JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
VOLUME 18 NO 2, Juli 2016
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BPR MUTIARA NAGARI Rita Dwi Putri1 Fakultas Ekonomi Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok
1)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Non Performing Loan dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Profitabilitas pada PT. BPR Mutiara Nagari. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, regresi linier berganda, uji t, uji f dan koefisien determinasi. Berdasarkan hasil analisis secara parsial atau uji t dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Non Performing Loan tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas dengan nilai thitung sebesar 0,571 < ttabel 1,894. dengan nilai signifikan 0,586 > α 0,05, (2) kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan thitung sebesar -0,035< ttabel 1,894 dengan nilai signifikan 0,973 >α 0,05. Dan hasil uji f dimana Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas dengan nilai Fhitung 0,277 < Ftabel 4,740 dengan nilai signifikan 0,766 > 0,05. Dan nilai koefesien determinan (R2) 0,073 atau 7,3%% Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif mempengaruhi profitabilitas, 92,7% di pengaruhi oleh faktor lainnya
Kata kunci: Net Performing Loan, Kualitas Aktiva Produktif, Return On Asset. ABSTRACT This study aimed to examine the effect of non-performing loans and asset quality to profitability in PT.BPR Mutiara Nagari. The type of data used in secondary data obtained from financial statements. The analytical method used is the classic assumption test, multiple linear regression, t-test, f and the coefficient of determination. Based on analysis of partial or t test with significance level of 5%, then the results of this study concluded: (1) nonperforming loans did not affect the profitability with a value of 0,571 t count > t table 1,894 with significant value 0,586 > α 0.05, (2) asset quality has no significant effect on profitability with thitung-0,035 < t table 1,894 with significant values 0,973> α 0.05. And test results f where non performing loans and asset quality has no profitability simultaneously with a value of F 0,277 > 4,740 F table with significant values 0,766 > α 0.05. And the coefficient of determination (R2) of 0.073 or 7,3% of nonperforming loans and asset quality affecting the profitability of 92,7 % influenced by other factors.
Keywords: Non Performing Loans, Asset Quality, Profitability. PENDAHULUAN Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan dan dipandang sebagai inti dari sistem
perekonomian di setiap negara dimana arus ekonomi dan keuangan mengalir di dalamnya. Hal ini dikarenakan perbankan yang berfungsi sebagai 346
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
financial intermediary diantara pihakpihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana. Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Kredit merupakan bagian terbesar dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Dalam penyaluran kredit, bank harus siap menghadapi risiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bemasalah. Risiko kredit merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Kredit bermasalah merupakan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan. Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). NPL menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, sehingga semakin tinggi NPL maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Kualitas kredit dinilai berdasarkan kolektibilitasnya yang pada prinsipnya berdasarkan pada kontinuitas pembayaran oleh debitur. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, maka kualitas kredit dapat
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
digolongkan menjadi lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtfull) dan macet (loss). Peningkatan Non Performing Loan (NPL) yang dialami perbankan nasional mengakibatkan bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. Dengan meningkatnya kredit bermasalah, maka dampak positif yang ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Hal ini dikarenakan pendapatan operasional dari pemberian kredit sangat kecil karena bunga yang seharusnya diterima oleh bank dari penyaluran kredit tidak diterima secara penuh. Salah satu yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja suatu bank adalah melalui laporan keuangan yaitu dengan melihat profitabilitas bank tersebut. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, bank memiliki tujuan utama yaitu mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang mampu dihasilkan oleh perusahaan dalam satu atau setiap periode. Tingginya profitabilitas suatu bank dapat menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja bank tersebut dapat dikatakan baik, karena diasumsikan bahwa bank telah beroperasi secara efektif dan efisien dan memungkinkan bank untuk memperluas usahanya. Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Prinsip yang harus dilaksanakan oleh suatu bank dalam rangka mempertimbangkan dalam pemberian kredit menggunakan prinsip
347
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
