M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LISTENING TEAM TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KUANTAN SINGINGI M. Iqbal Lubis UIN Sultan Syarif Kasim Riau
[email protected] Abstrak: Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Listening Team berpengaruh terhadap pemahaman siswa di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singing ipada mata pelajaran ekonomi akuntansi. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Ekperimental Design dengan desain Pretest-Postest Control Group Design. Bentuk ini menggunakan dua kelompok, satu kelompok diberikan perlakuan, sedangkan kelompok lain tidak diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan yaitu kelas eksperimen dengan strategi pembelajaran kooperatif Listening Team, dan kelompok yang tidak diberi perlakuan yaitu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif Listening Team terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi akuntansi. Kata kunci : Kooperatif Learning Team, Pemahaman Siswa, Quasi Ekperimental Design
Pemahaman dalam proses belajar mengajar
Pendahuluan Perkembangan
ilmu
pengetahuan
merupakan salah satu faktor psikologi
dan teknologi semakin hari semakin
dalam belajar yang memiliki andil yang
berkembang pesat. Perkembangan tersebut
cukup penting dalam upaya membantu
harus direspon secara baik oleh dunia
siswa untuk mencapai tujuan belajar secara
pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan
optimal (A.M. Sardiman, 2007: 44).
hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta
Pemahaman erat kaitannya dengan
didik setelah diselenggarakannya kegiatan
guru karena guru yang mengarahkan
pembelajaran.
murid-muridnya agar menguasai materi
Pembelajaran tercapai dengan baik apabila
siswa
mengerti
dan
pelajaran. Seorang guru dalam mengajar
dapat
dapat menggunakan model pembelajaran
memahami pelajaran setelah dilakukannya
yang ada agar pemahaman peserta didik
proses belajar mengajar. Salah satu tujuan
bisa tercapai.
dari suatu pembelajaran adalah siswa paham dengan materi yang telah dipelajari.
265
Model pembelajaran perlu dipahami guru
agar
dapat
melaksanakan
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
pembelajaran
secara
efektif.
Model
pembelajaran merupakan rangkaian atau gabungan dari metode atau strategi di mana
model
pembelajaran
2. Siswa
kurang
mampu
menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. 3. Siswa kurang menyimak saat guru menerangkan pelajaran.
menggambarkan kegiatan pembelajaran
4. Masih ada siswa yang tidak bisa
dari awal sampai akhir. Metode merupakan
memberikan contoh tentang materi
cara penyajian pembelajaran dari awal
pelajaran.
sampai merupakan
akhir,
sedangkan
cara
yang
strategi
kongkrit
saat
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan
5. Siswa
bosan
dengan
model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
yang
6. 50% hasil belajar ekonomi siswa belum
dilakukan di SMAN 1 Kuantan Hilir,
mencapai kriteria ketuntasan minimum
peneliti melihat fenomena di mana guru
(KKM) atau masih tergolong rendah.
dalam
pengamatan
menyajikan
materinya
menggunakan satu metode pembelajaran
Salah
satu
alternatif
yang
diharapkan
model
saja, yaitu selalu menggunakan metode
pembelajaran
ceramah. Hal ini membuat siswa pasif,
membantu
bosan, tidak serius, dan ribut dalam belajar
pelajaran
sehingga siswa tidak paham dengan materi
kooperatif
pelajaran
Seharusnya
pembelajaran kooperatif Listening Team
seorang guru dapat menggunakan metode
dilakukan dengan membagi siswa secara
yang ada agar siswa mengerti dan paham
berkelompok dan memberikan tugas yang
dengan materi pelajaran yangdiajarkan
berbeda-beda
guru.
kelompok. Kegiatan ini merupakan sebuah
yang
dipelajari.
Gejala-gejala
yang
menunjukkan
siswa adalah
dalam model
Listening
kepada
dapat
memahami pembelajaran
Team.
