberadaan tumbuhan pule pandak saat ini sudah langka. Untuk itu, demi menjaga kelestariannya dan melihat nilai ekonomi dari tumbuhan ini, maka tindakan konservasi harus dilakukan dengan melakukan pengembangan budidaya yang efektif dan efisien. Akhir-akhir ini didapat informasi dari seorang pendeta yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menggalakkan Program Keluarga Berencana di suatu kabupaten di Kalimantan bahwa pendeta tersebut melakukan pemberian pil KB yang tersisa terhadap tanaman labu (Cucurbita sp.). Ternyata tanaman labu tersebut dapat tumbuh dengan hasil memuaskan, yaitu buah tanaman yang
dihasilkan memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari buah tanaman labu yang tidak diberi pil KB. Kebun labu tersebut pun akhirnya dijadikan kebun percontohan di daerah tersebut. Informasi tersebut terus menyebar dan menjadi anggapan yang kuat di masyarakat bahwa pil KB dapat menjadi pupuk alternatif yang sangat efektif. Beberapa pakar tanaman menduga bahwa dalam pil KB terkandung kolkisin sehingga buah tanaman labu yang dipupuk dengan pil KB tersebut memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari buah tanaman labu yang tidak diberi pil KB. Menurut Poespodarsono (1988), kolkisin adalah zat kimia yang digunakan untuk menggandakan jumlah kromosom tanaman, tanaman ini disebut poliploidi. Pemuliaan poliploidi bertujuan untuk membentuk kultivar unggul baru dengan memperbesar ukuran bagian-bagian tanaman untuk meningkatkan hasil. Bila anggapan masyarakat itu benar, sangat mungkin pemberian perlakuan dengan pil KB pada pule pandak merupakan salah satu cara pengembangan yang efektif dan efisien, karena kita ketahui pil KB adalah produk yang mudah didapat. Selain itu juga, harga pil KB lebih murah bila dibandingkan dengan harga kolkisin. Namun anggapan masyarakat yang didasarkan atas hasil pengalaman beberapa orang yang mencobakan pil KB tersebut belum terbukti secara ilmiah sehingga perlu diluruskan supaya tidak mengakibatkan perlakuan pada tanaman yang bersifat mubazir. Guna meluruskan isu di masyarakat yang belum jelas kebenarannya itu, diperlukan terlebih dahulu pembuktiannya secara ilmiah melalui penelitian ini. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui
ada atau tidak adanya pengaruh pemberian pil KB terhadap
pertumbuhan tanaman pule pandak. 2. Mengetahui
kadar
pemberian
pil
KB
yang
memberikan
pengaruh
pertumbuhan optimum pada tanaman pule pandak setelah diberi pil KB dengan dosis 1 butir, 2 butir dan 3 butir 3. Mengetahui teknik
pemberian pil
KB
yang
memberikan
pengaruh
pertumbuhan optimum pada tanaman pule pandak setelah diberi pil KB
dengan teknik pemberian secara satu kali saja dan secara kontinyu pada masing-masing dosis. 4. Mengetahui ada atau tidak adanya kandungan kolkisin dalam pil KB berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman pule pandak.
Hipotesa 1. Pemberian pil KB akan mendorong pertumbuhan daun serta penambahan diameter batang dan tinggi. 2. Pengaruh pil KB memberi efek yang berbeda untuk setiap konsentrasi dan teknik pemberian
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pil KB terhadap tumbuhan pule pandak sehingga dapat meluruskan informasi sebelumnya yang kebenarannya belum teruji.
Kerangka Pemikiran Kerangka
pemikiran dari penelitian ini diilustrasikan dalam gambar
berikut
KONSERVASI
PLASMA NUTFAH
TANAMAN OBAT PULE PANDAK
- Tinggi - diameter batang - jumlah pertambahan daun
PIL KB
KOLKISIN?
PERMANEN
HORMON
GULA
TIDAK PERMANEN
EFEKTIF & EFISIEN ------------
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
parameter yg diukur garis kesimpulan
TIDAK/KURANG EFEKTIF & EFISIEN
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
TINJAUAN PUSTAKA Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth). Taksonomi dan morfologi Menurut Heyne (1987), Rauvolfia serpentina Benth. atau pule pandak memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotiledoneae
Sub Kelas
: Sympetaleae
Ordo
: Contortae
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Rauvolfia
Spesies
: Rauvolfia serpentina Benth.
Secara morfologi pule pandak termasuk kedalam jenis tumbuhan perdu, tegak dengan tinggi 0,3 – 1 m, berbatang silindris berwarna coklat hingga abu-abu dan mengandung getah (Hendrian dan Hadian, 1999). Batang pule pandak berkulit halus hingga kasar retak-retak atau bersisik (May dan Ly, 1999). Pule pandak berdaun tunggal bertangkai pendek dengan susunan daun duduk karang berhadapan bersilang. Daun berbentuk lanset atau bulat telur memanjang dengan pangkal menyempit serta ujung runcing pertulangan daun menyirip dan tepi daun rata. Panjang daun antara 3 – 20 cm dan lebar daun 2 – 9 cm (Dalimarta, 1999). Pule pandak berbunga sepanjang tahun mempunyai sistem perbungaan majemuk berbentuk payung yang keluar dari ibu tangkai. Bunga pule pandak berwarna merah atau putih kemerahan (Dalimarta, 1999). Buah pule pandak merupakan buah batu, berbentuk bulat telur berpasangan. Bila masih muda buah berwarna hijau dan ketika tua berwarna hitam (Dalimarta, 1999). Dalam May dan Ly (1999) dikatakan bahwa buah pule pandak terdiri dari dua drupelet bebas atau sebuah drupelet tunggal, dengan diameter sekitar 1 cm. Biji pule terpadatkan secara lateral, berbentuk bulat telur atau ellips dengan sebuah embrio yang cukup besar. Perkecambahan biji secara epigeal.
