perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Oleh :
SUMARNO S 4209141
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tanggal : 14 April 2011
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT SUMARNO
PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN The poverty is a complex problems, so this is necessary comprehensive and integrated action among government and society, The aims of this research are : (1) to detect society self-supporting connection influence in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) towards poor family total, (2) to detect program fund connection influence PNPM MP towards poor family total, (3) to detect society self-supporting connection influence society and program fund PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency. The hypothesis proposed in this research are : (1) guessed there self-supporting magnitude influence society in program PNPM MP towards poor family total. (2) guessed there program fund influence PNPM MP towards poor family total. (3) guessed there self-supporting magnitude influence society and program fund PNPM MP towards poor family total at Sragen Regency. Data that used in this watchfulness secondary data that is; society self-supporting fund, fund PNPM Mandiri Perdesaan and poor family total progress report at Sragen Regency year 2003-2010. Data analysis to test hypothesis uses doubled linear regression. Hypothesis test result is found that: (1) influential society self-supporting significant decreases or demote poor family total, thereby hypothesis 1 proved. (2) PNPM Mandiri Perdesaan increase, influential significant demote poor family total, hypothesis 2 proved. (3) society self-supporting and PNPM Mandiri Perdesaan influential demote poor family total, as according to hypothesis 3. Based on data analysis is got conclusion that (1) influential society self-supporting fund total magnitude significant towards poor family total depreciation, (2) fund magnitude PNPM Mandiri Perdesaan influential significant towards poor family total, (3) society self supporting fund magnitude and PNPM Mandiri Perdesaan influential towards poor family total at Sragen Regency. commit to user Keywords: Society self-supporting, PNPM Mandiri Perdesaan, Poor Family v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTISARI SUMARNO PENGARUH PEMBANGUNAN PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERDESAAN TERHADAP JUMLAH KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN SRAGEN Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks, maka sangat diperlukan tindakan yang konprehensip dan terintegrasi antara pemerintah, dan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) terhadap jumlah keluarga miskin, (2) untuk mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin, (3) untuk mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : (1) diduga ada pengaruh besarnya swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin. (2) diduga ada pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin. (3) diduga ada pengaruh besarnya swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu ; Dana Swadaya Masyarakat, Dana PNPM Mandiri Perdesaan dan Laporan Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen tahun 2003–2010. Analisis data untuk menguji hipotesis menggunakan Regresi Linear Berganda. Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa : (1) swadaya masyarakat berpengaruh signifikan mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin, dengan demikian hipotesis 1 terbukti.(2)PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan meningkat, berpengaruh signifikan menurunkan jumlah keluarga miskin, hipotesis 2 terbukti. (3) swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh menurunkan jumlah keluarga miskin, sesuai dengan hipotesis 3. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa (1) besarnya jumlah dana swadaya masyarakat berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah keluarga miskin,(2) besarnya dana PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh signifikan terhadap jumlah keluarga miskin, (3) besarnya dana swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan berpengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di commit to user Kabupaten Sragen. vi Mandiri Perdesaan, Keluarga Miskin. Kata Kunci : Swadaya Masyarakat, PNPM
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk : v Masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang sedang giat membangun memerangi kemiskinan. v Almamterku tercinta v Istriku tercinta, Dwi Endang Warsiki, A.Md v Anak-anakku tercinta : 1. Yunita Laila Astuti 2. M. Faisal Adityatama 3. Yusuf Zacky Zabidie 4. Afrizal Affandi Ahmad
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO :
Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.
Hidup hanya sekali, sekali hidup harus bermakna.
Tuhan tidak akan membebani umatnya, melainkan sesuai dengan
kemampuanya.
Success never comes to the indolence
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL……………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........…………………………... iii HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................... xii ABSTRACT ............................................................................................ xiii KATA PENGANTAR……………………………………………………. v DAFTAR ISI……………………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………… 7 C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 7 D. Manfaat Penelitiancommit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Manfaat Teoristis …………………………………………… 8 2. Manfaat Praktis ……………………………………………. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A . Pembangunan Partisipatif
………………….
9
1. Pengertian Pembangunan …………………………………… 9 2. Batasan Pembangunan Partisipatif ……………….. ........... 14 B. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perdesaan (PNPM-MP[)............................................... 17 1. Visi dan Misi ………………………………………………. 17 2. Tujuan……………………………………………………… 18 3. Prinsip Dasar PNPM MP…………………………………… 19 4. Ketentuan Dasar……………………………………………
21
5. Jenis-Jenis Kegiatan yang Di Danai PPNPM MP…………
22
6. Mekaniskme Usulan Kegiatan……………………………
23
7. Konsep Pemberdayaan,……………………………………… 24 C. Pandangan Teoristis Mengenai Kemiskinan............................
26
1. Pengertian Kemisakinan...............................................
30
2. Dimewnsi Kemiskinan .................................................... commit to user x
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Indikator Kemiskinan ............................................................33 D. Penelitian Terdahulu .............................................................. 35 E. Kerangka Berpikir……………………………………………...40 F. Hipotesis……………………………………………………… 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………….
43
B. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………
45
C. Definisi Operasional Variabel …………………………………… 46 D. Teknik Analisis Data …………………………………………… 52 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen
52
1. Kondisi Geografis.................................................................. 52 a. Letak geografis............................................................. 52 b. Sumber Daya Alam....................................................... 53 1). Iklim dan Suhu Udara............................................
53
2).Keadaan Alam........................................................
53
c. Luas Wilayah.................................................................. commit to user 2. Kondisi Demografi....................................................... xi
54 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.Kemajuan Pembangunan di Kabuptaen Sragen.................... 60 4. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen.................................................................... ............... 63 B. Hasil Analisis Data ................................................................... 34 1. Analisis Regresi Lineasr Berganda........................................ 67 2. Pengujian Asuimsi Klasik................................................... 69 a. Uji Multikollinearitas.................................................
69
b. Uji Heteroskedastisitas................................................. 71 c. Uji Autokorelasi..........................................................
73
3. Uji Statistik .......................................................................
74
a. Uji F .........................................................................
74
b. Koefisienj Deterrminasi.............................................
76
c. Uji t (Uji Variabel secara Individu).............................
77
4. Uji Hipotesis........................................................................... 78 5. Analisis Hasil Regresi.......................................................... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 82 commit to user B. Saran ........................................................................................... 83 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu, program-program pembangunan banyak diturunkan “dari atas” yang sifat top down dan masyarakat tinggal melaksanakan. Program itu direncanakan oleh lembaga penyelenggara program tanpa melibatkan secara langsung warga masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. Kita menyadari bahwa perencanaan program semestinya dimulai dengan suatu “penjajagan kebutuhan” (need assessment) masyarakat, namun hal itu sering dilaksanakan hanya berdasarkan suatu survei (penelitian konvensional) yang dilakukan oleh petugas lembaga, atau oleh ahli-ahli dari lembaga penelitian tertentu. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah maka program-program pembangunan bersifat bottom up, oleh karena itu model pembangunan partisipatif mengutamakan pembangunan yang dilakukan dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal. Model yang demikian itu menekankan pada upaya pembangunan kapasitas masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat (Sumodiningrat, 1999). Dapat dikemukakan bahwa suatu proyek atau program dapat digolongkan ke dalam model pembangunan partisipatif apabila program tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan., sehingga masyarakat setempat yang tidak hanya menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
mendorong masyarakat untuk mengarahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek atau program tersebut. Untuk itu, diperlukan terobosan baru dalam pola perencanaan dan pola pembangunan, guna mempercepat proses pengentasan kemiskinan di Indonesia. Perencanaan pembangunan partisipatif yang melibatkan seluruh stakeholders pembangunan diharapkan dapat memecahkan permasalahan proses perencanaan penanggulangan seperti tersebut diatas. Proses perencanaan pembangunan partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang mendasari pada kebutuhan masyarakat setempat serta didukung peranserta aktif dari masyarakat dari awal pengidentifikasian masalah hingga tersusunnya dokumen perencanaan pembangunan. Pembangunan akan tepat sasaran, tepat waktu, berdayaguna dan berhasil guna apabila perencanaannya benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat, serta adanya peran aktif masyarakat dalam penyusunan perencanaan dan pelaksnaan pembangunan. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang – orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya
integritasnya, serta
apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraannya. Melalui kadar partisipasi dan peran aktif masyarakat yang tinggi, penguatan masyarakat sasaran program dapat terwujud. Menguatnya kemampuan masyarakat miskin untuk meningkatakan taraf hidupnya, adalah hasil atau dampak dari semua aktifitas program penanggulangan kemiskinan. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penguatan masyarakat tersebut dapat dilihat dari: (1) dimensi pemberdayaan masyarakat miskin, (2) dimensi terwujudnya kemandirian masyarakat miskin, dan (3) dimensi perekonomian rakyat. Dimensi pemberdayaan masyarakat perlu diarahkan terutama dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonominya. Dimensi kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui azas gotong royong, keswadayaan dan partisipasi. Dimensi perekonomian rakyat dapat ditandai oleh tersedianya dana untuk modal usaha guna dikembangkan oleh masyarakat miskin itu sendiri. .Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama oleh negara-negara yang sedang berkembang memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensional, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya (Sumodiningrat, 1998: 26). Sementara itu, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tetap sama, walaupun
pemerintahan
telah
mengalami
beberapa
kali
perubahan
kepemimpinan, yaitu makin tingginya angka kemiskinan di Indonesia. Hal ini karena dalam mengatasi masalah kemiskianan masih terdapat beberapa masalah, antaralain; (1) Koordinasi masih lemah, terutama dalam hal: pendataan, pendanaan dan kelembagaan; (2) Lemahnya koordinasi antar program-program penanggulangan kemiskinan antara instansi pemerintah pusat dan daerah; (3) Lemahnya integrasi program pada tahap perencanaan, sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, dan sinergi antar pelaku (pemerintah, dunia usaha, masyarakat madani); (4) Belum optimalnya kelembagaan di pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangankerja. Keadaan ini menjadikan usaha penanggulangan tersebut menjadi tidak tepat sasaran (Suparlan, 1993). Menanggulangi masalah kemiskinan diperlukan upaya yang memadukan berbagai kebijakan dan program pembangunan yang tersebar di berbagai sektor. Kebijakan pengentasan atau penanggulangan kemiskinan menurut Sumodiningrat (1998: 46-47) dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu kebijakan tidak langsung, kebijakan yang langsung.. kebijakan tak langsung meliputi (1) upaya menciptakan ketentraman dan kestabilan situasi ekonomi, sosial, dan politik; (2) mengendalikan jumlah penduduk; (3) melestarikan lingkungan hidup dan menyiapkan kelompok masyarakat miskin melalui kegiatan pelatihan. Kegiatan yang langsung mencakup: (1) pengembangan data dasar (data base) dalam penentuan kelompok sasaran (targeting); (2) penyedeiaan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan); (3) penciptaan kesempatan kerja; (4) program pembangunan wilayah; dan (5) pelayanan perkreditan. Pilihan strategi dalam menanggulangi masalah kemiskinan harus dapat memperkuat peran dan posisi perekonomian rakyat dalam perekonomian nasional, sehingga terjadi perubahan struktural yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelebagaan, pemberdayaan sumber daya manusia Sumodiningrat,1998). Program-program yang dipilih harus berpihak dan memberdayakan masyarakat melalui pembangunan ekonomi dan peningkatan perekonomian rakyat. Program ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat miskin kepada sumber daya pembangunan dan menciptakan peluang bagi masyarakat paling bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, sehingga mereka mampu mengatasi kondisi keterbelakangannya. Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak kepada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang diahadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu didampingi
oleh
pendamping
yang
profesional
sebagai
fasilitator,
komunikator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian (Soegijoko dkk, 1997: 179). Arah baru strategi pembangunan diwujudkan dalam bentuk : (1) upaya pemihakan kepada yang lemah dan pemberdayaan masyarakat, (2) pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan (3) modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat (Sumodiningrat, 1999: 82). Penanggulangan
kemiskinan
harus
senantiasa
didasarkan
pada
penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pada pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan itu. Setiap upaya penanggulangan kemiskinan yang mengabaikan kedua hal tersebut tidak hanya cenderung tidak efektif, tetapi pada tempatnya dicurigai sebagai retorika belaka (Baswir, 1999: 18). Penanganan permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membutuhkan kerja sama semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan program penanggulangan kemiskinan yang salah satunya merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), yang dirumuskan kembali upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
hingga pelestarian hasil-hasilnya.