Model
masing-masing
cara membantu peserta didik agar tetap
pemahaman siswa kelas X IPS pada mata
terfokus
pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Kecamatan
pembelajaran yang diberikan (Silberman,
Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi
2006: 121).
masih rendah diantaranya sebagai berikut:
dan
siap
siaga
selama
Pembelajaran kooperatif Listening
1. Siswa kurang mampu menjelaskan
Team, siswa dituntut untuk bertanggung
kembali materi pelajaran dengan kata-
jawab terhadap tugas dalam kelompok dan
kata sendiri.
membuat siswa lebih termotivasi mencari
266
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
jawaban yang benar untuk memecahkan
memberikan
penjelasan
masalah
untuk
uraian yang lebih rinci tentang hal itu
Jika
dengan menggunakan bahasa sendiri (Anas
dan
menuntaskan
mencari kegiatan
cara belajar.
kegiatan belajar berlangsung dengan aktif, maka
akan
berpengaruh
terhadap
atau
memberi
Sudijono, 2011: 50). Menurut Thomas F. Staton yang
pemahaman siswa.
dikutip
Pengertian Pemahaman Siswa
mengatakan
a. Pengertian Pemahaman
merupakan salah satu faktor psikologis
Menurut
kamus
lengkap
bahasa
oleh
Sardiman bahwa
(2008:
39)
pemahaman
juga
yang diperlukan dalam kegitan belajar.
Indonesia, pemahaman berasal dari kata
Karena
“paham” yang artinya mengerti benar
berfungsinya
tentang sesuatu hal. Pemahaman siswa
hubungannya dengan pemahaman bahan
adalah hal, cara, hasil kerja memahami
pelajaran, sehingga penguasaan terhadap
(Badudu, 1994: 498). Pemahaman juga
bahan yang disajikan lebih mudah dan
didefinisikan
efektif.
memahami Yulelawati,
sebagai materi
atau
2004:
kemampuan bahan
60).
(Ella
Pengertian
dipandang pikiran
Berdasarkan tersebut,
sebagai
dapat
siswa
cara dalam
pernyataan-pernyataan dipahami
bahwa
pemahaman menurut Sardiman yaitu:
pemahaman bukan hanya sekedar tahu,
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental, makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya dan menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap belajar (A.M. Sardiman, 2008: 42-43).
tetapi juga menginginkan siswa yang
Pemahaman
adalah
kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami
267
sesuatu
apabila
ia
dapat
belajar
dapat
mengaplikasikan
memanfaatkan apa
yang
atau telah
dipahaminya. Dengan begitu pemahaman siswa adalah kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran ekonomi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Menurut Ngalim Purwanto (1996: 5253), ada dua faktor yang mempengaruhi pemahaman yaitu: 1. Faktor Intern, yaitu inteligensi, orang berpikir menggunakan pikiran (intelek).
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
Cepat atau tidaknya dan terpecahkan atau tidaknya suatu masalah tergantung pada kemampuan inteligensinya. Dilihat dari inteligensinya, kita dapat mengatakan seseorang itu pandai atau bodoh, pandai sekali/cerdas (genius), atau pander/dungu (idiot). 2. Faktor Ekstern, yaitu berupa faktor dari orang yang menyampaikan, karena penyampaian akan berpengaruh pada pemahaman. Jika bagus penyampaian maka orang akan mudah memahami apa yang kita sampaikan, begitu juga sebaliknya.
daftar
pertanyaan
menjodohkan
yang
berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah dan urutan dengan pertanyaan
berbentuk
esay
(open
menghendaki
ended)yang perumusan
kembali
uraian
dengan
kata-kata
sendiri dan contoh (Oemar Hamalik, 2009: 109). Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran ekonomi dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan
c. Indikator Pemahaman Siswa Pemahaman
memiliki
penguasaan materi yang diukur melalui tes. ciri-ciri
sebagai berikut: 1) Pemahaman lebih tinggi tingkatnya dari pengetahuan. 2) Pemahaman
bukan
sekedar
dengan menjelaskan makna atau suatu konsep. mendeskripsikan,
mampu
menerjemahkan.
