PENGARUH PEMAKAIAN MATERIAL FINE COARSE AGGREGATE TERHADAP IMPACT RESISTANCE PAVING BLOCK Oleh : Erwin Rommel Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Phone (0341)464318, HP 08123314432
[email protected] Kualitas dan performance paving block selain dari teknologi pembuatan paving dan material penyusunnya, ditentukan juga oleh metode pemasangannya dilapangan. Untuk fungsi pavemen/perkerasan selain kuat tekan diharapkan paving tersebut mampu menahan beban kejut yang lebih baik. Kuat impact paving merupakan salah satu indikator untuk mengetahui seberapa besar beban kejut yang mampu ditahan oleh suatu material pavemen, termasuk paving block. Pada penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa metode pressing secara penuh (dengan pressing 60, 80 dan 100 kg/cm2) dapat menghasilkan kualitas paving kelas II sedangkan dengan metode vibrating secara bertahap mutu paving yang dapat dihasilkan hanya kelas III, dengan pemakaian bahan campuran semen dan pasir masing-masing sebesar 1 : 4. (Erwin, 2007). Sehingga dalam penelitian lanjutan ini akan dilakukan pengujian terhadap kekuatan impact paving berbahan FCA tersebut dengan menggunakan teknologi pembuatan dengan dipressing secara penuh pada 60, 80 dan 100 kg/cm2., dimana campuran semen, pasir dan FCA diambil 1:4:0, 1:4:3, serta 1:4:5. Sedangkan mengenai metode pemasangan pengaruhnya terhadap kualitas impact paving-block akan diusulkan beberapa pola pemasangan antara lain ; pola susunan bata/stretcher bond, anyaman tikar/basket wave dan pola tulang ikan/hearing bone. Pengujian dilakukan pada umur paving block 28 hari dengan specimen berukuran (80x80) cm dan tebal lapisan pasir 10 cm dibawah paving block. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa penggunaan bahan FCA komposisi 1 : 4 : 3 (semen : pasir : FCA) dengan pressing sampai 100 kg/cm2 diperoleh paving block kelas II dimana kuat tekan mencapai 255,12 kg/cm2 dengan porositas 34,95%. Sedangkan pemasangan paving block persegi dengan pola tulang ikan (herring-bone) memberikan ketahan kejut terbesar, yakni 132 blows saat paving block hancur (failure). Tetapi ketahanan kejut paving tersebut tidak sebaik performance paving tanpa FCA dengan komposisi 1:4. Kata kunci : paving block, ketahanan impact, interlocking paving
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh terhadap kemajuan di segala bidang terutama bidang pembangunan. Salah satunnya adalah beton, karena beton banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat pada perbandingan tertentu. Dengan adannya perkembangan IPTEK maka mortar beton dapat dicetak kedalam bentuk concrete blok dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, seperti genteng beton, conblok dan paving blok. Kenyataanya pada kasus yang ada, paving-paving yang digunakan cepat retak dan patah karena paving blok bersifat getas. Hal ini mungkin disebabkan oleh mutu bahan yang tidak memenuhi syarat, komposisi bahan yang tidak memenuhi standart, gerusan air hujan, beban kejut akibat lintasan roda kendaraan, kurangnya penambahan pressing pada saat proses pembuatan paving blok dan lain-lain. Pada beberapa home industry paving blok (baik yang menggunakan mesin press manual maupun yang menggunakan mesin press hihrolis) dikota Sidoarjo, terjadi ketidak seragaman mengenai beberapa hal antara lain : pressing yang diberikan ketika proses pembuatan paving blok, perbandingan campuran yang digunakan, umur perawatan paving blok sampai kondisi siap pakai. Ketiga hal tersebut tidak didasarkan pada aplikasi penggunaan paving blok dilapangan yang sesuai dengan mutu kelas paving blok. Dengan adannya ketidak seragaman