Didalam pelaksanaannya masyarakat yang mampu berpartisipasi tenaga dan dana secara swadaaya, sedangkan yang kategori keluarga miskin mendapat manfaat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan tersebut baik langsung maupun tidak langsung. Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri terbuka bagi semua kegiatan penanggulan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi : penyediaan dan perbaikan prasaranai, pendidikan, kesehatan, peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal serta kegiatan ekonomi produktif kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dialokasikan dana bergulir secara kelompok tanpa agunan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat khususnya keluarga miskin, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah prosedur dan mempercepat akses permodalan kegiatan ekonomi produktif masyarakat khususnya keluarga miskin, yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga upaya-upaya penanggulangan dan pengentasan kemiskinan dapat tercapai.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen? 2. Bagaimana pengaruh dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? 3. Bagaimana pengaruh swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? 2. Mengetahui pengaruh hubungan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen ? 3. Mengetahui pengaruh hubungan swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoristis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya khasanah keilmuan tentang pengaruh hubungan swadaya mayarakat
dan dana
program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam rangka penanggulangan dan Kabupaten Sragen.
commit to user
pengentasan kemiskinan.di
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Partisipatif 1. Pengertian Pembangunan Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan.
Menurut Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan
dan
ketergantungan.
Dari
berbagai
paradigma
tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan. Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,2004). Tema pertama commit to user
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah koordinasi yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya
pemikiran
yang
mengidentikkan
pembangunan
dengan
perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan (change), dimana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding
terbalik
dengan
pertumbuhan
industrialisasi
dan
modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dari spiritualisme ke materialisme atau sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat yaitu, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung
pada
level
makro
(nasional)
dan
mikro
(commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan
dan
atau
perbaikan
(progress),
pertumbuhan
dan
diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Perkembangan adalah proses commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat
yang
menyangkut
berbagai
aspek,
pemikiran
tentang
modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya. Secara sederhana pembangunan merupakan proses usaha sadar untuk melakukan sesuatu perubahan-perubahan yang lebih baik dari satu kondisi kepada kondisi lain yang lebih bermakna. Dalam arti pembangunan harus dilaksanakan dengan sengaja dan terencana serta memperhatikan nilai– nilai universal, yang dapat diterima dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut Todaro (1998 : 19) bahwa, Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
nasional,
di
samping
tetap
mengejar
akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini Todaro lebih menitik beratkan kepada pemerataan dan penanggulangan kemiskinan atau pengentasan sebagai indukator keberhasilan commitdalam to usersebuah pembangunan menurutnya
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembangunan haruslah dirasakan oleh semua kalangan tidak saja kalangan atas namun juga mereka yang ada di kalangan bawah 2. Batasan Pembangunan Partisipatif Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang perencanaannya bertujuan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan
masyarakat
(baik
langsung
maupun
tidak
langsung).
Melibatkan masyarakat secara langsung akan membawa tiga dampak penting (Muflich, 2008 : 12 ) yaitu : a. Terhidar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat. b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik. c. Meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat. Perencanaan pembangunan partisipatif akan berjalan dengan baik apabila prakondisi yang diperlukan dapat terpenuhi. Setidaknya ada enam prinsip dasar dalam perencanaan partisipatif (Muflich, 2008 : 17), yaitu : a. Saling percaya. Diantara semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan harus saling percaya, saling mengenal dan dapat bekerjasama. Untuk menumbuhkan rasa saling percaya dituntut adanya kejujuran dan keterbukaan. b. Kesetaraan. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prinsip kesetaraan dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan dapat berbicara dan mengemukakan pendapatnya, tanpa adanya perasaan tertekan (Bahasa Jawa; rikuh atau ewuh-pekewuh). c. Demokratis. Prinsip demokrasi menuntut adanya proses pengambilan keputusan yang merupakan kesepakatan bersama, bukan meripakan rekayasa kelompok tertentu. d. Nyata. Perencanaan hendaknya didasarkan pada segala sesuatu masalah atau kebutuhan yang nyata, bukan berdasarkan sesuatu yang belum jelas keberadaanya atau kepalsuan (fiktif). e. Taat asas dalam berpikir. Prinsip ini menghendaki dalam penyusunan perencanaan harus menggunakan cara berpikir obyektif, runtut dan mantap. f. Terfokus pada kepentingan warga masyarakat. Perencanaan
pembangunan
hendaknya
disusun
berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Perencanaan yang berdasarkan pada masalah dan kebutuhan nyata masyarakat, akan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat. Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan di wilayahcommit setempat. Unsur pelaku pembangunan tersebut to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meliputi
elemen-elemen
warga
masyarakat,
lembaga-lembaga
kemasyarakatan desa, aparatur pemerintah desa, aparatur pemerintah kabupaten (khususnya SKPD terkait), LSM dan institusi lain yang terkait. Proses penyusunan perencanaan pembangunan seperti inilah yang dimaksudkan sebagai perencanaan pembangunan partisipatif. Penyusunan perencanaan pembanguan harus berdasarkan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, rencana pembangunan desa itu harus disusun berdasarkan potensi dan kenyataan yang ada di desa, baik itu berupa masalah maupun potensi yang dimiliki desa. Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa yang tersusun dapat sesuai dengan kebutuhan pembangunan, bukan sekedar daftar keinginan yang jauh dari kenyataan dan kemampuan untuk mewujudkannya. Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat dan desa merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat kegiatan atas dasar sukarela. Orientasi setiap pelaksanaan
kegiatan
harus
didasarkan
atas
keswadayaan
dari
masyarakat atau desa. Swadaya masyarakat bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana (tidak boleh dipotong dari kompensasi HOK—upah harus diterima secara utuh oleh setiap pekerja kegiatan commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
khusunya keluarga miskin), maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan. Sekalipun dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, tetapi diutamakan swadaya bukan berasal dari RTM. Tenaga kerja yang diperhitungkan dengan kompensasi HOK diutamakan dari RTM, dengan mempertimbangkan penyerapan maksimal jumlah RTM yang ada. Kompensasi HOK bagi tenaga kerja RTM tidak boleh diminta untuk berkontribusi swadaya, karena kompensasi ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. B. Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP). PNPM
Mandiri
Perdesaan
adalah
program
untuk
mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM Mandiri
Perdesaan
merupakan
kelanjutan
Program
Pengembangan
Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Di antara keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat. 1. Visi dan misi Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah: a. peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; b. pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; c. pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; d. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; e. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. 2. Tujuan Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan khususnya meliputi : a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan eputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan, b. Melembagakan
pengelolaan
pembangunan
mendayagunakan sumber daya lokal, commit to user
partisipatif
dengan
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan lokal dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif, d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat, e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir, f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Antar Desa dalam pengelolaan pembangunan. g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan. 3.
Prinsip Dasar Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi : a. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi negatif dari luar. b. Desentralisasi. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. c. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin. d. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam setiap tahapan proses, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan
dan
pelestarian
kegiatan
dengan
memberikan tenaga, pikiran, dana, waktu maupun barang. e. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan,
kesetaraan
juga
dalam
pengertian
kesejajaran
adalah
masyarakat
mengambil
kedudukan pada saat situasi konflik. f. Demokratis. Pengertian
prinsip
demokratis
keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat. g. Transparansi dan Akuntabel. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. h. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan
dengan
mempertimbangkan
kemendesakan
dan
kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan. i. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya. j. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat lebih memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata. 4.