merupakan salah satu pembelajaran di mana siswa terlibat secara aktif dan terjadi
secara variabel. membuat
yang
dinamis
serta
saling
mendukung antara siswa satu dengan siswa yang lain. Pengertian operasional dari
4) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan
Listening Team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari
eksplorasi,
estimasi
(Wina
mampu Sanjaya,
2008: 107). lisan dan tes tulisan. Teknik penilaian pemahaman
suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan
Pemahaman dapat diukur melalui tes aspek
Model pembelajaran Listening Team
hubungan
5) Pemahaman
Kooperatif
a. Pengertian Listening Team hanya
mengingat fakta, akan tetapi berkenaan
3) Dapat
Model Pembelajaran Listening Team
caranya
dengan
mengajukan pertanyaan yang betul dan keliru, kesimpulan atau klasifikasi, dengan
yang
pendengaran
melibatkan
(Alinda,
indera
http://alindabreb.
blogspot.com/2013/06strategipembelajaran-listening-teams_30.htm). Penggunaan Listening Team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada
268
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
pengoptimalan indra pendengaran siswa (di samping indra lainnya), diharapkan membantu peserta didik agar tetap terfokus
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
Tabel 1 Langkah-langkah Listening Team Tim 1 2
Peran Penanya Penjawab
3
Penentang
4
Penarik Kesimpulan
Tugas Merumuskan pertanyaan Menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (menjelaskannya) Mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian, atau menambahkan saran Menyimpulkan hasil
dan siap siaga selama pelajaran yang diberikan.
b. Kelebihan Listening Team Model
Pembelajaran
Kooperatif
Listening Team memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut: 1. Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. 2. Stretegi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya. 3. Listening team melatih siswanya untuk mampu berpikir kritis. 4. Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi akan menambahkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri. 5. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan. 6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengembangkan ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik. 7. Dapat memberikan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir (Alinda, http://alindabreb. blogspot.com/2013/06strategipembelajaran-listening-teams_30.htm). c. Langkah-langkah Listening Team Ada beberapa langkah-langkah pembelajaran
Listening
Team
adalah
sebagai berikut: 1. Bagilah peserta didik menjadi empat tim, dan berilah tim-tim itu tugas-tugas sebagai berikut:
269
2. Sampaikan
pelajaran
anda
yang
didasarkan pada setiap tatap muka. Setelah selesai, berilah waktu kepada masing-masing
kelompok
untuk
mendiskusikan tugas-tugas mereka. 3. Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, setuju,
membantah
dan
menarik
kesimpulan (Silberman, 2006: 121122).
d. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Belajar diminta tetapi
ekonomi
untuk siswa
tidak
sekedar juga
hanya
manghafal,
dituntut
untuk
memahami materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Karena itu, diperlukan usaha-usaha yang dapat membantu siswa
untuk
memaksimalkan
pencapaian tujuan pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan hasil
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
belajar yang merupakan tolak ukur dari
setiap kelompok beranggotakan empat
keberhasilan pendidikan formal.
orang dengan peran yang berbeda dan
Skema pembelajaran
penerapan
model
kelompok besar yang terdiri dari empat
kooperatif
Listening
kelompok. Setelah siswa berdiskusi
Team dapat dilihat pada gambar 1.
pada
Terlihat pada skema bahwa model
mengelompokkan siswa ke kelompok
pembelajaran
besar sesuai dengan peran masing-
kooperatif
Listening
Team terdiri dari kelompok kecil yang
kelompok
kecil
guru
masing siswa.
Berikut skema Listening Team: Guru
Gambar 1. Skema Model Kooperatif Listening Team Keterangan: : Penanya : Penjawab : Penentang : Penarik Kesimpulan
270
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
Adapun langkah kerja penerapan
pertanyaan dari tim penanya atau
model pembelajaran kooperatif Listening Team sebagai berikut: 1. Guru
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
menambahkan saran. d. Tim penarik kesimpulan: bertugas
membagi
siswa
ke
dalam
beberapa kelompok, setiap kelompok
menyimpulkan hasil diskusi. 6. Guru menunjuk siswa secara acak
beranggotakan empat orang. Setiap
untuk
anggota kelompok memiliki tugas atau
tugasnya.
peran yang berbeda sebagai penanya, penjawab, pembantah, dan penarik kesimpulan.
akan diajarkan. menyuruh
mendiskusikan
siswa
untuk
di
dalam
LKS
kelompok dan mempersiapkan peran masing-masing. dengan
peran
yang
telah
ditentukan menjadi empat tim: penanya
diwajibkan
mengemukakan
untuk
pertanyaan
mengenai materi yang dipelajari. b. Tim penjawab: bertugas menjawab pertanyaan dari kelompok penanya. pembantah:
bertugas
mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui dan menjelaskan mengapa demikian, mengemukakan pendapatnya atas
271
materi.
