PENGARUH PELATIHAN PENULISAN ILMIAH TERHADAP KOMPETENSI DAN KINERJA PENELITI DI LUAR JAWA
ANISAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi dan Kinerja Peneliti di Luar Jawa dalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Anisah NIM H251120294
ii
RINGKASAN ANISAH. Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi dan Kinerja Peneliti di Luar Jawa. Di bawah bimbingan ANGGRAINI SUKMAWATI dan I MADE SUMERTAJAYA. Salah satu tugas peneliti adalah melakukan publikasi hasil penelitan yang telah dilakukan agar diketahui oleh masyarakat. Berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2013, peneliti di daerah merasakan kurangnya kompetensi yang dimiliki dalam menulis karya ilmiah. Oleh karena itu LIPI menyelenggarakan pelatihan penulisan karya ilmiah pada tahun 2013 di lima koridor di wilayah Indonesia yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat, serta Papua dan Kepulauan Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran evaluasi pascapelatihan serta mengetahui adanya pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti. Responden dari penelitian ini adalah alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah tahun 2013. Penyebaran dan pengembalian kuisioner dilakukan melalui email. Evaluasi pascapelatihan menggunakan model empat tingkat Kirkpatrick (2015), sedangkan pengolahan dan analisis data menggunakan statistik deskriptif dan untuk pengujian hipotesis menggunakan SEM. Evaluasi pascapelatihan menunjukkan hasil yang baik, artinya alumni pelatihan menyatakan puas terhadap penyelenggaraan pelatihan dari sisi materi, pengajar, metode serta berbagai fasilitas pendukung pelatihan. Alumni pelatihan juga merasakan peningkatan pemahaman terhadap materi pelatihan dan menerapkannya saat kembali ke kantor. Berdasarkan perhitungan korelasi didapatkan hasil bahwa pelatihan memiliki korelasi yang signifikan terhadap kompetensi yaitu pengetahuan, keahlian dan sikap kerja. Akan tetapi pelatihan tidak memiliki korelasi secara signifikan terhadap kinerja peneliti. Kompetensi juga tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja peneliti. Berdasarkan analisis SEM untuk menguji hipotesis yang dibangun, terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan terhadap kompetensi peneliti yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja. Pelatihan juga terbukti memiliki pengaruh yang signifikant terhadap kinerja peneliti. Namun demikian, tidak cukup bukti bahwa kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Selain pelatihan dan kompetensi, kinerja dipengaruhi oleh banyak hal seperti nomenklatur kelembagaan, jumlah anggaran, sarana dan prasarana, SDM peneliti, pembinaan kader peneliti, ketersediaan media publikasi, birokrasi yang panjang dan kondisi geografis.
Kata kunci : evaluasi, pelatihan, kirkpatrick, kompetensi, kinerja, peneliti
iii
SUMMARY ANISAH. The Influence of Scientific Writing Training Program toward the Competence and Performance of the Researchers in the Outside of Java. Under supervision by ANGGRAINI SUKMAWATI and I MADE SUMERTAJAYA. One of the tasks of researchers is to publicize the results of research that has been done in order to be known by the public. Based on training need analysis that has been done, researchers in the area felt the lack of their competence in writing scientific papers. Therefore LIPI conducted training of writing scientific papers in 2013 in the five corridors in the Indonesian territory of Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali and West Nusa Tenggara and Papua and Maluku Islands. This study aims to describe the post-training evaluation and determine the effect of training on the competence and performance of researchers. Respondents of this study are alumni of Scientific Writing Training in 2013. The distribution and return of questionnaires conducted via email. Post training evaluation using the model Kirkpatrick's four-level, while the processing and analysis of data to test hypotheses using the SEM. Training evaluations show good results, that training alumni feel satisfied with the material, teacher, methods of training and various support facilities. Alumni also felt the training to understand what is presented in the training and apply it when you return to the office. Alumni training feel a huge benefit to their training. Based on the correlation result showed that the training has a correlation to the competence, skills and work attitude. But training has no significant correlation to the performance of researchers. Likewise, the calculation results show that competence has no correlation to the performance of researchers. Based on SEM analysis to test the hypothesis that was built, it is evident that there are significant to the training of researchers competence in the form of knowledge, skills and work attitude. Training was also shown to have an influence on the performance of researchers. However, there was insufficient evidence that competence has an influence on performance. In addition to training and competence, performance is affected by many things such as institutional nomenclature, the amount of the budget, infrastructure, human resources, research, development of a cadre of researchers, the availability of media publications, lengthy bureaucratic and geographical conditions.
Keywords:
evaluation, reseachers
training,
kirkpatrick,
competence,
performance,
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
v
PENGARUH PELATIHAN PENULISAN ILMIAH TERHADAP KOMPETENSI DAN KINERJA PENELITI DI LUAR JAWA
ANISAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
vi
Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Aida Vitayala Hubeis
vii
Judul Tesis : Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi
dan Kinerja Peneliti di Luar Jawa Nama NIM
: Anisah : H251120294
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Made Sumertajaya, MSi Anggota Komisi Pembimbing
Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM Ketua Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Jono M Munandar, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 11-08-2015
Tanggal Lulus :
viii
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi dan Kinerja Peneliti di Luar Jawa”. Penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM dan Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi atas segala arahannya selama proses pembimbingan. Terimakasih juga disampaikan untuk penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami, anak, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa, dukungan dan semangatnya selama penulis menyelesaikan studi maupun menyelesaikan karya tulis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Anisah
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pelatihan Kompetensi Kinerja Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Tipe Penelitian Variabel Penelitian Sumber Data Metode Pengolahan Data Hipotesis Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah Uji Validitas dan Reliabilitas Evaluasi Pelatihan Penulisan Ilmiah Kompetensi Peneliti dalam Penulisan Ilmiah Kinerja Peneliti dalam Publikasi Ilmiah Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi Penulisan Ilmiah dan Kinerja Peneliti dalam Publikasi Ilmiah Uji Hipotesis Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
X X X 1 1 4 5 5 6 6 6 11 12
13 14 14 17 17 19 19 24 25 26 27 30 32 35 40 41 46 49 50 54 65
x
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perbandingan jumlah publikasi empat negara (1996 –2014) Proses pelatihan Model Evaluasi Pelatihan oleh Kirkpatrick Kerangka pemikiran konseptual Kerangka Pemikiran Operasional Diagram umum model SEM Diagram Jalur/path Model struktural pelatihan terhadap kompetensi peneliti Model struktural pelatihan terhadap kinerja peneliti Model struktural kompetensi terhadap kinerja peneliti Model Struktural secara keseluruhan
3 7 10 16 17 20 22 42 42 43 45
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Perbandingan jumlah publikasi empat negara (1996-2014) Penelitian terdahulu yang relevan Variabel dan Indikator Penelitian Parameter uji validitas dan reliabilitas dalam pengukuran PLS Jumlah peneliti seluruh Indonesia Profil alumni pelatihan penulisan ilmiah Tahun 2013 Hasil uji validitas konvergen Hasil perhitungan akar AVE dan korelasi variabel laten Hasil perhitungan cross loading Hasil uji realiabilitas Evaluasi Pascapelatihan Kompetensi peneliti dalam penulisan ilmiah Kompetensi peneliti dalam penulisan ilmiah berdasarkan jenis kelamin Kinerja Peneliti dalam penulisan ilmiah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan Kinerja Peneliti dalam publikasi ilmiah (2012-2014) Kinerja Peneliti dalam publikasi ilmiah berdasarkan jenjang jabatan (2012-2014) Nilai koefisien determinasi Uji Hipotesis pengaruh pelatihan terhadap kompetensi peneliti Uji hipotesis pengaruh pelatihan terhadap kinerja peneliti Uji hipotesis pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti
2 13 18 21 25 27 28 29 29 30 31 33 34 35 37 39 40 41 42 43
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Hasil outer loading Hasil outer loading re-estimasi Korelasi antara pelatihan, kompetensi dan kinerja peneliti Kuisioner untuk alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah Kuisioner untuk atasan alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah Kuisioner untuk rekan kerja alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah
54 55 56 57 61 63
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset yang sangat penting dan berpengaruh terhadap berjalannya roda organisasi (Damayanthy 2013). Oleh karena itu agar SDM dapat menjadi masukan yang akan memberikan hasil yang optimal bagi organisasi, diperlukan suatu pengelolaan dan pengembangan sesuai dengan tuntutan jaman. Pengembangan SDM dilakukan agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Pelatihan merupakan salah satu jalur pengembangan dan pembinaan pegawai dalam upaya peningkatan kualitas SDM (Lubis 2008). melalui pelatihan dan motivasi akan berpengaruh pada peningkatan kinerja karyawan Pelatihan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga peningkatan kompetensi tersebut diharapkan akan meningkatkan kinerja sesuai dengan bidang kecakapan dan kebutuhan organisasi. Sejalan dengan otonomi luar Jawa, tuntutan terhadap profesionalisme pegawai pemerintah, terutama pegawai luar Jawa semakin besar. Program pelatihan yang dilaksanakan harus mampu meningkatkan kapasitas (capacity building) pegawai dalam hal pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan sikap (attitude). Pejabat fungsional peneliti sebagai aparatur pemerintah penggerak organisasi penelitian dan pengembangan (Litbang) juga dituntut untuk selalu mengembangkan kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi (Iptek). Perkembangan iptek yang semakin cepat dirasakan dalam kehidupan seharihari ditandai perkembangan teknologi di setiap sektor, baik di tingkat nasional maupun global. Hal itu tidak lepas dari peran lembaga litbang, baik pemerintah maupun swasta, yang hasil penelitiannya diwujudkan dalam publikasi ilmiah yang dapat ditelusuri oleh masyarakat umum. Seiring dengan peningkatan kegiatan penelitian, pejabat fungsional peneliti -yang selanjutnya disebut peneliti- dituntut untuk menulis dan mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya melalui publikasi ilmiah seperti makalah, laporan, prosiding dan jurnal nasional maupun internasional. Selain sebagai upaya diseminasi, publikasi tersebut juga menjadi sarana dalam menyebarluaskan hasil penelitian kepada masyarakat ilmiah dan umum baik di Indonesia maupun global. Berdasarkan keputusan Kementerian PAN dan RB Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004 yang dimaksud dengan peneliti di sini adalah Pejabat Fungsional Peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan (litbang) instansi pemerintah.
2
Peneliti dinilai kinerjanya berdasarkan luaran kegiatan dalam bentuk karya tulis ilmiah maupun penemuan hasil penelitian seperti paten, prototype, desain, varietas dan sebagainya. Penemuan hasil penelitian tersebut akan diketahui oleh masayarkat luas jika diberitakan melalui publikasi ilmiah dalam bentuk karya tulis. Mengingat pentingnya publikasi ilmiah bagi peneliti, maka salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang peneliti adalah kemampuan dalam menulis karya ilmiah. Dengan kompetensi ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan publikasi yang berkualitas sesuai perkembangan dan tantangan global saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan dan perkembangan Iptek suatu bangsa sangat ditentukan oleh jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan. Berdasarkan data dari Scimago Journal and Country Rank pada periode Agustus 2015, Indonesia berada dalam posisi rangking 57 berdasarkan jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan. Kenyataan ini tentu saja tidak menggembirakan apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Singapura yang berada pada rangking 32, Malaysia di rangking 36 dan Thailand yang berada pada rangking 43. Hal ini baru dilihat dari jumlah publikasi yang dihasilkan, belum jika dlihat dari jumlah sitasi, hi-index dan sebagainya. Jumlah publikasi yang dihasilkan oleh Indonesia merupakan seperlima dari jumlah publikasi ilmiah yang di hasilkan oleh Malaysia, sementara berdasarkan data dari bank dunia tahun 2010-2014, jumlah penduduk bangsa Indonesia delapan kali jumlah penduduk bangsa Malaysia. Melalui Tabel 1 disampaikan perbandingan jumlah dan tren publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tabel 1 Perbandingan jumlah publikasi empat negara (1996-2014) Tahun
Indonesia
Malaysia
Thailand
Singapore
2014 2013 2012 2011 2010
5.499 4.881 3.752 3.197 2.586
25.330 24.479 22.381 20.476 15.547
12.061 12.029 11.837 10.665 9.965
17.198 18.160 17.759 16.178 15.278
2009 2008 2007 2006 2005 2004
1.950 1.406 1.239 1.215 1.068 911
11.324 7.816 5.157 4.340 3.273 2.612
8.410 7.864 6.660 5.920 4.764 3.880
13.722 12.673 11.638 11.367 10.689 9.468
2003 751 1.946 2002 552 1.469 2001 566 1.311 2000 624 1.509 1999 556 1.263 1998 513 1.087 1997 551 1.096 1996 538 962 Sumber: Scimago jounal and country rank (2015)
3.131 2.454 2.193 2.071 1.742 1.579 1.403 1.204
7.270 5.965 5.496 5.210 4.578 3.751 3.681 2.861
3
70000 60000 50000 Singapore
40000
Thailand 30000
Malaysia Indonesia
20000 10000 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
0
Sumber: Scimago jounal and country rank (2015)
Gambar 1 Perbandingan jumlah publikasi empat negara (1996 –2014)
Dari Gambar 1 terlihat bahwa Indonesia memiliki jumlah publikasi ilmiah paling rendah padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk paling tinggi. Dari kurun waktu 1996-2014, perkembangan jumlah publikasi bangsa Indonesia tidak mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan Malaysia, Singapura dan Thailand. Ketertinggalan Indonesia dalam publikasi ilmiah dibanding negara lain ini, tidak terlepas dari masih lemahnya budaya menulis di kalangan peneliti. Di samping itu, kompetensi peneliti dalam menulis karya ilmiah juga masih rendah dan perlu ditingkatkan. Fakta ini diharapkan lebih memotivasi peneliti untuk terus meningkatkan jumlah maupun kualitas publikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Fakta tersebut diharapkan menjadi tantangan dan lebih memotivasi peneliti, pengelola jurnal maupun lembaga litbang untuk terus berupaya meningkatkan karyanya baik secara kuantitas maupun kualitas. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai instansi pembina peneliti dan pengelolaan jurnal di lingkungan litbang di Indonesia terus berupaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di masyakarat ilmiah. Oleh karena itu, pada tahun 2013 LIPI sebagai instansi pembina jabatan fungsional peneliti, melakukan survei training need analysis kepada peneliti di luar Jawa. Salah satu hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti mengaku tidak memiliki kompetensi dalam hal penulisan karya ilmiah. Para peneliti tersebut mengaku bahwa mereka tidak menghasilkan banyak publikasi ilmiah dikarenakan kurangnya kemampuan mereka dalam menulis. Berdasarkan hasil survei tersebut, pada tahun yang sama LIPI menyelenggarakan pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk peneliti di luar Jawa melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan adanya pelatihan ini diharapkan kompetensi peneliti dalam hal menulis karya ilmiah meningkat sehingga terjadi peningkatan publikasi
4
hasil penelitian baik kuantitas maupun kualitas. Program MP3EI adalah sebuah pola induk perencanaan dari pemerintah Indonesia untuk dapat mempercepat realisasi perluasan pembangunan ekonomi dan pemerataan kemakmuran agar dapat dinikmati secara merata di kalangan masyarakat. Salah satu dari tiga strategi utama pelaksanaan MP3EI adalah peningkatan kemampuan SDM dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nasional. Peran peneliti yang berkompeten menjadi kunci utama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi berkesinambungan di luar Jawa. Kurangnya kompetensi peneliti dalam menulis ini mendasari dilaksanakannya pelatihan Penulisan Karya Ilmiah di lima koridor di Indonesia yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTB, serta Kepulauan Maluku dan Papua. Yang dimaksud dengan koridor di sini adalah wilayah ekonomi berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai bagian dari pelaksanaan program MP3EI. Program pelatihan sebagai salah satu strategi pengembangan SDM memerlukan fungsi evaluasi untuk mengetahui efektivitas program yang bersangkutan. Pada umumnya orang beranggapan bahwa evaluasi program pelatihan diadakan pada akhir pelaksanaan pelatihan. Anggapan yang demikian kurang tepat, karena evaluasi merupakan salah satu mata rantai dalam sistem pelatihan, dapat berada di awal proses perencanaan, di tengah proses pelaksanaan dan pada akhir penyelenggaraan pelatihan serta pascakegiatan pelatihan. Seperti yang kita ketahui, penilaian yang dilaksanakan pada proses perencanaan disebut dengan analis kebutuhan (need analysis) yang berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan, keahlian maupun kecakapan yang akan dikembangkan dalam pelatihan, karakteristik peserta pelatihan, kualitas materi pelatihan dilihat dari relevansi dan kebaharuan, kompetensi pelatih/instruktur/pengajar, tempat pelatihan beserta sarana dan prasarana yang dibutuhkan, akomodasi dan konsumsi serta jadwal kegiatan pelatihan. Penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pelatihan disebut dengan monitoringyang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana program yang telah disusun dapat diimplementasikan dengan baik. Penilaian pascapelatihan bertujuan untuk mengetahuiperubahan kompetensi dan kinerja peserta setelah kembali ke tempat kerjanya masing-masing setelah mengikuti pelatihan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diungkap tentang evaluasi penyelenggaraan pelatihan Penulisan Karya Ilmiah serta pengaruh pelatihan tersebut terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawa.
