PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
(Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
OLEH: SUHARJO S830908224 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
Disusun Oleh: Suharjo S830908224
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tanggal : ..………………….2010 Dewan Pembimbing: Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd
…………..
NIP. 19520116 198003 1 001 Pembimbing II: Dra. Suparmi, MA, Ph.D
…………..
NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd NIP. 19520116 198003 1 001
ii
PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
Disusun Oleh: Suharjo S830908224 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Dewan Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. H. Ashadi. NIP. 19510702 197501 1 001
..………….
…….....….
Sekretaris
Drs. Cari MA. MSc. Ph.D NIP. 131472636
..………….
…….....….
Anggota
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
..………….
…….....….
Anggota
Dra. Suparmi, MA, Ph.D NIP. 19520915 197603 2 001
..………….
…….....….
Mengetahui Direktur PPs UNS,
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
iii
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini,saya : Nama
: SUHARJO
NIM
: S.830908224
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS
DITINJAU DARI MOTIVASI
BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010) adalah karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Februari 2010
Yang membuat pernyataan
Suharjo NIM.S.830908224
iv
ABSTRAK Suharjo, S.830908224, 2010. "Pengaruh Metoda Diskusi dan Pemberian Tugas Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2009 / 2010)" Tesis, Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dra. Suparmi, MA.Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan prestasi belajar Fisika terhadap penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas, (2). Perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Motivasi Berprestasi siswa tinggi dan rendah, (3). Perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Kreativitas siswa tinggi dan rendah, (4). Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika, (5). Interaksi antara metode pembelajaran dengan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, (6). Interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, (7). Interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan telah dilaksanakan pada bulan Juli 2009 – Januari 2010 di SMP Negeri 1 Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan penentuan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling, terdiri dari 2 kelas. Kelas VII B menggunakan metode diskusi dan kelas VII C menggunakan metode pemberian tugas. Data diambil dari tes untuk prestasi belajar siswa, sedangkan angket untuk motivasi berprestasi dan kreativitas siswa. Untuk uji hipotesis menggunakan ANOVA dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Dari data analisis bisa disimpulkan bahwa: (1).Tidak ada perbedaan prestasi belajar Fisika terhadap penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas, (pvalue = 0,658 > 0,050); (2). Ada perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Motivasi Berprestasi siswa tinggi dan rendah, (p-value = 0,041 < 0,050); (3). Ada perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Kreativitas siswa tinggi dan rendah, (p-value = 0,001 < 0,050). (4). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika, (p-value = 0,155 > 0,050); (5). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, (p-value = 0,783 > 0,050); (6). Ada interaksi motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, (p-value = 0,017 < 0,050) (7). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, ((pvalue = 0,719 > 0,050). Semua siswa memberikan respon positif bagi yang memiliki motivasi berprestasi dan kreativitas siswa tinggi maupun rendah terhadap penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas.
v
ABSTRACT
Suharjo, S830908224, 2010. "The effect of student’s discussion and recitation method overviewed from student’s motivation and creativity. (case study of physical quantity and unit for seventh grade students of SMP N 1 Karanganyar Academic Year 2009 / 2010). The Thesis, advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, advisor II: Dra. Suparmi, MA.Ph.D, Science Education Program of Post Graduate Work, Sebelas Maret University of Surakarta. The purposes of the research are to know: (1). the different of student achievement between students who learn using discussion and recitation methods (2). the different of student’s achievement between students who have high and low prior knowledge, (3). the different of students achievement between students who have high and low level creativity, (4). the interaction between discussion and recitation methods and students prior knowledge, (5). the interaction between discussion and recitation methods and students creativity (6). the interaction between motivation and creativity (7). the interaction among discussion and recitation methods, motivation, and students creativity. The research used experimental method and was conduced from July 2009 – January 2010 at SMP N 1 Karanganyar The population was all students in grade VII and sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes, VII B treated using discussion method and VII C treated using recitation method. The data was collected using test method for students’ achievement and creativity, and questionere for student motivation. The hypotheses were tested using ANOVA with 2 x 2 x 2 factorial design. From the data analysis can be concluded that: (1). there is no differences in students’ achievement between students who learn using discussion and recitation methods, (p-value = 0,658 > 0,050); (2).there is a difference in students’ achievement between students who have high and low motivation, (p-value = 0,041 < 0,050); (3). there is a difference in students’ achievement between students who have high and low creativity level, (p-value = 0,001 < 0,050). (4). there is no interaction between teaching learning methods and student motivation, (p-value = 0,155 > 0,050); (5). there is no interaction between teaching learning method and students creativity, (p-value = 0,783 > 0,050); (6). there is interaction between prior knowledge and creativity (p-value = 0,017 < 0,050) (7). there is no interaction among discussion and recitation methods, motivation, and student creativity (p-value = 0,719 > 0,050). So there are interaction between learning methods, prior knowledge, and performance of student creativity to the learning achievement of science. All the students who have high or low achievement level, motivation and creativity, give positive responses to the using of discussion and recitation methods.
vi
MOTTO
v Satu menit kesuksesan menghapus kegagalan bertahun-tahun (Robert Browing) v Untuk hal-hal yang harus kita pelajari sebelum melakukannya, pelajarilah dengan mengerjakannya (Aristoteles)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Istri dan anak-anaku tercinta Sahabat-sahabatku Pendidikan Sains angkatan September 2008 Almamaterku
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alla SWT yang telah melimpahkan rohkmat hidayah dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat
menyelesaian penelitian dengan judul “Pengaruh Metode diskusi Dan Pemberian Tugas Ditinjau Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa” (Studi Kasus Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar Kabupaten Kebumen Pada Materi Besaran dan Satuan Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Semester Gasal) untuk memenuhi sebagaian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika. Penyelesain dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Direktur Pasca Sarja Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan pada program pasca sarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Pembimbinga Mata Kuliah Metodologi Penelitian, yang telah memberikan dorongan semangat, pengarahan, pemikiran yang sangat berharga dalam penyusunan penelitian ini. 3. Ibu Dra. Suparmi MA, Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan pengarahan yang sangat berharga selama penyusunan penelitian ini. ix
4. Segenap dosen Program Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D, Prof. Dr. Sutarno, M.Sc, Ph.D, Dr. Sentot, Dr. Ashadi, Drs. Haryono, M.Pd, Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D, Drs. M. Masykuri, M. Si, Dr. Sarwanto, S.Pd, M. Si. yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis. 5. Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Kabupaten Kebumen yang nantinya akan memberikan ijin penelitian. 6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberi imbalan yang sebanyak-banyaknya. Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantuiasa penulis harapkan. Semoga segala amal baik Bapak / Ibu dan rekan– rekan mendapat imbalan pahala yang setimpal dari Alloh SWT, dan apabila dalam penyusunan tesis penelitian ini banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang sebesar–besarnya.
Surakarta, Februari 2010 Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
PENGESAHAN ..............................................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
ABSTRACT ......................................................................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xx
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xix
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah....................................................................
12
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
13
D. Perumusan Masalah ....................................................................
14
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
14
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
15
xi
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN MASALAH......................................................................................
17
A.
Kajian Teori ...........................................................................
17
1. Masalah Belajar................................................................
17
2. Metode Diskusi ...............................................................
26
3. Metode Pemberian Tugas.................................................
29
4. Motivasi Berprestasi ........................................................
34
5. Kreativitas ........................................................................
42
6. Prestasi Belajar.................................................................
47
7. Materi Besaran dan Satuan ..............................................
52
B.
Penelitian Yang Relevan .......................................................
67
C.
Kerangka Berpikir..................................................................
69
D.
Hipotesis.................................................................................
75
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
77
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
77
B.
Metode Penelitian .................................................................
78
C.
Penetapan Populasi dan Sampel...........................................
79
D.
Instrumen Penelitian .............................................................
80
E.
Variabel Penelitian................................................................
82
F.
Tahapan Penelitian................................................................
83
G.
Uji Coba Instrumen ..............................................................
84
H.
Teknik Analisis Data.............................................................
96
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
109
A.
Deskripsi Data.......................................................................
109
B.
Pengujian Prasyarat Analisis.................................................
117
C.
Pengujian Hipotesis...............................................................
119
D.
Pembahasan Hasil Analisis Data...........................................
125
E.
Keterbatasan Penelitian.........................................................
138
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................
139
A.
Kesimpulan ..........................................................................
139
B.
Implikasi................................................................................
141
C.
Saran-saran ...........................................................................
144
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
146
LAMPIRAN – LAMPIRAN............................................................................
149
BAB V
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel. 2.1 Bentuk-bentuk belajar....................................................................
24
Tabel 2.2 Satuan baku dan satuan tak baku ...................................................
55
Tabel 2.3. Satuan-satuan pada besaran pokok ................................................
56
Tabel 2.4. Satuan-satuan pada besaran turunan ..............................................
57
Tabel 2.5. Kesetaraan satuan panjang.............................................................
59
Tabel 2.6. Kesetaraan satuan massa................................................................
62
Tabel 2.7. Kesetaraan satuan waktu................................................................
64
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ...........................................................................
77
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian.....................................................................
78
Tabel 3.3 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif.
86
Tabel 3.4 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kreativitas.............
86
Tabel 3.5 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Motivasi................
87
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif
89
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas...........
89
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi ..............
90
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif .......
92
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas ...................
92
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Motivasi.......................
93
Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif....
95
Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa .............................................................................................
95
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi..
95
xiv
Tabel 3.15 Tata letak pada rancangan anava tiga jalan isi sel tidak sama ......
100
Tabel 3.16 Rangkuman hasil anava tiga jalan.................................................
105
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika................................
109
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Diskusi ............................................................................
Tabel 4.3
110
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Pemberian Tugas .............................................................
110
Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Motivasi Berprestasi siswa ..........................
112
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi pada Kelas Metode Diskusi...........................................................................................
113
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi pada Kelas Metode Pemberian Tugas113 Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa..................................................
115
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Diskusi ......
116
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Pemberian Tugas .............................................................................................
116
Table 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian..........................
118
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas................................................
119
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika ............
120
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Motivasi.........................................................................................
122
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Kreativitas ....................................................................................
123
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi...............................................
124
Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi Faktor Metode Diskusi dan Motivasi Berprestasi......................................................................
130
Tabel 4.17 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian Tugas dan Motivasi Berprestasi ..................................
xv
131
Tabel 4.18 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Diskusi dan Kreativitas .................................................................
133
Tabel 4.19 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian Tugas dan Kreativitas..................................................
xvi
134
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Hubungan Antara Besaran, Nilai dan satuan ...............................
53
Gambar 2.2 Mistar ...........................................................................................
59
Gambar 2.3 Jangkaa Sorong ............................................................................
60
Gambar 2.4 Mikrometer Skrup ........................................................................
61
Gambar 2.5 Satuan Massa................................................................................
61
Gambar 2.6a. Neraca Dua Lengan ...................................................................
63
Gambar 2.6b. Neraca Dua Lengan...................................................................
63
Gambar 2.7 Alat Pengukur Waktu (Arloji)......................................................
64
Gambar 2.8 Alat Pengukur Waktu (Stopwath) ................................................
65
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Diskusi ...
111
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Pemberian Tugas .............................................................................................
111
Gambar 4.3 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Diskusi ..........................................................................................
114
Gambar 4.4 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas ...........................................................................
114
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Diskusi ..
116
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas .............................................................................................
117
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Físika .............................................................................................
122
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Físika.
123
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi............................................................................
124
Gambar 4.10 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Física .....
127
xvii
Gambar 4.10 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan ...............................
132
Gambar 4.11 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan..............................................
134
Gambar 4.13 Grafik efek mean faktor Metode pembelajaran, Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan .....
xviii
137
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus kelas Demonstrasi .......................................................
149
Lampiran 2. RPP Diskusi..............................................................................
151
Lampiran 3. RPP Tugas ...............................................................................
168
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Berprestasi ....................
185
Lampiran 5. Instrumen Angket Motivasi Berprestasi ..................................
186
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Físika..............................
198
Lampiran 7. Instrumen Angket Kreativitas Belajar Físika ...........................
198
Lampiran 8.
Kisi-kisi Prestasi Belajar ........................................................
213
Lampiran 9. Soal Tes Prestasi Belajar ..........................................................
214
Lampiran 10. Hasil Uji Coba Motivasi berprestasi .......................................
220
Lampiran 11. Hasil Uji Coba Kreativitas .....................................................
221
Lampiran 12. Hasil Uji Coba Prestasi Belajar ...............................................
222
Lampiran 13. Data Hasil Penelitian ...............................................................
223
Lampiran 14. Deskripsi Data ........................................................................
226
Lampiran 15. Analisis Data Penelitian .........................................................
229
Lampiran 16. Uji Hipótesis ...........................................................................
236
Lampiran 17. Data Murni...............................................................................
252
Lampiran 18. Hasil Try Out Motivasi berprestasi .........................................
256
Lampiran 19. Hasil Try Out Kreativitas ........................................................
257
Lampiran 20. Hasil Try Out Prestasi Belajar .................................................
258
Lampiran 21.
Ijin Penelitian.......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan pendidikan dan peningkatan pembangunan
nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, maju, tangguh, mandiri, cerdas dan kreatif, terampil berdisiplin, profesional, bertanggung jawab dan berproduksi serta sehat jasmani dan rohani maka diperlukan perbaikan dalam bidang pendidikan. Hal ini sesuai yang tercantum dalam GBHN 1993 (TAP MPR RI NO.II/MPR/1993 tentang GBHN). Perbaikan di bidang pendidikan perlu diadakan usaha-usaha untuk menuai hasil belajar yang baik, terutama dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta dengan melalui peningkatan mutu guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana pendidian yang memadai. Peningkatan mutu guru di dalamnya menyangkut maslah peningkatan: penguasaan materi, kemampuan memilih metode yang tepat, kemapuan mengelola kelas, menggunkan alat peraga yang efektif dalam menyampaikan materi pelajaran. Conny Semiawan (1992: VII) berpendapat bahwa “kita tidak dapat mengharapkan kemajuan yang pesat dan berarti dalam dunia pendidikan tanpa membenahi proses belajar mengajar”. Dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun
xx
Negara Indonesia merdeka, kita semakin menyadari kekurangan–kekurangan yang mendasar. Salah satu kekurangan itu justru pada inti kegiatan pendidikan itu sendiri yaitu proses belajar mengajar yang melibatkan anak didik dan pendidik yaitu guru dan mutlak mendapatkan kemajuan yang pesat dan berarti khususnya dalam pendidikan, maka kegiatan proses belajar mengajar perlu adanya pembenahan-pembenahan,
sehingga
duduk,
mendengar,
mencatat
dan
menghafalkan perlu dikembangkan cara belajar siswa aktif. Proses belajar mengajar memerlukan adanya langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai hasil yang diharapkan. S. Nasution, (1982 : 75) “faktor pengajar yaitu guru juga mempunyai proses belajar mengajar, seperti kepribadian, pengalaman mengajar, kemampuan dan metode penyampaian serta motivasi”. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik jika terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan juga antar siswa dengan siswa itu sendiri. Sehingga kreatifitas guru dalam memilih, merancang dan melakukan pendekataan teknik dan metode dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan. Namun demikian hasil dari belajar siswa tersebut, masih banyak dipengaruhi beberapa faktor, baik yang timbul dari luar maupun dari dalam anak itu sendiri. Misalnya sarana prasarana, alat peraga, buku dan sumber belajar. metode pembelajaran yang digunakan ,kemampuan siswa, kesiapan, minat, intelegensi motivasi dan kreatifitas siswa. Pelajaran fisika mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika merupakan sarana untuk berfikir logis dan dedukatif
xxi
sehingga penguasaan materi fisika bagi siswa sangatlah penting untuk pengembangan di masa mendatang. Pada semester pertama kelas tujuh SMP materi materi yang diajarkan meliputi pengukuran yang didalamnya memuat besaran dan satuan,asam,basadan garam,klasifikasi materi,konsep zat,pemuaian, kalor dan perpindahan, perubahan zat,reaksi fisika dan kimia .Materi besaran dan satuan merupakan materi yang banyak diaplikasikan pada kehidupan sehari – hari dan juga dasar daripembelajaran pada materi fisika yang lain. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa minat belajar fisika masih rendah, prestasi belajar fisika materi besaran dan satuan belum menunjukan hasil yang diharapkan. Bahkan mata pelajaran fisika masih dianggap pelajaran yang menakutkan sehingga prestasi belajar fisika masih di bawah prestasi belajar mata pelajaran yang lain. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian, ulangan umum, rata-rata nilainya menunjukkan hasil yang kurang dari yang diharapkan. Guru adalah “salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Mendidik merupakan perbuatan yang kompleks, dituntut kemampuan personal, profesional dan sosiokultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar” (Mulyoto dalam Subri Sutikno, 2003: V). Dalam Proses pembelajaran, guru harus memperhatikan perkembangan kreativitas peserta didik yang bersangkutan. Dikatakan kompleks karena dituntut penguasaan materi dan metode teori dan praktek dalam interaksi dengan peserta didik, juga karena sekaligus mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Menjadikan keharusan bagi guru
xxii
untuk mempelajari, memahami dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan proses belajar mengajar.Metode pembelajaran Guru yang efektif adalah mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar yang inovatif serta mampu memperluas dan menambah pengetahuan metode-metode pembelajaran, dan menjadi guru yang memiliki kompetensi profesional artinya kompetensi profesional guru adalah sebagai penguasaan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkan serta memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di kelas. Proses pendidikan memang harus terencana dan sistematis agar hasil yang diperoleh bisa optimal. Menurut Wina Sanjaya (2006: 2) “Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar”. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara utuh. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi pada siswa (student active learning). Pengetahuan dasar yang diperoleh diharapkan dapat dikembangkan di dalam diri siswa, sehingga di dalam diri siswa dapat terbentuk sikap ilmiah yang akan mewarnai setiap tindakan dan sikap dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya dapat juga digunakan untuk
xxiii
mengembangkan potensi diri, daya kreasi dan inovasi yang dimiliki siswa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global. Disamping itu kekurangtepatan pemilihan metode pembelajaran adalah termasuk penyebabnya. Kecenderungan para guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu ceramah sudah menjadi kebiasaan, walaupun banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif, seperti pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), inkuiri, inkuiri terbimbing, diskusi, eksperimen, demontrasi, metode proyek, metode resitasi atau pemberian tugas, tanya jawab, observasi, pengajaran otentik, pengajaran berbasis kerja dan masih banyak lagi metode inovatif lainnya, sehingga metode ceramah yang digunakan di dalam pembelajaran berujung pada kejenuhan siswa untuk menerima pelajaran IPA Fisika yang semestinya sangat menarik berubah menjadi membosankan. Upaya pemerintah dan para pemerhati pendidikan telah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi agar para guru tidak lagi menggunakan metode ceramah atau diskusi informasi dalam pembelajaran IPA Fisika dan beralih kepada metode pembelajaran yang inovatif dan variatif (innovative and varieative learning) adalah dengan banyak menawarkan dan mensosialisasikannya melalui: pelatihan-pelatihan, workshop, seminar, lokakarya, LKG, dan MGMP maupun dalam forum-forum ilmiah. Akibat dari keengganan para guru menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan variatif salah satunya adalah kurangnya interaksi antara siswa dan guru. Metode ceramah cenderung hanya satu arah, sehingga menyebabkan siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya, karena tidak ada kesempatan untuk
xxiv
bertanya, berdiskusi ataupun mengeluarkan pendapatnya. Kreativitas siswa juga akan terhenti karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan ideidenya yang kreatif, Kreativitas (creativity) siswa adalah termasuk salah satu faktor internal yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktifitas dan kreativitas (activity and creativity) siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Dalam berbagai penelitian oleh Gibb, dapat disimpulkan bahwa Kreativitas dapat dikembangkan dengan jalan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Menurut Uzer Usman dan Setiawati (1993: 11-12) “Dalam kegiatan belajarmengajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkannya pula, sehingga guru perlu memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak yang kreatif sehingga bakat dan minatnya dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya”. Untuk itu maka kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan dan dikembangkan. Runco dalam A. Iskak (2006: 6) mengatakan: “Creativity is the ability to think about something in a novel and unusual ways and to come up with unconventional problems”. Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive) untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada (unusual, unconventional
solution).