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team terhadap Pemahaman Siswa Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari melakukan proses pembelajaran. Taraf keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
a. Tim penanya: masing-masing dari
c. Tim
7. Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil belajar yang mereka capai setelah
5. Guru mengelompokkan kembali siswa
tim
dan
soal.
3. Guru menjelaskan materi pokok yang
sesuai
peran
8. Guru memberikan evaluasi berupa tes
2. Guru memberikan LKS.
4. Guru
melaksanakan
diterapkan guru. Oleh karena itu, guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk membantu
peserta
pengetahuan, secara
aktif
didik
keterampilan dan
memperoleh dan
sikap
mengembangkan
kemampuan yang ada pada siswa. Di dalam pembelajaran aktif, siswa dituntut untuk selalu aktif selama pembelajaran berlangsung.
Menurut
Mel
Silberman
(1996: 2) yang telah memodifikasi dan memperluas
pernyataan
Confucius
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
mengatakan “(apa yang saya dengar saya
Tugas
pertama
adalah
sebagai
lupa), (apa yang saya dengar dan lihat, saya
penanya
ingat sedikit), (apa yang saya dengar, lihat
pertanyaan
dan tanyakan atau diskusikan dengan
disampaikan oleh guru. Dengan bertanya
beberapa
mulai
siswa menggali informasi, mengkonfirmasi
paham), (apa yang saya dengar, dihat,
apa yang telah diketahui, dan mengarahkan
diskusikan dan lakukan, saya memperoleh
perhatian pada aspek yang belum diketahui
pengetahuan dan keterampilan).
(Trianto, 2009: 115). Selain itu, di dalam
kolega/teman,
saya
yang
bertugas
atas
materi
memberi yang
telah
Merujuk pada pernyataan tersebut,
model pembelajaran ini diharapkan dapat
jika siswa melakuan diskusi secara aktif,
mengetahui sejauh mana keingintahuan
maka
siswa,
siswa
akan
memahami
materi
membangkitkan
respon
kepada
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di
siswa, memfokuskan perhatian siswa pada
dalam belajar aktif ini terdapat beberapa
sesuatu yang dikehendaki, dan mengecek
model, Salah satu model pembelajaran
pemahaman siswa.
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran ekonomi adalah pembelajaran kooperatif Listening
Pembelajaran
Team.
merupakan
cara
pengajaran
kelas
kedua
adalah
menjawab
Team
pada
kumpulan
pertanyaan
kelompok
siswa
dari
yang
kelompok
dengan
penanya. Jawaban tersebut sesuai dengan
akan
materi yang disampaikan atau setuju
mengajar
dengan materi tersebut. Hal ini membuat
konsep-konsep dan gagasan yang sulit
siswa dapat mengemukakan pendapatnya
sehingga pemahaman peserta didik bisa
(Agus Suprijono, 2010: 96).
menemukan
mengajar
ini
Listening
penuh.
cara-cara
Anda
baru
dimaksimalkan (Silberman, 1996: 103). Model
pembelajaran
Kelompok ketiga adalah kumpulan
kooperatif
siswa yang menjawab dengan perspektif
Listening Team diawali dengan pemaparan
berbeda dengan tim kedua. Tugas ini dalam
materi
guru
listening team menjadikan siswa kritis
membagi siswa kedalam empat kelompok
dalam mengoleksi setiap pernyataan tim
dengan peran atau tugas yang berbeda
penjawab terhadap jawaban-jawaban yang
(penanya,
diberikan kelompok yang setuju terhadap
pelajaran,
penjawab,
selanjutnya
pembantah
dan
penarik kesimpulan) (Agus Suprijono,
materi
2010: 96).
pembagian tugas pada model pembelajaran
yang
disampaikan.