5C Kasmir (2010) yaitu Character, Capacity, Capital, Condition of Economic, dan Collateral, karena fungsi jaminan ini adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank, selain itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama suatu bank menghadapi masalah besar yaitu suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagaian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjinkan sehingga kredit tersebut bermasalah atau macet. PT. BPR Mutiara Nagari merupakan bank yang banyak menyalurkan kredit kepada para nasabah, dimana bank ini mengalami penurunan profit atau keuntungan karena memburuknya kinerja bank yaitu masalah kredit macet dan masalah permodalan. Masalah ini dikarenakan nasabah tidak mampu mengembalikan pinjaman secara tepat waktu sehingga kredit macet yang terjadi pada bank tersebut semakin banyak. Persentase ketersediaan modal minimum yang dimiliki setiap bank adalah 8%, modal yang dimiliki bank sangat minim dan tidak cukup untuk menutupi risiko kerugian yang ditimbulkan oleh kredit macet, sehingga profitabilitas bank terus mengalami penurunan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini terfokus pada :1) Apakah Non Performing Loan bepengaruh terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari.2)Apakah Kualitas Aktiva Produktif pengaruh terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari.3)Apakah Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif secara simultan pengaruh terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari. Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini untuk: 1) Mengetahui Pengaruh Non
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Performing Loan terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari. 2) Mengetahui Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari. 3) Untuk Mengetahui pengaruh Non Performing Loan dan Aktiva Produktif secara simultan terhadap Profitabilitas pada PT BPR Mutiara Nagari. Kredit Dana yang diperoleh yang diperoleh bank dalam simpanan disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukannya. Bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada masyarakat Menurut Kasmir (2010;73). Pembiayaan atau kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Berdasarkan pengertian diatas maka kredit merupakan suatu bentuk usaha yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh keuntungan atau profit dari selisih bungan yang diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini tentunyan ada kendala, setiap usaha pasti ada resiko dalam menjalaninya. Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
348
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
dengan pemberi bunga. Pengertian Non Performing Loan (NPL) Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menguntungkan adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit bermasalah (Non Performing Loan). Hal ini disebabkan karena kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunganya yang telah disepakati kedua pihak dalam perjanjian kredit. Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat Non Performing Loan (NPL) yang wajar sebesar 5% dari total kreditnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa bank dapat dikatagorikan sehat apabila Non Performing Loan (NPL) dibawah 5%, apabila rasio NPL berada diatas 5% dapat dikatakan bank tersebut tidak sehat. Untuk mengetahui besarnya tingkat Non Performing Loan (NPL) suatu bank maka diperlukan suatu ukuran. Manurung dan Rahardja (2010;196) menginstruksikan perhitungan Non Performing Loan (NPL) yang dirimuskan sebagai berikut:
Pengertian Non Performing Loan menurut Mahmoedin (2010:2), Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Secara luas Non Performing Loan didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Berdasarkan Surat Keputusan BI No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva produktif, maka ditetapkan kolektibilitas kredit yang termasuk kredit bermasalah adalah
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet. Penyebab Kredit Bermasalah Secara umum ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, yaitu : 1. Faktor Intern Bank, antara lain sebagai berikut : a. Account Officer dan Credit Analyst yang bertugas mengelola kredit dinilai tidak mampu. Kelemahan dalam analisa kredit. b. Bank terlalu agresif menyalurkan kredit karena besarnya dana simpanan pihak ketiga. c. Lemahnya system pengawasan mutu kredit dan kredibilitas debitur. d. Kelemahan dokumentasi dan agunan kredit. e. Persaingan antar bank. f. Campur tangan pemegang saham yang berlebihan dalam proses. pengambilan keputusan. g. Tidak adanya tambahan jaminan yang memadai dalam mengcover kredit yang diberikan. 2. Faktor ketidaklayakan debitur Ada tiga sebab utama kredit bermasalah pada badan usaha yaitu salah urus (mismanagement), kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik dalam bidang usaha bisnis dimana mereka beroperasi dan penipuan (fraud). 3. Faktor Ekstern dan Debitur, yang mempengaruhi kelancaran usaha perusahaan atau bank yaitu : a. Menurunnya kondisi ekonomi dan moneter negara atau sektor usaha b. Meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman serta menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat suku bunga kredit. c. Bencana alam yang merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki. d. Peraturan pemerintah dapat menjadi sebab lain merosotnya
349
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
kemampuan debitur bank mengembalikan kredit. e. Melemahnya kurs nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang asing. Hal ini menyebabkan beban bunga dan pembayaran kembali kredit meningkat sampai diluar batas debitur untuk memikulnya. Kualitas Aktiva Produktif Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam rupiah untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia, dan Penempatan Dana Antar Bank” (PBI No 9/18/PBI/2006). Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Aktiva produktif adalah sumber pendapatan bank, sebagai sumber pendapatan pasti memiliki risiko terbesar. Potensi kerugian atas risiko tersebut dapat diantisipasi dengan cara membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang berupa cadangan umum dan cadangan khusus sehingga dapat menutup kemungkinan kerugian yang akan terjadi Taswan, (2010;245). Jadi, Kualitas Aktiva Produktif merupakan dana inventasi yang ditanamkan suatu bank pada tempat lain seperti kredit pada masyarakat, piutang pada bank lain, deposito, dan lain sebagainya yang menyebabkan bank tersebut mendapatkan pendapatan untuk memperoleh keuntungan. Sebagai sumber pendapatan, Kualitas Aktiva Produktif memiliki tingkat risiko yang tinggi sehingga dbutuhkan cadangan untuk meng-cover potensi kerugian yang muncul. Kualitas Aktiva Produktif yang baik atau lancar akan menjamin adanya