Ketentuan Dasar Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuanketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Ketentuan dasar meliputi :
a. Desa Berpartisipasi Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak untuk ikut berpartisipasi dalam proses atau alur tahapan. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan-pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela. b. Kriteria dan Jenis Kegiatan Baik pada desa tertinggal maupun desa normal kriteria dan jenis kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat diperlakukan sama. Kegiatan yang akan dibeayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria : 1) Diutamakan lokasi desa tertinggal, 2) Lebih bermanfaat bagi RTM, 3) Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan, 4) Dapat dikerjakan oleh masyarakat, 5) Didukung oleh sumber daya yang ada, 6) Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Jenis-jenis kegiatan yang dibeayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut : a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM, b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan nonformal), c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal), d. Penambahan modal Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). 6. Mekanisme Usulan Kegiatan PNPM Untuk memanfaatkan dana BLM, setiap desa boleh mengajukan paling banyak 3 (tiga) usulan di mana tiap usulan terdiri atas 1 (satu) jenis kegiatan/paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan. Usulan tersebut didasarkan pada usulan atau prioritas kebutuhan khusus kelompok perempuan, kelompok laki-laki dan atau kebutuhan kelompok campuran antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Tiga usulan dimaksud adalah : 1. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas
hidup
masyarakat
(kesehatan
atau
pendidikan)
atau
peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan, commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana untuk kegiatan SPP sampai dengan 25% dari BLM. 3. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan. Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai adalah sebesar Rp 350 juta. Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan mempertimbangkan rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten. 7. Konsep Pemberdayaan Pemberdayaan secara teoritik dianggap sebagai pendekatan yang situsional. Pemberdayaan dapat berarti sebagai suatu proses, suatu mekanisme dimana individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli akan masalah yang mereka hadapi. Teori pemberdayaan mengasumsikan bahwa (1) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk orang yang berbeda; (2) pemberdayaan akan berbeda bentuk untuk konteks yang berbeda; (3) pemberdayaan akan berfluktuasi atau berubah sejalan dengan waktu. Seseorang dapat merasa terberdayakan pada waktu yang lain, bergantung pada kondisi yang mereka hadapi pada suatu waktu. Para akademisi teori pemberdayaan
menyatakan bahwa konsep
pemberdayaan berlaku tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organisasi dan masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri (Fred, 1998). Secara
konseptual,
pemberdayaan
atau
pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadiankejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan
dan
kekuasaan
yang
cukup
untuk
mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, 1994:106). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport,1984:3). Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan . sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. C. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga,
mental
maupun
fisiknya
dalam
memenuhi
kebutuhannya. Dalam panduan PNPM (2008: 26) bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam pembangunan. Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai tipologi
dan
dimensi
kemiskinan
karena,
kemiskinan
itu
sendiri
multikompleks, dinamis dan berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut pandang. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat pendapatan
yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan dasarnya
sedangkan kemiskinan relatif adalah penduduk yang telah memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh lebih rendah dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu yang terjadi pada mereka yang kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina (Aisyah, 2001: 151). Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut : 1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah. 3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal. Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of proverty) lihat gambar 1.1, adanya keterbelakangan, ketidak sepurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas.
Rendahnya
produktivitas
mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000:7) yang mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor). Untuk lebih jelas logika berfikir seperti yang dikemukakan Nurkse dapat dilihat pada gambar 1.1 :
Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan dan Ketinggalan
Kekurangan Modal Investasi Rendah
Tabungan Rendah
commit to user
Produktivitas Rendah
Pendapatan Riil Rendah
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1.1. Lingkaran Setan Kemiskinan
Menurut Bayo (1996: 18) yang mengutip pendapat Chambers bahwa ada lima
’ketidakberuntungan” yang melingkari orang atau keluarga
miskin yaitu sebagai berikut : 1. Kemiskinan (proverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut : rumah mereka reot dan dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak menentu. 2. Masalah kerentanan (vulnerability) kerentanan ini dapat dilihat dari ketidak mampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar. 3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidak berdayaan kelompok miskin tercermin dalam ketidak mampuan mereka dalam menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi dirinya;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
4. Lemahnya ketahan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi
mereka sangat
rendah yang berakibat pada rendahnya produktivitas mereka; 5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantongkantong kemiskinan yang sulit dijangkau sedang keterisolasian social tercermin dari ketertutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas. 1. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memnuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3). Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh stiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4). Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan no material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan masyarakat (Suharto dkk, dalam SMERU, 2004). Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Depsos, 2001). Kemiskinan
adalah
ketidaksamaan
kesempatan
untuk
mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan, kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan ketrampilan, dan (f) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6). 2. Dimensi Kemiskinan Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David Cox (2004:1-6) membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi : a. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan substain (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan). c. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas. d. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskian yang terjadi akibat adanya kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, sperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk. Kemiskinan memiliki berbagai dimensi (Suharto dkk, dalam SMERU, 2004) : a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan. b. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi). c. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga). d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam. f. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat. g. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. i. Ketidakmampuan dan ketidak beruntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinil dan terpencil). (Suharto, dkk, 2004:7-8). 3. Indikator Kemiskinan BPS (2002) melakukan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 variabel kemiskinan dimana variabel ini memiliki hubungan yang sangat erat denga kemampuan memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan dasar non makanan. Adapun variabel-variabel yang dimaksud adalah : a. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m2 per orang. b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. d. Tidak mempunyai fasilitas buang air besar. e. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam satu minggu. i. Hanya membeli satu setel pakaian baru dalam satu tahun. j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari k. Bila sakit Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/poliklinik. l. Sumber penghasilan rumah tangga adalah petani : dengan luas lahan < 0,5 ha, buruh tani bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000.00 perbulan. m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD atau hanya SD. n. Tidak memiliki tabungan /barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jadi menurut standart ukuran dari indikator yang telah ditetapkan Biro Pusat Statistik (BPS) dan telah di adopsi banyak/ masing-masing pemerintah kabupaten maupun kota dan khususnya Pemerintah Kabupaten Sragen, maka untuk menentukan individu atau keluarga miskin adalah : commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a Keluarga yang hanya memenuhi 9 indikator atau kurang dikategorikan keluarga hampir miskin.. b. Keluarga yang memenuhi 10 sampai dengan 12 indikator , dikategorikan keluarga miskin c Keluarga yang memenuhi 12 atau lebih indikator kemiskian dikategorikan keluarga sangat miskin.
D. Penelitian Terdahulu Hasil
penelititan
Coate,
Handmer
and
Wei
(2006),
yang
mengeksplorasi peranan LSM dalam memfasilitasi pemulihan ekonomi akibat tsunami yang meluluhlantakkan daerah-daerah di selatan Thailand. Hal ini termasuk LSM Internasional yang besar maupun kecil berbasis masyarakat atau LSM Lokal dan bagaimana organisasi-organsisasi ini terlibat dalam satu sama lain termasuk dengan pemerintah denga tujuan untuk membantu pemulihan masyarakat setempat. Secara khusus, fokus penelitian dititikberatkan pada bagaimana LSM dapat membantu penduduk setempat, terutama mereka yang terlibat dalam sektor informal dalam membangun kembali mata pencaharian di daerah yang telah hancur oleh bencana alam. Mengingat bahwa di Thailand hanya sekitar 70 persen dari penduduk bekerja di sektor ekonomi informal, salah satu penemuan yang penting adalah bahwa pusat pemulihan ekonomi adalah kebutuhan untuk commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengarahkan
para
pembuat
kebijakan
strategi
pemulihan
untuk
mencerminkan langkah-langkah yang secara luas mendukung sektor informal di berbagai industri termasuk pariwisata dan perikanan, dan yang akan memberikan dasar mata pencaharian ekonomi bagi sebagian besar penduduk Thailand yang terkena bencana. Hasil
penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi pemulihan harus terlibat dengan dan langsung melibatkan masyakat untuk memastikan pemulihan ekonomi jangka panjang yang mampu membangun ketahanan lokal dan menyediakan dukungan mata pencaharian dasar bagi keberlanjutan masa depan penduduk setempat. Hasil penelitian Ullah, and Jayant K, (2007), yang menganalisis situasi kemiskinan dan upaya pengentasan kemiskinan dari LSM di dua desa di distrik Barisal menemukan bahwa kondisi ekonomi masyarakat miskin di wilayah studi belum membaik banyak dilihat dari beberapa indikator yang dipilih, yaitu pendapatan, makanan dan pengeluaran non pangan, produktif dan non-asset produktif, ketahanan pangan, dan penciptaan lapangan kerja. The Foster Greer Thorbecke indeks menunjukkan bahwa mayoritas LSM penerima manfaat tetap di bawah garis kemiskinan dari segi pendapatan dan mayoritas dari mereka tetap di bawah garis setengah pengangguran (kurang dari 260 hari kerja dalam satu tahun). Analisis regresi menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga ditentukan oleh ukuran pemilikan tanah, tenaga kerja keluarga, jumlah pinjaman yang diambil dan kesempatan kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Basu (2007) telah mencoba membandingkan strategi pembangunan dan prestasi dari India dan China dalam 50 tahun terakhir dan untuk menganalisis tantangan tergeletak di depan jika tren ini terus berlanjut. Transformasi ekonomi yang pesat di India dan Cina dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah mereka menjadi dua dunia yang paling kuat dan eye-catching entitas ekonomi. Prospek mereka kemungkinan kerja sama dan persaingan yang sedang dibahas oleh para akademisi, wartawan, pakar dan politisi. Analis percaya kedua negara telah banyak memberikan kontribusi bagi ekonomi dunia saat mereka bergerak maju. Meskipun dua raksasa ekonomi memiliki potensi untuk mendominasi pemandangan ekonomi global di abad saat ini, ada beberapa tantangan dalam proses mengubah potensi menjadi kenyataan Basu (2007). Dua ekonomi yang paling padat penduduknya di dunia memiliki lebih banyak perbedaan daripada kemiripan dalam proses pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar kesamaan yang umum untuk orang-orang yang padat penduduknya dan negara berkembang pada umumnya. Tapi mereka sistem ekonomi yang berbeda di masa lalu dan ang seharusnya secara signifikan mempengaruhi prestasi ekonomi mereka di mas depan. Dengan sosio ekonomi yang berbeda set-up politik Cina dan India mengikuti pendekatan pembangunan yang berbeda sejauh ini. Tidak mungkin untuk mengomentari keunggulan satu sama lain, seperti latar belakang mereka berbeda. Hal ini tentu menguntungkan bagi kedua ekonomi untuk bekerja sama daripada bersaing di pasar internasional. Dalam hal ini Cina dan commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
India mungkin akan membuat ekonomi perdagangan dan potensi ekspor tetangga mereka di Asia yang dapat menemukan kedua negara menjadi pasar menguntungkan buka saingan (Baswir, 2007). Hasil penelitiannya berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi sejauh ini dengan direformasi dan perekonomian berbuka, Indonesia dapat belajr beberapa hal dari Cina. Cina telah mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan investasi berbasis kebijakan yang berorientasi ekspor yang mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Sejauh ini mengabaikan isu-isu sosial-politik, yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius di masa depan. Relatif lebih lambat pertumbuhan ekonomi di India didasarkan pada yayasan sosio-ekonomi yang lebih kuat. Kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan antara kedua ekonomi dan menigkatnya saling ketergantungan dengan kekuaran regional dan global akan memberikan masa depan yang lebih baik. Meningkatnya raksasa di Asia mungkin tantangan dunia yang ada dominasi oleh komunitas Atlantik di tahun-tahun mendatang. Meskipun Cina dan India dianggap sebagai produsen dan konsumen kebanyakan ekonomi, masing-masing keduanya mengembangkan daerah mereka kurang. Dengan pasar domestik yang besar dan kelimpahan tenaga kerja terampil bangsa-bangsa memiliki potensi untuk menimbulkan tantangan serius bagi perekonomian global. Tapi mereka tidak perlu kerjasama dan kompetisi di antara mereka sendiri, yang memungkinkan mereka untuk bersaing lebih efektif dengan negara adikuasa yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Setelah periode panjang ketidakpedulian, awal postif telah dimulai oleh dua ekonomi baru-baru ini untuk membuka bidang kerjasama ekonomi. Pengetahuan industri berbasis muncul sebagai fokus bisnis dunia untuk abad ini, dan India dan Cina dapat memiliki cakupan yang luar biasa saling mendukung satu sama lain dalam bidang tertentu ini. Pertumbuhan yang kuat di India kegiatan perangkat lunak dapat menyesuaikan hardware sangat baik dengan fasilitas produksi di Cina. Berdasarkan pengalaman pertumbuhan ekonomi sejauh ini dengan direformasi dan perekonomian terbuka , Indonesia dapat belajar beberapa hal dari Cina . Cina sejauh ini telah berhasil perekonomian sangat baik dan dimanfaatkan sumber daya dan keterampilan dengan cara terbaik. Ini telah mencapai hasil yang lebih baik berdasarkan didorong investasi-kebijakan yang berorientasi ekspor yang mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Tetapi telah mengabaikan isu-isu soisal politik dan yang dapat memiliki konsekwensi yang sangat serius dalam proses perkembangan ekonomi di masa depan. India memiliki kekuatan dalam bidang yang tertentu ini. Yang relatif lebih lambat laju pertumbuhan kuat didasarkan pada yayasan sosial ekonomi . pada istilah saling menguntungkan, pembangunan dapat diikatkan di kedua ekonomi dan mereka dapat menjadi benar powerhouses ekonomi dalam hal kapasitas manufaktur dan konsumsi Baso (2007). Shillabeer (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa selama beberapa tahun terakhir di Bangladesh penggunaan pencegahan dan commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penanggulangan strategi kemiskinan telah menurun. Paling banyak alasan untuk hal ini adalah kendala keuangan sebagai akibat penurunan pendapatan
masyarakat
pedesaan
meski
kehadiran
MDGs
besar
manfaatnya di negara itu. Dalam rangka mengatasi kelangkaan uang tunai banyak menggunakan pinjaman dari berbagai sumber, yang telah menjadi efektif
satu strategi penanggulangan kemisinan yang paling penting
digunakan.
