PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK Nugroho Susanto, Parijo, Husni Syahrudin Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan Pontianak Email :
[email protected] Abstract: The Effect of Team Learning Model Learning Outcomes Quiz Of Class XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. This study aimed to determine the effect of learning models Quiz Team Learning Outcomes Class XI Against SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. The research method used is the Ex Post Facto and analysis used quantitative analysis consisting of (quantitative descriptive analysis, statistical tests and qualitative). Based on statistical calculations using simple linear regression equation obtained Y = 50.45 + 0.512. X The hypothesis testing using t-test to determine the effect of the partial results obtained t count> t table (6.210> 2.042), t count much higher or about 3 times the value of t the table, and the result of the test r count r> r table (0.745> 0.344) then test determinisasi (R2) of 55.5% and the remaining 44.5% is influenced by other variables in addition to the application of the model Quiz Team learning is not included in this study. From the test results it can be seen that Influence Learning Model Quiz Team influential terhasap Class XI student learning outcomes SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Keywords: effect, Quiz Team Learning Model, Learning Outcomes. Abstrak: Pengaruh Model Pembelajaran Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Ex Post Facto dan analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang terdiri dari (analisis deskriptif kuantitatif, uji statistik dan kualitatif). Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan uji regresi linear sederhana didapat persamaan Y = 50,45 + 0,512.X Sedangkan uji hipotesis menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial yakni didapat hasilnya t hitung > t tabel (6,210>2,042), t hitung jauh lebih tinggi atau sekitar 3 kali lipat dari nilai t tabel, dan uji r yang hasilnya dari r hitung > r tabel (0,745>0,344) kemudian uji determinisasi (R2) sebesar 55,5% dan sisanya 44,5% dipengaruhi oleh variabel lain selain penerapan model pembelajaran Team Quiz yang tidak dimasukan di dalam penelitian ini. Dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa Pengaruh Model Pembelajaran Team Quiz sangat berpengaruh terhasap hasil belajar siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Kata Kunci : pengaruh, Model Pembelajaran Team Quiz, Hasil Belajar.
1
P
endidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, salah satunya adalah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya, pendidikan guru merupakan komponen yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka seorang guru harus terampil dalam memilah dan menentukan strategi pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi tidak membosankan, dengan pola penerapan strategi yang menyenangkan diharapkan akan memberi pengaruh yang positif terhadap hasil belajar, salah satunya melalui pembelajaran berkarakter melalui Paikem Gembrot (pembelajaran aktif inovatif kreatif evektif menyenangkan gembira berbobot). Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap anak didiknya guru telah melakukan banyak usaha mulai dari pemberian variasi dan gaya dalam penyampain materi sampai dengan penggunaan variasi model pembelajaran dengan harapan akan berdampak terhadap hasil belajar yang akan diperoleh para siswanya. Model pembelajaran yang selama ini dilakukan dalam mata pelajaran ekonomi adalah persentase dan diskusi kelompok. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok diberi materi sesuai silabus. Setiap kelompok ditugaskan untuk mempersentasikan materi sesuai kelompoknya. Ketika satu kelompok melakukan persentase, kelompok yang lain berfungsi sebagai kelompok pembahas dan memberikan tanggapan. Model pembelajaran ini ternyata kurang berhasil. Kelompok penyaji selalu kurang menguasai materi yang disajikan dan kelompok pembahas juga tidak dapat menanggapi dengan baik. Hal ini terlihat dari jalannya proses pembelajaran yang kurang antusias, daya kreatifitas siswa rendah, dan sebagian siswa bersikap acuh tak acuh hanya sebaagian kecil siswa yang ikut aktif dalam proses diskusi. Aktivitas yang terjadi selama mengikuti proses pembelajaran sangat rendah. Salah satu penyebabnya mungkin karena strategi pembelajaran yang kurang memiliki daya dukung terhadap aktivitas belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran dimana siswa dapat belajar secara kooperatif, sehingga siswa tidak hanya menjadi objek atau pelengkap dalam kegiatan pembelajaran melainkan sudah harus mampu menjadi subjek yang secara langsung menjadi bagian utuh baik dari kegiatan tanya jawab dan diskusi serta dapat mengemukakan pendapat. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tipe Team Quiz pemilihan model pembelajaran tipe Team Quiz karena sesuai dengan materi yang dipelajarai yaitu tentang ekonomi terbuka, selain itu medel pembelajaran ini juga dapat digunakan dalam materi yang lain karena dalam model pembelajaran ini siswa dituntut bekerjasama dalam setiap kelompoknya serta siswa diberikan kebebasan dalam berpendapat baik ketika mereka menjadi kolompok penanya, penjawab maupun kolompok penyanggah. Model pembelajaran tipe Team Quiz merupakan model pembelajaran dengan sistem pembagian kelompok belajar dimana materi belajar dibagi sesuai dengan kelompok belajar sehingga kelompok belajar akan mendapat kesempatan sebagai kelompok penanya maupun penjawab. Menurut Muhamad Hasan Sidik
2
(2008 :21) Tipe Team Quiz merupakan model pembelajaran aktif yang di kembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Team Quiz ini peserta ajar dibagi menjadi tiga tim. Setiap peserta dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim lainya menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Dalam Team Quiz pertama tama diawali dengan penjelasan materi secara klasikal oleh guru. Setelah itu siswa dibagi menjadi tiga kelompok besar kemudian setiap kelompok diberi arahan untuk saling berdiskusi serta memberikan argumenya berkaitan dengan materi yang dipelajari. Setelah kegiatan penjelasan selesai baru diadakan pertandingan akademis. Sehingga dengan adanya pertandingan ini akan tercipta kompetisi dimana para siswa akan berlomba-lomba untuk menjadi kelompok terbaik dan memperoleh nilai terbaik dalam pertandingan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Muhamadiyah 2 Pontianak, bahwa sekolah menjadikan kelompok belajar menjadi dua kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore dimana terdapat kesenjagan antara kelas pagi dan kelas sore, adapun kelas pagi lebih didominasi oleh siswa yang berprestasi dan kelas sore merupakan saringan dari kelas pagi, sehingga terjadi kesenjangan prestasi diantara keduanya. Karena ketidak merataan dalam pembagian kelas dimana terjadi kesenjangan antara kelas pagi dan sore sehinga peneliti tertarik untuk meneliti di kelas sore, terlebih model pembelajaran tipe Team Quiz belum pernah di gunakan. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran tipe Team Quiz pada pembelajaran perekonomian terbuka Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak”. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran tipe Team Quiz di Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. (2) Untuk mengetahui bagaimana evaluasi tentang pelaksanaan berkaitan dengan model pembelajaran tipe Team Quiz di Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. (3) Untuk mengaetahui apakah terdapat pengaruh Penerapan Model Pembelajaran tipe Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Cooperative learning berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama– sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin ras, atau suku yang berbeda (heterogen) Winasanjaya (2006:242) Menurut Asep Jihat dan Abdul Haris (2008:30), model pembelajaran kooperatif memiliki ciri (1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, (2) Kelompok dibentuk dari siswa–siswa yang memiliki Kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Jika dalam kelas, terdapat siswa–siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
3
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, (4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Karli dan Yuliariatiningsih (2002:72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. (2) dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa. (3) dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilanketerampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. (4) siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. (5) siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. (6) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya. Model pembelajaran memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain (1) Persiapannya membutuhkan banyak tenaga, pikiran dan waktu. (2) membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang mahal.