Modalitasnya
adalah
bahwa
siswa
memiliki
kemampuan berpikir, yang kemudian digunakan untuk obyek kerja yaitu
xxv
pemecahan masalah-masalah (menemukan sesuatu yang baru) yang pada intinya juga bagaimana siswa dapat memecahkan masalah-masalah (problem solving) dalam sains (IPA Fisika) Disamping kreativitas, di dalam belajar peserta didik memiliki kekhasan gaya berpikir masing-masing. Menurut Bobby DePorter dan Paul Hernacki (2007: 122) “untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana memproses informasi maka digunakan model yang dikembangkan oleh Gregorc. Kajian investigasinya menyimpulkan ada dua dominasi otak, yaitu persepsi konkret dan abstrak, kemampuan pengaturan secara sekuensial dan acak”. Dalam proses pembelajaran kadang seorang guru dibuat bingung oleh peserta didiknya dengan sikap-sikap yang kadang membuat emosi, tetapi perlu disadari bahwa setiap peserta didik memiliki gaya berpikir yang berbeda. Bobby DePorter dan Paul Hernacki membagi Gaya Berpikir menjadi empat yaitu: Sekuensial Abstrak, Sekuensial Konkret, Acak Abstrak dan Acak Konkret. Orang yang termasuk dalam dua kategori sekuensial cenderung memiliki dominasi otak kiri, dan orang yang berpikir secara acak cenderung memiliki dominasi otak kanan. Disinilah pentingnya seorang guru menyadari sehingga seorang guru tidak salah dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Cronbach mengatakan bahwa: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience, demikian juga Spears memberi batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction, atau Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. Maka menurut Sardiman (2007: 20) “Belajar itu senantiasa
xxvi
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak verbalistik”. Dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran IPA Fisika siswa di dalam belajar harus bisa mengalami dan melakukan serta merasakannya sendiri. Ilmu Pengetahuan Alam (science) dewasa ini berkembang begitu pesat, terutama di bidang Fisika. Teknologi sudah sangat maju, untuk itu seorang guru IPA semestinya harus menerapkan metode-metode pembelajaran yang variatif dan inovatif yang dapat mendukung kreativitas siswa agar dapat muncul dan berkembang seiring dengan modalitas gaya berpikir yang sudah dimiliki oleh para peserta didik masing-masing. Guru jangan hanya berorientasi semata-mata pada hasilnya saja, akan tetapi harus juga tetap memperhatikan prosesnya, sehingga para guru dituntut untuk cerdas memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan sifat mata pelajaran, dan materi yang akan diajarkan. Besaran dan Satuan adalah salah satu materi yang penting dalam IPA Fisika dan agak sulit karena hasil belajar siswa belum memenuhi KKM yang dipatok. Disamping itu materi ini juga sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari baik yang berkaitan dengan kegiatan di seputar rumah atau masyarakat maupun sampai pada penerapan teknologi dan industri, serta penghematan energi. Sehingga Besaran dan Satuan sangat baik untuk dibahas. Pembelajaran
berbasis
masalah,
adalah
suatu
model
pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa
xxvii
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dari sini jelas bahwa dunia nyata (contextual) dan segala permasalahan perlu mendapat jawaban-jawaban yang tepat, untuk itulah metode ini sangat diperlukan. Supaya pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada pelaksanaannya bisa berjalan efektif dan efisien maka, pada pelaksanaanya juga dapat digunakan dengan metode-metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode diskusi salah satu metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Dalam metode diskusi terdapat interaksi antara dua atau lebih dari individu yang terlibat saling tukar menukar pendapat atau informasi, memecahkan masalah dapat juga semua aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar maupun pengamat. Metode diskusi dalam proses belajar mempunyai beberapa keunggulan. Roestiyah N.K (1986: 74) menjelaskan tentang kebaikan metode diskusi sebagai berikut (1). Menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat dipecahkan dengan berbagai cara bukan hanya dengan satu cara saja. (2). Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemuakakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. (3). Membiasakan siswa suka mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnnya sendiri sehingga tunbuh sikap toleran. (4). Menumbuhkan kesanggupan pada siswa untuk merumuskan pikirannya secara teratur dalam bentuk pendapat yang dapat diterima orang lain.
xxviii
Sedangkan Mulyani Sumantri (2001: 125) menjelaskan tentang kekuatan metode diskusi sebagai berikut (1). Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai moderator. (2). Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah. (3). Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan partisipasi demokratis. (4). Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima (take and give). (5). Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri. Dari pendapat Rostiyah dan Mulyani, pada prinsipnya kebaikan diskusi adalah dapat menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat diselesaikan dengan cara mengkomunikasikan pendapat pribadi dengan mendengarkan pendapat orang lain, dan penyelesaian masalah lebih dapat dipertanggung jawabkan. Diskusi dapat mengaktifkan siswa untuk berfrkir kritis dan kreatif. Dengan metode diskusi, hasil yang diharapkan siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dengan cara menghubungkan permasalahan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. dalam pernyataan berikut dan mampu menjelaskan dihadapan siswa lain maupun guru. Selain pembelajaran menggunakan metode diskusi pembelajaran juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemberian tugas. Metode ini merupakan cara menyajikan meteri pelajaran melelui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Jenis pemberian tugas dapat secara individu atau kelompok (Petunjuk atau pelaksanaan KBM, 1995). Pemberian tugas dalam kehidupan sehari-hari
xxix
sering disebut pekerjaan rumah, yaitu tugas khusus pada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Dengan memberi pekerjaan rumah atau tugas–tugas diluar jam pelajaran yang disusun sedemikian rupa melatih sifat kemandirian, rasa tanggung jawab dan kedisiplinan siswa, yang ikut mempengaruhi dalam prestasi belajar. Selanjutnya Winarno Surakhmat (2004), menyatakan bahwa “tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar, yaitu metode pemberian tugas belajar (resitasi), metode ini tidak sekedar memberi tugas untuk dikerjakan di rumah saja, tetapi dapat juga di laboratorium, di perpustakaan atau di tempattempat lain baik secara individu maupun secara kelompok”. Tujuan dari pemberian tugas atau pekerjaan rumah dalam proses belajar mengajar yaitu memberi kesempatan untuk melatih hal-hal yang dipelajari, atau menyelidiki halhal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari peserta didik. Disamping itu tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan caracara belajar yang baik, pemberian tugas dapat dilakukan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar di kelas. Tugas sebelum proses belajar mengajar dimaksudkan agar dapat menciptakan kaitan yang kuat antara rangsangan yang berupa materi pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Sedangkan tugas setelah proses belajar mengajar dimaksudkan agar setelah proses belajar mengajar kemampuan yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat tertanam dalam diri siswa dan semakin bertahan lama.
Pembelajaran fisika bertitik dari pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pengamatan dan melaksanakan aktivitas ilmiah hal ini
xxx
mengandung, pengertian bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus dilibatkan secara keseluruhan. Berdasar latar belakang masalah, penulis melakukan penelitian
guna
mengetahui
keefektifan
pembelajaran
Fisika
dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa untuk konsep besaran dan satuan. Karena itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.” Penelitian dilakukan pada siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen,kelas VII,Materi besaran dan satuan, semester gasal, tahun pelajaran 2009 / 2010.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar di sekolah ditandai adanya prestai belajar. Untuk melakukan usaha dalam mencapai kesuksesan atau puncak prestasi sudah tentu diperlukan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan proses mengajar bagi guru dan belajar bagi siswa. Pembelajaran fisika mengacu pada penalaran yang tinggi. Pemahaman suatu konsep akan sangat membantu siswa memahami bahasan yang lebih luas sehingga akan dicapai prestasi belajar fisika yang tinggi. Dalam buku pembelajaran fisika dikatakan bahwa apabila faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelola dengan baik maka proses belajar fisika akan berjalan dengan baik. Dengan demikian hasil belajar fisika akan baik pula. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain: (1) Faktor yang berasal dari siswa, antara lain: kemampuan, minat, bakat motivasi
xxxi
dan kreativitas. (2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, fasilitas belajar, guru. Fasilitas belajar termasuk juga di dalamnya penggunaan metode.
B.
Indentifikasi Masalah Dari uraian yang telah dikemukaan pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penilitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen tahun pelajaran 2009 / 2010.
2.
Minat belajar siswa pada pelajaran fisika masih rendah.
3.
Guru belum memperhatikan kondisi psikologis anak.
4.
Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, padahal untuk pembelajaran fisika dapat digunakan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, pemberian tugas.
5.
Guru kurang kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenagkan.
6.
Siswa berkesan bahwa pelajaran fisika membosankan.
7.
Siswa kurang berani menyampaikan pendapat dan ide-idenya.
8.
Motivasi belajar siswa dalam belajar fisika masih rendah
9.
Kreativitas belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika masih rendah
10. Masih rendahnya prestasi belajar pada pelajaran fisika.
C.
Pembatasan masalah Mengingat jumlah waktu yang tersedia terbatas, maka perlu adanya
pembatasan runag lingkup permasalahan pembatasan ini dimaksudkan agar pelaksanakan dan pembahasan penelitian mencapai tujuan yang diharapkan, xxxii
namun tidak mengurangi sifat ilmiah dari pembahasan sehingga bermanfaat dalam dunia pendidikan pada umumnya. Adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah 1.
Subyek penelitian. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII semester gasal SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
2.
Obyek penelitian Obyek penelitian ini dibatasi pada permasalahan: a.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada diskusi dan pemberian tugas.
b.
Materi pembelajaran dibatasi pada materi pokok Besaran dan Satuan.
c.
Motivasi dan kreativitas dibatasi pada motivasi berprestasi dan kreativitas siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep Besaran dan Satuan.
d.
Prestasi belajar siswa kelas VII dibatasi pada aspek kognitif materi pokok Besaran dan Satuan.
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang dan indentifikasi masalah maka
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar fisika?
2.
Apakah ada pengaruh tingkat motivasi berprestasi siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika? xxxiii
3.
Apakah ada pengaruh tingkat kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?
4.
Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika?
5.
Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika?
6.
Apakah ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika?
7.
Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas, motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika?
E.
Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa yaitu metode diskusi dan metode pemberian tugas, motivasi berprestasi siswa, tingkat kreativitas siswa yang sesuai untuk pelajaran fisika. Adapun tujuan yang diharapkan dan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar fisika.
2.
Pengaruh tingkat motivasi berprestasi siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
3.
Pengaruh tingkat berkreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.
xxxiv
4.
Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika.
5.
Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.
6.
Interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.
7.
Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas, motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.
F.
Manfaat Penelitian Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis. a. Sebagai tambahan referensi bagi guru dalam pembelajaran fisika dengan metode diskusi dan pemberian tugas. b. Memberikan latihan pada siswa dalam mempelajari materi fisika dengan metode diskusi dan pemberian tugas. c. Memberikan alternativ pilihan bagi guru dalam mengajar, mana yang lebih baik dan lebih tepat antara menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas. d. Menambah refrensi yang sudah ada sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian berikutnya. 2. Manfaat praktis
xxxv
a. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pembelajarsn dengan metode diskusi dan pemberian tugas antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. b. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh motivasi berprestasi dan kreatifitas antara siswa yang satu dengan yang lain untuk meningkatkan prestai belajar. c. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi guru fisika untuk memperluas wawasan pembelajaran khususnya dengan metode diskusi dan pemberian tugas.
xxxvi
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN MASALAH A.
Kajian Teori
1.
Masalah Belajar
a.
Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada juga yang berpendapat belajar adalah menyerap pengetahuan, yang berarti orang harus mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang dapat dihafalkan. Menurut Slameto (2003: 13), belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah: Perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang meliputi domain kognitrif, afektif dan psykomotoris, menekankan pentingnya emosi, perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki siswa. Jadi hendaknya guru lebih menekankan nilai-nilai kerja sama, saling membantu dan menguntungkan dan kreatifitas untuk diaplikasikan
xxxvii
dalam proses pembelajaran. Menurut Vygotsky dalam Esa Nurwahyuni dan Baharudin (2007: 142) mengatakan bahwa belajar adalah “sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting, pertama belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar, kedua proses secara psiko-sosial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya”. W.S. Winkel (1994:53), mengatakan bahwa Belajar adalah “suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dapat berupa suatu hasil yang baru atau pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat relatif, konstan dan berkelas, hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil sebagai efek sampingan, proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak demikian. Belajar, sebagai salah satu karakteristik yang membedakan manusia dengan mahkluk lain merupakan aktifitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Jadi pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Dengan perubahan tersebut si pelaku akan terbantu dalam memecahkan permasalahan
hidup
dan
bisa menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya. Sementara itu W.S. Winkel (Darsono 2001: 4) mengemukakan belajar adalah “suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan
yang
menghasilkan
xxxviii
perubahan
dalam
pengetahuan-
pengetahuan keterampilan dan nilai sikap”. Dengan demikian belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan kemampuan tingkah laku dan keterampilan kearah yang lebih baik. Selanjutnya belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu sebagai berikut: (a). Berhuhungan dengan cara informasi atau materi pelajaran kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. (b). Menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang telah ada. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-knsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, hal ini terjadi belajar hapalan. Jika sesorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep fisika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal). Pengetahuan yang dipelajari itu dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut: (1). Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu
xxxix
pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata. (2). Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap aktif. (3). Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak. (Depdiknas, 2004: 8). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern (faktor dari dalam siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa). (1). Faktor intern (faktor dari dalam siswa), antara lain: inteligensi, minat, bakat,
motifasi,
kesiapan. (2). Faktor ekstern (faktor dari luar siswa), antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar, (Slametto, 2003 : 55-69) b. Teori Belajar Teori belajar yang mendukung, dalam penelitian ini, diantaranya adalah teori belajar kognitif, menurut pandangan psikologi kognitif. Pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa dan belaiar merupakan hasil interaksi antara apa yang diketahui, dan apa yang dilakukan ketika belajar. Penilitian ini juga menggunakan teori kontruktivisme. Menurut pandangan kontruktivisme, belajar adalah membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan itu adalah kontruksi manusia dan secara konstan manusia mengalami
xl
pengalaman-pengalaman baru, sehingga pengetahuan itu tidak stabil. Pemahaman siswa tentang pengetahuan akan semakin mendalam dan kuahkan masalah, menemukan sesuatu dan mencoba mengemukakan ide-ide yang bermanfaat bagi dirinya. Teori-teori belajar lain yang relevi penelitian ini diantaranya: 1)
Teori Belajar Piaget Jean Piaget menyatakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni: asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses penyantun (pengitegrasian) informasi baru ke sturktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilassi dan akomodasi (penyeimbang). Selanjutnya menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif. Oleh karena itu Piaget mengelompokan menjadi empat tahap, yaitu: (a). Tahap Sensorimotorik (usia 0 – 2) tahun, selama periode ini anak mengatur alam dengan indra-indranya dan dengan tindakan-tindakan. (b). Tahap Pra-opersional (usia 2 – 7) tahun, pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematika seperti (sensori) dan dengan tindakan-tindakan motorik menambah, mengurangi, dan lain sebagainya. (c). Tahap Operasional (usia 7 – 11) tahun, tahap ini merupakan permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dangan materi-materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris. (d). Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas), anak pada periode ini tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Anak
xli
sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Dalam pembelajaran fisika anak setingkat SMP / MTs telah mempunyai kemampuan berfikir formal, sehingga
dalam
pembelajaran
fisika
tidak
harus
melihat
benda-benda
sesungguhnya. Peserta didik tingkat SMP / MTs dengan kemampuaan berfikir abstrak, akan mampu melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas. 2)
Teori Belajar Gagne Menurut Gagne ada lima katagori pemrosesan informasi dalam hasil belajar
yang disebut: “The Domains of Learning”. Lima yang dimaksud adalah sifat motoris, sifat verbal, sifat kognitif, sifat afektif, dan sifat psikomotorik, yaitu: (a). Ketrampilan Motoris, ketrampilan ini membutuhkan koordinasi dari berbagai gerakan badan misalnya, kemampuan melakukan kegiatan praktikum yang menggunakan berbagai macam alat listrik, mikroskop, dan lain sebagainya. Orang yang memiliki ketrampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian gerak– gerik jasmani dalam urutan tertentu, yang melibatkan perpaduan otot, urat, dan persendian secara langsung. Ketrampilan ini dicirikan oleh otomatisme, artinya rangkaian gerakan tersebut berlangsung secara teratur, lancar, dan supel, tampa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan atau mengapa diikuti urutan gerakan-gerakan tertentu. (b). Infomasi Verbal, merupakan kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa yang memadai sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-kata yang diucapkan seseorang, dari radio, televisi, dan media lainnya. (c). Kemampuan Intelektual, merupakan
xlii
kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi. Kemampuan ini memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalaui penggunaan simbol-simbol (huruf, angka, kata, dan gambar) atau gagasan-gagasan. (d). Strategi Kognitif, merupakan organisasi keterampilan yang internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat, dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual karena diajukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat sekali serta memerlukan perbaikan secara terus menerus. (e). Sikap, merupakan kemampuan internal yang sangat berbperan dalam mengambil tindakan. Orang yang memiliki sifat yang jelas akan mampu memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, dan juga tidak dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti domain yang lain. Selanjutnya di dalam pembelajaran fisika menuntut keaktifan dan keikutsertaan siswa dalam menemukan konsep, seperti uraian teori belajar Gagne di atas bahwa hasil belajar meliputi lima katagori. Hasil belajar fisika yang sesuai dengan teori belajar yang dikemukan oleh Gagne yaitu meliputi keterampilan motorik (aspek psikomotorik), keterampilan intlektual (kognitif) dan sikap (aspek afektif). 3)
Teori Belajar David Ausubel
Ausubel, menyatakan bahwa: Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau penyajian materi pelajaran pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dinggat oleh siswa. (Ratna Wilis Dahar, 1989: 110)
xliii
Selanjutnya pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada peserta didik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, peserta didik mengubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang sudah dimilikinya. Hal ini memungkinkan terjadinya belajar bermakna, yaitu proses mengaitkan informasi baru pada konsepkonsep yang relevan dengan struktur kognitif peserta didik. Selanjutnya peserta didik dapat pula mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Kesimpulannya belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang baik perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai sikap atau tingkah laku yang baru sebagai interaksi dengan lingkungan. Belajar juga merupakan usaha yang dilakukan seseorang agar dapat memperoleh yang diinginkannya. Dalam proses belajar memerlukan waktu dan tahapan agar dapat mencapai hasil yang optimal. Hal ini dapat digambarkan dalam tabel 2.1: Tabel. 2.1 Bentuk-bentuk belajar
Belajar dapat berupa Secara Hafalan Belajar Bermakna No Secara Secara Secara Penerimaan Secara Penemuan Penerimaan Penemuan Materi disajikan Materi Materi disajikan Materi ditemukan 1 dalam bentuk ditemukan dalam bentuk final oleh siswa final oleh siswa xliv
2
Siswa Siswa menghafal menghafal materi yang materi disajikan
Siswa memasukkan Siswa memasukkan materi ke dalam materi ke dalam struktur kognitifnya struktur kognitifnya. (Ratna Willis Dahar, 1989: 110)
Belajar dapat secara hafalan dengan penerimaan materi yang disajikan dalam bentuk final,secara penemuan materi ditemukan oleh siswa itu sendiri,sedang belajar bermakna secara penerimaan materi disajikan dalam bentuk final cara pemuannya materi ditemukan oleh siswa. Pembelajaran fisika konsep besaran dan satuan sangat erat hubungannya dengan peristiwa yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang dipelajari peserta didik pada konsep besaran dan satuan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ini merupakan konsep pembelajaran bermakna yang dikemukan oleh Ausubel.
4)
Teori Belajar Bruner Menurut Bruner belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan. Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 101) menyatakan bahwa: ketiga proses itu ialah (a). Memperoleh informasi, (b). Transformasi informasi dan (c). Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Ini berarti dalam belajar Bruner menekankan pada apa yang dilakukan siswa terhadap informasi yanng diterimanya dan pada apa yang dilakukan siswa setelah siswa menerima informasi itu. Bruner mengembangkan model pembelajaran penemuan yaitu mencari pengetahuan secara aktif oleh manusia sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan melalui pengalaman atau eksperimen.Penemuan pada diskusi guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkan suatu
xlv
aturan melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Selanjutnya siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum yang didiskusukan dalam kelompoknya. Penemuan pada pemberian tugas yaitu mencari pengetahuan secara aktif oleh siswa sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan melalui pengalaman atau eksperimen Sesuai dengan uraian tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil latihan atau pengalaman belajar adalah suatu proses maka harus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
2.
Metode Diskusi Metode diskusi merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang
sering dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam metode diskusi ini intetaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar. Menurut Mulyani Sumantri (2001: 124) metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematic”. Guru, peserta didik dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. Dalam menggunakan metode diskusi guru harus pandai-pandai menempatkan diri, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif. Roestiyah N.K (1986: 72-73) menjelaskan tentang peranan dan tugas guru dalam diskusi sebagai berikut: Peranan guru dalam diskusi: (1). Menjaga jangan sampai
xlvi
pembicaraan keluar dari materi yang ditentukan. (2). Mengarahkan semua anggota aktif dalam diskusi. (3). Menciptakan suasana yang menyenangkan. Tugas guru dalam diskusi (1). Sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi antara lain: (a). Mengajukkan pertanyaan pada siswa. (b). Menjaga suasana agar diskusi tampak hidup. (c). Menjaga agar tidak dikuasai oleh siswa yang pandai. (d). Memberikan kesempatan yang lebih pada siswa yang pasif. (e). Mengatur semua anggota sehingga mengerti dengan jelas hasil diskusi. (2). Sebagai pemberi umpan balik, maksudnya: Jika ada pertanyaan dari siswa, guru memberikan umpan balik dengan pertanyaan yang lebih spesifik atau dilemparakan pada siswa yang lain. (3). Sebagai penunjuk jalan dalam pemecahan masalah antara lain: (a) Kalau pertanyaan keluar dari permasalahan, guru mengarahkan. (b). Kalau tidak ada pertanyaan, guru membantu memberikan pertanyaan yang mengarahkan pada permasalahan. Agar dalam diskusi siswa menyadari akan langkah menuju pusat pemecahan masalah, maka diperlukan langkah-langkah khusus yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data yang relevan dan mengevaluasi alternatif pemecahan masalah. Penggunaan metode diskusi
bertujuan
untuk:
(1).
Melatih
siswa
mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan. (2). Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional. (3). Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh rasa percaya diri. (4). Mengembangkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat. (5). Berani memberikan sikap-sikap terhadap isu-isu xlvii
kontroversial. (6). Melatih siswa berani mengemukakan pendapat tentang suatu masalah. (Mulyani Sumantri, 2001: 124). Dari beberapa tujuan penggunaan metode diskusi menurut Mulyani, pada prinsipnya adalah melatih siswa berani mengungkapkan dan mengkomunikasikan pendapat dihadapan orang lain dan berani mengambil kesimpulan atas penyelesaian suatu masalah. Metode diskusi dalam proses belajar mempunyai beberapa keunggulan. Roestiyah N.K (1986: 74) menjelaskan tentang kebaikan metode diskusi sebagai berikut (1). Menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat dipecahkan dengan berbagai cara bukan hanya dengan satu cara saja. (2). Menyadarkan siswa bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemuakakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. (3). Membiasakan siswa suka mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnnya sendiri sehingga tunbuh sikap toleran. (4). Menumbuhkan kesanggupan pada siswa untuk merumuskan pikirannya secara teratur dalam bentuk pendapat yang dapat diterima orang lain. Sedangkan Mulyani Sumantri (2001: 125) menjelaskan tentang kekuatan metode diskusi sebagai berikut (1). Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai moderator. (2). Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah. (3). Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan partisipasi demokratis. (4). Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima xlviii
(take and give). (5). Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri. Dari pendapat Rostiyah dan Mulyani, pada prinsipnya kebaikan diskusi adalah dapat menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat diselesaikan dengan cara mengkomunikasikan pendapat pribadi dengan mendengarkan pendapat orang lain, dan penyelesaian masalah lebih dapat dipertanggung jawabkan. Dengan diskusi dapat mengaktifkan siswa untuk berfrkir kritis dan kreatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode diskusi mempunyai keunggulan diantaranya: melibatkan secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran, dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah, dapat memperoleh kepercayaan dan kemampuan sendiri, sikap sosial dan demokrasi siswa dapat berkembang. Selain itu metode diskusi juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya: hasil dari diskusi tidak dapat diperkirakan bagaimana hasilnya, dalam diskusi dapat didominasi oleh siswa-siswa yang pandai, memerlukan waktu yang banyak sampai dapat mengambil kesimpulan dalam diskusi. Penggunakan metode diskusi dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh siswa agar terjadi belajar bermakna. Dengan demikian siswa dapat mengoptimalkan dalam mencurahkan pengetahuan yang dimiliki dan dituntut mampu menghubungkan konsep-konsep yang sudah dimiliki dengan proses pemecahan masalah.