Perbedaan
Listening Teamdiharapkan memunculkan
272
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
diskusi yang aktif (Agus Suprijono, 2010:
Kelompok yang diberi perlakuan yaitu
96).
kelas Tugas
membuat
eksperimen
dengan
strategi
kesimpulan
pembelajaran kooperatif Listening Team,
menjadikan siswa meninjau kembali materi
dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
yang
yaitu kelas kontrol dengan pembelajaran
telah
berpendapat
diajarkan, bahwa
Silberman
dengan
meninjau
konvensional.
dilaksanakan
Pretest
kembali materi pelajaran secara bersama-
sebelum
sama menjadikan materi cenderung lima
sedangkan Postest setelah memberikan
kali melekat dari pada materi yang tidak
perlakuan. Hasil pretest yang baik bila nilai
ditinjau kembali.
kelompok eksperimen tidak berbeda secara
Pembelajaran kooperatif Listening
memberikan
perlakuan,
signifikan (Sukardi, 2009: 113).
Team, siswa dituntut untuk bertanggung
Populasi dalam penelitian ini adalah
jawab terhadap tugas dalam kelompok dan
seluruh siswa kelas X SMAN 1 Kecamatan
membuat siswa lebih termotivasi mencari
Kuantan Hilirtahun ajaran 2014/2015 yang
jawaban yang benar untuk memecahkan
berjumlah 221 siswa. Teknik pengambilan
masalah
sampel
dalam
menuntaskan
mencari
kegiatan
cara belajar.
untuk Jika
dalam
menggunakan
penelitian
ini
adalah yaitu
SamplingPurposive,
kegiatan belajar berlangsung dengan aktif,
teknik
maka akan berpengaruh dalam pencapaian
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:
hasil belajar begitu penerapan model
124). Pertimbangan yang dilakukan adalah
pembelajaran kooperatif Listening Team
atas rekomendasi guru mata pelajaran.
diharapkan
Guru mata pelajaran merekomendasikan
dapat
meningkatkan
pemahaman siswa.
pengumpulan
sampel
dengan
kelas X IPS 1 dan X IPS 2 sebagai sampel karena kedua kelas tersebut dianggap homogen. Untuk lebih meyakinkan bahwa
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
kedua kelas tersebut homogen, peneliti
Quasi Ekperimental Design dengan desain
melakukan
Pretest-Postest Control Group Design
normalitas. Ternyata benar kedua kelas
(Sukardi,
ini
tersebut homogen. Setelah menemukan
satu
kelas yang homogen, peneliti menentukan
kelompok diberikan perlakuan, sedangkan
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
kelompok lain tidak diberi perlakuan.
melakukan undian menggunakan gulungan
2009:
menggunakan
273
dua
116).
Bentuk
kelompok,
uji
homogenitas
dan
uji
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
kertas sehingga terpilih kelas X IPS 1
Jika: X2
sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPS
tidak normal
2 sebagai kelas kontrol.
Jika: X2
hitung
hitung
≥ X2tabel, distribusi data ≤ X2tabel, distribusi data
normal Dari perhitungan diperoleh hasil chi
Hasil Penelitian Data yang dianalisis adalah data pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi dari hasil pretest dan posttest dari dua lokal. Analisis pretest digunakan untuk mengetahui
apakah
dua
lokal
yang
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol
yang
square yaitu: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Pretest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol χ2 hitung 8,09 11,26
Kelas Eksperimen Kontrol
Berdasarkan
mempunyai
χ2 tabel 12,592 12,592
Kriteria Normal Normal
proses
analisis
kemampuan awal yang sama sebelum
diperoleh
treatmen dan posttest digunakan untuk
X2hitungeksperimen
menentukan kemampuan akhir setelah
sedangkan untuk nilai X2hitungkontrol
dilakukan treatment dari kedua kelas, yaitu
sebesar 11,26. Harga
X2tabel
dalam
antara
taraf
5%
untuk
kelas
eksperimen
yang
bahwa
nilai
sebesar
signifikansi
8,09
pembelajaran
eksperimendan kontroladalah 12,592.
kooperatif Listening Team dan kelas
Berdasarkan tabel diperoleh bahwa
kontrol yang tidak menggunakan model
data
pembelajaran kooperatif Listening Team.
pelajaran
Tahapan analisis untuk mengetahui hasil
normal. Berdasarkan uji normalitas di
perlakuan terhadap kedua kelas tersebut
atas, diketahui kedua data berdistribusi
sebagai berikut:
normal. Hal ini menunjukkan bahwa
menggunakan
model
pemahaman siswa pada mata ekonomi
berdistribusi
skor pretest siswa kelas eksperimen Hasil Analisis Pretest
dan kontrol berdistribusi normal.