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
pengembalian kredit dari debitur dan akan memberikan gambaran kecil kemungkinan debitur untuk tidak memenuhi kewajibannya, dengan demikian akan melindungi pendapatan dan Likuiditas bank. Penilaian Kualitas Aktiva Produktif Analisis suatu bank umumnya difokuskan pada kecukupan modal bank karena masalah solvensi atau kemampuan menutup kerugian yang diakibatkan dari pinjaman menggunakan modal cukup penting. Namun demikian, menganalisis Kualitas Aktiva Produktif secara cermat tidak kalah penting karena Kualitas Aktiva Produktif bank yang sangat jelek akan menghapus modal bank, walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila Kualitas Aktiva Produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya. Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif di dalam ketentuan perbankan di Indonesia didasarkan pada dua rasio yaitu: 1. Rasio KAP Rasio KAP atau Rasio Kualitas Aktiva Produktif adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD) berdasarkan ketentuan yang berlaku terhadap total Aktiva Produkif (AP). Sigit Triandaru dan Budisantoso, (2010;58) dengan rumus sebagai berikut: Dalam penilaian ini penulis menggunakan rasio KAP, Rasio KAP berfungsi untuk mengetahui perbandingan antara aktiva produktif yang dikategorikan kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total
350
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
seluruh aktiva produktif. Untuk menghitung rasio KAP maka penting mengetahui klasifikasi aktiva produktif tersebut untuk mencari nilai Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD). Menurut Taswan (2010;230), Aktiva produktif yang diklasifikasikan ditetapkan sebagai berikut: a. 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar b. 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan c. 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet. Kualitas aktiva produktif adalah semua aset dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Penilaian kualitas aktiva produktif dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit, Bank Indonesia (2004).Aktiva produktif terdiri dari kredit, surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Setiap bank umum wajib membentuk cadangan khusus yang ditujukan untuk menampung kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva produktif. Cadangan khusus tersebut dinamakan aktiva produktif yang diklasifikasikan. Dengan kualitas aktiva produktif yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi perusahaan dalam memperoleh pendapatan operasional. Perusahaan tentunya ingin memaksimalkan laba perusahaan berdasarkan aset yang dimilikinya. Semakin tinggi aset perusahaan akan memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan, jika manajemen perusahaan dapat mengelola dengan baik aset yang dimiliki oleh pihak perbankan tersebut. 2. Rasio PPAP Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif digunakan untuk menghitung perbandingan antara
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk (PPAPYD) terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD), (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2008:58) dengan rumus:
Rumus di atas menunjukkan untuk mencari rasio PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), terlebih dahulu harus mengetahui Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Dibentuk (PPAPYD) dan PPAP yang Wajib Dibentuk (PPAPWD). PPAPYD dapat dilihat dalam neraca dengan nama akun Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang merupakan kewajiban bank untuk membentuknya dengan ketentuan nilai maksimalnya 1,25% dari ATMR, sedangkan PPAPWD juga memiliki ketentuan untuk membentuknya. Kriteria pembentukan PPAPWD menurut PBI No. 13/26/PBI/2011, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) memiliki ketentuan untuk membentuk cadangan umum dan cadangan khusus sebagai berikut: Besarnya cadangan Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) umum yaitu 0,5% dari Aktiva Produktif golongan Lancar. Besarnya cadangan Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) khusus ditetapkan minimal : a. 10% dari Aktiva Produktif golongan kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan. b. 50% dari Aktiva Produktif golongan diragukan setelah dikurangi nilai agunan c. 100% dari Aktiva Produktif golongan macet setelah dikurangi nilai agunan.
351
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
Agunan dihitung sebagai faktor pengurang dalam PPAP sebesar: a. 100% dari agunan bersifat likuid, berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir bank bersangkutan dengan surat kuasa. b. 85% dari nilai pasar berupa emas perhiasan. c. 80% dari nilai agunan berupa tanah, bangunan dan rumah SHM atau SHGB yang diikat hak tanggungan. d. 70% dari resi gudang yang penilaiannya dilakukan kurang dari 12 bulan. e. 60% dari NJOP agunan berupa tanah, bangunan, dan rumah SHM atau SHGB, hak pakai tanpa hak tanggungan. f. 50% dari NJOP tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik yang dilampiri SPT terakhir. g. 50% dari nilai pasar harga sewa berupa kios dan sejenisnya. h. 50% dari nilai pasar agunan berupa kendaraan bermotor disertai BPKB. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri Komarudin Sastradipoera, (2010). Profitabilitas mengukur tingkat kembalian investasiyang telah dilakukan oleh perusahaan baik dengan menggunakan total aktivayang dimiliki oleh perusahaan tersebutmaupun dengan menggunakan danayang berasal dari pemilik. Tingkatprofitabilitas atau yang lazim disebutrentabilitas merupakan tolak ukurkinerja bank, karena profitabilitasmerupakan salah satu rasio keuanganyang menunjukan hasil dari sejumlahbesar kebijakan dan keputusan yangdiambil oleh manajemen perusahaan.Rasio rentabilitas menurut Budisantoso (2010;62), dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu: Return On Asset (ROA).
