e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPRATIF TEKNIKMAKE A MATCHTERHADAP HASIL BELAJARIPS PADA SISWA KELAS V SEMESTER IIDI GUGUS VDESA BAN I Gede Rudiksa Wiradnyana1,I Made Tegeh2,Syahruddin3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected];
[email protected],
[email protected] Abstrak Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPS. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dianjurkan untuk mengunakan model pembelajaranmodel pembelajaran kooperatif TeknikMake A MatchPenelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif Teknik Make A Matchdan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensionalPada Siswa Kelas V Semester II SD di Gugus V Desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain control group pri-test post-test desain. Populasi penelitian adalah semua SD yang ada di Gugus V Ban Kecamatan Kubu khusunya siswa kelas V yang berjumlah 184 orang, sedangkan sampel penelitian adalah SDN 3 Ban dan SDN 4 Ban sebanyak 46 orang yang diambil secara random. Data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Teknik Make A Match dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas V pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 SD di Gugus V Ban Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Hal ini ditunjukkan oleh thitung 22,40 > ttabel 2,021. Skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif TeknikMake A Matchyaitu 20,77 yang berada pada kategori tinggi dan siswa yang belajar menggunakan model konvensional yaitu 15,83 yang berada pada kategori sedang. Hal itu berarti model pembelajaran kooperatif Teknik Make A Matchmenunjukan hasil belajar yang lebih baik daripada model konvensional. Kata kunci :
model pembelajaran, teknikmake amatch, hasil belajar Abstract
The major problem is the low score of social study.To solve that problem,cooperative learning make a match technique should be implemented.This study aims to determine the differences in IPS learning outcomes between students who thought using cooperative learning with Make A Match technique and students who thought by using conventional learning models on the fifth grade Students of second Semester in fifth Cluster in Ban village, Kubu district and Karangasem regency in the Academic Year 2012/2013. This research was classified as a quasi-experimental study ( quasiexperimental ) and design with control group pre - test and post-test design . The population of this study was all elementary schools in fifth Cluster Ban Kubu district especially the fifth grade students who totaled 184 students, while the samples of this study were SDN 3 Ban and SDN 4 Ban and it consisted of 46 students taken randomly.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) The Data was collected by using test. The data obtained were analyzed by using descriptive analysis and t-test. The result of the study showed that there were significant differences in learning outcomes between groups of students who were taught using cooperative learning with Make A Match techniquewith groups of students who were taught using the conventional model in social studies on the fifth grade students in second semester in the academic year 2012/2013 SD in fifth cluster at Ban Kubu district, Karangasem regency. This wasshowed by 22.40 tvalue > ttable 2.021. The average score obtained by the students who taught by using cooperative learning model with Make A Match technique was 20.77 which was categorized as the high level and the students who taughtby using the conventional model was 15.83 which wascategorized as the medium level. This means cooperative learning model with Make A Match technique showed better learning outcomes than conventional models. Key words: learning models, make a match technique, the results of study
PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pendidikan berusaha mengubah tingkah laku siswa dalam berfikir dan betindak atau bertingkah laku. Apabila sejak dini siswa telah diusahakan untuk berfikir dan bertindak terhadap lingkungan maka tujuan pembangunan nasional yang berorientasi terhadap lingkungan akan tercapai.Pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan lebih mampu meningkatkan daya dukung sosial (social carrying capacities). Hal itu penting untuk mencegah rusaknya struktur sosial, dan sekolah harus dapat meningkatkan toleransi dan simpati yang diperlukan dalam menempuh hidup di dunia yang bedesakan ini. Dengan demikian pendidikan dapat menanamkan kepedulian yang lebih dalam pada faktor-faktor lingkungan sehari-hari. Pendidikan di sekolah dewasa ini semata-mata menekankan pada pencapaian hasil belajar dalam bentuk nilai dan penyelesaian target kurikulum yang ditetapkan. Karena itu dalam rangka mencapai hasil belajar tersebut, para guru melaksanakan proses pendidikan melalui proses belajar sebagai cara yang utama. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan potensi dan harapan sekolah. Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Di samping itu,