tersebut diatas maka ketahanan kejut (impact resistance) yang disyaratkan kemungkinan besar tidak akan terpenuhi. Pada penelitian akan dilihat seberapa besar pengaruh ketahanan kejut (impact resistance) pada paving blok dengan pemakaian FCA (fine coarse agregate) untuk berbagai variasi penambahan FCA selain pasir dan semen serta pengaruh pemasangan paving block dengan sistem interlocking yang berbeda-beda. Paving blok adalah komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenis, air dan agregat halus dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton (SK SNI S-04-1989-F, DPU) Dari penelitian terdahulu nilai ketahanan kejut (impact resistance) maximum pada pengujian paving blok per-single unit adalah 240 pukulan yang terjadi pada campuran 1:6 dengan perlakuan pressing 140 kg/cm2
1
sedangkan pada pengujian interlocking, nilai ketahanan kejut maksimum terdapat pada paving blok tipe A (bentuk segi empat) dengan bentuk interlocking tulang ikan sebesar 59 pukulan untuk retak pertama, dan 181 pukulan untuk memecahkannya (Kukuh, 2002) Pemakaian beton sebagai perkerasan kaku (rigid pavement ) jalan raya dan struktur lantai, yang menyimpulkan bahwa perkerasan kaku (rigid pavement ) harus dapat menahan beban kejut ( impact ) yang cukup besar. (Schrader, 1987) Perbandingan kuat bahan susun beton dan memberikan bahan tambah tertentu dengan nilai faktor air semen yang tertentu pula dapat diperoleh suatu beton yang memiliki ketahanan terhadap beban kejut (impact resistance) yang relatif sangat tinggi bila dibandingkan dengan beton biasa. (Suhendro,1992) Paving Blok Paving blok adalah komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenis, air dan agregat halus dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton (SNI S-04-1989-F, DPU) Bentuk, berdasarkan SK SNI T 04 1990 F, bentuk paving blok ada beberapa macam tergantung dari cetakannya, antara lain :
Ketebalan yang sering digunakan (Specifications for Precast Concrete paving Block, 1980): Ketebalan 6 cm ; Untuk beban lalu lintas ringan yang frekuensinnya terbatas, seperti; pejalan kaki, sepeda motor. Ketebalan 8 cm ; Untuk beban lalu lintas berat yang padat frekuensinnya, misalnya sedan, pick up, bus dan truk Ketebalan 10 cm atau lebih untuk beban lalu lintas super berat misalnya crane, loader.
Gambar-1 : Bentuk paving yang biasa digunakan
Bahan Penyusun Paving Blok Semen, yang digunakan pada pembuatan paving ini adalah Semen Portland Jenis I. karena semen jenis ini paling banyak digunakan oleh masyarakat umum, termasuk kalangan praktisi indistri paving block. Agregat Halus, digunakan pasir sungai dengan gradasi pada daerah 2 dan kehalusan FM = 2.880. Pasir sungai untuk bahan susun paving block diambil dari sungai Brandong, Pasuruan sebanyak 3 m3. Daerah Gradasi II P ersen tase Y an g L olo s A ya k a n %
120
100
80
60
40
20
0 0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
10
Lubang Ayakan (mm) Batas Bawah
Batas Atas
Agregat halus
Agregat Kasar (Fine Coarse Agregat) Material FCA diperoleh dari hasil degradasi material batuan yang tergerus akibat aliran air pada daerah pegunungan. Material ini lebih dikenal pada daerah home industri paving di Sidoarjo dengan istilah jagungan yang memiliki butiran material sebesar jagung. Nama jagungan dalam penelitian ini kemudian lebih lanjut dinamakan dengan FCA (Fine Coarse Agrgate) dimana material yang digunakan memiliki karakteristik sebagai berikut ; ukuran maksimum butiran 9,60 mm, tingkat penyerapan (absorbsi) 4,68 %, kandungan lumpur 3,84 %, angka kehalusan agregat FCA sebesar 4,96, berat jenis 2,35 (Erwin, 2007). (lihat Tabel-1, Gambar-3).