Akar pule pandak merupakan bagian tumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian tumbuhan di atasnya. Akar merupakan bagian yang paling berguna dan terbaik dari tumbuhan tersebut (Heyne, 1987). Dalimarta (1999) menyebutkan bahwa akar pule pandak mempunyai sifat pahit, dingin dan sedikit beracun. Habitat dan penyebaran Hendrian dan Hadiah (1999) menyatakan bahwa pule pandak merupakan tumbuhan yang menyukai daerah relatif terbuka, bersemak atau di tepi hutan. Tumbuhan seringkali dijumpai pada vegetasi yang spesifik, seperti di bawah tegakan jati. Atau pada hutan bambu, dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Sedangkan Basori (1999), menyatakan bahwa kondisi fisik lingkungan yang mendukung pertumbuhan pule pandak adalah lingkungan yang berhawa panas dan kering, dengan ketinggian dari permukaan laut rendah, serta kelerengan datar hingga curam, dengan arah lereng menghadap ke segala arah. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Sutomo dan Soewanda (1987), yang menyatakan bahwa pule pandak merupakan tumbuhan yang menyukai iklim atau daerah yang panas dengan musim kemarau yang panjang. Pule pandak mampu tumbuh pada kondisi tanah yang kurang subur. Menurut May dan Ly (1999), kondisi tanah yang disukai oleh Rauvolfia sp. termasuk R. serpentina adalah tanah yang agak asam (pH 5 – 6,5). Meskipun begitu Rauvolfia sp. termasuk R. serpentina dapat pula tumbuh pada jenis tanah berbatu kapur. May dan Ly (1999) juga menyebutkan bahwa hasil percobaanpercobaan tehadap R. serpentina dalam berbagai media tanah yang berbeda di Fillipina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam produksi akar. Di dunia, penyebaran pule pandak meliputi India, Srilanka, Nepal, Kepulauan
Andaman,
Myanmar,
Laos,
Kamboja,
Vietnam,
Thailand,
Semenanjung Malaya dan Indonesia. Di Indonesia pule pandak secara alami ditemukan di Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara (Dalimartha, 1999). Kandungan kimia dan kegunaan Pule pandak mempunyai kadar kandungan alkaloid yang berbeda menurut bagian tumbuhan, umur, masa pertumbuhan (generatif dan vegetatif), teknik perbanyakan serta kondisi tempat tumbuh. Akar pule pandak yang sering
digunakan juga memiliki kandungan alkaloid yang berbeda-beda, berkisar 0,8 – 1,5 % bahkan kadang-kadang bisa mencapai 2,5 %. Selain alkaloid pule pandak juga mengandung reserpine yang kadarnya dalam akar mencapai 0,04 – 0,09 % (Ariyani dalam Khisbah, 2003) Reserpine berkhasiat hipotensif, sedangkan ajmaline, serpentine dan rescinnaamine berkhasiat sedatif. Yohimbine berkhasiat merangsang perbentukan testoteron sehingga dapat membangkitkan gairah seksual. Reserpin juga diduga dapat digunakan untuk mengobati kanker payudara (Dewick, 2001) Menurut May dan Ly (1999), total kandungan yang terdapat pada akar pule pandak dapat mencapai 0,5 – 3 %, dan lebih dari 50 alkaloid yang berbeda telah diketahui. Lebih lanjut, alkaloid-alkaloid tersebut diklasifikasikan kedalam empat kelompok utama, yaitu : 1. Kelompok (1), merupakan turunan-turunan tipe-yohimbine seperti : reserpine (0,14 %), reserpinine (rescinnamine, 0,015 %), isorauhimbe (3epirauwolscine,
0,08%),
(-)-corynanthine
(rauhimbine
0,03
%),
deserpidine, yohimbine dan corynantheine. 2. Kelompok (2), merupakan turunan-turunan heteroyohimbane seperti : serpentinine (serpentidine, 0,13 %), serpentine (0,08 %), raubasine (ajmalicine, 0,02 %), reserpiline dan alstonine. 3. Kelompok (3), merupakan turunan-turunan sarpagane seperti : sarpagine (raupine, 0,02 %). 4. Kelompok (4), merupakan turunan-turunan dihydro-indole (ajmalane) contohnya : ajmaline (0,1 %). Pule pandak mempunyai khasiat yang besar mengobati berbagai macam penyakit. Selain akarnya yang memiliki khasiat paling banyak, batang dan daun pule pandak juga memiliki beberapa khasiat (Dhalimartha, 1999). Menurut Dhalimartha (1999), akar pule pandak berkhasiat sebagai penenang (sedatif), menyebabkan tidur (hipnotik), penurun tekanan darah tinggi, melancarkan aliran darah, penghilang nyeri (analgesik), peredam demam (antipiretik), peredam panas dalam, pereda panas pada liver serta sebagai anti radang. Sedangkan batang dan daun pule pandak berkhasiat untuk mengobati
influensa, sakit tenggorokan, malaria, tekanan darah tinggi, diare, hernia, bisul dan memar, penolak angin serta menghilangkan darah beku. Di India, pule pandak telah lama digunakan dalam pengobatan Ayurveda, antara lain untuk mengobati gigitan ular, gangguan mental dan epilepsi. Sementara itu di Vietnam, tumbuhan tersebut merupakan salah satu tumbuhan obat paling berguna, yaitu untuk mengobati tekanan darah tinggi dan sebagai obat penenang (May dan Ly, 1999). Bahkan bagi suku Indian modern pule pandak merupakan tumbuhan penting dalam mengobati penyakit darah tinggi. (Whitmore dalam Sutomo dan Soewanda, 1987). Selain dapat mengobati penyakit pada manusia, pule pandak juga dapat digunakan sebagai obat pada binatang. Menurut Rumphius dalam Heyne (1987), selain dapat digunakan sebagai obat sesak nafas, obat tetes