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal juga berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan hasil belajar Perkembangan teknologi berpengaruh juga terhadap perkembangan pendidikan, sehingga lahir beberapa hal baru dalam dunia pendidikan. Hal baru tersebut pada awalnya hanya menfokuskan diri pada bidang media, sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam proses, produk dan struktur atau system. Hal ini menjadi pemikiran para ahli bidang teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk panduan dan pedoman. Perkembnagan ilmu,teknologi dan arus globalisasi telah membawa dihampir setiap aspek kehidupan manusia,dalam rangka mengadapi berbagai perubahan dan permasalahan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah nomor19 tahun 2005 tersebut beserta peraturanperaturan yang menyertainya. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakan program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekola. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa serta siswa dan lingkungannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:26). Pembelajaran akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun secara mental (Dimyati & Mudjiono, 1994:16). Pembelajaran hendaknya dapat dipandang sebagai upaya dalam menciptakan kondisi belajar yang mencakup materi, keterampilan, hubungan sosial, jenis kegiatan, fasilitas, dan penggunaannya dalam melakukan interaksi. Kombinasi yang berbeda dari unsur-unsur tersebut menciptakan kondisi belajar yang berbeda yang menimbulkan hasil belajar yang berbeda (Rasana, 2009:2). Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, diantaranya penyajian materi yang membosankan atau masih berpusat pada guru, cara guru memilih dan menggunakan model pembelajaran, dan kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan media. Pada saat mengajar IPS, guru jarang sekali memakai media. Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran
konvensional pada saat proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran dengan metode ceramah, dimana dalam belajar guru masih menggunakan paradigma lama, yaitu berpusat pada guru. Proses pembelajaran IPS di sekolah dasar saat ini masih menggunakan suatu metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), artinya semua informasi-informasi bersumber dari guru. Guru sebagai seorang pendidik tidak akan merasa mengajar apabila tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan pelajaran secara panjang lebar dan nantinya akan menyuruh siswa untuk menghapal materimateri tersebut. Hal ini akan membuat siswa menjadi pasif dan IPS akan menjadi suatu mata pelajaran yang membosankan. Sudah selayaknya guru berusaha untuk menggunakan suatu metode, strategi, dan model pembelajaran yang bervariasi karena pada hakekatnya IPS bukan mata pelajaran yang hanya sekedar menghapal berbagai konsep dan materi. Data-data yang menunjukkan masih rendahnya hasil belajar siswa tersebut diperkuat dengan hasil ulangan harian. Sebagai contoh adalah data ulangan umum siswa kelas V SD No 3 Ban dan SD No 4 Ban Tahun Pelajaran 2012/2013. Nilai Rata-rata Ulangan Siswa Kelas V SD No 3 Ban dan SD No 4 Ban Tahun Pelajaran 2012/2013 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai Rata-rata Ulangan Siswa Kelas V SD No 3 Ban dan SD No 4 Ban Tahun Pelajaran 2012/2013 Nilai Rata-rata Ulangan Kelas Ilmu Pengetahuan Sosial SD No 3 Ban 70 SD No 4 Ban 71 (Sumber: SD no 3 Ban dan SD No 4 Ban) Dari data tersebut ditunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa masih dibawah KKM, yakni 75.Banyak faktor yang menjadi penghalang pencapain hasil belajar.Secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) pemilihan pendekatan dan strategi pembelajaran yang kurang sesuai, (2)
pengetahuan siswa yang belum terakomodasi dengan baik dalam pembelajaran,(3) pemanfaatan media yang jarang digunakan sebagai sumber belajar,(4) bentuk dan cara penilaian perolehan belajar yang digunakan kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Selama ini keadaan yang berlangsung di lapangan bukan seperti yang diharapkan. Pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal belum ditangani secara sistematis dan terarah di sekolah dasar. Guru kurang kreatif untuk menciptakan kondisi yang mengarahkan siswa agar mampu mengkonstruksi pengalaman kehidupan sehari-hari dengan konstruksi pengetahuan dalam pembelajaran di dalam kelas. Selain itu guru cenderung hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton dan sangat membosankan bagi siswa. Secara fisik juga tampakbelum optimal aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini tampak pada sikap siswa yang masih pasif dalam proses pembelajaran dan siswa cenderung sebagai individu yang bersifat pasif dalam menerima materi, bukan sebagai individu yang aktif dalam menemukan dan memahami materi. Kondisi seperti ini cenderung membuat siswa mudah melupakan apa yang telah dipelajarinya dan dapat menghambat dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang optimal pada mata pelajaran IPS. Padahal seorang guru dapat menggunakan modelmodel pembelajaran yang lebih inovatif yang nantinya dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa serta siswa dan lingkungannya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001:26). Pembelajaran akan bermakna apabila melibatkan siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun secara mental (Dimyati & Mudjiono, 1994:16). Pembelajaran hendaknya dapat dipandang sebagai upaya dalam menciptakan kondisi belajar yang mencakup materi, keterampilan, hubungan sosial, jenis kegiatan, fasilitas, dan penggunaannya dalam melakukan interaksi. Kombinasi yang berbeda dari unsur-unsur tersebut menciptakan kondisi belajar yang berbeda yang menimbulkan hasil belajar yang berbeda (Rasana, 2009:2). Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana yang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.Dengan