Gambar-2 : Grafik gradasi agregat halus
2
Tabel-1 : Karakteristik Fine Coarse Agregat*)
Nilai*) 2.35 2.46
Parameter FCA Berat jenis (Bulk Specific Gravity ) Berat jenis kering permukaan Berat jenis jenuh Absorbsi (%) Kandungan Lumpur (%) Fine modulus *)
2.64 4.68 3,84 4,96
Sumber : hasil Penelitian (Erwin, 2007) Gradasi Fine Coarse Aggregate persen lewat ayakan ( % )
120 100
80 60 40 kurva-1 kurva-2 kurva-3 kurva-4 FCA
20 0 0,15
0,3
0,6
1,2
2,4
4,8
9,6
19
38
diameter ayakan (mm)
Gambar-3 : Gradasi Fine Coarse Agregate (Erwin, 2007)
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yakni (1) pembuatan dan perawatan paving block dan (2) pengujian paving block. Proses pembuatan dan perawatan paving block dilaksanakan di home industri paving CV.Raja Karya yang berlokasi di Tanggulangin Sidoarjo. Sedangkan pengujian kuat tekan (umur 28 hari) dan uji impact paving block dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Fakultas Teknik UMM di Malang. Dalam penelitian ini digunakan campuran semen, Pasir dan FCA untuk pembuatan paving block, masing-masing 1: 4 : 0 (tanpa FCA), 1 : 4: 3 dan 1: 4 : 5 dimana setiap campuran memiliki faktor air semen yang berbeda. Alur penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar-4. Pengujian ketahanan kejut paving menggunakan alat impact testing (lihat Gambar-6). Ukuran dan bentuk yang diambil untuk pengujian beban kejut paving berbentuk persegi dengan ukuran (20 x 10) cm dan tebal 8 cm (sesuai standar SK.SNI.T 04 1990 F) yang diuji dengan 3 (tiga) jenis interlocking yang disusun pada bucket ukuran (80x80) cm tebal 20 cm, yakni ; susunan bata (stretcher bond), tulang ikan (hearing bone) dengan sudut 90 dan anyaman tikar (basket wave) seperti terlihat pada gambar-5. Sedangkan pengujian impact dilaksanakan setelah umur paving block lebih dari 28 hari (pada penelitian ini dilakukan pada umur 60 hari).
a. Tulang ikan dengan sudut 90 dan sudut 45 (herring bone)
b. Anyaman tikar (basket weave)
c. Susunan bata (stretcher bond)
3
Gambar-4 : Pola Pemasangan Paving Block
PEMBUATAN PAVING
Komposisi Campuran Paving (Semen : Pasir : FCA)
1:4:0
1:4:3
1:4:5
Full Pressing
60 kg/cm2
80 kg/cm2
100 kg/cm2
Model Interlocking Paving
Type interlocking Hearing Bond
Type interlocking Basket wave
Type interlocking Stretcher bond
Pengujian Impact
Gambar-5 : Alur Penelitian Paving
Pembuatan Paving FCA Cara pembuatan paving block adalah sebagai berikut : a. b. c. d.
e.
f. g. h.
Menghitung kebutuhan bahan susun paving block yang meliputi semen, pasir sungai, FCA dan air sesuai dengan rancangan campuran. Agregat pasir dan FCA yang digunakan sudah dalam keadaan kering permukaan dengan cara disiram terlebih dahulu. Adukan dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian kepala dengan campuran pasir dan semen 2:5 dan bagian kaki dengan campuran sesuai variable (masing-masing 1:4:0, 1:4:3. 1:4;5) Pasir sungai dan FCA dicampur dengan memakai sekop ditempat yang datar, tambahkan semen dan diaduk sampai rata. Kemudian masukkan adukan kedalam mesin pengaduk, lalu tambahkan air secara bertahap sambil mesin pengaduk dijalankan sampai kebutuhan air pada campuran tersebut habis. Proses selanjutnya adalah pencetakan. Adukan kepala dimasukkan kedalam dasar cetakan dengan berat 0,2 kg dan diratakan kemudian ditambahkan adukan kakian sesuai dengan takaran yang bervolume 3 kg (untuk 8 unit paving persegi), kemudian bagian atas ditutup dengan cetakan pelat baja. Cetakan dan isinya diletakkan ditengah mesin tekan hidrolis kemudian ditekan masing-masing dengan pressing 60, 80 dan 100 kg/cm2. Dilakukan hal yang sama mulai dari proses pencampuran bahan, pencetakan dan penekanan dengan mesin tekan hidrolis pada tiap-tiap perbandingan campuran, yakni 1:4:0 (tanpa FCA) 1:4:3 dan 1: 4:5. Paving block yang sudah tercetak diberi nomor untuk identitas benda uji yang dapat menjelaskan ; besarnya pressing, campuran paving.