Perumusan Masalah
Suatu organisasi sangat bergantung pada baik atau buruknya pembinaan dan pengembangan pegawainya. Keberhasilan sebuah organisasi sangat bergantung kepada kompetensi yang dimiliki oleh pegawai yang ada di dalamnya. Kompetensi memiliki peranan yang mutlak diperlukan agar sebuah organisasi dapat berkembang sesuai tuntutan jaman. Disamping itu, kinerja pegawai juga merupakan faktor penting di dalam suatu organisasi. Pelatihan diperlukan bagi
5
pegawai untuk meningkatkan kompetensinya agar kinerja meningkat sesuai dengan tujuan dan target organisasi. Peneliti sebagai SDM unit litbang sangat dituntut untuk memiliki kinerja yang optimal sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu indikator penilaian kinerja dari seorang peneliti adalah jumlah dan kualitas publikasi hasil penelitiannya. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) yang telah dilakukan, peneliti di luar Jawa memiliki kompetensi yang kurang dalam menulis karya ilmiah. Hal ini ditandai dengan rendahnya jumlah publikasi yang dihasilkan oleh peneliti luar Jawa. Oleh karena itu dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana gambaran evaluasi pelatihan Penulisan Ilmiah yang dilaksanakan oleh LIPI pada tahun 2013? 2. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti luar Jawa? 3. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti diluar Jawa?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran evaluasi pelaksanaan pelatihan Penulisan Ilmiah yang dilaksanakan oleh LIPI. 2. Menganalisis pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawa. 3. Menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti luar Jawa
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Teoritis: Menjadi sumber informasi atau referensi bagi mahasiswa serta pembaca lainnya tentang pelaksanaan evaluasi pelatihan dan pengaruhnya terhadap kompetensi dan kinerja. 2. Aplikatif: a. Menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori pengembangan SDM yang telah dipelajari. b. Memberikan gambaran evaluasi pelatihan sebagai pertimbangan untuk pengembangan dan penyempurnaan program pelatihan sejenis di masa mendatang.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan responden dari peserta pelatihan Penulisan Ilmiah yang dilaksanakan oleh LIPI pada tahun 2013 di lima kota yaitu Bengkulu untuk koridor Sumatera, Pontianak untuk koridor Kalimantan, Menado untuk koridor Sulawesi, Mataram untuk koridor Bali dan Nusa Tenggara serta Ambon untuk koridor Papua dan Kepulauan Maluku. Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawa serta pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti. Evaluasi terhadap Pelatihan Penulisan Ilmiah dilakukan melalui model Kirkpatrick empat tingkat yaitu tingkat reaksi, belajar, perilaku dan hasil.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelatihan
Mangkuprawira (2003) mengemukakan bahwa, pelatihan bagi pegawai merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan kecakapan tertentu serta sikap agar pegawai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan keahlian bekerja yang dapat digunakan dengan segera. Menurut Ivancevich (2008) pelatihan merupakan usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya dalam waktu dekat. Ivancevich mengemukakan bahwa pelatihan adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pelatihan terkait dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sedang dilakukan saat ini. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keahlian dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. Pelatihan menurut Dessler (2004) adalah proses mengajarkan pegawaitentangkeahlian yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu pegawai dalam dunia kerja. Pegawai baru maupun lama perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. Pelatihan adalah sebuah proses dimana pegawai mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan organisasional (Mathis dan Jackson 2006). Menurut Hamalik (2007), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam bidang
7
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi. Menurut Rivai (2009), pelatihan adalah secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan adalah salah satu bentuk edukasi dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Dari pengertian pelatihan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan kerja adalah suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pegawai atau individu. Pelatihan juga berarti suatu proses penyampaian pengetahuan, keahlian, dan pembinaan sikap kerja pegawai atau calon pegawai yang dilaksanakan dengan cara terbimbing dan sistematis. Pelatihan pegawai sangat penting dalam rangka memajukan organisasi. Dengan adanya proses pelatihan ini, perbaikan efektivitas dan efisiensi kerja pegawai dapat dicapai dengan meningkatkan pengetahuan pegawai, keahlian dan sikap pegawai terhadap tugasnya. Harapannya, dengan adanya pelatihan tersebut kepercayaan diri dan semangat kerja pegawai dapat ditingkatkan. Menurut Mathis dan Jackson (2006), penerapan yang efektif dari pelatihan strategis membutuhkan penggunaan dan sebuah proses pelatihan yang sistematis, sebagaimana digambarkan oleh bagan berikut: PENILAIAN - Menganalisis kebutuhan pelatihan - Mengidentifikasikan tujuan dan kriteria pelatihan
PERANCANGAN - Memilih metode pelatihan - Merencanakan isi pelatihan
PENYAMPAIAN - Menjadwalkan pelatihan - Melaksanakan pelatihan - Memantau pelatihan
EVALUASI - Mengukur hasilhasil pelatihan - Membandingkan hasil dengan tujuan/kriteria
Gambar 2 Proses pelatihan
1. Penilaian Pelatihan dirancang untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.Oleh sebab itu, penilaian dari kebutuhan pelatihanorganisasi mencerminkan tahapan diagnostik dari penentuan tujuanpelatihan. Penilaian ini melihat pada masalahmasalah kinerjapegawai dan kebutuhan organisasi untuk menentukan apakah dengan diadakannya pelatihan akan menyelesaikan masalah tersebut atau tidak. 2. Perancangan Setelah tujuan pelatihan ditentukan, rancangan pelatihan dapat disusun baik bersifat spesifik menurut pekerjaan maupun bersifat lebih luas. Pelatihan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah dinilai dan ditentukan. Rancangan pelatihan yang efektif mempertimbangkan konsep-
8
konsep pembelajaran, masalah hukum, dan pendekatan lain yang terkait dengan pelatihan. 3. Penyampaian Setelah pelatihan dirancang, penyampaian latihan dapat dimulai. Biasanya disarankan agar pelatihan tersebut diuji terlebih dulu atau dilaksanakan dalam percobaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa pelatihan tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi dan sesuai dengan rancangan yang telah disusun. 4. Evaluasi Evaluasi pelatihan membandingkan hasil sesudah pelatihan pada tujuan yang diharapkan oleh para penyelenggara, fasilitator, dan peserta pelatihan. Pelatihan telah menghabiskan banyak biaya dan waktu, oleh karena itu evaluasi mutlak perlu dilakukan untuk perbaikan pelatihan sejenis di masa mendatang. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji apakah pelatihan tersebut efektif dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Suatu program pelatihan dikatakan berhasil apabila peserta mampu mengikuti pelatihan dengan baik dan dapat menerapkan kecakapan barunya dalam tugas-tugasnya sehingga terjadi peningkatan kinerja, baik kinerja individu maupun kinerja organisasi (Alwi, 2001). Maka program pelatihan yang efektif adalah program pelatihan yang membawa hasil positif sehingga mampu meningkatkan kinerja, baik itu kinerja individu maupun kinerja organisasi. Menurut Rae (2005) evaluasi program pelatihan adalah pendekatan penilaian yang memperhatikan kelengkapan proses pelatihan atau pembelajaran dan terutama lebih ditekankan pada pengukuran pengaruh dan dampak dari pelatihan terhadap praktik individu pada pekerjaannya. Evaluasi terhadap program pelatihan sangat penting untuk memperoleh umpan balik bagi program pelatihan serupa atau pelatihan lanjutan. Program pelatihan harus mempersiapkan pegawai untuk dapat mengelola kecakapan baru dan perilaku mereka dalam tugas (Alwi, 2001). Menurut Robert L Mathis dan John H Jackson (2006), evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan pada tujuan-tujuan yang diharapkan oleh para penyelenggara, fasilitator, dan peserta pelatihan. Evaluasi pelatihan memberikan kontribusi kepada teori potensial untukmeningkatkan kematangan bidang Human Resources Development (HRD) dan memberikan informasi bahwa pelatihan dapat meningkatkan kinerja (Lien, Hung and McLean 2007). Rae (2005) mengungkapkan beberapa alasan mengapa harus melakukan evaluasi pelatihan. Alasan tersebut adalah: 1. Memastikan bahwa pelatihan bertujuan untuk membuat perubahan dalam pelaksanan tugas para pegawai dan organisasi; 2. Memberikan justifikasi bahwa investasi yang telah dilakukan oleh organisasi dalam menyelenggarakan pelatihan berjalan dengan baik; 3. Mengevaluasi investasi pelatihan yang berkenaan dengan biaya dan nilai manfaat; 4. Menyediakan berbagai instrumen untuk mendapatkan bukti yang kongkret dalam melihat keefektifan dari program pelatihan; 5. Mendapatkan penilaian terhadap suatu program pelatihan untuk perancangan program pelatihan di masa mendatang;
9
6. 7. 8.
Memastikan bahwa sasaran program pelatihan dapat dicapai; Menunjukan apakah peserta pelatihan dapat mencapai sasaran pribadinya; Membantu peserta pelatihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya, apa yang harus mereka lakukan terhadap pembelajaran yang sudah diterimanya, dan membuat mekanisme untuk dapat melakukan hal-hal yang praktis dari pembelajaran; 9. Mendapatkan masukan untuk perbaikan program pelatihan di masa mendatang; 10. Membantu peserta pelatihan untuk menilai pencapaian sasaran pribadi mereka dan memberikan informasi yang jelas kepada para manajer untuk melakukan hal yang sama; 11. Merupakan kesempatan paling efektif untuk melibatkan lebih banyak orang, bukan hanya pelatih dan pembelajar; dan 12. Mendukung implementasi praktis dari pembelajaran oleh peserta pelatihan dalam dunia kerja. Dari penjabaran alasan-alasan melakukan evaluasi program pelatihan diatas dapat menggambarkan dengan jelas betapa pentingnya evaluasi pada program pelatihan. Evaluasi program pelatihan dapat dilakukan dengan berbagai model evaluasi pelatihan, salah satunya adalah menggunakan model evaluasi pelatihan Kirkpatrick. Menurut Rae (2005) model evaluasi pelatihan Kirkpatrick merupakan model yang praktis dan tidak kompleks. Model evaluasi ini banyak diterapkan dalam evaluasi pelatihan di berbagai organisasi. Hal ini dikarenakan model ini memiliki kekuatan pada pengukuran hasil pelatihan dalam penggunaannya di tempat kerja. Selain itu model ini dapat disesuaikandengan kebutuhan organisasi. Model evaluasi ini pertama kali dikembangkan oleh Kirkpatrick pada tahun 1959, dan terus mengalami perkembangan. Perkembangan model ini terletak pada model analisis yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap suatu pelatihan.Ada empat pendekatan menurut Kirkpatrick dalam melakukan evaluasi terhadap program pelatihan yaitu tingkat reaksi, belajar, perilaku dan hasil. 1. Tingkat reaksi Mengevaluasi reaksi peserta pelatihan dengan mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila proses pelatihan dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Peserta akan belajar lebih baik mana kala mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta pelatihan dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur/fasilitator, kompetensi fasilitator, media pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan. 2. Tingkat belajar Ada tiga hal yang fasilitator ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan, sikap maupun keahlian. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan keahlian. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program pelatihan maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa
10
adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan keahlian pada peserta pelatihan maka program dapat dikatakan gagal. 3. Tingkat perilaku Evaluasi pada level ketiga ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap pada level kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level dua difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku level ini lebih difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Apakah perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti pelatihan juga akan diimplementasikan setelah peserta kembali ke tempat kerja, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Perubahan perilaku apa yang terjadi di tempat kerja setelah peserta mengikuti program pelatihan. Penilaian pada tingkat ini adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi level ketiga dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan. 4. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil dalam level keempat difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi setelah peserta mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program pelatihan diantaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. Menurut Mann dan Robertson (1996), kekuatan pada model ini pada perilaku peserta dalam menerapkan materi pelatihan setelah kembali ke dunia kerja. Model evaluasi ini secara ringkas dapat dipahami melalui gambar berikut:
Sumber: http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/sat2.html (2015)
Gambar 3 Model Evaluasi Pelatihan oleh Kirkpatrick
11
Kompetensi
Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya. Trotter dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan keahliannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Boyatzis dalam Hutapea dan Nurianna Thoha (2008) menyatakan bahwa kompetensi adalah kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Byars dan Rue (1997) kompetensi didefinisikan sebagai suatu sifat atau karakteristik yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan agar dapat melaksanakan jabatan dengan baik, atau juga dapat berarti karakteristik/ciri-ciri seseorang yang mudah dilihat termasuk pengetahuan, kecakapan, dan perilaku yang memungkinkan untuk berkinerja. Pertimbangan kebutuhan kompetensi mencakup: 1. Permintaan masa mendatang berkaitan dengan rencana dan tujuan strategis dan operasional organisasi. 2. Mengantisipasi kebutuhan pergantian manajemen dan pegawai. 3. Perubahan pada proses, teknologi dan peralatan organisasi. 4. Evaluasi kompetensi pegawai dalam melaksanakan kegiatan dan proses yang ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksikan pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yangdigunakan. Analisa kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivas tingkatkinerja yang diharapkan. Antonacopoulou dan Gerald (1996) menyebutkan kompetensi terdiri dari sifat-sifat unik setiap individu yang diekspersikan dalam proses interaksi dengan pihak lain dalam konteks sosial, jadi tidak hanya terbatas pada pengetahuan dan skill yang spesifik atau standar kinerja yang diharapkan dan perilaku yang diperlihatkan. Mengacu pada berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang mencakup tugas, keahlian, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat melaksanakan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi sumber daya tersebut. Kompetensi seseorang dapat berkembang atau meningkat melalui beberapa cara, seperti melalui pengalaman, belajar sendiri, pendidikan formal maupun melalui pelatihan tertentu. Masingmasing pola perkembangan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, namun akan lebih baik jika diperoleh melalui perpaduan dari semua cara tersebut. Merujuk pada aspek teoritis dan praktis perkembangan kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan dapat dikatakan lebih lengkap dan mendalam dari pada melewati pengalaman. Hal ini karena pelatihan dirancang berdasarkan sistem belajar yang terstruktrur yang dibimbing oleh banyak fasilitator. Lain
12
halnya dengan perkembangan kompetensi yang diperoleh melalui pengalaman, dimana lebih banyak didasarkan pada kegiatan praktek langsung sebagai respon dari kebutuhan hidup dimana selama ini sumber daya tersebut tinggal dan bermukim. Peneliti memiliki standar kompetensi yang harus dipenuhi dan tertuang dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/E/2009 tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti. Yang dimaksud dengan kompetensi menurut peraturan tersebut adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil (PNS) berupa gabungan antara pengetahuan (knowledge), kecakapan atau keahlian (skill), dan sikap perilaku (attitude) yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga PNS tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien. Kompetensi juga didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keahlian, dan sikap yang saling terkait mempengaruhi sebagian besar jabatan (peran dan tanggung jawab), berkorelasi dengan kinerja pada jabatan tersebut dan dapat diukur dengan standar-standar yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya pelatihan dan pengembangan. Kompetensi tersebut dibangun melalui kemampuan dalam: 1. Pengetahuan yaitu pemahaman atas segala aspek yang ada dalam pekerjaan yang berkaitan dengan proses, bahan, alat, hasil, dan hal-hal lain yang mendasarinya. 2. Kecakapan atau kemahiran adalah suatu bentuk kemampuan penggunaan fisik (organ tubuh) dan atau mental (daya nalar atau daya pikir) yang diaktualisasikan dalam praktek. 3. Sikap atau kualitas pribadi yaitu perpaduan antara penampilan (performance) dan perilaku (behaviour) yang berbentuk penguasaan atau pengendalian diri atau pemilikan sifat interaktif dalam beraktivitas.