inovasi-inovasi pembelajaran yang dimiliki, guru dapat menciptakan suasana belajar yang mengaktifkan siswa secara fisik dan mental, merangsang kreatifitas siswa untuk terus mengembangkan kreatifitasnya baik itu mengenai pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta siswa serta mampu menciptakan suasana gembira atau menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi meningkatnya hasil belajar. Selain itu dalam merancang suatu strategi perlulah dipikirkan kesesuaian antara metode dan media pembelajaran dengan materi pelajaran yang akan disajikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Materi pembelajaran IPS sangatlah luas, sumber-sumber belajarnya pun sangat banyak. Untuk memudahkan siswa mengkaji berbagai materi yang terkait dengan permasalahan yang diajukan oleh guru pada saat pembelajaran, maka guru dapat membatasinya menggunakan peta konsep. Penggunaan peta konsep ini akan membatasi siswa untuk tidak memikirkan materi yang melenceng dari tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Jadi, siswa akan memikirkan solusi-solusi pemecahan masalah sesuai dengan konsep-konsep yang akan dipelajari Maka dari itu, untuk mencegah kejadian seperti di atas terjadi secara berkelanjutan, yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan siswa juga cepat mengerti dengan materi yang akan disampaikan oleh guru. Salah satu model yang dapat menyenangkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran Kooperatif Teknik Make aMatch. Menurut Lorna Curran (1994) model make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Menurut Sanjaya (2008) model pembelajaran Kooperatif TeknikMake aMatch merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang mengutamakan 4 unsur penting, yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Model pembelajaran Kooperatif Teknik Make aMatch merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Model pembelajaran Kooperatif Make a Matchini lebih menekankan pada kerjasama siswa dalam belajar sehingga siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, melainkan siswa juga dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat menjadikan siswa senang dalam belajar. METODE Penelitian yang digunakan termasuk jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperimen. Penggunaan quasi eksperimen atau eksperimen semu karena tidak semua variabel penelitian dapat dikontrol secara ketat.Desain penelitian yang digunakan mengikuti desain penelitian eksperimen. control group pre-test post-test desainPada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) antara siswa yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan Teknik Make A Matchdengan siswa dengan mengikuti pembelajaran konvensional, dengan memanipulasi variabel bebas yaitu pembelajaran Teknik Make A Matchyang diberikan pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol diberikan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar merupakan variabel terikat. Populasinya adalah seluruh siswa kelas V SD yang ada di Gugus V desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. terdapat 8 sekolah dasar dilakukan uji kesetaraan untuk menentukan sampel penelitian, yang nantinya akan diambil dua kelompok sebagai kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil dari uji kesetaraan pada populasi didapat 8 sekolah setara yaitu SDN 1 Ban,SDN 2 Ban,SDN 3 Ban,SDN 4 Ban,SDN 5 Ban,SDN 6 Ban,SDN 7 Ban, dan SDN 8 Ban.Pemelihan sampel yang digunakan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan cara Random sampling/Sampling kelompok acak.Teknik ini dilakukan dengan mengambil dua kelas secara acak, yaitu kemampuan semua subjek dianggap sama.Dalam pemilihan sampel dalam peneliti ini, peneliti ini menggunakan teknik undian dimana kelas yang muncul dalam undian langsung dijadikan kelas sampel. Delapan kelas yang ada akan diundi untuk menentukandua kelas sebagai sampel penelitian.Dari dua kelas tersebut ditetapkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menngunakan model pembelajaran koopratif teknik make a match dan kelas lagi sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.Hasil pengundian tersebut adalah SDN 3 Ban terpilih sebagai kelompok eksperimen dan SD N 4 Ban sebagai kelompok kontrol Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Data hasil belajar IPS dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar IPS. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dengan satu jawaban yang benar. Tes diberikan setelah siswa belajar dengan menggunakan kedua model pembelajaran dan materi habis disampaikan. Tes-tes yang telah disusun kemudian diujicobakan dengan menggunakan validitas tes, reliabilitas tes,tingkat kesukaran dan daya beda.Hasil uji coba instrumen dianalisis menngunakan Microsoft Office Excel 2007. Dalam uji validitas diperoleh bahwa dari 35 butir soal yang diujicobakan diperoleh hasil yaitu 30 butir yang valid dan 5 butir yang gugur.Sementara dari uji reliabilitas tes untuk soal yang valid diperoleh bahwa tingkat reliabilitas tes sangat tinggi.Secara keseluruhan perangkat tes berada pada tingkat kesukaran 0,58 yang artinya krateria baik.Berdasarkan perhitungan terhadap 30 butir tes yang valid diperoleh daya beda perangkat tes sebesar 0,36, sehingga dapat