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Menurut Lukman Denda wijaya (2009;118) Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan Ratio Return On Asset (ROA), dengan rumus sebagai berikut: ROA (return on assets) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (profit) secara keseluruhan yang diperoleh dari aktiva yang dimiliki serta merupakan rasio bank yang lebih baik dari pada rasio profitabilitas bank lainnya. Hipotesis PengaruhKredit Bermasalah terhadap Profitabilitas Penyaluran kredit pada perbankan harus siap menghadapi resiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi kredit bermasalah. Untuk itu bank harus melakukan perencanaan dan analisis kredit agar bisa mendeteksi kemungkinan terjadi resiko kredit. Kredit bermasalah merupakan ketidakmampuan debitur dalam mengembalikan hutang kepada pihak bank. Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan bahwa bank akan memperoleh kerugian. Adanya kredit bermasalah akan mengurangi pendapatan operasional bank yaitu dari bunga sebagai dampak positif dari penyaluran kredit kepada debitur. Dengan adanya kredit bermasalah, pendapatan operasional bank akan semakin kecil. Kredit bermasalah dapat mempengaruhi pendapatan operasional bank. Dimana dengan munculnya kredit bermasalah, pendapatan operasional berupa bunga tidak diperoleh sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah ditetapkan. Pendapatan operasional bank yang semakin kecil akan mempengaruhi pada laba yang diperoleh suatu bank. Hal ini tentu saja akan
352
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
mempengaruhi profitabilitas suatu bank. Dimana profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam memperoleh laba dengan menggunakan sumber daya yang ada. Semakin tinggi kredit bermasalah maka akan semakin menurun kinerja profitabilitas suatu bank. Selain mempengaruhi profitabilitas bank, kredit bermasalah juga akan mempengaruhi persediaan alat likuid pada suatu bank. Dimana dengan adanya kredit bermasalah, dana yang telah diberikan bank kepada debitur untuk sementara atau seterusnya tidak kembali lagi kepada bank sebagai kreditur. H1: Kredit Bermasalah berpengaruh terhadap Profitabilitas Pengaruh Aktiva Produktif Terhadap Profitabilitas Sugiyono, (2010) meneliti pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas, Dengan diperolehnya nilai korelasi atau R = 0,988 menunjukkan bahwa terjadi korelasi positif yang searah, artinya jika terjadi peningkatan Kualitas Aktiva produktif (KAP) maka tingkat Profitabilitas akan naik pula. Nilai 0,989 (berada diantara 0,80 1,00) menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y yang sangat kuat, hal ini sesuai dengan nilai interpretasi korelasi. Jadi, KAP berdasarkan perhitungan tersebut, mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan Profitabilitas (ROA) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. H2: Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap Profitabilitas. Pengaruh Kredit Bermasalah dan Aktiva Produktif Terhadap Profitabilitas Luthfihani (2012) meneliti Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas pada PT. Bank BNI(Persero) Tbk. Hasil penelitian menunjukan secara bersama-sama
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
(simultan) kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pengaruh kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah secara simultan terhadap profitabilitas sebesar 41,5%, artinya profitabilitas pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tidak begitu tergantung pada kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah, karena masih terdapat faktor lain yang pengaruhnya lebih besar. Secara parsial kualitas aktiva produktif memberikan pengaruh sebesar 40,3% terhadap profitabilitas, dimana peningkatan kualitas aktiva produktif menyebabkan profitabilitas pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk meningkat dan pengaruh tersebut signifikan secara statistik. Kemudian secara parsial kredit bermasalah hanya memberikan pengaruh sebesar 1,1% terhadap profitabilitas, dimana peningkatan rasio kredit bermasalah menyebabkan profitabilitas pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menurun, namun penurunan tersebut tidak signifikan secara statistik. H3: Kredit Bermasalah dan Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap Profitabilitas Berikut ini adalah kerangka konseptual penelitian Gambar, 1 kerangka konseptual H1 Kredit bermasalah (X1)
H3 Kualitas Aktiva Produktif (X2)
Profitabilitas (Y)
H2
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausatif.
