1
2
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Kalor (suatu Penelitian di Kelas X SMA Negeri 4 Gorontalo ) Rudini Laoh1, Enos Taruh2, Citron S Payu3 Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Email :
3
Abstrack : This research was and experimrntal research. It applied True Experomrntal Design that was conducted in even semester of 2013/2014 academic year at class X of SMA Negeri 4 Gorontalo. This research aimed at investigating the difference of learning achievement of student that were taught by cooperative learning model usung smart card as media and by cooperative learning model using arisan card. The population of this research were all student of class X of SMA Negeri 4 Gorontalo. Then, it took two classes as samples which were divided into experimental random sampling. This research used Pretest-Posttest Control Group Desain. The data were collected trought essay test. The test s were given to each student in the two classes which became the samples of research two time in the pretest (before the treatment was given) and posttest (after the treatment was given). Observed from hypothesis test using t test at significance level α = 0,05 and n1+n2 = 56, it gained tcount= 2,650 > ttable = 2.004 Thus based on the test criteria, then H0 was rejected anad H1 was accepted. It means that “There is a difference of learning achievement of students that were tought by cooperative learning model using smart card as media and by cooperative learning model using arisan card Abstrak : RUDINI LAOH. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Perpindahan Kalor (Suatu Penelitian di SMA negeri 4 Gorontalo). Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. 2013/2014.Dasar penelitian ini adalah masalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran FisikaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan menggunakna model Think-Pair-Share dengan siswa yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional pada materi perpindahan kalor pada siswa kelas X di SMA Negeri 4 Gorontalo.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan populasinya seluruh siswa SMA Negeri 4 Gorontalo dan populasi ini ditetapkan kelas X sebagai sampel, yaitu kelas X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai kelas kontrol.Penulis bermaksud menguji hipotesis : “Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi perpindahan kalor yang diajarkan dengan menggunakan metode Think-PairShare dengan yang diajarkan menggunkaan pembelajaran konvensional pada kelas X di SMA”, dengan menggunakan statistik uji t. Kriteria pengujian adalah : t hitung > t daftar atau 2.650 > 2.004. Dengan kata lain menerima H 1 dan menolak H 0 artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang memnggunakan model Think-pair-share dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, didapat bahwa penggunaan metode think-pair-share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan kalor sehingga layak untuk digunakan pada pembelajaran fisika nantinya Kata Kunci : Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif,Think-Pair-Share
Pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan, memajukan, dan menambah kualitas dan sumber daya manusia. Ada mata rantai antara pendidikan, belajar dan kegiatan belajar mengajar. pendidikan adalah proses interaksi yang mendorong terjadinya proses belajar. Di lain pihak, belajar adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik baik yang sifatnya pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pembelajaran pendidik terhadap peserta didik. Salah satu dari sekian mata pelajaran yang wajib dipelajari dikurikulum pendidikan Indonesia adalah pelajaran IPA, dan Fisika merupakan salah satu bagian dari ilmu IPA. Salah satu pelajaran yang banyak masuk dalam daftar merah siswa SMA adalah pelajaran fisika, mereka biasanya berpendapat bahwa fisika itu sulit karena banyak rumus yang harus dihafalkan. Padahal pendapat seperti itu sebenarnya salah karena fisika
4
sebenarnya tergantung pada penguasaan konsep materi saja, namun entah faktor apa yang menyebabkan beredarnya wabah di kalangan pelajar khususnya pelajar SMA bahwa pelajaran Fisika itu susah untuk dimengerti karena banyak rumus. Menurut saya salah satu faktor penyebabnya yaitu suasana belajar di kelas yang monoton menggunakan model atau metode yang sama dari hari kehari, tanpa adanya perpaduan dari model pembelajaran dengan faktor-faktor pembelajaran yang lainnya misalnya media, sumber belajar, dan sebagainya. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat aktif dan berinteraksi satu sama lain, sehingga meminimalisir rasa jenuh
dikelas adalah
model
pembelajaran kooperatif. Selain itu, salah satu faktor lain yang mempengaruhi keadaan proses belajar mengajar di kelas yaitu media perantara
yang dapat difungsikan untuk
