PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI KEBALEN 03 BEKASI Desi Irianti* Aningsih e-mail :
[email protected] ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah Permasalahan interpersonal siswa kelas V di SD Negeri Kebalen 03. Maka dari itu di SDN Kebalen 03 diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat mengingkatkan kecerdasan interpersonal. Penelitian ini bertujuan untk mengetahui pengaruh model cooperative learning tipe jigsaw yang dipilih peneliti terhadap kecerdasan interpersonal siswa.Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuasi dengan design pretest posttest control group designdengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data berupa angket, observasi dan tes soal. Sampel penelitian berjumlah 38 siswa untuk kelas ekperimen dan 38 siswa untuk kelas kontrol.Hasil penelitian menunjukan rata-rata pretest untuk kelas kontrol adalah 59,16 dan posttest 62. Sedangkan untuk rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 59,37 dan posttest 68,87 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 67,40%. Hasil dari analisis dalam eksperimen ini dengan menggunakan analisa perhitungan independent sampel t-tes yang diperoleh nilai 6,512 dengan menggunakan db 74 taraf nyata = 0,05, sehingga diperoleh nilai 1,993, Maka dikatakan thitung >ttabel. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD Negeri Kebalen 03. Kata kunci
: model cooperative learning tipe jigsaw, kecerdasan interpersonal
I.
PENDAHULUAN Dewasa ini tuntutan zaman semakin lama semakin berat, perkembangan ilmu pengetahuan maju dengan pesat dan persaingan pun semakin ketat sehingga berdampak pada tuntutan orang tua terhadap anak untuk lebih menekankan kecerdasan akademik demi menjamin keberhasilan dalam hidup anaknya. Dengan kata lain, orang tua lebih memprioritaskan perkembangan keterampilan akademis dan teknis anakanak mereka tapi mengesampingkan keterampilan interpersonal. Orang tua selalu mengharapkan anaknya untuk mendapatkan nilai A di sekolah.
Kenyataannya banyak contoh orang yang terus-menerus mendapatkan nilai ‘A’ di sekolah tetapi akhirnya bekerja untuk orang-orang yang mungkin secara akademis tidak sehebat mereka. Mereka yang secara akademis tidak begitu hebat ini akhirnya menjadi pelaku bisnis dan pemilik bisnis setelah selesai sekolah. Bill Gates, Sim Wong Hoo, Sylvester Stallone, Tiger Woods dan Richard Branson adalah contoh orang-orang yang tidak pernah unggul secara akademis, tetapi akhirnya sangat berhasil dalam bidang yang mereka lakukan. oleh
Salah satu kecerdasan yang dimiliki manusia adalah kecerdasan
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 9
interpersonal. Menurut Lwin (2008: 197) “Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud, dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara layak”. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar anak tumbuh menjadi anak yang mudah menyesuaikan diri secara sosial adalah mulai mengajarkannya kecerdasan-bermasyarakat yang benar sejak dini. Dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi maka komunikasi antar pribadi akan terjalin dengan baik pula. Kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi lebih tepatnya sesuatu yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran, sama seperti kecerdasan lainnya. Sejalan dengan PP No. 19 tahun 2005 Bab V Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan di-selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembang-an fisik serta psikologis peserta didik”. Berdasarkan isi Peraturan Pemerintah tersebut proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, yakni siswa dan guru serta orang lain dapat berinteraksi dengan baik. Belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila terjadi suasana interaksi dengan
orang lain. Interaksi yang dimaksud dapat berupa diskusi, saling bertanya, saling menjelaskan, dan lain-lain. Dengan begitu guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas agar siswa belajar, yang pada dasarnya belajar adalah memproduksi gagasan atau membangun makna baru dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa. Guru perlu kreatif dalam mengemas materi pelajaran melalui berbagai model dan metode yang membuat suasana belajar aktif yang membuat siswa mendapat pengalaman, berinteraksi, berkomunikasi, dan merenungkan kembali gagasannya. Inti dari proses pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dan pendidik/guru. Oleh sebab itulah, keberhasilan sebuah pembelajaran terletak pada bagaimana pendidik merancang, mengolah, melaksanakan serta mengevaluasi interaksinya dengan peserta didik. Namun berdasarkan hasil observasi di kelas V SD Negeri Kebalen 03, diperoleh informasi bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran masih bersifat satu arah dari guru kepada siswa sehingga kurang adanya interaksi bermakna dalam kegiatan pembelajaran. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan sesekali menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran siswa sering tidak dilibatkan secara aktif di setiap pendidikan biasanya siswa hanya menjadi penonton dalam setiap pembelajaran. Misalnya guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif ketika pembelajaran berlangsung dan guru tidak melakukan kreasi dalam metode dan media pembelajaran sehingga membuat siswa menjadi pasif dalam setiap pembelajaran. Dalam penelitian ini penulis memilih model cooperative learning tipe Jigsaw yang diharapkan dapat