Kinerja Menurut Prabu (2007) Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Kelangsungan hidup suatu organisasi tergantung salah satu diantaranya pada prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, karena pegawai merupakan unsur terpenting yang harus mendapatperhatian. Pencapaian tujuan organisasi menjadi kurang efektif apabila banyak pegawainya yang tidak berprestasi dan hal ini akan menimbulkan pemborosan bagi organisasi. Oleh karena itu prestasi kerja pegawai harus benar-benar diperhatikan. Wahyu (2009) mendefinisikan kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap pegawai sebagai prestasi kerja yang dihasilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Bernardin dan Russel (1998) mengemukakan mengenai kinerja yaitu sebagai hasil yang diproduksi oleh fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatankegiatan pada pekerjaan tertentu pada periode waktu tertentu. Hasil kerja tersebut merupakan hasil dari kemampuan, kecakapan, dan keinginan yang dicapai.
13
Kinerja menurut Milkovich dan Boudreau (1997) adalah kinerja pegawai yang merupakan tingkat dimana pegawai melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Kinerja pegawai haruslah dijadikan indikator penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Kinerja pegawai yang baik akan memberikan iklim yang baik bagi keberlangsungan perusahaan. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2006). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan pegawai, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu yang hasilnya dapat dinikmati oleh kelompoknya atau organisasi tersebut. Pencapaian kinerja bergantung pada motivasi atau keinginan individu yang bersangkutan untuk mencapainya, disamping itu juga diperlukan faktor pendukung lain seperti kemampuan dan keahlian.
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada berberapa penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagian besar hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa pelatihan memiliki pengaruh terhadap kompetensi dan kinerja pegawai. Hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Penelitian terdahulu yang relevan Studi Oleh
Judul Penelitian
Alat Analisis
Kesimpulan
Agus Sutiyono (2010)
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Komepetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja
Pelatihan, Motivasi dan Kinerja
Peningkatan kinerja petugas dapat dilakukan melalui kegiatan penerapan model pelatihan Competence Based Education and Pelatihan (CEBT) dengan mempertimbangkan motivasi kerja
Dedeh Sofia Hasanah (2011)
Pengaruh Pendidikan Latihan (Pelatihan) Kepemimpinan Guru dan Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Babakancikao Kabupaten Purwakarta
Pelatihan, iklim kerja dan kinerja
Terdapat pengaruh secara simultan Pelatihan kepemimpinan guru dan iklim kerja terhadap kinerja guru
14
Lanjutan Tabel 2 Penelitian terdahulu yang relevan Studi Oleh
Judul Penelitian
Alat Analisis
Kesimpulan
Yunita Hasri Herdianti (2012)
Evaluasi Pascapelatihan Perilaku Caring pada Perawat di Unit Kerja Rumah Sakit
-
Penelitian yang menggunakan tiga tahapan evaluasi dari Kickpatrick. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelatihan meningkatkan pengetahuan tentang caring dan perubahan sikap caring peserta
Aryo Teguh Pribadi (2013)
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kemampuan dan Kinerja Pegawai
Metode dan materi pelatihan, kemampuan kerja dan kinerja
Terdapat pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kemampuan dan kinerja pegawai
Rosianton Herlambang, Adam Idris, Muhammad Noor, (2014)
Implementasi Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Camat Bontang Barat Kota Bontang
-
Pengembangan kompetensi yang dilakukan memberikan kontribusi yang berarti untuk menunjang aktivitas pegawai dalam meningkatkan kinerja.
Reni Widyasari M. Djudi, Mukzam Arik Prasetya (2015)
Pengaruh Pelatihan terhadap Kemampuan dan Kinerja Karyawan
Metode, instruktur dan materi pelatihan Kemampuan kerja dan kinerja
Terdapat pengaruh metode, instruktur dan materi pelatihan terhadap kemampuan kerja dan kinerja karyawan
Dari Tabel 2 terlihat bahwa beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa pelatihan memiliki pengaruh terhadap kompetensi dan kinerja pegawai. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat gambaran evaluasi pelatihan serta membuktikan secara ilmiah bahwa Pelatihan Penulisan Ilmiah memiliki pengaruh terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawa.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran evaluasi Pelatihan Penulisan Ilmiah yang diselenggarakan oleh LIPI pada tahun 2013. Model evaluasi pelatihan yang digunakan adalah model empat tingkat Kirkpatrick. Disamping evaluasi pelatihan, penelitian ini bertujuan melihat seberapa kuat pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawa. Oleh
15
karena itu, kompetensi dan kinerja peneliti yang akan ditelaah dalam penelitian ini hanya yang berkaitan dengan kemampuan menulis atau publikasi ilmiah. Untuk melihat pengaruh pelatihan dan kompetensi, digunakan instrumen yang disesuiakan dengan Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/E/2009 tentang Standar Kompetensi Peneliti. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Kepala LIPI nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penleiti, peneliti memiliki empat jenjang yaitu pertama, muda, madya dan utama. Untuk kenaikan ke jenjang berikutnya diperlukan standar kompetensi yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja sesuai dengan Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/E/2009 tersebut. Peserta pelatihan yang menjadi alumni dalam penelitian ini berasal dari tiga jenjang yang berbeda yaitu pertama, muda, dan madya sehingga kompetensi dan kinerja yang dituntut dari mereka tersebar dari tiga jenjang tersebut. Disamping itu, peneliti yang akan naik ke jenjang berikutnya juga harus memenuhi hasil kerja minimal yang disyaratkan. Hasil kerja minimal peneliti pertama untuk naik ke peneliti muda adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang tidak diterbitkan, KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah, dan KTI terbit dalam jurnal tidak terakreditasi. Untuk peneliti Muda yang akan naik ke jenjang peneliti Madya harus memenuhi hasil kerja minimal yaitu KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional dan KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi. Bagi peneliti muda yang akan naik ke jenjang peneliti madya harus memenuhi hasil kerja minimal yaitu KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Semua pemenuhan hasil kerja tersebut dapat diganti dengan KTI yang memiliki nilai lebih tinggi, sedangkan untuk unsur kegiatan memimpin kelompok penelitian dan pembinaan kader peneliti juga dapat diganti dengan unur kegiatan yang memiliki nilai lenih tinggi.
Kerangka pemikiran konseptual dan operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5 berikut.
16
Tugas Peneliti
Kondisi permasalahan 1. Kompetensi menulis karya ilmiah rendah 2. Jumlah publikasi ilmiah rendah
Kinerja Peneliti
Target 1. Kompetensi menulis karya ilmiah meningkat 2. Jumlah publikasi karya ilmiah meningkat
Variabel Bebas (X) PelatihanPenulisan Ilmiah 1. Evaluasi tingkat reaksi 2. Evaluasi tingkat belajar 3. Evaluasi tingkatperilaku 4. Evaluasi tingkat hasil
Variabel Terikat (Y1) Kompetensi peneliti 1. Pengetahuan 2. Keahliah 3. Sikap kerja
Variabel Terikat (Y2) Kinerja peneliti 1. KTI yang tidak diterbitkan 2. KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah 3. KTI terbit dalam jurnal tidak terakreditasi 4. KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional 5. KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi 6. KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Konseptual
17
Rumusan masalah
Implikasi Manajerial Tujuan penelitian Modifikasi model dan penerapan model baru
Studi literatur
Identifikasi data
Pengolahan data, evaluasi dan analisis model
Pembentukan model dengan SEM
Penyebaran kuisioner
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional
Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian evaluasi (evaluation study). Penelitian evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilakukan. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan dan atau peningkatan program tersebut. Analisis data dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif untuk melihat secara umum gambaran evaluasi pelatihan yang telah dilaksanakan. Selain itu, juga digunakan metode eksplanatif kuantitatif, yaitu metode sistematis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang diteliti. Metode ini digunakan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja peneliti di luar Jawaserta ada tidaknya pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti.
Variabel penelitian
Beberapa variabel, subvariabel serta indikator yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
PLS
18
Tabel 3 Variabel dan Indikator Penelitian No
Variabel
1
Variabel Bebas
2
Variabel terikat (Kompetensi)
Subvariabel
Indikator
Evaluasi tingkat reaksi
Reaksi atau kepuasan peserta terhadap pelaksanaan pelatihan secara keseluruhan, meliputi: 1 Pelaksanaan pelatihan 2 Fasilitator 3 Materi susbtansi 4 Fasilitas pendukung
Evaluasi tingkat belajar
Identifikasi peningkatan kompetensi peserta
Evaluasi tingkat perilaku
Sejauh mana peserta menerapkan materi pelatihan
Evaluasi tingkat hasil
Sejauh mana peserta merasakan manfaat pelatihan terhadap peningkatan kinerja
Pengetahuan
1 Menguasai teknik penulisan ilmiah 2 Menguasai teknik presentasi
Keahlian
1 Mampu berkomunikasi dengan baik 2 Mampu menulis dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar 3 Mampu menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar
Sikap kerja
3
Variabel terikat (kinerja)
Hasil Kerja
1 2 3
Jujur Bertanggung jawab Disiplin
4 5 6 7
Dapat bekerja sama Kreatif Motivatif Inovatif
1
KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian) KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional
2 3 4 5 6
Setiap variabel dan subvariabel tersebut memiliki indikator yang akan menjadi ukuran dalam analisis data penelitian.
19
Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yang berasal dari instrumen yang diisi oleh alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah tahun 2013 yang dilaksanakan di lima koridor. Tiap koridor dilaksanakan satu kelas pelatihan dengan jumah peserta 30 peneliti. Sehingga populasi untuk penelitian ini berjumlah 150 alumni. Instrumen dikirimkan ke semua alumni melalui email. Selain melalui instrumen atau kuisioner, juga dilakukan wawancara kepada alumni dan atasan alumni untuk mengetahui tingkat keberhasilan keikutsertaan alumni dalam pelatihan dan pengaruhnya terhadap kompetensi maupun kinerja alumni serta berbagai kondisi dan kendala yang dialami peneliti dalam pemenuhan kompetensi dan kinerjanya tersebut.
Metode Pengolahan Data
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan dalam pengukuran evaluasi terhadap pelaksanaan pelatihan dilihat dari sisi reaksi, belajar, perilaku dan hasil. Disamping itu statistik deskriptif juga digunakan untuk menyusun gambaran secara umum tentang potret atau gambaran kompetensi dan kinerja peneliti luar Jawa. 2. Teknik statistika Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Partial Least Square (PLS). Analisis PLS termasuk keluarga statistik multivariat dependensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. PLS merupakan salah satu dari Struktural Equation Modelling (SEM) yang berbasis varian, digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada data seperti ukuran sampel kecil, adanya data hilang dan adanya multikolinieritas (Jogiyanto dan Abdillah 2009). a. Model analisis Terdapat tiga komponen pada model persamaan struktural yaitu analisis jalur, konsep variabel laten dan model pengukuran, serta penguraian pengaruh variabel laten (Bollen 1989). Pada diagram jalur dipresentasikan sebuah persamaan simultan. Penggunaan diagram lintas memberikan keuntungan dalam menggambarkan hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan melalui diagram lintas berikut ini.
20
Gambar 6 Diagram umum model SEM Keterangan: η = Variabel dependen (laten tak bebas) ξ = Variabel independen (laten bebas) γij = Besar muatan faktor ξdalam membentuk ηj ς = Tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan variabel η λ = Loading factor (koefisien jalur) Secara umum SEM dapat dipilah dalam dua bagian yaitu model persamaan struktural (structural equation model) dan model pengukuran (measurement model). Model persamaan struktural menjelaskan keterkaitan hubungan antar variabel laten. Model pengukuran menjelaskan keterkaitan hubungan variabel laten dengan variabel indikatornya (Sitinjak 2006). b. Evaluasi model Evaluasi model dalam PLS dilakukan dengan melakukan evaluasi pada outer model dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model, sedangkan inner model merupakan model struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel (Jogiyanto dan Abdillah 2009). 1) Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran) Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas variabel dan reliabilitas indikator. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan indikator penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam SmartPLS ada dua macam, yaitu. a) Uji validitas konvergen adalah uji yang berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu variabel seharusnya berkorelasi tinggi. Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur variabel yang sama tersebut memiliki korelasi tinggi. b) Uji validitas diskriminan adalah uji yang berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur variabel yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Validitas diskriminan terjadi jika dua instrumen yang berbeda yang mengukur dua variabel yang diprediksi tidak berkorelasi menghasilkan skor yang memang tidak berkorelasi.