353
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
Menurut Sugiyono (2011;37) penelitian kausatif merupakan tipe penelitian untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel dengan beberapa variabel lainnya. Pada dasarnya penelitian ini menjelaskan pengaruh besar variabel bebas yaitu Kredit Bermasalah (X1), Kualitas aktiva Produktif (X2), terhadap variabel terikat yaitu Profitabilitas (Y) pada PT.BPR MUTIARA NAGARI. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber yang sudah ada. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan PT. BPR Mutiara Nagari tahun 20062015 terdiri dari laporan laba/rugi, laporan posisi keuangan dan laporan piutang tak tertagih. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data dan informasi dalam penyusunan penelitian, teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, dengan teknik dokumentasi yaitu mencatat data laporan keuangan pada PT.BPR. MUTIARA NAGARI Kabupaten SIJUNJUNG, yang berupa laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, untuk rasio keuangan sebagai variabel independen kredit bermasalah dan aktiva produktif serta profitabilitas sebagai variabel dependen. Variabel penelitian Variabel Independen Non Performing Loan adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Mahmoedin (2010;2)
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
dimiliki oleh bank. Taswan (2010,249) Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio Variabel Dependen Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Mahmoedin (2010:2)
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi ketentuan dalam model regresi. Pengujian ini meliputi : Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi. Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi software pengolahan data SPSS. Sedangkan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1). Menurut Sugiyono (2010;192) persamaan regresinya sebagai berikut : Keterangan :
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio Kualitas aktiva produktif (KAP) atau earning assets digunakan untuk mengukur aktiva produktif bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva yang
Y
= Profitabilitas
a
= Konstanta
b1,2 x1 x2 e
= = = =
Koefisien Regresi Variabel Non Performing Loan Kualitas Aktiva Produktif Error
354
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
Uji Hipotesis Penelitian ini menguji hipotesishipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regretion). Metode regresi berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen dalam suatu model prediktif tunggal. Uji t (t-test) Uji t bertujuan untuk mengetahui bahwa variabel bebas secara parsial atau sendiri-sendiri mempunyai pengaruh atau tidaknya terhadap variabel terikat. Uji F (f-test) Menurut Ghozali (2012;98) uji statistik F pada dasarnya untuk mengetahui apakah semua variabel bebas jumlah kredit yang disalurkan (X 1) dan jumlah nasabah kredit (X2) yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat laba bersih (Y). Koefisien Determinasi (R2) Dalam uji regresi linier berganda dianalisis pula besarnya koefisienregresi (R2) keseluruhan. R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependenatau variabel terikat Ghozali, (2011;97). HASIL DAN PEMBAHASAN Non Performing Loan Non Performing Loan didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimum yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk memperoleh pelunasan atau bahkan tidak dapat ditagih. Tingkat pengembalian Kredit Bermasalah pada perusahaan perbankan pada PT. BPR MUTIARA NAGARI selama periode 2006-2015 sebagai berikut:
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Tabel 1 Tingkat pengembalian Kredit Bermasalah PT. BPR MUTIARA NAGARI periode 2006-2015 Tahun
Kredit Bermasalah
Total Kredit yang Diberikan
NPL
2006 Rp 1.069.978.848.000 Rp 5.349.081.848.000
20,00
2007 Rp 1.156.369.474.000 Rp 6.511.700.751.000
17,76
2008 Rp 1.243.170.097.000 Rp 7.674.319.653.000
16,20
