PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP LIKUIDITAS (Studi Kasus Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Siliwangi Tasikmalaya) Ana Destriana Jajang Badruzaman
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No.24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 (
[email protected])
ABSTRACT The aims of this research are : (1) to know credit contribution at PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (2) to know liquidity at PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (3) to know the influence of credit contribution to liquidity at PT BPR Siliwangi Tasikmalaya. This research used analytical descriptive method with case study approach. Data collected by using primary and secondary data. To know the influence of credit contribution to liquidity is used the regression correlation method based on coefficient determination. The result of the research indicated that there is significant influence between credit contribution to liquidity. Key words : Credit Contribution and Liquidity. ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk : (1) mengetahui pemberian kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (2) mengetahui likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (3) mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian kredit terhadap likuiditas. Kata kunci : Pemberian kredit dan Likuiditas.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia yang semakin berkembang membuat kegiatan usaha perdagangan dalam bentuk kredit semakin banyak. Sejalan dengan perkembangan dalam perniagaan dan penggunaan kredit sebagai alat pembiayaan, maka terlihat pula perkembangan yang sama pesatnya di dalam bidang perbankan. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Sedangkan definisi Bank Perkreditan Rakyat menurut UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi”. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar/penting, di samping sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efisien. Kredit menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009 : 31.3) adalah “peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan
pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA)”. Adapun sumber dana yang digunakan untuk pemberian kredit dapat berasal dari dana bank itu sendiri dan atau dana pihak ketiga. Jumlah kredit dan jumlah dana yang digunakan bank untuk memberikan kredit merupakan indikator yang digunakan untuk menilai tingkat likuiditas bank. “Analisis rasio Likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo”. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 114). Tingkat likuiditas bank dapat diukur dengan beberapa rasio, namun penelitian hanya mengambil salah satu rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR). Lukman Dendawijaya (2009 : 116) mengatakan “LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank”. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Peneliti mencoba melakukan penelitian pada salah satu lembaga keuangan yang ada di Tasikmalaya yaitu PT BPR Siliwangi, dimana lembaga ini merupakan salah satu lembaga perbankan. Adapun kegiatan usahanya yaitu menerima dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Penelitian ini ditekankan pada dua hal yaitu pemberian kredit dan likuiditas. Nilai tukar Rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS dan juga anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhir ini disinyalir membuat gejolak perekonomian yang cukup signifikan, khususnya di industri perbankan tanah air. Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat
menyatakan bahwa BPR akan tetap aman dari krisis global saat ini jika bisa menjalankan dua hal yakni BPR harus terus menjaga portofolio terkait penyaluran kredit dan terus menjaga agar likuiditas tetap aman. Jika kedua hal tersebut dijalankan, maka akan ada kecenderungan pembaikan di sisi penyaluran kredit. Dilihat dari kinerja BPR hingga juni 2013, pertumbuhan kredit BPR 20,6 persen (year-on-year) ini meningkat Rp 9,6 triliun. Total penghimpunan dana masyarakat sebesar Rp 58 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 19,23 persen. Pertumbuhan itu mengangkat loan to deposit ratio (LDR) dari 83,62 persen menjadi 84,56 persen, termasuk rasio ideal 78100 persen. Fenomena yang terjadi pada BPR Konvensional dengan adanya pertumbuhan kredit
dari tahun ke tahun
yang
meningkat
disertai
penghimpunan dana yang meningkat pula dan posisi LDR yang masih dikatakan cukup aman dapat mencerminkan bahwa likuiditas bank juga meningkat dan masih tetap aman. Berdasarkan uraian di atas penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas sangatlah penting dalam membantu kebijakan pemberian kredit. Besar kecilnya jumlah kredit yang diberikan akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang akan menunjukkan kemampuan likuiditas bank. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas”.
2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penulis menetapkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemberian kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya. 2. Bagaimana likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya. 3. Bagaimana pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya.
3. Tinjauan Pustaka
3.1 Pemberian Kredit Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009 : 31.3) “kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA)”. Definisi Kredit menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) revisi 2008 (UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11) adalah ”penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan kegiatan usaha bank dalam menyalurkan dana pada pihak yang membutuhkan, dimana ada kesepakatan antara bank dengan pihak peminjam yang wajib melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu yang disertai dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil.
3.2 Likuiditas Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 114), analisis rasio likuiditas adalah “analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo”. Pendapat Wahdi, S.E tentang definisi likuiditas yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan (2009 : 94) menyatakan bahwa „likuiditas bank diartikan sebagai kemampuan penyediaan alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar‟.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009 : 31.1), menyebutkan bahwa “Likuiditas menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada semua pihak sewaktu-waktu dapat menarik atau mencairkan simpanan dan komitmen lainnya”. Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan
bank
dalam
membayar
kewajiban
jangka
pendeknya
menggunakan alat-alat likuid bank yaitu uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai kepada pihak pemilik dana yang setiap saat dapat menarik dana yang dimilikinya, yang penilaiannya diukur menggunakan analisis rasio.