21
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep. Uji reliabilitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan/error free) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam indikatornya (Sekaran 2006). Tabel 4 Parameter uji validitas dan reliabilitas dalam pengukuran PLS Uji Validitas Konvergen
Diskriminan
Parameter Faktor loading Average variance extracted (AVE) Communality
Rule of Thumbs Lebih dari 0.7
Akar AVE dan korelasi variabel laten
Akar AVE > korelasi variabel laten Lebih dari 0.7 dalam satu variable
Cross loading Uji Reliabilitas
Cronbach’s alpha
Composite reliability Sumber: Sekaran (2006)
Lebih dari 0.5 Lebih dari 0.5
Lebih dari 0.6 Lebih dari 0.7
2) Evaluasi inner model (model struktural) Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan mengukur koefisien determinasi atau uji R2 dan koefisien path atau t-value melalui perbandingan t-statistik dan t-tabel. Berikut ini adalah parameter pengukuran inner model dalam PLS. a) Koefisien determinasi (Uji R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen sehingga dapat menggambarkan seberapa besar variabel dependen dapat dipengaruhi oleh variabel independennya. Semakin tinggi nilai R2 semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Jogiyanto dan Abdillah 2009). b) Koefisien path atau t-values Nilai koefisien path menunjukkan signifikasi antar variabel dalam model struktural atau dalam pengujian hipotesis. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis satu ekor (onetailed). Hipotesis diterima apabila nilai t-statistik lebih besar dari 1.64 yang merupakan nilai t-tabel untuk pengujian dengan alpha 5 persen (Jogiyanto dan Abdillah 2009).
22
Gambar 7 Diagram Jalur/path Keterangan: PP1 PP2 PP3 PP4 PP5 PP6 PP7 P1 P2 K1 K2 K3 SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6
= Kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) pengajar/fasilitator sesuai dengan materi dan metode pelatihan = Metode pelatihan (penyampaian materi dan bimbingan penulisan) mendukung tercapainya tujuan pelatihan = Fasilitas pendukung pelatihan (penginapan, kelas, konsumsi, dll) memadai = Pemahaman terhadap materi yang disampaikan = Penerapan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti = Manfaat pelatihan dalam meningkatkan kompetensi peneliti = Manfaat pelatihan dalam meningkatkan kinerja peneliti = Penguasaan dalam teknik penulisan ilmiah = Penguasaan dalam teknik presentasi = Kemampuan berkomunikasi dengan baik = Kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar = Kemampuan menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar = Kemampuan berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah = Kemampuan bertanggung jawab dalam melaksanakan publikasi ilmiah = Kemampuan disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah = Kemampuan bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah = Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah = Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
23
SK7 KN1 KN2 KN3 KN4 KN5
= = = = = =
KN6
Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi KTI hasil penelitian dan pengembangan atau tinjauan/ulasan, tidak/belum diterbitkan, dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah = KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian)
= = = =
=
= =
ε
=
Ksi, variabel laten independen Eta, variabel laten dependen Lamnda (kecil), loading factor Beta (kecil), koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen Gama (kecil), koefisien pengaruh variabel exogen terhadap variabel endogen Zeta (kecil), galat model Delta (kecil), galat pengukuran pada variabel manifest untuk variabel laten independen epsilon (kecil), galat pengukuran pada variabel manifest untuk variabel latendependen
Diagram jalur dalam Gambar 7 tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam model persamaan struktural, yaitu. (1) Hubungan kinerja dengan keahlian, pengetahuan, sikap kerja dan pelatihan 1 = β12 + β23 + β34+ β34+ + (2) Hubungan keahlian dengan pelatihan 2 = + (3) Hubungan pengetahuan dengan pelatihan 3 = + (4) Hubungan sikap kerja dengan pelatihan 4 = + Konversi diagram path ke dalam model pengukuran adalah. (1) Untuk variabel laten kinerja KN1 = 11 +ε KN2= 21 +ε KN3 = 31 +ε KN4 = 41 +ε KN5 = 51 +ε KN6 = 61 +ε (2) Untuk variabel laten keahlian (kompetensi) K1 = 72+ε K2 = 82+ε K3 = 92+ε
24
(3) Untuk variabel laten pengetahuan (kompetensi) P1 = 103+ε P2 = 113+ε (4) Untuk variabel laten sikap kerja (kompetensi) SK1 = 124+ε SK2 = 134+ε SK3 = 144+ε SK4 = 154+ε SK5 = 164+ε SK6 = 174+ε (5) Untuk variabel laten Pelatihan Penulisan PP1 = 181+ PP2= 192 + PP3= 203 + PP4 = 214 + PP5 = 225 + PP6 = 236 + PP7 = 247 +
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pelatihan terhadap kompetensi peneliti, yang berarti bahwa materi yang disampaikan, kompetensi fasilitator, metode pembelajaran, sarana dan prasarana dan penyelenggara pelatihan memiliki hubungan terhadap peningkatan kompetensi peneliti pelatihan baik berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja; Terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja peneliti, yang berarti bahwa materi yang disampaikan, kompetensi fasilitator/pengajar, metode pembelajaran, sarana dan prasarana dan penyelenggaraan pelatihan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja peneliti; serta Terdapat pengaruh peningkatan kompetensi yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja terhadap kinerja peneliti. Hipotesis operasionalnya adalah. H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
= Terdapat pengaruh signifikan pada variabel pelatihan terhadap pengetahuan peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel pelatihan terhadap keahlian peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel pelatihan terhadap sikap kerja peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel pelatihan terhadap kinerja peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel pengetahuan terhadap kinerja peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel sikap kerja terhadap kinerja peneliti = Terdapat pengaruh signifikan pada variabel keahlian terhadap kinerja peneliti
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014, yang dimaksud dengan peneliti adalah insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu bidang keilmuan yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pejabat fungsional peneliti adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan (litbang) instansi pemerintah. Sementara itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/128/M.PAN/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya, Instansi Pembina Jabatan Peneliti, adalah instansi yang secara fungsional memiliki tugas pokok dan fungsi penelitian dan pengembangan dalam lingkup nasional dalam hal ini LIPI. Sampai dengan data Agustus 2015, terdapat 9.148 fungsional peneliti di bawah pembinaan LIPI. Peneliti itu tersebar di 38 Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagaimana data dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah peneliti seluruh Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Instansi Kementerian Pertanian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Kesehatan Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Badan Tenaga Nuklir Nasional Kementerian Perindustrian Kementerian Dalam Negeri Kementerian Esdm LAPAN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat BPPT Kementerian Agama Kementerian Perhubungan Kementerian Komunikasi & Informasi Kementerian Keuangan Kementerian Sosial Seketaris Jenderal DPR RI BMKG Lembaga Administrasi Negara Kementerian Hukum Dan Ham Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pertama 521 410
Jenjang Peneliti Muda Madya Utama 529 543 257 535 402 251
Jumlah 1850 1598
200
249
263
45
757
156
181
117
69
523
195 116
156 157
92 140
21 45
464 458
76 123 173 130 68 119
120 129 73 55 87 55
183 127 45 57 91 64
72 11 11 31 19 25
451 390 302 273 265 263
3 53 62 43
47 55 30 45
125 58 50 47
70 25 3 5
245 191 145 140
43 6 12 40 41 24 17
31 23 39 32 20 18 11
15 45 24 2 13 26 25
2 10 6 1 1 5 6
91 84 81 75 75 73 59
26
Lanjutan Tabel 5 Jumlah peneliti seluruh Indonesia No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Instansi BKKBN Bakosurtanal Kejaksaan Agung Kementerian Koperasi Kementerian Perdagangan Kementerian Pariwisata Mahkamah Konstitusi Badan Pusat Statistik Badan Pertanahan Nasional Kementerian Pertahanan Badan Standarisasi Nasional Badan Pengawas Tenaga Nuklir Mahkamah Agung RI Arsip Nasional RI Badan Kepegawaian Negara J U M L A H
Pertama 19 6 10 6 17 7 14 3 7 16 6 1 2 4 2 2.749
Jenjang Peneliti Muda Madya Utama 6 21 1 14 20 4 5 12 2 3 17 2 4 1 0 5 7 1 5 0 0 6 5 3 3 6 1 1 0 0 2 4 1 1 5 1 3 0 0 1 0 0 1 1 0 2.736 2.652 1.007
Jumlah 47 44 29 28 22 20 19 17 17 17 13 8 5 5 4 9.148
Sumber: Data Pusbindiklat Peneliti LIPI (Agustus 2015)
Profil Alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah Tahun 2013
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada alumni yaitu peneliti yang menjadi alumni Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah tahun 2013. Selain melalui penyebaran kuisioner, juga dilakukan wawancara terhadap beberapa alumni, atasan dan rekan alumni untuk melihat gambaran evaluasi pelatihan dan pengaruhnya terhadap kompetensi dan kinerja alumni. Terdapat 27 kuisioner yang tidak kembali, hal ini disebabkan karena ada beberapa alumni yang dipindahtugaskan ke unit kerja nonlitbang atau bebas sementara karena sedang melaksanakan tugas belajar. Oleh karena itu, data yang dipakai untuk penelitian ini berasal dari 123 alumni, yaitu 27 alumni berasal dari koridor Sumatera, 25 alumni dari koridor Kalimantan, 23 alumni dari koridor Sulawesi, 26 dari koriodor Bali dan Nusa Tenggara Barat dan 22 alumni dari Kepulauan Maluku dan Papua. Karakteristik alumni berdasarkan jenis kelamin adalah, 74 berjenis kelamin laki-laki dan 49 alumni berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan latar belakang pendidikan, 74 alumni memiliki pendidikan S1, 55 alumni berpendidikan S2 dan satu alumni berpendidikan S3. Selain latar belakang pendidikan, alumni dibedakan berdasarkan jenjang jabatan fungsionalnya yaitu, 76 alumni duduk dalam jabatan peneliti pertama, 35 alumni dalam jabatan peneliti muda dan 12 alumni dalam jabatan peneliti madya. Pelatihan Penulisan Ilmiah yang dilaksanakan di lima koridor pada tahun 2013 ini diikuti oleh para peneliti yang berasal dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian (LPNK). Sebaran dari 123 alumni ini adalah 43 alumni berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 43 alumni dari
27
Kementerian Pertanian, 10 alumni dari Kementerian Dalam Negeri, sembilan alumni dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, delapan alumni dari LIPI, tujuh alumni dari Kementerian Perindustrian, lima alumni dari Kementerian Kehutanan, empat alumni dari Kementerian Kesehatan dan maisng-masing satu alumni dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan BKKBN. Profil alumni secara ringkas dapat dilihat Tabel 6. Tabel 6 Profil alumni pelatihan penulisan ilmiah tahun 2013 No
Keterangan
Koridor Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Barat Kepulauan Maluku dan Papua 2 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 3 Jenjang Jabatan Pertama Muda Madya 4 Pendidikan terakhir S1 S2 S3 5 Asal Instansi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pertanian Kementerian Dalam Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan LIPI Kementerian Perindustrian Kementerian Kehutanan Kementerian Kesehatan Kementerian Komunikasi dan Informatika BKKBN Sumber : Hasil olah data (2014)
Jumlah
Responden Prosentase (%)
1
27 25 23 26 22
22 20 19 21 18
49 74
40 60
76 35 12
62 28 10
67 55 1
54 45 1
43 35 10 9 8 7 5 4 1 1
35 28 8 7 7 6 4 3 1 1
Uji validitas dan Reabilitas
Sebagaimana yang disebutkan dalam metode penelitian, alat analisis untuk penelitian ini menggunakan structural equation modelling (SEM). SEM digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya, hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel laten yang lain, juga mengetahui besarnya kesalahan pengukuran. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis partial least square (PLS). Analisis PLS termasuk keluarga statistik multivariat dependensi yang memungkinkan dilakukannya analisis satu atau lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen. PLS merupakan salah satu dari SEM yang
28
berbasis varian, digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada data seperti ukuran sampel kecil, adanya data hilang dan adanya multikolinieritas (Jogiyanto dan Abdillah 2009). Sebelum kuisioner disampaikan ke alumni, kuisioner terlebih dahulu diujicobakan ke beberapa alumni yang memiliki karakteristik hampir sama dengan alumni yang menjadi target dalam penelitian ini. Hasil perhitungan dari uji validitas dan reabilitas untuk kuisioner uji coba tersebut menunjukkan hasil valid dan reliabel. Akan tetapi salah satu rangkaian dari pengolahan data menggunakan PLS adalah melakukan kembali uji validitas dan reabilitas. Uji validitas menggunakan dua uji yaitu uji validitas konvergen dan diskriminan. Uji validitas konvergen diketahui berdasarkan hasil luaran average variance extracted (AVE) dan communality dengan nilai lebih dari 0.5, dan nilai luaran cross loading lebih dari 0.7. Hasil perhitungan AVE dan communality untuk penelitian ini menunjukkan hasil lebih dari 0.5 yaitu antara 0.6 sampai dengan 0.8. Hasil perhitungan AVE dan communality tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil uji validitas konvergen Variabel Pelatihan Pengetahuan Keahlian Sikap kerja Kinerja Sumber : Hasil olah data (2014)
AVE 0.596119 0.81381 0.769116 0.73611 0.479199
Communality 0.596119 0.81381 0.769116 0.73611 0.479199
Perhitungan outer loading pada beberapa indikator menunjukkan nilai kurang dari 0.7, yakni variabel pelatihan dengan indikator metode palatihan dan fasilitas pendukung pelatihan, serta variabel kinerja dengan indikator KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi, KTI yang tidak diterbitkan, KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional, dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional, sebagaimana terlihat dalam Lampiran 1. Nilai outer loading kurang dari 0.7 tersebut menunjukkan bahwa variabel dan indikator yang digunakan tidak valid sehingga diperlukan reestimasi dengan menghilangkan indikator-indikator yang tidak valid tersebut. Setelah dilakukan reestimasi dengan menghilangkan indikator yang tidak valid, hasilnya menunjukkan nilai lebih dari 0.7 sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel dan indikator yang digunakan untuk analisis SEM selanjutnya bersifat valid. Hasil perhitungan outer loading sesudah reestimasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Perbedaaan nilai hasil uji validitas dalam kuisioner yang disampaikaan sebelum dan pada saat penelitian bisa saja disebabkan karena metode peyampaian kuisioner. Pada saat uji coba (pra penelitian), kuisioner disampaikan secara langsung ke alumni, sedangkan pada saat penelitian, kuisioner disampaikan ke alumni melalui email. Penyampaikn melalui email ini bisa jadi menyebabkan ada beberapa hal yang dirasa kurang jelas namun tidak dapat disampaikan langsung kepada peneliti. Alumni mengisi kuisioner berdasarkan intrepretasi masingmasing. Hal ini bisa jadi salah satu yang menjadi penyebab perlu dilakukan