2009 Rp 1.507.097.173.000 Rp 8.044.855.850.000
18,73
2010 Rp 1.511.967.090.000 Rp 9.849.757.090.000
15,35
2011 Rp 1.277.404.027.000 Rp 11.893.820.718.000
10,74
2012 Rp
958.721.048.000 Rp 11.869.939.942.000
8,08
2013 Rp 3.437.440.362.000 Rp 10.555.930.078.000
32,56
2014 Rp 3.000.117.330.000 Rp 9.408.790.517.000
31,88
2015 Rp 1.949.152.727.000 Rp 8.631.177.341.000
22,58
Sumber: Diolah Sendiri
Dari data diatas nilai kredit bermasalah PT. BPR MUTIARA NAGARI tahun 2006-2015, Non Performing Loan tahun 2013 dengan rata-rata tertinggi dari tahun-tahun yang lainnya yaitu sebesar 32,56 %. Sedangkan nilai rata-rata Non Performing Loan terendah yaitu tahun 2006 sebesar 8,08%. Dapat dilihat bahwa Non Performing Loan pada perusahaan mengalami fluktuasi. Perubahan kredit bermasalah yang terjadi karena peningkatnya kredit macet, disebabkan oleh beberapa hal seperti untuk memenuhi target perusahaan dan penyebab terjadinya penurunan Non Performing Loan seperti faktor ekonomi yang kurang baik. Kualitas Aktiva Produktif Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Tingkat Kualitas Aktiva Produktif
355
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
pada perusahaan perbankan pada PT. BPR MUTIARA NAGARI selama periode 2006-2015 sebagai berikut: Tabel 2 Tingkat Kualitas Aktiva Produktif PT BPR MUTIARA NAGARI periode 2006-2015 Tahun
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
2006
Rp 784.262.098.000
Rp 4.956.336.367.000 15,82
2007
Rp 867.060.183.500
Rp 6.269.559.379.000 13,83
2008
Rp 950.268.266.750
Rp 7.582.520.999.000 12,53
2009
Rp 1.065.032.139.750 Rp 8.385.276.617.000 12,70
2010
Rp 1.180.889.340.000 Rp 14.029.599.496.000 8,42
2011
Rp 1.079.372.575.500 Rp 13.814.785.122.000 7,81
2012
Rp 791.988.236.750
2013
Rp 2.854.915.037.750 Rp 12.296.970.366.000 23,22
2014
Rp 2.585.241.649.000 Rp 12.130.701.715.000 21,31
2015
Rp 1.736.047.999.750 Rp 12.062.159.352.000 14,39
Aktiva Produktif
KAP
Rp 14.516.790.837.000 5,46
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
periode 2006-2015 sebagai berikut: Tabel 3 Tingkat profirabilitas PT. BPR MUTIARA NAGARI periode 2006-2015 Tahun Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
ROA
2006
Rp 196.800.839.000
Rp 6.818.172.404.000 2,89
2007
Rp 245.411.628.000
Rp 8.172.162.002.000 3,00
2008
Rp 294.022.417.000
Rp 9.526.161.600.000 3,09
2009
Rp 294.144.173.000
Rp 11.477.012.127.000 2,56
2010
Rp 388.464.156.000
Rp 16.281.745.479.000 2,39
2011
Rp 247.520.565.000
Rp 15.966.293.961.000 1,55
2012
Rp 171.219.042.000
Rp 17.206.907.287.000 1,00
2013
Rp 595.660.412.000
Rp 13.967.602.773.000 4,26
2014
Rp 172.914.422.000
Rp 13.411.859.152.000 1,29
2015
Rp 536.637.318.000
Rp 12.993.252.639.000 4,13
Sumber: Diolah Sendiri Sumber: Diolah Sendiri
Dari data diatas nilai kualitas aktiva produktif PT. BPR MUTIARA NAGARI tahun 2006-2015, kualitas aktiva produktif tahun 2013 dengan ratarata tertinggi dari tahun-tahun yang lainnya yaitu sebesar 23,92%.Sedangkan nilai rata-rata kredit bermasalah terendah yaitu tahun 2012 y a i t u 5,99%. Dapat dilihat bahwa kualitas aktiva produktif pada perusahaan mengalami fluktuasi. Perubahan kualitas aktiva produktif yang terjadi karena modal yang buruk, disebabkan oleh beberapa hal seperti penilaian asset dan pemberian pinjaman kepada pihak lain. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Tingkat profirabilitas pada perusahaan perbankan pada PT. BPR MUTIARA NAGARI selama
Dari data diatas nilai return on asset PT. BPR MUTIARA NAGARI tahun 2006-2015, profitabilitastahun 2013 dengan rata-rata tertinggi dari tahun-tahun yang lainnya yaitu sebesar 4,26 %. Sedangkan nilai rata-rata Non Performing Loan terendah yaitu tahun 2012 sebesar 1,00 %. Analisa Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan P-P Plot. Apabila grafik yang diperoleh dari output titik-titinya mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yaitu Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal grafik histogramnya.