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan chi squaredengan pada taraf signifikan α = 95% (0.05) dengan kriteria pengujian:
b. Uji Homogenitas Data Setelah diketahui bahwa skor-skor pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal,
274
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
maka
langkah
selanjutnya
adalah
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
eksperimen
dengan
kelas
kontrol
melakukan uji homogenitas varians
berdistribusi homogen dan dilanjutkan
skor pretest kelas eksperimen dan kelas
dengan uji perbedaan atau uji t untuk
kontrol.
Kriteria
menyatakan
pengujian
untuk
mengetahui
varians
kedua
siswa
bahwa
kelompok homogen adalah pada taraf signifikansi
pada
pemahaman
mata
pelajaran
ekonomipada kedua kelas.
α =0,05, varians kelas
eksperimen dan kelas kontrol dikatakan
c. Uji t Berdasarkan
homogen jika F hitung ≤ Ftabel , sedangkan jika F hitung ≥ Ftabel maka disimpulkan bahwa varians kelas tidak homogen. Hasil perhitungan homogenitas varians skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
perbedaan
ditampilkan
dalam
tabel
berikut:
jumlah
sampel
penelitian diketahui n1= n2, dan varian homogen maka rumus tes t digunakan adalah separated varian. Harga t tabel yang digunakan adalah dk = n1 + n2 – 2.
Langkah
selanjutnya
membandingkan
adalah
t hitung dengan t tabel ,
dengan α = 0.05, di mana dk=(n 1 + n 2 Tabel 3 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Kelas
Varians S
2
terbesar
S2 terkecil
F hitung
eksperimen dan 22,243 19,797 1,124 Kontrol
F tabel Kesimpulan (α=0.05)
)-2, dengan kriteria pengujian: jika t hitung
≥ t tabel , maka Ha diterima dan Ho
ditolak, sedangkan Jika t hitung ≤ t tabel , maka Ha ditolak dan Ho diterima. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
1,72
Homogen
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomidari pretes pada kelas eksperimen dan kontrol pada taraf
berikut ini. Tabel 4 Hasil Uji T Prestest Siswa Kelas Eksperimen dengan Kontrol Kelas
Χ
t hitung t tabel
S
Eksperimen 25,081
4,716
23,621
4,449
Kontrol
1,369
2,000
kesimpulan Tidak Terdapat Perbedaan
signifikansi α =0,05 memenuhi kriteria
Ket: Χ : rata-rata, S: Standar Deviasi
F hitung ≤ Ftabel atau 1,124 <1,72, ini
Berdasarkan tabel di atas dengan
berarti bahwa data pretest varians kelas
275
membandingkan
t hitung
dengan t tabel , di
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
mana α = 0.05, di mana dk=(nx 1 +nx 2 )-2=
Hasil Analisis Posttest
(37+37)-2=72. untuk mendapatkan t tabel ,
a. Uji Normalitas Data
maka perlu dikonsultasikan dengan tabel
Uji normalitas dalam penelitian ini
distribusi t dengan dk=72, dikarenakan
dilakukan dengan chi square pada taraf
skor dk=72 tidak terdapat dalam tabel
signifikan α = 95% (0.05) dengan
distribusi t, maka diambil skor dk yang
kriteria pengujian:
terdekat, yaitu dk=60, dengan demikian
Jika : X2
t tabel = 2,000. Maka disimpulkan bahwa t
tidak normal
hitung
≤ t tabel atau 1,369 <2.000, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor pretest dari pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi pada kedua kelas. Dari keterangan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kelas eksperimen dan kontrol memiliki kemampuan awal yang sama,
berarti
penelitian
ini
dapat
dilanjutkan, dimana siswa kelas X IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan diterapkan model pembelajaran kooperatif Listening Teamselanjutnya kelas X IPS 2 sebagai kelas kontrol dan diberikan perlakuan seperti
proses
belajar
mengajar
konvensioanl (ceramah). Dalam perlakuan ini akan diterapkan 2 model pembelajaran, yaitu pada kelas kontrol akan diterapkan model pembelajaran konvensional dan pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran kooperatif Listening Team.