4
i.
Proses perawatan dilakukan dengan cara dikeringkan selama satu hari pasca pencetakan, kemuadian disiram dengan air bersih sampai kondisi jenuh lalu dikeringkan lagi berulang-ulang sampai umur 28 hari. Perawatan benda uji dilakukan di depan Lab Beton Teknik Sipil UMM, cara perawatan benda uji ini hanya disiram 3 kali dalam satu hari yaitu pada waktu pagi, siang, dan sore hari dan dilaksanakan secara terus menerus sampai umur perawatan yang diinginkan. Pengujian Ketahanan Kejut Paving Metode pengujian ketahanan kejut (Impact Resistance) adalah dengan cara menjatuhkan palu (hammer) seberat 10 lbs (4,5 kg) secara bebas dari ketinggian 18 inch (46 cm) pada bola baja pejal berdiameter 2,5 inch (6,3 cm) yang diletakkan pada pusat benda uji paving blok. Kemudian benda uji diamati sampai terjadi retak untuk pertama kali dan terjadi pecah (failure) yang kemudian disebut dengan ketahanan kejutnya. (Impact Resistance). Pengujian ketahanan kejut (impact resistance) menggunakan alat uji impact yang sesuai dengan standart ASTM D1557 seperti gambar-3 berikut ini.
Gambar-6 : Alat Uji Ketahanan Kejut (impact resistance)
DISKUSI DAN PEMBAHASAN Kuat Tekan dan Porositas Pengujian kuat tekan paving dan sifat porous dari paving merupakan dua hal yang saling mendukung jika dilihat dari hasilnya, dimana jika material paving memiliki sifat porous yang kecil, maka material tersebut mempunyai kemampatan yang baik sehingga memiliki kemampuan menahan beban tekanan yang lebih baik juga. Tetapi hasil pengujian paving block tidak berlaku hal seperti itu, karena sifat porous dari paving juga bergantung kepada perlakuan pressing yang diberikan serta material penyusun yang memiliki gradasi berbeda, seperti bahan paving dengan tambahan FCA. Gambar-7 memperlihatkan bahwa pemakaian bahan FCA, pada komposisi paving 1:4:3 (Semen:Pasir:FCA) dihasilkan kekuatan tekan paving yang paling optimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengujian porositas paving yang diperoleh, dimana pada paving yang tidak memakai bahan FCA (paving
5
konvensional) memiliki porositas yang tinggi (hampir 12,3% lebih besar dari komposisi paving 1:4:3 dan 1:4:5). Penambahan bahan FCA pada paving block berpeluang terjadinya material yang porous lebih besar karena material FCA memiliki ukuran dan gradasi yang lebih kasar dibandingkan material penyusun lainnya. Tetapi penggunaan pressing sampai 100 kg/cm2 dapat memperbaiki sifat porous dari paving block yang menggunakan bahan tambahan FCA walaupun tidak terlalu signifikan dan relatif cenderung stabil, dimana pengurangan kadar porositas dari paving berkisar 2,8% (komposisi 1:4:5) dan 0,9% (komposisi 1:4:3) dibandingkan dengan paving block yang diberi pressing hanya 40 kg/cm2. Porositas paving
Kuat Tekan paving
42
'1:4:0 '1:4:3 '1:4:5
250 200 150 100 '1:4:0 '1:4:3 '1:4:5
50 0 60 kg/cm2
80 kg/cm2
100 kg/cm2
Porositas (%)
Kuat tekan (kg/cm2)
300
39
36
33
30 60 kg/cm2
Pressing paving
80 kg/cm2
100 kg/cm2
Pressing paving