356
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Gambar 2. Uji Normal
Gambar 3, Uji heteroskedastisitas
Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal yaitu data yang menyebar secara merata dan bisa dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas menunjukan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi pada variabel bebas kredit bermasalah dan kualitas aktiva produktif. Hal ini dibuktikan nilai tolerance Collinearity statistics untuk masing- masing variabel bebas Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif sama yaitu sebesar 0,543 lebih besar dari 0.1. Sedangkan nilai VIF (Variance Inflations Factor) untuk masing-masing variabel bebas Non Performing Loan dan Kualitas Aktiva Produktif juga sama yaitu sebesar 1.842 lebih kecil dari 10. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dalam residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Hasil uji heteroskedastisitas berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut :
Berdasarkan gambar scatterplot diatas terlihat dari penyebaran titik-titik yang tidak mempunyai pola yang jelas, serta data atau titik-titik menyebar secara merata di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, dan tidak berkumpul di satu tempat sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterskedastisitas pada model regresi, dalam artian bahwa varian semua variabel ini menunjukkan variabel independen yaitu Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif dapat digunakan untuk memprediksi profitabilitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian Durbin Watson (Uji DW) dimana angka Durbin Watson (DW) dibawah -2 terdapat autokorelasi positif, jika angka Durbin Watson (DW) di antara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi dan jika angka Durbin Watson (DW) diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Hasil uji Durbin-Watson mendapatkan nilai sebesar 2.413. Angka tersebut menunjukkan bahwa 357
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
nilai tersebut berada pada range nilai di atas +2, maka dapat diartikan bahwa ada autokorelasi negatif pada persamaan regresi yang diuji. Uji Durbin Watson dapat disimpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari autokorelasi dan model layak digunakan. Analisis regresi berganda Berdasarkan hasil analisis regeresi berganda, didapatkan persamaan regresi Y= 213,008 + 0,029X1 -0, 003X2 + e. Dari persamaan diatas dapat dianalisis bahwa nilai konstanta sebesar 213,008 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen jika Non Performing Loan (X1) dan kualitas aktiva produktif (X2)) sama dengan Nol maka variabel dependen yaitu profitabilitas (Y) akan bernilai 213,008%. Variabel Non Performing Loan (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,029 yang artinya adalah setiap kenaikan Non Performing Loan sebesar 1% maka profitabilitas perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,029%. Variabel kualitas aktiva produktif (X2) mempunyai koefisien regresi sebesar -0,003 yang artinya adalah setiap kenaikan aktiva produktifsebesar 1% maka profitabilitas perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,003%. Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Uji t atau pengujian secara parsial digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis diterima jika t hitung> t
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
dan nilai sig < α 0,05. Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh t hitung adalah 0,571 dengan tingkat signifikan sebesar 0,586 serta t tabel sebesar 1,894. Karena nilai signifikan lebih besar dari pada 0,05 dan nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel maka dapat disimpulkan Non Performing Loan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis diterima jika t hitung> t tabel dan nilai sig < α 0,05. Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh t hitung adalah -0,035 dengan tingkat signifikan sebesar 0,973 serta t tabel sebesar 1,894. Karena nilai signifikan lebih besar dari pada 0,05 dan nilai thitung lebih kecil dari pada t tabel maka dapat disimpulkan kualitas aktiva produktif secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Pengujian Hipotesis 3 Untuk mengetahui bahwa variabel independen yaitu Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu profitabilitas dapat dilihat dari hasil uji F. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan F tabel. Hipotesis diterima jika F hitung > F tabel dan nilai sig < α 0,05. Nilai Ftabel pada signifikan 0,05 adalah 4,740. Dari uji ANOVA (Analysis of Varians) atau uji F di atas, menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 0,277 < Ftabel 4,740 dan nilai signifikan sebesar 0,766 lebih besar dari taraf signifikansi yang ditargetkan sebesar 0,05. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Jadi hipotesis yang dirumuskan tidak sesuai dengan hasil penelitian sehingga H3 tidak dapat tabel
358
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
diterima. Pengujian Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur seberapa besar peranan variabel independen yaitu Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif secara simultan menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen yaitu profitabilitas. Nilai determinasi ditentukan dengan nilai R Square. Nilai R Square yang d i d a p a t k a n a d a l a h 0,073, atau sebesar 7,3%. Hal ini menyatakan bahwa variabel independen Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif sangat kuat terhadap variabel dependen profitabilitas dengan R Square 7,3%. Sedangkan sisanya sebesar 92,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain seperti krisis ekonomi. Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis pertama (H1) tidak diterima dan disimpulkan bahwa Non Performing Loan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Nilai thitung adalah 0,571 < ttabel 1,859 dengan tingkat signifikan 0,586 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis tidak diterima, ini menyatakan Non Performing Loan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang ditunjukkan berdasarkan hasil uji t karena hasil signifikan yang didapat lebih besar dari pada tingkat signifikan yang ditargetkan. Semakin rendah NPL maka bank tersebut akan mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Bertambahnya biaya yang digunakan dalam pengelolaan kredit bermasalah akibat NPL yang meningkat akan menyebabkan profitabilitas bank menurun Berger (2006). Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Riski (2011) dan Rusdiana (2012) yang