4. Kerangka Pemikiran Kredit merupakan kegiatan usaha bank dalam menyalurkan dana pada pihak yang membutuhkan, dimana ada kesepakatan antara bank dengan pihak peminjam yang wajib melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu yang disertai dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil. Kredit menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009 : 31.3) adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA). Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Total pemberian kredit dan total dana yang berhasil dihimpun oleh bank, keduanya merupakan indikator dalam perhitungan loan to deposit ratio (LDR). Loan to deposit ratio (LDR) menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank (Lukman Dendawijaya, 2009 : 116).
Likuiditas adalah kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka pendeknya menggunakan alat-alat likuid bank yaitu uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai kepada pihak pemilik dana yang setiap saat dapat menarik dana yang dimilikinya, yang penilaiannya diukur menggunakan analisis rasio. Likuiditas menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada semua pihak sewaktu-waktu dapat menarik atau mencairkan simpanan dan komitmen lainnya (IAI, 2009 : 31.1). Definisi LDR menurut SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah rasio antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank), Dana Pihak Ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank). Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Dalam tata cara penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut : a) untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0 (nol), artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat; dan b) untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat (Lukman Dendawijaya, 2009 : 116). Dana-dana yang dimiliki bank dapat diperoleh dari 3 (tiga) sumber yaitu dari dana pihak kesatu (dana dari modal bank itu sendiri), dana pihak kedua (dana pinjaman dari pihak luar), dan dana pihak ketiga (dana dari masyarakat) (Lukman Dendawijaya, 2009 : 47). Dengan adanya dana-dana tersebut, kegiatan penyaluran dana pun akan berjalan lancar. Kegiatan penyaluran dana dapat dilakukan melalui sarana kredit yang disediakan oleh bank.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui hubungan antara pemberian kredit dengan likuiditas. Kredit adalah kegiatan usaha bank dalam menyalurkan dana, dimana jumlah kredit yang diberikan adalah sebagai salah satu indikator yang dapat berpengaruh dalam penilaian likuiditas. Penilaian likuiditas ini dilakukan dengan menghitung loan to deposit ratio (LDR). Pada saat jumlah kredit yang diberikan tinggi maka tingkat loan to deposit ratio (LDR) pun tinggi dimana ini berarti tingkat likuiditas rendah. Keadaan dimana jumlah kredit yang diberikan tinggi inilah yang akan berpengaruh terhadap tingkat loan to deposit ratio (LDR) dalam menilai likuiditas, karena perbandingan jumlah kredit yang diberikan lebih besar dari jumlah dana pihak ketiga dan modal sendiri.
5. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas pada PT Bank Perkreditan Rakyat Siliwangi Tasikmalaya”.
METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Andi Prastowo (2011 : 203) metode penelitian deskriptif merupakan “metode penelitian yang berusaha mengungkap fakta suatu kejadian, objek, aktivitas, proses dan manusia secara “apa adanya” pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan responden”. Adapun metode studi kasus menurut Andi Prastowo (2011 : 129) adalah “metode penelitian yang dilakukan secara intensif dan mendetail terhadap suatu kasus, yang bisa berupa peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan untuk mengungkapkan atau memahami sesuatu hal”.
2. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yang terdiri dari satu variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu: 1. Variabel Independen (X) Variabel Independen menurut Sugiyono (2011 : 39) adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen yaitu pemberian kredit sebagai X. 2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen menurut Sugiyono (2011 : 39) adalah “variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu likuiditas sebagai Y. Tabel 2 Operasionalisasi Variabel Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Satuan
Skala
Pemberian Kredit (X)
“Kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”. (IAI, 2009 : 31.3).
Jumlah kredit yang diberikan
Rupiah (Rp)
Rasio
Likuiditas (Y)
“Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo”. (Lukman Dendawijaya, 2009 : 114)
Loan to Deposit Ratio (LDR) Total kredit, penghimpunan dana dan modal inti.
Persentase (%)
Rasio
3. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian ini yang berjudul “Pemgaruh Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas” adalah sebagai berikut:
Pemberian Kredit (X) Indikator: Jumlah yang diberikan.
Likuiditas (Y)
ρYX
kredit
Indikator: Jumlah kredit yang diberikan, Penghimpunan dana dan Modal inti.