3.
Metode Pemberian Tugas
xlix
Metode mengajar ialah cara tertentu yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan bahan pengajar kepada para siswa. Tujuannya ialah untuk memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajar (petunjuk pelaksanaan PMB, 1995: 30). Metode pemberian tugas (resitasi) adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Jenis pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok (Petunjuk atau pelaksanaan PBM, 1995: 14). Tugas terstruktur dalam kehidupan sehari-hari sering disebut pekerjaan rumah, yaitu tugas khusus pada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran (Winarno Surakhmad, 1980: 91). Selanjutnya Winarno Surakhmad menyatakan bahwa pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar, yaitu metode pemberian tugas belajar (resitasi). Metode ini tidak sekedar memberi tugas untuk dikerjakan di rumah saja, karena siswa dalam mempelajari dan mengerjakan tugas-tugas tidak hanya di rumah, tapi dapat di laboratorium, di perpustakaan, atau di tempat-tempat lain baik secara individual maupun secara kelompok. Tujuan pemberian tugas pekerjaan rumah dalam proses belajar mengajar ialah memberi kesempatan untuk melatih hal-hal yang dipelajari, atau menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari. Disamping itu tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan caracara belajar yang baik.
Pemberian tugas terstruktur dapat dilakukan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar di kelas. Tugas sebelum proses belajar mengajar dimaksud untuk menciptakan keterkaitan yang kuat antara rangsangan yang berupa materi l
pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Sedangkan tugas setelah proses belajar mengajar dimaksudkan agar sesudah proses belajar mengajar kemampuan yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat tertanam dalam diri peserta didik dan semakin bertahan lama (Suharto, 1989: 3).
Adjai Robinson dalam Catur Sutejo (1995: 20) mengatakan bahwa “untuk menciptakan situasi yang menggairahkan dan membuat siswa cenderung untuk berpartisipasi secara akktif dalam proses belajar mengajar adalah dengan menyediakan pekerjaan rumah”. Salah satu tekhnik pemberian tugas yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah pemberian tugas terstruktur sebelum materi yang berhubungan dengan tugas tesebut diajarkan. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah: (1). Guru memberikan tugas kepada siswa, (2). Siswa mengerjakan tugas dan (3). Guru menilai hasil-hasil yang telah dicapai oleh siswa.
Pemberian tugas terstruktur sebelum materi diajarkan akan mendorong siswa untuk belajar sendiri, sehingga dapat aktif mengikuti kegiatan pendidikan dan hasil belajarnya optimal. Memberi tugas terstruktur sebelum materi yang berhubungan dengan tugas-tugas tersebut diajarkan akan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dan menemukan konsep sendiri (Catur Sutejo, 1995: 20). Kelebihan-kelebihan tugas terstruktur yang diberikan sebelum materi diajarkan menurut Catur Sutejo (1995: 25) adalah sebagai berikut: (1). Pemberian tugas tersetruktur sebelum materi diajarkan akan menciptakan pengaruh yang kuat antara rangsangan yang berupa materi pelajaran dengan respon yang berupa
li
kesiapan belajar, sebab dengan adanya tugas terstruktur sebelum materi diajarkan siswa dituntut untuk belajar lebih dahulu sebelum materi diajarkan. (2). Pemberian tugas terstruktur sebelum materi diajarkan akan menyebabkan siswa menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajarinya, sebab dengan pemberian tugas tersetruktur sebelum materi diajarkan dituntut untuk mengerti tentang materi yang akan diajarkan dan terampil dalam menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Surachman dalam tesisnya membuktikan bahwa, pemberian “FIome Assigment” banyak membantu keberhasilan siswa dalam belajar, karena banyak memberikan bantuan dalam pembentukan kesiapan dan kesempatan mengenal apa yang mereka hadapi sebelum mengikuti kegiatan selanjutnya. Tugas berarti bahwa pengajar memberi tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu dan dengan suatu kontrol untuk menjaga kemurnian hasil tugas. Tujuan utama dari pemberian tugas adalah agar peserta didik melakukan kegiatan belajar di rumah. Tugas yang diberikan pengajar dapat berupa masalah yang harus dipecahkan atau prosedur yang harus dilakukan. Metode pemberian tugas dapat mengembangkan kemandirian peserta didik, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab peserta didik, membina kebiasaan mencari serta mengolah informasi secara mandiri (Daru Wahyuningsih, 2007: 25). Sedang menurut Syaiful Sagala (2005) “Tugas merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara individu maupun secara kelompok”. Tugas yang diberikan oleh pengajar dapat pula digunakan untuk mengecek bahan yang telah dipelajari walaupun tidak menutup
lii
kemungkinan dalam mengerjakan tugas, peserta didik tidak bekerja sendiri. Tetapi yang terpenting dalam pemberian tugas adalah peserta didik mengulang materi yang telah diberikan dan bereksplorasi dengan acuan tugas dari guru. Dengan adanya pemberian tugas, diharapkan para siswa terpacu untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, sehingga penguasaan akan materi yang telah diberikan akan menjadi petualangan tersendiri bagi peserta didik. Keunggulan pemberian tugas antara lain: (1). Pengetahuan yang diperoleh pesereta didik dari prestasi belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka akan lebih meresap dan tahan lama. (2). Peserta didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri. (3). Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari. (4). Tugas dapat membina kebiasaan peaserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, hal ini diperlukan hubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju sedemikian pesat dan cepat. (5). Metode pembeerian tugas dapat membuat siswa bergairah dalam belajar yang dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. Kelemahan metode Pemberian Tugas antara lain: (1). Seringkali siswa melakukan penipuan pada diri sendiri dimana mereka hanya meniru hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami proses belajar. (2). Tugas hanyalah sekedar melepaskan tanggung jawab bagi pengajar. Adapun cara mengatasi kelemahan dari metode pemberian tugas antara lain adalah: (1). Tugas yang diberikan kepada liii
siswa hendaknya jelas, sehingga siswa mengerti apa yang harus dikerjakan. (2). Tugas yang diberikan pada siswa memperhatikan perbedaan individu masingmasing. (3). Waktu untuk mengerjakan tugas harus cukup, terkontrol atau dalam pengawasan yang sistimatis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. (4). Tugas yang diberikan hendaknya mempertimbangkan, minat dan perhatian siswa. (5). Mendorong siswa untuk mencari, mengatami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. (6). Diusahakan tugas yang diberika bersifat praktis dan ilmiah. (7). Bahan pelajaran yang ditugaskan agar diambilkan dari hal-hal yang dikenal siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pemberian Tugas Terstruktur (PTT) sebelum materi diajarkan akan lebih menantang dan mendorong atau memberi motivasi siswa untuk belajar. Selain itu juga akan lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa untuk menyiapkan diri dalam mengikuti KBM dengan perhatian yang lebih, sehingga nantinya diharapkan dapat memberi hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan yang tidak diberi tugas terstruktur. Selanjutnya siswa diharapkan dapat meningkatkan daya serap materi IPA.
4.
Motivasi Berprestasi
a.
Penngertian Motivasi Menurut
Winkel
(1983:
24),
mengartikan
prestasi
sebagai
bukti
keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis kompetensi harus mempunyai dorongan dan harapn yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolah. Perilaku “ingin berprestasi secara terus menerus menjadi kebiasaan hidup (habitat) warga sekolah dalam liv
menjalankan tugasnya sehari-hari”. Menurut Tirtonegoro (1984: 26) “Prestasi dinilai dan diukur dari usaha belajar yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai anak dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut Arifin (1993: 3) menyatakan bahwa prestasi
adalah
“kemampuan,
ketrampilan
dan
sikap
seseorang
dalam
menyelesaikan suatu hal”. Indikartor motivasi berprestasi terdiri dari: (1). Harapan untuk sukses, (2). Kekawatiran akan gagal, (3). Keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Sedangkan Harrocks yang dikutip oleh Parwinando Agus Pertiwi (2004), prestasi adalah kebutuhan psikologis untuk memperoleh, mencapai, menerima, menangkap dan sebagainya. Untuk mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan belajar, pada dasarnya berkaitan erat dengan harapan untuk sukses, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang tinggi. Hal ini dapat diwujudkan apabila siswa mau bekerja keras dalam menghadapi tugastugas belajar. Kebutuhan berafiliasi tercermin dalam terwujudnya situasi bersahabat dengan orang lain. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Jadi motivasi berprestasi adalah dorongan mental dari seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk mencapai prestasi dalam segala hal guna memenuhi kebutuhan psikologisnya. Untuk menumbuhkan harapan prestasi yang tinggi maka guru harus memiliki komitmen bahwa peserta didiknya dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumber daya pendidikan di sekolah. Demikian juga siswa, harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk
lv
selalu
meningkatkan
diri
untuk
berprestasi
sesuai
dengan
bakat
dan
kemampuannya. Dikaitkan dengan kegiatan belajar, motivasi ditinjau dari segi potensi dapat berupa sikap, sedangkan penampakannya berupa perilaku belajar. Adapun pengertian belajar menurut (Sardiman, A.M 2001: 21) adalah “seabgai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke arah perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dengan demikian, motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak pendorong dan kemauan dalam diri siswa yang akan menimbulkan dan memberikan arah pada kegiatan belajar menuju perkembangan pribadi manusia yang seutuhnya.
b.
Jenis-jenis Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di rumah motivasi
merupakan hal yang penting. Setidaknya para siswa harus memiliki motivasi untuk belajar, karena kegiatan belajar akan berhasil dengan baik apabila siswa yang bersangkutan mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi belajar pada diri siswa muncul karena kesadaran dari dalam diri siswa sendiri atau karena adanya pengaruh dari luar. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a)
Motivasi Instriksik Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
lvi
dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal itu Soemardi Suryabrata (1992: 9) mengatakan bahwa motivasi instrinsik adalah “motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain, bahwa aktivitas atau tingkah laku yang muncul dalam keadaan kebutuhankebutuhan telah terpengaruhi seperti tingkah laku bermain yang ditunjukkan oleh anak yang memiliki instrintik”. Organisme atau individu memiliki kekuatan dan kendali atas tingkah lakunya sendiri. Motivasi akan tampil bilamana terjadi kesenjangan antara pengalaman masa lampau dan informasi baru, artinya individu akan termotivasi untuk bertingkah laku apabila dalam dirinya terdapat kesenjangan antara sesuatu yang telah diketahui dengan apa yang belum diketahuinya. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengalaman, ahli dalam bidang tertentu. Satusatunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin akan tercapai. Dorongan yang menggerakan hal itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu memang muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremoni (Sardiman A.M, 2001: 90) b)
Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar (Muhibbin lvii
Syah 2003: 152). Pujian dan hadiah, peraturan / tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupkan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri seseorang. Menurut (Sardiman, 2001: 89) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan faktor dari luar situasi belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan, dan persaingan. Motivasi yang bersifat negatif misalnya sindirian tajam, cemoohan, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik dipakai sebab pelajaran-pelajaran sering tidak dengan sendirinya menarik dan guru kurang mampu untuk membangkitkan minat siswa. Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa giat belajar, antara lain: (a). Memberi angka; (b). Hadiah, (c). Saingan, (d). Hasrat untuk belajar, (e). Ego-involvement, (i). Pemberian tugas, (j). Pujian, (k). Teguran dan kecaman, (l). Sarkasme dan celaan, (m). Hukuman, (n). Standar atau taraf aspirasi, (o). Minat, (p). Suasana yang menyenangkan, (q). Teguran yang diakui diterima baik oleh murid (S. Nasution, 1995: 78) Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, movitasi sangat penting sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga komponenkomponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik
lviii
karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan dari orang tua dan guru (Muhibbin Syah, 2003: 152). Diantara kedua jenis motivasi tersebut, motivasi instrinsik mempunyai peranan cukup besar dalam kegiatan belajar dibandingkan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar dari pada motivasi ekstrinsik, karena kemauan belajar tersebut berasal dari kesadaran dari masingmasing individu. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik mempunyai sifat lebih penting, sehingga perlu ditumbuhkan agar timbul keinginan untuk belajar pada diri siswa tidak dikarenakan oleh hal-hal lain seperti takut dimarahi guru atau orang tua, takut dihukum, malu pada teman dan sebagainya. Apabila keinginan siswa hanya dilandasi faktor-faktor seperti itu maka motivasi yang mendorong belajar timbulnya atas dasar keterpaksaan sehingga hasil yang dicapai tidak optimal. Sebaiknya jika keinginan dan usaha belajar itu datangnya dari diri sendiri, maka harapan untuk mencapai hasil yang mencerminkan kemampuannya dapat dioptimalkan. c.
Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi belajar dapat merupakan suatu energi penggerak dari dalam diri
siswa yang menimbulkan aktifitas belajar sehingga menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi sendiri menurut (Sardiman, A.M.2001: 81) dimiliki lix
setiap orang yang menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut: (1). Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menurut dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. (2). Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai. (3). Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4). Lebih senang bekerja sendiri. (5). Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. (6). Dapat mempertahankan pendapatnya, kalau sudah yakin akan sesuatu. (7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8). Senang mencari dan memecahkan masalah. Menurut pandangan Maslow dalam E. Koeswara (1989: 222) setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Maslow menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasikan diri, ciri-ciri tersebut adalah: (1). Kemampuan mengamati suatu realitas secara efisien, apa adanya dan terbatas dari subyektivitas, (2). Dapat menerima diri sendiri dan orang lain serta kodrat, (3). Berprilaku spontan, sederhana dan wajar, (4). Terpusat pada masalah dan tugasnya, (5). Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi, (6). Memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaan, (7). Dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah, penemuan, kegiatan intelektual atau kegiatan persahabatan, (9) Memiliki rasa keterkaitan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi, (10) Dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar, (11)
lx
Memiliki watak terbuka bebas prasangka, (12). Memiliki standar kesusilaan yang tinggi, (13). Memiliki rasa humor terpelajar, (14). Memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, (15). Memiliki otonomi tinggi. Begitu juga pendapat Roger dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 93) bahwa ciri-ciri setiap individu berkembang menjadi seorang berkualitas diri penuh adalah: (1). Terbuka terhadap segala pengalaman hidup, (2). Menjalani kehidupan secara berkepribadian, (3). Percaya pada diri sendiri, (4). Memiliki rasa kebebasan, (5). Memiliki kreativitas. Menurut Robinson dalam Bistar Panjaitan (1997), indikator motivasi berprestasi terdiri dari: (1). Harapan untuk sukses, (2). Bekerja keras, (3). Kekhawatiran akan gagal, (4). Keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Untuk mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan belajar, pada dasarnya berkaitan erat dengan harapan untuk sukses, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang tinggi. Hal ini dapat terwujud apabila siswa mau bekerja keras dalam menghadapi tugas-tugas belajar.
d.
Pentingnya Motivasi Berprestasi dalam Belajar Dalam kegiatan belajar di rumah maupun di Sekolah motivasi berprestasi
merupakan hal yang penting. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat
dalam
diri
manusia
yang
menimbulkan,
mengarahkan
dan
mengorganisasikan tingkah laku manusia (Martin Handoko, 1992: 9). Pernyataan ini menunjukkan bahwa motivasi ini merupakan faktor pendorong mengapa seseorang melakukan suatu perbuatan. Motiavasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan hal tersebut, motivasi dapat lxi
berfungsi: (1). Mendorong manusia berbuat, dengan kata lain motivasi sebagai motor penggerak yang melepaskan energi. (2). Menentukan arah perbuatan, maksudnya adalah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. (3). Menyeleksi perbuatan, maksudnya adalah untuk menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat (Sudirman, 2001: 83). Sedangkan menurut Dimyati (1999: 85) bagi siswa motivasi sangat penting dalam rangka untuk: (1). Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar (2). Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebaya. (3). Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius terbukti masih banyak bersenda gurau misalnya. Maka siswa akan merubah tingkah laku. (4). Membesarkan semangat belajar. (5). Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan. Individu dilatih untuk menggunakan sedemikian cara belajar sehingga dapat berhasil. Motivasi berprestasi menurut peneliti adalah suatu sikap yang membangun siswa untuk berbuat, menentukan arah dan memberi semangat untuk meraih prestasi belajar.
e.
Alat Ukur Motivasi Berprestasi Alat ukur motivasi berprestasi berupa angket, indikator yang digunakan
diambil dari Robinson. Ada empat indikator yang digunakan, yaitu harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang tinggi. Indikator tersebut dijabarkan dalam instrument dengan menggunakan alternatif jawaban berupa skala sikap yang dikemukakan oleh Likert. Skala ini lxii
disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Masingmasing item dibuat pernyataan positif dan negatif untuk mengetahui ketetapan dalam bersikap.
5.
Kreativitas
a.
Pengertian Kreativitas Perkataan kreativitas sering kita dengar dalam percakapan sehari hari,
namun tidak semua orang yang memahami arti penggunaan kreativitas secara pasti dari. Menurut West (2000: 14) kreativitas adalah penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk ide-ide yang baru dan lebih baik. Kreatilitas adalah pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi, ditafsirkan bahwa kreatititas adalah sebagai suatu bentuk karya cipta baru yang dapat diterima oleh kalangan umum serta berguna untuk dipertahankan dan memuaskan kepentingan manusia pada periode tertentu. Batasan lain tentang kreativitas disampaikan oleh Conny (1992: 229), menyatakan bahwa “Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkan dalam pemecahan masalah-masalah konsep”. Csikzentmihalyi (1996: 23) berpendapat bahwa kreativitas adalah bentuk dari aktifitas mental yaitu suatu pemahaman yang terjadi pada bagian dalam orang istimewa. Pendapat lain dikemukakan oleh Torrance yang dikutip oleh Burden dan Byrd (1999: 260) kreativitas adalah proses penciptaan pendapat atau hipotesis yang berpusat pada ide-ide, menguji hipotesis, memodifikasi dan mengunjungi kembali hipotesis serta mengkomunikasikan hasilnya. Individu yang kreativitasnya tinggi kadang mendemonstrasikan ciri khas lxiii
yang tidak dimiliki orang lain. Pendapat John Haefele yang dikutip The Liang Gie (1995: 243) mendefinisikan kreativitas adalah “suatu proses dari manusia yang dapat menciptakan gagasan baru dari gambaran angan-angan, ingatan, karangan dan konsep yang telah dimiliki”. Walaupun rumusan para ahli di atas berfariasi namun pada prinsipnya ada kesamaan bahwa orang yang kreatif mampu menciptakan ide baru, yang hal tersebut tidak dimiliki oleh semua orang. Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan, dari kepribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk yang inovatif . Hal senada dikemukakan oleh Utami Munandar (1999: 21) yang mengatakan bahwa kreativitas adalah “kemampuan untuk menciptakan produk baru. Ciptaan ini tidak perlu seluruh produk baru, namun bisa saja hal ini merupakan gabungan atau kombinasi, sedang unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya”. Kreativitas adalah bila seseorang menghasikan prospektif baru dan sesuatu yang baru tersebut dapat di terima secara sadar. Pendapat lain juga dikemukakan Seidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994: 15) mengatakan bahwa kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubangkan dan mengaitkan, kadang-kadng dengan cara ganjil namun mengesankan, dan ini merupakan dasar mendayagunakan kreatif dari daya rohani dalam bidang atau lapangan manapun”. Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda orisinil, sama sekali baru.
lxiv
Dari beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa dalam kreativitas ada unsur-unsur: (1). Kemampuan membuat modifikasi dari suatu yang baru dan asli yang sudah ada. (2). Merupakan proses mental yang unik untuk memproduk sesesuatu yang baru, berbeda dan asli serta menekankan pada proses dan bukan produk. Jelas kemampuan di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan orang kreatif. Kreativitas merupakan sesuatu proses, aktifitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti.
b.
Kepribadian orang yang kreatif Manusia yang kreatif adalah mereka yang mempunyai kemampuan luar
biasa untuk menyesusikan diri dalam segala situasi dan dengan ketrampilanntya ia mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai apa yang diinginkan. Csikszentmihalyi (1996: 52) mengatakan bahwa sebagian besar ilmuwan terkenal terlihat tertarik terhadap sejumlah peristiwa dan mengadakan eksperimen pada masa kecil mereka. Hal tersebut menunjukan indikasi sikap kreatif pada diri mereka. Menurut Csikszentmihalyi (1996) ciri-ciri kepribadian yang kreatif adalah sebagai berikut: (1). Individu yang kreatif rnempunyai energi fisik yang besar, yang memungkinkan bekerja berjam jam. (2). lndividu yang kreatif cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga dapat seperti anak-anak. la mampu berfikir konvergen dan divergen. (3). Individu yang kreatif memiliki kombinasi antara sikap berani dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja keuletan, ketekunan, untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi masalah yang sering dihadapi. (4). Individu yang kreatif memiliki salah satu alternatif lxv
antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan yang berbeda dalam merangkaikan hal yang bersifat introversi maupun ekstroversi. Sebagian besar diantara kita cenderung untuk menjadi salah satu di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan kedua ciri tersebut pada saat yang sama. (6). Individu yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. (7). lndividu yang kreatif yang menunjukan kecenderungan andragoni, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender maskuli-feminim. (8). Individu yang kreatif cenderung mandiri, suka menentang. (9). Kelanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan pekerjaan mereka, tetapi juga sangant objektif dalam penilaian karyanya. (10). Sikap terbuka dan sensitif pada individu yang kreatif sering membuatnya menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun juga dapat menjadikan kegembiraan. Pada umumnya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan yang menyukai aktivitas yang kreatif. Sedang ciri pribadi orang yang kreatif menurut Utami Munandar (1999: 71) adalah rasa ingin tahu yang meluas dan medalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandnag, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, dan orisinil dalam ungkapan
lxvi
gagasan dalam pemecahan suatu masalah. Senada dengan ciri-ciri pribadi kreatif Julius Chandra (1994: 49) mengelompokan segi-segi mental orang kreatif antara lain: hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik, kepekaan bersifat terbuka terhadap segala sesuatu, minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak dipermukaan, rasa ingin tahu semangat yang tidak pernah berhenti untuk mempertanyakan, mendalami sikap berfikir yang mengarah untuk pemaksaan yang mendalam pula, konsentrasi, mampu menekuni sesuatu permasalahan hingga menguasai seluruh bagiannya, siap mencoba dan melaksanakannya, bersedia mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan, kesabaran uratuk memecahkan permasalahan dalam detailnya. Ortimisme memerlukan antusiasme (kegairahan) dan rasa percaya diri, serta mampu bekerja sama, sanggup beriktiar secara praduktif bersama orang lain. Walaupun ada perbedaan pengungkapan, rumusan dan pengelampokan namun pada prinsipnya pendapat para ahli tersebut di atas tidak jauh berbeda dan akhirnya dapat disampaikan bahwa ciri menonjol pribadi yang kreatif adalah: (1). Imajinatif: (2). Mempunyai prakarsa (inisiatil). (3). Rasa ingin tahu. (4). Mandiri (ulet). (5). Penuh energi dan bersibuk diri, serta (6). Berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri di atas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para siswa, dengan ini diharapkan adanya inovasi dalam pelajaran. Secara naluri kreativitas memang terkandung di dalam diri manusia walaupun dengan tingkat kreativitas tinggi belum tentu para siswa pembelajarannya dapat maksimal dan optimal.
c.