mata, obat murus, muntah, sakit kepala, demam, dan gigitan ular pada manusia, akar pule pandak dapat digunakan sebagai obat cacing pada kuda, serta sebagai salep untuk mengobati luka-luka akibat tekanan pelana. Bubuk akar pule pandak pada konsentrasi 0,25 % diketahui bersifat efektif untuk melindungi butiran padi dari serangan Rhizopertha dominica. Ekstrak daunnya bersifat racun bagi jamur/cendawan (fungitoxic), dan diketahui secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsii. Ekstrak pule pandak secara nyata juga dapat mengurangi jumlah infeksi lokal dan sistemik pada aubergine (sejenis sayuran seperti terung berwarna ungu atau putih) yang disebabkan oleh virus mosaik brinjal nekrotik (May dan Ly, 1999). Perkembangbiakan dan Perbanyakan Secara alami, pule pandak berkembang biak dengan biji tetapi persentase perkembangbiakannya rendah yaitu sekitar 7 – 15 % (Sugiarto et al. dalam Khisbah, 2003). Persentase perbanyakan dapat ditingkatkan dengan perlakuan berupa perendaman biji dalam larutan H2SO4 pekat atau setengah pekat selama 5 menit (Deptan, 1985 dalam Khisbah, 2003). Di Indonesia sampai saat ini pule pandak belum diusahakan untuk budidaya. Meskipun demikian teknik pule pandak telah dikembangkan secara in vitro (Prastyorini, 2000). May dan Ly (1999) melaporkan bahwa ujung-ujung
pucuk yang disterilkan dapat dibudidayakan dalam media MS yang mengandung 3 % sukrosa. Nilai Ekonomi Nilai perdagangan tanaman obat di dunia berkisar 20 milyar Dolar Amerika per tahunnya. Di Amerika Serikat terdapat 45 jenis obat yang diproduksi dari tanaman obat dan 14 diantaranya adalah dari Indonesia termasuk pule pandak yang menghasilkan reserpine sebagai dasar obat hipertensi (Pramono, 2002). Namun harga pasaran pule pandak di pasar dunia tidak diketahui secara pasti. Sedangkan harga pule pandak di Indonesia yaitu di Jember berkisar Rp 45.000 – 50.000 per Kg (Hamid dan Yahya, 2000). Pil KB Pengertian pil kontrasepsi Pil kontrasepsi atau pil KB adalah obat berupa tablet yang berfungsi sebagai pencegah kehamilan. Pil ini terbuat dari hormon sintetik yang memiliki kesamaan dengan hormon yang diproduksi dalam tubuh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Pil kontrasepsi mengandung hormon sintetik yang berfungsi untuk mencegah pengeluaran sel telur dari indung telur dan mengentalkan cairan leher rahim sehingga menghambat sperma lebih jauh kedalam rahim (Anonim, 1990). Estrogen sintetik (derivat estrogen) didapat dari estrogen alami yang diubah struktur kimianya. Salah satu derivat yang paling potensial adalah etinilestradiol, dengan gugus asetilen pada atom C17. Progesteron sintetik (derivat progesteron) didapat dari modifikasi testosteron yang tidak mempunyai atom C19, salah satunya adalah norgestel. Kedua hormon sintetik tersebut sering dikombinasikan sebagai obat kontrasepsi yang umumnya sering disebut pil kombinasi (Suherman, 1995). Pil KB dapat menurunkan toleransi karbohidrat, meskipun hal ini bersifat reversibel. Gangguan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya hormon pertumbuhan yang sering terjadi pada tahun pertama penggunaan obat; hormon pertumbuhan ini bersifat anti-insulin. Setelah satu tahun umumnya kadar hormon ini akan turun kembali (Suherman, 1995)
Jenis-jenis pil kontrasepsi Menurut Anonim (1990) terdapat lima jenis pil kontrasepsi , yaitu: 1. Pil kombinasi, berisi estrogen berupa etinilestradiol 100 mcg dan progesteron berupa levonorgestrel 500 mcg. Mulai ditelan pada hari haid pertama atau ke 5, selama 20 – 21 hari. 2. Pil bertahap, tersusun dari 7 tablet yang hanya mengandung estro0gen dan 15 tablet lainnya merupakan pil kombinasi, dengan estrogen dan progesteron. 3. Pil mini, mengandung dosis kecil progesteron saja, yaitu linestrenol atau noretisteron. Ditelan mulai hari haid pertama secara terus menerus tanpa istirahat. 4. “pil” suntik, sebetulnya bukan pil, tetapi injeksi yang hanya mengandung
progesteron
dengan
kerja
panjang,
yaitu
medroksiprogesteron diberikan 3 bulan sekali per injeksi. 5. Morning after pil, mengandung estrogen dalam dosis tinggi, yaitu etinilestradiol 3 – 5 mg. Jenis pil ini khusus digunakan digunakan setelah persetubuhan tanpa “perlindungan”. Mulai ditelan selambatlambatnya 24 jam setelah persetubuhan selama 5 hari berturut-turut, biasanya pada pagi hari. Penggunaan lain Selain untuk mencegah kehamilan, pil KB digunakan juga untuk menunda haid, terapi substitusi pada climacterum dan mencegah gangguan siklus (Anonim, 1990). Kolkisin Kolkisin adalah zat kimia yang
digunakan untuk menggandakan jumlah
kromosom tanaman, tanaman ini disebut poliploidi. Pemuliaan poliploidi bertujuan untuk membentuk kultivar unggul baru dengan memperbesar ukuran bagian-bagian tanaman untuk meningkatkan hasil (Poespodarsono, 1988). Larutan kolkisin dengan konsentrasi yang kritis mencegah terbentuknya benang-benang spindel sehingga pemisahan kromosom pada anafase mitosis tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan kromosom tanpa terjadi pembelahan sel (Suryo, 1995).