ρYe
ε0 Gambar 3 Paradigma Penelitian Keterangan: X
= Pemberian Kredit
Y
= Likuiditas
ε0 (epsilon) = Faktor lain yang tidak diteliti ρYX
= Koefisien jalur dari variabel X terhadap variabel Y
ρYe
= Koefisien jalur dari ε0 terhadap variabel Y
4. Teknik Analisis Data Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas yaitu analisis regresi, analisis korelasi, dan analisis determinasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Regresi Linear, rumus yang digunakan adalah: Y = a + bX..............................................(Sugiyono, 2011 : 188) Keterangan: Y = Variabel Dependen (Likuiditas) X = Variabel Independen (Pemberian Kredit) a
= Konstanta atau bila harga X = 0
2. Analisis Korelasi Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment, yang dirumuskan sebagai berikut:
r =
nΣXY – (ΣX)(ΣY)
√(nΣX2 – (ΣX)2)(nΣY2 – (ΣY)2) (Budi Susetyo, 2010 : 121) Keterangan: r
= Koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
n
= Ukuran sampel
X
= Variabel independen (Pemberian Kredit)
Y
= Variabel dependen (Likuiditas) Tabel 4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2011 : 184) 3. Koefisien Determinasi, rumus yang digunakan adalah: Kd = r2 x 100%....................(Sugiyono, 2006 : 216) Keterangan: Kd
= Koefisien determinasi
r2
= Koefisien korelasi dikuadratkan
Sedangkan untuk menghitung faktor lain digunakan rumus sebagai berikut: Knd = (1 – r2) x 100%
5. Uji Hipotesis Uji hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikansi, kriteria dan penarikan kesimpulan. 1. Penetapan Hipotesis Operasional Ho : ρ = 0
Tidak Terdapat Pengaruh Antara Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas.
Ha : ρ ≠ 0
Terdapat Pengaruh Antara Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas.
2. Penetapan Tingkat Signifikansi Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dengan taraf nyata 5% (α = 0,05), yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam
ilmu sosial yang menunjukkan kedua
variabel mempunyai korelasi yang cukup nyata. 3. Uji Signifikansi Uji signifikansi menggunakan uji t. Rumus yang digunakan adalah: t = r√n – 2
(Sugiyono, 2011 : 184)
√1 – r2 Keterangan: t
= nilai uji t
r
= nilai koefisien korelasi
n–2
= derajat kebebasan
4. Kaidah Keputusan Terima Ho, jika
: -t½ α df (n-2) ≤ thitung ≤ ½ α df (n-2)
Tolak Ho, jika
: thitung < -t½ α df (n-2) atau thitung > t½ α df (n-2)
(Sugiyono, 2011 : 185) 5. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan di atas, maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai pemberian kredit dan likuiditas yang bersumber dari laporan keuangan Neraca selama 6 tahun (2008-2013) yang disajikan per triwulan pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya. Data diperoleh langsung dari PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya, yang merupakan salah satu bank perkreditan rakyat yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk membantu masyarakat dalam penyediaan modal untuk kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah terutama di kota Tasikmalaya dan sekitarnya. Data tersebut digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas.
1.1 Pemberian Kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Pemberian kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang diberikan sebelum dikurangi penyisihan penghapusan aktiva produktif dan merupakan akumulasi dari setiap triwulan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca (pada sisi aktiva) merupakan angka yang terbesar dalam neraca bank. Sesuai SK Dir No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 untuk BPR, jumlah kredit yang diberikan/total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada masyarakat dan bank lain. Adapun data mengenai pemberian kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Pemberian Kredit PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2008-2013 Tahun
Triwulan
I II III IV I 2009 II III IV I 2010 II III IV I 2011 II III IV I 2012 II III IV I 2013 II III Jumlah Rata-rata 2008
(Rp) 3.246.168.000,3.937.222.000,4.675.229.000,4.718.592.000,5.065.088.000,5.043.566.000,5.558.201.000,5.525.783.000,6.401.018.000,7.625.820.000,7.895.546.000,7.720.733.000,8.424.819.000,10.090.104.000,10.257.096.000,10.173.623.000,10.191.167.000,10.591.441.000,10.751.729.000,11.203.946.000,16.266.828.000,18.717.336.000,18.107.366.000,202.188.421.000,8.790.800.913,-
Jumlah Perubahan 691.054.000,738.007.000,43.363.000,346.496.000,21.522.000,514.635.000,32.418.000,875.235.000,1.224.802.000,269.726.000,174.813.000,704.086.000,1.665.285.000,166.992.000,83.473.000,17.544.000,400.274.000,160.288.000,452.217.000,5.062.882.000,2.450.508.000,609.970.000,-
(%) 1,61 1,95 2,31 2,33 2,51 2,49 2,75 2,73 3,17 3,77 3,90 3,82 4,17 4,99 5,07 5,03 5,04 5,24 5,32 5,54 8,05 9,26 8,96
+/(%) 0 0,34 0,36 0,02 0,18 -0,02 0,26 -0,02 0,44 0,60 0,13 -0,08 0,35 0,82 0,08 -0,04 0,01 0,20 0,08 0,22 2,51 1,21 -0,30
Sumber: Laporan Publikasi PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas, jumlah kredit yang diberikan paling besar yaitu pada tahun 2013 triwulan ke II (dua) sebesar Rp 18.717.336.000,00 atau 9,26% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Sedangkan, jumlah kredit yang diberikan paling kecil yaitu pada tahun 2008 triwulan ke I (satu) sebesar Rp 3.246.168.000,00 atau 1,61% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan.