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 10
meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal dapat disampaikan melalui model cooperative learning tipe Jigsaw. Di dalam model pembelajaran ini, nantinya anak benar-benar berperan aktif dengan melakukan interaksi dengan siswa lain. Dari beberapa tujuan model cooperative learning tipe Jigsaw dapat dilihat berbagai tujuan sosial diantaranya penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Dengan ini diharapkan model cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Dari uraian diatas peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Kecerdasan Interpersonal Siswa di SD Negeri Kebalen 03 ”. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al (2000) dalam Isjoni (2013), yaitu “hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial” Yamin (2013: 89) menyebutkan bahwa “Jigsaw merupakan suatu struktur kooperatif yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab untuk mempelajari anggota-anggota lain tentang salah satu bagian materi”. Menurut Yamin (2013: 94-95) langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut: 1) Pembelajar membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6
II. LANDASAN TEORETIS A. Model Cooperative Learning tipe jigsaw Lie (2000) dalam (Isjoni, 2013: 16) menyebutkan cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu “sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Roger dan Johnson dalam Suprijono (2012: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. “Lima unsur tersebut yaitu positive inderpendence (saling ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antaranggota), group processing (pemrosesan kelompok)”.
peserta didik dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi peserta didikan yang akan dipelajari peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap peserta didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group). Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 11
kelompok Jigsaw (gigi geraji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 peserta didik dan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 peserta didik akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 peserta didik dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 peserta didik. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli pembelajar memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw
2) Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar pembelajar dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. 3) Pembelajar memberikan kuis untuk peserta didik secara individual. 4) Pembelajar memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. 5) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi bebeapa bagian materi pembelajaran. 6) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan
suatu tuntutan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Kecerdasan interpersonal Menurut Gardner & Checkley (1997: 12) dalam Yaumi (2012: 21) “kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap dan perilaku orang lain”. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang mengandung indikatorindikator yang menyenangkan bagi orang lain. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh anak dalam kecerdasan interpersonal sangat menyejukkan dan penuh kedamaian. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal pasti memiliki karakterisitik yang berbeda dengan yang lainnya. Menurut Yaumi (2012: 147) menyebutkan, karakteristik orang yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut: 1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya, 2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia, 3) Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif, 4) Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang melakukan chatting atau teleconference, 5) Merasa senang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial keagamaan, dan politik. 6) Sangat senang mengikuti acara Talk Show di tv dan radio, 7) Ketika bermain atau berolah raga, sangat pandai bermain tim (double atau kelompok ) dari pada main sendirian (single), 8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri, 9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas ekstrakurikuler,
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 12
10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan isu-isu sosial. Mork dalam (Yaumi, 2012: 145) menekan kan pada empat elemen penting dari kecerdasan interpersonal yang perlu digunakan dalam membangun komunikasi. Keempat elemen penting tersebut mencakup (1) membaca isyarat, (2) memberikan empati, (3) mengontrol emosi, (4) mengekspresikan emosi pada tempatnya. Anderson dalam Safaria mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama. Dimensi tersebut yaitu “ social sensivitiy (sensitivitas sosial), sosial inshigt, social communication” yang mana ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta ketiganya saling mengisi satu sama lainnya dalam Puspita (2009)
III.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Desain dalam penelitian eksperimen ini adalah Quasi Experimental Design (quasi eksperimen) dengan menggunakan nonequivalent(pretest and posttest) Control-Group Design. Subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, yaitu pembelajaran IPS dengan penggunaan Model cooperative learning tipe Jigsaw. Sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran IPS dengan model cooperative learning tipe STAD.