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan April – Juli 2005.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit pule pandak yang berumur rata-rata dua bulan dan pil KB jenis kombinasi. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat siram, alat tulis, label, kaliper, penggaris dan lidi. Prosedur Penelitian Seleksi bibit dan pemeliharaan Bibit yang dijadikan bahan penelitian merupakan hasil seleksi dari sejumlah bibit yang ada guna mengkondisikan keseragaman bahan. Bibit yang dijadikan bahan dipilih dari yang relatif sama serta memiliki kondisi yang sehat. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain adalah penyiraman, penyiangan gulma dan pembersihan hama. Penyiraman dilakukan tiap pagi hari atau sore hari. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman pule pandak dalam polibag. Pembersihan hama dan penyakit dilakukan dengan membersihkan tanaman dari hama yang menempel atau hinggap pada tanaman. Pada kegiatan pemeliharaan ini tidak digunakan pestisida karena ditakutkan mengurangi homogenitas bahan. Pengamatan dan pengambilan data Pengambilan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan setiap minggu dan pada akhir penelitian. Peubah yang diamati setiap minggu adalah jumlah daun, tinggi dan diameter tanaman. Tinggi diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh. Diameter diukur pada bagian batang setinggi 2 cm dari pangkal batang. Data yang dicatat adalah selisih dari pengukuran pada minggu pengukuran dengan data pengukuran pada minggu sebelumnya.
Rancangan percobaan Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap (RAL) 1 faktor dengan tujuh taraf perlakuan dimana setiap taraf perlakuan diberikan ulangan sebanyak 25 ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pemberian pil KB satu kali 1. pemberian pil KB sebanyak 1 butir (0,18 mg) 2. pemberian pil KB sebanyak 2 butir (0,36 mg) 3. pemberian pil KB sebanyak 3 butir (0,54 mg) b. Pemberian pil KB tiga kali secara bertahap selama tiga minggu 1. pemberian pil KB sebanyak 1 butir (0,18 mg) per minggu 2. pemberian pil KB sebanyak 2 butir (0,36 mg) per minggu 3. pemberian pil KB sebanyak 3 butir (0,54 mg) per minggu Tanpa perlakuan (kontrol) Bentuk umum dari model linear aditif dapat dituliskan sebagai berikut: Yij = ì + ôi + åj dimana : Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j ì
= Rataan umum
ôi = Pengaruh perlakuan pil KB ke-i åj = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, maka dilakukan uji F tabel Hipotesis : H0 : ô1 = ….. = ô5 • 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) H1 : Paling sedikit ada satu i dimana ôi • 0 Kriteria uji : F hit > F tabel maka terima H1 (tolak H0) Pengolahan data dan analisis sidik ragam menggunakan program minitab versi 13. Sedangkan uji beda tiap perlakuan diolah menggunakan program SPSS 10.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran selama 12 minggu di Rumah Kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan diperoleh data pertumbuhan tanaman pule pandak berupa pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun per minggu. Sedangkan data yang diolah adalah pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun total dari 12 minggu yang didapat dari penjumlahan nilai pertambahan setiap parameter per minggunya. Dari hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan berupa pemberian pil KB dengan berbagai dosis pemberian secara umum tidak memberikan pengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi dan diameter, namun berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah daun. Pertambahan Tinggi Salah satu parameter dari pertumbuhan tanaman adalah pertambahan tinggi. Tinggi merupakan hasil pertambahan ukuran panjang batang akibat dari
pertambahan tinggi (cm)
proses diferensiasi sel secara vertikal.
kontrol
10,00
pil KB 1 butir (0,18 g)
8,00
pil KB 2 butir (0,36 g)
6,00
pil KB 3 butir (0,54 g)
4,00
pil KB 3 x 1 butir (0,18 g)
2,00
pil KB 3 x 2 butir (0,36 g )
0,00
pil KB 3 x 3 butir (0,54 g ) perlakuan
Gambar 2 Grafik rata-rata total pertambahan tinggi tiap perlakuan Berdasarkan hasil pengukuran pada tumbuhan pule pandak yang diamati seperti dijelaskan pada Gambar 2, perlakuan pemberian pil KB 1 butir (0,18 g) memiliki pertambahan tinggi terbesar dengan nilai 8,40 cm. Sedangkan perlakuan pemberian pil KB 3 x 2 butir (0,36 g) memiliki pertambahan tinggi terkecil yaitu 5,82 cm. Hasil analisis uji Anova menunjukkan pemberian pil KB tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tumbuhan pule pandak. Hal ini dapat terlihat dari gambar di atas yaitu hanya perlakuan pemberian pil KB 1 butir
saja yang nilai pertambahan tingginya lebih besar dibandingkan dengan nilai pertambahan tinggi kontrol, sementara perlakuan yang lainnya lebih kecil. Tabel 1. Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan tinggi pule pandak Derajat Jumlah Kuadrat Sumber F-hitung F-tabel P Bebas Kuadrat Tengah Perlakuan 6 11793 1965 1,67 2,10 0,132 Galat 133 156206 1174 Jumlah 139 167999 Mungkin saja hormon estrogen dan progesteron yang terkandung dalam pil KB dalam konsentrasi sangat rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan ini, terlihat dimana dari semua kelompok perlakuan, tumbuhan yang diberi pil KB dengan dosis paling rendah adalah tumbuhan yang memiliki pertumbuhan tinggi paling besar. Namun, pengaruh pil KB tidak cukup memberikan perbedaan yang nyata dengan tumbuhan tanpa perlakuan. Ini mungkin karena pil KB pada sel manusia bekerja secara lambat (Suherman, 1995), sehingga pengaruh pada sel tumbuhan juga lambat. Hasil ini berbeda dengan hasil pengalaman beberapa masyarakat yang telah mencoba melakukan pemberian pil KB pada tanaman aglonema dan labu. Secara visual (tanpa penelitian ilmiah) pil KB memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil yang berbeda ini mungkin disebabkan adanya perbedaan jenis tanaman antara aglonema dan labu yang termasuk dalam tumbuhan cepat tumbuh (fast growing) sehingga peningkatan pertumbuhannya terlihat lebih jelas. Sedangkan pule pandak merupakan tumbuhan perdu yang pertumbuhannya lambat (low growing species) menyebabkan peningkatan pertumbuhannya belum menunjukkan perbedaan yang berarti dalam jangka waktu yang terlalu singkat. Perbedaan jenis tanaman juga berpengaruh pada kepekaan terhadap perlakuan kolkisin yang diduga terkandung dalam pil KB. Dugaan adanya kandungan kolkisin pada pil KB tidak sesuai dengan hasil penelitian
ini.