1.2 Likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Sesuai SK Dir No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 untuk BPR, maka ditetapkan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah total kredit dibagi dengan penghimpunan dana ditambah modal inti. Total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada masyarakat dan bank lain. Penghimpunan dana dalam penelitian ini terdiri dari tabungan dan deposito berjangka. Modal inti terdiri dari modal disetor, cadangan umum, laba ditahan dan laba tahun berjalan. Adapun data mengenai likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Likuiditas PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Tahun 2008-2013 Tahun
Triwulan Total Kredit (a) (Rp)
2008
2009
2010
2011
2012
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
3.246.168.000,3.937.222.000,4.675.229.000,4.718.592.000,5.065.088.000,5.043.566.000,5.558.201.000,5.525.783.000,6.401.018.000,7.625.820.000,7.895.546.000,7.720.733.000,8.424.819.000,10.090.104.000,10.257.096.000,10.173.623.000,10.191.167.000,10.591.441.000,10.751.729.000,-
Indikator Penghimpunan Dana (b) (Rp) 4.496.713.000,5.491.875.000,5.829.022.000,6.203.177.000,6.565.853.000,7.704.374.000,7.959.997.000,8.921.543.000,9.539.609.000,11.421.859.000,11.503.096.000,11.868.297.000,12.353.861.000,13.628.997.000,14.959.452.000,15.147.135.000,16.500.779.000,17.066.995.000,18.210.679.000,-
Modal Inti (c) (Rp) 1.146.660.000,1.206.744.000,1.273.460.000,1.226.549.000,1.163.816.000,1.240.875.000,1.288.072.000,1.289.847.000,1.313.816.000,1.858.012.000,1.923.740.000,1.877.116.000,1.803.618.000,1.830.951.000,1.891.736.000,1.931.532.000,2.386.542.000,2.583.369.000,2.677.713.000,-
Loan to Deposit Ratio (LDR) (a : (b + c)) (%) 57,52 58,78 65,83 63,51 65,53 56,38 60,10 54,11 58,98 57,42 58,80 56,17 59,51 65,27 60,87 59,57 53,96 53,9 51,47
IV I II III Jumlah Rata-rata
2013
11.203.946.000,16.266.828.000,18.717.336.000,18.107.366.000,202.188.421.000,8.790.800.913,-
19.138.802.000,20.888.452.000,20.383.847.000,20.841.405.000,286.625.819.000,12.461.992.130,-
2.697.616.000,2.419.951.000,2.347.308.000,2.540.275.000,41.919.318.000,1.822.579.043,-
51,31 69,79 82,34 77,44 60,81
Sumber: Laporan Publikasi PT BPR Siliwangi Tasikmalaya (diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas, Loan to Deposit Ratio (LDR) paling tinggi yaitu pada tahun 2013 triwulan ke II (dua) dengan nilai 82,34%. Sedangkan, Loan to Deposit Ratio (LDR) paling rendah yaitu pada tahun 2012 triwulan ke IV (empat) dengan nilai 51,31%.
2. Pembahasan Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pemberian kredit sebagai variabel X dengan indikator yang digunakan adalah jumlah kredit yang diberikan. Likuiditas sebagai variabel Y dengan indikator yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu total kredit, penghimpunan dana dan modal inti. Penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan, dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan statistik dengan bantuan software program SPSS versi 16.0 dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05).
2.1 Pemberian Kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Pada tabel 1.1 menjelaskan bagaimana pemberian kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya melalui indikator jumlah kredit yang diberikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 yang disajikan per triwulan. Secara keseluruhan, jumlah kredit yang diberikan mengalami peningkatan dan penurunan tiap triwulannya. Selama 6 tahun, jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp 202.188.421.000,00. Rata-rata jumlah kredit yang diberikan setiap triwulannya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar Rp 8.790.800.913,00 menunjukkan bahwa sebesar 43,48% mempunyai jumlah
kredit yang diberikan diatas rata-rata dan sisanya 56,52% mempunyai jumlah kredit yang diberikan dibawah rata-rata. Jumlah kredit yang diberikan paling besar yaitu pada tahun 2013 triwulan ke II (dua) sebesar Rp 18.717.336.000,00 atau 9,26% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan dan mempunyai jumlah diatas rata-rata sebesar Rp 9.926.535.087,00 (Rp 18.717.336.000,00 – Rp 8.790.800.913,00). Sedangkan jumlah kredit yang diberikan paling kecil yaitu pada tahun 2008 triwulan ke I (satu) sebesar Rp 3.246.168.000,00 atau 1,61% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan dan mempunyai jumlah dibawah rata-rata sebesar Rp 5.544.632.913,00 (Rp 8.790.800.913,00 – Rp 3.246.168.000,00). Besarnya jumlah kredit yang diberikan ini terutama disebabkan oleh besarnya jumlah dana pihak ketiga pada bank dengan rata-rata jumlah dana pihak ketiga per triwulan sebesar Rp 12.461.992.130,00 sehingga jumlah kredit yang diberikan semakin bertambah. Pada tahun 2008 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 3.246.168.000,00 atau 1,61% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 4.496.713.000,00. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
3.937.222.000,00 atau 1,95% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 5.491.875.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 691.054.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 995.162.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
4.675.229.000,00 atau 2,31% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 5.829.022.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 738.007.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 337.147.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke IV (empat), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 4.718.592.000,00 atau 2,33% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan.
Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 6.203.177.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 43.363.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 374.155.000,00 dari triwulan sebelumnya. Pada tahun 2009 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 5.065.088.000 atau 2,51% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 6.565.853.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 346.496.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 362.676.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
5.043.566.000,00 atau 2,49% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga Rp 7.704.374.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 21.522.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp 1.138.521.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
5.558.201.000,00 atau 2,75% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 7.959.997.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 514.635.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 255.623.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke IV (empat), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 5.525.783.000,00 atau 2,73% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 8.921.543.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 32.418.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp 961.546.000,00 dari triwulan sebelumnya. Pada tahun 2010 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 6.401.018.000,00 atau 3,17% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 9.539.609.000,00. Pada
triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 875.235.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 618.066.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
7.625.820.000,00 atau 3,77% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 11.421.859.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 1.224.802.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.882.250.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
7.895.546.000,00 atau 3,90% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 11.503.096.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 269.726.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 81.237.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke IV (empat), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 7.720.733.000,00 atau 3,82% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Pada triwulan tersebut terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 174.813.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp 365.201.000,00 dari triwulan sebelumnya. Pada tahun 2011 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 8.424.819.000,00 atau 4,17% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 12.353.861.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 704.086.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 485.564.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
10.090.104.000,00 atau 4,99% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 13.628.997.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp
1.665.285.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.275.136.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
10.257.096.000,00 atau 5,07% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 14.959.452.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 166.992.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.330.455.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke IV (empat), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 10.173.623.000,00 atau 5,03% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 19.138.802.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 83.473.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp 187.683.000,00 dari triwulan sebelumnya. Pada tahun 2012 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 10.191.167.000,00 atau 5,04% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 16.500.779.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 17.544.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.353.644.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
10.591.441.000,00 atau 5,24% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 17.066.995.000. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 400.274.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 566.216.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
10.751.729.000,00 atau 5,32% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 18.210.679.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp
160.288.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.143.684.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke IV (empat), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 11.203.946.000,00 atau 5,54% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 19.138.802.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 452.217.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 928.123.000,00 dari triwulan sebelumnya. Pada tahun 2013 triwulan ke I (satu), jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 16.266.828.000,00 atau 8,05% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 20.888.452.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 5.062.882.000,00 dan jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 1.749.650.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke
II
(dua),
jumlah kredit
yang diberikan sebesar
Rp
18.717.336.000,00 atau 9,26% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 20.383.847.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi peningkatan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 2.450.508.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami penurunan sebesar Rp 504.605.000,00 dari triwulan sebelumnya. Triwulan ke III (tiga), jumlah kredit
yang diberikan sebesar Rp
18.107.366.000,00 atau 8,96% dari seluruh jumlah kredit yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga sebesar Rp 20.841.405.000,00. Pada triwulan tersebut terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 609.970.000,00 dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, jumlah dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp 457.558.000,00 dari triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah kredit yang diberikan, salah satunya karena banyaknya permintaan kredit dari nasabah karena tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pihak bank rendah. Begitu pun sebaliknya, penurunan pada