instrumen penelitian. Untuk perangkat pembelajaran yang harus dilakukan antara lain : a) Studi lapangan dan literature, b) Menentukan permasalahan, c) Menyusun proposal penelitian, d)Menyusun penerapan model cooperative learning tipe Jigsaw Sedangkan pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a) Menentukan topik dan subjek penelitian, b) Menyusun kisi-kisi soal angket sikap siswa, c) Menyusun instrumen observasi dan angket sikap siswa, d) Validasi instrumen oleh pakar, e) Uji coba intrumen, f) Revisi instrumen, g) Mempersiapkan instrumen dan mengurus surat izin penelitian di SD Negeri Kebalen 03 2. Tahap Pelaksanaan a) Observasi awal dan angket sikap untuk mengetahui pemahaman materi dan sikap dalam berinteraksi siswa sebelum mengikuti pembelajaran, b) Implementasi model cooperative learning tipe jigsaw yang telah disusun pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. c) Observasi akhir untuk melihat peningkatan pemahaman materi dan sikap baik pada eksperimen maupun pada kelas kontrol, d) Pengisian angket sikap pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diakhir pembelajaran oleh siswa untuk mengetahui persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS. 3. Tahap Penyelesaian a. Mengolah dan menganalisis data b. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan meliputi tahap-tahap berikut ini: IV. 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu menyusun perangkat pembelajaran dan pengembangan
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
A. Hasil Penelitian
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 13
1. Data Kecerdasan Interpersonal Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw (Kelas Eksperimen) Data pre-test dari kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan sebelum menggunakan model cooperative learning Tipe Jigsaw didapat nilai terendah sebesar 47, sedangkan nilai tertinggi sebesar 72. Dengan rata-rata sebesar 59,37, varians sebesar 25,91 dan standar deviasi sebesar 5,091. Sedangkan Data post-test dari kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan setelah menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw didapat nilai terendah sebesar 58, sedangkan nilai tertinggi sebesar 78. Dengan rata-rata sebesar 68,87, varians sebesar 18,38 dan standar deviasi sebesar 4,288. Hasil analisis deskriptif rata-rata pretest dan posttest dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa untuk rata-rata pretest sebesar 74,22% meningkat menjadi 86,09% pada rata-rata posttest. Dari persentase penyebaran nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw mengalami kenaikan. 2. Data Kecerdasan Interpersonal Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD (Kelas Kontrol) Data pre-test dari kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan sebelum menggunakan model cooperative learning tipe STAD didapat nilai terendah sebesar 50, sedangkan nilai tertinggi sebesar 69. Dengan rata-rata sebesar 59,16, varians sebesar 27,38 dan standar deviasi sebesar 5,233. Sedangkan Data post-test dari kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan setelah menggunakan model cooperative
learning tipe STAD didapat nilai terendah sebesar 52, sedangkan nilai tertinggi sebesar 70. Dengan rata-rata sebesar 62,80, varians sebesar 23,892 dan standar deviasi sebesar 4,888. Hasil analisis deskriptif rata-rata pretest dan posttest dalam penelitin ini dapat dilihat bahwa untuk rata-rata pretest sebesar 73,95% meningkat menjadi 78,50% pada rata-rata posttest. Dari persentase penyebaran nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan menggunakan model cooperative learning tipe STAD tidak mengalami kenaikan yang signifikan. B. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest dengan Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil output Paired Sample Statistics dengan bantuan SPSS 16.0 for windows di atas, diperoleh hasil rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen. Kemudian dengan perhitungan perbedaan dengan menggunakan nilai rata-rata pretest dengan posttest kelompok eksperimen ditemukan hasil sebagai berikut : Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Data
Mean
Nilai thitung
Nilai Posttest kelas 68,87 eksperimen 20,119 Nilai Pretest kelas 59,37 eksperimen Sumber: Hasil Penelitian 2014
Nilai ttabel
Keputusan
1,99 3
H1 Diterima
Dari hasil perhitungan untuk membedakan nilai pretest dan nilai posttest pada kelas eksperimen dengan menggunakan Paired Sample Test ternyata diperoleh hasil bahwa thitung>ttabel (20,119 > 1,993) dan tingkat signifikasi (α) < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat pengaruh penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 14
terhadap kecerdasan interpersonal siswa kelas V B di SD Negeri Kebalen 03. Hal ini menunjukkan penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw berpengaruh positif terhadap kecerdasan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal maka dilakukan perhitungan koefisien determinasi. Perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dan diperoleh hasil 67,40%. Hasil tersebut berarti bahwa model cooperative learning tipe jigsaw berkontribusi terhadap kecerdasan interpersonal siswa sebesar 67,40%. 2. Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest dengan Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan hasil output Paired Sample Statistics dengan bantuan SPSS 16.0 for windows di atas, diperoleh hasil rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen. Kemudian dengan perhitungan perbedaan dengan menggunakan nilai rata-rata pretest dengan posttest kelompok eksperimen ditemukan hasil sebagai berikut: Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Data
Mean
Nilai thitung
Nilai Posttest kelas 62,00 eksperimen 8,614 Nilai Pretest kelas 59,16 eksperimen Sumber: Hasil Penelitian 2014
Nilai ttabel
Keputusa n
1,99 3
H1 Diterima
Dari hasil perhitungan untuk membedakan nilai pretest dan nilai posttest pada kelas kontrol dengan menggunakan Paired Sample Test ternyata diperoleh hasil bahwa thitung>ttabel