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
memperoleh hasil bahwa NPL berpengaruh negatif pada return on assets. R. Anggakara Pratama (2011) Pengaruh Likuiditas Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas Bank Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, risiko kredit tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas, dan secara simultan risiko kredit dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pengaruh Kualitas Aktiva produktif Terhadap Profitabilitas Berdasarkan analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis pertama (H2) tidak diterima dan disimpulkan bahwa kredit bermasalah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Nilai thitung adalah - 0,035 < ttabel 1,859 dan nilai signifikan 0,973 > α 0,05. Jadi hipotesis yang telahdirumuskan sesuai dengan hasil penelitian sehingga H2 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini membuktikan kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset. Karena nilai signifikan lebih besar dari pada 0,05 dan nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel maka dapat disimpulkan kualitas aktiva produktif secara parsial tidak berpengaruh terhadap return on asset. Tingginya rasio KAP yang dimiliki oleh suatu bank menunjukkan pembiayaan yang tidak produktif. Pembiayaan yang tidak produktif ini menyebabkan tingginya pembentukan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) dimana semakin besar PPAP yang dibentuk akan mengganggu profitabilitas bank. Hasil dari penelitian ini menunjukkan KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA karena adanya sikap antisipasi bank terhadap kemungkinan tingginya kredit macet yang akan dihadapi bank menyebabkan bank membentuk 359
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
cadangan PPAP yang berlebih sehingga mengganggu ROA. Namun, apabila bank ditopang oleh permodalan yang dapat dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka permodalan dapat membantu kelangsungan kegiatan operasional dan tidak terlalu bergantung pada ROA. KAP yang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA juga bisa dikarenakan oleh krisis yang melanda akhir-akhir ini dan menyebabkan kredit macet, sehingga bank tidak lagi terlalu mengandalkan pendapatan dari pemberian jasa pinjaman. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurkhosidah (2009). Nurkhosidah (2011) dalam penelitiannya menyatakan PPAP berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Pengaruh NPL dan Kualitas Aktiva produktif Terhadap Profitabilitas Hasil pengujian secara simultan dengan menggunakan Uji F menunjukkan bahwa Non Performing Loan dan kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh terhadap profitabilitasdengan nilai Fhitung sebesar adalah 0,277 < Ftabel 4,460 dan nilai signifikan sebesar 0,766 lebih besar dari taraf signifikansi yang ditargetkan sebesar 0,05. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah dan kualitas aktiva produktif secara simultan atau bersama- sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset. Jadi hipotesis yang dirumuskan tidak sesuai dengan hasil penelitian sehingga H3 tidak dapat diterima. Selain itu dapat juga dilihat dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,933 atau sebesar 0,073. Hal ini menyatakan bahwa variabel independen kredit bermasalah dan kualitas aktiva produktif sangat kuat terhadap variabel dependen return on asset dengan R Square 0,073. Sedangkan
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
sisanya sebesar 0,27% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain seperti krisis ekonomi. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfihani (2012) Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas pada PT. Bank BNI (Persero) Tbk menunjukan secara bersama- sama (simultan) kualitas aktiva produktif dan kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredit bermasalah secara parsial tidak memiliki pengaruh secara singnifikan terhadap return on asset pada PT. BPR MUTIARA NAGARI yang di teliti. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji t dengan t hitung adalah 0,571 < ttabel 1,859 dan tingkat signifikannya sebesar 0,586 > α 0,05 sehinga hipotesis satu (H1) ditolak. 2. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas aktiva produktif secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhasdap return on asset pada PT. BPR MUTIARA NAGARI yang di teliti. Hal ini di buktikan dengan menggunakan uji t yang memiliki t hitung adalah -0,035 > ttabel 1,859 dan nilai signifikannya sebesar 0,973 > α 0,05 sehinga hipotesis dua (H2) ditolak. 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit bermasalah dan kualitas aktiva produktif secara simultan atau bersama-sama tidak berpengaruh terhadap return on asset. Hal ini ditunjukkan dengan menggunakan uji F dengan Fhitung sebesar 0,277 < Ftabel sebesar 4,460 dengan tingkat
360
JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 2, JULI 2016
signifikansi sebesar 0,766 > 0,05. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 7,3% dan sisanya sebesar 92,7% Sehingga hipotesis ketiga (H3) ditolak. DAFTAR PUSTAKA Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kasmir (2012) Bank dan lembaga keuangan lainnya edisi revisi. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada. Komarudin Sastradipoera. 2010. Manajemen Perbankan. Bandung: Kapp Lukman, Dendawijaya. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia. Luthfihani (2012) Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas pada PT. Bank BNI(Persero) Tbk Mahmoeddin, As. 2010. Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Manurung dan Rahardja (2010). Uang, perbankan dan ekonomi moneter (kajian kontekstual indonesia). Jakarta: lembaga penerbit FE-UI Setiautama, Heru. (2010). “Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Laba Pada PT.BNI, (Persero) Tbk”. Jurusan Manajemen, UNIKOM. Siamat (2010) Manajemen Lembaga Keuangan.Penerbit Intermedia. Jakarta : Bank Indonesia. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
P- ISSN 1693 - 3273 E- ISSN 2527 - 3469
Sutojo, Siswanto. (2011). Menangani Kredit Bermasalah. Jakarta : PT.Damar Mulia Pustaka. Taswan. (2010). Akuntansi Perbankan. Edisi II. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Yogyakarta. ---------------------. Manajemen Perbankan. Edisi II. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta ndang-undang No. 10 Tahun 1998,Tentang perbankan.
361