29
reestimasi perhitungan outer loading karena ada beberapa indikator yang memiliki nilai kurang dari 0.7. Selain uji validitas konvergen, perlu juga dilakukan uji validitas diskriminan. Parameter yang digunakan untuk uji validitas diskriminan dapat diketahui dari hasil luaran alogaritma yang berupa cross loading, akar AVE dan korelasi variabel laten. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa akar AVE pada semua variabel lebih besar dari korelasi antar variabel laten. Selain itu, diketahui bahwa nilai cross loading indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel sendiri lebih besar dibandingkan dengan variabel lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi validitas diskriminan. Hasil perhitungan cross loading, akar AVE dan korelasi variabel laten dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Tabel 8 Hasil perhitungan akar AVE dan korelasi variabel laten Variabel
Akar AVE
Keahlian 0.877886 Kinerja 0.861224 Pelatihan 0.816963 Pengetahuan 0.902353 Sikap kerja 0.857969 Sumber : Hasil olah data (2014)
Keahlian
Kinerja
Pelatihan
Pengetahuan
1 -0.048659 0.615551 0.811572
1 -0.23139 -0.08898
1 0.681451
1
0.690246
-0.13432
0.697737
0.770651
Sikap kerja
1
Tabel 9 Hasil perhitungan cross loading Indikator
Keahlian
Kinerja
Pelatihan
Pengetahuan
Sikap kerja
PP1 PP4 PP5 PP6 PP7 P1 P2 K1 K2 K3 SK1
0.424798 0.567876 0.589588 0.406805 0.501777 0.737419 0.734364 0.924406 0.916351 0.786019 0.604176
-0.2339 -0.29054 -0.12124 -0.13466 -0.15205 -0.09804 -0.05666 -0.09656 -0.01848 0.005263 -0.21731
0.733329 0.82626 0.785896 0.847346 0.883763 0.699137 0.505685 0.608709 0.591388 0.375395 0.683773
0.499827 0.635545 0.510045 0.516534 0.599793 0.934345 0.869185 0.833383 0.677745 0.605477 0.717883
0.516971 0.60903 0.5337 0.533508 0.639556 0.715632 0.675973 0.683245 0.634548 0.465064 0.881982
SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7
0.585762 0.565176 0.58429 0.663448 0.551221 0.605782
-0.20964 -0.01831 -0.15204 -0.06176 -0.02254 -0.03529
0.708817 0.54574 0.652345 0.493807 0.473974 0.540754
0.664733 0.639899 0.657712 0.706056 0.59248 0.640728
0.870176 0.851653 0.884205 0.84443 0.845208 0.826506
0.894704 0.826387
-0.21068 -0.1866
-0.085028 -0.066698
-0.129323 -0.099469
KN2 -0.024509 KN4 -0.064197 Sumber : Hasil olah data (2014)
30
Selain validitas, juga dilakukan perhitungan untuk melihat apakah variabel atau indikator yang digunakan bersifat reliabel atau tidak. Parameter yang digunakan untuk menilai reliabilitas adalah cronbach alpha dan composite reliability. Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2009) berdasarkan Chin (1995) menyatakan bahwa suatu indikator dikatakan reliabel apabila nilai dari cronbach alpha lebih dari 0.6 dan composite reliability lebih dari 0.7. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai cronbachs alpha lebih dari 0.6 dan nilai dari composite reliability adalah lebih dari 0.7. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah reliabel. Hasil perhitungan Cronbach Alpha dan Composite Reliability dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil uji realiabilitas
Pelatihan Pengetahuan Keahlian Sikap kerja Kinerja
Cronbachs Alpha
Composite Reliability
0.874249 0.77743 0.852994 0.941009 0.655786
0.909041 0.897491 0.909336 0.951257 0.851502
Sumber : Hasil olah data (2014)
Evaluasi Pelatihan Penulisan Ilmiah
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah melihat gambaran evaluasi Pelatihan Penulisan Ilmiah yang diselenggarakan oleh LIPI pada tahun 2013. Model evaluasi pelatihan yang digunakan adalah model evaluasi empat tingkat Kirkpatrick. Kuisioner yang disebarkan menggunakan sistem skoring 1 sampai dengan 10. Skor 1 berarti sangat tidak memuaskan/sangat tidak mampu/sangat tidak setuju, dan skor 10 berarti sangat memuaskan/sangat mampu/sangat setuju. Dengan demikian semakin mendekati nilai 1, penilaian terhadap instrumen tersebut semakin buruk/jelek dan sebaliknya semakin mendekati skor 10 berarti penilaiannya semakin baik. Indikator yang dipakai dalam variabel evaluasi pelatihan adalah penilaian alumni terhadap kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) pengajar/fasilitator, metode pelatihan (penyampaian materi dan bimbingan penulisan), danfasilitas pendukung pelatihan (penginapan, kelas, konsumsi, dll). Selain itu juga ditanyakan tentang pemahaman alumni terhadap materi yang disampaikan, penerapan materi pelatihan oleh alumni, serta pendapat alumni tentang manfaat pelatihan. Hasil evaluasi pelatihan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11.
31
Tabel 11 Evaluasi Pascapelatihan No 1
2
3
4 5 6
Evaluasi
Sumatera
Kalimantan
Kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) pengajar/fasilitator sesuai dengan materi dan metode pelatihan Metode pelatihan (penyampaian materi dan bimbingan penulisan) mendukung tercapainya tujuan pelatihan Fasilitas pendukung pelatihan (penginapan, kelas, konsumsi, dll) memadai Pemahaman terhadap materi yang disampaikan Penerapan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti Manfaat pelatihan dalam meningkatkan kompetensi peneliti Sumber : Hasil olah data (2014)
8
8
Bali dan NTB 8
9
Maluku dan Papua 8
8
9
8
8
8
8
9
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
Sulawesi
Indikator-indikator dalam evaluasi pelatihan tersebut dikonversikan ke dalam evaluasi empat tingkat model Kirkpatrik, yaitu: 1. Evaluasi tingkat reaksi Reaksi atau kepuasan alumni terhadap pelaksanaan pelatihan secara keseluruhanyang diukur melalui penilaian alumniterhadap pelaksanaan pelatihan, fasilitator, materi susbtansi dan fasilitas pendukung. Dari 123 kuisioner yang masuk, alumni pelatihansebagian besar (modus) memberikan skor 8 atau setuju bahwa kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) fasilitator dan pembimbing sesuai dengan materi dan metode pelatihan. Begitupula dengan metode pelatihan dan fasilitas pendukung seperti (penginapan, kelas, konsumsi, dll). Alumni setuju bahwa penyampaian materi penulisan mendukung tercapainya tujuan pelatihan. Fasilitas pendukung lainnya juga dirasakan memadai untuk tercapainya tujuan pelatihan. Metode pelatihan dengan cara pembimbingan penulisan ilmiah secara individu juga dirasakan alumni sangat membantu dalam meningkatkan kompetensi mereka dalam menulis. 2. Evaluasi tingkat belajar Evaluasi tingkat belajar dimaksudkan untuk mengidentifikasikan peningkatan kompetensi peserta. Dari keseluruhan kuisioner, sebagian alumni memberikan skor 8 yang berarti bahwa alumni memahami materi (pengetahuan dan keahlian) yang disampaikan. Metode pelatihan dengan praktek pembimbingan secara inividu membuat alumni cepat memahami dan menyerap materi. Di samping itu juga alumni merasakan terjadi peningkatan kompetensi setelah mengikuti pelatihan terutama kompetensi yang terkait dengan penulisan ilmiah. Hal ini juga dapat diartikan bahwa alumni merasakan telah mengalami perubahan sikap, peningkatan pengetahuan dan peningkatan keahlian dalam hal menulis karya ilmiah.
32
3. EvaluasiTingkat Perilaku Sebagaimana pada evaluasi tingkat belajar, dalam evaluasi ini alumnijuga memberikan skor rata-rata 8 yang berarti bahwa alumni menerapkan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti terutama dalam hal penulisan karya ilmiah. Evaluasi ini lebih difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah alumni kembali ke tempat kerja. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi perubahan sikap alumni dalam menulis ilmiah. 4. Evaluasi tingkat hasil Evaluasi tingkat hasil difokuskan pada hasil akhir (final result) yaitu untuk mengetahui sejauh mana peserta merasakan manfaat pelatihan terhadap peningkatan kinerja. Sebagian besar alumni yang mengisi kuisioner dari lima koridor memberikan skor 9 yang berarti bahwa pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kinerja peneliti. Meskipun secara kuantitas tidak terjadi peningkatan yang signifikan, namun alumni merasakan terjadi peningkatan kualitas penulisan ilmiah setelah mengikuti pelatihan.
Kompetensi Peneliti dalam Penulisan Ilmiah
Pengukuran kompetensi di sini adalah untuk mengetahui tingkat kompetensi yang dimiliki oleh peneliti setelah mengikuti pelatihan. Hal ini juga merupakan rincian bukti dari hasil evaluasi tingkat belajar, bahwa alumni merasakan peningkatan kompetensi setelah mengikuti pelatihan. Kompetensi di sini adalah kompetensi minimal yang wajib dimiliki oleh peneliti tingkat pertama, muda dan madya yang menjadi responden dalam penelitian ini. Indikator dari variabel ini adalah kemampuan alumni dalam hal teknik penulisan ilmiah, teknik presentasi, berkomunikasi dengan baik, menulis dalam bahasa indonesia yang baik dan benar, menulis abstrak dalam bahasa inggris dengan baik dan benar, berlaku jujur, bertanggung jawab, disiplin dalam, dapat bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah, serta kreatif, motivatif dan inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah. Berdasarkan kuisioner yang masuk, sebagian besar alumni memberikan nilai 8 untuk variabel ini. Setelah mengikuti pelatihan, alumnimenyatakan merasakan peningkatan kompetensi dan mampu dalam hal teknik penulisan ilmiah; teknik presentasi; berkomunikasi dengan baik; menulis dalam bahasa indonesia yang baik dan benar; menulis abstrak dalam bahasa inggris dengan baik dan benar; berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah; mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan publikasi ilmiah; disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah; dapat bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah; kreatif, motivatif dan inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah. Dari keseluruhan kuisioner yang diisi, responden memberikan skor 6-7 untuk penilaian terhadap kompetensi yang dimiliki setelah mengikuti diklat. Oleh karena itu, nilai rata-rata untuk hasil penilaian sendiri terhadap peningkatan kompetensi yang dirasakan alumni setelah mengikuti pelatihan dapat dilihat pada Tabel 12.
33
Tabel 12 Kompetensi peneliti dalam penulisan ilmiah No
Kompetensi
Sumatera
Kalimantan
Bali dan NTB
Sulawesi
Maluku dan Papua
1
Penguasaan dalam teknik penulisan ilmiah Penguasaan dalam teknik presentasi Kemampuan berkomunikasi dengan baik Kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar Kemampuan menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar Kemampuan berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan bertanggung jawab dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
7.9
7.9
7.9
8.3
8.3
7.6
7.6
8
8
7.7
7.5
7.9
8
8.3
8
7.6
8
7.9
8.4
8.1
7
8.9
7.3
7.6
7.7
8.4
8.5
8.6
8.7
8.4
8.3
8.4
8.4
8.7
8.4
7.8
7.6
8.1
8.3
7.9
7.9
8.3
8.3
8.4
8.1
7.4
7.6
7.9
8.1
7.8
7.8
8
7.9
8.3
7.9
7.3
7.2
7.6
8.3
7.8
2 3 4
5 6
7 8 9 10 11 12
Sumber : Hasil olah data (2014)
Gambaran tentang kompetensi yang dimiliki oleh alumni atau peneliti yang ada di luar Jawa tersebut berdasarkan pada penilaian alumni sendiri (self evaluation). Kompetensi pengetahuan dan keahlian cenderung lebih nyata (visible) dibandingkan dengan kompetensi sikap kerja. Kompetensi pengetahuan dan kecakapan relatif mudah untuk dikembangkan, salah satunya dengan program pelatihan. Sikap kerja relatif lebih sulit karena karakteristik tersebut dibangun melalui proses yang panjang. Oleh karena berdasarkan pada penilaian sendiri, maka kuisioner juga disampaikan kepada atasan dan rekan kerja alumni. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar atasan menyatakan bahwa alumni menerapkan materi yang didapatkan dan pelatihan. Materi pelatihan juga mewarnai sikap perilaku alumni dalam kegiatan penulisan ilmiah. Hasil wawancara secara umum terkait dengan kompetensi dapat disimpulkan bahwa atasan dan rekan kerja alumni menilai bahwa terjadi peningkatan kompetensi alumni setalah mengikuti pelatihan. Sebagaimana yang disampaikan dalam profil alimni pelatihan penulisan ilmiah, yang menjadi responden dari penelitian ini adalah 49 berjenis kelamin perempuan dan 74 laki-laki. Berdasarkan kuisioner yang masuk, berikut ini merupakan gambaran kompetensi yang dimiliki peneliti setelah mengikuti pelatihan berdasarkan jenis kelamin per koridor, yaitu:
34
Tabel 13 Kompetensi peneliti dalam penulisan ilmiah berdasarkan jenis kelamin No
Kompetensi
1
Penguasaan dalam teknik penulisan ilmiah
2
Penguasaan dalam teknik presentasi Kemampuan berkomunikasi dengan baik Kemampuan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar Kemampuan menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar Kemampuan berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan bertanggung jawab dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kemampuan bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
3 4
5
6
7
8 9
10 11
12
Bali dan NTB
Sulawesi
Maluku dan Papua
Sumatera
Kalimantan
L 7.6
P 8.2
L 7.6
P 8.4
L 7.9
P 7.8
L 8.5
P 8
L 8.3
P 8.3
7.4
7.7
7.4
7.9
8.2
7.8
8.1
7.9
8.7
7.6
7.3
7.7
7.7
8.3
8
8
8.3
8.1
8
7.8
7.3
7.9
7.6
8.6
7.9
7.8
8.6
8.1
8.2
8
6.7
7.4
6.9
6.9
7.1
7.5
7.7
7.5
7.6
7.8
7.9
8.4
8
9.3
8.7
8.4
8.9
8.5
8.5
8.1
8
8.7
7.8
9.3
8.5
8.3
9
8.5
8.3
8.3
7.6
8
7.6
7.5
8.1
8
8.3
8.3
7.9
7.6
7.5
8.4
7.8
8.9
8.6
8
8.4
8.3
8.2
8
7.1
7.7
7,3
7,9
7,8
8
8,2
8
7,7
7,8
7.5
8
7,7
8,5
7,9
8
8,4
8,2
7,9
7,8
7
7.7
7,5
6,8
7,5
7,7
8,3
8
7,8
7,6
Sumber : Hasil olah data (2014)
Keterangan Tabel 13: L = Laki-laki P = Perempuan
Dari tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kompetensi yang dimiliki oleh peneliti berdasarkan jenis kelamin. Keduanya memiliki kemampuan atau kompetensi yang hampir sama dalam hal penulisan ilmiah. Di koridor Sumatera terlihat bahwa peneliti perempuan memiliki kemampuan atau kompetensi yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan peneliti laki-laki. Di koridor Kalimantan juga demikian peneliti perempuan memiliki kompetensi yang sedikit lebih baik dibandingkan peneliti laki-laki kecuali untuk sikap kerja yang berupa inovatif dalam hal penulisan ilmiah.