(3) diperlukan waktu yang lama. Team Quiz merupakan model pembelajaran berupa pembelajaran kelompok belajar dimana materi belajar dibagi sesuai dengan kelompok belajar sehingga kelompok belajar akan mendapat kesempatan sebagai kelompok penanya maupun penjawab. Menurut Muhamad Hasan Sidik (2008 :21) Tipe Team Quiz merupakan model pembelajaran aktif yang di kembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Team Quiz ini peserta ajar dibagi menjadi tiga tim. Setiap peserta dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim lainnya menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Dalam Team Quiz ini di awali dengan guru menerangkna materi, secara klasikal, lalu peserta ajar dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersamasama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut, setelah selesai materi maka akan di adakan pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka tercapailah kopetensi antar kelompok, para peserta ajar akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Menurut Grounlund (dalam Jihat dan Haris 2008:54) menyatakan penilaian sebagai proses Sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuaan, sedangkan Arikunto (dalam Jihat dan Haris 2008:54) “untuk dapat melaksanakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebuh dahulu sedangkan pengukuran tidak akan bermakna tanpa di lakukan penilaian”. berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar lebih menekankan pada penilaian. Menurut Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009) hasil belajar dapat berupa (1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, kemampuan merespons secara spesifik
4
terhadap ransangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorika, kemampuan analisis sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip–prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognirif bersifat khas. (3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai–nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai sebagai standar perilaku. Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu (1) Masalah internal. Aunurrahman (2009:177) menyatakan; ”selama peroses belajar, masalah belajar seringkali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menyimpan kembali pesan yang tersimpan, unjuk hasil belajar”. (2) menurut Aunurrahman (2009:187) Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ex Post Facto. Arief Furchan (2011:410) menyatakan “penelitian ekspos fakto (expost facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti”. Selanjutnya dikatakan bahwa “penelitian ekspos fakto dilakukan terhadap program, kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penelitian ekspos fakto tidak ada pengontrolan variabel dan biasannya tidak ada pra tes.” Penelitian ex post facto dimulai dengan mendeskripsikan situasi sekarang yang diasumsikan sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah terjadi sebelumnya. Dalam situasi ini peneliti hanya tinggal memilih subjek yang diyakini telah mendapat perlakuan sebelumnya, kemudian mengukur efek variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat. Seperti yang dikemukakan oleh Arief Furchan (2011: 411) bahwa “Ex Post Facto sebagai metode penelitian merujuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.” Metode ini lebih ditujukan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variabel bebas dari permasalahan yang dikaji telah terjadi sebelumnya melalui perlakuan orang lain. Peneliti memilih subjek yang diyakini telah mendapatkan perlakuan sebelumnya kemudian mengukur efek variabel bebas terhadap variabel terikat.
5
Menurut Margono (2009: 118) “populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita temukan”. sedangkan menurut Sugiono (2006 : 230) “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 2 SMA muhammadiyah 2 pontianak yang terdiri dari 33 siswa. Definisi sampel menurut Sugiono (2006: 110) “adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Begitu juga menurut Suhasimi Arikunto (2006:131) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiono (2006: 124) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasinya relatif kecil. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 2 Pontianak yang terdiri dari 33 siswa. Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Seperti yang diungkapkan oleh Zainal Arifin (2011: 225) “instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari penemuan atau kesimpulan penelitian.” Sugiono (2006 : 305) berpendapat “instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data”. Oleh sebab itu instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila penggunaannya tidak tepat. Cara menyusun instrumen penelitian dikatakan oleh Sugiyono (2010: 149) bahwa. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh oleh peneliti dalam menyusun instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut (1) analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub variabel dan mengembangkan indikator setiap sub variabel penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. (2) menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel/sub variabel/indikator-indikatornya.s (3) etelah ditetapkan jenis instrumen, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, dan waktu yang dibutuhkan. (4) berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.(5)