Hasil
pengamatan
dari
diagram
pertumbuhan
tanaman
perminggunya, laju pertumbuhan tidak menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan di masa-masa awal setelah pemberian atau kemudian meningkat tajam beberapa waktu setelah pemberian pil saat diperkirakan pengaruh kolkisin yang diduga terkandung dalam pil KB itu telah hilang. Lebih lanjut dari diagram
diperoleh bahwa pertumbuhan tanaman yang relatif tidak stabil naik turun. Hal ini menunjukkan tidak ada aktivitas kolkisin yang bersifat karsinogenik yang dapat menghambat proses pembelahan sel dan differensiasi sel pada tanaman yang diberi pil KB. Ketidakstabilan pertumbuhan tinggi perminggu disebabkan tumbuhan ini rata-rata membutuhkan waktu dua minggu untuk melakukan pertumbuhan tinggi. Dari pengamatan dilapangan sebagian besar tumbuhan memiliki waktu yang sama dalam aktivitas tumbuh tinggi sehingga memperlihatkan pertumbuan yang naik turun.
Pertumbuhan Tinggi (mm)
120
Kontrol
100
Pil KB 1 butir
80
Pil KB 2 butir
60
Pil KB 3 butir
40
Pil KB 3 x 1 butir Pil KB 3 x 2 butir
20
Pil KB 3 x 3 butir
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Minggu Ke-
Gambar 3 Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman per minggu Pertambahan Diameter Perkembangan
diameter
tanaman
setelah
diberi
perlakuan
tidak
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Nilai pertambahan diameter tumbuhan perlakuan dengan tumbuhan kontrol tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. ini seperti terlihat pada Gambar 4 bahwa hanya tumbuhan perlakuan pemberian pil KB 3 x 3 butir per minggu yang menunjukkan perbedaan dengan tumbuhan kontrol sedangkan tumbuhan yang lainnya relatif sama. Tabel 2. Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan diameter pule pandak Derajat Jumlah Kuadrat Sumber F-hitung F-tabel P Bebas Kuadrat Tengah Perlakuan 6 4648 775 1,08 2,10 0,377 Galat 133 95259 716 Jumlah 139 99907
Dari hasil pengukuran diperoleh perlakuan pemberian pil KB 3 x 3 memiliki nilai pertambahan diameter terbesar dengan nilai sebesar 67,25 mm/102 sedangkan perlakuan pemberian pil KB 3 butir memiliki nilai pertambahan diameter terkecil dengan nilai sebesar 49,00 mm/102, sementara nilai pertambahan
8 0 ,0 0 7 0 ,0 0 (m m /1 0 0 )
pe r ta m ba ha n dia m e te r
diameter tanaman tanpa perlakuan sebesar 53,75 mm/102.
K o n tro l P il K B 1 b u tir (0 ,1 8 g )
6 0 ,0 0 5 0 ,0 0 4 0 ,0 0 3 0 ,0 0
P il K B 2 b u tir (0 ,3 6 g ) P il K B 3 b u tir (0 ,5 4 g ) P il K B 3 x 1 b u tir (0 ,1 8 g )
2 0 ,0 0 1 0 ,0 0 0 ,0 0
P il K B 3 x 2 b u tir (0 ,3 6 g ) P il K B 3 x 3 b u tir (0 ,5 4 g ) pe r la k ua n
Gambar 4 Grafik rata-rata total pertambahan diameter tinggi tiap perlakuan Diduga hormon estrogen dan progesteron yang terkandung dalam pil KB dapat memacu pertumbuhan pule pandak baik itu tinggi maupun diameter. Namun berdasarkan hasil penelitian, hormon tersebut tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan aktivitas hormon tersebut tidak sama dengan aktivitas hormon-hormon pertumbuhan pada tumbuhan seperti auksin, giberelin, sitokinin dan zat pengatur tumbuh lainnya. Pada Gambar 4 terlihat tumbuhan dengan pemberian pil KB 3 x 3 butir per minggu memiliki diameter paling besar dari yang lainya. Hal ini disebabkan karena pada tumbuhan ini memiliki jumlah daun yang banyak dengan didukung ketercukupan cahaya yang diterima sehingga memungkinkan untuk melakukan proses fotosintesa lebih tinggi. Sedangkan pada tumbuhan dengan pemberian pil KB 1 butir dengan sekali pemberian, pertumbuhan diameter tidak begitu pesat meskipun memiliki jumlah daun yang banyak. Karena dari hasil pengamatan secara visual, meskipun memiliki jumlah daun yang banyak namun kelompok tumbuhan ini memiliki daun yang berukuran besar sehingga terdapat daun-daun yang ternanungi dan menyebabkan proses fotosintesa berlangsung tidak optimal, seperti yang dikatakan Fisher (1992), bahwa dalam hal fotosintesis, besarnya cahaya yang diserap lebih berarti dibanding luasan daun.