35
Kinerja Peneliti dalam Publikasi Ilmiah
Peningkatan kompetensi alumni menandakan bahwa tujuan dari penyelenggaraan pelatihan tercapai. Dengan adanya kompetensi yang meningkat, diharapkan kuantitas dan kualitas kinerja dalam hal penulisan ilmiah juga meningkat. Kinerja peneliti secara kuantitas dapat diukur melalui jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan, sedangkan secara kualitas dilihat pada mutu pubilkasi yaitu dari sisi kedalaman kaidah ilmiah, kedalaman materi, jumlah sitasi, penilaian angka kredit, dan lain-lain. Penelitian ini lebih memfokuskan pada peningkatan kuantitas jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh alumni yaitu KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian), KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah, KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi, KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional, KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi, dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Kinerja ini merupakan hasil kerja minimal yang harus dipenuhi oleh peneliti tingkat pertama, muda dan madya. Tabel 14
Kinerja Peneliti dalam penulisan ilmiah sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan
No
Hasil Kerja
1
KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian) KTI tidak/belum diterbitkan, dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah
2
Sumatera
Bali dan NTB Pra Pasca 1.7 2.3
Pra 1.1
Pasca 1.7
Sulawesi
Maluku dan Papua Pra Pasca 1 1.3
Pra
Pasca 1 1.4
Pra 1.2
Pasca 1.6
0.7
1.1
0.6
1
0.5
0.8
0.7
1.4
0.5
0.9
2
1
1.5
1.9
2.4
1.5
2
0.3
0.3
0.6
0.4
0.6
0.6
1
0.4
0.6
0.7
1.2
0.3
0.6
1
0.4
0.6
0.5
0.7
0
0.3
0.1
0.2
0.2
0.2
0.08
0.3
0.3
0.05
0.05
KTI terbit dalam 1.9 prosiding pertemuan ilmiah nasional 0.8 4 KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi 0.4 5 KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi 6 KTI terbit dalam 0.2 bentuk bagian dari buku, penerbit nasional Sumber : Hasil olah data (2014) 3
Kalimantan
36
Melalui Tabel 14 terlihat gambaran kinerja yaitu jumlah luaran publikasi ilmiah dilihat atau dihitung sebelum dan sesudah pelatihan yaitu dalam kurun waktu 2012 sampai dengan 2014. Terjadi peningkatan kinerja alumni meskipun ada juga yang mengalami penurunan jumlah publikasi yaitu KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi untuk koridor Sumatera, dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional untuk koridor Bali dan NTB. Untuk kinerja secara umum, dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini. Penjelasan dari Tabel 15 tersebut adalah dalam kurun waktu 2012-2014 satu orang peneliti di koridor Sumatera menghasilkan 2.4 KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian); 1.8 KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah; 1.4 KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional; 3.9 KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi; dan 0.7 KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Untuk koridor Kalimantan dalam kurun waktu 2012-2014, satu orang peneliti menghasilkan 2.8 KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian); 1.6 KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah; 1 KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional; 2.5 KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi; dan 1.6 KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Peneliti di koridor Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kinerja paling baik diantara empat koridor yang lain yaitu satu orang peneliti menghasilkan 4 KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian); 1.3 KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah; 1.6 KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional; 4.3 KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi; dan 1 KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Satu orang peneliti di koridor Sulawesi menghasilkan 2.8 KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian); 2.1 KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah; 1 KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional; 3.5 KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi; dan 1.2 KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional, sedangkan satu orang eneliti di koridor Maluku dan Papua menghasilkan 2.3 KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian); 1.4 KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah; 1.9 KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional; 0.6 KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi; dan 0.3 KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional.
37
Tabel 15 Kinerja Peneliti dalam publikasi ilmiah (2012-2014) No
Kinerja
Sumatera
Kalimantan
Bali dan NTB
Sulawesi
Maluku dan Papua
1
KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian)
2.4
2.8
4
2.8
2.3
2
KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah
1.8
1.6
1.3
2.1
1.4
3
KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi
4
KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional
1.4
1
1.6
1
1.9
5
KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi
3.9
2.5
4.3
3.5
0.6
0.7
1.6
1
1.2
0.3
6
KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional Sumber : Hasil olah data (2014)
Secara umum, media publikasi karya ilmiah yang paling diminati oleh peneliti luar Jawa adalah prosiding dalam suatu pertemuan ilmiah. Hal ini menandakan bahwa forum atau pertemuan ilmiah berlangsung dengan baik. Melalui forum ini diharapkan terjadi sharing knowledge dan meluasnya jaringan antar peneliti sehingga dapat meningkatkan kerjasama penelitian antar peneliti maupun institusi. Lain halnya dengan koridor Kepulauan Maluku dan Papua, jumlah pertemuan ilmiah yang diikuti oleh peneliti di koridor ini cenderung rendah. Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan kendala terbatasnya daya dukung anggaran yang dimiliki. Selain melalui prosiding yang disampaikan dalam forum yang bersifat nasional, hasil penelitian dapat juga didiseminasikan melalui pertemuan ilmiah dengan peserta yang lebih terbatas yaitu melibatkan paling sedikit tiga institusi. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan unit litbang dan perguruan tinggi di daerah tersebut. Selain prosiding, KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian) merupakan media publikasi nomor dua yang paling diminati, tentu saja karena laporan kegiatan penelitian merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan dalam rangkaian kegiatan penelitian. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Kepala LIPI tentang Standar Kompetensi dan Hasil Kerja Peneliti Tahun 2009, peneliti pertama diwajibkan untuk menghasilkan minimal KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi, sedangkan peneliti muda minimal menghasilkan KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi dan peneliti madya minimal menghasilkan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Alumni penelitian ini didominasi oleh peneliti pertama yaitu sebanyak 62%, peneliti muda sebanyak 28% dan peneliti madya
38
sebanyak 10%. Khusus untuk koridor Maluku dan Papua tidak ada alumni pelatihan dengan jenjang jabatan madya. Hasil kerja yang wajib dipenuhi oleh peneliti pertama adalah memiliki KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi, akan tetapi di semua koridor terlihat bahwa peneliti pertama juga memiliki hasil kerja lain yang melampui hasil kerja yang dipersyaratkan yaitu KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Hal yang sama terjadi juga di jenjang jabatan Muda. Peneliti muda diwajibkan memiliki KTI terbit dalam jurnal nasional terakreditasi, akan tetapi hampir semuanya juga melampui hasil kerja minimal yang diersyaratkan yaitu KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Peneliti Madya memang tidak dilarang untuk memiliki KTI dalam bentuk lain, selain yang dipersyaratkan yaitu KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Namun demikian, jumlah KTI yang terbit dalam bentuk bagian dari buku justru jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil kerja di jenjang dibawahnya yaitu KTI terbit dalam jurnal nasional tidak terakreditasi dan KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional. Gambaran tentang kinerja peneliti per jenjang di tiap koridor dapat dilihat pada Tabel 16.
39
Tabel 16 Kinerja Peneliti dalam publikasi ilmiah berdasarkan jenjang jabatan (2012-2014) No 1
2
3
4
5
6
Kinerja KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian) KTI tidak/belum diterbitkan dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional
Pe 1.6
Sumatera Mu Ma 0.44 0.36
Pe 1.79
Kalimantan Mu Ma 0.67 0.34
Sulawesi Mu 1.74
Ma 052
Pe 1.83
Bali dan NTB Mu Ma 0.75 0.22
Papua dan Maluku Pe Mu Ma 1.57 073 0
1.2
0.33
0.27
1.02
0.38
0.19
0.57
0.57
0.17
1.37
0.57
0.16
0.95
0.45
0
2.6
0.72
0.58
1.6
0.6
0.3
1.87
1.87
0.56
2.29
0.94
0.27
0.41
0.19
0
0.93
0.26
0.21
0.64
0.24
0.12
0.7
0.7
0.21
0.65
0.27
0.08
1.3
0.6
0
0.47
0.13
0.1
1.02
0.38
0.19
0.43
0.43
0.13
0.78
0.32
0.09
0.2
0.1
0
0.2
0.06
0.04
0.26
0.1
0.05
0.13
0.13
0.04
0.39
0.16
0.05
0.07
0.03
0
Sumber : Hasil olah data (2014) Keterangan: Pe = Peneliti pertama
Pe 1.74
Mu = Peneliti muda
M = Peneliti madya
40
Peneliti pertama memiliki hasil kerja lebih banyak dibandingkan dengan hasil kerja peneliti muda dan madya. Hal ini bisa jadi karena peneliti pertama banyak membantu di kegiatan penelitian lain maupun penulisan karya ilmiah sebagai penulis kedua, ketiga dan seterusnya. Hasil kinerja peneliti tersebut belum mencerminkan tentang gambaran utuh mengenai dampak dari kegiatan pelatihan terhadap peningkatan kinerja peneliti, maupun hubungan maupun pengaruh kompetensi yang dimiliki peneliti terhadap kinerja. Hasil yang didapatkan juga belum dapat menggambarkan tentang kinerja peneliti secara murni karena dalam penelitian ini tidak ditanyakan tentang peran peneliti dalam penulisan karya ilmiah, apakah sebagai penulis tunggal, pertama, kedua dan seterusnya.
Pengaruh Pelatihan Penulisan Ilmiah terhadap Kompetensi Penulisan Ilmiah dan Kinerja Peneliti dalam Publikasi Ilmiah
Parameter yang digunakan untuk melihat besarnya pengaruh antar variabel adalah nilai koefisien determinan (Uji R2) dan koefisien path atau t-value. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen (Jogiyanto dan Abdillah 2009). Hasil perhitungan RSquare disampaikan dalam Tabel 17 berikut ini. Tabel 17 Nilai Koefisien determinasi No 1 2 3 4
Variabel Pengetahuan Keahlian Sikap kerja Kinerja
R Square 0.464375 0.378903 0.486838 0.068804
Sumber : Hasil olah data (2014)
R2 digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel penjelas dalam menjelaskan variabel respon serta digunakan untuk melihat kebaikan model SEM secara keseluruhan. Tabel 18 menunjukkan nilai R-square untuk masing masing model persamaan struktural seperti yang dibentuk pada tinjauan pustaka. Model struktural untuk pelatihan mempengaruhi pengetahuan alumni diperoleh Rsquare sebesar 0.46437 atau 46.6%, artinya keragaman pengetahuan alumni dipengaruhi oleh keragaman pelatihan sebesar 46.6%, sisanya dipengaruhi variabel lain. Begitu pula dengan variabel yang lain yaitu pelatihan mempengaruhi tingkat keahlian alumni sebesar 37.9%, dan pengaruh pelatihan terhadap sikap kerja alumni sebesar 48.7%. Kinerja memiliki R-square yang paling rendah, yaitu 0.09. Hal ini berarti bahwa kinerja dipengaruhi oleh pelatihan sebesar 6.9%, sedangkan 93.2% kinerja dipengaruhi oleh faktor lain. Total nilai R2 juga digunakan untuk menghitung Goodness of Fit (GOF). Nilai GOF digunakan untuk menunjukkan apakah suatu model adalah fit. GOF mencerminkan seberapa besar variabel dependen (Y) dapat diterangkan oleh
41
variabel independen (X). Perhitungan hasil GOF adalah Nilai Q2 = 1-(1-R1)(1R2)(1-R3)(1-R4)=0.84103 Interpretasi untuk Q2 sama dengan R2 (koefisien determinasi) pada regresi. Dari perhitungan di atas diperoleh nilai Q2= 0.84103artinya, 84.103% keragaman variabel respon dijelaskan oleh variabel X, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Setelah melakukkan pengujian GOF selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan koefisien path. Koefisien path adalah koefisien yang menunjukkan tingkat signifikasi dalam pengujian hipotesis. Hipotesis diterima apabila memiliki nilai t-statistik lebih dari 1.64. Hasil koefisien path menunjukkan bahwa pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan sebesar 10.98, pelatihan terhadap keahlian sebesar 8.98, pelatihan terhadap sikap kerja sebesar 14.08 dan pelatihan terhadap kinerja sebesar 2.67. Hasil koefisien path pengetahuan terhadap kinerja sebesar 0.21, keahlian terhadap kinerja sebesar 0.64, dan sikap kerja terhadap kinerja sebesar 0.31.
Uji Hipotesis
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap pengetahuan peneliti di luar Jawa; Hipotesis H2 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap keahlian peneliti di luar Jawa; dan Hipotesis H3 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap sikap kerja peneliti di luar Jawa sebagaimana terliht dalam model struktural di Gambar 8. Tabel 18 Uji Hipotesis pengaruh pelatihan terhadap kompetensi peneliti Pelatihan -> keahlian Pelatihan -> Pengetahuan Pelatihan -> Sikap Kerja Sumber : Hasil olah data (2014)
Original Sample (O) 0.615212 0.680746 0.695798
T Statistics 8.197411 11.33715 14.18588
Terima H1 Terima H2 Terima H3
42
Gambar 8 Model struktural pelatihan terhadap kompetensi peneliti Perhitungan t-statistik untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap kinerja peneliti dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Uji hipotesis pengaruh pelatihan terhadap kinerja peneliti Pelatihan -> Kinerja
Original Sample (O) -0.273702
T Statistics 4.899205
Terima H4
Sumber : Hasil olah data (2014)
Berdasarkan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis H4 diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap kinerja peneliti di luar Jawa sebagaimana dapat digambarkan dalam model struktural berikut ini.
Gambar 9 Model struktural pelatihan terhadap kinerja peneliti
43
Perhitungan t-statistik untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini. Tabel 20 Uji hipotesis pengaruh kompetensi terhadap kinerja peneliti Original Sample (O)
T Statistics
Keahlian -> Kinerja
0.047
0.256
Tolak H5
Pengetahuan -> Kinerja
0.115
0.571
Tolak H6
-0.338
1.315
Tolak H7
Sikap Kerja -> Kinerja Sumber : Hasil olah data (2014)
Dari Tabel 20 dapat disimpulkan bahwa Hipotesis H5 ditolak yaitu tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan keahlian terhadap kinerja peneliti di luar Jawa; Hipotesis H6 ditolak yaitu tidak cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan pengetahuan terhadap kinerja peneliti di luar Jawa; dan Hipotesis H7 ditolak, yaitu tidak cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan sikap kerja terhadap kinerja peneliti dalam hal publikasi ilmiah sebagaimana digambarkan dalam model struktural berikut ini.