Pengukuran Kreativitas lxvii
Ada beberapa alat untuk mengukur kreativitas seseorang yang masingmasing mempunyai ciri dan tujuan tertentu. Menurut Utami Munandar (1999): (1). Tes kemampuan berfikir divergen Guilford, Tes ini menurut penggunaan kemampuan berfikir lancar, lentur, orisinil dan terperinci. Tes berfikir kreatif dari Guilford ini untuk populasi remaja orang dewasa. (2). Tes kemampuan berfikir Kreatif Torrance. Tes Torrance dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan ungkapan beberapa opersi mental kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi. Tes berfikir ini terdiri dari dua bentuk yaitu verbal dan bentuk vigural. (3). Tes bepikir kreatif-produksi menggambar suatu hal yang dikontruksi oleh Jellin dan Urban yang disebut tes for Creuliw Thinking Drawing Produktion (TCT-DP). Responden diminta untuk menyelesaikan gambar yang tidak lengkap. (4). Tes berfikir kreatif dengan bunyi dan kata. Tes ini produksi Torrance Kathena, dan Sounds and Images yang menampilkan rangsang dalam bentuk suara bunyi dari yang sederhana sampai yang numit. (5). Tes berfikir kreatif dengan Inventory Kathena-Torfance. Tes ini dengan cara pengamatan diri seseorang dalam bentuk daftar pemeriksa kuesioner dan inventory. Tes tersebut di atas semuanya dari luar negeri sehingga memiliki karakteristik dengan budaya luar negeri. Di Indonesia telah ada tes kreativitas verbal. Tes ini berdasarkan pada struktur intelek dari Guildford, terdiri dari enam sub tes yang semuannya mengukur operasi berfikir kreatif secara operasi tercermin dari kelancaran, fleksibilitas, dan orisinilitas dalam berfikir (Utami Munandar, 1999: 73).
lxviii
Dalam penelitian ini tes berfikir kreatif yang digunakan adalah mengacu pada kreativitas belajar Fisika. Tes yang dibuat berbentuk angket yang pembuatan seluruh soal berpedoman pada cirri-ciri berpikir kreatif yang telah disimpulkan penulis diantaranya: (1). Imajinatif; (2). mempunyai prakarsa (inisiatif); (3). Rasa ingin tahu; (4). Mandiri (ulet); (5) Penuh energi dan bersibuk diri; (6) Berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan.
6.
Prestasi Belajar
a)
Prestasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai, dikerjakan, dan sebagainya (Poerwodarminto, 1994: 123). Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dinyatakan dengan prestasi belajar. Salah satu cara untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar atau prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menurut Sumadi Suryabrata dalam Prasetyo (2000: 10), “Prestasi adalah hasil yang dicapai dalam satu latihan pengalaman didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar”. Sedang menurut Fudyartanto dalam Prasetyo (2000: 10), “Prestasi adalah taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan yang tiap orangnya berbeda”. Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan (intelligence), penguasaan awal, usaha yang dilakukan, dan kesempatan yang tersedia. Belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk pembahasan perilaku yang relatif menetap.
lxix
Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2007: 700) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampitan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan dapat digunakan sebagai penentu prestasi belajar peserta didik. b)
Prestasi Belajar Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai oleh
seseorang dapat dilakukan dengan tes. Dalam proses pembelajaran, tipe prestasi atau hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting untuk diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang / mendesain pembelajaran secara tepat dan bermakna. Howard Kingsley dalam Nana Sujana (2006) membagi hasil belajar menjadi tiga tipe, yaitu: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengertian, serta (3). Sikap dan cita-cita. Masing-masing tipe hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Prestasi belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Sedang fungsi prestasi belajar diantaranya: sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang ada pada peserta didik. Sebagai bahan informasi
lxx
dalam inovasi pendidikan. Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan. Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya. Sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar dapat dijadikan indikator atau petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psykomotoris.
Belajar menurut Thorndike, yang dikutip oleh Winkel, WS (1986: 59) Belajar adalah “membentuk asosiasi antara perangsang stimulus yang mengenai organisme melalui susunan syaraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh organisme itu terhadap perangsang tadi. Sehingga dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan, perubahan tidak dapat disebut belajar apabila tidak disebabkan oleh perubahan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat–obatan. Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) pengalaman yang lalu. Belajar adalah suatu tingkah laku sebagai hasil pengalaman, tingkah laku dapat bersifat jasmaniah, jadi kelihatan indra penglihatan tetapi dapat juga bersifat intelektual atau memperoleh suatu sikap sehingga tidak mudah dilihat. Belajar merupakan suatu proses timbul dan berubah tingkah lakunya, perbuatan belajar mengandung semacam perubahan dalam diri sesorang yang melakukan perbuatan sikap. Perubahan itu dapat lxxi
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap atau suatu pengertian, sebagai pengetahuan atau apresiasi penerimaan, penghargaan, perbuatan yang menghasilkan bahan yang maju kesuatu yang lebih maju lagi dan perubahan-perubahan itu didapat atas dasar latihan-latihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri sesorang baik perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai sikap atau tingkah laku yang baru sebagai interaksi dengan lingkungan. Menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2007: 700) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan dapat digunakan sebagai penentu prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai, prestasi belajar ditunjukan dengan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil atau dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Fungsi prestasi belajar diantaranya: (a). Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, (b). Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, (c). Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajari, (d). Sebagai indiator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan, (e). Sebagai salah satu faktor
lxxii
penentu kelanjutan studi, (f). Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegitan belajar. Sehingga dapat disimpulkah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan petunjuk atau indikator untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Jadi prestasi belajar adalah prestasi setelah siswa mengalami proses pembelajaran dan merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar. Dalam sistim pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari Ben Yamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah sikomotoris. 7.
Materi Besaran dan Satuan
a.
Pengertian Besaran dan Satuan Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat diukur besarnya dan hasilnya
dinyatakan dalan suatu bilangan tertentu. Misalnya: meja dapat diukur panjang dan lebarnya, seorang siswa dapat diukur tingginya, balok penghapus dapat diukur volumenya, kapur dapat diukur massanya, ruang kelas dapat diukur luasnya dan badan dapat diukur suhunya. Besaran adalah sesuatu yang mempunyai nilai sehingga dapat dilakukan pengukuran misalnya: panjang, masa, waktu, luas, volume, dan sebagainya. Besaran dibagi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan atau telah didefinisikan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain, sedang besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran berdasarkan cara lxxiii
memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: (1). Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca. (2). Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Satuan adalah sesuatu yang digunakan sebagai pembanding suatu besaran dan untuk menyatakan nilai dalam suatu pengukuran, misalnya: meter, Kg, sekon, m2, m3, dst. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu satuan, yang dinyatakan dalam nilai atau angka.Dalam melakukan pengukuran selalu berhubungan dengan besaran dan satuan, untuk memperjelas hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1
Panjang Meja Belajar
Empat
Jengkal
Besaran Massa gula
Nilai 250
Satuan gram
Besaran
Nilai
Satuan
20
Menit
Nilai
Satuan
Perjalanan waktu kesekolah
Besaran Luas ruang belajar
48
Besaran
Nilai
lxxiv
M2
Satuan
Gambar2.1. Hubungan antara besaran, nilai dan satuan
Dari contoh gambar 2.1. dapat dilihat bahwa panjang, massa, waktu dan luas merupakan besaran. Jengkal, gram, menit dan m2 merupakan satuan dan empat, 250, 20 dan 48 merupakan nilai. 1)
Besaran Pokok Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan sendiri tidak
dijabarkan dari besar lain. Ada tujuh besaran pokok yaitu: (1). Panjang. (2). Massa. (3). Waktu. (4). Kuat arus listrik. (5). Suhu. (6). Intensitas cahaya. (7). Jumlah zat. Dari ketujuh besaran pokok tersebut di atas, yang dibahas disini hanya tiga besaran pokok saja yaita panjang, massa dan waktu. 2)
Besaran Turunan Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan
besaran pokok. Untuk menjelaskan besaran turunan dapat dilihat contoh di bawah ini: (1)
Luas = panjang x lebar Panjang dan lebar adalah besaran pokok, yaitu panjang. Jadi besaran luas diturunkan dari besaran pokok panjang.
(2)
Volume = panjang x lebar x tinggi Panjang, lebar dan tinggi termasuk besaran pokok, yaitu panjang. Jadi besaran volume juga diturunkan dari besaran pokok, yaitu panjang.
(3)
Kecepatan =
Jarak Waktutempuh
lxxv
Jarak termasuk besaran pokok, yaitu panjang. Sedangkan waktu tempuh juga termasuk besaran pokok, yaitu waktu. Jadi besaran kecepatan merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok, yaitu panjang dan waktu. (4)
Percepatan =
Kecepa tan Waktu
Kecepatan merupakan besaran turunan dari besaran pokok, yaitu panjang dan waktu. Sedangkan waktu tempuh merupakan besaran pokok, yaitu waktu. Jadi percepatan merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok, yaitu panjang dan waktu (5)
Gaya = massa x percepatan Massa merupakan besaran pokok. Sedangkan percepatan merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok yaitu panjang dan waktu. Jadi gaya merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok, yaitu massa, panjang dan waktu.Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3
a)
Sistem Satuan Internasional Zaman duhulu apabila orang ingin mengukur sesuatu benda pada mulanya
menggunakan anggota badannya sebagai satuan untuk pengukuran yang dilakukan tersebut, seperti hasta, depa dan jengkal. Selain itu dikenal pula satuan-satuan yang berkembang di masyarakat seperti tumbak, bata, bau, kaki, petak, pathok dan lain sebagainya. Satuan-satuan tersebut merupakan satuan tak baku. Maksudnya adalah satuan yang apabila dipergunakan dalam pengukuran, hasil pengukurannya berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Sedangkan satuan baku lxxvi
adalah satuan yang apabila dipergunakan dalam pergukuran, hasil pengukurannya sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Syarat satuan baku yang baik adalah: bersifat tetap tidak terpengaruh suhu, dan tempat, mudah ditiru atau dihasilkan, bersifat Internasional. Sedangkan satuan yang bersifat kedaerahan dan tidak berlaku secara umum karena nilai dan satuannya tidak sama disebut satuan tidak baku. Dari kesimpulan tersebut dapat dilihat contoh seperti dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 Satuan baku dan satuan tak baku
Besaran
Satuan Baku
Satuan Tak Baku
Panjang
Kilometer, meter, centimeter
Kaki, jengkal, depa
Massa
Kilogram, gram, milligram
Mug, tempurung, kaleng
Volume
Meter / centimeter, kubik, liter
Botol, gayung
Luas
Meter persegi, hektar
Batok, pathok
Pada besaran panjang satuan bakunya kilometer, meter, centimeter, satuan tak bakunya kaki, jengkal, depa. Hasil pengukuran suatu besaran selalu dinyatakan dengan satuan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan besar suatu besaran harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat tersebut sebagai berikut: (a). Bersifat intenasional, artinya dapat digunakan dieluruh dunia. (b). Bersifat tetap, artinya tidak berubah karena pengaruh apapun. (c). Mudah ditiru, artinya mudah diperbanyak untuk keperluan sehari-hari.
Pada tahun 1960 sistem satuan diresmikan pemakaiannya secara internasional oleh The Conference General des Pords et Measures (CGMP). Sistem tersebut dinamakan Sistem Internasional (SI). Sistem satuan Internasional terdiri dari (1). Satuan panjang adalah meter, (2). Satuan massa adalah kilogram
lxxvii
dan (3). Satuan waktu adalah Sekon. Sehingga sistem SI disebut juga sistem MKS.lihat table 2.3. Selain sistem MKS ada sistem lain yang disebut sistem cgs, sistem cgs terdiri dari (1). Satuan panjang adalah centimeter, (2). Satuan Massa adalah gram, dan (3). Satuan waktu adalah sekon lihat table 2.3. masih ada system besaran turunan luas dalam SI meter persegi, dalam cgs centimeter persegi, volume dalam SI meter kubik dalam cgs centimeter kubik lihat tabel 2.4. Besaran dalam Fisika dibedakan menjadi dua macam yaitu: Besaran pokok dan besaran turunan, besaran pokok adalah suatu besaran yang satuannya didefinisikan atau ada standar dasar penetapan besaran tersebut, seperti terlihat pada tabel 2.3 dan 2.4:
Tabel 2.3. Satuan-satuan pada besaran pokok
Besaran Pokok
Simbol
Satuan SI / MKS
Satuan cgs
Panjang
l
Meter (m)
centimeter (cm)
Massa
m
Kilogram (Kg)
Gram (gr)
Waktu
t
Sekon (s)
Sekon (s)
Kuat Arus Listrik
i
Ampere (A)
-
Suhu
T
Kelvin (K)
-
Intensitas Cahaya
I
Cendela (ed)
-
Jumlah Zat
N
Mole (mol)
-
Besaran pokok panjang, symbol l satuan SI/MKS meter ( m ) dan satuan cgs centimeter ( cm )
lxxviii
Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok seperti pada contoh tabel berikut: Tabel 2.4. Satuan-satuan pada besaran turunan
Besaran Pokok
Simbol / Rumus
Satuan SI / MKS
Satuan cgs
Luas
A = p.l
m2
cm2
Volume
V = p.l.t
m3
cm3
Kecepatan
V = s/t
m/s
cm/s 2
Gaya
F = m.a
Kg.m/s = N
Gr.cm/s2
Tekanan
P = F/A
N / m2 = pascal
dyne / cm2
Usaha
W = F.s
Nm = kg.m2/s2 = Gr.cm2/s2 = erg joule
Besaran pokok luas , simbol / rumus A= pxl , satuan SI/MKS m2 , satuan cgs cm2.
b.
Pemilihan materi Materi dalam penelitian ini adalah besaran dan satuan. Hal ini berdasarkan
beberapa pertimbangan, pertama secara teknis diajarkan di kelas VII semester 1. Kedua secara esensial materi ini merupakan dasar dari materi-materi fisika SMP khusus dijenjang lebih tinggi pada umumnya dan ketiga secara psikologis anak mampu dan dapat mendasari berfikir secara logis dan terstruktur dengan metode diskusi maupun metode pemberian tugas.
c.
Pengukuran
1)
Besaran Pokok dan Pengukurannya
a)
Satuan Panjang Satuan panjang dalam SI adalah meter (berasal dari kata metron, artinya
mengukur). Pada mulanya para ilmuwan di Paris Perancis menetapkan bahwa satu lxxix
meter = 1/10.000.000 x jarak antara kutub utara ke khatulistiwa yang melalui kota Paris. Lalu diukurkan pada logam campuran Platina-Iridium yang bersuhu tetap 00C dan panjang Platina-Iridium inilah yang kemudian ditetapkan sebagai panjang 1 meter standar. Berdasarkan hasil pengukuran ini, maka satu meter, adalah panjang antara dua gores garis sejajar pada ujung-ujung meter standar pada batang logam Platina-Iridium pada suhu 00C. Meter standar yang asli disimpan di Bureu International Des Poids Et Measures di kota Severs dekat Paris (Perancis). Berhubung para ilmuwan beranggapan bahwa meter standar itu tidak praktis, karena dapat berubah dan dapat rusak maka pada tahun 1960 panjang satu meter standar diganti dengan yang lebih praktis, mudah, tidak berubah dan tidak gampang rusak, yaitu satu meter = 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dihasiikan gas krypton-68 di dalam ruang hampa pada suatu lecutan listrik. Panjang satu meter standar masih dapat dibagi-bagi lagi dalam satuan yang lain, lihat tabel 2.5. Tabel 2.5. Kesetaraan satuan panjang.
Satuan panjang yang lain
Satuan panjang dalam meter
Penilisan dalam bentuk Desimal Baku
1 milimeter (mm)
1/1000
0.001
10-3
1 centimeter (cm)
1/100
0.01
10-2
1 desimeter (dm)
1/10
0.1
10-1
1 dekameter (dam)
10
10
101
1 hektometer (hm)
100
100
102
1 kilometer (km)
1000
1000
103
lxxx
Satuan panjang yang lain1milimeter( mm ) satuan panjang dalam meter 1/1000 Penulisan dalam bentuk decimal 0,001, penulisan dalam bentuk baku 10-3 . Untuk mengukur panjang suatu benda dapat dipergunakan berbagai jenis alat ukur sebagai berikut: (a) Mistar Mistar merupakan salah satu alat ukut uang sering digunakan siswa di sekolah. Mistar terbagi dalam dalam tiga satuan yaitu mili meter (mm), centi meter (cm), dam inci,1 inci sama dengan 2,54 centimeter, 1centimeter sama dengan 10 milimeter untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Mistar
Mistar biasanya digunakan para siswa untuk menggambar garis dengan ukuran tertentu. Selain itu digunakan oleh para arsitektur untuk membuat gambar / denah bangunan rumah. Meteran banyak digunakan oleh pedagang kain dan penjahit. Rol meter banyak digunakan oleh pegawai bangunan. 1 inchi = 2,54 cm, 1 yard = 91,44 cm, 1 mil = 1.609,34 cm, dan 1 feet = 30,48 cm.
(b)
Jangka Sorong Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar atau dimensi
dalam dari suatu benda, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Bagian–bagian dari jangka sorong adalah rahang tetap mempunyai skala utama dan rahang sorong ( dapat digeser – geser ) memiliki skala nonius, sehingga jangka sorong memiliki
lxxxi
dua skala yaitu skala utama dan skala nonius atau vernier. Jangka sorong biasanya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda atau garis tengah (diameter) sebuah tabung (silinder), diameter bola, benda yang berbentuk bulat (lingkaran), panjang benda-benda kecil dan kedalaman suatu lubang. Alat ini mempunyai ketelitian sampai 0,1 mm.
Gambar 2.3. Jangka sorong mampu mengukur sampai 0,1 mm.
(c)
Mikrometer Skrup Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi (diameter) luar
suatu benda yang sangat pendek atau kecil, seperti diameter kawat atau ketebalan suatu benda yang tipis seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Gambar micrometer skrup
Alat ukur ini mempunyai ketelitian sampai 0.01 mm. Nilai ketelitian adalah nilai panjang terkecil yang masih dapat diukur oleh alat ukur tersebut. lxxxii
Cara kerja mikrometer skrup adalah jika selubung luar dengan skala 50 diputar satu kali maka rahang geser dan selubung akan bergerak maju atau mundur. Jarak maju mundurnya rahang geser sejauh 0,5 mm/50 menghasilkan tingkat ketelitian 0,01 mm. b)
Satuan Massa
Gambar 2.5. Kilogram standar yang disimpan di Sevres, Paris,Perancis.
Massa adalah banyaknya (jumlah) zat yang terkandung pada suatu benda. Satuan massa dalam ST adalah kilogram. Satu kilogram standar = massa standar yang terbuat dari sebuah silinder Platina-Iridium. Perlu diketahui bahwa massa satu kilogram standar sama juga dengan massa 1 liter air murni pada sahu 4°C. Kilogram standar yang asli disimpan di kota Severs, dekat Paris, Perancis. Selain satuan massa kilogram standar, ada juga satuan massa yang lain, lihat tabel 2.6 Tabel 2.6. Kesetaraan satuan massa.
Satuan massa yang lain
Satuan massa dalam kilogram
Penulisan dalam bentuk Desimal
Baku
1 miligram (mg)
1/1.000.000
0.000001
10-6
1 centigram
1/100.000
0.00001
10-5
1 decigram
1/10.000
0.0001
10-4
1 gram
1/1.000
0.001
10-3
lxxxiii
1 dekagram
1/100
0.01
10-2
1 hektogram
1/10
0.1
10-1
1 kuintal
100
100
102
1 ton
1.000
1000
10-3
Satuan massa 1miligram ( mg )satuan dalam kilogram 1/1.000.000 penulisan dalam bentuk decimal 0.000001, penulisan dalam bentuk baku 10 -6. Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya telah terbiasa menggunakan istilah berat untuk massa. Misalnya 1 karung padi beratnya 80 kg. Di dalam fisika perkataan tersebut tidak tepat atau salah, sebab satuan kg bukanlah merupakan satuan berat melainkan satuan massa. Jadi yang benar adalah 1 karung padi massanya 80 kg. A1at-alat yang digunakan untuk mengukur massa disebut dengan neraca atau timbangan. Di bawah ini dikemukakan beberapa macam neraca yang sering digunakan dalam laboratorium, antara lain: (1) Neraca Sama Lengan Neraca sama lengan banyak digunakan untuk pengukuran massa emas, perak dan sebagainya. Ketelitiannya mencapai 0,001 gram atau 1 miligram. .
