PENGARUH NUTRITION IN UTERO KAMBING PE FASE KEBUNTINGAN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK 0 – 1 BULAN
THE EFFECT OF NUTRITION IN UTERO GIVING AT DIFFERENT GESTATION AGES OF CROSSBRED ETTAWAH ON GROWTH OF THE OFFSPRING Hassani1, Djoni Prawira Rahardja2 dan Efrain J.Tandi3 1
Mahasiswa S2 Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Staf Jurusan ProduksiTernak , Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,Makassar 3 Staf Jurusan Nutrisi & Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,Makassar 2
Alamat Korespondensi : Hassani Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 081355564976 Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai pengaruh pemberian Nutrition in utero pada kambing PE fase kebuntingan berbeda terhadap pertumbuhan anak (0-1 bulan). Bertujuan untuk mengetahui waktu yang paling cocok untuk perlakuan untuk pemberian nutrition in utero. Menggunakan 25 ekor induk sekali melahirkan, dibagi secara acak berdasarkan rancangan acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yakni ; (T0: tanpa Nutrition in utero (NU); T1: NU 1-50 hari kebuntingan ; T2: NU 51-100 hari ; T3: NU 101-150 har ;T4: NU 1-150 hari), 5 kelompok berat badan (K1: 41-45 Kg ; K2: 36-40Kg ; K3 31-35Kg ; K4:26-30 Kg; K5: 21-21 Kg). Parameter yang diamati adalah berat lahir dan beranak umur empat minggu. percobaan memperlihatkan bahwa NU berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat lahir dan sangat nyata (P<0,01) terhadap berat 4 minggu anak kambing PE yang dilahirkan. Perlakuan T4 paling berpengaruh pada berat lahir sedangkan perlakuan T2 paling berpengaruh pada berat 4 minggu Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, perlakuan T2 (1-50 hari kebuntingan) terbaik dari semua periode perlakuan. Kata kunci : Kambing PE, Nutrition in utero, berat lahir, berat4 minggu ABSTRACT A Research was conducted to decidate the effects of Nutrition in utero giving at different gestation ages of crossbred ettawah goats on the growth of the offspring (0-1 months). There were 25 does used in the expriment wich arranged as randomized block design of 5 treatments with 5 groups of animal body weight; The treatments were; T0 ( without Nutrition in utero (NU); T1 (NU 1-50 days); T2 (NU 51-100 days); T3 ( NU 101-150 days); T4 ( NU 1-150 days), Body weight of the does were; W1( 41- 45 Kg); W2( 36-40 kg); W3 (31-35Kg); W4 (26-30 kg); W5( 21-25 Kg). Parameters are observed birth weight and calving age of four weeks. experiment shows that NU showed significant (P <0.05) on birth weight and highly significant (P <0.01) of weight 4 weeks of young goats. The experiment result of treatment T4 have the most effect of body weight an the treatment ot T2 have the most effect ot the offspring (1month age).The research concludes, NU 1-50 treatment pregnancy is the best day of all treatment periods. Keywords: Goat PE, Nutrition in utero, birth weight, weight 4 weeks
PENDAHULUAN Pertumbuhan postnatal sangat ditentukan oleh pertumbuhan prenatal (selama dalam kandungan) yang merupakan akumulasi pertumbuhan sejak zigot berkembang menjadi embrio dan fetus sampai dilahirkan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan nutrition in utero selama kebuntingan berpengaruh nyata pada, perkembangan pertumbuhan otot lebih awal selama prenatal dan mampu meningkatkan bobot lahir 9% dari berat normal akan tetapi menurunkan produksi wol hingga 8% (Robinson,dkk 2009) Pada kebanyakan species hewan, pertumbuhan serabut otot selama phase embrio dan phase fetus dicirikan oleh peningkatan jumlah serabut yang kemudian membentuk kelompok-kelompok menjadi “bundle”. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan serabut primer nampaknya ditentukan secara genetis dan tidak sensitif terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan, sebaliknya serabut sekunder kurang resisten terhadap pengaruh lingkungan, seperti nutrisi (Dwyer, dkk., 2005). Pertumbuhan jaringan otot berlangsung melalui proses hiperplasia (perbanyakan jumlah sel) dan hipertropi (pembesaran ukuran sel) di samping tentunya peningkatan material ekstra sel (akresionari). Terdapat petunjuk bahwa jumlah serabut otot telah menjadi tetap saat atau sesaat setelah lahir, sehingga pertumbuhan otot selanjutnya selama postnatal adalah akibat pemanjangan dan pembesaran diameter (hipertropi) serabut otot yang telah ada dengan akumulasi protein dalam serabut otot dan sebagai komponen ekstra sel (Harper dkk, 1992).