E. Kerangka Berpikir Mengacu dari berbagai teori seperti yang talah dikemukakan di atas dan didukung hasil penelitian terdahulu maka dapat dimengerti bahwa berbagai
program
pembangunan
khususnya
Program
Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP yang didukung partisipasi masyarakat baik sumber pendanaan dan tenaga bagi keluarga yang mampu serta keluarga miskin yang menerima manfaat langsung, demikian juga baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan bahkan menjaga
kelestarian
dan
keberlangsungan
hasil-hasil
program
pembangunan yang semuanya bertumpu pada pemberdayaan masyarakat, sehinggga masyarakat merasa sebagai obyek dan subyek pembangunan, diyakini mampu menanggulangi dan mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, secara skematis model analisis yang akan dilakukan dalam mengkaji faktor yang mempengaruhi (independent variable) yaitu swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan dengan variable commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terpengaruh (dependent Variable) yaitu jumlah keluarga miskin dalam periode tertentu setelah adanya pelaksanaan program sebagai berikut :
Swadaya Masyarakat Jumlah Keluarga Miskin PNPM Mandiri Perdesaan Gambar 2. 2 Skema Kerangka Pemikiran
Dari skema di atas maka dapat diasumsikan bahwa Program Nasional Pemberdayan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM MP yang didukung Partisipasi Masyarakat baik berupa swadaya dana maupun tenaga bagi keluarga yang mampu sebagai independent variabel dan keluarga miskin yang menerima manfaat langsung sebagai dependent variabel diduga mempunyai pengaruh terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. F. Hipotesis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dan partisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan (Muflich, 2008 : 1). Swadaya
adalah
kemauan dan kemampuan masyarakat yang commit to user disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program.
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat kegiatan (Muflich, 2008 : 7). Hipotesis masih bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya melalui penenelitian dan penganalisisan data.
Dalam penulisan ini, dikemukakan hipotesis bahwa: 1. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dalam program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. 2. Diduga ada pengaruh negatif dana program PNPM MP secara parsial terhadap terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. 3. Diduga ada pengaruh negatif besarnya swadaya mayarakat dan dana program PNPM MP terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Suatu hal yang sangat penting dalam penelitian adalah menentukan waktu dan lokasi penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini berlangsung selama satu bulan yakni bulan Pebruari tahun 2011. Lokasi penelitian yang dipilih Kabupaten Sragen. Penelitian sebagai studi literatur yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Partisipasi Masyarakat yang diwujudkan dengan besarnya swadaya baik uang, material maupun tenaga kerja dan besarnya dana PNPM-MP yang diterima langsung oleh masyarakat terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen tahun 2003 – 2010. Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian menerangkan (explanatory research) dan penelitian deskriptif (deskriptif
research).
Penelitian yang bersifat menerangkan adalah penelitian yang menyangkut pengujian hipotesis. Penelitian semacam ini, dalam deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak pada analisis hubungan antara variabel (Hadari, 1998). Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti. Pokok-pokok pikiran yang ada didasarkan pada teori,. penggalian data, dan referensi dari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dilakukan penelitian.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari laporan, dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu. Data sekunder tersebut diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Sragen, BPS, dan sumbersumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini, yang meliputi Dana Swadaya Masyarakat, Dana PNPM Mandiri Perdesaan dan Laporan Penurunan Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen. Data yang digunakan adalah data tahun 2003 – 2010. Data diambil dari Pemerintah Kabupaten Sragen dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah studi literer dari dokumendokumen maupun laporan dari intansi maupun lembaga yang memiliki otoritas mengelolanya. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang telah dipublikasikan oleh berbagai institusi dalam bentuk data sekunder yang dapat mendukung penelitan ini. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif. C. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan, pengertian dan pengambilan variabel dalam penelitian. 1. Variabel Dependen Variabel dependen poverty (P) disini adalah jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. 2. Variabel Independen, dibedakan menjadi 2 ( dua ) variabel : commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a). Swadaya masyarakat (SWA) Variabel swadaya masyarakat diukur dengan jumlah swadya masyarakat baik dana, tenaga maupun material dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 diukur dalam jutaan rupiah. b) Dana bantuan PNPM MP (PNPM) Variabel dana bantuan PNPM MP diukur dengan jumlah dana bantuan PNPM MP yang diterima masyarakat di Kabupaten Sragen dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 diukur dalam jutaan rupiah. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM terhadap jumlah keluarga miskin adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati,2003).. Fungsi regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
P = βo + β1 SWA + β2 PNPM + e1 commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : P
= Jumlah Keluarga Miskin
SWA = Swadaya masyarakat PNPM = Dana bantuan PNPM MP β0
= Konstanta
β1, β2, = Koefisiensi regresi X1 dan X2 e1
= Variabel pengganggu, wakil semua pengaruh yang timbul dari variabel terikat akibat kesalahan peneliti.
1. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinaritas Variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain, suatu variabel bebas merupakan tugas linier dari variabel bebas lainnya. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan metode Auxillary Regresi, yaitu dengan melihat nilai R2 dan nilai r2. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh r2 R2, berarti terjadi multikolinieritas. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar tapi masih tetap tidak bias dan konsisten Salah satu cara untuk mendeteksi commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Langkahlangkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1) Dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai residualnya 2) Nilai residual dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel bebas sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : e1 = α1X1 + α2X2 Hasil regresi tahap dua dilakukan dengan uji t Jika signifikan maka terjadi masalah heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak signifikasi maka tidak terjadi masalah heteroskedentisitas dalam model tersebut. c. Autokolerasi Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan percobaan d(durbin-Watson test).dengan formula sebagai berikut : é1 - å e1e1-1 ù ú 2 ëê å e1 ûú
D= ê
Gambar 3. 5. toAutokorelasi commit user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan Ho : tidak ada serial autokorelasi antara dua ujungnya baik yang positif maupun negatif, sehingga jika : 0 < d < dL : menolak Ho 4-dL < d < 4 : menolak Ho, dU < d < 4 – dU : menerima Ho dL < d < dU atau 4 – dU < d < 4-dL: tidak meyakinkan. 2. Uji Statistik a. Uji F Yaitu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x1, dan x2) terhadap variabel terikat (P) secara bersama-sama. Menurut Gujarati (1995), dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1). F hitung : F=
R 2 / (k - 1)
(1 - R )2 / (n - k - 1)
Dimana : R2
: Koefisien determinan
k
: Jumlah variabel independent
N
: Jumlah data atau sampel
2). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikasi sebesar 0,05 dengan derajat kebebasan (df) pembilang (k-1) dan penyebut
(n-
k). Df = k – 1 ; n – k 3). Ho : β1, β2 = 0 (tidak ada pengaruh secara bersama-sama, antara variabel terikat dengan variabel bebas) Ha : β1, β2 ¹ 0 (ada pengaruh secara bersama-sama, antara variabel terikat dengan variabel bebas) commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4). Uji F ini dipergunakan untuk mempengaruhi apakah Ho diterima dan ditolak dengan ketentuan sebagai berikut : a). Apabila Fhit > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti signifikansi/variabel
independent
secara
keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependent b). Apabila Fhit < Ftabel, maka Ho, ditolak dan Ha diterima berarti tidak signifikan variabel independent secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ho diterima
Ho ditolak
F( a ; k – 1 : n – k) Gambar 3.4. Daerah terima dan daerah tolak uji F. b. Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengukur kebaikan dari model regresi maka diperlukan perhitungan determinasi (R2), yaitu angka untuk persentase total variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan variabel independent dalam model. c. Uji t Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, digunakan uji t test. Uji t test akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diambil. Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Ho : β1 = 0 : tidak pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara individual Ho : β1 ¹ 0 : ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara individual Yaitu pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x1, x2 dan x3) terhadap variabel terikat (P) secara parsial atau individu. Menurut Gujarati (1995) dengan langkah : 1). t hitung =
b SE (b )
Dimana : Β
= Nilai masing-masing koefisien regresi
SE (β)= Standar Error untuk masing-masing koefisien regresi 2). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05 dengan derajat kebebasan (n-k-1), karena pengujian dua sisi maka pada penentu t tabel menggunakan a
2
= 0,025.
Dimana : n = Jumlah pengamatan k = jumlah variabel 3). Ho : β1, β2, =
0 (secara parsial, variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat) commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ha :
¹ 0 (paling tidak salah satu variabel bebas
β1 , β2 ,
berpengaruh terhadap variabel terikat) 4). Uji t dipergunakan untuk mengetahui apakah Ho diterima atau ditolak dengan ketentuan sebagai berikut : a). Jika t
hit
>t
tabel,
atau t
hit
>-t
tabel,
maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Berarti signifikasi atau variabel independen yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependent. b). Jika t hit < t tabel atau t hit < -t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti signifikasi atau variabel independ yang diuji secara nyata tidak berpengaruh terhadap variabel dependent dengan = 0,05.