Gambar 2.6a. Neraca dua lengan.
Gambar 2.6a. Neraca tiga lengan.
(2) Neraca Ohaus
lxxxiv
Neraca Ohaus sangat praktis digunakan dalam laboratorium karena proses pengukurannya lebih cepat dan tepat. Ketelitiannya sampai 0,1 gram atau 100 miligram, batas ukurnya 300 gram. (3) Neraca Mekanik Meja Neraca ini banyak digunakan di pasar atau toko untuk mengukur massa dagangan. Ketelitiannya sangat rendah sampai 50 gram.
b)
Satuan Waktu Satuan besaran pokok waktu adalah sekon (detik). Menurut para ahli IPA,
satu sekon standar semula diambil dari waktu yang diperlukan oleh bumi untuk berputar mengelilingi sumbunya 1 kali putaran. Adapun 1 kali putaran, waktu yang diperlukan 24 jam. Dengan demikian 24 jam - 24 x 60 menit x 60 sekon = 1 hari matahari rata-rata. Jadi satu sekon = 1/ (214 x 60 x 60 ) = 1/ 86.400 hari matahari rata-rata. Mengingat perputaran bumi mengelilingi sumbunya selalu berubah, maka pada tahun 1967 definisi l sekon ditetapkan. Satu sekon standar = waktu yang diperlukan atom Caesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Satuan waktu yang lain dapat dilihat pada tabel 2.7 Tabel 2.7. Kesetaraan satuan waktu Satuan waktu yang lain
Satuan waktu dalam sekon
Penulisan dalam bentuk baku
1 menit
60
6.103
1 Jam
3.600
3,6.103
1 hari
86.400
8.6.103
lxxxv
Untuk mengukur besar waktu dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya digunakan alat pengukur waktu sebagai berikut: (a) Arloji Alat ukur waktu yang lazim digunakan orang dalam keseharian adalah arloji. Arloji analog umumnya mempunyai tiga jarum penunjuk yaitu jarum jam, jarum menit dan jarum sekon. Jarum jam bergerak satu skala tiap satu jam, jarum menit bergerak satu skala tiap menit, sedangkan jarum sekon bergeraak satu skala tiap sekon. Satu jam lamanya sama dengan enampuluh menit dan satu menit lamanya sama dengan enam puluh sekon. Jam menunjukkan tanggal 10 pukul 08.23 lihat gambar 2.7.
Gambar 2.7. Alat pengukur waktu mempunyai ketelitian sampai 1 sekon.
(b) Stopwatch
lxxxvi
Gambar 2.7. Alat ukur wakiu ini mempunyai ketelitian sampai 0;1 sekon.
Satu skala gambar besar menunjukkan satu detik , satu putaran jarum besar sama degan enam puluh detik. Satu skala gambar kecil menunjukkan satu menit,sehingga satu skala pada skala gambar kecil sama dengan enam puluh skala gambar besar lihat gambar 2.7. Untuk mengukur selang waktu yang lebih singkat, misalnya selang waktu dari lomba lari 100 m, lebih tepat jika digunakkan stopwatch. Ada dua jenis stopwatch yaitu stopwatch analog dan stop watch digital, stopwatch ini cara pengoperasiannya sama yaitu dengan menekan tombol, tekan pertama mulai, tekan kedua berhenti dan tekan ketiga kembali keangka nol (c) Jam atom Caesium Ketelitian jam atom caesium sangat tinggi sehingga karena selama 3.000 tahun kesalahan / keterlambatan hanya 1 sekon.. 2) Besaran Turunan dan Pengukurannya Di atas telah dijelaskan bahwa luas, volume dan kecepatan merupakan contoh, dari besaran turunan. Adapun cara pengukurannya adalah setiagai berikut
(a)
Luas bangun datar 20 cm 15 cm Gambar 1.1
Gambar bidang datar persegi panjang dengan ukuran panjang 20 centimeter,,lebar 15 centimeter. Luas bidang dari gambar tersebut di atas dapat dicari sebagai berikut: Diketahui
: p
= 20 cm, l = 15 cm
Ditanya
: A = …. ?
lxxxvii
Dijawab
A = p.l = 20 cm .15 cm = 300 cm2 = 3 x 10-1 m2
(b)
Volume Balok 20 cm
10 cm 15 cm
Gambar 1.2
Gambar bangun ruang balok, dengan ukuran panjang 20 centimeter, lebar 15 centimeter, tinggi 10 centimeter. Volume dari gambar tersebut di atas dapat dicari sebagai berikut: Diketahui
:
p = 15 cm, l = 20 cm dan t = 10 cm
Ditanya
: V = ….?
Dijawah
: V = p.l.t = 15 cm . 20 cm . 10 cm = 3000 cm3 = 3 x 10-3 m3
(c)
Pengukuran Kecepatan Ali berangkat ke sekolah menempuh waktu 20 menit, jarak antara rumah dan sekolah 3,6 km. Maka kecepatan Ali dalam perjalanan adalah..... Diketahui
: = 20 menit = 1200s, s = 3,6 Km = 3600 m
Ditanya
: = v
= ….?
Dijawab
: = v
= s
t
= 3600 m / 1200 s
lxxxviii
= 3m
B.
s
Penelitian yang Relevan Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian terdahulu yang
ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, agar dapat memberi gambaran yang jelas. 1. Dalmudi (2004: 116), dengan judul “Pengaruh strategi pembelajaran dengan pendekatan petakonsep dan metode diskusi terhadap prestasi belajar fisika ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa”. Dikatakan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran, motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, sehingga siswa yang tingkat motivasinya tinggi atau rendah dan siswa yang tingkat kreativitasnya tinggi atau rendah cenderung tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika bila diajar dengan pendekatan peta konsep atau dengan metode diskusi. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebasnya pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas, variabel moderator motivasi berprestasi yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikatnya Prestasi belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar yang dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian mupun siswanya SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen.
lxxxix
2. Catur Sutejo (2004), menngatakan bahwa “Penggunaan metode pemberian tugas menyebabkan siswa lebih giat belajar dan bekerja secara aktif daripada dengan mendengarkan secara pasif”. Winarno Surachmad (2004), menurutnya keutungan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar antara lain: (1). Pengetahuan yang diperoleh siswa dari belajar, eksperimen atau hasil percobaan yang banyak behubungan dengan minat mereka dan berguna untuk hidupnya, akan lebih lama diingat, (2). Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas penelitian ini pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas, variabel moderator pada penelitian ini motivasi berprestasi yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikat pada penelitian ini prestasi belajar ,yang dimaksud prestasi belajar
adalah tingkat penguasaan siswa pada mata
pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar yang dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian mupun siswanya SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen. 3. Wawan Dwi Cahyono (2007) dengan judul “Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Metode Demonstrasi dan Diskusi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa”. Penelitian ini berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara metode mengajar dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika. Perbedaan dengan penelitian ini
xc
adalah pada model pembelajaran, materi pelajaran dan tinjauan yang digunakan pada penelitian, tempat dan waktu penelitian. 4. Daru Wahyuningsih (2007) dengan judul “Pengaruh Metode Pemberian Kuis, Pemberian Tugas, dan Kemampuan Menalar terhadap Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Bahasa Pemrograman Turbo Pascal”. Penelitian ini berhasil menunjukkan metode pemberian tugas, Kreativitas dan daya penalaran siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebasnya pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas, variabel moderator motivasi berprestasi yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikatnya Prestasi belajar pada tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan hasil belajar yang dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian mupun siswanya SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen. C.
Kerangka Berfikir Guru dalam keseharian mempunyai tugas utama adalah mengajar, mengajar
bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru dalam menghadapi sekelompok siswa, kemajuan pengetahuan yang komplek menuntut guru untuk meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar dengan segala permasalahannya. Guru harus dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran pada siswanya. Karena pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai standar kompetensinya. Metode pembelajaran merupakan salah satu
xci
alternatif yang bisa dijadkan pilihan bagi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran. Pembelajaran dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas adalah kegiatan pembelajaran yang langkah kegiatannya sudah direncanakan dan disusun terlebih dahulu sehingga dalam pelaksanaannya guru tidak keliru dalam penggunaan alat bantu yang digunakan. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, kajian teori, penelitian yang relevan, dan materi pelajaran penulis berasumsi: 1. Pengaruh metodediskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar. Metode diskusi adalah suatu cara untuk menyajikan pelajaran, guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapat secara ilmiah untuk mengumpulkan pendapat sehingga dapat menyimpulkan suatu alternatif dalam memecahkan suatu masalah. Metode diskusi mempunyai keunggulan diantaranya: melibatkan secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran, dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah, dapat memperoleh kepercayaan dan kemampuan sendiri, sikap sosial dan demokrasi siswa dapat berkembang. Selain itu metode diskusi juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya: hasil dari diskusi tidak dapat diperkirakan bagaimana hasilnya, dalam diskusi dapat didominasi oleh siswa-siswa yang pandai, memerlukan waktu yang banyak sampai dapat mengambil kesimpulan dalam diskusi. Walaupun kedua metode tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu memecahkan atau menyelesaikan masalah tugas yang diberikan guru baik secara individu atau
xcii
kelompok ,mengingat siswa SMP Negeri 1 karanganyar siswa sebagian besar berasal dari pedesaan
dengan jarak tempuh yang cukup jauh,namun siswa
mayoritas cerdas dantrampil mengingat sekolah pilihan pertama , Namun diduga metode diskusi lebih baik dari pada metode pemberian tugas. Metode pembelajaran tersebut, materi besaran dan satuan merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat tepat apabila diajarkan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian tugas. Karena dalam materi besaran dan satuan , banyak sekali masalah terutama masalah besaran , satuan baku, satuan tak baku,satuan SI , satuan cgs dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, yang dapat dicoba untuk digali dan dicoba untuk dipecahkan oleh para siswa.Pelaksanaan pembelajaran Fisika pada materi besaran dan satuan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas, memberi kesempatan pada siswa untuk lebih meningkatkan kemandirian dalam belajar dengan belajar sendiri maupun berdiskusi yang terkait dengan pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa akan terus berlatih untuk mengembangkan sikap berpikir
kritis, bertanggung jawab, bekerjasama,
mengatur waktu, terhadap proses pembelajarannya sendiri, penggunaan teknologi tepat guna, bekerja dalam kerangka multi disiplin, etika dalam dunia kerja, berpikir kreatif, pengambilan keputusan, kepemimpinan, melakukan riset dan memecahkan masalah. Dengan demikian maka diduga ada pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.
xciii
Motivasi berprestasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk mencapai prestasi guna memenuhi kebutuhan psikologisnya. Untuk menumbuhkan harapan prestasi yang tinggi maka guru harus memiliki komitmen bahwa siswa dapat mencapai tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumber daya pendidikan di sekolah. Demikian juga siswa, harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk selalu
meningkatkan
diri
untuk
berprestasi
sesuai
dengan
bakat
dan
kemampuannya., motivasi ditinjau dari segi potensi dapat berupa sikap, sedangkan penampakannya berupa perilaku belajar. Siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda, yang bermotivasi tinggi akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran dibanding siswa yang bermotivasi rendah. Materi pelajaran yang baru merupakkanan kelanjutan dari materi pelajaran sebelumnya, sehingga diharapkan siswa yang bermotivasi lebih tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang bermotivasi sedang, atau rendah. Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi tinggi adalah (1). Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menurut dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. (2). Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai. (3). Menunjukkan minat terhadap bermacammacam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4). Lebih senang bekerja sendiri. (5). Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis,
xciv
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. (6). Dapat mempertahankan pendapatnya, kalau sudah yakin akan sesuatu. (7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (8). Senang mencari dan memecahkan masalah. Maka diduga siswa yang memiliki motivasi tinggi prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi rendah.
3. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar. Kreativitas mengandung beberapa unsur yaitu: kemampuan membuat modifikasi dari suatu yang baru dan asli yang sudah ada, merupakan proses mental yang unik untuk memproduk sesesuatu yang baru, berbeda dan asli serta menekankan pada proses dan bukan produk. Jelas kreativitas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan orang kreatif. Kreativitas merupakan sesuatu proses, aktifitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti.Dari uraian diatas maka asumsi penulis siswa yang mempunyai kreativitas yang tinggi akna lebih berprestasi dalam belajar fisika daripada siswa yang mempunyai kreativitas sedang atau rendah. 4. Pengaruh diskusi dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika. Dengan mengetahui karakteristik model pembelajaran metode diskusi dan metode pemberian tugas, serta pengertian motivasi dengan kondisi di SMP Negeri 1 Karanganyar. Peneliti berasumsi bahwa antara model pembelajaran penggunaan metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi siswa terdapat interaksi yang signifikan dan mempunyai perbedaan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang xcv
diberi pembelajaran dengan metode diskusi, dan pemberian tugas serta motivasi yang tinggi akan cepat memahami dalam mempelajari konsep-konsep fisika sehingga dapat berprestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas, bermotivasi rendah. 5. Pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar. Dengan mengetahui karakteristik, antara keunggulan, kekurangan antara metode diskusi dan pemberian tugas, peneliti berasumsi bahwa terdapat interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas serta mempunyai kreativitas tinggi akan berprestasi lebih tinggi dibanding siswa yang diberi pembelajan dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas tetapi mempunyai kreativitas rendah. 6. Pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar. Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam encapaian prestasi belajar, sehingga memudahkan proses belajar ,sedangkan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan produk baru, ciptaan ini tidak perlu seluruh produk baru, namun bisa saja hal ini merupakan gabungan atau kombinasi, sedang unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya,untuk menerima pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang telah dipelajari pada waktu yang lalu. Peneliti berasumsi ada interaksi antara siswa bermotivasi tinnggi dan mempunyai kreativitas tinggi terhadap prestasi belajar.
xcvi
7. Pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas, motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar. Belajar fisika akan mudah dipahami dan diingat para siswa bila siswa melakukan sendiri, menemukan sendiri, saling bertukar pikiran, beradu argumentasi dan ada tugas-tugas yang harus dikerjakan. Dengan mengetahui karakteristik pembelajaran , metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi dan kreativitas siswa, peneliti berasumsi terdapat interaksi yang saling berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika, Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode diskusi, serta mempunyai motivasi dan kreativitas tinggi akan berprestasi lebih baik dibanding siswa yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas serta mempunyai motivasil meskipun kreativitasnya tinggi juga. Interaksi metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi, dan kreativitas terhadap prestasi belajar . Dengan variasi metode pembelajaran untuk mendukung pendekatan pembelajaran fisika diharapkan dapat membangkitkan minat, aktifitas belajar, motivasi berprestasi dan kreativitas siswa sehingga diharapkan peningkatan prestasi siswa dalam pelajaran Fisika. Dari uraian di atas terdapat keterkaitan antara metode diskusi dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar dalam materi pokok Besaran dan Satuan, serta motivasi berprestasi siswa dan kreativitas siswa sehingga dapat memuculkan adanya suatu hipotesis.
D.
Hipothesis Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir pada penelitian ini, maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: xcvii
1. Terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar. 2. Terdapat
pengaruh siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar fisika. 3. Terdapat pengaruh tingkat kreativitas siswa tinggi dengan tingkat kreativitas siswa rendah terhadap prestasi belajar fisika. 4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, metode pemberia tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisaka. 5. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, metode pemberia tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisaka. 6. Terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika. 7. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas, motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.
xcviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian Tempat penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Karanganyar Kebumen pada semester ganjil tahun pelajaran 2009 / 2010, dengan harapan penelitian ini dapat bermanfaat, efektif dan efisien.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009, seperti
ditunjukkan pada tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Perizinan
4
Maret
April
Penyusunan instrumen Pembelajaran
5
Penyusunan instrumen tes
6
Uji coba instrumen
7
Analisis ujicoba Proses pembelajaran
8
menggunakan metode diskusi Proses pembelajaran
9
menggunakan metode pemberian tugas
10
Pengambilan data
11
Analisis data
12
Penyusunan Laporan
xcix
Mei
Juni
Juli
Agst.
Sept.
Okt.
B.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan mengambil dua kelompok secara acak, normal dan homogen. Kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda dalam hal strategi pembelajaran, yang satu diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dan yang lain dengan menggunakan metode pemberian tugas. Masing-masing kelompok ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa dengan kategori tinggi dan rendah. Pada akhir eksperimen kedua kelompok diuji dengan alat ukur yang sama dan hasilnya merupakan data eksperimen. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan statistik analisis variansi tiga jalan dengan desain faktorial (2 x 2 x 2). Maksudnya, dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan masingmasing variabel mempunyai dua kategori. Adapun rancangan desain faktorial (2 x 2 x 2) dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 : Rancangan Penelitian
Metode Pembelajaran (A)
Motivasi Berprestasi Tinggi (B1)
Motivasi Berprestasi Rendah (B2)
Kreativitas Siswa Tinggi ( C1 ) Kreativitas Siswa Rendah ( C2 ) Kreativitas Siswa Tinggi ( C1 ) Kreativitas Siswa Rendah ( C2 )
Metode Diskusi (A1)
Metode Pembagian Tugas (A2)
A1B1C1
A2B1C1
A1B1C2
A2B1C2
A1B2C1
A2B2C1
A1B2C2
A2B2C2
Dari Tabel 3.2 dapat dituliskan bahwa siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa tinggi diberi pembelajaran dengan c
menggunakan metode diskusi menghasilkan prestasi belajar Fisika sebesar A1B1C1, sedangkan siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa rendah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi menghasillkan prestasi belajar A1B2C1. Selanjutnya, siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A2B1C1, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa rendah diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas menghasilkan prestasi belajar A2B1C2. Selanjutnya siswa yang memiliki motivasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A1B2C1, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi pembelajaran
dengan metode diskusi, menghasilkan prestasi belajar fisika
A1B2C2. Selanjutya siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas, menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A2B2C1, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas, menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A2B2C2.
C.
Penetapan Populasi dan Sampel
1.
Penetapan Populasi
ci
Menurut Suharsimi Arikunto (1996) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010, dengan jumlah 280 siswa yang terdiri dari 7 kelas. 2.
Teknik Pengambilan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1996) sampel adalah wakil atau sebagian dari
populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas secara acak dengan melalui undian dari semua kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010 satu kelas sebagai kelompok eksperimen pertama adalah kelas VII B sebanyak 40 siswa dan satu kelas lagi sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas VII C sebanyak 40 siswa.
D.
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, alat pengumpul data adalah instrumen tes. Instrumen
tes ini terdiri dari angket motivasi berprestasi, angket kreativitas dan item tes prestasi belajar. Masing-masing instrumen dibuat oleh peneliti dengan cara diuji cobakan terlebihdahulu untuk mendapatkan instrumen yang layak sebagai instrumen penelitian. Adapun tempat uji coba instrumen adalah SMP Negeri 2 Adimulyo Kebumen. Analisis item soal terdiri dari indeks kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Penjelasan masing-masing analisis adalah sebagai berikut: Instrumen pada penelitian ini antara lain meliputi: (1). Desain pembelajaran beserta format kegiatan untuk kelas eksperiman pertama; (2). Desain pembelajaran beserta format kegiatan untuk kelas eksperimen kedua; (3). Angket
cii
motivasi berprestasi untuk mendapatkan data tentang motivasi siswa dalam belajartermasuk tinggi dan rendah ; (4). Angket kreativitas siswa untuk mendapatkan tingkat kreativitas siswa termasuk tinggi atau rendah; (5). Soal-soal tes prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika kelas VII. Pada kelas eksperimen pertama, instrumen desain pembelajaran
Fisika
kelas VII pada materi materi besaran dan satuan disusun berdasarkan kurikulum IPA Fisika SMP tahun 2006 atau KTSP dan mengacu pada pendekatan metode diskusi. Pada kelas eksperimen yang kedua instrumen desain pembelajaran Fisika kelas VII pada materi besaran dan satuan disusun berdasarkan kurikulum IPA Fisika SMP tahun 2006 atau KTSP dan mengacu pada pendekatan
dengan
metode pemberian tugas, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan ,menyusun silabus, rencana pembelajaran lembar kerja siswa yang dapat dilihat pada lampiran. Untuk mengukur prestasi belajar Fisika maka disusun instrumen soal-soal tes prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan dengan menggunakan silabus IPA Fisika SMP kelas VII pada kurikulum 2006 atau KTSP. Soal-soal tes prestasi belajar Fisika ini terdiri dari soal-soal untuk mengukur prestasi belajar siswa berdasarkan aspek kognitif pada siswa. Dalam menyusun tes prestasi ini menggunakan rambu-rambu Taksonomi Bloom. Disamping itu catatan lapangan yang mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung berikut interaksi antara guru dengan siswa, siswa yang terkait dengan pembelajaran Fisika dengan melalui metode diskusi dan metode pemberian tugas.
ciii
Untuk mengukur dan mengetahui motivasi berprestasi pada siswa digunakan instrumen yang berupa angket motivasi, terdapat beberapa pertanyaan tentang diri siswa yang berkenaan dengan dorongan, semangat keinginan untuk berprestasi dalam belajar fisika.l, setiap kelompok atau soal terdiri dari empat pernyataan, kemudian siswa disuruh untuk memilih satu diantaranya yang paling menggambarkan dirinya. Tidak ada jawaban yang salah ataupun benar, setiap siswa akan memberikan jawaban yang berbeda, yang penting bersikap jujur. Instrumen lainya yang digunakan untuk mengukur kreativitas disusun berdasarkan pada ciri-ciri berpikir kreatif yang telah disimpulkan di depan antara lain: imajinatif, inisiatif, rasa ingin tahu, mandiri dan ulet, penuh energi dan bersibuk diri, serta berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Sedangkan skala pengukuran angket kreativitas ini menggunakan skala Likert. Adapun alat pengumpul data pada penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu berupa angket dan tes. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi berprestasi dan tingkat kreativitas siswa pada kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2009 / 2010. Sedangkan alat tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan.
E.
Variabel Penelitian Variabel pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel (variable) sebagai
berikut: 1.
Variabel Bebas
civ
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengaruh pembelajaran fisika dengan
menggunakan
metode
diskusi
dan
pemberian
tugas.