Gambar 10 Model struktural kompetensi terhadap kinerja peneliti
44
Secara umum hasil uji hipotesis untuk ketiga model di atas memberikan hasil sama pada saat dibentuk dalam model utuh, yaitu hipotesis H1 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap pengetahuan peneliti dalam hal penulisan ilmiah; Hipotesis H2 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap keahlian peneliti dalam hal penulisan ilmiah; Hipotesis H3 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap sikap kerja peneliti dalam hal penulisan ilmiah; Hipotesis H4 diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan diadakannya pelatihan terhadap kinerja peneliti dalam publikasi ilmiah. Hipotesis H5 ditolak yaitu tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan keahlian terhadap kinerja peneliti dalam hal publikasi ilmiah; Hipotesis H6 ditolak yaitu tidak cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan pengetahuan terhadap kinerja peneliti dalam publikasi ilmiah; dan Hipotesis H7 ditolak, yaitu tidak cukup bukti untuk mengatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan sikap kerja terhadap kinerja peneliti dalam publikasi ilmiah. Secara ringkas, hasil penelitian digambarkan melalui model struktural berikut ini.
45
Gambar 11 Model struktural secara keseluruhan
46
Model Struktural di atas menggambarkan adanya pengaruh yang siginifikan pelatihan terhadap kompetensi dan tidak ada pengaruh yang siginifikan pelatihan dan kompetensi terhadap kinerja peneliti. Hal yang sama berlaku pada hasil perhitungan korelasi antara pelatihan, kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap kerja) dan kinerja. Perhitungan korelasi dengan metode Pearson Correlation didapatkan hasil bahwa pelatihan memiliki korelasi terhadap kompetensi yaitu terhadap pengetahuan sebesar 0.667, terhadap keahlian sebesar 0.207 dan terhadap sikap sebesar dan 0.676. Akan tetapi pelatihan tidak memiliki korelasi yang siginifikan terhadap kinerja peneliti. Korelasi ini hanya sebesar 0.021. Hal yang sama juga terjadi pada perhitungan korelasi antara kompetensi dan kinerja. Korelasi pengetahuan dan kinerja sebesar 0.086, sedangkan terhadap keahlian hanya 0.003 dan terhadap sikap kerja hanya 0.070. Perhitungan ini menunjukkan bahwa kompetensi tidak memiliki korelasi terhadap kinerja peneliti. Hasil perhitungan korelasi ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Meskipun ada variabel yang tidak memiliki korelasi yang signifikan, namun sebagai mana dengan penelitian terdahulu mengenai tema yang sama, yang disampaikan penelitian terdahulu, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pelatihan terhadap kompetensi peneliti luar Jawa yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja. Selain itu juga terdapat pengaruh diadakannya pelatihan terhadap kinerja peneliti di luar Jawa.Namun demikian, ternyata kompetensi yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja peneliti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja peneliti atau tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa kompetensi peneliti memiliki pengaruh yang siginikan terhadap kinerja peneliti.
Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan memiliki pengaruh dan korelasi terhadap kompetensi peneliti. Akan tetapi hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pelatihan dan kompetensi tidak memiliki pengaruh dan hubungan yang signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan hasil evaluasi pelatihan bahwa peserta pelatihan merasakan terjadi peningkatan kompetensi setelah mengikuti pelatihan, menunjukkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh LIPI sesuai dengan tujuan yang diharapkan. LIPI perlu mempertahankan kualitas penyelenggaraan agar sesuai dengan target yang diharapkan. Selain pelatihan yang diikuti dan kompetensi yang dimiliki, kinerja peneliti dalam jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkannya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, faktor-faktor tersebut adalah: 1. Nomenklatur kelembagaan Semakin tinggi nomenklatur kelembagaan, yang berciri pada tingkat eselonnya, berarti semakin luas kewenangan dan daya dukung yang dimilikinya. Keluasan ini berakibat pada jumlah publikasi yang dihasilkan.
47
2.
3.
4.
5.
Sebagian besar alumni berasal dari unit eselonIII. Kegiatan penelitian yang dilaksanakan di tingkat Eselon III bersifat top down yang merupakan rangkaian kegiatan yang dirurunkan dari unit eselon II meskipun tetap memperhatikan dan menyesuaikan dengan potensi dan kebutuhan unit daerah masing-masing. Jumlah anggaran Anggaran memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan penelitian dan pengelolaaan media publikasi. Semakin banyak anggaran yang dimiliki, maka semakin banyak atau mendalam kegiatan penelitian yang dilakukan, sehingga jumlah publikasi ilmiah juga semakin banyak. Penentuan anggaran juga bersifat top down. Hal yang sama juga terjadi saat mendapatkan grant/hibah penelitian. Untuk mendukung tertib administrasi dan kesesuaian dengan prioritas kegiatan institusi, mekanisme grant/hibah juga bersifat top down. Sarana dan prasarana Selain anggaran, daya dukung yang berupa sarana dan prasarana juga sangat dibutuhkan. Alumni merasa minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh unit litbang luar Jawa seperti laboratorium, alat, transportasi dan sebagainya. Untuk pengolahan dan analisis data, beberapa unit litbang tidak bisa melakukan sendiri karena laboratorium yang dimilikinya tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Mereka harus mengolahkan data ke universitas atau unit litbang yang lain di Jawa. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada lamanya kegiatan penelitian sehingga berakibat pada lamanya dan jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan. SDM peneliti Jumlah dan kualitas peneliti dengan kualifikasi tertentu menjadi hal utama dalam kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh sebuat unit litbang. Proses kaderisasi SDM sangat dipengaruhi oleh bidang keilmuan yang dibutuhkan oleh unit litbang tersebut. Akan tetapi, tidak banyak peneliti dengan bidang ilmu tertentu yang bersedia bekerja dan ditempatkan di luar Jawa. Kebutuhan SDM yang tidak terpenuhi ini tentu saja akhirnya berpengaruh pada kualitas hasil penelitian dan publikasi ilmiah. Pembinaan kader peneliti. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, sebagian besar peneliti di luar Jawa merasakan kurangnya pembinaan atau mentoring dari peneliti yang lebih senior. Peneliti memang dituntut untuk lebih mandiri dalam peningkatan pengetahuan dan keahliannya, namun jika pembinaan kader peneliti berjalan dengan baik, akan sangat membantu percepatan peningkatan kompetensi peneliti. Proses mentoring ini akan sangat membantu peneliti dalam meningkatkan kompetensi yang dimilikinya, terutama dalam kegiatan penelitian dan pusblikasi ilmiah yang dihasilkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Pimpinan tertinggi dalam unit litbang tersebut juga memiliki pengaruh yang besar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap alumni, sebagian besar menyatakan bahwa pimpinan yang berasal dari jabatan peneliti akan lebih memberikan dukungan dan perhatian terhadap kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah dari sisi kualitas maupun kuantitas, dibandingkan jika pimpinan tersebut berasal dari nonpeneliti.
48
6. Ketersediaan media publikasi. Hasil kerja peneliti salah satunya dilihat dari jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkannya. Sesuai dengan Peraturan Kepala LIPI Nomor 4 Tahun 2014, ada bebarapa media publikasi untuk menampung hasil penelitian peneliti. Karena alumni dalam penelitian ini tersebar dari peneliti pertama sampai dengan peneliti madya, maka media publikasi ilmiah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Tabel 4. Media publikasi dalam Tabel 4 merupakan standar minimal hasil kerja yang harus dipenuhi oleh alumni untuk jenjang pertama, muda dan madya dalam hal publikasi ilmiah. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa alumni sebagian besar mengandalkan media publikasi dalam bentuk laporan yang notabene merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian. Selain itu juga alumnimempublikasikan hasil penelitian melalui pertemuan ilmiah dalam bentuk prosiding pertemuan ilmiah skal nasional atau lokal. Masih sangat sedikit alumni yang menulis KTI dalam jurnal terutama jurnal terkareditasi. Hal ini ditandai dengan sedikitnya jurnal terakreditasi yang dimiliki oleh unit litbang di luar Jawa. Dari 191 jurnal seluruh Indonesia yang diakreditasi oleh LIPI, hanya 12% merupakan jurnal yang dimiliki oleh unit litbang di luar Jawa. Meski media publikasi sangat minim, namun demikian ternyata publikasi ilmiah berbentuk prosiding dalam pertemuan ilmiah memiliki prosentase yang paling besar. Hal ini menggembirakan karena ternyata pemupukan kehidupan ilmiah melalui peremuan/seminar/forum berlangsung baik dengan intensitas tinggi. 7. Alur birokrasi Selain anggaran dan daya dukung lainnya yang membutuhkan birokrasi yang panjang karena bersifat top down, pengukuran kinerja penelitipun juga demikian. Kinerja peneliti dinilai berdasarkan perhitungan angka kredit yang ditetapkan oleh instansi pembina. Penilaian dan penetapan angka kredit ini dilakukan oleh instansi pusat. Harapan yang ingin dicapai bahwa penilaian dan penetapan angka kredit dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan di tingkat instansi ternyata belum terpenuhi. Masih banyak kendala teknis yang menyebabkan panjangnya proses birokrasi. 8. Geografis Kondisi geografis obyek penelitian dan wilayah kerja yang berupa kepulauan serta minimnya daya dukung yang dimiliki, berpengaruh terhadap durasi kegiatan penelitian, yang seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu yang direncanakan tetapi menjadi terhambat karena kondisi geografis. Hal ini akhirnya berimbas pada jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan. Kondisi geografis ini juga dipengaruhi oleh hitungan musim, kondisi daerah setempat dan sebagainya. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bukan hanya pelatihan dan kompetensi yang mempengaruhi atau memiliki hubungan terhadap kinerja, namun juga faktor-faktor yang lain, menjadi masukan bagi para pemangku kebijakan pembinaan SDM iptek terutama peneliti. Perlu dipikirkan bagaimana menyelesaikan berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti dalam melakukan publikasi hasil penelitian melalui karya tulis ilmiah.
49
LIPI serta Kementerian dan LPNK yang memiliki unit litbang di luar Jawa perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap pembinaan dan pengelolaan peneliti di luar Jawa. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah dan kualitas jurnal baik terakreditasi maupun belum terakreditasi sebagai media publikasi hasil penelitian, mengingat masih sedikitnya jurnal yang dimiliki oleh unit litbang di luar Jawa. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh secara nasional, perlu dilakukan penelitian serupa secara konprehensif. Selain itu, juga diperlukan dilakukan penelitian serupa di wilayah Jawa. Penelitian tersebut akan menjadi pembanding dan gambaran dalam menentukan kebijakan pembinaan peneliti terutama secara nasional terutama dalam kaitannya dengan publikasi hasil penelitian. Dengan demikian diharapkan publikasi ilmiah semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis deskriptif dalam evaluasi pascapelatihan dengan model Kirkpatrick, dapat disimpulkan bahwa peneliti di luar Jawa merasakan manfaat dari pelatihan yang diikuti. Materi pelatihan dirasakan sangat membantu dan mendukung peneliti dalam melaksanakan tugas pekerjaanya.Oleh karena itu, mereka menerapkan materi yang disampaikan dalam pelatihan saat kembali ke satuan kerjanya masing-masing. Melalui hasil analisis dan pengujian hipotesis dengan model SEM, dapat disimpulkan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, keahlian dan sikap kerja peneliti. Tingkat pengaruh ini perlu ditingkatkan melalui berbaikan kualitas pelatihan dan penambahan jumlah pelatihan sesuai dengan kebutuhan pemenuhan kompetensi minimal. Pelatihan juga mempengaruhi kinerja atau jumlah minimal hasil kerja peneliti yang disyaratkan. Namun demikian, kompetensi yang berupa pengetahuan, keahlian dan sikap kerja ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemenuhan kinerja peneliti. Selain kompetensi, kinerja peneliti dipengaruhi oleh banyak fator seperti nomenklatur kelembagaan, jumlah anggaran, sarana dan prasarana, SDM peneliti, pembinaan kader peneliti, ketersediaan media publikasi, birokrasi yang panjang dan kondisi geografis.