6
instrumen yang telah dibuat diuji coba, untuk melihat validitas, reliabilitas dan keterbacaannya. Menurut Zainal Arifin (2011:226),“instrumen penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes dan non tes. Tes memiliki sifat mengukur, sedangkan nontes bersifat menghimpun”. Sedangkan jenis-jenis dari instrumen disebutkan oleh Zainal Arifin (2011: 226) “tes terdiri dari beberapa jenis, diantaranya tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan. Sedangkan nontes terdiri dari angket, observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, studi dokumentasi, dan sebagainya.” Zainal Arifin (2011: 231) menggambarkan observasi terstruktur yaitu “semua kegiatan observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas, Peneliti dalam melakukan pengamatannya menggunakan instrumen penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya Menurut Sugiono (2006: 199) “angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Diharapkan dengan angket ini peneliti dapat menggali banyak informasi dari subjek yang berkaitan secara langsung dengan masalah penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yaitu deskriptif, statistik/uji pengaruh dan kualitatif yaitu implementasinya. Analisis kuantittatif deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan mengolah data yang didapat yaitu dalam penyebaran angket penelitian dan dianalisis per item pertanyaan. Sedangkan statistik/uji pengaruh menggunakan statistik dengan analisis regresi berganda dan beberapa uji hipotetsis lainnya yaitu uji distribusi normal, uji t dan uji r. Selanjutnya secara kualitatif penelitian ini mengambarkan hasil dari pembahasan yang menjawab masalah dan sub masalah. Dalam menjawab masalah bagaimana perencanaan, evaluasi, pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Team Quiz di kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah 2 Pontianak maka digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis Deskriptif kuantitatif adalah analisis yang dilakukan dengan menganalisis setiap jawaban item angket siswa dengan interprestasi jawaban dan gambar. Untuk mengetahui apa terdapat pengaruh antara vareabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Siswa menggunakan rumus regresi linier sederhana, menurut sugiono (2006:244). Untuk mengitung koefisien a dan b pada rumus regresi diatas digunakan rumus:
ý = a + bx a=
b=
∑ ∑ ∑
∑ ∑ .∑ (∑ )
7
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya tingkat hubungan antara variabel x dengan variabel y, maka dilakukan perhitungan statistik analisis korelasi produk moment dengan rumus sebagai berikut : rxy=
{
∑
∑ .
(∑ ) (∑ )
(∑ ) }{ ∑
(∑ ) }
Untuk menghitung t hitung peneliti menggunakan rumus : t=
√ √
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Team Quiz dan besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap hasil belajar kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 sorang dengan rincian 25 laki-laki dan 18 perempuan. Dari sampel tersebut diperoleh data berupa nilai ulangan harian dari guru mata pelajaran ekonomi kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak dan jawaban angket Adapun data yang olahan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel : 1. Interval persentasi hasil belajar siswa Seluruh Persentase No Interval Katagori Frekuensi responden % 1 80-100 Sangat baik 14 33 42,42 2 70-79 Baik 10 33 30,31 3 60-69 Cukup 9 33 27,27 4 50-59 Kurang 0 33 0 5 0-49 Sangat kurang 0 33 0 Jumlah 33 33 100 Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,745. Berdasarkan kekuatan yang telah ditetapkan, angka ini terletak diantara 0,600-799 yang termasuk katagori kuat. Jika dibandingkan dengan r tabel pada tarif signifikan 5 % sebesar 0,344, maka t hitung lebih besar dari r tabel atau 0,745>0,344. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara variabel tunggal (X) terhadap variabel kontrol (Y) atau penerapan model pembelajaran tipe Team Quiz terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Pontianak.