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa. Media pembelajaran yang menarik, dapat dibuat melalui berbagai macam cara salah satunya dengan menggunakan media kartu pintar yang dapat diaplikasikan dengan tehknik permainan sambil belajar, kartu pintar dapat dibuat dengan menggunakan karton ukurannya sesuai banyaknya materi yang akan disampaikan, kartu ini berisi tentang konsep mata pelajaran dan dilengkapi pula dengan gambar guna mendukung agar siswa tertarik pada mata pelajaran yang akan diajarkan. Berdasarkan hal diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan media kartu pintar dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan media kartu arisan. Menurut Winkel (dalam Purwanto 2009: 45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengaca kepada taksononi tujuan pengajaran yang di kembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Blom menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai tinggi dan kompleks, adapun tingkatannya yaitu hafalan C1, pengetahuan (knowledge), C2 pemahaman (comprehension), C3 penerapan (application), C4 analisis (analysis), C5 sintesis (synthesis), C6 evaluasi (evaluation). 1. Pengetahuan : Kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali. 2. Pemahaman : kemampuan memahami instruksi/masalah menginterprestasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri. 3. Penerapan : kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
5
4. Analisa : Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen-komponen terhadap konsep tersebut secara utuh. 5. Sintesis : Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-komponen dalam rangka menciptakan arti/pemahaman/stuktur baru. 6. Evaluasi : kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria. Benyamin S. Bloom (dalam Madya, dkk 2012 : 3-4) Peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan dampak yang didapakan
atau
seseorang setelah melalui suatu proses kegiatan pembelajaran,
adapun dampak yang diperoleh mulai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun indikator penelitian yang peneliti ambil merupakan salah satu dari ketiga ranah hasil belajar tersebut yaitu ranah kognitif yang meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3), analisis (C4), (C5) sintesis (C6) evaluasi. Slavin (Sukiman 2013: 14) menjelaskan, model Cooperative Learning adalah suatu model atau acuan dalam pembelajaran dimana dalam psoses pembelajaran yang berlangsung siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda. Menurut Rusman (2012: 202) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolabortif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan stukur kelompok yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dan kelompok tergantung
pada
kemampuan
dan
aktivitas
anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yaitu : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasik an siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja danbelajar, e valuasi dan memberikan penghargaan Peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan kerja sama setiap anggota kelompok kecil guna membangun dan menumbuhkan keaktifan siswa, hubungan sosial yang baik antar sesama, rasa tanggung
6
jawab baik bagi diri sendiri maupun sosial (teman setim), dan memberi kesempatan bagi siswa untuk saling membantu dalam pembelajaran kearah yang positif. Menurut pendapat Winanti (dalam Argiani 2013: 69) kartu pintar merupakan alat permainan inovatif kreatif yaitu sesuatu yang digunakan untuk bermain, yang dapat mengaktifkan anak, yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Kartu pintar yaitu karya guru atau anak terbuat dari kertas kartun, kertas bekas, kertas HVS, yang diberi gambar yang menarik yang dipadukan dengan permainan memasangkan huruf, kata, angka. Pintar yaitu pandai, cerdik dan mahir. Menurut Ariffuddin (2014: 3) Media kartu pintar merupakan kartu yang berisikan tentang materi secara singkat dan rumus-rumus yang berkaitan dengan materi. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: Tahap 1 : Thingking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat Tahap 2 : Pairing Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok
membandingkan
jawaban
atau
hasil
pemikiran
mereka
dengan
mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Tahap 3 : Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia
7
melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think-Pair-Share adalah: Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing. Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
8
Kegiatan
“berpikir-berpasaangan-berbagi”
dalam
model
Think-Pair-Share
memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2011), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media kartu pintar merupakan media yang berbentuk seperti kartu, yang di dalamnya dapat diisi dengan kata-kata, rumus, dan gambar serta dapat pula dikombinasikan dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMA NEGERI 4 GORONTALO di kelas X pada semester genap tahun ajaran 2013/2014Penelitian ini direncanakan selama 4 bulan, hal ini mencakup persiapan selama 2 minggu, waktu pengambilan data selama 5 minggu, yang akan direncanakan pada kelas X semester satu tahun ajaran 2013/2014, dan pengolahan data sampai dengan penyelesaian hasil penelitian selama 2 bulan Variabel bebas dalam penelitian ini mengarah pada model pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini, subyek yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share dan Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.