50
Saran
Pelatihan yang diselenggarakan oleh LIPI di luar Jawa terbukti berpengaruh pada kompetensi peneliti. Oleh karena itu perlu diadakan lebih banyak lagi pelatihan di luar Jawa sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam hal pemenuhan kompetensi. Selama ini pelatihan lebih sering dilaksanakan di Jawa. Dengan adanya pelatihan di luar Jawa mempermudah peneliti di luar Jawa untuk mengikutinya. Berbagai kendala yang dihadapi oleh peneliti terutama di luar Jawa terhadap pemenuhan kinerja minimal yang disyaratkan hendaknya menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan pembinaan peneliti oleh lembaga litbang kementerian dan LPNK serta LIPI sebagai instansi pembina. Peneliti tidak hanya dituntut untuk menghasilkan luaran dengan jumlah yang banyak dan mutu yang baik. Tuntutan ini hendaknya juga dibarengi dengan peningkatan daya dukung pemenuhan luaran tersebut. Kurangnya daya dukung dan media publikasi hendaknya menjadi perhatian para pemangku kebijakan, salah satunya dengan meningkatkan kerjasama dengan pihak lain yang terkait sesuai dengan bidang ilmu baik nasional maupun internasional
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Musadieq MA, Ruhana I. 2014. Pengaruh Pelatihan Terhadap Kompetensi dan Kinerja (Studi pada Karyawan Departemen Research and Development PT.Gatra Mapan Malang). Jurnal Administrasi Bisnis. 9(1)18 Barinto. 2012. Hubungan Kompetensi Guru dan Supervisi Akademik dengan Kinerja Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Percut Sei Tuan. Jurnal Tabularasa. 9 (2): 201-214 Benardin HJ, Russell, and Joyce EA. 1998. Human Resources Management: An Expriential Approach. McGraw-Hill. New York Febriyanti AR, Utami HN, Hakam MS. 2013. Pengaruh Pelatihan terhadap Kompetensi dan Kinerja Pegawai (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) PG. Lestari Nganjuk. Jurnal Administrasi Bisnis. 1(2)1-10 Genevieve R. Performance Measurement and Accountability for A Research Career Training Program. Dissertation, Capella University. Ghozali I. 2006. Aplikasi Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS), Edisi Pertama, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gunawan. 2015. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Dan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada Kantor UPTD Pendapatan Wilayah I Palu. e-Jurnal Katalogis. 3(1)75-83
51
Hapsaridian S, Minarsih MM, Mukeri. 2015. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kompetensi dan Kinerja Terhadap Pertimbangan dalam Pengangkatan Jabatan Struktural pada Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Fakultas Ekonomi. Semarang: Universitas Pandanaran Hariani W, Isyandi B, Machasin. 2015. Pengaruh Kompetensi, Pelatihan dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai. Jurnal Economica. 1(1)115-124 Hasanah DS. 2010. Pengaruh Pendidikan Latihan (Pelatihan) Kepemimpinan Guru dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Se Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta. Jurnal Penelitian Pendidikan. 10(2) 85-96. Herdianti. 2012. Evaluasi Pascapelatihan Caring pada Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Tahun 2011. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia. Herlambang R, Idris A, Noor M. 2014. Implementasi Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai di Kantor Camat Bontang Barat Kota Bontang. eJournal Administrative Reform. 2(1) 859-870 Hidayati N dan Khafid M. 2015. Pengaruh Motivasi Kerja, Kompensasi, Dan Pengalaman Diklat terhadap Kinerja Guru Ekonomi/Akuntansi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Tegal. Economic Education Analysis Journal. 4(1)211-118 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/128/M.Pan/9/2004 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya
Kirkpatrick, Jim. 2009. The New World of Kirkpatrick’s Four Levels of Evaluation. Knowledge Advisors Symposium. [Internet]. [Diunduh 2015 March 27]. Tersedia pada: http://myneeek.com/www/DLKIRKPATRICK Kunartinah, Sukoco F. 2010. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Pembelajaran Organisasi terhadap Kinerja dengan Kompetensi sebagai Mediasi. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). 17(1) 74 - 84 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Peraturan Kepala LIPI Nomor 4/E/2009 tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Peneliti Lubis KA. 2008. Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai PT Perkebunan Nusantara IV Medan. Tesis, Sekolah Pascasarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ma’arif S, Sukmawati A, Damayanty D. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai: Studi di Perusahaan Daerah Pasar Tohaga Kabupaten Bogor. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11(2)241-249
52
Maarif MS dan Kartika L. 2012. Manjemen Kinerja Sumber Daya Manusia: Implementasi Menuju Organisasi Berkelanjutan. IPB Press. Bogor Madjir MS dan Yuniar L. 2013. Pengaruh Kompetensi, Pelatihan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Bank Sumsel Babel Cabang Syariah Palembang. Jurnal Strategi. 3(5)341-357 Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN Mangkunegara AP. 2009. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Marly H. 2009. Hubungan Pendidikan dan Pelatihan dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil di Bidang Pelayanan Publik. Tesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Medan: Universitas Sumatera Utara. Mursidi. 2009. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Teknik Industri. 10(2)120–127. Nawawi M. 2012. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Tenaga Kesehatan terhadap Kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat. Mimbar Jurnal Sosial dan Pembangunan. 28(1) 93-102 Phillips, Patricia. 2003. Training Evaluation in Public Sector. Dissertation, University of Southern Mississippi. Pribadi AT. 2013. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kemampuan dan Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai PDAM Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis. 3(1)1-10 Purnamawati. 2011. Peningkatan Kemampuan Melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency-Based Training) sebagai suatu Proses Pengembangan Pendidikan Vokasi. Jurnal medtek. 3(2)1-13 Qomariah I dan Fadli. 2011. Pengaruh Perencanaan dan Kompetensi Karyawan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Indonesia Asahan Alumunium Kuala Tanjung. 2011. Jurnal Ekonomi. 14 (2)63-73 Safwan, Nadirsyah, dan Syukriy A. 2014. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Akuntansi. 3 (1)133-139 Salmah NNA. 2012. Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan terhadap Kompetensi Karyawan pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius). 2(3)278-290 Sari DM. 2014. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelatihan Emergency Nursing 2 BAPELKES Batam Dalam Pemenuhan Kompetensi Aparatur Kesehatan. Jurnal Administrasi Publik dan Birokrasi. 1(2)11-21 SCImago Journal and Country Rank. [Internet]. [Diunduh 2015 August 27]. Tersedia pada: http://www.scimagojr.com/countryrank.php Sutisna A dan Trisnamasyah S. 2010. Model Pelatihan Berbasis Kinerja dalam Peningkatan Kompetensi Tutor Pendidikan Kesetaraan. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29(3)365-378
53
Sutiyono A. 2010. Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Disertasi, Program Pascasarjana. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Tanujaya LR. 2015. Pengaruh Pelatihan Kerja dan Motivasi Kerja pada Kinerja Karyawan Departemen Produksi PT Coronet Crown. Agora. 3(1)1-7 The Kirkpatrick Four Levels. [Internet]. [Diunduh 2015 March 27]. Tersedia pada: http://www.kirkpatrickpartners.com/OurPhilosophy/TheKirkpatrickModel/t abid/302/Default.aspx Topno H. 2012. Evaluation of Training and Development: An Analysis of Various Models. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM). Jurnal Akuntansi Universitas Syiah Kuala. 5(2)16-22. Trisnayanti NK, Sadia IW dan Suma K. 2014. Pengaruh Diklat Berbasis Lesson Study terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sains dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Singaraja. Jurnal Penelitian Universitas Undhiksa. 4(1)1-10 Utami IP, Hermani P, dan Nurseto S. 2014. Analisis Pengaruh Peran Supervisor dan Pelatihan terhadap Kinerja Tenaga Penjualan PT. Nasmoco Gombel Semarang (Studi Kasus Pada Sales Operation PT. Nasmoco Gombel Semarang). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis. 3(4)1-9 Widodo. 2010. Efek Moderasi Kerja Cerdas Pada Pengaruh Kompetensi, Reward, Motivasi Terhadap Kinerja. Jurnal Dinamika Manajemen. 1(2) 125-136 Widyasari R, Mukzam MD, dan Prasetya A. 2015. Pengaruh Pelatihan terhadap Kemampuan dan Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT. Bank Negara Indonesia Cabang Utama Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 19(2)1-9 Widyatmini dan Hakim L. 2008. Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Jurnal Ekonomi Bisnis. 2(13)163-171
54
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil outer loading Indikator PP1 PP2 PP3 PP4 PP5 PP6 PP7 P1 P2 K1 K2 K3 SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 KN1 KN2 KN3 KN4 KN5 KN6
Pelatihan 0,768601 0,681731 0,695306 0,799681 0,754943 0,829079 0,85853
Pengetahuan
Keahlian
Sikap kerja
Kinerja
0,935882 0,867032 0,926876 0,919795 0,776032 0,881261 0,869849 0,854573 0,88506 0,842749 0,845722 0,824874 0,469547 0,818019 0,689401 0,757244 0,68442 0,684428
55
Lampiran 2 Hasil outer loading re-estimasi Indikator PP1 PP4 PP5 PP6 PP7 P1 P2 K1 K2 K3 SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 KN2 KN4
Pelatihan 0,733329 0,82626 0,785896 0,847346 0,883763
Pengetahuan
Keahlian
Sikap Kerja
Kinerja
0,934345 0,869185 0,924406 0,916351 0,786019 0,881982 0,870176 0,851653 0,884205 0,84443 0,845208 0,826506 0,894704 0,826387
56
Lampiran 3 Korelasi antara pelatihan, kompetensi dan kinerja peneliti Pengetahuan Keahlian Sikap Kerja Pelatihan Pengetahuan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Keahlian
Sikap kerja
Pearson Correlation
Kinerja
123 **
.325
.325
.774
**
.667
Kinerja
**
.086
.000
.000
.000
.343
123
123
123
123
1
**
*
.003
.001
.021
.970
123 1
123 .676**
123 .070
.000
.439
.291
.207
Sig. (2-tailed)
.000
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
123 .774**
123 .291**
.000
.001
123
123
123
123
123
**
*
**
1
.021
N Pelatihan
1
**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.667
.207
.676
.000 123
.021 123
.000 123
123
.814 123
.086
.003
.070
.021
1
.343 123
.970 123
.439 123
.814 123
123
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
57
Lampiran 4 Kuisioner untuk alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah A. PETUNJUK PENGISIAN 1.
Mohon Bapak/Ibu mengisi data responden
2.
Berikan skor menurut penilaian Bapak/Ibu terhadap masing-masing pernyataan di bagian yang telah disediakan Saya merasa,
SKOR
Kompetensi saya meningkat setelah mengikuti pelatihan 3.
Tidak Setuju 0 ............... 10 Sangat setuju
8
Berikan pendapat Bapak/Ibu pada bagian masukan dan saran
B. DATA RESPONDEN Nama Jenis Kelamin
Laki-laki/Perempuan *
Tempat, Tgl. Lahir Pangkat/Golongan Jabatan Fungsional
Peneliti Pertama/Peneliti Utama/Kandidat Peneliti *
Bidang Kepakaran Pendidikan Terakhir Unit Kerja Instansi Nama Atasan Email Atasan No HP Atasan Nama Rekan Kerja (pada level jabatan yang sama) Email Rekan Kerja No HP Rekan Kerja * Pilih salah satu
S1/S2/S3 *
Muda/Peneliti
Madya/Peneliti
58
C. EVALUASI PELATIHAN Saya merasa,
SKOR
1.
Kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) pengajar/fasilitator sesuai dengan materi dan metode pelatihan
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Metode pelatihan (penyampaian materi dan bimbingan penulisan) mendukung tercapainya tujuan pelatihan
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Fasilitas pendukung pelatihan (penginapan, kelas, konsumsi, dll) memadai
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
4.
Memahami materi yang disampaikan
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
5.
Menerapkan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
6.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
7.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kinerja peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
59
D. KOMPETENSI Setelah mengikuti pelatihan, saya merasa:
SKOR
1.
Menguasai teknik penulisan ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Menguasai teknik presentasi
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Mampu berkomunikasi dengan baik
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
4.
Mampu menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
5.
Mampu menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
6.
Mampu berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
7.
Mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
8.
Mampu disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
9.
Dapat bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
10.
Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
11.
Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
12.
Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
60
E. KINERJA (Hasil kerja kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2014)
No
Publikasi
1.
KTI terbit dalam prosiding pertemuan ilmiah nasional
2.
KTI terbit dalam bentuk bagian dari buku, penerbit nasional
3.
KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional terakreditasi
4.
KTI terbit dalam majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi
5.
KTI hasil penelitian dan pengembangan atau tinjauan/ulasan, tidak/belum diterbitkan, dan disampaikan dalam pertemuan ilmiah
6.
KTI yang tidak diterbitkan (laporan kegiatan penelitian)
Jumlah Publikasi Sebelum Mengikuti Pelatihan (2012-2013)
Jumlah Publikasi Setelah Mengikuti Pelatihan (2013-2014)
F. Masukan dan saran terkait dengan Pelatihan Penulisan Ilmiah yang telah Diikuti dan/atau pembinaan peneliti secara umum ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ........................................................................................................................................................ ......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
61
Lampiran 5 Kuisioner untuk atasan alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah A. PETUNJUK PENGISIAN 1.
Mohon Bapak Ibu mengisi data responden
2.
Berikan skor menurut penilaian Bapak/Ibu terhadap masing-masing pernyataan di kolom yang telah disediakan Contoh SKOR Kompetensi staf saya meningkat setelah mengikuti pelatihan
3.
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
8
Berikan pendapat Bapak/Ibu pada bagian yang telah disediakan
B. DATA RESPONDEN Nama Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Struktural/Fungsional Unit Kerja Instansi Staf yang Dinilai
C. EVALUASI PELATIHAN SKOR 1.
Staf saya menerapkan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi staf saya sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kinerja staf saya sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
62
D.
KOMPETENSI Setelah mengikuti pelatihan, staf saya ............. 1.
Menguasai teknik penulisan ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Menguasai teknik presentasi
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Mampu berkomunikasi dengan baik
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
4.
Mampu menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
5.
Mampu menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
6.
Mampu berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
7.
Bertanggung jawab
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
8.
Mampu disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
9.
Dapat bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
10.
Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
11.
Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
12.
Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
SKOR
a. Pendapat lain terkait dengan keikutsertaan staf peneliti Bapak/Ibu dalam pelatihan Penulisan Ilmiah ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... .....................................................................................................................................
63
Lampiran 6 Kuisioner untuk rekan kerja alumni Pelatihan Penulisan Ilmiah A. PETUNJUK PENGISIAN 1. Mohon Bapak Ibu mengisi data responden 2. Berikan skor menurut penilaian Bapak/Ibu terhadap masing-masing pernyataan di kolom yang telah disediakan Contoh SKOR Kompetensi rekan saya meningkat setelah mengikuti pelatihan
Tidak Setuju 0 ..........10 Sangat setuju
8
3. Berikan pendapat Bapak/Ibu pada bagian yang telah disediakan B. DATA RESPONDEN Nama Jenis Kelamin Pangkat/Golongan Jabatan Struktural/Fungsional Unit Kerja Instansi Rekan kerja yang Dinilai
C. EVALUASI PELATIHAN SKOR 1.
Rekan saya menerapkan materi pelatihan dalam menjalankan tugas pokok sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi rekan saya sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kinerja staf rekan sebagai peneliti
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
64
D. KOMPETENSI Setelah mengikuti pelatihan, rekan saya .................. 1.
Menguasai teknik penulisan ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
2.
Menguasai teknik presentasi
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
3.
Mampu berkomunikasi dengan baik
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
4.
Mampu menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
5.
Mampu menulis abstrak dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
6.
Mampu berlaku jujur dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
7.
Bertanggung jawab
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
8.
Mampu disiplin dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
9.
Dapat bekerja sama dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
10.
Kreatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
11.
Motivatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
12.
Inovatif dalam melaksanakan publikasi ilmiah
Tidak Setuju 0 .......... 10 Sangat setuju
SKOR
E. Pendapat lain terkait dengan keikutsertaan rekan Bapak/Ibu dalam pelatihan Penulisan Ilmiah ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................................
65
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Temanggung, 30 November 1978 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Nur Mas’ud dan Ibu Siti Azizah. Penulis menempuh pendidikan dasar di Mi Alhuda Temanggung (1986-1992), pendidikan menengah pertama di MTsN Parakan Temanggung (1992-1995) dan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Temanggung di Jawa Tengah (1995-1997). Pada tahun 1997-2003 penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gadja Mada. Pada tahun 20022003 penulis bekerja sebagai staf sekretariat di proyek Quality Undergraduate Education (QUE) Fakultas Ekonomi UGM, selanjutnya pada tahun 2003-2004 penulis bekerja sebagai staf sekretariat di proyek QUE Fakultas Farmasi UGM. Setelah poyek QUE di Fakultas Farmasi UGM selesai, pada tahun 2004-2005 Penulis bekerja sebagai staf sekretariat di Asialink TB-HIV Fakultas Kedokteran UGM. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil di Pusbindiklat Peneliti LIPI. Saat ini penulis masih bekerja di subbidang Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Peneliti di Pusindiklat Peneliti LIPI. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan Pascasarjana Strata Dua (S2) di IPB Departemen Ilmu Manajemen FEM melalui program mandiri di kelas khusus.