Pada grafik pertumbuhan diameter per minggu seperti yang tersaji pada Gambar 5
terlihat sampai minggu ke-8 tumbuhan kontrol meningkat tajam
kemudian mengalami penurunan sampai masa akhir pengamatan. Sedangkan pada tumbuhan perlakuan pertumbuhan diameter meningkat sampai minggu ke-4 kemudian pertumbuhan berjalan konstan sampai masa akhir pengamatan kecuali tumbuhan dengan perlakuan pemberian pil KB 1 butir yang meningkat kembali pada minggu akhir pengamatan.
Laju Pertumbuhan Diameter (mm/10)
80.00 70.00
Kontrol
60.00
2 = Pil KB 1 butir
50.00
3 = Pil KB 2 butir
40.00
4 = Pil KB 3 butir
30.00
5 = Pil KB 3 x 1 butir 6 = Pil KB 3 x 2 butir
20.00
7 = Pil KB 3 x 3 butir
10.00 0.00 1
2
3
4
5
6
2 Minggu Ke-
Gambar 5 Grafik rata-rata pertambahan diameter tanaman per minggu Pertambahan Jumlah Daun Jumlah pertambahan daun adalah jumlah daun baru semenjak tanaman diberi perlakuan. Untuk membedakan daun baru dengan daun lama, daun yang lama dipotong setengah helai sehingga dapat diketahui daun baru yang masuk hitungan dalam pengamatan adalah daun yang utuh. Tabel 3. Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan daun pule pandak Derajat Jumlah Kuadrat Sumber F-hitung F-tabel P Bebas Kuadrat Tengah Perlakuan 6 132,90 22,15 2,39 2,10* 0,032 Galat 133 1232,95 9,27 Jumlah 139 1365,85 * berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Berdasarkan penelitian, diketahui pemberian pil KB berpengaruh nyata pada jumlah pertambahan daun pada tingkat kepercayaan 95%. Seperti yang terlihat pada Gambar 6 nilai rata-rata jumlah pertambahan daun tertinggi dimiliki
oleh tanaman dengan perlakuan pemberian pil KB 1 butir dengan teknik pemberian sekali saja yaitu dengan nilai rata-rata jumlah pertambahan daun sebesar 13 helai. Sedangkan nilai rata-rata jumlah pertambahan daun terendah dimiliki oleh tanaman dengan perlakuan pemberian pil KB 3 x 1 butir yaitu dengan nilai rata-rata jumlah pertambahan sebesar 9 helai. Tanaman dengan perlakuan tersebut merupakan satu-satunya yang memiliki nilai rata-rata jumlah pertambahan daun lebih kecil dari nilai rata-rata jumlah pertambahan daun
Jumlah Daun (helai)
tanaman kontrol yang memiliki nilai sebesar 10 helai. 14 12 10 8 6 4 2 0
kontrol pil KB 1 butir (0,18 g) pil KB 2 butir (0,36 g) pil KB 3 butir (0,54 g) pil KB 3 x 1 butir (0,18 g) pil KB 3 x 2 butir (0,36 g) pil KB 3 x 3 butir (0,54 g) Perlakuan
Gambar 6 Grafik rata-rata total pertambahan jumlah daun per perlakuan Berbeda dengan pertumbuhan tinggi dan diameter dimana pil KB tidak memberikan pengaruh yang nyata, hasil sidik ragam dan uji F pada tingkat kepercayaan 95%, pil KB memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan jumlah daun tanaman. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hormon yang terkandung dalam pil ini tidak memiliki kesamaan dalam struktur ataupun karakteristik dari hormonhormon tumbuhan yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan. Dari hasil amatan grafik pertumbuhan diameter dan tinggi pun menjelaskan bahwa tidak terlihat ada aktivitas kolkisin pada tanaman yang diberi pil KB. Pengaruh pil KB terhadap meningkatnya jumlah daun tanaman kemungkinan terjadi akibat kandungan pil yang lain selain hormon. Diketahui bahwa pil KB selain mengandung hormon estrogen dan progesteron juga mengandung
gula
sebagai
bahan
penyalut.
Gula
dapat mempengaruhi
pertumbuhan karena merupakan zat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk perkembangan
bagian tanaman.
Diketahui bahwa
tumbuhan melakukan
fotosintesa dan menghasilkan karbohidrat. Karbohidrat tersebut diubah menjadi
glukosa sebagai cadangan makanan tumbuhan. Sehingga tumbuhan yang diberi perlakuan pemberian gula sama artinya dengan memberi cadangan makanan langsung terhadap tumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan jumlah daun yang diberi perlakuan pil KB menunjukkan perbedaan yang nyata. Menurut Fisher (1992), sitokinin kurang memiliki peranan penting dalam dominansi apikal dan mempertimbangkan suatu peranan pada subtrat-subtrat pertumbuhan seperti gula dan zat hara mineral. Karena sitokinin hanya berperan dalam mengarahkan ke bagian mana zat-zat hara tersebut disalurkan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang permudaannya paling cepat, maka sitokinin cenderung menyalurkan zat hara tersebut pada pertumbuhan tunas daun. Mengacu pada pernyataan Fiser tersebut maka mungkin sekali pil KB yang mengandung gula dapat memacu apikal sehingga meningkatkan pertumbuhan jumlah daun.