9
a. Variabel Terikat (y)
Variabel terikat dalam penelitian ini yakni hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada penelitian ini di definisikan sebagai peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Secara operasional, hasil belajar pada penelitian ini diukur berdasarkan skor tes hasil belajar yang diperoleh siswa pada kelas dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.
HASIL PENELITIAN Pada Bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share dan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional pokok bahasan perpindahan kalor. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, untuk kelas eksperimen yang menggunakan metode Think-Pair-Share skor minimum siswa adalah 56 dan skor maksimum 94, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 73,86 dapat dilihat pada lampiran 18. Sedangkan untuk kelas pembanding (kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran konvensional, diperoleh skor minimum 46 dan skor maksimum 80, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 67,41 dapat dilihat pada lampiran 20. Hal ini berarti, hasil belajar siswa yang menggunakan metode Think-Pair-Share lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
10
Berikut disajikan nilai yang diperoleh siswa dari kedua kelas. Tabel 4.1 Nilai perolehan Siswa Subjek
Rata-Rata
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Kelas Eksperimen
73,86
94
56
Kelas Kontrol
67,41
80
46
Tabel 4.2 Validitas Soal Koefisien Validasi No Soal
Status rhitung
rdaftar
1a
0,85
0,367
Valid
1b
0,89
0,367
Valid
2a
0,82
0,367
Valid
2b
0,85
0,367
Valid
3
0,46
0,367
Valid
4
0,81
0,367
Valid
5
0,91
0,367
Valid
Dengan melihat data diatas, ternyata test tersebut valid sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini
11
Uji Reliabilitas Test Dalam pengujian reliabilites tes digunakan rumus alpha dengan langkah-langkah sebagai berikut. a.
Menentukan varians setiap item soal Pada hasil perhitungan varians pada lampiran 13 dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 4.3 Varians Tiap Item
b.
No Soal
i2
Varians
1a
i2
3,83
1b
i2
3,27
2a
i2
3,34
2b
i2
2,89
3
i2
2,04
4
i2
5,54
5
i2
7,70
Total
i2
28,61
Menentukan varians total
12
Dari perhitungan pada lampiran 13 didapat varians total t2 = 127,91 c.
Menghitung reliabilites tes Dari perhitungan pada lampiran 13 didapat reliabilitas tes r11 = 0,906 Taraf signifikan = 0,05 dan n =29, harga rdaftar = r(0,05)(25) = 0,367 Dari hasil tersebut didapat rhitung > rdaftar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes yang digunakan pada penelitian ini adalah reliabel.
Pengujian Homogenitas Varians Sebagaimana kita ketahui bahwa syarat dari uji t adalah data harus homogen dan berdistribusi normal. Sehingga sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakukan pengujian homogenitas varians dari kedua sampel. Oleh karena itu kedua sampel ini diberikan tes kemampuan dasar kemudian dari hasil tes seperti pada lampiran 16 diuji homogenitasnya dengan langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. a)
Menentukan varians kedua sample Pada hasil perhitungan data pada lampiran 16 didapat varians untuk kelas eksperimen
S12 = 132,21 dan varians untuk kelas kontrol S22 = 85,01.
