Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EVIDENCE BASED LEARNING DALAM SETTING OUTDOOR ACTIVITIES TERHADAP HASIL BELAJAR IPA Gst Agung Teguh Mahardika1, Ni Nyoman Kusmaryatni2, I Wayan Widiana3 1, 2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD gugus IV kecamatan tejakula kabupaten buleleng tahun ajaran 2013/2014, 2) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model evidence based learning dalam setting outdoor activities pada siswa kelas IV SD gugus IV kecamatan tejakula kabupaten buleleng tahun ajaran 2013/2014, 3) Untuk mengetahui perbedaan hasil pembelajaran IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities dan pembelajaran konvensional. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan design Posttest Only Control Group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Tejakula, yang berjumlah 185 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 55 orang, yang berasal dari SD N 5 Bondalem Kecamatan Tejakula sebagai kelompok eksperimen dan SD N 8 Bondalem Kecamatan Tejakula sebagai kelompok kontrol. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities adalah metode tes dengan instrumen tes objektif, yang selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities sebagai kelompok eksperimen dan konvensional sebagai kelompok kontrol, hal ini dilihat dari perbedaan rata-rata skor siswa antara kelompok eksperimen (20,67) dan kelompok kontrol (12,54). Bedasarkan analisis data thitung > ttabel dengan db 53 dan taraf signifikansi 5%, ini berarti Ha dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian model pembelajaran Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD semester Ganjil di Gugus IV Kecamatan Tejakula. Kata kunci: Evidence Based Learning, Setting Outdoor Activities, hasil belajar IPA. Abstract The aimed of this research is: 1) description the result of the math students who join conventional in IV grade of elementary school in group IV Tejakula subdistrict Buleleng regency School Year 2013/2014, 2) description the result of the math students who join with Evidence Based Learning Model in Setting Outdoor Activities in IV grade of elementary school in group IV Tejakula subdistrict Buleleng regency School Year 2013/2014, 3) to know the difference of science learning achievement between students that have learned Evidence Based Learning model by Setting Outdoor Activities and conventional learning model. The kind of this research is quasi-experiment research by design of Posttest Only Control Group design. The population of this research is all of students of fourth grade of Elementary School in cluster IV of Tejakula District, with 185 students. The research sample was 55 students, coming from elementary school number 5 of Bondalem village of Tejakula District as a group experiment and elementary school number 8 of Bondalem village of Tejakula District as a group control.
The collected data in Setting Outdoor Activities is used method of test by multiple choices instrument, and it is analyzed by using uji-t. The result of the research indicates that there are the difference between Evidence Based Learning model by Setting Outdoor Activities as a group experiment and conventional learning as a group control, this matter is shown from different of student score mean between experiment group ( 20,67) and control group ( 12,54). Based on data analyzed of tcount > ttable by db 53 and 5% of significant level, this means Ha in this research is accepted. Thereby Evidence Based Learning model by Setting Outdoor Activities to science learning achievement student of fourth grade of elementary school of odd semester in cluster IV of Tejakula District. Keyword: Evidence Based Learning, Setting Outdoor Activities, science learning achievement
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing dan berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain dalam menghadapi era globalisasi. pendidikan di Indonesia telah tercermin dalam UUSPN No. 20 pasal I ayat I Tahun 2003 menyatakan bahwa: Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Maka dari itu, sudah sepatutnya pendidikan mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar maka guru dituntut agar mampu memahami segala hal yang mempengaruhi pembelajaran siswa. Guru harus memahami tentang metode atau strategi pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa agar dapat belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di sekolah pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa merupakan salah satu tugas guru,
sehingga dalam pembelajaran diperlukan inovasi berbagai metode dan model pembelajaran efektif dan efisien yang mampu meningkatkan pengetahuan kepada siswa, tidak hanya memindahkan pengetahuan dari pikiran guru ke siswa tetapi juga memberikan pengalaman, pemahaman yang dapat meningkatkan kemampuan siswa baik di bidang akademik maupun non akademik. Keberhasilan dari suatu pembelajaran sangat di pengaruhi oleh karakteristik siswa, karakteristik lingkungan siswa dan karakteristik materi pembelajaran. Dalam suatu kelas keadaan siswa biasanya sangat heterogen. Mereka berbeda dalam hal kemampuan bakat, minat. kecerdasan, motivasi, daya ingat, dan kecepatan belajar. Dalam pembelajaran, jika guru tidak memperhatikan perbedaan – perbedaan tersebut maka siswa akan mengalami kesulitan belajar yang pada akhirnya akan bermuara pada rendahnva hasil belajar. Sistem pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan belum mempertimbangkan perbedaan tersebut. Menurut pendapat Iskandar (1997) menyatakan bahwa “pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pembelajarannya pada pemberian pengalaman secara langsung, Tetapi, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar”. Kesulitan siswa dalam pelajaran IPA adalah pemahaman materi yang diakibatkan karena luasnya materi pelajaran yang dominan bersifat hafalan. Mata pelajaran IPA merupakan ilmu tentang keadaan dan
sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan), ilmu hayati, materimateri tersebut sangat global dan memiliki nama-nama latin yang membutuhkan hafalan. Salah satu usaha untuk membuat perbaikan dan kemantapan pembelajaran adalah mencoba memberikan metode yang tepat untuk jenis mata pelajaran IPA. Oleh sebab itu diperlukan berbagai metode dan pendekatan yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran khususnya pelajaran IPA. Pendekatan dan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi pelajaran yang rnenjadi objek pembelajaran. Menurut pendapat (Eggen dan Kauchak, 1996) bahwasanya dalam pembelajaran kooperatif menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa, kemampuan untuk melakukan hubungan sosial menjadi lebih baik, dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan mampu mengembangkan saling kepercayaan sesama, baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengembangkan siswa dalam hal keaktifan dan kemandirian, bepikir kritis, teratur, dan disiplin, serta keberanian mengambil keputusan. Berdasarkan hal tersebut, guru harus menggunakan metode ataupun model pembelajaran yang variatif dan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar sehingga kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditargetkan dapat tercapai. Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh dari beberapa SD di kelas IV gugus IV kecamatan tejakula kabupaten buleleng, menyatakan bahwa hasil belajar di tiap-tiap sekolah pasti ada yang belum mencapai KKM. Ini disebabkan adanya perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dari hasil wawancara salah satu guru bidang studi IPA, sebagian besar pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak menggunakan buku ajar ataupun LKS, tidak mengacu pada program yang telah dibuat. Pembelajaran seperti ini telah berimbas pada hasil belajar siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai masih belum memenuhi KKM yang ditetapkan di Sekolah Dasar di desa bondalem kecamatan tejakula kabupaten buleleng. Ketika dilanjutkan observasi pada proses
pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas IV di beberapa SD gugus IV ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1). Masih banyak siswa yang bemain di dalam kelas saat proses bembelajaran berlangsung, 2). Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih mendominasi dengan penggunaan metode ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada interaksi, 3). Guru hanya mengandalkan buku paket dalam proses pembelajaran, tanpa memanfaatkan sumber belajar yang lain. Hal ini membawa akibat pada rendahnya hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPA. Hasil penilaian dalam pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru juga masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum mampu untuk memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA. Dari pemaparan di atas menyebabkan menimbulkan beberapa masalah diantaranya banyak materi yang harus dipahami oleh siswa dengan waktu yang tersedia cukup singkat, serta pemilihan metode atau model pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Maka dari itu, guru dituntut untuk menciptakan suatu pembelajaran yang bervariasi dan inovatif sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran IPA. Maka salah satu model pembelajaran yang baik digunakan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah Model Pembelajaran Evidence-based Learnin dalam setting outdoor activities. Model Pembelajaran EvidenceBased Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menggabungkan aspek metode pembelajaran dan efek pelaksanaan metode tersebut. Model ini menitikberatkan pada usaha menanamkan keterampilan inquiry pada siswa dan mengevaluasi dampaknya berdasarkan data yang diperoleh maupun fakta yang teramati selama pembelajaran Thomson (dalam Pujianto, 2010). Model pembelajaran Evidence-Based Learning disetting dalam metode pembelajaran di luar kelas (Outdoor Activities) yang artinya metode di mana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk
mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menguji keunggulan model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities dalam pembelajaran IPA di kelas IV Semester Ganjil Sekolah Dasar di Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng dengan melaksanakan penelitian yang mengarnbil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Evidence Based Learning Dalam Setting Outdoor Activities Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014 Di Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng”. Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Evidence Based Learning dalam Setting outdoor Activities pada siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam setting Outdoor Activities dan model pembelajaran konvensional di Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng? Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities pada siswa kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam setting Outdoor Activities dan model pembelajaran konvensional di Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus IV Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah seluruh SD yang ada di gugus IV kecamatan tejakula pada tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di gugus IV kecamatan tejakula. jumlah SD keseluruhannya sebanyak 8 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 185 siswa. Teknik pengambian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik group random sampling dengan dengan cara undian. Cara yang digunakan untuk menentukan sampel adalah masingmasing kelas IV tiap sekolah diberi nomor urut, selanjutnya dirandom untuk mendapatkan dua sekolah yang akan dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 5 Bondalem yang berjumlah 27 orang, siswa kelas IV SD Negeri 8 Bondalem yang berjumlah 28 orang. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 5 Bondalem sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 8 Bondalem sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah post-test only control