Gambar-7 : Hubungan komposisi dan pressing paving dengan kuat tekan dan porositas Dengan adanya material FCA yang ukuran dan gradasinya lebih kasar serta kualitas material yang lebih baik dibandingkan material penyusun paving lainnya, diharapkan adanya kenaikan kemampuan paving block dalam menerima tekanan atau beban pada permukaan paving. Mutu paving yang dihasilkan dari penambahan FCA adalah mutu paving kelas-II yang memiliki kuat tekan berkisar antara 225 kg/cm2 sampai 300 kg/cm2, dimana paving tersebut digunakan untuk pemakaian trotoar dan areal parkir. Komposisi Paving Block Penggunaan bahan FCA pada pembuatan paving block cukup berpengaruh terhadap ketahanan kejut paving tersebut. Paving dengan penambahan FCA akan mengalami trend menurun ketahanan kejutnya, dimana makin besar jumlah FCA pada komposisi paving maka turunnya ketahanan kejut paving juga semakin besar. Pada paving dengan komposisi 1:4:5 (semen : pasir : FCA) diperoleh penurunan hingga 25% ; 23% ; 31% masing-masing pada model interlocking ; anyaman tikar (basket wave), tulang ikan (herring-bone) dan susun bata (strecher-bone) dibandingkan pada paving tanpa FCA (lihat Gambar-8). Hal ini akibat sifat porous yang terbentuk pada paving yang diberi FCA jika mengalami beban kejut berulang-ulang maka material penyusun paving tersebut akan mengalami retakan yang lebih cepat dibandingkan dengan paving konvensional (tanpa FCA) atau paving dengan pemakaian FCA yang sedikit. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya (Erwin, 2002) mengenai hasil ketahanan kejut terhadap komposisi paving dengan variasi campuran semen dan pasir, masing-masing 1:6, 1:7 dan 1:8 terlihat bahwa makin banyak jumlah semen terhadap pasir maka ketahanan kejut paving tersebut semakin baik. Hal ini menjelaskan bahwa ikatan antar material penyusun paving juga berpengaruh terhadap kemampuan paving menahan beban kejut selain pola susunan paving itu sendiri (lihat Gambar-8).
N, Jumlah Pukulan
100 80
Camp. 1 : 6 Camp. 1 : 7 Camp. 1 : 8
60 40 20 0 SB (Type C)
AT (Type C)
TI (Type C)
SB Type X
Pola Pemasangan
Gambar-8 : Hubungan pola susunan paving terhadap ketahanan kejut paving block (Erwin, 2002)
6
Impact paving - Susun Bata (Stretcher Bone) 160
140
140
Jumlah blows (N)
Jumlah blows (N)
Impact paving - Anyaman Tikar (Basket Wave) 160
120 100 80 60 40
120 100 80 60 40 20
20 0
0 1:4:0
1:4:3
1:4:5
1:4:0
Komposisi paving
1:4:3
1:4:5
Komposisi paving
press 60-first crack
press 80-first crack
press 100-first crack
press 60-failure
press 80-failure
press 100-failure
press 60-first crack
press 80-first crack
press 100-first crack
press 60-failure
press 80-failure
press 100-failure
Impact paving - Tulangan Ikan (Hearing Bone) 160
Jumlah blows (N)
140 120 100 80 60 40 20 0 1:4:0
1:4:3
1:4:5
Komposisi paving press 60-first crack
press 80-first crack
press 100-first crack
press 60-failure
press 80-failure
press 100-failure
Gambar-9 : Hubungan antara komposisi campuran paving dengan impact paving Kenaikan ketahanan kejut paving block pada komposisi 1:6 juga cukup signifikan dibandingkan dengan komposisi paving lainnya. Tetapi hasil tersebut tidak sebesar ketahanan kejut paving block yang diberi tambahan bahan FCA, dimana untuk susunan tulang ikan (herring-bone) dengan komposisi paving 1:4:5 saja diperoleh ketahanan kejut paving hanya 22 blows, turun hingga 63% dibandingkan dengan susunan paving yang sama dengan komposisi 1:6 yakni 59 blows saat failure. Material FCA pada paving tidak dapat meningkatkan ketahanan kejut paving block, karena dengan adanya FCA akan terjadi ketidakmampatan pada material penyusun paving yang telah mengalami pressing ketika menerima beban kejut yang berupa beban kendaraan/ trafic secara berulang-ulang. Pressing dan Pola Pemasangan Paving Dari berbagai susunan pasangan paving yang diusulkan terlihat bahwa model interlocking tulang ikan (herring-bone) memberikan nilai ketahanan kejut paling besar dibandingkan dengan model interlocking yang lainnya. Pengaruh pressing