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) disimpulkan bahwa butir-butir instrumen hasil belajar IPS Memiliki daya beda cukup baik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Teknik analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisisdengan menghitung nilai ratarata(Mean), modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum.Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara antara modus (Mo), median (Md), dan mean (M) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi. Pada uji
prasyarat analisis dilakukan uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari sampel berdstribusi normal, sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mencari tingkat kehomogenian secara dua pihak yang diambil dari kelas-kelas terpisah dari satu populasi, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). HASIL DAN PEMBAHASAN Data Penelitian ini adalah skor hasil belajar IPS siswa sebagai akibat dari penerapan pembelajaran koopratif teknik make a match pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar
Data statistik
Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Mean (M)
20,27
15,66
Median (Me)
21,3
14,38
Modus (Mo) Standar Deviasi Varian
21,95 4,81 23,13
13,79 5,30 28,14 15 Frekuensi
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor hasil belajar pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Koopratif make a match lebih tinggi yaitu 20,27 daripada rerata skor hasil belajar kelompok kontrol yaitu 15,66.Sebaran data siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan kurva juling negatif karena pada kelompok eksperimen Mo>Md>M(21,95>21,3>20,27) hal ini berarti sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik, maka tampak pada Gambar 1.
10 5 0 11 14 17 20 23 Nilai tengah
M= 20,27
Mo = 21,95 Md = 21,3
Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Sementara itu, pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvesional merupakan kurva juling positif menunjukkan bahwa Mo<Md<M (13,79<14,38<15,66) yang berarti sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Apabila divisualisasikan ke dalam bentuk grafik, maka tampak pada gambar 2. 10 Frekuensi
8 6 4 2 0 6.5
10.5 14.5 18.5 22.5 26.5 Nilai tengah
M = 15,66 M o = 13,79 Md = 14,38 Gambar 2.Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyaratan terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Uji
normalitas data hasil belajar IPS dianalisis dengan uji Chi-Square ( 2 ) dengan kriteria apabila 2 hitung< 2 tabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data hasil belajar 2 IPS pada kelas ekperimen, harga hitung =
2 tabel =5,99. Uji normalitas 2 pada kelas kontrol hitung = 2,18
sebaran data pada semua unit analisis berdistribusi normal. Uji homogenitas varians data hasil belajar IPS dianalisis dengan uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel. Berdasarkan tabel di atas, diketahui harga Fhitung sebesar 1,22. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 23, dbpenyebut = 21, pada taraf signifikansi 5% adalah 2,05. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,22< 2,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan ini dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Adapun hasil analisis untuk uji-t dengan rumus polled varians. Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.Rangkuman Uji Hipotesis
s2
Sampel Eksperimen
N 22
Mean 20,27
23,13
kontrol
24
15,66
28,14
Db
t hitung
t tabel
Kesimpulan thitung>tTabel
44
22,40
2,021
Ha diterima
Keterangan: N = jumlah siswa, = rata-rata, S2 = varians Berdasarkan Tabel 2 hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 22,40. Sedangkan, ttabel dengan db = 44 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (22,40>2,021) sehingga H0 ditolak dan HDengan demikian, dapat aditerima. diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Make A Matchdengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SD Negeri 3 dan 4 Ban , Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Berdasarkan analisis terhadap skor hasil belajar IPS siswa diperoleh hasil thitung
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) sebesar 22,40. Sedangkan, ttabel dengan db = 44 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (22,40> 2,021) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Make A Matchdengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwamodel pembelajaran Kooperatif Make A Matchmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara model pembelajaranKooperatif Make A Matchdan model pembelajaran konvensional, dapat dilihat dari tingginya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dari rata-rata hasil tes akhirkegiatan pembelajaran IPS. Rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 20,77. Sedangkan, rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah 15,83. Hal ini berarti, rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata skor hasil belajar IPS kelompok kontrol (20,77>15,83). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Make A Matchlebih berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V sekolah dasar di SD No.3 dan 4 Ban KecamatanKubu dibandingkan dengan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara model pembelajaran Kooperatif Make A Matchdengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan karena perbedaan perlakuan dalam langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena proses dalam pembelajaranKooperatif Make A Matchbersifat student centered, siswa memperoleh informasi melalui belajar sambil bermain. Selain itu, penggunaan modelKooperatif Make A Matchmerupakan kegiatan pembelajaran dengan cara