(8,614 > 1,933) dan tingkat signifikasi (α) < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika dibandingkan dengan hasil pada kelas eksperimen, dapat diketahui bahwa nilai thitung kelas eksperimen (20,119) lebih besar dibandingkan dengan nilai thitung kelas kontrol (8,614) sehingga terjadi peningkatan yang signifikan pada kelas eksperimen. Maka penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw lebih berpengaruh terhadap kecerdasan interpersonal siswa. 3. Perbedaan Nilai Rata-rata Posttest kelas Eksperimendengan Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan hasil output Group Statistics dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil rata-rata posttest kelas eksperimen dan posttest kelas kontrol. Untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning tipe jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal siswa, maka penelitian ini menggunakan analisa perhitungan independent sampel t-tes. Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows pada hasi posttest kedua kelompok yaitu sebagai berikut: Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data
Mean
Nilai thitung
Nilai Posttest kelas 68,87 eksperimen 6,512 Nilai Posttest 62,00 kelas kontrol Sumber: Hasil Penelitian 2014
Nilai ttabel
Keputusan
1,993
H1 Diterima
Dari hasil perhitungan di atas, tampak bahwa nilai thitung = 6,512 dan ttabel= 1,993, dengan df = 74, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung >ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung >ttabel (thitung = 6,512 > ttabel= 1,933) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai posttest
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 15
kelas eksperimen dengan nilai posttest kelas kontrol, dimana nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal Siswa dibandingkan Kecerdasan interpersonal siswa dengan menggunakan Modul cooperative learning tipe STAD. 4. Perbedaan Nilai N-Gainkelas Eksperimendengan N-Gain Kelas Kontrol Berdasarkan hasil output Group Statistics dengan bantuan SPSS 16.0 for windows di atas, diperoleh hasil rata-rata N-gain kelas eksperimen dan N-gain kelas kontrol. Analisis N-Gain digunakan untuk melihat seberapa besar peningkatan hasil pretest dan posttest dari masing-masing kelas. Adakah peningkatan antara kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw (kelas eksperimen) maupun kelas kontrol yang menggunakan model cooperative learning tipe STAD terhadap kecerdasan interpersonal siswa. Untuk analisis N-Gain digunakan rumus Meltzer, setelah menghitung N-gain kedua kelas maka penelitian ini menggunakan analisa perhitungan independent sampel t-tes. Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows pada hasil N-gainkedua kelompok yaitu : Hasil Uji Hipotesis N-Gain Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Data
Mean
Nilai thitung
Nilai N-Gain kelas 68,87 eksperimen 6,512 Nilai N-Gain 62,00 kelas kontrol Sumber: Hasil Penelitian 2014
Nilai ttabel
1,993
Keputusan
H1 Diterima
Dari hasil uji hipotesis N-Gain di atas, tampak bahwa nilai thitung = 13,469 dan ttabel= 1,993, dengan df = 74, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung >ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung >ttabel (thitung = 13,469 > ttabel= 1,933) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai N-gain kelas eksperimen dengan nilai Ngainkelas kontrol, dimana rata-rata nilai normal N-gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata nilai normal N-gainkelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa dibandingkan kecerdasan interpersonal siswa dengan menggunakan Model cooperative learning tipe STAD. Dengan perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t independent t tes pada postest kelas eksperimen dan postest kelas kontrol menunjukan thitung = 6,512 dan ttabel= 1,993, dengan df = 74, signifikasi (2tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Hal ini menunjukan bahwa terdapat H0 ditolak dan H1 diterima, artinya model cooperative learning tipe jigsaw berpengaruh terhadap kecerdasan interpersonal siswa kelas V di SD Negeri Kebalen 03. Dengan ditolaknya hipotesis nol dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw dengan kecerdasan interpersonal siswa yang diajarkan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata kecerdasan interpersonal yang diajarkan menggunakan model
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 16
cooperative learning tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kecerdasan interpersonal siswa yang diajar menggunakan model cooperative learning tipe STAD siswa kelas V SD Negeri Kebalen 03. Jadi terdapat pengaruh model cooperative learning tipe Jigsaw dengan kecerdasan interpersonal siswa kelas V di SD Negeri Kebalen 03. Hasil dari hipotesis tentu saja berkaitan dengan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas. Pada kelas yang diajarkan model cooperative learning tipe STAD, pembentukan kelompok pada proses pembelajaran dibentuk kelompok yang heterogen dan hanya bekerja sama pada kelompok masing-masing berbeda dengan model cooperative learning tipe jigsaw pada model ini mengambil pola bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Maka pada model ini dibentuk kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu memahami materi dan menyampaikannya kepada anggota kelompok asalnya. Sehingga terjadi interaksi kelompok antar anggota kelompok asal dan kelompok ahli. Untuk meningkatkan interaksi sosial antara siswa maka diperlukan sebuah model yang dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal. Seperti yang diungkapkan oleh Suprijiono (2012: 62) bahwa “salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi 1. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 59,37 dan posttest kelas eksperimen sebesar 68,87. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t paired sampel t tes. Setelah dilakukan pengujian data ternyata diperoleh hasil bahwa 20,119
antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan intelegensi interpersonal”. Model cooperative learning dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal. Namun setelah penelitian dan pengujian data untuk modelcooperative learning tipe jigsaw dan STAD terlihat perbedaan. Pada hasil pengujian uji t model cooperative learning tipe jigsaw lebih signifikan dibandingkan dengan model cooperative earning tipe STAD. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD Negeri Kebalen 03. Jadi terdapat pengaruh model cooperative learning tipe jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD Negeri Kebalen 03. V.