jumlah kredit yang diberikan disebabkan tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank terlalu tinggi sehingga para nasabah tidak mau meminjam uang ke bank, kondisi tersebut membuat bank sulit menyalurkan dana yang dikuasainya. Akibatnya, terjadi over liquidity dan bank akan rugi karena tetap membayar cost of fund (bunga yang dibayarkan bank kepada para penabung) dana pihak ketiga tersebut. Penyebab lain adanya peningkatan pada jumlah kredit yang diberikan adalah kemungkinan bank melakukan kebijakan agar jumlah penghimpunan dana tetap seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan. Hal itu disebabkan jumlah dana mengalami peningkatan tiap triwulannya. Itu dilakukan untuk mencegah adanya dana menganggur (idle money) atau dana yang tidak produktif. Selain itu, kualitas kinerja bagian marketing yang baik dalam mempromosikan produknya yang akan digunakan sebagai sarana penarikan dan penabungan, yang membuat nasabah ingin menyimpan uangnya di bank, sehingga jumlah kredit yang diberikan juga meningkat. Kondisi ekonomi yang stabil membuat para pengusaha bergairah dalam mengembangkan usahanya, sehingga untuk menambah modalnya mereka meminjam uang ke bank. Penyebab lain adanya penurunan jumlah kredit yang diberikan diantaranya disebabkan oleh masih banyaknya utang baik dari pemilik modal bank bersangkutan maupun masyarakat yang belum dibayar lunas kepada bank, sehingga tingkat realisasi (plafond) tidak mencapai target dan tingkat pengembalian kredit pun macet (non performing loan). Sehingga, sekalipun bank bebas menentukan besaran-besaran tertentu, misalnya jumlah maksimum pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan nasabah-nasabah besar, namun tetap harus memerhatikan prinsip kehati-hatian. Pertumbuhan kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya selalu berada di bawah target pertumbuhan kredit yang ditetapkan secara nasional yaitu sebesar 20%. Sumber dana terbesar yang dipergunakan bagi kelangsungan operasional bank berasal dari dana masyarakat. Sumber dana bank yang berasal dari dana masyarakat mencapai 80% - 90% dari total dana yang tersedia, sehingga bank
disebut sebagai “lembaga kepercayaan masyarakat” (Lukman Dendawijaya, 2009 : 191). Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit disebabkan oleh beberapa alasan yang diantaranya adalah (a) Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit; (b) Sumber dana utama bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Dahlan Siamat, 2005 : 349). Dengan demikian melalui kegiatan pemberian kredit, bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat telah menjalankan fungsi intermediasinya sebagai lembaga perantara yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit yang diberikan. Oleh karena itu, sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit. Melalui kegiatan perkreditan yang merupakan kegiatan/aktivitas terbesar dari perbankan serta berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan kredit serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
2.2 Likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Berdasarkan SK Dir No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 untuk BPR, bahwa jumlah kredit yang diberikan adalah salah satu indikator dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR), yang merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas. Adapun data mengenai likuiditas lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, Loan to Deposit Ratio (LDR) selama 6 tahun, mempunyai nilai rata-rata sebesar 60,81%. Sebanyak 8 triwulan pada tahun berbeda mempunyai nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) diatas rata-rata dan sisanya 15 triwulan mempunyai nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) dibawah rata-rata. Nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) paling tinggi yaitu pada tahun 2013 triwulan ke II (dua) dengan nilai 82,34%, jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 18.717.336.000,00, sementara jumlah
penghimpunan
dana
dan
modal
inti
yang
digunakan
sebesar
Rp
22.731.155.000,00. Dalam hal ini, pada triwulan tersebut terjadi peningkatan pada jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 2.450.508.000,00. Sementara, penurunan
terjadi
pada
jumlah
penghimpunan
dana
sebesar
Rp
504.605.000,00 dan modal inti yang digunakan sebesar Rp 72.643.000,00. Sedangkan, Loan to Deposit Ratio (LDR) paling rendah yaitu pada tahun 2012 triwulan ke IV (empat) dengan nilai 51,31%, jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 11.203.946.000,00, sementara jumlah penghimpunan dana dan modal inti yang digunakan sebesar Rp 21.836.418.000,00. Dalam hal ini, pada triwulan tersebut terjadi peningkatan pada jumlah kredit yang diberikan sebesar Rp 452.217.000,00 dan jumlah penghimpunan dana sebesar Rp
928.123.000,00
serta
modal
inti
yang
digunakan
sebesar
Rp
19.903.000,00. Tingginya nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut karena jumlah kredit yang diberikan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penghimpunan dana dan modal inti yang digunakan. Begitu juga sebaliknya, rendahnya nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) terjadi karena jumlah penghimpunan dana dan modal inti yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan. Oleh karena itu, besarnya jumlah pemberian kredit harus disesuaikan dengan penghimpunan dana yang diperoleh. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan (2009 : 91), bahwa perencanaan penyaluran kredit harus didasarkan pada keseimbangan antara jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar tidak menimbulkan masalah terhadap tingkat kesehatan dan likuiditas bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya cenderung kecil yaitu dibawah 70%. Padahal, kondisi idealnya Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan nasional di atas 80% atau berada diantara 85%-110%. Hal ini berarti, dana-dana masyarakat yang dititipkan di bank belum benar-benar didayagunakan seoptimal mungkin dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan. Salah satu penyebab tidak optimalnya