Definisi
operasionalnya adalah kegiatan pembelajaran yang pada proses pembelajarannya menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata (contextual) sebagai suatu konteks bahan pemikiran bagi siswa dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan (konsep) dari suatu materi pelajaran, dan untuk memecahkan masalah tersebut, menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas. 1. Variabel moderator Variabel moderator yang digunakan dalam penelitian ini pertama adalah motivasi berprestasi yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah, difinisi operasional dari motivasi berprestasi adalah daya penggerak pendorong dan kemauan dalam diri siswa yang akan menimbulkan dan memberikan arah pada kegiatan belajar menuju perkembangan pribadi manusia yang seutuhnya. Sedang variabel moderator yang kedua adalah kreativitas siswa yang meliputi kreativitas siswa tinggi dan kreativitas siswa rendah, difinisi opeerasional dari kreativitas siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menciptakan atau mewujudkan sesuatu hal yang baru yang sebelumnya belum pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Variabel Terikat Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar Fisika. Prestasi
belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar yang
cv
dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir kegiatan proses belajar mengajar. F.
Tahapan Penelitian Adapun tahapan penelitian yang dilalui adalah:
1.
Tahap Persiapan Pembelajaran Agar penelitian ini tetap terjaga kualitas pelaksanaan eksperimennya maka
peneliti sebelumnya mempersiapkan komponen-komponen yang akan digunakan di dalam pembelajaran sesuai dengan pendekatan dan metode yang digunakan. Persiapan yang disiapkan peneliti pada tahap ini adalah: (a). Penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang ingin dicapai pada pembelajaran yang dilaksanakan; (b). Penyusunan desain pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah atau sintaks pembelajaran menggunakan pendekatan berbasis masalah dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas; (c). Menyusun format kegiatan pembelajaran; (d). Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan diskusi dan tugas oleh siswa; (e). Menyiapkan format penilaian; (f). Penyusunan soal-soal tes untuk mengukur prestasi belajar Fisika. 2.
Tahap Pelaksanaan pembelajaran Tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Supaya
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian tugas (resitasi) ini berjalan dengan baik maka peneliti harus melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana dan desain pembelajaran yang telah dipersiapkan. cvi
3.
Tahap Pasca Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ini adalah tahap dimana telah selesai pelaksanaan proses
pembelajaran. Pada tahap ini peneliti mengadakan penilaian kegiatan siswa dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan.
G. Uji Coba Instrumen Sebelum instrumen tes prestasi belajar Fisika aspek kognitif, motivasi berpreatasi dan tes angket kreativitas siswa digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan uji coba atau try out untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal instrumen. Uji coba dilaksanakan pada kelas VII E SMP N 2 Adimulyo, Kabupaten Kebumen dengan alasan kelas tersebut tidak digunakan dalam sampel penelitian. Letak kelas VII E SMP Negeri 2 Adimulyo jauh dari SMP Negeri 1 Karanganyar yaitu sekolah dan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Guru IPA yang mengajar juga berbeda, ada kesetaraan tingkat kemampuan yang sama dengan kelas eksperimen dan kedua sekolah sama-sama sekolah standar nasional. Uji instrumen tes prestasi belajar Fisika, motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terdiri dari (1).Tingkat kesukaran, (2). Daya pembeda, (3). Validasi, dan (4). Reliabilitas. Adapun penjelasan dari masing-masing tes tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Taraf Kesukaran Indeks kesukaran (difficulty indek) adalah bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya item soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran item soal. cvii
Rumus untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P=
B JS
(Suharsimi Arikunto, 1997: 212) Keterangan: P : indek kesukaran B : banyaknya siswa yang menjawab soal A dengan betul. JS : Jumlah seluruh peserta tes. Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Soal dengan P= 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2) Soal dengan P= 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 3) Soal dengan P= 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah a) Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penelitian kognitif yang dilakukan terangkum pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Jumlah Soal 22
Indek Kesukaran Sukar Sekali
Sukar
Sedang
Mudah
Mudah Sekali
1
6
1
10
4
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dipakai dalam tes penelitian instrumen penilaian kognitif soal sukar sekali tidak dipakai yaitu nomor 13, soal sukar dipakai semua, soal sedang dipakai semua, dan soal mudah dipakai semua, serta kategori soal mudah sekali tiga soal diperbaiki, satu
cviii
saol musah sekali tidak dipakai pada nomor 16. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 13. b) Instrumen Kreativitas Untuk data kreativitas digunakan tes yang dibuat peneliti dengan diuji cobakan atau try outkan terlebih dahulu. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen kreativitas yang dilakukan terangkum pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kreativitas
Jumlah Soal 60
Indek Kesukaran Sukar Sekali 0
Sukar
Sedang
Mudah
Mudah Sekali
1
30
29
0
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen kreativitas yang dipakai dalam tes penelitian instrumen penilaian kreativitas sejumlah 60 soal yang terdiri soal satu sukar diperbaiki, sedang 30 soal diperbaiki sembilan, dan 29 soal mudah diperbaiki sebelas soal. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 14. c) Instrumen Motovasi Untuk data Motovasi digunakan tes yang dibuat peneliti dengan diuji cobakan atau try outkan terlebih dahulu. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen motivasi yang dilakukan terangkum pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Motivasi
Jumlah Soal 50
Indek Kesukaran Sukar Sekali 0
Sukar
Sedang
Mudah
Mudah Sekali
3
12
35
0
cix
Taraf kesukaran soal Instrumen Motivasi sejumlah 50 soal,sukar sekali tidak ada, sukar 3 soal , sedang 12 soal, mudah 35 soal, mudah sekali tidak ada. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen motivasi yang dipakai dalam tes penelitian instrumen penilaian motivasi soal sukar diperbaiki semua, dua soal diperbaiki pada kategori sedang, dan sepuluh soal diperbaiki pada kategori mudah. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 15.
2. Daya Pembeda Daya pembeda item soal adalah kemampuan item soal. Untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi antara -1,00 sampai dengan 1,00. D=
B A BB + = PA - PB JA JB
(Suharsimi Arikunto, 1997: 218) Keterangan : D : indeks diskriminasi. JA : banyaknya peserta tes kelompok atas JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah. BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. BB : banyaknya pescrta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar. cx
Indeks diskriminasi diklasifikasikan sebagai berikut: D : 0,00 sampai dengan 0,20 : jelek (poor). D : 0,20 sampai dengan 0,40 : cukup (satisfactory). D : 0,40 sampai dengan 0,70 : baik (good). D : 0,70 sampai dengan 1,00 : baik sekali (exellent). D : Negatif semuanya tidak baik, jadi semua jenis item soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja. a.
Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif Hasil uji daya pembeda instrumen penelitian kognitif yang dilakukan
terangkum pada table 3.6. Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif
Daya Pembeda Jumlah Soal 22
Sangat Lebih Cukup Kurang Sangat Kurang Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan
0
0
8
11
3
Hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif dari sejumlah 22 soal , soal sanagat membedakan 0, lebih membedakan 0, cukup membedakan 8 soal, kurang membedakan 11 soal, dan sangatb kurang membedakan 3soal. Dari hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif ada satu soal yang diperbaiki pada daya pembeda sangat kurang membedakan dan dua soal tidak dipakai pada daya pembeda kurang membedakan, untuk nomor butir soal yang tidak dipai yaitu nomor 13 dan 16. Agar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 13.
cxi
b.
Instrumen Kreativitas Hasil uji daya pembeda instrumen Kreativitas yang dilakukan terangkum
pada table 3.7. Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas
Jumlah Soal 60
Daya Pembeda Sangat Lebih Cukup Kurang Sangat Kurang Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan
6
10
21
14
9
Hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas sejumlah 60 soal, sangat membedakan 6 soal lebih membedakan 10 soal, cukup membedakan 21 soal, kurang membedakan 14 soal, sangat kurang membedakan 9 soal. Dari hasil uji daya pembeda soal instrumen kreativitas ada tujuh soal yang diperbaiki pada daya pembeda sangat kurang membedakan, sepuluh soal diperbaiki pada daya pembeda kurang membedakan, tiga soal diperbaiki pada daya pembeda cukup membedakan, dan satu soal diperbaiki pada daya pembeda lebih membedakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14.
c.
Instrumen Motivasi Hasil uji daya pembeda instrumen motivasi yang dilakukan terangkum pada
table 3.8. Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi
Jumlah Soal 50
Daya Pembeda Sangat Lebih Cukup Kurang Sangat Kurang Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan Membedakan
3
3
20
cxii
13
11
Hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi sejumlah 50 soal, sangat membedakan 3 soal, lebih membedakan 3 soal, cukup membedakan 20 soal, kurang membedakan 13 soal, sangat kurang membedakan 11 soal. Dari hasil uji daya pembeda soal instrumen motivasi ada lima soal yang diperbaiki pada daya pembeda sangat kurang membedakan, delapan soal diperbaiki pada daya pembeda kurang membedakan, dan dua soal diperbaiki pada daya pembeda cukup membedakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.
3. Validitas Butir soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa butir soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada butir soal mempunyai kesejajaran dengan skor total (korelasi). Rxy =
N å XY - (å X )(å y )
{N å X
2
}{
- (å X ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
}
Keterangan rxy
: Koefisien korelasi antara skor butir soal X dan skor total Y
N
: Jumlah item soal
SX
: Jumlah seluruh skor X
SY
: Jumlah seluruh skor Y
SXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor total Y Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi ada dua cara, yaitu:
cxiii
1) Melihat harga koefisien korelasi, kemudian diinterprestasikan sebagai berikut : 0,80 – 0,99
: sangat tinggi
0,60 – 0,79
: tinggi
0,40 – 0,59
: cukup
0,20 – 0,39
: rendah
0,00 – 0,19
: sangat rendah
2) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya koefisien korelasi.
a) Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif Hasil uji validitas instrumen penelitian kognitif yang dilakukan terangkum pada table 3.9. Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Soal materi uji Besaran dan Satuan
Kriteria
Jumlah Soal
Valid
Tidak Dipakai
22
20
2
Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif sejumlah 22 soal , valid 20 soal,tidak dipakai 2 soal. Berdasarkan hasil uji coba prestasi belajar IPA kelas VII SMP pada materi pokok Besaran dan Satuan setelah dilakukkan pengujian sebelum pelaksanaan eksperimen / perlakuan, dari 22 butir soal tes diperoleh 20 butir soal tes valid. Butir soal yang tidak dipakai yaitu nomor 13 dan 16. Perhitungan selengkapnya untuk validasi instrumen tes prestasi belajar IPA dapat dilihat pada lampiran 13. cxiv
b) Instrumen Kreativitas Hasil uji validitas instrumen penelitian instrument kreativitas yang dilakukan terangkum pada table 3.10. Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas
Variabel
Kriteria
Jumlah Soal
Valid
Tidak Dipakai
60
37
23
Soal materi uji Kreativitas Siswa
Hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas, sejumlah 60 soal, valid 37 soal, tidak dipakai 23 soal. Hasil uji coba kemampuan menalar siswa setelah dilakukan pengujian didapatkan 37 butir soal valid dari 60 soal yang diujicobakan. Butir soal yang tidak dipakai diperbaiki semua. Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 14. c) Instrumen Motivasi Hasil uji validitas instrumen penelitian instrument motivasi yang dilakukan terangkum pada table 3.11. Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Motivasi
Variabel Soal materi uji Kreativitas Siswa
Kriteria
Jumlah Soal
Valid
Tidak Dipakai
50
35
15
Hasil uji coba kemampuan menalar siswa setelah dilakukan pengujian didapatkan 35 butir soal valid dari 50 soal yang diujicobakan. Butir soal yang tidak dipakai diperbaiki semua. Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 15.
cxv
4. Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes prestasi menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson 20 yang dikenal dengan K-R. 20: 2 r11 = é n ù éê S - å pq ùú 2 ê ú
ë n - 1 û ëê
S
ûú
(Suharsimi Arikunto, 1997: 1998) Keterangan : r11
: reliabilitas tes secara keseluruhan
n
: banyaknya butir soal
S2
: standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
P
: Proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar.
q
: Proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah (q=1-p)
Spq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q Untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument angket dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut: Keterangan: r
= koefisian reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ås s t2
2 b
= total varian butir = total varian
cxvi
Menurut masidjo (1995): Standar koefisien untuk Reliabilitas adalah: Koefisien 0,91 – 1,00 sangat tinggi Koefisien 0,71 – 0,90 tinggi Koefisien 0,41 – 0,70 cukup Koefisien 0,21 – 0,40 rendah Koefisien negatif – 0,20 rendah sekali
a.
Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kognitif yang dilakukan terangkum
pada table 3.12. Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal-soal uji Besaran dan Satuan
22
0,825
tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif sejumlah 22 soal, reliabilitas 0.825, kreteria tinggi. Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA siswa kelas VII SMP pada materi pokok Besaran dan Satuan sebelum pelaksanaan eksperimen / perlakuan, dari 22 butir soal diperoleh 20 butir soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar IPA dapat dilihat pada lampiran 13. b.
Instrumen Kreativitas Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kreativitas yang dilakukan
terangkum pada table 3.13. Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa
cxvii
Variabel
Jumlah Soal Reliabilitas
Soal-soal uji Kreativitas
60
2,560
Kriteria tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa sejumlah 60 soal reaqbilitas 2,560, kreteria tinggi. Hasil uji coba tes kreativitas siswa dilakukan pengujian didapatkan 37 soal tes reliabel dari 60 soal tes yang diuji cobakan. Perhitungan selengkapnya untuk reabilitas instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 14. c.
Instrumen Motivasi Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kreativitas yang dilakukan
terangkum pada table 3.14. Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi
Variabel
Jumlah Soal Reliabilitas
Soal-soal uji Kreativitas
50
3,574
Kriteria tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi sejumlah 50 soal, reliabilitas 3,574, kreteria tinggi.Hasil uji coba tes kreativitas siswa dilakukan pengujian didapatkan 35 soal tes reliabel dari 50 soal tes yang diuji cobakan. Perhitungan selengkapnya untuk reabilitas instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 15.
H.
Teknik Analisis Data
1. Uji Prasarat Analisis Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava tiga jalan denga frekuensi isi sel sama. Untuk dapat menggunakan anava, sebelumnya harus dilakukan uji prasarat analisis sebagai berkut: a. Uji Normalitas
cxviii
Untuk
mengetahui
apakah
sempel
berasal
dari
populasi
yang
berdistribusinormal dengan menggunakan metode Liliefors, dengan hipotesis sebagai berikut: 1) Hipotesis Ho = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdristribusi normal H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Untuk pengijian hipotesis digunakan rumus: L0max = [F(zi) – S(zi) ] Dengan zi =
Xi - X , F(zi) = P (z ≤ zi) (Suharsimi Arikunto, 2006) s
S (zi) = Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi. 2) Taraf signifikasi
a = Taraf signifikansi 3) Keputusan uji Lo > Ltabel = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Lo ≤ Ltabel = Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
b.
Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak digunakan Bartlett: a) Hipotesis Ho : s 12 ¹ s 22 atau s 12 ¹ s 32 atau s 22 ¹ s 32 atau s 22 ¹ s 42 ... (populasi tidak homogen) H1 : s 12 = s 22 = s 32 = s 42 (populasi homogen) cxix
X2 =
2,303 [ ò log MSerr c
c = 1 +
MSerr =
SSJ =
S2 =
1 [ 3(k - 1)
å SS åf
åX
2
-
1
å fj
-
å ( ò j log SJ2 )] 1 ] f
j
åX
J
nj
SS j nj
Dengan
k
= cacah sampel
f
= Derajat kebebasan untuk MSerr = N–k
j
= 1, 2, 3, ... ,k
nj
= Cacah pengukuran pada sampel k – j
N
= Cacah semua pengukuran
b) Daerah kritik c) DK = 1 ; 0,05 d) Keputusan Uji Ho diterima jika Xhitung > Xtabel untuk a = 0,05 Ho ditolak jika Xhitung £ Xtabel untuk a = 0,05 2.
Pengujian Hipotesis
a.
Anava
cxx
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan frekuensi isi sel tidak sama. 1) Asumsi a) Populasi-populasi berdistribusi normal b) Populasi-populasi homogen c) Sampel dipilih secara acak d) Variabel terikat berskala pengukuran interval e) Variabel bebas berskala pengukuran nominal 2) Model Xijk = µ + α1 + βj + (α β)ij + εijk dimana Xij
: observasi pada subjek ke –k di bawah faktor pertama katagori ke-i dan faktor kedua katagori ke-j
X
: variabel terikat
i
: 1,2,3, ... ,p
p
= banyaknya baris
j
: 1,2,3,... ,q
q
= banyaknya kolom
k
: 1,2,3, ... , n
n
= banyaknya data amatan
µ
: rerata dari seluruh data amatan
α1
: efek faktor satu katagori i terhadap Xijk
βj
: efek faktor daua katagori j terhadap Xijk
(α β)ij : kombinasi efek faktor satu dan dua terhadap Xijk εijk
: Kesalahan pada Xijk
3) Hipotesis cxxi
a) Pengaruh penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar peserta didik HoA : Tidak ada pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar peserta didik H1A : Ada pengaruh
metode demonstrasi
dan eksperimen terhadap
prestasi belajar pesertadidik. b) Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik HoB : Tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik H1B : Ada pengaruh motivasi siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar peserta didik. c) Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar peserta didik HoC : Tidak ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar peserta didik H1C : Ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar peserta didik. d) Interaksi antara penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar peserta didik HoABC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas, motivasi dan kreativitas belajar peserta didik
cxxii
terhadap prestasi
H1ABC : Ada interaksi antara penggunaan metode . diskusi dan pemberian tugas, motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar peserta didik 4) Komputasi a)
Data sel
Tabel 3.15 Tata letak pada rancangan anava tiga jalan isi sel tidak sama
B
B1
C A
C1
A1 A1B1C1 A2 A2B1C1 Dari tabel 3.15 dapat diterangan bahwa: A
A1B1C1. :
B2 C2
C1
C2
A1B1C2 A2B1C2
A1B2C1 A2B2C1
A1B2C2 A2B2C2
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran menggunakan pendekatan dengan metode diskusi.
A1B1C2 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
A2B1C1 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas.
A2B1C2 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
dan
kreativitas
rendah
diberi
menggunakan metode pemberian tugas.
cxxiii
pembelajaran
dengan
A1B2C1 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.
A1B2C2 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan metode diskusi.
A2B2C1 : Prestasi belajar Fisika selanjutnya siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas. A2B2C2 :
Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas.
b)
Hipotesis 1) (H0)1 : a1 = 0 untuk semua harga i (H1)1 : a1 > 0 untuk paling sedikitnya satu harga i 2) (H0)2 : Bj = 0 untuk semua harga j (H1)2 : Bj > 0 untuk paling sedikitnya satu harga j 3) (H0)3 : Yk = 0 untuk semua harga k (H1)2 : Yk > 0 untuk paling sedikitnya satu harga k 4) (H0)12 : aBij= 0 untuk semua pasang harga (i, j) (H1)12 : aBij 5) (H0)13 : ayik (H1)13 : ayik
> 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, j) = 0 untuk semua pasang harga (i, k) > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, k)
cxxiv
6) (H0)23 : Byjk (H1)23 : Byjk 7) (H0)123 :
= 0 untuk semua pasang harga (j, k) > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (j, k)
aByijk = 0 untuk semua pasang harga (i, j, k)
(H1)123 : aByijk
> 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, j,
k) c)
Statistik Uji Hipotesis 1 : Fa
= RKa / RKg
Hipotesis 2 : Fb
= RKb / RKg
Hipotesis 3 : Fc
= RKc / RKg
Hipotesis 4 : Fab
= RKab / RKg
Hipotesis 5 : Fac
= RKac / RKg
Hipotesis 6 : Fbc
= RKbc / RKg
Hipotesis 7 : Fabc = RKabc / RKg Yang mana: RKa
= JKa / dba
RKa
= JKa / dbRKa
RKa
= JKa / db
RKa
= JKa / db
RKa
= JKa / db
RKa
= JKa / db
RKa
= JKa / db
RKa
= JKa / db
Dimana:
cxxv
dba
= (p-1)
dbb
= (q-1)
dbc
= (r-1)
dbab
= (p-1) (q-1)
dbac
= (p-1) (r-1)
dbbc
= (q-1) (r-1)
dbabc = (p-1) (q-1) (r-1) dbg
= N-pqr
Sedangkan Jumlah Kuadrat (JK) diperoleh dari: 1) Komponen JK (1)
G2 / pqr
(2)
SÓ Ai2 / qr
(3)
Sj Bj2 / pr
(4)
Sk Ck2/ pq
(5)
SÓ Sj Ai2 Bj2 / r
(6)
SÓ Sk Ai2 Ck2 / q
(7)
Sj Sk Aj2 Bk2 / p
(8)
SÓ Sj Sk Ai2 Bj2 Ck2 / r
2) JK dihitung dengan menggunakan sinbol-simbol dari 1) yaitu: JKa
= nh
{
(3) – (1) }
JKb
= nh
{
(4) – (1) }
JKc
= nh
{
(5) – (1) }
cxxvi
JKab
= nh
{
(6) – (4) – (3) + (1) }
JKac
= nh
{
(7) – (5) – (3) + (1) }
JKbc
= nh
{
(8) – (5) – (4) + (1) }
JKabc
= nh
{ (9) – (8) – (7) – (6) – (4) – (3) + (1) }
JKg
=
Si Sj SkJKijk
JKt
= nh
{(9) – (1)} + Si Sj SkJKijk
(+)
dengan
nh =
pqr
åå å 1
d)
j
1 k nijk
Daerah Kritik Daerah kritik atau daerah penolakan untuk H0 masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: Fa
= {Fa / Fa > Fa;dba;N-pgr}
Fb
= {Fb / Fb > Fa;dba;N-pgr}
Fc
= {Fc / Fc > Fa;dba;N-pgr}
Fab
= {Fab / Fab > Fa;dba;N-pgr}
Fac
= {Fac / Fac > Fa;dba;N-pgr}
Fbc
= {Fbc / Fbc > Fa;dba;N-pgr}
Fabc = {Fabc / Fabc > Fa;dba;N-pgr} e)
Keputusan Uji (H0)1, (H0)2, (H0)3, (H0)12, (H0)13, (H0)23, (H0)123, ditolak apabila harga statistik uji ayng bersesuaian melebihi harga kritik masing-masing cxxvii
yaitu : {Fa / Fa > Fa;dba;N-pgr}, {Fb / Fb > Fa;dba;N-pgr}, {Fc / Fc > Fa;dba;N-pgr}, {Fab / Fab > Fa;dba;N-pgr}, {Fac / Fac > Fa;dba;N-pgr}, {Fbc / Fbc > Fa;dba;N-pgr}, {Fabc / Fabc > Fa;dba;N-pgr}. a. Rangkuman Hasil Anava tiga Jalan Tabel 3.16 Rangkuman hasil anava tiga jalan
Sumber Variasi
JK
db
RK
Statistik Uji
P
Kolom (A)
JKa
dba
RKa
Fa
Baris (B)
JKb
dbb
RKb
Fb
Baris (C)
JKc
dbc
RKc
Fc
atau
Interaksi (AB)
JKab
dbab
RKab
Fab
>a
Interaksi (AC)
JKac
dbac
RKac
Fac
Interaksi (BC)
JKbc
dbbc
RKbc
Fbc
Interaksi (ABC)
JKabc
dbabc
RKabc
Fabc
Galat
JKg
dbg
RKg
Total
JKt
dbt
b.