pada ketahanan kejut paving terlihat bahwa semakin besar pressing yang diberikan akan menghasilkan ketahanan kejut yang besar juga. Ketahanan kejut terbesar terjadi pada paving yang dipressing sebesar 100kg/cm2 dengan komposisi 1:4:0 (paving tanpa FCA) yang dipasang dengan susunan tulang ikan (herring-bone) yakni 39 blows pada saat retak pertama dan 145 blows pada saat failure/ runtuh. Sedangkan pada paving dengan pressing dan model interlocking yang sama untuk komposisi 1:4:3 ketahanan kejut mencapai 25 blows saat retak pertama dan 132 blows saat failure, kemudian untuk komposisi 1:4:5 ketahanan kejut mencapai 22 blows dan 118 blows masing-masing saat retak pertama dan saat failure (lihat Gambar-10). Pola pemasangan juga ikut mempengaruhi ketahanan kejut paving dilapangan, dimana pola pemasangan yang baik adalah pola susunan paving yang tidak memungkinkan adanya gerakan kesemua arah horizontal dan vertical akibat adanya pembebanan yang berulang-ulang. Paving block tipe persegi dengan pola pemasangan tulang ikan (herring-bone) sangat memungkinkan kondisi tersebut terjadi, dimana adanya gerakan saling mengunci (interlocking) antar sesama paving block, hamper kesemua arah bidang paving tersebut. Dibandingkan dengan model pemasangan paving tipe susun bata (stretcher-bone) dan anyaman tikar (basketwave) terlihat bahwa pola pemasangan ini memiliki kelemahan pada interlocking arah diagonal (lihat Gambar11).
7
Impact Paving 1: 4 : 0
Impact Paving 1:4:3 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Jumlah blows (N)
Jumlah blows (N)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 60
80
60
100
80 100 Pressing paving (kg/cm2)
Pressing paving (kg/cm2) BW-first crack
HB-first crack
SB-first crack
BW-failure
HB-failure
SB-failure
BW-first crack
HB-first crack
SB-first crack
BW-failure
HB-failure
SB-failure
Impact Paving 1:4:5 160 Jumlah blows (N)
140 120 100 80 60 40 20 0 60
80 Pressing paving (kg/cm2)
100
BW-first crack
HB-first crack
SB-first crack
BW-failure
HB-failure
SB-failure
Gambar-10 : Hubungan antara pemberian pressing dengan impact paving Impact paving 1:4:3 160
140
140
Jumlah blows (N)
Jumlah blows (N)
Impact paving 1:4:0 160 120 100 80 60 40 20
120 100 80 60 40 20 0
0 Anyaman Tikar (BW)
Tulang Ikan (HB)
Susun Bata (SB)
Anyaman Tikar (BW)
Tulang Ikan (HB)
Susun Bata (SB)
Model Interlocking
Model interlocking press 60-f irst crack
press 80-f irst crack
press 100-f irst crack
press 60-f ailure
press 80-f ailure
press 100-f ailure
press60-f irst crack
press80-f irst crack
press100-f irst crack
press 60-f ailure
press 80-f ailure
press 100-f ailure
Impact paving 1:4:5
Jumlah blows (N)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 Anyaman Tikar (BW)
Tulang Ikan (HB)
Susun Bata (SB)
Model interlocking press60-f irst crack
press80-f irst crack
press100-f irst crack
press 60-f ailure
press 80-f ailure
press 100-f ailure
Gambar-11 : Hubungan antara pola pemasangan dengan impact paving
KESIMPULAN Penggunaan bahan FCA dengan komposisi 1 : 4 : 3 (semen : pasir : FCA) serta pemberian pressing sampai 100 kg/cm2 pada paving block, masih dapat digunakan untuk pemakaian paving kelas II, dimana kuat tekan yang dihasilkan dapat mencapai 255,12 kg/cm2 dengan porositas 34,95%. Terdapat peningkatan kuat tekan sebesar 9,8% dibandingkan dengan paving block tanpa bahan FCA (komposisi 1:4:0) dimana kuat tekan yang diperoleh adalah 234,31 kg/cm2. Pola pemasangan paving block berbahan FCA yang menghasilkan ketahanan kejut paling optimal adalah model interlocking tulang ikan (herring-bone) pada komposisi 1:4:3 dan diberi pressing 100 kg/cm2, dimana