Pengaruh pertumbuhan prenatal terhadap
pertumbuhan postanatal selanjutnya dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan anak dalam periode tertentu setelah dilahirkan Uptake asam amino oleh sumbu umbilikus sel-sel otot menujukkan perubahanperubahan selama kebuntingan, tetapi pada pertengahan dan akhir kebuntingan total suplai melebihi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Hasil perunutan menggunakan isotop leucine oleh Kennaugh,dkk (1997) menunjukkan bahwa laju sintesis protein menurun menurun dengan bertambahnya umur kebuntingan, Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat waktu yang paling tepat untuk pemberian nutrition in utero pada fase kebuntingan induk kambing PE terhadap pertumbuhan anak yang dilahirkan umu 0-1 bulan
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 kelompok. Perlakuan yaitu T0: tanpa pemberian nutrition in utero (NU); T1: NU 1-50 hari kebuntingan ; T2: NU 51-100 hari; T3: NU 101-150 hari ; T4: NU 1150 hari ). Kelompok berat badan (K1: 41-45 Kg ; K2: 36-40Kg ; K3 31-35Kg ; K4:2630 Kg; K5: 21-21 Kg). Metode Pengumpulan Data Induk kambing PE sebanyak 25 ekor sekali melahirkan dimasukkan kedalam kandang terpisah, diberi ransum basal secara ad libitum berupa(daun lamtoro, daun gamal, daun turi dan rumput lapangan), konsentrat sebanyak 0,5 Kg/ekor berupa (dedak padi, dedak jagung,bungkil kelapa,Gula merah, lakta mineral) dan nutrition in utero sesuai perlakuan. Konsumsi pakan diukur setiap hari dengan membandingkan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah pakan yang tersisa Penyuntikan (PGF2 ∝ ) dilakukan agar birahi terjadi secara serempak setelah birahi kemudian dikawinkan dengan menggunakan pejantan yang sama.. Ransum basal berupa hijauan sebanyak 5 kg diberikan dua kali setiap hari dan konsentrat sebanyak 0,5 kg diberikan sore hari sebelum pemberian hijauan kedua. Percobaan ini dilakukan sampai semua induk melahirkan dan anak yang dilahirkan diasuh oleh induk sampai umur empat minggu. Pengukuran parameter dilakukan dengan menimbang berat anak kambing dengan menggunakan timbangan digital one med. Parameter pengukuran Anak yang baru dilahirkan oleh induk dari setiap perlakuan segera ditimbang sebelum anak mendaptkan air susu induk. Berat anak umur empat minggu diukur masing-masing setelah anak yang dilahirkan berumur empat minggu Analisis Data . Data yang diperoleh sesuai parameter selanjutnya dianalisis ragam (Analyses of Variance / Anova) dengan menggunakan software SPSS versi 15,0.
HASIL Konsumsi pakan Induk Tabel 1. memperlihatkan rata-rata konsumsi pakan induk kambing PE bunting yang diberi perlakuan nutrition in utero. Rata-rata konsumsi berturut-turut setiap periode penelitian pakan kontrol 3,44 kg/ekor; 3,67 Kg/ekor ; 3,98 Kg/ekor/hari T1 ; 3,08 ; 3,27 ;3,98 kg/ekor/hari; T2: 3,25 ; 3,47; 3,93 Kg/ekor/hari ; T3 : 3,23 ; 3,54 ; 4,01 kg/ekor/hari T4 ; 3,16 ; 3,73 ; 3,73 kg/ekor/hari. Berat Lahir Tabel 2. memperlihatkan rata-rata berat anak kambing PE dilahirkan oleh induk yang diberi perlakuan nutrition in utero dengan fase kebuntingan berbeda. Hasil pengukuran berturut-turut : T0 : 4,60 Kg/induk ; T1 5,30 Kg/induk ; T2 4,83 Kg/induk ; T3 4,83 Kg/induk dan T4 6,30/Kg/induk Berat Anak Umur Empat Minggu Tabel 3. memperlihatkan rata-rata berat umur empat minggu anak kambing dilahirkan oleh induk yang diberi perlakuan nutrition in utero dengan fase kebuntingan berbeda. Hasil pengukuran berturut-turut : T0 : 11,3 Kg/induk ; T1 15,32 Kg/induk ; T2 15,30 Kg/induk ; T3 12,35 Kg/induk dan T4 15,15/Kg/induk