Jika : X2
≥ X2tabel, distribusi data
hitung
hitung
≤ X2tabel, distribusi data
normal Dari perhitungan diperoleh hasil chi square yaitu: Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Postest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kontrol
χ2 hitung 9,18 7,63
Berdasarkan diperoleh
χ2 tabel 11,070 11,070
Kriteria Normal Normal
proses
analisis
bahwa
X2hitungeksperimen
nilai
sebesar
sedangkan untuk nilai X 2
sebesar 7,63. Harga X
tabel
2
9,18
hitungkontrol
dalam taraf
signifikansi 5% untuk eksperimen dan kontrol adalah 11,070. Berdasarkan tabel
diperoleh
bahwa
data
pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi
berdistribusi
normal.
Berdasarkan uji normalitas di atas, diketahui
kedua
data
berdistribusi
normal. Hal ini menunjukkan bahwa skor posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.
276
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
F hitung ≤
b. Uji Homogenitas Data Setelah
diketahui
bahwa
skor
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kriteria pengujian untuk menyatakan bahwa varians kedua kelompok homogen adalah: pada taraf signifikansi α =0,05, varians kelas eksperimen dan kelas kontrol dikatakan homogen jika F hitung
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
Ftabel atau 1,03<1,72, ini
berarti bahwa data posttest varians kelas eksperimen dengan kelas kontrol berdistribusi homogen dan dilanjutkan dengan uji perbedaan atau uji t untuk mengetahui
perbedaan
pemahaman
siswa pada mata pelajaran ekonomi pada kedua kelas. c. Uji t Berdasarkan
jumlah
sampel
penelitian diketahui n1= n2, dan varian homogen maka rumus tes t digunakan
≤ Ftabel , sedangkan jika F hitung ≥ Ftabel
adalah separated varian. Harga t tabel
maka disimpulkan bahwa varians kelas
yang digunakan adalah dk = n1 + n2 –
tidak
perhitungan
2. Langkah selanjutnya juga dilakukan
homogenitas varians skor postestkelas
dengan membandingkan t hitung dengan
homogen.
eksperimen
Hasil
dan
kelas
kontrol
ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postestsiswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Kelas
Varians S
2
terbesar
S
2
F hitung
terkecil
eksperimen 101,09 dan 103,812 0 Kontrol
F tabel Kesimpulan (α=0.05)
dk=(nx 1 +
nx 2 )-2,
dengan
kriteria
pengujian: jika t hitung ≥ t tabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak, sedangkan Jika t hitung ≤ t tabel , maka Ha ditolak dan H0 diterima. Hasil pengujian dapat
1,03
1,72
Homogen
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi dari posttest pada kelas eksperimen dan kontrol pada taraf signifikansi α =0,05 memenuhi kriteria
277
α = 0.05, di mana
t tabel , dengan
dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Hasil Uji T Postestsiswa Kelas Eksperimen dengan Kontrol Kelas
Χ
S
Eksperimen 75,51351
10,05436
68,51351
10,18883
Kontrol
Ket:
Χ:
t hitung t tabel kesimpulan
2,975
2,000
rata-rata, S: Standar Deviasi
Terdapat Perbedaan
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
Berdasarkan tabel di atas dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel ,
di mana α = 0.05, di mana dk=(n 1 +n 2 )-2=
(37+37)-2=72.
mendapatkan
t tabel ,
Untuk
maka
perlu
dikonsultasikan dengan tabel distribusi t dengan dk=72, dikarenakan skor dk=72 tidak terdapat dalam tabel ditribusi t, maka diambil skor dk yang terdekat, yaitu dk=60, dengan demikian
t tabel = 2,000. Maka disimpulkan bahwa
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki skor yang tidak berbeda
secara
eksperimen
signifikan.
dengan
kelas
Kelas kontrol
memiliki t hitung 0.5194 dan t tabel 2,000. Dilihat dari hasil uji perbedaan rata-rata di atas siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama, atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pemberian posttest bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman
t hitung > t tabel atau 2,975>2.000, maka
siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Ho diterima dan Ha ditolak. Ini berarti
Berdasarkan hasil analisis terhadap
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
skor posttest, diketahui bahwa siswa
signifikan
yang
skor
posttest
dari
belajar
menggunakan
pemahaman siswa pada mata pelajaran
pembelajaran
ekonomi pada kedua kelas.