berpasangan untuk berkerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan. Pada pembelajaran Kooperatif Make A Match, siswa dituntut untuk mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang dibawanya. Jika siswa mendapatkan kartu soal, maka siswa tersebut harus mencari pasangan kartu yang membawa jawaban dari kartu soal yang dibawanya, begitu juga sebaliknya dengan siswa yang membawa kartu jawaban. Siswa tersebut harus mencari kartu pasangan yang membawa kartu soal, dengan begitu mereka bisa mencari mana pasangan yang cocok dan mana yang tidak cocok. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, dan penyampaian pendapat. Jika siswa menemukan pasangannya, maka siswa tersebut mendapatkan poin. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Kooperatif Make A Match benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya. Selain model pembelajaranKooperatif Make A Match, juga digunakan media pembelajaran. Permainan kartu sebagai media pembelajaran dengan unsur permainan dapat memberikan rangsangan pada anak-anak untuk terlibat aktif dalam proses kegiatan pembelajaran, karena media permaianan kartu memiliki dampak yang positif terhadapi siswa pada proses pembelajaran. Permainan dapat menjadi sumber belajar atau media belajar apabila permainan tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran. Permainan dapat membuat suasana lingkungan belajar menjadi menyenangkan, segar, hidup, bahagia, santai namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif. Berbeda halnya dengan Kooperatif Make A Matchdalam pembelajaran konvensional lebih bersifat teacher centered. Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi dan siswa bertugas untuk menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga, siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) konsep yang akan dikaji. Siswa sebagai penerima informasi yag pasif. Kondisi ini cenderung membuat siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, dan sulit mengembangkan keterampilan berpikir. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah disertai dengan pertanyaan sederhana dan jawabannya hanya melibatkan daya ingat. Dalam pembelajaran siswa jarang mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dengan siswa lain dalam kelas. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.Deskripsi data hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol yaitu modus (Mo) = 13,79, median (Md) = 14,38, mean (M) = 15,66, dan standar deviasi (s) = 5,30. Modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M) sehingga grafik poligon data hasil belajar kelompok kontrol berupa grafik juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Mean (M) atau rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah 15,66 termasuk dalam kategori sedang.Deskripsi data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yaitu modus (Mo) = 21,95, median (Md) = 21,3, mean (M) = 20,72, dan standar deviasi (s) = 4,81. Modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M) sehingga grafik poligon data hasil belajar kelompok eksperimen berupa grafik juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Mean (M) atau rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 20,55 termasuk dalam kategori tinggi.Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Make A Matchdengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SD Negeri 3 dan 4 Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Make A Matchlebih berpengaruh
positif terhadap hasil belajar IPS siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.(1) Disarankan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada didalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal. (2)Disarankan kepada guru di sekolah dasar hendaknya lebih inovatif dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran inovatif serta didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.(3) Disarankan kepada sekolah dasar yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPS, disarankan untuk menerapkan model Kooperatif Make A Matchdalam pembelajaran IPS di sekolah tersebut.(4) Disarankan yang berminat melakukan penelitian hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Anitah. 2008. Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Remaja Rosada Karya. Hidayati, dkk. 2010. Bahan Ajar Cetak Pengembangan Pendidikan IPS SD 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional. Utari, Yuliana. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Pokok Unsur-unsur Cerita Kelas IV SDN 3 Sandik Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) tidak diterbitkan. Mataram: Program PGSD Universitas Mataram. Koyan, Wayan. 2012. Stastistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha Press. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Solihatin dan Rahardjo. 2008. Coperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-undang tentang
No. 20 Sistem
Tahun 2003 Pendidikan
Nasional. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Widodo, Rahmad. 2009. Model Pembelajaran Make A Match Lorna Curran 1994. Tersedia dalam http://wyw1d.wordpress.com/2009/1 1/06/model-pembelajaran -make-amatch-lorna-curran-1994/. Diakses pada tanggal 29 Februari 2013. Koyan, I Wayan. 2007. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Buku Ajar (Tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, UNDIKSHA Singaraja. Yunita. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Tersedia dalam http://repository.upi.edu/operator/upl oad/s_a0551_nur%27saadah_yunita _chapter2.pdf. Diakses pada tanggal 2Maret 2013.