PEMBAHASAN Perlakuan pemberian nutrition in utero tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat lahir anak kambing PE Hal ini menunjukkan bahwa pemberian “nutrition in utero” berpengaruh meningkatkan massa otot anak sehingga berat lahir anak tetap dalam keadaan normal. Sebagaimana diungkapkan oleh Powell dkk, (2001) jumlah serabut otot pada semua spesies mamalia telah menjadi tetap segera setelah lahir dan pertumbuhan post natalnya hanya karena hipertropi serabut yang ada. Perlakuan T4 (pemberian nutrition in utero dari 1 hari kebuntingan sampai melahirkan) sebesar 3,14 kg disusul perlakuan T3 (pemberian nutrition in utero fase 100150 hari kebuntingan) sebesar 2,83 Kg, disusul perlakuan T1 (pemberian nutrition in utero 1- 50 hari kebuntingan) sebesar 2,76 Kg, disusul perlakuan T2 (pemberian nutrition in utero 51 – 100 hari kebuntingan) sebesar 2,71 Kg dan Perlakuan T0 (tanpa perlakuan nutrition in utero) sebesar 2,56 Kg. Hal ini menujukkan ketersediaan nutrition in utero
selama fase kebuntingan perlu mendapat perhatian utamanya diakhir kebuntingan akan tetapi belum diketahui apakah berpengaruh lebih lanjut pada fase pertumbuhan berikutnya,
sebagaimana di ungkapkan oleh Aberle dkk (2001) bahwa 1/3 terakhir
periode prenatal, proporsi pertumbuhan otot adalah karena hipertropi dan lebih lanjut diungkapkan oleh (Powell dkk ,1981) bahwa sekalipun memiliki diameter otot yang lebih besar akan tetapi ternak yang lahir dengan jumlah serabut otot lebih sedikit akan tetap lebih kecil selama kehidupan postnatalnya dan tidak mencapai ukuran dewasa yang sama seperti saudaranya yang lahir dari kebuntingan yang cuup pakan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Purbowati (2007) bahwa kandungan protein dari
pakan yang di
konsumsi induk selama kebuntingan lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian “nutririon in Utero” dengan fase berbeda terhadap kambing PE bunting berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap ratarata berat anak 4 minggu. Hasil tertinggi dicapai pada perlakuan T4 sebesar 7,640 kg disusul perlakuan T1 sebesar 7,550 Kg disusul perlakuan T3 sebesar 6,600 Kg disusul T4 sebesar 6,130 Kg dan perlakuan T1 5,760 Kg. Hal ini sejalan dengan pendapat Robinson dkk, (2009) bahwa pemberian nutrition in utero mapu meningkatkan berat lahir sampai 9% dari berat normal tan pa perlakuan. Dari uji Duncan diperoleh hasil bahwa perlakuan T1 (pemberian 1-50 hari kebuntingan tidak berbeda nyata dengan Perlakuan T4 (pemberian 1-150 hari). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asupan protein tinggi selama proses kebuntingan tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan postnatal, akan tetapi sangat berpengaruh pada awal kebuntingan sehingga diduga bahwa proses pembelahan sel yang berlangsung diawal lebih maksimal dengan pemberian protein tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwyer, dkk., (2005), bahwa Serabut otot primer berkembang relatif awal dalam periode prenatal ketika embryo masih sedikit membutuhkan nutrient. Perkembangan ini nampaknya ditentukan secara genetis dan tidak sensitif terhadap pengaruh lingkungan, akan tetapi pertumbuhan sel-sel sekunder yang membungkus sel primer dipengaruhi oleh nutriein utamanya protein dan energi. Kenyataan lain yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa berat lahir ternak kambing yang tinggi akan menjamin pertumbuhan ternak akan tinggi pula diperiode berikutnya dalam kondisi dan perlakuan yang sama. Akan tetapi sangat
ditentukan pula oleh perkembangan prenatal. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan postnatal tidak terjadi penambahan jumlah sel yang berarti, sehingga serabut-serabut otot yang terbentuk diawal kebuntingan dengan terjadinya hiperplasia (pertambahan jumlah sel-sel sekunder) sangat berpengaruh pada pertumbuhan postnatal, sebagaimana yang yang diungkapkan oleh Forbes, (1986) bahwa pertumbuhan postnatal tidak terjadi lagi pembelahan sel otot akan tetapi yang terjadi adalah pembesaran sel otot (hipertropi) dari sel-sel yang terbentuk selama penatal.
KESIMPULAN Perlakuan pemberian nutrition in utero dengan fase berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat lahir, berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat empat minggu anak kambing PE yang dilahirkan dan perlakuan pemberian selama 1 sampai 150 hari kebuntingan merupakan perlakuan yang paling tepat.