penyaluran kredit adalah lemahnya demand kredit untuk mengimbangi kemampuan pembiayaan perbankan. Bank memiliki batasan dalam melakukan ekspansi kredit yang ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Batasan dalam melakukan ekspansi kredit akan menyebabkan pertumbuhan bank tersebut semakin lambat, sehingga bank harus memiliki modal yang memadai untuk melakukan ekspansi usaha yang mengakibatkan tambahan aktiva. Hal ini dimungkinkan terjadi dikarenakan adanya risiko-risiko yang dihadapi oleh perbankan seperti risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko suku bunga. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, jika Loan to Deposit Ratio (LDR) terlalu rendah memberikan
indikasi
tingginya
kemampuan
likuiditas
bank
yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin kecil. Jadi, penentuan besarnya dana bank harus ditetapkan secara realistis agar jangan sampai terjadi over liquidity (kelebihan dana) atau under liquidity (kekurangan dana). Over liquidity akan menimbulkan kerugian bagi bank bersangkutan karena harus membayar bunga tabungan. Under liquidity akan mengakibatkan Giro Wajib Minimum (GWM) kurang sehingga tingkat kesehatan bank kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa besarnya jumlah dana pihak ketiga dan jumlah modal inti yang digunakan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah kredit yang diberikan. Besar kecilnya jumlah kredit yang diberikan akan berpengaruh terhadap nilai Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya cenderung kecil yaitu dibawah 70%. Berarti, likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya dinilai sehat karena nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak melebihi dari ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu tidak melebihi dari 110%. Selain itu, rendahnya Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya memberikan indikasi tingginya kemampuan likuiditas bank. Hal
itu disebabkan jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil. Namun, tingginya likuiditas akan berpengaruh pada peningkatan jumlah dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang diberikan. Peningkatan pada jumlah dana pihak ketiga mengakibatkan bank mengalami kelebihan dana (over liquidity) dan tentunya itu kurang baik. Hal itu berarti ada dana-dana masyarakat yang belum didayagunakan secara optimal oleh bank. Dengan demikian melalui penilaian likuiditas, bank dapat mengetahui kemampuannya dalam membayar kembali kewajibannya kepada para penyimpan dana, dalam hal ini dengan jaminan pinjaman yang diberikan. Oleh karena itu, tingkat kesehatan bank ditentukan oleh kondisi likuiditas bank dan dengan menilai likuiditas, bank merencanakan penyaluran kredit berdasarkan keseimbangan jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar jangan sampai terjadi over liquidity atau under liquidity serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.
2.3 Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya Model Summaryb
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square .568
a
.322
Std. Error of the Estimate
.290
Durbin-Watson
.064555
.676
a. Predictors: (Constant), Pemberian Kredit b. Dependent Variable: Likuiditas
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Pemberian Kredit
B
Standardized Coefficients
Std. Error .519
.031
1.010E-11
.000
a. Dependent Variable: Likuiditas
Beta
Collinearity Statistics t
.568
Sig.
16.666
.000
3.160
.005
Tolerance
1.000
VIF
1.000
Hasil pengolahan data melalui SPSS versi 16.0, analisis pengaruh pemberian kredit (X) terhadap likuiditas (Y) diperoleh: Nilai konstanta (a)
= 0,519
Koefisien regresi (b)
= 0,0000000000101
maka, persamaan regresinya adalah Y = 0,519 + 0,0000000000101X. Dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan, setiap nilai pemberian kredit bertambah Rp 1, maka nilai likuiditas akan bertambah sebesar 0,0000000000101%. Nilai koefisien korelasi (R) antara pemberian kredit dan likuiditas adalah 0,568, berarti terdapat hubungan positif sebesar 0,568 antara pemberian kredit dan likuiditas dengan tingkat keeratan hubungan termasuk dalam kategori sedang karena berada diantara nilai 0,40 – 0,599 (Sugiyono, 2011 : 184). Hal tersebut menunjukkan apabila variabel yang satu (X) meningkat atau menurun maka variabel lainnya (Y) cenderung untuk meningkat atau menurun pula (Iqbal Hasan, 2008 : 228). Dari nilai koefisien korelasi tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,322 atau 32,2%, hal ini berarti pemberian kredit mempengaruhi likuiditas sebesar 32,2% dan sisanya 0,678 atau 67,8% dipengaruhi oleh faktor lain (ρYe). X
ρYX = 0,568
Y
ρYe = 0,678
ε0 Gambar 2.3 Nilai koefisien jalur variabel X dan Y Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) dan kaidah keputusan yaitu tolak Ho jika, thitung < -t½ α df (n – 2) atau thitung > t½ α df (n – 2). Berdasarkan perhitungan SPSS versi 16.0, diperoleh t hitung sebesar 3,160,
sedangkan ttabel atau t½ α df (n – 2) sebesar 2,080 maka, Ha diterima (3,160 > 2,080). Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian kredit terhadap likuiditas.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dimana pembahasan-pembahasan tersebut selaras dengan permasalahan yang diteliti, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi pemberian kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 sesuai dengan laporan keuangan yang disajikan per triwulan menunjukkan bahwa kondisi jumlah kredit yang diberikan selama 6 tahun secara keseluruhan mengalami peningkatan dan penurunan tiap triwulannya. Pertumbuhan kredit pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya selalu berada di bawah target pertumbuhan kredit yang ditetapkan secara nasional yaitu sebesar 20%. 2. Likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) selama 6 tahun, pada umumnya berada di bawah batas aman yang disepakati sebagian praktisi perbankan. Nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya cenderung kecil, yaitu rata-rata kurang dari 70%. Nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang rendah tersebut menunjukkan adanya dana-dana yang dititipkan di bank belum didayagunakan secara optimal, sekaligus menunjukkan kemampuan likuiditas bank yang tinggi. Salah satu penyebab tidak optimalnya penyaluran kredit adalah lemahnya demand kredit untuk mengimbangi kemampuan pembiayaan perbankan yang mengakibatkan bank mengalami over liquidity (idle money). 3. Pengaruh pemberian kredit terhadap likuiditas pada PT BPR Siliwangi Tasikmalaya, berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan
software SPSS versi 16.0 diperoleh hasil bahwa pemberian kredit berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.