group design. Pemilihan desain ini disebabkan karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes adalah instrument, alat, atau prosedur sistematis yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas untuk mengukur suatu prilaku tertentu pada peserta didik dengan mengunakan bantuan skala numerik atau kategori tertentu (Koyan, 2012). Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV pada pokok bahasan “Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya”. Instrumen Penelitian yang digunakan adalah tes pilihan ganda (multiple choice test). Menurut pendapat (Arikunto, 2005) menyatakan bahwa ”tes pilihan ganda (multiple choice test) terdiri dari bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor)”. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Menurut Koyan (2012) metode analisis deskriptif merupakan metode analisis untuk mendeskripsikan data hasil penelitian atau untuk membuat data bermakna sedangkan metode analisis inferensial merupakan metode analisis data untuk membuat kesimpulan dari hasil analisis data melalui uji hipotesis (membandingkan atau uji perbedaan/kesamaan). HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk memperoleh gambaran tentang model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), median (Md), Modus (Mo), dan standar deviasi. Rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Kelompok Deskriptif Eksperimen Kontrol Mean (M) 20,66 12,54 Median (Md) 21,66 10,77 Modus (Mo) 23 9,19 Varians 16,56 21,15 Standar 4,07 4,60 deviasi Berdasarkan tabel data distribusi frekuensi, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo) data hasil post test kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 20,66, median (Md) = 21,66, modus (Mo) = 23. Apabila distribusi hasil belajar IPA kelompok eksperimen divisualisasikan dalam bentuk grafik akan tampak seperti Gambar1. Gambar 1. Grafik Histogram Skor Data Kelompok Eksperimen
M= 20,66
Md=21,66
Mo= 23
Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities juling negatif Mo>Md>M (23>21,66>20,66). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung sedang. Jika nilai rata-rata dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sedang. Distribusi frekuensi data pemahaman konsep pembelajaran IPA kelompok kontrol yang telah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.
hasil post-test kelompok kontrol adalah 3,448 dan χ tabel hasil post-test kelompok kontrol dengan derajat kebebasan (db) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,815. Hal 2
ini berarti χ Mo= 9,19
Gambar 2. Grafik Histogram Skor Data Kelompok Kontrol. Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional merupakan juling positif Mo<Md<M (9,19<10,77<12,54). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori rendah. Uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan harga
χ2
hitung
hitung
hasil post-test kelompok
kontrol lebih kecil dari χ tabel (3,448<7,815). Sehingga data hasil post test kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan harga Fhitung sebesar 1,28 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 1,88 Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,28 < 1,88) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data pemahaman konsep kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan (db) = n1 + n2 – 2. Hasil perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel 1. 2
M= 12,54
Md=10,77
2
hasil post test kelompok eksperimen
sebesar 6,745 dan χ tabel dengan derajat kebebasan (db) = 3 pada taraf signifikansi 2
5% adalah 7,815. Hal ini berarti χ hitung hasil post test kelompok eksperimen lebih 2
kecil dari χ tabel (6,745 < 7,815). Sehingga data hasil post test kelompok eksperimen 2
berdistribusi normal. Sedangkan χ hitung Tabel 1. Hasil perhitungan uji t 2
Data
Kelompok
Kemampuan membaca pemahaman
Eksperimen
N 27
Kontrol
28
thit
ttab (t.s. 5%)
Status
20,67
s2 16,56
12,54
21,15
6,993
2,000
Ho Ditolak
X
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar 6,993. Sedangkan ttabel dengan db = 53 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (6,993> 2,000) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model evidence based learning dalam setting outdoor activities dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran IPA siswa Kelas IV Semester I SD Negeri 5 dan 8 Bondalem Tahun Pelajaran 2013/2014. Pembahasan pada penelitian ini memaparkan hasil belajar IPA siswa baik pada kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities maupun dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities berbeda dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 20,67, sedangkan kelompok yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 12,54. Hal ini menunjukkan hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil uji-t terhadap hipotesis penelitian yang diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dengan kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa mempunyai nilai statistik t = 6,933 dan ttab (db = 53 dan taraf signifikansi 5%) = 2,000. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan
dalam pencapaian hasil belajar IPA siswa pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dengan kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara teoretis model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities lebih unggul dari pada model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dapat dipahami sebagai pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered) dengan guru berperan sebagai moderator dan fasilitator (mediator) sedangkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui penciptaan ide-ide untuk mendapatkan konsep dari pengetahuan itu secara langsung, cara belajar seperti ini akan memberikan efek yang baik bagi siswa dalam memahami pengetahuan itu dan tidak dipungkiri pengetahuan yang didapat itu dapat bertahan lama tersimpan dalam memori siswa karena siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran dengan model evidence based learning dalam setting outdoor activities siswa dituntun untuk menguasai keterampilan proses sains. Keterampilan proses ini sangat penting bagi siswa karena melalui keterampilan proses sains dapat membekali siswa berupa keterampilanketerampilan memecahkan masalah dalam pembelajaran, seperti keterampilan ,mengobservasi (mengamati), merencanakan, mengajukan hipotesis, menginterpretasikan, dan keterampilan mengkomunikasikan hasil temuan atau pengetahuan itu secara sistematis dan benar. Kekuatan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities adalah menunjang munculnya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk belajar IPA. Kelebihan model pembelajaran evidence based learning
dalam setting outdoor activities terletak pada proses pencarian dan pengkonstruksian pengetahuan sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator dalam proses pembelajaran. Guru tidak perlu mentransfer pengetahuannya secara penuh kepada siswa tetapi mengajak siswa untuk berpikir dan mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang diberikan oleh guru maupun siswa itu sendiri melalui diskusi dengan pembelajaran yang dilaksanakan diluar kelas. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional. Pelaksanaan proses pembelajarannya mengutamakan penyampaian materi secara jelas dan menyeluruh bagi siswa dan pemberian soal-soal latihan yang ada pada buku paket dan buku LKS. Latihan soal-soal lebih ditekankan pada materi yang telah disampaikan sebelumnya tanpa ada tindak lanjut untuk memberikan permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetapi masih berhubungan dengan materi yang dipelajari. Peran serta siswa dalam pembelajaran masih dipengaruhi oleh guru dan ini terlihat saat guru menyampaikan materi pelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menggunakan daya nalarnya dalam menemukan sendiri pengetahuan yang berkaitan dengan materi pelajaran karena guru telah menyampaikan materi itu secara detail, akibatnya siswa hanya bisa menguasai pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara abstrak sebagai efek dari kurangnya pengalaman nyata siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep-konsep pengetahuan itu. Model pembelajaran konvensional lebih menekankan pada aktivitas guru (teacher centered). Secara operasional model pembelajaran konvensional dimulai dari 1) kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan informasi awal sebagai pembuka dan menyampaikan materi yang akan dibahas, 2) kegiatan inti, guru menjelaskan materi pelajaran secara utuh dan menyeluruh, 3) guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada buku paket dan buku LKS, 4) kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi atau memberi soal-soal untuk
dikerjakan di rumah. Proses pembelajaran dengan model konvensional akan berlangsung apabila ada guru yang memberikan informasi atau arahan kepada siswa untuk belajar melalui penyampaian materi pelajaran secara detail. Tanpa ada guru proses pembelajaran tidak akan berlangsung secara optimal dan kondusif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pembelajaran dengan model konvensional cenderung dominan menggunakan metode ceramah dalam menyajikan materi pelajaran tanpa mempertimbangkan untuk menggunakan metode pembelajaran lain yang lebih efektif dan inovatif. Dalam prosesnya siswa hanya dituntut untuk menyimak dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Cara belajar seperti ini akan membuat siswa pasif, ngantuk dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran dengan model konvensional sumber belajarnya hanya menggunakan buku paket dan buku LKS tanpa mengusahakan untuk mencari atau menggunakan sumber buku lain yang relevan dan mendukung pembelajaran agar lebih inovatif. Selain itu media dalam pembelajaran konvensional hanya menggunakan papan tulis dan kapur sebagai pendukung untuk menyajikan materi pelajaran. Pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa hanya menguasai pengetahuan melalui satu sumber dan pengetahuan yang dimiliki siswa masih cenderung bersifat khayalan atau verbal karena sumber belajar dan media yang digunakan guru belum mencerminkan bahwa belajar itu menggunakan berbagai macam sumber atau aneka sumber. Berdasarkan pemaparan di atas tentang model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dan model pembelajaran konvensional dapat dilihat bahwa secara secara konseptual dan operasional antara kedua model tersebut terdapat perbedaan yang jelas. Dalam proses pembelajaran apabila kedua model ini diterapkan dan hasil dari penerapan kedua model ini