Laju P ertam bahan Daun (Helai)
14 12
K ontrol
10
P il K B 1 butir P il K B 2 butir
8
P il K B 3 butir
6
P il K B 3 x 1 butir P il K B 3 x 2 butir
4
P il K B 3 x 3 butir
2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
M inggu Ke -
Gambar 7 Grafik pertambahan jumlah daun per minggu per perlakuan Bukti pengaruh gula yang terkandung dalam pil KB terhadap tanaman pule pandak ini diperkuat dengan melihat pertumbuhan jumlah daun tanaman per minggu seperti yang tersaji pada Gambar 7, dimana pertambahan jumlah daun di minggu-minggu terakhir mengalami penurunan. Hal ini akibat terjadinya penurunan kadar gula dari pil yang diberikan karena telah habis terpakai dimana pemberian pil ini diberikan secara tidak kontinyu selama penelitian berlangsung. Tingkat perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman dari setiap perlakuan dapat diketahui dari hasil Uji Lanjut Berganda Duncan seperti yang disajikan pada lampiran 5. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
perlakuan A, B, C dan F tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan yang menunjukkan pengaruh beda dengan perlakuan lainnya adalah perlakuan E berbeda dengan G dan D. Sedangkan perlakuan G berbeda dengan perlakuan D. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara metode pemberian pil sekali dengan tiga kali pemberian. Karena terlihat tidak ada perbedaan antara A (kontrol), B dan C (kelompok pemberian satu kali) serta F (kelompok pemberian pil tiga kali).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian pil KB tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter
tanaman
pule
pandak,
namun
berpengaruh
pada
pertumbuhan jumlah daun pule pandak pada selang kepercayaan 95%. 2. Tidak terlihat adanya aktifitas kolkisin pada setiap tanaman perlakuan sehingga diragukan bahwa dalam pil KB.terkandung zat kimia kolkisin. Saran Merujuk pada kesimpulan di atas maka disarankan pil KB
tidak
digunakan pada pemuliaan tanaman pule pandak. Namun, teknik pemuliaan lainnya perlu dicari guna kelestarian tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1990. Farmakologi SMF. Diktat. Tidak dipulikasikan. Basori, S. A. 1993. Studi Ekologi Tumbuhan Obat Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) di BKPH Selo Gender KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Trubus Agriwidya. Dewick, M. M. 2001. Medicinal Natural Products : A Biosynthetic Approach Second Edition. John Wiley & Son Ltd. London. Fisher, N. M. 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman : Fase Vegetatif dalam Fisiologi Tanaman Budidaya Trofik (Peter R. Goldsworthy dan N.M. Fisher; diterjemahkan oleh Tohari). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press. Hamid, H. dan F. Yahya. 2000. Studi Awal Penerapan Teknologi SivaAeroponik; Suatu Alternatif Budidaya Pule Pandak (Rauvolfia serpentina) Secara Lestari. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. (Tidak Dipublikasikan) Hendrian dan J. T. Hadiah. 1999. Koleksi Tumbuhan Obat Kebun Raya Bogor Vol I No.3. UPT Balai Pengembangan Kebun Raya – LIPI. Bogor. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (terjemahan) Jilid III. Badan Penelitian Kehutanan. Jakarta. Hal 1638. Khisbah, A. 2003. Potensi Tumbuhan Obat Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth.) di RPH Selo Gender, BKPH Selo Gender KPH Randublatung. Skirpsi Fakultas Kehutanan IPB. Leaman, D. J. 2001. Conservation, Trade, Sustainability and Exploration of Medical Plant- Development of Plant-Based Medicines: Conservation, Efficacy and Safety.Kluwer Academic Publisher. London. May, P. D. dan T. D. Ly. 1999. Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA. Bogor. Pramono, E. 2002. The Comercial Use of Traditional Knowledge and Medicinal Plant in Indonesia. www.ictsd.org Poespodarsono, S. 1988. Dasar Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB – Lembaga Sumber Informasi IPB. Bogor. Prasetyorini. 2000. Preservasi Rauvolfia serpentina Benth ex Kurtz (Pule Pandak) Melalui Teknik Kultur In-Vitro. Disertasi Program Studi Biologi fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Rosita, D.M. , D.O. Rostiana, P. Wahid, J. Sitepu. 1991. Program dan Perkembangan Penelitian Tumbuhan Obat Indonesia, dalam E.A.M. Zuhud (Penyunting). Pelestarian dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia (Prosiding). Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan Fakultas kehutanan IPB. Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan Margasatwa Indonesia (The Indonesian Wildlife Fund). Bogor. Sandra, E. dan S. Kemala. 1994. Tinjauan Permintaan Tumbuhan Obat Hutan Tropika dalam E.A.M. Zuhud (Penyunting). Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan – Lembaga Alam tropika Indonesia (LATIN). Bogor. Saxena, P. K. 2001. Development of Plant-Based Medicines: Conservation, Efficacy and Safety. Kluwer Academic Publisher. London. Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suherman, S. K. 1995. Farmakologi dan Terapi. Diktat Mata Kuliah Farmakologi UI edisi IV. Press UI. Jakarta. Sutomo, S. dan R. Soewanda A. P. 1987. Pule Pandak (Rauvolfia serpentina Benth ex Kurtz) Tumbuhan Obat yang Sudah Langka, dalam Jurnal Penelitian Pengembangan Kehutanan, Vol. 3, No. 1,1987. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah pertambahan tinggi tanaman tiap taraf perlakuan (mm) Tanaman ke-