2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mengusulkan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak bank maupun peneliti selanjutnya. Adapun beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak bank Berdasarkan hasil analisis penulis, kegiatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh PT BPR Siliwangi Tasikmalaya belum optimal. Itu terlihat dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang rata-rata kurang dari
70%.
Oleh
karena
itu,
perlu
diketahui
permasalahan
ketidakoptimalan penyaluran kredit yang terjadi baik secara sektoral maupun regional dan menentukan sektor/wilayah yang potensial untuk penyaluran kredit. Hal tersebut sebagai upaya untuk menghindari terjadinya over liquidity (kelebihan dana) atau under liquidity (kekurangan dana) yang akan menimbulkan kerugian pada bank. 2. Bagi peneliti Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah periode variabel yang diteliti, menambah variabel X yang diteliti dan menggunakan konsep lain pada perhitungan likuiditas, sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat diperbandingkan apakah diperoleh hasil yang sama atau berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan, edisi kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. 2013. Statistika Perbankan Indonesia vol.11 no. 12 November 2013. [Online]. Tersedia: http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Pages/SPI_1113.asp x. [15 Februari 2014].
_______. 2012. Statistik Perbankan Indonesia vol. 10 no. 1 Desember 2011. [Online]. Tersedia: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/4F85578C-5D304D38-8102-F9E24E1EF3EF/25443/BISPIDesember20111.pdf. [24 Agustus 2013]. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2010. Metadata Loan to Deposit Ratio. [Online]. Tersedia: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7B1A3C88-CFE34534-814D-16E8ECA09E7C/21857/metadataBPR30122010LDR.pdf. [24 Agustus 2013]. Direktorat Kredit BPR dan UMKM Bank Indonesia. 2010. Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat. [Online]. Tersedia: http://m.bi.go.id/NR/rdonlyres/4C98D4BA-F290-41D6-AF15A1857FCCF188/20261/lampiran_se_121511.pdf. [24 Agustus 2013]. Firdaus, Rachmat dan Ariyanti, Maya. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah Kebijakan dan Aplikasinya. Cetakan Keempat. Bandung: Alfabeta. Firmansah, Herman. 2011. Pengaruh Besarnya Kredit Yang Diberikan Terhadap Laba Operasional Bank. Tasikmalaya: Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Ginting, Ramlan. 2005. Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum. [Online]. Tersedia: http://www.oocities.org/hukum97/kredit.pdf. [24 Agustus 2013]. Hasan, Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistika 1 (Statistik Deskriptif). Cetakan Kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hujaemah, Hana. 2010. Pengaruh Total Pemberian Kredit Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Dampaknya Pada Pendapatan Bunga Bank. Tasikmalaya: Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kasmir. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. _______. 2010. Manajemen Perbankan. Cetakan Sembilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. _______. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. _______. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nisaputra, Rezkiana. 2013. Gejolak Perekonomian Global Tak Pengaruhi Industri BPR. okezone.com [Online], economy. Tersedia: http://economy.okezone.com/read/2013/08/26/457/855548/gejolakperekonomian-global-tak-pengaruhi-industri-bpr. [26 Agustus 2013]. Pasha, Ri‟fat. 2009. Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit serta Identifikasi Peluang Ekspansi Pembiayaan Kredit Sektoral di Wilayah Kerja BI Malang. Dalam Jurnal Keuangan dan Perbankan [Online]. Vol 13 (1). 148-164. Tersedia: http://jurkubank.wordpress.com/2012/01/12/daftarisi-vol-13-no-1-januari-2009/. [21 Februari 2014]. Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoretis dan Praksis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Pudjo Mulyono, Teguh. 2001. Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi Terbaru. Yogyakarta: Djambatan. Raharjo, Handri. 2010. Cara Pintar Memilih dan Mengajukan Kredit. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Rivai, Veithzal dan Veithzal, Andria Permata. 2006. Credit Management Handbook. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ruslan, Devina. 2009. Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Koperasi. Tasikmalaya: Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. S.P. Hasibuan, Malayu. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, edisi kelima. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumarni, Reny. 2011. Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Kredit Bermasalah dan Dampaknya Terhadap Profitabilitas. Tasikmalaya: Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Tim Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat. 2010. Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat. [Online]. Tersedia: http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/PAPI/. [24 Agustus 2013]. Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. 2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Revisi). [Online]. Tersedia: http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/PAPI/. [24 Agustus 2013]. Trianti, Yayu. 2010. Pengaruh Pemberian Kredit dan Perputaran Kas Terhadap Tingkat Likuiditas. Tasikmalaya: Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.