dibandingkan maka akan terjadi perbedaan pula. Beberapa keunggulan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities tersebut didukung oleh beberapa hasil penelitian. Beberapa penelitian yang dimaksud adalah penelitian oleh Pujianto (2010) dalam penelitian yang berjudul “ Model Pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities Sebagai Solusi Alternatif Bentuk Pembelajaran Sains Bagi Sekolah Di Daerah Rawan Bencana” Berdasarkan pemaparan di atas baik secara teoretis maupun operasional empirik, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities lebih tinggi daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Begitu juga secara deskriptif skor rata-rata hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat diidentifikasi beberapa temuan dari peneliti yang menunjukkan keunggulan dari model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut. Pertama, dalam proses pembelajaran siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran dengan model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities karena proses pembelajaran dilaksanakan diluar kelas. Selain itu dalam pembelajaran diluar kelas menggunakan media-media nyata yang dapat membantu siswa mengerti dan memahami materi pelajaran seperti media tumbuh-tumbuhan yang terdapat di lingkungan siswa yang sesuai dengan materi pelajaran. Kedua, siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terlihat aktif karena dalam pembelajaran siswa diajak ikut serta secara aktif melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar
kelas serta berdiskusi kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran diluar kelas serta berdiskusi semua siswa aktif dan antusias menyiapkan diri untuk belajar. Ketiga, pembelajaran dengan model Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities sangat menarik dan menyenangkan karena siswa diajak terlibat langsung dalam pembelajaran melalui observasi atau pengamatan secara nyata di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar siswa. Implikasi temuan penelitian ini adalah pembelajaran IPA dapat memberikan hasil belajar yang optimal jika implementasi pembelajaran didasarkan pada paradigma pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori belajar atau paradigma konstruktivisme, dimana dalam kegiatan pembelajaran antara konsep yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga akan memberikan peluang yang cukup besar dalam proses pembelajaran IPA yang lebih bermakna dan siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses aktif dalam proses pembelajaran berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Selain itu, model pembelajaran Evidence-Based Learning dalam Setting Outdoor Activities tidak hanya mementingkan aktivitas siswa secara individu, tetapi juga kontribusi terhadap anggota kelompok sehingga dapat mengoptimalkan kerja sama antar anggota kelompok. Hal ini dapat melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam kelompoknya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil belajar IPA siswa yang mengukuti pembelajaran dengan model konvensional berada pada kategori rendah dengan rata-rata (M)= 12,54. 2. Hasil belajar IPA siswa yang mengukuti pembelajaran dengan
model Evidence Based Learning dalam Setting Outdoor Activities berada pada kategori sedang dengan rata-rata (M)= 20,66. 3. Hasil analisis uji-t sampel independen atau sampel tidak berkorelasi diperoleh thitung = 6,933 dengan taraf signifikasi 5%, diperoleh ttabel = 2,000 yang berarti thitung = 6,933 > ttabel = 2,000. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities dan siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014 di SD gugus IV kecamatan tejakula kabupaten buleleng. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran evidence based learning dalam setting outdoor activities berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Kepada siswa, agar dapat menciptakan rasa kebersamaan serta kekompakan dalam proses pembelajaran agar mampu meningkatkan hasil belajar. 2. Kepada guru di sekolah dasar hendaknya lebih mampu memberikan motivasi serta inovatif dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran inovatif serta didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mampu mencapai tujuan yang ditentukan. 3. Kepada peneliti selanjutnya, agar mampu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Undiksha. Allyn & Bacon. 1995. Assimilation and Accomodation in Cognitive Development. http:/www.abacon.com/slavin/ill.ht ml diakses pada tanggal 13 Februari 2013. Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Koyan,
I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.
Malone, Dr Karen. 2008. An Evidence Based Research Report On the Role of Learning Outside the Classroom For Chidren’s Whole Development From Birth to Eighteen Years. Australia: University of Wollongong. Pujianto. 2010. Model Pembelajaran Evidence Based Learning Dalam Setting Outdoor Activities Sebagai Solusi Alternatif Bentuk Pembelajaran Sains Bagi Sekolah Di Daerah Rawan Bencana. . Diakses tanggal 13 Februari 2013. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Yogyakarta : Andi OFFSET. Trianto.2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta. Thomson, J. 2009. Evidence Based Learning for Student and Teachers. The Science Teacher. Journal Proquest. 13 februari 2013. Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (outdoor Study). Jogjakarta: Diva Press.