8
Selanjutnya analisis kolerasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinan. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui persentase (dalam persen) pengaruh variabel tunggal (X) terhadap variabel kontrol (Y) diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien determinan (KD) KP = r2 x 100% KP = (0,7452 x 100%) = 0,555 x 100% = 55,5% Dengan demikian koefisien kolerasi digunakan rumus koefisien determinan didapatkan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran Team Quiz dan hasil belajar siswa adalah sebesar 55,5% dan 44,5% merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti. Selanjutnya untuk mencari apakah ada pengaruh antara vaviabel tunggal dengan variabel kontrol dapat di lakukan dengan melakukan uji t dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan jumlah t hitung lebih besar dibandingkan dengan t tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (DK) N-2 = 33 maka diperoleh t hitung lebih besar daripada t tabel atau 6,210>2,042. Berdasarkan perhitungan tersebut dinyatakan bahwwa t hitung jatuh pada penolakan Ho, maka dapat dinyatakan hipotesis nol (Ho) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara penerapan model pembelajaran Team Quiz dan hasil belajar siswa ditolak, jadi hipotesis alternatif (Ha) diterima Pengujiann Hipotesis Tolak H0 apabila t hitung > t tabel (∝=
,
)
∝ = 0,05 Ho -2,042
Ha
= 2,04<6,210 ∝ = 0,05
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil tes belajar siswa, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut (1) hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan selama guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Team Quiz, telah berlansung dengan baik sesuai dengan apa yang menjadi petunjuk dalam penerapan model pembelajaran tiipe Team Quiz baik dari kegiatan pembuka sampai dengan penerapan model pembelajaran terhadap siswa. (2) hasil belajar yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan nmodel pembelajaran tipe Team Quiz menunjukan hasil yang positif dengan rata-rata nilai 78,4. Dan interval prestasi belajar dengan tiga katagori 42,42% sangat baik, 30,31 baik, 27,27 cukup. (3) 9
hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau r hitung sebesar 0,745 dan r tabel sebesar 0,344 yang termasuk dalam kategori kuat. angka ini terletak diantara 0,600-0,799. Dan dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh t hitung sebesar 6,21 dan t tabel seber 2,042. Untuk mengetahui kesalahan 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan dengan N 33 diperoleh hasil t hitung lebih besar dari t tabel atau 6,210>2,042 dengan persentase korelasi determinan dengan nilai 0,7452 = 0,555 Hal ini berarti nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,555 x 100% = 55,5 % sisanya sebesar 44,5%. Saran Ada beberapa saran yang dapat peneliti sambaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu (1) Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran tipe Team Quiz harus disesuaikan dengan materi yang akan digunakan serta menjalankan model ini sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta ada baiknya untuk memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada siswa mengenai model pembelajaran tipe Team Quiz agar siswa mengetahui apa yang harus mereka lakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. (2) Pengaruh penggunaan metode pembelajaran tipe Team Quiz memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap hasil belajar siswa. Model ini dapat digunakan dengan megikuti semua langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran. (3) Bagi peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe Team Quiz ini diharapkan menyesuaikan dengan materi apa yang akan di pelajari, serta mempelajari lebih lanjut tentang motede ini karena memakan waktu yang relatif lama. DAFTAR RUJUKAN Agus Suprijono. (2009). Kooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Celebon TimurYogyakarta: Alfabeta Asep Jihad, Abdul Haris (2008). Evaluasi Pembelajaran. (Cetakan ke-3)Jakarta: Multi P. resindo. Aunurrahman. (2008/2009). Belajar dan Pembelajaran. (Cetakan ke-1). Bandung: Alfabeta. Karli dan Yuliariatiningsih. (2002). Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif. (Online).(http://www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan -model.html, dikunjungi 25 Oktober 2012). Margono . (2009). MetodePenelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhamad Hasan Sidik (2008). Penerapan Model Pembelajaran KonstruktivismeUntuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Energi Gerak Di Kelas III SD Negeri 1 Clilrengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon. (Online).(http:// www.artikelbagus.com /2010/10/14/Penerapan-Model-Pembelajaran-Tipe-Team-Quiz. html,Pdf, dikunjungi 25 Oktober 2012). Sugiono (2006). Metode Penelitian Administrasi. (Cetakan ke-14). Bandung: Alfabeta Zainal Arifin (2011) Metode Penelitian Kuantitatip. Bandung : CV Alvabeta
10