Ho ditolak -1( a2 ; n –k)
Ho diterima
Ho ditolak 1( a2 ; n – k)
Gambar 3.3. Daerah diterima dan ditolak Uji t
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Sragen 1. Kondisi Geografis a. Letak Geografis Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. yang letaknya antara 110o45’ dan 111o10’ BT serta
antara 7 15o dan 7 30 ’ LS. Dengan Peta Wilayah sebagai
berikut :
Gambar 4. 6. Peta Wilayah Kabupaten Sragen Sumber : PDE Kabupaten Sragen, 2010. commit to user 52
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan batas-batas wilayah Kabupaten Sragen adalah : Sebelah utara
:
Kabupaten Grobogan
Sebelah Selatan :
Kabupaten Karanganyar
Sebelah Barat
Kabupaten Boyolali
:
Sebelah Timur :
Kabuen Ngawi (Provinsi Jawa Timur)
b. Sumber Daya Alam 1). Iklim dam Suhu Udara Kabupaten Sragenyang terletak diketinggian 109 M diatas permukaan air laut dengan standart deviasi 50 M. memiliki dua musim yaitu musin kemarau dan musim hujan. dengan beriklim tropis dan bertemperatur sedang. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Semarang. suhu rata-rata Kabupaten Sragen tahun 2009 berkisar antara 18oC sampai dengan 28oC. Jumlah curah hujan rata-rata 2.783 mm pertahun dengan jumlah rata-rata hari hujan 108 hari dalam satu tahun. 2). Keadaan Alam Kabupaten Sragen memiliki relief yang beraneka ragam sebagian daerah pegunungan dan dataran ngarai yang cukup subur serta terbelah aliran sungai Bengawan Solo. Selatan sungai Bengawan Solo sebanyak 9 kecamatan merupakan daerah yang subur cocok untuk pertanian sedangkan 11 kecamatan diutara commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bengawan Solo sebagian merupakan pegunungan kapur sebagai lahan kering, dengan penggunaan lahan sebagai berikut : a) Sawah seluas 41.127,45 ha atau sebesar 42,84% b) Pekarangan-bangunan seluas 23.126,69 ha atau sebesar 24,53% c) Tegal/kebun/huma seluas 18.729,83 ha atau sebesar 20,06% d) Lainnya seluas .12.171,41 atau sebesar 12,57 % Ditinjau dari sisi topografinya Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beragam meliputi dataran rendah dan daerah penggunungan . Diukur dari permukaan laut. Kabupaten Sragen dapat dibedakan atas empat golongan ketinggian. yaitu : a) 84– 110 meter meliputi wilayah seluas 50,48 persen. b) 111 – 137 meter meliputi wilayah seluas 39,24 persen. c) 138 – 164 meter meliputi wilayah seluas 5,14 persen. d) 165 - 193 meter meliputi wilayah seluas 5,14 persen. Luas lahan yang terdapat di Kabupaten Sragen 64 persen dapat
dibudidayakan
secara
tidak
terbatas
sesuai
dengan
kesuburannya. sedangkan 21,1 persen luas lahan hanya dapat dibudidayakan dengan perlakuan khusus. c. Luas Wilayah Kabuapaten Sragen memiliki luas 941.55 KM2yang meliputi 20 kecamatan, terdiri dari 208 desa/kalurahan, 2.519 Dukuh dan 5.328 RT Kecamatan dengan jumlah desa/kalurahan terbanyak adalah Kecamatan Tanon dan Kecamatan Plupuh yang terdiri dari 16 desa. Sedangkan commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang paling sedikit adalah Kecamatan Gesi, Tangen, Jenar yang masing-masing dengan jumlah 7 desa. 2. Kondisi Demografi Penduduk memiliki fungsi ganda di dalam perekonomian. Dalam konteks pasar, penduduk berada di sisi permintaan sekaligus di sisi penawaran. Pada sisi permintaan penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang-barang dan jasa. Sedangkan di sisi penawaran penduduk adalah produsen, misalnya sebagai pengusaha. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap keberadaan penduduk terpecah menjadi dua yaitu penduduk pemacu pembangunan dan penghambat pembangunan di suatu negara. Namun demikian. apakah penduduk merupakan pemacu atau penghambat pembangunan, persoalannya bukan semata-mata terletak pada besar/kecil jumlahnya, akan tetapi tergantung pada kualitas dan kapasitas penduduk tersebut, baik selaku konsumen ataupun produsen (Dumairy. 1997 : 68). Kuantitas penduduk yang besar apabila kualitasnya rendah hanya akan mejadi konsumen dan beban bagi pemerintah, oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan agar penduduk bisa menjadi penggerak dan pelaku ekonomi artinya disamping sebagai konsumen sekaligus sebagai produsen. Sebagai gambaran tentang persebaran, kuantitaas dan kualitas penduduk di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 1. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kabupaten Sragen No
Kecamatan
1 2 1 Kalijambe 2 Plupuh 3 Masaran 4 Kedawung 5 Sambirejo . 6 Gondang 7 Sb. Macan 8 Ngrampal 9 Kr.Malang 10 Sragen 11 Sidoharjo 12 Tanon 13 Gemolong 14 Miri 15 Sb.Lawang 16 Mondokan 17 Sukodono 18 Gesi 19 Tangen 20 Jenar Jumlah
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3 4 23.560 23.080 22.808 23.488 32.829 23.961 29.512 30.305 18.509 18.626 21.593 22.060 21.640 22.433 18.126 18.233 28.925 29.406 32.121 33.695 25.218 25.951 27.118 27.731 23.456 23.942 16.080 16.623 22.418 23.191 16.976 17.365 15.492 16.048 10.809 11.039 13.469 13.682 13.328 13.556 433.987 443.415
Jumlah 5 46.640 46.296 65.790 59.817 37.135 43.653 44.073 36.359 58.331 65.816 51.169 54.849 47.398 32.703 45.609 34.341 31.540 21.848 27.151 26.884 877.402
Sex Ratio 6 1.021 971 996 974 994 979 965 994 984 953 972 978 980 967 967 978 965 979 984 983 979
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2010
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Sragen memiliki penduduk dalam jumlah yang besar.Jumlah penduduk Kabupaten Sragen berdasarkan Kabupaten Sragen Dalam Angka 2010 adalah sebesar 877.402 jiwa. terdiri jumlah laki-laki 433.987 perempuan 443.415 dengan sex ratio sebesar 979. Dalam perspektif jenis kelamin proporsi penduduk perempuan lebih besar dibandingkan dengan penduduk laki-laki. dimana di tahun 2009 persentase jumlah penduduk commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perempuan adalah sebesar 50,37 persen sedangkan persentase jumlah penduduk laki-laki adalah 49,63 persen. Selain memiliki masalah tentang besarnya jumlah penduduk. Kabupaten Sragen juga menghadapi masalah kualitas penduduk. hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2. Perkembangan Demografi tahun 2003-2010 No
Keterangan
Perkembangan Penduduk 2003 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1 Jumlah (ribuan jiwa)
853,7 855,.2
858,9
863,9
867,5
871,9
877,4
2 Laki-laki (ribuan jiwa)
422,2 422,9 424,7
426,9
428,8
431,0
433,9
3 Perempuan (ribu jiwa)
431,4 432,2 433,8
436,9
438,6
440,9
443,4
4 Pertumbuhan Penduduk
0,25
0,18
0,35
0,66
0,42.
0,50
0,62
5 Kepadatan Penduduk
904
908
912
918
921
926
932
6 Sex Ratio
979
979
978
977
978
978
979
7 Junlah Kelahiran
-
6253 8190
7146
6892
9265
10254
8 Jumlah Kematian
-
3984 4316
4281
4280
4281
4925
9 Kedatangan
-
2317 5.545
5397
5372
7124
8001
10 Kepindahan
-
3053 5761
4950
4962
7189
7879
11 C B R
-
7,33
8,04
8,34
9,26
10,65
11,72
12 C D R
-
4,67
4,67
4,99
4,95
5,54
5,63
15 I M R
-
13,00 16,00
14,36
26,00
14,36
13,26
16 Dependency Ratio
-
51,54 51,45
51,48
51,48
51,48
51,49
Sumber : Kabupaten Sragen dalam Angka Tahun 2010 Kabupaten Sragen merupakan salah satu Kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dimana kepadatan penduduk tiap tahunnya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun 2003 kepadatan penduduk tercatat 904 jiwa per km2. tahun 2010 kepadatanya meningkat menjadi 932 jiwa per km2.. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sragen pada tahun 2003 adalah 0,25 persen dimana pada tahun 2003 penduduk Kabupaten Sragen berjumlah 853.714 jiwa, tahun 2010 pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 0,62 persen dimana jumlah penduduk Kabupaten Sragen berjumlah 877.402 jiwa. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yaitu pada tahun 2003 jumlah kelahiran sebanyak 6.253 kelahiran dengan Cruth Birt Rate (CBR) sebesar 7,33 dan jumlah kematian 3.984 dengan Crude Dead Rate sebesar 4,67. Pada tahun 2010 jumlah kelahiran dan kematian meningkat dengan jumlah kelahiran sebanyak 10.254 kelahiran dengan CBR sebesar 11,72 dan jumlah kematian sebanyak 4.925 kematian dengan CDR sebesar 5,63. Dampak demografi lainya juga mengalami peningkatan yaitu Gross Fertility Rate (GFR) sebesar
27,00 pada tahun 2004 naik
menjad 43,00 pada tahun 2010. Demikian juga Imfant Mortality Rate (IMR) pada tahun
2004 sebesar 13,00 per 100.000 kelahiran naik
menjadi 13,26 per 100.000 kelahiran bayi pada tahun 2010. Dan lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 4.2. Selanjutnya jumlah keluarga juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sedangkan jumlah keluarga miskin dari tahun 2003 sampai dengan 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebagai gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada table sebagai berikut : commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Sragen
No
Kecamatan
1
2
Perkembangan Jumlah Keluarga 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Kalijambe
12.870
13.028
13.247
13.479
13.769
14.070
14.322
14.554
2
Plupuh
13.846
14.134
14.341
14.490
14.399
14.633
15.153
15.505
3
Masaran
17.620
18.072
18.377
18.830
19.276
19.649
19.888
20.086
4
Kedawung
15.808
16.160
16.474
16.829
17.119
16.809
16.989
17.141
5
Sambirejo
10.595
10.735
10.902
10.796
10.823
10.849
10.936
10.998
6
Gondang
12.361
12.603
12.838
12.945
13.056
12.997
13.086
13.079
7
Sb. Macan
12.765
12.985
13.207
13.370
13.491
13.548
13.605
13.656
8
Ngrampal
10.905
11.067
11.260
11.499
11.566
11.699
11.836
12.001
9
Kr.Malang
16.213
16.506
16.879
17.099
17.286
17.477
17.667
18.010
10
Sragen
17.711
17.972
18.034
18.248
18.232
18.526
18.747
18.992
11
Sidoharjo
16.357
16.558
16.625
16.622
16.847
16.872
17.246
17.232
12
Tanon
15.920
16.245
16.514
16.862
17.109
17.165
17.286
17.385
13
Gemolong
12.402
12.545
12.611
12.999
13.213
13.151
13.501
13.816
14
Miri
9.371
9.459
9.492
9.674
9.555
9.726
9.908
10.098
15
Sb.Lawang
12.917
13.171
13.460
13.662
13.747
13.801
13.946
14.060
16
Mondokan
9.478
9.789
9.893
9.938
9.976
10.011
10.168
10.215
17
Sukodono
9.261
9.432
9.560
9.727
9.765
9.683
9.758
9.795
18
Gesi
6.369
6.428
6.486
6.478
6.507
6.863
6.978
7.250
19
Tangen
7.432
7.644
7.864
8.006
8.258
8.208
8.341
8.395
20
Jenar
7.809
7.911
7.999
8.011
8.106
8.299
8.591
8.738
Kabupaten
248.010 252.444 256.063
259.564 262.100 264.036 267.952 271.006
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010 Dari table 4.3 di atas dapat dilihat bahwa persebaran jumlah keluarga di tahun 2010 dimasing masing kecamatan tidak merata dari tahun ke tahun, jumlah keluarga tertinggi di Kecamatan Masaran 20.086 atau sebesar 7,4 % dari total kepala keluarga sebanyak 271.006 kepala commit to user keluarga. sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Gesi sebayak 7.250
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepala keluarga atau sebesar 2,68% dari total kepala keluarga di Kabupaten Sragen sejumlah 271.006. 3. Kemajuan Pembangunan di Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen merupakan sebuah kabupaten yang memiliki berbagai potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah adalah sebuah anugerah bagi masyarakat ini. Salah satu tolak ukur jika kita ingin mengetahui kemajuan Kabupaten Sragen dapat terlihat dalam konteks pembangunan yang
telah
dilaksanakan
beserta
hasil-hasilnya
bagi
masyarakat.
Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan merupakan tolak ukur yang digunakan negara-negara di dunia maupun suatu daerah disebuah negara mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Berbagai keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sragen yang telah dicapai dan berdampak
pada peningkatan
kesejahteraan
serta penanggulangan
kemiskinan atau pengentasan kemiskinan adalah : a. Ranking I Daerah Pro Investasi di Jawa Tengah tahun 2005. b. Peningkatan Potensi Fiskal (dari urutan 8 terbawah menjadi di atas rata rata nasional) → Tahun 2003 naik 250 %. c. PAD meningkat dari 7,3 miliar menjadi 88,3 miliar selama 7 tahun . d. PDRB meningkat th. 2002– 2006 sebesar 57,48 % e. Pertumbuhan ekonomi meningkat (2004 : 4,53 % , 2009 : 6,01 %). f. Juara I Pengelolaan PNPM MP tingkat nasional tahun 2009. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Disamping keberhasilan makro seperti diatas, maka diharpakan benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mampu menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Tabel 4.4. Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin No
Kecamatan
1
2
Perkembangan Keluarga Miskin 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Kalijambe
4.150
3.878
3.756
3.684
3.679
3.400
2.388
2.150
2
Plupuh
4.435
4.096
3.967
3.912
3.892
3.585
2.518
2.266
3
Masaran
2.603
2.394
2.319
2.275
2.261
2.118
1.487
1.339
4
Kedawung
2.405
2.151
2.083
2.044
2.032
1.924
1.351
1.217
5
Sambirejo
2.428
2.163
2.095
2.048
2.038
1.915
1.345
1.210
6
Gondang
2.599
2.493
2.415
2.369
2.360
2.225
1.563
1.407
7
Sb. Macan
2.324
2.132
2.065
2.026
2.002
1.887
1.325
1.193
8
Ngrampal
2.402
2.255
2.184
2.144
2.130
1.972
1.385
1.248
9
Kr.Malang
2.402
2.158
2.090
2.051
2.041
1.927
1.353
1.220
10 Sragen
2.330
2.137
2.070
2.031
2.026
1.882
1.322
1.189
11 Sidoharjo
2.859
2.628
2.545
2.518
2.489
2.322
1.631
1.467
12 Tanon
4.499
4.041
3.914
3.840
3.833
3.480
2.444
2.200
13 Gemolong
3.700
3.311
3.207
3.146
3.129
2.884
2.025
1.824
14 Miri
3.399
3.111
3.013
2.956
2.930
2.697
1.894
1.707
15 Sb.Lawang
4.554
4.107
3.978
3.902
3.886
3.563
2.502
2.253
16 Mondokan
3.631
3.347
3.242
3.180
3.171
2.907
2.042
1.839
17 Sukodono
3.785
3.583
3.470
3.369
3.309
3.205
2.251
2.028
18 Gesi
1.481
1.407
1.364
1.344
1.335
1.287
904
814
19 Tangen
1.923
1.729
1.675
1.637
1.630
1.546
1.086
978
20 Jenar
2.707
2.629
2.546
2.497
2.493
2.385
1.675
1.509
Kabupaten
60.616
55.750 53.998
52.973 52.666 49.111 34.491
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010 commit to user
31.058
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa setelah adanya berbagai program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sragen, jumlah keluarga miskin mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 60.616 keluaga miskin atau sebesar 24,44 % dai total keluarga di Kabupaten Sragen pada tahun 2003 menjadi 31. 058 keluarga miskin atau sebesar 11,46 %. Jadi selama 8 tahun mulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan sejumlah 29.558
kepala
keluarga atau sebesar 12,98 % dari total keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Melalui berbagai gambaran kemajuan yang dialami Kabupaten Sragen inilah menjadi alasan kami untuk mengungkap lebih jauh hal-hal apakah yang yang seharusnya dimiliki suatu daerah untuk memperoleh kemajuan dengan adanya kemandirian lokal yang tertuang dalam otonomi daerah. Untuk melihat gambaran mengenai kemajuan akibat adanya kemandrian lokal ini. Kabupaten Sragen merupakan alasan tepat mengenai kesuksesan adanya inisiatif kemandirian lokal dalam penerapannya. Daerah ini dengan segala potensi yang dimilikinya. telah berhasil meningkatkan kondisi kesejahteraan yang terlihat pada beberapa prestasi yang dapat kami paparkan sebagai bentuk apresiasi kami sehingga memunculkan niat kami untuk menuangkannya dalam tulisan ini sebagai bentuk keikutsertaan kami memberikan sedikit langkah solusi bagi kemajuan bersama . commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen a. Wilayah Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan Program Lanjutan yang berasal dari Pemerintah Pusat yang dulunya bernama Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pedesaan terkait dengan penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Untuk Kabupaten Sragen sudah memasuki tahun ke 8 (delapan) sejak tahun 2003. Yang dari tahun ke tahun selalu bertambah baik dananya maupun lokasinya. dengan berprinip: berpihak pada orang miskin, transparansi, partisipasi, dan kompetisi sehat, desentralisasi, akuntabilitas, serta keberlanjutan. Dari berbagai keberhasilan pelaksnaan Program Nasioanl Pemberdayaan
Masyarakat
Mandiri
Perdesaan
(PNPM-MP)
di
Kabupaten Sragen, baik untuk mendukung program pembangunan infrastruktur atau sarana prasaran maupun non fisik di bidang pendidikan, kesehatan maupun penambahan modal kegiatan ekonomi produkti bagi kelompok perempun, maka mulai sejak tahun 2003 di Kabupaten Sragen mendapat alokasi program PNPM yang dulunya merupakan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di 6 kecamatan yang tergolong
miskin. yang kemudian tersebar di 18 Kecamatan commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimana kondisi
jumlah keluarga miskin yang tersebar di setiap
kecamatan lokasi PNPM Mandiri Perdesaan sebagai berikut : Tabel 4.5. Sasaran Program PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2003-2010 No Kecamatan
Jml Desa
Jml KK
KK Miskin % K Miskin
1
Kalijambe
14 desa
14322
4601
32.13%
2
Tanon
16 desa
17286
4392
25.41%
3
Sb.lawang
11 desa
13946
4475
32.09%
4
Mondokan
9 desa
10168
2791
27.45%
5
Tangen
7 desa
8341
1715
20.56%
6
Jenar
7 desa
8591
2618
30.47%
7
Plupuh
16 desa
15153
3867
25.52%
8
Gemolong
14 ds/kelh
13601
3791
27.87%
9
Miri
10 desa
9908
4211
42.50%
10
Sukodono
9 desa
9758
3206
32.86%
11
Gesi
7 desa
6978
1623
23.26%
12
Sambirejo
9 desa
10936
2350
21.49%
13
Gondang
9 desa
13086
3004
22.96%
14
Sb.macan
9 desa
13605
1325
9.74%
15
Kr. Malang
10 desa
17667
1353
7.66%
16
Kedawung
10 desa
16989
1351
7.95%
17
Sidoharjo
12 desa
17246
1631
9.46%
18
Masaran Jumlah
13 desa
19888
1487
7.48%
198 ds/kelh
237469
49791
20.97%
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) untuk PNPM Mulai awal program tahun 2003 s/d tahun 2010 ini di 18 Kecamatan sebagai berikut : ( dalam jutaan rupiah ) Tabel 4.6. Jumlah Komulatif Penerimaan Bantuan Dana PNPM Mandiri Perdesaan No
Tahun 2003 - 2010
ke 1
ke 2
ke 3
ke 4
ke 5
ke 6
ke 7
ke 8
2003
2004 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Kecamatan
Total
1
Kalijambe
2
Tanon
3
Sb.lawang
750
750
750
750 1,250 1,500 2,000 2,000
9,750
4
Mondokan
750
750
750
750 1,250 1,000 2,000 1,500
8,750
5
Tangen
750
750
750
750 1,000 1,000
900 1,000
6,900
6
Jenar
750
750
750
750 1,000 1,000 2,000 1,500
8,500
7
Plupuh
-
-
-
-
-
6,000
8
Gemolong
-
-
-
-
-
-
2,000 2,000
4,000
9
Miri
-
-
-
-
-
-
2,000 1,500
3,500
10 Sukodono
-
-
-
-
-
-
900 1,500
2,400
11 G e s i
-
-
-
-
-
-
900 1,000
1,900
12 Sambirejo
-
-
-
-
-
-
900 1,500
2,400
13 Gondang
-
-
-
-
-
-
2,000 2,000
4,000
14 Sb. Macan
-
-
-
-
-
-
-
2,000
2,000
15 Kr. Malang
-
-
-
-
-
-
-
1,250
1,250
16 Kedawung
-
-
-
-
-
-
-
1,250
1,250
17 Sidoharjo
-
-
-
-
-
-
-
1,250
1,250
18 Masaran
-
-
-
-
-
-
-
2,500
2,500
4,750
4,750
4,750
7,000
9,250
29,250
86,100
JUMLAH
750 1,250 1,500 2,000 2,000
9,750
1,000 1,000 1,000 1,000 1,250 1,250 2,000 1,500
10,000
750
750
750
4,750
2,000 2,000 2,000
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010 commit to user
21,600