Team kelas eksperimen memiliki rata-
Berdasarkan analisis skor hasil penelitian,
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
model Listening
kooperatif
model
Listening
rata posttest sebesar 75,51 dengan standar deviasi 10,05, sedangkan kelas kontrol
memiliki
rata-rata
posttest
Team mempunyai potensi yang baik
sebesar 68,51 dengan standar deviasi
untuk dapat meningkatkan pemahaman
10,89. Berdasarkan perbedaan rata-rata
siswa pada mata pelajaran ekonomi.
tersebut
Hal ini dapat terlihat dari perbedaan
terdapat perbedaan pemahaman siswa
rata-rata
pada mata pelajaran ekonomi dengan
peningkatan
pemahaman
dapat
disimpulkan
siswa pada mata pelajaran ekonomi
menggunakan
pada kelas eksperimen dan kelas
kooperatif Listening Team dan siswa
kontrol.
yang belajar biasa (konvensional).
Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata
pretest
ditemukan
bahwa
Jadi pembelajaran
model
bahwa
pembelajaran
penggunaan
model
kooperatif
Listening
278
M. Iqbal Lubis : Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Listening Team Menengah Atas Negeri 1 Kuantan Singingi
Terhadap Pemahaman Siswa Di Sekolah
Team dalam memberikan pemahaman
kelas kontrol, yaitu rata-rata hasil
siswa pada mata pelajaran ekonomi
belajar siswa pada kelas eksperimen
yang lebih baik daripada menggunakan
sebesar 75,51 lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional. Perbedaan
hasil belajar siswa pada kelas kontrol,
ini didasarkan setelah adanya uji
yaitu sebesar 68,51.
perbedaan antara kelas eksperimen dan
2. Berdasarkan analisis uji t
diketahui
kelas kontrol dengan menggunakan uji-
thitung atau to = 2,975 lebih besar dari
t.
ttabel
Berdasarkan
perhitungan
uji-t
diperoleh t hitung 2,975 dan t tabel 2,000, artinya
terdapat
signifikan
pengaruh
model
yang
pembelajaran
kooperatif Listening Team terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan
pada
taraf
(2,975>2,000),
signifikan
ini
berarti
5% ada
perbedaan yang signifikan pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi antara siswa kelas yang menerapkan model
pembelajaran
kooperatif
Listening Team dengan kelas yang tidak
menerapkan
pembelajaran
kooperatif Listening Team di SMAN 1
Singingi.
Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
Listening
Team
terhadap
pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
perbedaan
Singingi.
Dengan
tersebut
berarti
adanya ada
pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran
kooperatif
Listening Team terhadap pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran
kooperatif
Daftar Kepustakaan
Listening Team dapat mempengaruhi pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan
hasil
eksperimen
279
belajar
lebih
siswa
tinggi
kelas
dibanding
A.M Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Persada Grafindo.
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
A.M
Sardiman. (2008). Interaksidan Motifasi Belajar Mengajar. Bandung: RajaGrafindo Persada.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Agus
Suprijono. (2010). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Silberman, Melvin L. (1996). Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Alinda. "Pembelajaran Listening Teams". http://alindabreb.blogspot.com/2013/06stra tegi-pembelajaran-listeningteams_30.htm|?m= diakses tanggal 16-
4-2014. Anas
Sudijono. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ella Yulelawati. (2004). Kurikulam dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Raya. Hartono. (2009). Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hartono. (2010). Analisis Item Instrumen Analisis Tes Hasil Belajar dan Instrumen Penelitian. Bandung: Zanafa Publishing. Isjoni.
(2012). Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Nana Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Ngalim Purwanto. (1996). Psikologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. (2009). Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembalajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana. Wina
Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Yus
Badudu. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Intergrafika.
280