DAFTAR PUSTAKA Aberle, E.D., et all (2001). Principles of Meat Science. Fourth edition, Kendall/Hunt Pub.Co., Iowa, USA. Dwyer, C.M., Fletcher, J.M., and Stickland, N.C. (2005). Muscle cellularity and postnatal growth in pig. J.Anim.Sci., 71 : 3339-3343. Dwyer, C.M., Madgwick, A.J.A., Ward, S.S., and Stickland, N.C. (2009). Effect of maternal undernutrition in early gestation on the development of fetal myofibres in the guinea-pig. Rep.Fert.Dev., 7 : 1285-1292. Forbes, J.M. (1986). The effects of sex hormones, pregnancy, and lactation on digestion, metabolism, and voluntary food intake, In : Control of Digestion and Metabolism in Ruminants, ed.by Milligan, L.P., Grovum, W.L., and Dobson, A. Prentice Hall, Englewood Cliff, New Jersey. Pp.: 420-435 Harper, J.M.M., and Buttery, P.J. (1992). Muscle cell growth, In : The Control of Fat and Lean Deposition, ed.by Boorman, K.N., Buttery, P.J., and Lindsay, D.B, Butterworths, London. Pp.: 27-58. Humbel, R.E. 1990. Insuline-like growth factors I and II. Europ.J.Biochem. 190 : 443462. Kennaugh, J.M., Bell, A.W., Meschia, G., and Battaglia, F.C. 1987. Ontogenetic changes in protein synthesis rate and leucine oxidation during fetal life. Ped.Res., 22 : 688 692.
Powell, S.E., and Aberle, E.D. 2001. Skeletal muscle and adipose tissue cellularity in runt and normal birth weight swine. J.Anim.Sci., 52 : 748-756. Purbowati, E. 2007. Kajian Perlemakan Karkas Domba Lokal Dengan Pakan Komplit Dari Jerami Padi Dan Konsentrat Pada Bobot Potong Yang Berbeda. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Program Studi Ilmu Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Robinson J.J., J.A Rooke, T.G.McEvoy, C.M. Dwyer and C.J. Ashworth. (2009). The Impact of in utero nutritional Proramming small Ruminant Performances. Zaragoza. P. 337-349
Rata-rata Konsumsi Pakan(Kg/ekor/hari)) Kambing PE Bunting yangdiberi Perlakuan “Nutrition in Utero” dengan Fase yang berbeda
Tabel 1.
Perlakuan
Periode kebuntingan (hari)
T0
T1
T2
T3
T4
3,44±0,60c
3,08±0,55a
3,25±0,65b
3,23±0,66b
3,16±0,59ab
1- 50 51-100*
3,67±0,60b
3,27±0,43a
3,47±0,74ab
3,54±0,66ab
3,73±0,57ab
101-150ns
4,01±0,80
3,98±0,58
3,93±0,68
4,01±0,60
3,73±0,55
**
Superskrip ns : non signifikan (P>0,05),* : signifikan (P<0,05),** : sangat signifikan (P<0,01) Superskrip huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) T0 : Tanpa nutrition in utero (NU) T1: NU 1-50 hari T2: NU 51-100 hari T3: NU 101-150 hari T4: NU 1-150 hari
Tabel 2. Rata-rata Berat Lahir (Kg/ekor) anak Kambing PE yang dilahirkan oleh Induk Kambing PE dengan Perlakuan Pemberian “Nutrition in Utero” pada Fase Kebuntingan yang berbeda. Perlakuan (hari)
Kelompok
I II III
T0 (0) 5,00
T1 (1-50) 4,6
T2 (51-100) 5,4
T3 (101-150) 6,2
T4 (1-150) 6,1
3,60
5,8
3,8
5,3
6,1
5,00
6,1
4,9
6,8
6,3
4,8
6,7
5,78±0,90abc
6,30±0,28c
IV
4,7 4,80
Rata-rata
4,60±0,67a
5,2 5,30±0,76abc
4,83±0,71ab
Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) T0 : Tanpa nutrition in utero (NU) T1: T2: T3: T4:
NU 1-50 hari NU 51-100 hari NU 101-150 hari NU 1-150 hari
Tabel 3.
Rata Berat Badan (Kg) Anak Kambing Usia 4 Minggu dari Induk Kambing yang diberi Perlakuan pemberian “Nutrition in Utero” dengan Fase Kebuntingan yang Berbeda Perlakuan (Kg)
Kelompok T1
T2
T3
T4
T5
I
12,1
15,9
11,8
11,9
15,1
II
13
14,8
13,8
12
14,5
III
9,9
15
15,8
13,2
15
12,3
16
12,35
15,15
.
IV
15,6 . 10,2 .
V Rata-rata a,b
11,3
19,8 . 15,325
15,3
superskrip huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) T0 : Tanpa nutrition in utero (NU) T1 : NU 1-50 hari T2 : NU 51-100 hari T3: NU 101-150 hari T4: NU 1-50 hari