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dana PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM-MP ) awalnya berbetuk blockgrand ( 100 % APBN ) namun sejak tahun 2006 berbentuk cost sharing dimana Dana Daerah untuk Urusan Bersama ( DDUB ) sebesar 20 % dari dana BLM . secara rinci pertahunnya sbb : Tabel 4.7. Cost Sharing Dana APBN dan APBD Kabupaten Sragen No Tahun Nama Program Lokasi
APBN
APBD II
Total
1
2003
PPK
6 Kec
4,750,000,000
-
4,750,000,000
2
2004
PPK
6 Kec
4,750,000,000
-
4,750,000,000
3
2005
PPK
6 Kec
4,750,000,000
-
4,750,000,000
4
2006
PPK
6 Kec
3,800,000,000
950,000,000
4,750,000,000
5
2007
PNPM - PPK
6 Kec
5,600,000,000
1,400,000,000
7,000,000,000
6
2008
PNPM - MP
7 Kec
7,400,000,000
1,850,000,000
9,250,000,000
7
2009
PNPM - MP
13 Kec
17,460,000,000
4,140,000,000
21,600,000,000
8
2010
PNPM - MP
18 Kec
23,400,000,000
5,850,000,000
29,250,000,000
71,910,000,000
14,190,000,000
86,100,000,000
17,320,000,000
4,330,000,000
21,650,000,000
89,230,000,000
18,520,000,000
107,750,000,000
JUMLAH 9
2011
PNPM - MP
Jumlah
18 Kec
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
Perkembangan dana swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaanan di Kabupaten Sragen cenderung mengalami fluktuasi tiap tahunnya namun secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Sragen. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Tabulasi Jumlah Dana Swadaya Masyarakat dan Dana PNPMMP Perkembangan Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Sragen Tahun 2003-2010
No
Tahun
Swadaya Masyarakat (Rp)
PNPM MP (Rp)
Prosentase Jumlah Kemiskinan Keluarga (/%) Miskin
1
2003
69.911.182.250
4.750.000.000
60.616
24,44
2
2004
77.092.957.025
4.750.000.000
55.750
22,08
3
2005
81.435.955.440
4.750.000.000
53.998
21,09
4
2006
83.132.537.845
4.750.000.000
52.973
20,41
5
2007
86.001.305.000
7.000.000.000
52.666
20,09
6
2008
88.581.344.150
9.250.000.000
49.111
18,60
7
2009
100.008.337.553 21.600.000.000
34.491
12,87
8
2010
103.640.172.656 29.250.000.000
31.058
11,46
Sumber : Badan KB PMD Kabupaten Sragen, 2010
B. Analisis Data 1. Persamaan Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian Perhitungan analisis regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan komputer Eviews 3.0. Adapun hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut :
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9. Hasil Estimasi Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen Nama Variabel Konstan
C
Koefisien Regresi 98192,74
Standar Error 7622,752
12,88153
0,0001
SWA
-0,506347
0,101706 -4,978558
0,0042
0,121204 -4,369690
0,0072
Notasi
Swadaya masyarakat PNPM MP
PNPM
-0,529626
t Hitug
Prob.
R-squared
0,989253
Mean dependent var 48832,88
Adjusted R-squared
0,984954
S.D. dependent var
S.E. of regression
1283,915
Akaike info criterion 17,43321
Sum squared resid
8242184.
Schwarz criterion
17,46300
F-statistic
230,1184
Prob(F-statistic)
0,000012
Log likelihood Durbin-Watson stat
-66,73285 2,380319
10467,05
Sumber : olah data Eviews 3.0 Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel swadaya masyarakat dan dana bantuan PNPM-MP terhadap jumlah keluarga miskin adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.Fungsi regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : P = βo + β1 SWA + β2 PNPM + e1 Berdasarkan tabel 4.9 tersebut. hasil estimasi dengan menggunakan regresi Linier Berganda dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut: P = 98192,74 - 0,506347 SWA - 0,529626 PNPM
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian Asumsi Klasik Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang representatif., apabila model regresi memenuhi asumsi dasar klasik regresi. yaitu uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas dan
uji
autokorelasi. Masing-masing akan dipaparkan sebagai berikut : a. Uji Multikolinieritas b.
Multikolinieritas dimaksudkan untuk melihat apakah ada
hubungan diantara variabel yang menjelaskan. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan metode Auxillary Regresi. yaitu dengan melihat nilai R2 dan nilai r2. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh R2> r2 berarti tidak ada multikolinieritas.
sedangkan
jika
R2 <
r2
berarti
terjadi
multikolinieritas. Selain itu juga menggunakan uji Klien. Berdasarkan uji Klien maka untuk mendeteksi multikolinieritas pada beberapa variabel bebas. maka dilakukan auxillary regresi selama beberapa kali tergantung banyaknya variabel bebas tersebut. Untuk lebih jelasnya apakah terjadi multikolinieritas atau tidak pada masing-masing variabel baik variabel swadaya masyarakat dengan variabel PNPM Mandiri Perdesaan atau sebaliknya antara variabel PNPM Mandiri Perdesaan dengan variabel swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.10 Hasil Uji Mutikolinieritas Swadaya terhadap PNPM-MP Nama Variabel Konstan
Notasi C
Swadaya SWA masyarakat
Koefisien Regresi
Standar Error
t Hitug
Prob.
-54720,28
12656,07
-4,323640
0,0050
0,759441
0,145705
5,212198
0,0020
R-squared
0,819097
Mean dependent var
10762,50
Adjusted R-squared
0,788947
S.D. dependent var
9413,393
S.E. of regression
4324,562
Akaike info criterion
19,79433
Sum squared resid
1,12E+08
Schwarz criterion
19,81419
Log likelihood
-77,17731
F-statistic
27,16700
Prob(F-statistic)
0,001991
Durbin-Watson stat
0,710996
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0 Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas PNPM-MP terhadap Swadaya Nama Variabel
Notasi
Konstan PNPM MP
Koefisien
Standar
Regresi
Error
t Hitug
Prob.
C
74617,07
2877,476
25,93143
0,0000
PNPM
1,078553
0,206929
5,212198
0,0020
R-squared
0,819097
Mean dependent var
86225,00
Adjusted R-squared
0,788947
S.D. dependent var
11218,12
S.E. of regression
5153,662
Akaike info criterion
20,14512
Sum squared resid
1,59E+08
Schwarz criterion
20,16498
Log likelihood
-78,58048
F-statistic
27,16700
Prob(F-statistic)
0,001991
Durbin-Watson stat
0,617752
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0
Dengan melihat tabel 4.10 dari Hasil Uji Mutikolinieritas variabel Swadaya terhadap variabel PNPM-Mandiri Perdesaan dan tabel 4.11 hasil Uji Multikolinieritas variable PNPM-Mandiri Perdesaan terhadap swadaya dapat disimpulkan bahwa, commit tomasyarakat user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh R2> r2 berarti tidak ada multikolinieritas, sedangkan jika R2< r2 berarti terjadi multikolinieritas. Tabel 4.12. Kesimpulan Hasil Uji Multikolinieritas Keterkaitan antar Variabel Independen SWA dengan PNPM
R2
Tanda
r2
0,989253
>
0,819097
0,989253
>
0,819097
MP PNPM MP dengan SWA
Keterangan Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber: Hasil olah data Eviews 3.0 Dari tabel 4.12 di atas dapat ditunjukkan bahwa untuk semua korelasi antar variabel independent memiliki r2 yang lebih kecil daripada R2. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa semua variabel independent
memberikan
pengaruh
bebas
dari
masalah
multikolineritas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastistitas terjadi bila variabel gangguan mempunyai varians yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar ( Modul Laboratorium Ekonomi Pembangunan II ). Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1). Dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai residualnya 2). Nilai residual dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel bebas sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln e2 =αo + α1 Ln SWA+ α2 Ln PNPM Dimana : α = Konstanta e2 = Residual SWA = Swadaya Masyarakat PNPM = PNPM Mandiri Perdesaan Meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel independen dengan hasil sebagai berikut; Tabel 4.13. Uji Heteroskedastisitas Nama Variabel Konstan Swadaya masyarakat PNPM MP
Notasi
Koefisien Standar Regresi Error
t Hitug
Prob.