8
dihasilkan ketahanan kejut sampai 25 blows pada saat retak pertama terjadi dan 132 blows saat paving tersebut runtuh (failure). Sedangkan jika dibandingkan dengan paving block tanpa tambahan bahan FCA (komposisi 1:4:0) dengan pola pemasangan dan pemberian pressing yang sama, ketahanan kejutnya menurun sebesar 35,9 % saat retak pertama dan 8,97 % saat paving hancur (failure). UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Home Industri CV. Raja Karya, Tanggulangin- Sidoarjo atas bantuan peralatan dan material dalam penelitian ini, serta kepada Lembaga Penelitian UMM atas seluruh pembiayaan penelitian ini berdasarkan SK No.E.d/692/BAA-UMM/VIII/2008. DAFTAR PUSTAKA Anonim, The Precast Concrete Paving and Kerb, Association, Of BPCF Ltd. Anonim, SK.SNI.T 04 1990 F, Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci Untuk Permukaan Jalan, DPU, 1990. Anonim, 1978, Australian Masonry Conference, CMAA Award For Excellence, Sydney, The Concrete Masonry Association Of Australia, Precast Concrete. Anonim, 1983, Code Of Practice for Laying Precast Concrete Block Pavements, Cement and Concrete Association. Anonim, 1980, Specification for Precast Concrete Paving Blocks. Colin Forder, 1978, The Evolution Of The Precast Concrete Block and Its Importance in Modern Construction, Precast Concrete. Darwin Amir, 1987, Blok Asbuton Sebagai Bahan Alternatif Untuk Konstruksi Perkerasan, PT. Sarana Karya, Bina Marga, Majalah Jalan no: 053. Erwin, 2007, Teknologi Pembuatan Paving Block dengan Material FCA (Fine Coarse Agregate), Laporan Penelitian (tahun-1) LEMLIT UMM Erwin, R dan Ninik CEY, 2003, Teknologi Pembuatan dan Pola Pemasangan Paving untuk Mengoptimalkan Kualitas Paving-Blocks, Prosiding Simposium Nasional II RAPI, UMS, Surakarta, ISSN 1412-9612. Erwin, R., 2003, Peningkatan Kualitas Paving Block akibat pemberian Variasi Tekanan pada Proses Pembuatannya, Media Teknik Sipil, Vol 1, No.1, Agustus 2003, ISSN 1693-3095. Harry & Erwin R, 2005, Pengaruh Metode Pemadatan Bertahap Pada Pembuatan Paving FCA ( Fine Coarse Agregat ) Tehadap Kuat Tekan Paving, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil UMM Habib & Erwin R, 2006, Peningkatan Kuat Impact Paving FCA (Fine Coarse Agregat) Dengan Pemberian Perlakuan Pressing, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil UMM Hidayati, Novita & Erwin R, 2001, Pengaruh Penambahan Tekanan (Pressing) Terhadap Kuat Tekan Paving Block, Skripisi, Jurusan Teknik Sipil, UMM Kukuh, R, Hasanuddin & Erwin R, 2002, Pengaruh Variasi Pressing dan Bentuk Interlocking pada Paving Block terhadap Ketahanan Kejut, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, UMM Lilley, A. A., J. R. Collins, 1979, Laying Concrete Block Paving, Cements And Concrete Associations Martin, B., 1978, The Concrete Block Indutry, Precast Concrete Michel Valles, 1978, The Introduction and Evolution Of Standarts for Concrete Blocks In France, Precast Concrete. Mustakim & Erwin R, 2006, Karakteristik Paving Fine Coarse Agregat (FCA) Dengan Memberikan Variasi Pressing Pada Proses Pembuatannya, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil UMM Ning Tyas & Erwin R, 2005, Pengaruh Pemberian Pressing Dengan Umur Perawatan Terhadap Kuat Tekan Paving Fine Coarse Agregat (FCA), Skripsi, Jurusan Teknik Sipil UMM Tjokrodimuljo Kardiono, 1992, Teknologi Beton, Yogyakarta, UGM
9