Uji Lanjut Anava Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi, apabila hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata yang berbeda. Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparansi Ganda dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
cxxviii
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparansi rataan yang ada. Jika terdapat k perlakukan, maka ada
k (k - 1) pasangan rataan. 2
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparansi tersebut. HOAS: µA1 = µA2
Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisiks melalui metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar Fisika.
H1AS:
µA1
¹
µA2
Ada perbedaan pembelajaran Fisika melalui metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar Fisika.
HOAS:
µB1
= µB2
Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari motivasi berprestasi katagori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika.
H1AS: µB1 ¹
µB2
Ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari motivasi berprestasi katagori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika.
HOAS:
µC1
= µC2
Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari kreativitas siswa katagori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Fisika.
H1AS: µC1 ¹
µC2
Ada pengaruh pembelajaran Fisika terstruktur ditinjau dari kreativitas siswa katagori
tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Fisika. 3) Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan pada uji analisis variansinya)
cxxix
4) Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan: a. Komparansi rataan antar baris Fio – jo =
(X
- X jo )
io
2
(3.35)
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è io n jo ø
b. Komparansi rataan antar kolom Foi
– oj
=
(X
oi
- X oj )
2
(3.36)
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è oi noj ø
c. Komparansi rataan antar sel pada kolom yang sama Fij – kj =
(X
ij
- X ik )
2
(3.37)
æ1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ij nik ø
d. Komparansi rataan antar sel pada baris yang sama Fij – kj =
(X
ij
- X ik )
2
(3.38)
æ1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ij nik ø
5) Menentukan daerah kritik dengan persamaan: a. Komparansi rataan antar baris DKio- jo = Fio – jo ≥ (p – 1) Fα;p – 1 ; N – pq b. Komparansi rataan antar kolom DKoi- oj = Foi – oj ≥ (p – 1) Fα;q – 1 ; N – pq c. Komparansi rataan antar sel pada kolom yang sma (sel ij dan sel kj) DKij – kj = Fij – kj ≥ (pq – 1) Fα; (p-1)(q-1);N-pq d. Komparansi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik) DKij-ik = Fij-ik ≥ (pq – 1) Fα; (p-1)(q-1);N-pq cxxx
Dimana
xi.
: rerata pada baris ke –i
xj.
: rerata pada baris ke –j
x.i
: rerata pada kolom ke –i
x.j
: rerata pada kolom ke-j
xij
: rerata pada sel ij
xkj
: rerata pada sel kj
xik
: rerata pada sel ik
ni.
: cacah observasi pada baris ke-i
nj.
: cacah observasi pada baris ke –i
n.i
: cacah observasi pada kolom ke-i
n.j
: cacah observasi pada kolom ke-j
nij
: cacah observasi pada sel ij
nkj
: cacah observasi pada sel kj
nik
: cacah observasi pada sel ik
e. Menentukan keputusan uji f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada
cxxxi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Motivasi berprestasi
siswa, Kreativitas, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan. Data diperoleh dari SMP Negeri 1 karanganyar kabupaten Kebumen kelas VII B sebagai kelas experimen yang menggunakan metode Diskusi, serta VII C sebagai kelas experimen yang menggunakan metode Pemberian Tugas. 1.
Prestasi Belajar Fisika Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Seseorang dikatakan belajar jika menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam penelitian ini prestasi belajar Fisika dibatasi pada aspek kognitif saja. Adapun soal tes prestasi dan hasil belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran hasil analisa data Untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika, ringkasan dari lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1, Tabel 4.1 Metode Diskusi Tugas
Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika
Total Count 40 40
Mean 81,50 82,40
StDev 10,16 9,98
Minimum 55,00 55,00
Median 80,00 84,00
Maximum 100,00 100,00
Pada sampel yang diberi pembelajaran dengan metode diskusi terdapat 40 siswa dengan rerata 81,50, standart deviasi 10,16, nilai terendah 55,00, median cxxxii
80,00 dan nilai tertinggi 100,00, sedangkan sampel yang diberi pembelajaran dengan metode pemberian tugas terdapat 40 siswa dengan rerata 82,40, standart deviasi 9,98, nilai terendah 55,00, median 84,00 dan nilai tertinggi 100,00. Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian Tugas disajikan pada tabel 4.2 dan 4.3. untuk lebih jelas maka dibuatkan histogram pada gambar 4.1 menggunakan tabel 4.2 dan histogram pada gambar 4.2. menggunakan tabel 4.3 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Diskusi
Nilai
Frek.
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek.Persen
53 - 60
1
56,5
1
2,50%
61 - 68 69 - 76
3 10
64,5 72,5
4 14
7,50% 25,00%
77 - 84
13
80,5
27
32,50%
85 - 92
10
88,5
37
25,00%
93 - 100
3
96,5
40
7,50%
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai
Frek.
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek.Persen
53 - 60
1
56,5
1
2,50%
61 - 68
2
64,5
3
5,00%
69 - 76
8
72,5
11
20,00%
77 - 84
16
80,5
27
40,00%
85 - 92
9
88,5
36
22,50%
93 - 100
4
96,5
40
10,00%
Dari tabel 4.2 dan 4.3 distribusi frakwensi prestasi belajar dengan metode diskusi dan pemberian tugas ditunjukkan dengan histogram berikut: cxxxiii
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Diskusi
Pada kelas pertama interval 53 – 60 frekwensi 1, kelas kedua interval 61 – 68 frekwensi 3 kelas ketiga interval 69 – 76 frekwensi10, kelas keempat interval 77 – 84 frekwensi 13, kelas kelima interval 85 – 92 frekwensi 10, kelas keenam interval 93 – 100 frekwensi 3.
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Pemberian Tugas
cxxxiv
Pada kelas pertama interval 53 – 60 frekwensi 1, kelas kedua interval 61 – 68 frekwensi 2, kelas ketiga interval 69 – 76 frekwensi8, kelas keempat interval 77 – 84 frekwensi 16, kelas kelima interval 85 – 92 frekwensi 9, kelas keenam interval 93 – 100 frekwensi 4.
2.
Data Motivasi berprestasi Siswa Motivasi ialah suatu tenaga dalam diri manusia yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi ini dipengaruhi oleh kekuatan yang berupa pengalaman massa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan dan cita-cita hidup. Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Motivasi Berprestasi siswa
Metode = Diskusi K-Motiv Rendah Tinggi
Total Count 13 27
K-Motiv Rendah Tinggi
Total Count 22 18
Mean 149,62 168,26
StDev 7,34 8,70
Minimum 134,00 159,00
Median 152,00 167,00
Maximum 158,00 193,00
Median 144,50 166,00
Maximum 155,00 181,00
Metode = Tugas Mean 144,41 168,33
StDev 9,03 6,83
Minimum 121,00 160,00
Motivasi berprestasi rendah metode diskusi terdapat 13 siswa, rerata 149,62, standart deviasi 7,34, skor minimum 134,00,
median 152,00, skor
maksimum 158,00, Motivasi berprestasi tinggi metode diskusi terdapat 27 siswa, rerata 168,26, standart deviasi 8,70, skor minimum 159,00, median 167,00, skor maksimum 193,00. Motivasi berprestasi rendah metode pemberian tugas terdapat 22 siswa, rerata 144,41, standart deviasi 9,03, skor minimum 121,00, median 144,00, skor maksimum 155,00, Motivasi berprestasi tinggi metode pemberian tugas terdapat 18siswa, rerata 168,33, standart deviasi 6,83, 160,00, median 166,00, skor maksimum 181,00. cxxxv
skor minimum
Data tentang Motivasi berprestasi siswa diperoleh melalui angket ukur Motivasi berprestasi. Adapun skor hasil ukur motivasi berprestasi ditampilkan dalam bentuk rentang frekuensi maupun histogram. Data motivasi berprestasi dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6 di bawah. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi pada Kelas Metode Diskusi
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
132 - 140
2
136
2
5,00%
141 - 149
3
145
5
7,50%
150 - 158
8
154
13
20,00%
159 - 167
15
163
28
37,50%
168 - 176
8
172
36
20,00%
177 - 185
3
181
39
7,50%
186 - 194
1
190
40
2,50%
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai
Frek.
Nilai Tengah
Frek. Kum
Frek.Persen
120 - 128
1
124
1
2,50%
129 - 137
3
133
4
7,50%
138 - 146
8
142
12
20,00%
147 - 155
10
151
22
25,00%
156 - 164
8
160
30
20,00%
165 - 173
5
169
35
12,50%
174 - 182
5
178
40
12,50%
Untuk memperjelas distribusi frekwensi motivasi berprestasi pada kelas metode diskusi maupun distribusi frekwensi motivasi berprestasi pada kelas metode pemberian tugas di atas, berikut adalah histogram motivasi berprestasi disajikan pada gambar 4.3 dan 4.4,
cxxxvi
Gambar 4.3 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Diskusi
Pada kelas pertama interval 132 – 140 frekwensi 2, kelas kedua interval 141 – 149 frekwensi 3, kelas ketiga interval 150 – 158 frekwensi 8, kelas keempat interval 159 – 167 frekwensi 15, kelas kelima interval 168 – 176 frekwensi 8, kelas keenam interval 177 – 185 frekwensi 3.
Gambar 4.4 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas
Pada kelas pertama interval 120 – 128 frekwensi 1, kelas kedua interval 129 – 137 frekwensi 3, kelas ketiga interval 138 – 146 frekwensi 8, kelas
cxxxvii
keempat interval 147 – 155 frekwensi 10, kelas kelima interval 156 – 164 frekwensi 8, kelas keenam interval 165 – 173 frekwensi 5. 3.
Data Kreativitas Siswa Setiap peserta didik mempunyai level Kreativitas yang berbeda. Tingkat
Kreativitas diukur menggunakan perangkat berupa angket. Adapun skor hasil angket tersebut dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.7 , Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa
Metode = Diskusi K-Kreativ Rendah Tinggi
Total Count 16 24
K-Kreativ Rendah Tinggi
Total Count 18 22
Mean 170,69 195,67
StDev 11,19 8,46
Minimum 142,00 185,00
Median 176,00 191,00
Maximum 183,00 215,00
Median 172,50 194,00
Maximum 182,00 216,00
Metode = Tugas Mean 169,50 195,95
StDev 10,21 9,04
Minimum 146,00 186,00
Kreativitas siswa rendah metode diskusi terdapat 16 siswa, rerata 170,69, standart deviasi 11,19, skor minimum 142,00, median 176,00, skor maksimum 183,00, kreativitas siswa tinggi metode diskusi terdapat 24 siswa, rerata 195,67, standart deviasi 8,46, skor minimum 185,00, median 191,00, skor maksimum 205,00. Kreativitas siswa rendah metode pemberian tugas terdapat 18 siswa, rerata 169,50, standart deviasi 10,21, skor minimum 146,00, median 172,50, skor maksimum 182,00, Kreativitas siswa tinggi metode pemberian tugas terdapat 22 siswa, rerata 195,95, standart deviasi 9,04,
skor minimum 186,00,
median
194,00, skor maksimum 216,00.Distribusi frekuensi skor hasil angket Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian Tugas disajikan pada tabel 4.8 dan 4.9 . cxxxviii
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Diskusi
Nilai Frek. Nilai Tengah 140 - 152 2 146 153 - 165 3 159 166 - 178 9 172 179 - 191 16 185 192 - 204 7 198 205 - 217 3 211
Frek. Kum Frek.Persen 2 5,00% 5 7,50% 14 22,50% 30 40,00% 37 17,50% 40 7,50%
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai
Frek. Nilai Tengah
Frek. Kum Frek.Persen
145 - 156 157 - 168 169 - 180 181 - 192 193 - 204
2 5 9 12 7
150,5 162,5 174,5 186,5 198,5
2 7 16 28 35
5,00% 12,50% 22,50% 30,00% 17,50%
205 - 216
5
210,5
40
12,50%
Untuk memperjelas distribusi frekwensi pada kelas dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas, berikut adalah histogram Kreativitas yang disajikan pada gambar 4.5 dan 4.6,
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Diskusi
cxxxix
Pada kelas pertama interval 140 – 152 frekwensi 2, kelas kedua interval 153 – 165 frekwensi 3, kelas ketiga interval 166 – 178 frekwensi 9, kelas keempat interval 179 – 191 frekwensi 16, kelas kelima interval 192 – 204 frekwensi 7, kelas keenam interval 205 – 217 frekwensi 3.
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas
Pada kelas pertama interval 145 – 156 frekwensi 2, kelas kedua interval 157 – 168 frekwensi 5, kelas ketiga interval 169 – 180 frekwensi 9, kelas keempat interval 181 – 192 frekwensi 12, kelas kelima interval 193 – 204 frekwensi 7, kelas keenam interval 205 – 216 frekwensi 5. B.
Pengujian Prasyarat Analisis
1.
Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan bantuan
cxl
software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya terdapat pada lampiran hasil analisa data dan ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.10 . Table 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
No. 1 2 3
Data Prestasi Prestasi Prestasi
Metode
pvalue >0,100 >0,100 >0,100
RyanJoiner 0,996 0,996 0,993
Distribusi Data Normal Normal Normal
Diskusi Pemberian Tugas 4 Motivasi >0,100 0,996 Normal 5 Motivasi Diskusi >0,100 0,991 Normal 6 Motivasi Pemberian >0,100 0,992 Normal Tugas >0,100 0,992 Normal 7 Kreativitas 8 Kreativitas Diskusi >0,100 0,984 Normal Kreativitas Pemberian >0,100 0,996 Normal 9 Tugas Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Motivasi berprestasi, dan Kreativitas di atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa p-value > 0,05 untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat diambil keputusan bahwa data Prestasi, Motivasi berprestasi dan Kreativitas berdistribusi normal. Kriteria uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal) jika p-value < alpha 5%”. 2.
Uji Homogenitas Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi belajar
Fisika, sedangkan sebagai faktornya adalah metode
pembelajaran (Diskusi dan Pemberian Tugas), Motivasi berprestasi dan
cxli
Kreativitas siswa. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.11 dan hasil analisis selengkapnya disajikan pada lampiran hasil analisa data. Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
No. Respon
Faktor
1
Prestasi Metode
2
Prestasi K-Motiv
3
Prestasi
KKreativ
p-value F Test / Levene’s Keputusan Bartlett’s Test Test 0,913 0,704 Homogen 0,455
0,477
Homogen
0,608
0,647
Homogen
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa semua nilai
sehingga semua Ho
yang diajukan (data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas) tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi berdasarakan faktor Metode, kategori Motivasi berprestasi dan tingkat Kreativitas siswa terpenuhi, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan.
C.
Pengujian Hipotesis Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak
hanya antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang diperkirakan di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA. 1.
Analisis Variansi Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan
sebab, faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga
cxlii
faktor, yaitu metode pembelajaran, Motivasi berprestasi dan Kreativitas siswa. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada tabel 4.12 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil analisa data. Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika Source Metode K-Motiv K-Kreativ Metode*K-Motiv Metode*K-Kreativ K-Motiv*K-Kreativ Metode*K-Motiv*K-Kreativ Error Total
S = 9,05718
DF 1 1 1 1 1 1 1 72 79
R-Sq = 25,44%
Seq SS 16,20 296,49 1022,43 169,45 6,30 493,93 10,67 5906,34 7921,80
Adj SS 41,50 214,41 221,07 56,00 0,62 453,60 10,67 5906,34
Seq MS 16,20 296,49 1022,43 169,45 6,30 493,93 10,67 82,03
F 0,20 3,61 12,46 2,07 0,08 6,02 0,13
P 0,658 0,041 0,001 0,155 0,783 0,017 0,719
R-Sq(adj) = 18,19%
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan Hipotesis penelitian sebagai berikut: a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan, tidak ditolak sebab p-value metode = 0,658 > 0,050. b. H02: Tidak ada pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,041 < 0,050. c. H03: Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050. d. H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan cxliii
tidak ditolak sebab p-value interaksi metode dan Motivasi berprestasi = 0,155 > 0,050. e. H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan tidak ditolak sebab p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,783 > 0,050. f. H023: Tidak ada interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,017 < 0,050. g. H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, Motivasi berprestasi, dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan tidak ditolak sebab p-value interaksi antara metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,719 > 0.050. Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil daripada alpha (p-value < α), maka ada langkah statistik lebih lanjut untuk mengetahui Motivasi berprestasi dan Kreativitas mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika, dan bagaimana bentuk interaksi kedua faktor tersebut.
2.
Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi dilakukan pada hipotesis H02, H03, dan H023. Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H12, yaitu: “ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran cxliv
dan satuan”, dan hasil pada H13, yaitu: “ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan”. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui motivasi pembelajaran mana yang memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.13 tentang rangkuman anova satu jalan berikut, Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Motivasi Source K-Motiv Error Total
DF 1 78 79
S = 9,505
Level Rendah Tinggi
N 35 45
SS 875,0 7046,8 7921,8
MS 875,0 90,3
Mean 78,200 84,867
R-Sq = 11,05%
StDev 8,828 9,997
F 9,69
P 0,003
R-Sq(adj) = 9,91%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev ------+---------+---------+---------+--(--------*---------) (-------*--------) ------+---------+---------+---------+--77,0 80,5 84,0 87,5
Pooled StDev = 9,505
Rangkuman anova satu jalan prestasi belajar dan faktor motivasi ditunjukkan pada level rendah terdapat 35 siswa, rerata78,200, standart deviasi 8,828 , pada level tinggi terdapat 45 siswa ,rerata 84,867, , standart deviasi 9,997.
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Fisika
cxlv
Dari grafik uji lanjutanava terlihat bahwa siswa dengan motivasi tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah, siswa dengan motivasi tinggi mempunyai rerata 84,867, motivasi rendah mempunyai rerata 78,200. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kreativitas mana yang memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.14 tentang rangkuman anova satu jalan . Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Kreativitas Source K-Kreativ Error Total S = 9,416
Level Rendah Tinggi
N 34 46
Mean 77,824 85,000
DF 1 78 79
SS 1006,9 6914,9 7921,8
MS 1006,9 88,7
R-Sq = 12,71%
StDev 9,849 9,085
F 11,36
P 0,001
R-Sq(adj) = 11,59%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev -------+---------+---------+---------+-(--------*---------) (-------*-------) -------+---------+---------+---------+-77,0 80,5 84,0 87,5
Pooled StDev = 9,416
Rangkuman anova satu jalan prestasi belajar dan faktor kreativitas ditunjukkan pada level rendah terdapat 34 siswa, rerata77,824, standart deviasi 9,849 , pada level tinggi terdapat 46 siswa ,rerata 85,000, , standart deviasi 9,085.
cxlvi
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Dari grafik uji lanjutanava terlihat bahwa siswa dengan kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah, siswa dengan kretivitas tinggi mempunyai rerata 85,000, kreativitas rendah mempunyai rerata 77,824.Kecenderungan Motivasi berprestasi siswa memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, demikian juga dengan Kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan. Untuk mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut, perhatikan grafik pola interaksi berikut,
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi
cxlvii
Untuk lebih memahami detail pola interaksi selengkapnya, informasi hasil uji Anova satu jalan tersaji pada tabel berikut, Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi
Motivasi Kreativitas Statistik N= Mean = Tinggi Stdev = Tinggi
Diskusi 20 85,950 8,370
Pemberian Tugas 16 P=0,314 88,813 8,370
P=0,009 Rendah
Tinggi
N= Mean = Stdev = N= Mean = Stdev =
7 74,290 12,050 4 76,750 6,898
p=0,150 P=0,587 p=0,205* p=0,001* p=0,024** p=0,021** p=0,934
p=0,649
Rendah Rendah
N= Mean = Stdev =
9 79,333 9,899
2 79,500 6,360 6 77,167 7,859 p=0,798
p=0,803
16 78,313 9,617
)* Motivasi, )** Kreativitas.
Dengan motivasi tinggi, kreativitas tinggi dengan metode diskusi terdapat 20 siswa, rerata 85,950, standart deviasi 8,370,dengan metode pemberian tugas terdapat 16 siswa, rerata 88,813 , standart deviasi 8,370, p-value=0,314. D.
Pembahasan Hasil Analisis Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggunaan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian Tugas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan, apakah ada pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan, apakah ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan, apakah ada interaksi antara metode dan Motivasi berprestasi siswa, apakah ada interaksi antara metode dan Kreativitas siswa, apakah ada interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas siswa, dan cxlviii
apakah ada interaksi antara metode pembelajar an, Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Diskusi dan Pemberian Tugas. Pengukuran Motivasi berprestasi siswa dilakukan sebelum pembelajaran Besaran dan satuan berlangsung melalui perangkat observasi, sedangkan untuk mengetahui Kreativitas siswa dilakukan dengan tes/angket Kreativitas. Observasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimaksudkan untuk mendapatkan motivasi keseharian. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes kemampuan kognitif untuk mengukur prestasi belajar materi Besaran dan satuan. 1.