C
-8213,387
26552,97 -0,309321
0,7696
SWA
0,126264
0,354279 0,356395
0,7361
PNPM -0,262824
0,422202 -0,622507
0,5609
R-squared
0,111012 Mean dependent var
-154,9536
Adjusted R-squared
-0,244583 S.D. dependent var
4008,904
S.E. of regression
4472,368 Akaike info criterion
19,92922
Sum squared resid
1,00E+08 Schwarz criterion
19,95901
Log likelihood
-76,71688 F-statistic
0,312187
Durbin-Watson stat
2,698867 Prob(F-statistic)
0,745143
Sumber : olah data Eviews 3.0 Hasil regresi tahap dua dilakukan uji t (dengan melihat probabilitasnya), commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Swadaya masyarakat tidak signifikan pada tingkat α = 5 % PNPM Mandiri Perdesaan tidak signifikan pada tingkat α = 5 % Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada tingkat keyakinan 5 % semua koefisien regresi tidak signifikan yang berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas di dalam model tersebut. Dengan tidak adanya masalah heteroskedastisitas dapat disimpulkan bahwa : 1. Penaksir OLS tidak bias dan konsisten serta efisien baik dalam sampel besar maupun kecil 2. Varians minimum. c. Uji Autokorelasi Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson yang diperoleh dari hasil regresi dengan batas bawah uji d (df). dan batas atas uji d (dU) dalam total statistik Durbin-Watson dan dengan (4-dL) dan (4-dU) (Damodar Gujarati. 1991 : 372). Sedangkan kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0
Ragu-ragu
Ragu-ragu Autokorelasi positif
Autokorelasi negatif
Tidak ada korelasi
1,17
1,54
2,380319
2,46
2,83
4
Gambar 4.8 Grafik Uji Autokorelasi Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai dL = 1,17. dU = 1,54. 4-dL = 2,83. 4-dU = 2,46 sedangkan DW = 2.380319 sehingga dU < d < (4-dU) maka menerima Ho berarti tidak ada autokorelasi. Demikian juga, uji autokorelasi dengan menggunakan B-G Tes, nilai probabiltas Obs*R-squared juga tidak signifkan, karena lebih dari 5 %, berarti tidak terjadi autokorelasi. (Lihat lampiran 5). 3. Uji Statistik a. Uji F Dari hasil pengolahan data pada table 4.6 diperoleh Fhitung = 230.1184
sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% adalah sebesar
5,32. Dikarenakan Fhitung> Ftabel (230,1184>5,32). maka Ho ditolak artinya
variabel-variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jadi Swadaya masyarakat to user dan PNPM Mandiri commit Perdesaan secara bersama-sama berpengaruh
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikan terhadap Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen, artinya setiap ada kenaikan jumlah nilai tertentu dari swadaya masyarakat dana PNPM Mandiri Perdesaan akan mengurangi jumlah tertentu pula pada jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen. Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut : 1) Ho : b1 = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b1 ¹ 0 (ada pengaruh) 2) α = 0.05 df pembilang : 1 df penyebut : 8 3) Perhitungan uji F nilai F tabel :5,32. nilai F hitung : 230,1184 Daerah pengujian
Ho ditolak Ho diterima
230,1184
5,32
Gambar 4.7. Daerah terima dan daerah tolak uji F Melihat dari gambar 4.7 di atas bahwa tingkat signifikansi dari nilai F statistic juga dapat dilihat dari probabilitas F statistiknya. Besarnya F Proob ( F statistik ) dalam model persamaan ini adalah 0,000012.
maka dapat dikatakan bahwa secara statistik semua commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
koefisien regresi tersebut signifikan bahwa sampai pada tingkat signifikansi 5 %. Ini berarti bahwa variabel swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama mempengaruhi variabel jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. b. Koefisien Determinasi (R2) Kemudian untuk mengetahui persentase total variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. maka digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R2 mendekati 1 ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0. maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Dari pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 0,989253; sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 98,93 % variasi dari variabel dependen dalam hal ini penurunan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdiri swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan, sedangkan 1,07 % sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji t ( Uji secara individu ) Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi dari variabel independen secara individu yang bertujuan untuk melihat apakah variabel
independen
tersebut
signifikan
atau
mempengaruhi variabel dependen. Jika besarnya t
tidak hitung
dalam
lebih besar
dari pada t tabel ( t hitung >t tabel ) atau -t hitung lebih kecil dari pada t tabel ( t
hitung
tabel
). maka variabel bebas tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen secara individu. 1). Variabel Swadaya Koefisien regresi variabel Swadaya sebesar -0,506347 dengan nilai t
a
2
hitung
-4,978558. Nilai t
= 0.025 ; df = 8)
hitung
lebih besar dari nilai t
tabel ((α
= 2.31, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
regresi variabel swadaya secara parsial memberikan pengaruh signifikan
di Kabupaten Sragen
terhadap Jumlah Keluarga
Miskin di Kabupaten Sragen. 2). Variabel PNPM MP Koefisien regresi variabel PNPM MP sebesar -0,529626 dengan nilai t tabel (( α
a
2
hitung -4,369690.
= 0.025 ; df = 8)
Nilai t
hitung
lebih besar dari nilai t
= 2.31, maka dapat disimpulkan bahwa
maka dari kedua hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi variabel PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah commit to user keluarga miskin di Kabupaten Sragen.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Uji Hipotesis (Teori) a. Koefisien variabel swadaya masyarakat bernilai negatif sebesar 0,506347
artinya jika nilai swadaya masyarakat meningkat secara
parsial dan setelah diadakan uji statistik hasil penelitian lapangan maka
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
mengurangi
atau
menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Dari uji statistik hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 terbukti. b. Koefisien variabel PNPM Mandiri Perdesaan bernilai negatif sebesar -0,529626 artinya jika Dana PNPM Mandiri Perdesaan meningkat, maka
akan
berpengaruh
secara
signifikan
mengurangi
atau
menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen, sehingga dari uji statistik hasil penelitian sesuai dengan hipotesis 2. c. Dari hasil pengolahan data diperoleh Fhitung= 230,2729 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% adalah sebesar 5,32. Dikarenakan Fhitung> Ftabel (230,2729 >5,32), maka Ho ditolak artinya variabel swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama berpengaruh mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen, artinya apabila swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan meningkat pada jumlah nilai tertentu maka akan mengurangi atau menurunkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen, sehingga dari uji statistik hasil penelitian sesuai dengan hipotesis 3. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Analisis Hasil Regresi Dari hasil estimasi dengan menggunakan Regresi Linier Berganda diperoleh data sebagai berikut: P = 98192,74 – 0,506347 SWA - 0,529626 PNPM Maka hasil model persamaan regresi di atas dapat di analisis sebagai berikut : a. Pengaruh Swadaya terhadap Penurunan Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Sragen Dari hasil olah data diperoleh koefisien regresi variabel swadaya sebesar -0,506347 bertanda negatif yang berarti bahwa apabila terjadi kenaikan pada variable swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen sebesar Rp. 1.000.000.000,- akan mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen sebanyak 506 keluarga miskin dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi pada variabel swadaya masyarakat di Kabupaten Sragen akan berpengaruh pula pada besarnya jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa : swadaya masyarakat didalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perdesaan sebagai salah syarat untuk memperoleh bantuan dana Program Nasioanl Pemberdayaan Masyarakat Mandri Perdesaan, utamanya adalah proyek fisik sarana dan prasarana dasar bagi masyarakat. Di dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, besar kecilnya swadaya masyarakat baik berupa commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dana atau material dan tenaga yang dihitung dengan rupiah akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan bantuan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan. Kesanggupan swadaya masyarakat disini hanya bagi keluarga-keluarga yang mampu, sedangkan bagi keluarga miskin adalah sebagai penerima manfaat langsung, baik sebagai tenaga yang dibayar saat pengerjaan proyek fisik saran dan prasaran, maupun sebagai penambahan modal kegiatan ekonomi produktif, bahkan dalam kondisi-kondisi tertentu keluarga miskin menerima bantuan hibah yang tidak mengembalikan seperti bantuan ternak kambing atau bantuan bedah rumah. Dengan demikian dapat dijelaskan pula bahwa semakin besar sawdaya masyarakat didalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan semakin besar pula kesempatan keluarga miskin untuk meningkatkan pendapatan atau kesejateraanya, sehingga jumlah keluarga miskin akan menurun. Jadi jumlah swadaya masyarakat yang tinggi di dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan mempengaruhi atau mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen secara signifikan. b. Pengaruh PNPM Mandiri Perdesaan terhadap Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Sragen Dari hasil olah data diperoleh koefisien regresi variabel PNPM Mandiri Perdesaan sebesar -0,529626 bertanda negatif yang berarti bahwa apabila terjadi kenaikan pada variabel PNPM Mandiri commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perdesaan di Kabupaten Sragen sebesar Rp. 1.000.000.000,- akan mengurangi atau menurunkan variabel jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen sebanyak 530 keluarga miskin dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi pada variabel PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Sragen akan berpengaruh menurunkan pula pada besarnya jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa : dana bantuan PNPM
Mandiri
Perdesaan
Mandri
Perdesaan,
Program
baik
untuk
membangunan sarana dan prasarana dasar, tambahan modal kegiatan ekonomi produktif bagi kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) maupun untuk peningkatan kualitas hidup, sasaran utamanya dalah keluarga miskin sebagai penerima manfaat. Dengan demikian dapat dijelaskan pula bahwa, semakin besar dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang diterima akan semakin besar pula kesempatan keluarga miskin untuk meningkatkan pendapatan atau kesejateraanya, sehingga akan mempengaruhi atau mengurangi jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen secara signifikan. .
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan perumusan masalah. hipotesis dan hasil analisis yang diperoleh. di mana kesemuannya telah di kemukankan pada bab-bab sebelumnya. Hasil analisis tentang pengaruh swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: 1. Besarnya jumlah dana swadaya masyarakat secara parsial mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap penurunan jumlah keluarga miskin, dalam analisis dari hasil penelitian terbukti bahwa swadaya masyarakat secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan dengan tingkat signifikansi 5 % terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. 2. Besarnya dana PNPM Mandiri Perdesaan secara parsial juga mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen, dalam analisis terbukti bahwa dana PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai pengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi 5 % terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. 3. Besarnya jumlah dana swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen. Dalam analisis terbukti bahwa swadaya masyarakat dan PNPM Mandiri Perdesaan secara bersama-sama commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
berpengaruh signifikan terhadap jumlah keluarga miskin di Kabupaten Sragen dengan tingkat signifikansi 5 %. B. Saran-saran 1. Banyak keuntungan yang dapat dipetik dari pola/ model pembangunan partisipatif, perubahan sikap mental masyarakat yang peduli terhadap pembangunan di sekitarnya, terlebih lagi pembangunan yang secara langsung dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan menanggulangi atau mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan serta kesediaan warga masyarakat menyisihkan tenaga dan materi/ uang untuk swadaya dalam kegiatan pembangunan akan lebih efektif dan efisien apabila melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk itu, pembangunan dalam rangka penaggulangan kemiskinan atau pengentasan kemiskinan perlu ditingkatkan secara komprehensip, terintegrasi dan terkoordinasi antara stakeholder baik pemerintah, swasta dan masyarakat. 2. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai salah satu upaya inovatif pembangunan yang komprehensip dan integral antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten, swasta dan masyarakat perlu lebih ditingkatkan koordinasi dan bantuan dana sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang telah terbukti lebih efektif dan efisien dalam program-program pembangunan karena dengan memberdayakan masyarakat, masyarakat tidak hanya merasa sebagai obyek pembangunan namun juga sebagai subyek pembangunan, sehingga dengan melibatkan partisipasi masyarakat, commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masyarakat akan lebih mengerti permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesainnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi masalah kemiskianan langkah yang paling tepat dan efektif adalah dengan memberdayakan keluarga miskin produktif dengan bantuan stimulan, sedangkan yang miskin absolut atau non produktif bersifat charity, karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan untuk diberdayakan kecuali diberi bantuan sesuai amanat kontitusi.
commit to user