KESIMPULAN Penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal siswa di SDN Kebalen 03. Secara umum penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kecerdasan interpersonal siswa di SDN Kebalen 03 khususnya kelas V yang terdapat permasalahan interpersonal. Berdasarkan perumusan masalah, pengajuan hipotesis, analisis data penelitian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: > 1,993 merupakan harga t dari kriteria pengujian thitung>ttabel maka Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh model cooperative learning tipe jigsaw terhadap kecerdasan interpersonal siswa kelas V SD Negeri Kebalen 03
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 17
2. Pada kelas kontrol nilai rata-rata pretest sebesar 59,16 dan mengalami kenaikan pada nilai rata-rata posttest yaitu sebesar 62,80. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t paired sampel t tes. Setelah dilakukan pengujian data ternyata diperoleh hasil bahwa 8,614 > 1,993 merupakan harga t dari kriteria pengujian thitung>ttabel maka Ha diterima, akan tetapi tidak terdapat peningkatan yang signifikan di kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen. 3. Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows (analisa perhitungan independent sampel t-tes) pada kedua kelompok didapatkan nilai thitung = 13,469 dan ttabel= 1,993, dengan df = 74, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria
pengujian adalah tolak H0 jika thitung >ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung >ttabel (thitung = 13,469 > ttabel= 1,933) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai N-gain kelas eksperimen dengan nilai N-gainkelas kontrol, di mana rata-rata nilai normal N-gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata nilai normal Ngainkelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Model Cooperative Learning tipe jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas V di SD Negeri Kebalen 03 dibandingkan kecerdasan interpersonal siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD.
*Desi Irianti adalah mahasiswi PGSD FKIP Universitas Islam “45” Bekasi *Aningsih adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
DAFTAR RUJUKAN
A. Buku Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta Lwin, May. Dkk. 2008. Cara Mengembangkan berbagai Komponen Kecerdasan. Yogyakarta. Indeks Noor, Muhammad. 2010. Paikem Gembrot. Jakarta. PT Multi Kreasi Satudelapan Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung. Alfabeta Sumantri, Mulyani. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Banten: Universitas Terbuka Suprahatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruz Media Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014 18
Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung. PT. Refika Aditama Taufiq, Agus. 2012. Pendidikan Anak di SD. Banten. Universitas Terbuka Ula, S. Shoimatul. 2013. Revolusi Belajar. Yogyakarta: Ar-ruz Media Yamin, Martimis. 2013. Strategi dan Metode dalam model pembelajaran. Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences. Jakarta: Dian Rakyat B. Dokumen Puspita, Elok. 2009. Efektivitas Permainan Aktif dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak di SDN Merjosari I Malang. Malang C. Internet Puspita, Elok. 2009. Kecerdasan Interpersonal.
http://3lox.wordpress.com/2009/12/31/kecerdasan-interpersonal/(di unduh pada hari sabtu, 01 Februari 2014) Evawani, Triastuti. Dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermakna Menggunakan Lembar Kerja Siswa Divergen Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk hidup. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere/article/download/133/1312 (diunduh pada hari senin, 21 April 2014) Sayudjauhari. 2010. Study Literature. http://sayudjberbagi.wordpress.com/20/20/04/29/study-literature/ (diunduh pada hari selasa, 23 April 2014)
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
19