A 1 35 2 120 3 83 4 113 5 30 6 91 7 87 8 141 9 19 10 108 11 97 12 77 13 61 14 58 15 105 16 116 17 140 18 118 19 100 20 92 Rataan 89,55 Keterangan : A= B= C= D=
B C 118 42 143 8 93 22 66 139 105 104 88 123 76 50 83 81 116 95 83 92 102 10 88 95 94 119 135 135 102 120 116 65 93 110 112 10 100 144 102 73 100,75 81,85 Kontrol Pil KB 1 butir Pil KB 2 butir Pil KB 3 butir
Perlakuan D E 96 111 25 120 105 117 86 42 49 135 73 97 103 27 116 150 69 70 57 104 76 135 16 33 75 62 62 78 76 125 106 86 150 65 22 18 15 88 142 68 75,95 86,55 E = Pil KB 3 x 1 butir F = Pil KB 3 x 2 butir G = Pil KB 3 x 3 butir
F 73 48 104 78 75 38 103 49 68 100 33 89 43 58 133 46 46 91 83 38 69,8
G 97 107 133 123 62 106 42 71 27 49 65 56 60 80 120 94 101 80 114 113 85
Lampiran 2. Jumlah pertambahan daun tanaman tiap taraf perlakuan ( helai) Tanaman ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rataan Keterangan :
A 8 13 13 18 6 14 9 10 6 8 10 7 8 11 10 8 13 10 10 11 10 A= B= C= D=
B C 12 5 12 8 12 8 14 12 16 15 12 11 13 10 14 12 12 12 10 11 12 4 14 10 9 14 17 16 11 14 9 13 12 15 12 12 12 12 16 6 13 11 Kontrol Pil KB 1 butir Pil KB 2 butir Pil KB 3 butir
Perlakuan D E 15 12 11 10 11 11 13 5 7 10 12 8 12 4 13 12 16 12 11 12 9 13 4 4 11 12 9 6 6 14 11 6 12 13 6 7 8 7 12 9 10 9 E = Pil KB 3 x 1 butir F = Pil KB 3 x 2 butir G = Pil KB 3 x 3 butir
F 13 13 14 12 14 4 13 11 14 18 7 8 8 11 12 8 8 9 8 9 10
G 13 13 15 15 9 12 8 15 7 7 10 9 7 12 15 10 15 15 13 15 12
Lampiran 3. Jumlah pertambahan diameter tanaman tiap taraf perlakuan (mm x 10-2) Tanaman ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rataan Keterangan :
A 45 65 80 55 30 25 45 90 30 55 35 15 40 30 65 90 35 105 70 70 53,75 A= B= C= D=
B C 85 20 90 25 55 15 90 95 40 60 20 15 10 65 70 50 60 95 55 55 15 15 80 50 55 60 70 70 65 75 30 40 15 55 25 30 30 50 40 80 50 51 Kontrol Pil KB 1 butir Pil KB 2 butir Pil KB 3 butir
Perlakuan D E F 30 35 70 35 40 45 75 70 45 70 55 55 15 90 105 60 85 65 10 55 95 35 90 65 80 35 65 25 50 60 45 50 35 20 25 95 80 55 30 80 95 45 30 85 45 80 60 15 85 25 55 35 20 90 15 40 20 85 45 15 49,5 55,25 55,75 E = Pil KB 3 x 1 butir F = Pil KB 3 x 2 butir G = Pil KB 3 x 3 butir
G 60 100 100 50 50 60 55 60 20 50 45 70 30 35 145 90 60 100 115 50 67,25
Lampiran 4.
Analisis sidik ragam pengaruh pemberian pil KB terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan diameter pule pandak
Analysis of Variance for pertambahan tinggi Source DF SS MS F P perlakua 6 11793 1965 1,67 0,132 Error 133 156206 1174 Total 139 167999 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+--0 20 89,55 34,37 (-------*------) 1 20 100,75 18,93 (------*-------) 2 20 81,85 45,04 (-------*-------) 3 20 75,95 38,79 (-------*-------) 4 20 86,55 38,47 (------*-------) 5 20 69,80 27,68 (-------*------) 6 20 85,00 30,05 (-------*------) ---+---------+---------+---------+--Pooled StDev = 34,27 60 80 100 120 Analysis of Variance for pertambahan daun Source DF SS MS F P perlakua 6 132,90 22,15 2,39 0,032 Error 133 1232,95 9,27 Total 139 1365,85 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----------+---------+---------+-----0 20 10,150 2,961 (-------*--------) 1 20 12,550 2,139 (-------*--------) 2 20 11,000 3,356 (--------*-------) 3 20 10,450 3,069 (-------*--------) 4 20 9,350 3,233 (-------*--------) 5 20 10,700 3,294 (--------*-------) 6 20 11,750 3,093 (-------*--------) ----------+---------+---------+-----Pooled StDev = 3,045 9,6 11,2 12,8
Analysis of Variance for pertambahan diameter Source DF SS MS F P perlakua 6 4648 775 1,08 0,377 Error 133 95259 716 Total 139 99907 Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ----------+---------+---------+-----0 20 53,75 24,91 (---------*---------) 1 20 49,00 27,61 (---------*---------) 2 20 51,05 25,27 (---------*--------) 3 20 49,50 27,38 (---------*---------) 4 20 55,25 23,53 (---------*---------) 5 20 55,75 26,47 (--------*---------) 6 20 67,25 31,43 (---------*---------) ----------+---------+---------+-----Pooled StDev = 26,76 48 60 72
Lampiran 5.
Hasil uji lanjut berganda Duncan pengaruh pemberian pil KB terhadap jumlah pertambahan daun pule pandak Perlakuan
N
Pemberian pil 3 x 1 butir (E) Kontrol (A) Pemberian pil 1 butir (B) Pemberian pil 3 x 2 butir (F) Pemberian pil 2 butir (C) Pemberian pil 3 x 3 butir (G) Pemberian pil 3 butir (D) Sig.
20 20 20 20 20 20 20
Subset for alpha = .05 1 2 3 9,3500 10,1500 10,1500 10,4500 10,4500 10,4500 10,7000 10,7000 10,7000 11,0000 11,0000 11,0000 11,7500 11,7500 12,5500 ,129 ,142 ,050
Lampiran 6.
Dokumentasi Penelitian
Beberapa tanamn penelitian
Beberapa tanamn penelitian