Berdasarkan perhitungan tersebut yang dapat dilihat pada lampiran 16 diperoleh Tabel 4.4 Homogenitas Data
13
dk x Log Sampel
dk = n - 1
1/dk
Si
2
2
Log Si
Si2 1
28
0,0357
132,21
2,1213
59,3964
2
28
0,0357
85,01
1,9295
54,0260
Jumlah
56
217,22
4,0508
113,4224
PEMBAHASAN Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada materi perpindahan Kalor yang diajarkan dengan metode Think-Pair-Share dengan yang menggunakan pembelajaran secara konvensional. Pada penelitian ini, data tersebut diperoleh dengan memberikan test. Validitas test tersebut diuji dengan menggunakan Korelasi Product Moment, sehingga diperoleh koefisien validitas dan status valid untuk setiap item soal tersebut, dan koefisien reliabelnya sebesar r = 0,906 dari hasil pengujian reliabilitas. Setelah diperoleh test yang valid dan reliable, maka langkah selanjutnya adalah memberikan test kemampuan dasar pada kedua kelas tersebut. Pemberian test ini bertujuan untuk melihat kehomogenan kedua sampel ini, serta melihat kemampuan sampel dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari yang berhubungan dengan materi perpindahan kalor. Dari data hasil test tersebut kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlet, yang diperoleh kesimpulan bahwa X2hitung < X2daftar yang berarti kedua kelas mempunyai varians yang homogen. Karena kedua kelas tersebut homogen, maka perlakuan pada kedua kelas itu dudah dapat dilakukan yaitu mengajarkan materi perpindahan
14
kalor dengan menggunakan model Think-Pair-Share pada kelas eksperimen dan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Selanjutnya guru memberikan post-test pada kedua kelas tersebut. Pemberian posttest ini bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode Think-Pair-Share yaitu pada kelas X 3 sebagai kelas eksperimen dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas X 2 sebagai kelas kontrol. Dan hasil post-test yang didapat diperoleh peda kelas eksperimen nilai tertingginya 94, nilai terendah 58 dan rata-ratanya 73,86 sedangkan pada kelas kontrol nilai tertinggi 80, nilai terendah 46 dan rata-ratanya 64,81. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan metode Think-Pair-Share lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab IV dapat ditarik simpulan bahwa Uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung > t daftar dimana t hitung = 2,650 dan t daftar = 2,004, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti
terdapat perbedaan antara siswa yang diajarkan dengan metode Think-Pair-Share dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensiona. Demikian pula skor rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode Think-PairShare lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pada kelas eksperimen X =73,86, sedangkan untuk kelas control X = 67,41. DAFTAR PUSTAKA Sugiyono.2010.metode penelitian pendidikan.alfabeta : bandung
15
Suharsimi Arikunto 2009.Dasar-dasar evaluasi pendidikan,Jakarta : PT.Bumi aksara Agus Suprijono,2009. Cooperative learning teori dan aplikasi,Yogyakarta : Pustaka Belajar. isjoni. 2009 :. “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-PairShare”. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Maret 2009. Jhonson,D.W.,Jhonson,R.T.,& Smith, K.A ( 1991b ). Cooperation in the college Classroom.Edina,MN : Interaction Book Company. Giancoli,2009 : “fisika jilid 1 edisi ke lima,,perpindahan kalor dan kunduktivitas termal.Erlangga Ibrahim 2010 : “Tahap-Tahap Pembelajaran Think-Pair-Share”.Jurnal penelitian proses pembelajaran Kooperatif.Vol 2 Nomor 3,Maret 2009 Johnson,D.W., Johnson,R.T.,& Smith,K.A ( 1991b). Cooperative Learning : increasing
college
faculy
instructional
productivity.Washington
,DC
ASHE/ERIC Higher Eduction. Ramadhan, Suci. “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Untuk meningkatkan motivasi dan pretasi belajar siswa Kelas VII Semester II SMP N 14 Mataram Pada Materi Wujud Zat Tahun Pelajaran 2008/2009” Journal penelitian Skripsi Mataram.
1