Hipotesis Pertama Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama
diperoleh p-value metode pembelajaran = 0,658 > 0,050 maka Ho (tidak ada perbedaaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar) tidak ditolak, ini berarti bahwa antara metode Diskusi dan Pemberian Tugas tidak memiliki perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan siswa. Kedua metode pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan, dimana metode Pemberian Tugas lebih unggul hasilnya meskipun hasil keduanya sudah memenuhi harapan. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar Fisika yang menunjukkan telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM: 60) yang dipatok, siswa yang dibelajar kan dengan metode Diskusi dan Pemberian Tugas masing-masing reratanya 81,50 dan 82,40. Dengan demikian kedua metode pembelajaran ini
cxlix
sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi Besaran dan satuan, tentunya dengan metode Pemberian Tugas sebagai pilihan utamanya. Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran 13 analisa data halaman 220) memberikan informasi bahwa kedua kelas, Diskusi dan Pemberian Tugas masingmasing memperoleh rerata prestasi 81,50 dan 82,40 dengan hasil p-value sebesar 0,690. Hasil tersebut jelas menggambarkan tidak adanya perbedaan antar kedua metode tersebut. Dengan demikian kedua model pembelajaran ini sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi besaran dan satuan dengan pilihan terbaiknya pada metode pembelajaran Pemberian Tugas. Metode diskusi merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan siswa secara berkelompok untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori yang dieksplorasi dari buku - buku,pada metode diskusi siswa yang kurang jelas dapat bertanya pada kanggota kelompoknya. Sedangkan metode Pemberian Tugas adalah suatu metode yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran kepada siswa sehingga siswa memiliki sesuatu yang wajib, yang harus dilakukan baik secara individual maupun kelompokbagi siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya dapat bertanya pada orang lain, teman,saudara , orang tua. Pada dasarnya penggunaan metode pembelajaran metode Diskusi dan Pemberian Tugas sangat tepat untuk mengejar ketertinggalan materi. Meski samasama berhasil mengantarkan siswa memperoleh prestasi di atas batas kriteria minimal, masih dapat dicermati kecenderungan metode Pemberian Tugas yang memiliki arah pengaruh positif, sedangkan metode Diskusi cenderung negatif,
cl
lebih rendah reratanya daripada rearata total data nilai. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika
2.
Hipotesis Kedua Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan, p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,041 < 0,050. Uji lanjut menunjukkan bahwa Motivasi berprestasi memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan, p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,003 < 0,050. Motivasi sendiri menunjukkan cirri-ciri: Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menurut dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, misalnya
masalah
pembangunan
agama,
politik,
ekonomi,
keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala tindak kriminal, amoral, dan cli
sebagainya. Lebih senang bekerja sendiri. Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. Dapat mempertahankan pendapatnya, kalau sudah yakin akan sesuatu. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. Senang mencari dan memecahkan masalah. Bila diberikan tugas maka siswa segera menyelesaikan, bila mendapat kesulitan segera
bertanya pada orang lain,maka anak yang
bermotivasi tinggi akan lebih tinggi pula. Hasil tersebut menandakan adanya pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi Besaran dan satuan. Jika diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua Motivasi berprestasi diperoleh informasi bahwa rerata prestasi siswa yang Motivasi berprestasinya tinggi dan rendah masing-masing 84,867 dan 78,200. Hal itu berarti bahwa faktor Motivasi berprestasi siswa menunjang keberhasilan proses pembelajaran, karena faktor Motivasi berprestasi ternyata dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Motivasi berprestasi siswa memberikan efek dengan arah yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Besaran dan satuan, dimana siswa yang memiliki Motivasi berprestasi rendah maupun tinggi mendapatkan prestasi yang signifikan berbeda. Siswa dengan Motivasi berprestasi tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah-masalah Besaran dan satuan dibanding siswa yang memiliki Motivasi berprestasi rendah. untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar hasil uji lanjut mean pada gambar 4.7 . 3.
Hipotesis Ketiga
clii
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika (p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050) dalam proses pembelajaran. Kreativitas siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar Fisika materi Besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan bahwa Kreativitas siswa memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050). Hal ini terjadi karena kemampuan Kreativitas yang sifatnya personal
bisa
mengarahkan
siswa
pada
ketidakmandegan,
dalam
arti
memunculkan perasaan selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya, sehingga memacu siswa untuk selalu memperbaiki apa yang sudah dikuasai dan dipahaminya, khususnya dalam pembelajaran Fisika materi Besaran dan satuan. Tingkat Kreativitas siswa dapat dikatakan memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi berbeda,siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi yaitu 85,000 dengan standar deviasi 9,085 dan siswa yang memiliki kreativitas rendah akan memperoleh prestasi yang redah yaitu 77,824 dengan besar standar deviasi 9,849. Untuk lebih memahami signifikansinya, perhatikan tabel 4.14 dan gambar 4.8 . 4.
Hipotesis Keempat Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar materi Besaran dan satuan, dan tidak demikian dengan Motivasi berprestasi sehingga hasil uji interaksi menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara faktor metode cliii
pembelajaran dan Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar materi Besaran dan satuan (p-value interaksi metode dan Motivasi berprestasi = 0,155 > 0,050). Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,205 pada Metode Diskusi, dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mendapatkan prestasi lebih baik (82,93 dan 78,54) dan p-value = 0,001 pada Metode pemberian Tugas, dimana siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah mendapatkan prestasi tidak lebih baik daripada siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi (78,000 dan 87,778). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.16 dan tabel 4.17. Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi Faktor Metode Diskusi dan Motivasi Berprestasi Source K-Motiv Error Total S = 10,07
DF 1 38 39
SS 169 3853 4022
MS 169 101
F 1,67
R-Sq = 4,20%
P 0,205
R-Sq(adj) = 1,68%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean Rendah 13 78,54 Tinggi 27 82,93
StDev 8,88 10,58
--+---------+---------+---------+------(---------------*----------------) (----------*----------) --+---------+---------+---------+------73,5 77,0 80,5 84,0
Pooled StDev = 10,07
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode diskusi motivasi berprestasi ditunjukkan pada level rendah terdapat 13 siswa, rerata78,54, standart deviasi 8,88 , pada level tinggi terdapat 27 siswa ,rerata 82,93, standart deviasi 10,58. Tabel 4.17 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian Tugas dan Motivasi Berprestasi
Source K-Motiv Error Total
DF 1 38 39
SS 946,5 2937,1 3883,6
MS 946,5 77,3
F 12,25
P 0,001
cliv
S = 8,792
Level Rendah Tinggi
N 22 18
R-Sq = 24,37%
Mean 78,000 87,778
StDev 9,003 8,524
R-Sq(adj) = 22,38%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev --+---------+---------+---------+------(-------*-------) (--------*-------) --+---------+---------+---------+------75,0 80,0 85,0 90,0
Pooled StDev = 8,792
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan
faktor metode
pemberian tugas motivasi berprestasi ditunjukkan pada level rendah terdapat 22 siswa, rerata78,00, standart deviasi 9,003 , pada level tinggi terdapat 18 siswa ,rerata 87,778, standart deviasi 8,524.
Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode Pemberian Tugas berinteraksi dengan Motivasi berprestasi tinggi siswa. Untuk lebih jelasnya lagi dalam memaknai interaksi metode pembelajaran dengan Motivasi berprestasi perhatikan gambar 4.10.
clv
Gambar 4.10 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Motivasi berprestasi terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan
Dari gambar 4.10 diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kedua faktor memungkinkan terjadinya interaksi pengaruh namun tidak memiliki alasan yang kuat untuk dikatakan berinteraksi. Dengan jelas gambar memperlihatkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas lebih baik hasilnya daripada Diskusi dan siswa dengan Motivasi berprestasi tinggi lebih baik hasilnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas, dengan hasil maksimal diperoleh siswa dengan kecenderungan motivasi berprestasi tinggi dan dibeljarkan dengan metode Pemberian Tugas. Jadi, disinilah letak kemungkinan untuk terjadinya interaksi. Interaksi terjadi pada level Motivasi Tinggi dan dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas. 5.
Hipotesis Kelima Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan
metode pembelajaran terhadap prestasi Besaran dan satuan dan ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Meski keduanya berpengaruh, hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi pengaruh antara faktor metode pembelajaran dengan Kreativitas pada prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,783 > 0,050). Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan metode pembelajaran memperlihatkan kecenderungan selaras dengan efek Kreativitas siswa sehingga belum mengindikasikan terjadinya interaksi kedua faktor. Hasil uji lanjut ternyata memberikan keputusan sebaliknya, ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas. Dimana, hasil uji interaksi untuk clvi
Kreativitas dengan metode Diskusi diperoleh p-value sebesar 0,024. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 84,417 dan yang berkreativitas rendah 77,125. Sedangkan p-value untuk interaksi Kreativitas dengan metode Pemberian Tugas 0,021. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 85,636 dan yang bermotivasi rendah 78,444. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi bahwa terjadi interaksi pada level metode pembelajaran. Untuk lebih jelas lagi dalam memaknai interaksi metode pembelajaran dengan Kreativitas siswa perhatikan tabel 4.18 dan tabel 4.1 serta gambar 4.11 . Tabel 4.18 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Diskusi dan Kreativitas Source K-Kreativ Error Total S = 9,613
Level Rendah Tinggi
N 16 24
DF 1 38 39
SS 510,4 3511,6 4022,0
MS 510,4 92,4
F 5,52
P 0,024
R-Sq = 12,69%
R-Sq(adj) = 10,39%
Mean 77,125 84,417
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev -----+---------+---------+---------+---(--------*---------) (-------*-------) -----+---------+---------+---------+---75,0 80,0 85,0 90,0
StDev 10,819 8,737
Pooled StDev = 9,613
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode diskusi kreativitas siswa ditunjukkan pada level rendah terdapat 16 siswa, rerata77,125, standart deviasi 10,819 , pada level tinggi terdapat 24 siswa ,rerata 84,417, standart deviasi 8,737. Tabel 4.19 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian Tugas dan Kreativitas Source K-Kreativ Error Total
DF 1 38 39
SS 512,1 3371,5 3883,6
MS 512,1 88,7
F 5,77
clvii
P 0,021
S = 9,419
Level Rendah Tinggi
N 18 22
R-Sq = 13,19%
Mean 78,444 85,636
StDev 9,173 9,614
R-Sq(adj) = 10,90% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev -----+---------+---------+---------+---(----------*----------) (---------*---------) -----+---------+---------+---------+---76,0 80,0 84,0 88,0
Pooled StDev = 9,419
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan
faktor metode
pemberian tugas kreativitas siswa ditunjukkan pada level rendah terdapat 18 siswa, rerata78,444, standart deviasi 9,173 , pada level tinggi terdapat 22 siswa ,rerata 85,636, standart deviasi 9,614.
Gambar 4.11 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan
6.
Hipotesis Keenam Hasil analisis data menunjukkan ada interaksi antara Motivasi berprestasi
dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (pvalue interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,017 < 0,050). Hasil ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu Motivasi berprestasi yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, dan demikian juga Kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Besaran dan
clviii
satuan. Secara parsial motivasi berprestasi memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian prestasi demikian juga halnya dengan Kreativitas.,sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Hanya saja, dari hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang demikian pada seluruh level interaksinya, hanya beberapa bagian saja yang menunjukkan terjadinya pola interaksi. Untuk itu perlu diteliti pada setiap sel interaksi keduanya, ternyata berdasarkan pada tabel 4.15 yang merangkum hasil probabilistik interaksi, diketahui bahwa Motivasi berprestasi dan Kreativitas berinteraksi pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Diskusi (p-value = 0,009) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 85,950 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 74,290. Sedangkan pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p-value = 0,150) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 88,813 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 79,500. Interaksi pengaruh tidak terjadi pada level Motivasi berprestasi Rendah yang dibelajarkan dengan Pemberian Tugas (p-value = 0,798) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 79,500 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 78,313. Sedangkan pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan Metode Diskusi (pvalue = 0,6490) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh clix
rerata prestasi 76,750 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 79,333. Untuk mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut perhatikan gambar 4.9. 7.
Hipotesis Ketujuh Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran, Motivasi berprestasi, dan Kreativitas (p-value interaksi antara metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,719 > 0,050). Seperti yang telah dijabarkan di atas, secara mandiri faktor Motivasi dan Kreativitas berpengaruh signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika siswa, ternyata tidak memperlihatkan pengaruh signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, yaitu Metode Pembelajaran.
Berdasarkan tabel 4.15 yang merangkum hasil
probabilistik interaksi, diketahui bahwa metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Level tersebut adalah Motivasi berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi metode Diskusi (rerata prestasi 85,950) dan metode Pemberian Tugas (rerata prestasi 88,813) yang merupakan level interaksi dengan perolehan rerata tertinggi. Untuk mengetahui pola interaksi sepenuhnya dari ketiga faktor tersebut perhatikan tabel 4.15 .
clx
Gambar 4.13 Grafik efek mean faktor Metode pembelajaran, Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan
Berdasarkan gambar 4.13 diperoleh informasi bahwa baik Motivasi Berprestasi (Tinggi – Rendah) dan Kreativitas siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki tren positif sedangkan Metode Pembelajaran (Diskusi – Pemberian Tugas) sebaliknya, memperlihatkan tidak adanya perbedaan, hanya sedikit di atas rerata untuk metode pemberian tugas. Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut: a). Penggunaan metode pembelajaran Pemberian Tugas dan Kreativitas tinggi berpengaruh signifikan, terutama bagi siswa dengan Motivasi berprestasi tinggi, mereka akan menunjukkan laju pemahaman konsep Besaran dan satuan dengan lebih cepat. b). Interaksi antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas memberikan sumbangan besar terhadap pemahaman siswa akan konsep Fisika pada materi Besaran dan satuan terutama pada siswa yang memiliki Motivasi
clxi
berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi yang dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas. Hal ini disebabkan karena metode Pemberian Tugas lebih berkesan bagi siswa.
E.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi
sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Kreativitas siswa hanya diukur pada level tinggi dan rendah saja, tidak memberikan kesempatan pada terukurnya level menengah untuk kedua faktor. Sedangkan kategori motivasi siswa, yang mestinya lebih dari tiga hanya diamati dua saja.
Selain itu,
Kreativitas siswa yang diukur adalah Kreativitas siswa rata-rata, tidak pada saat proses pembelajaran itu sendiri berlangsung. Hal ini menyebabkan biasnya pengaruh metode pembelajaran terhadap pencapaian prestasi, terutama jika akan melihat pengaruh metode terhadap perubahan kreativitas siswa.
clxii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Tidak ada pengaruh penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Kedua model pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada materi materi besaran dan satuan. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar yang menunjukkan lebih tinggi daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 60) yang dipatok. Rerata pada kelas yang dibelajarkan melalui metode diskusi adalah 81,50. Sedangkan pada siswa yang dibelajarkan dengan metode pemberian tugas tugas diperoleh rerata 82,40; sama-sama memenuhi harapan. Metode Pemberian Tugas materi besaran dan satuan lebih unggul hasilnya meskipun hasil keduanya sudah memenuhi harapan..
2.
Ada pengaruh Motivasi Berprestasi siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan . Hasil uji lanjutnya memberikan informasi dimana siswa yang memiliki kategori motivasi berprestasi tenggi mendapatkan rerata prestasi relatif lebih tinggi yaitu 84,867 sedangkan siswa yang memiliki kategori motivasi berprestasi rendah mendapatkan rerata prestasi 78,200. Ada pengaruh Motivasi Berprestasi siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan bahwa p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,003 < 0,050 .
3.
Ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan bahwa p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050. Tingkat Kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi berbeda, yaitu 85,000 dengan standar deviasi 9,085 dan 77,824 dengan besar standar deviasi 9,849.
4.
Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran dengan Motivasi Berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,205 pada Metode Diskusi, dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mendapatkan prestasi lebih baik (82,93 dan 78,54) dan pvalue = 0,001 pada Metode pemberian Tugas, dimana siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah mendapatkan prestasi tidak lebih baik daripada siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi (78,000 dan 87,778).
5.
Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. meskipun nampak tidak terdapat interaksi, ternyata Hasil uji interaksi untuk Kreativitas dengan metode Diskusi diperoleh p-value sebesar 0,024. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 84,417 dan yang berkreativitas rendah 77,125. Sedangkan p-value untuk interaksi Kreativitas dengan metode Pemberian Tugas 0,021. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 85,636 dan yang bermotivasi rendah 78,444.
6.
Ada interaksi pengaruh antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas terhadap prestasi Fisika pada materi besaran dan satuan. Hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang demikian, Motivasi berprestasi dan Kreativitas
clxiii
berinteraksi pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Diskusi (p-value = 0,009) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 85,950 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 74,290. Sedangkan pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p-value = 0,150) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 88,813 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 79,500. 7.
Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran, Motivasi Berprestasi dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Faktor Metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Level tersebut adalah Motivasi berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi metode Diskusi (rerata prestasi 85,950) dan metode Pemberian Tugas (rerata prestasi 88,813) yang merupakan level interaksi dengan perolehan rerata tertinggi.
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode diskusi dan metode Pemberian Tugas ;
a.
Tidak ada pengaruh prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan antara penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas, penggunaan kedua metode dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga kedua metode dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika
khususnya materi besaran dan
satuan. b.
Ada pengaruh prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berprestasi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, sehingga dalam proses pembelajaran fisika, guru harus lebih menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi .
clxiv
c.
Ada perbedaan prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan dengan tingkat kreativitas siswa . Pada penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas siswa tinggi berprestai lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kreativitas siswa
rendah,
sehingga kreativitas siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa, guru harus menciptakan kondisi siswa memberikan layanan, sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas. d.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode diskusi dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan , kedua metode dan motivasi berprestasi samasama berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar sehingga kedua metode dan motivasi berprestasi siswa perlu diperhatikan dalam proses belajar sehingga peningkatan prestasi belajar fisika dapat maksimal.
e.
Tidak ada interaksi antara metode diskusi dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan . Penggunaan metode dan kreativitas siswa memberikan pengaruh positif dalam peningkatan prestasi belajar, sehingga penggunaan kedua metode dan kreativitas siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran.
f.
Ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas
terhadap
prestasi belajar fisika materi Besaran dan Satuan, motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa tinggi akan lebih baik dari pada siswa yang bermotivasi berprestasi rendah dan kreativitas siswa rendah, sehingga motivasi dan kreativitas siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa,
clxv
guru harus mampu menumbuhkan motivasi siswa, guru juga harus menciptakan kondisi siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas. g.
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, baik penggunaan metode, motivasi dan kreativitas sama-sama dapat meningkatkan prestasi pada pelajaran fisika materi besaran dan satuan .
2.
Implikasi Praktis Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan dengan metode Diskusi dan Pemberian Tugas ternyata mendapatkan prestasi belajar Fisika yang sudah memenuhi harapan.untuk mengajarkan fisika materi besaran dan satuan dapat menggunakan kedua metode ,namun guru perlu memperhatikan motivasi dan kreativitas siswa. Metode Pemberian Tugas menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima siswa sehingga mampu mendongkrak semangat siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada metode Diskusi. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar Fisika khusus pada materi besaran dan satuan sebaiknya tidak diberikan melalui metode diskusi.
C.
Saran-saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Saran untuk Guru
clxvi
a.
Materi fisika sebagian besar memerlukan motivasi dan kreativitas yang tinggi, misalkan pada konsep besaran dan satuan. Untuk mengajarkan konsep yang demikian maka diperlukan metode sebagai penguat informasi belajar yang mampu menyederhanakan konsep logika sehingga mudah dipahami siswa. Selain itu, guru fisika perlu memperhatikan motivasi siswa dan sekaligus menerapkan metode baru dalam mengajarkan pembelajaran fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan . Prioritas pemilihan sebuah metode mengacu pada kemudahan, kebertahapan dan kemenarikannya serta karakteristik materi itu sendiri.
b.
Dalam penggunaan metode diskusi yang perlu diperhatikan guru adalah anggota kelompok diskusi jangan terlalu besar paling banyak 5 siswa, ada pemerataan siswa yang bermotivasi dan kreativitas dalam tiap kelompok diskusi, dalam setiap topik diskusi perlu melakukan pertukaran anggota kelompok. Kita beri pujian bagi kelompok yang berprestasi serta guru harus membagi waktu dengan cermat,memberikan bimbingan yang lebih dan tekun.
c.
Dalam penggunaan metode pemberian tugas harus ada pengontrolan dalam pelaksanaan tugas, memberikan ulasan, tugas jangan terlalu banyak dan terlalu sulit karena akan mnyebabkan kejenuhan dan kebosanan siswa.Untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika diperlukan metode sebagai media belajar yang sesuai dengan karakter materi ajar dan karakater siswa sehingga metode membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk menerima dan memahami materi.
clxvii
2.
Saran untuk para peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang metode yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi yang dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap metode pembelajaran karena setiap anak memiliki motivasi dan kreativitas belajarnya sendiri. Penelitian mengenai penerapan metode lain yang dapat mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan dalam belajar Fisika terutama yang berkaitan dengan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi belum banyak digali.
clxviii
DAFTAR PUSTAKA
, 2008. Creativity and critical thinking in the globalised university. http://www.highbeam.com/doc/1P3-1547401631.htm , 2009. Besaran dan Satuan. Tersedia pada http://alljabbar.files. wordpress.com/2008/03/01-besaran-dansatuan.pdf. Diakses tanggal 17 September 2009. , 2009. Direct Instruction. Tersedia pada http://edutechwiki.unige. ch/en/Direct_instruction. Diakses tanggal 17 September 2009. Arends, Richard, I. 1998. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies. Ausubel, D.P. 1977. Social Learning Theory: Englewood Cliffs. N.J: Prentice Hall. Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology, The Teaching Learning Process Chicago. The Moody Bible Institue. Bartlett, F.C. 1932. Remembering. Cambridge. Cambridge University: Press. BCaplin, J.P. 1972. Dictionary of Psycology, Fifth Printing. New York: Dell Publising Co. Inc. Beam, High. 2008. Creative activity and its impact on student learning - issues of implementation. http://www.highbeam.com/doc/1P3-1547401701.html Dansereu, J.P. 1972. Dictionary of Psicology. Fifth Printing. New York: Dell Publising Co. Inc. Dansereu, D.F. 1987. Technical learning strategies. Engineering Education, 77, 288-284 Dimyati dan Mudjiyono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ginsenburg, H & Opper, S. 1988. Piaget’s Theory of Intellectual Development (3ed). Neglewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Gleitman, Henry. 1986. Psycology:(2th ed). New York: W.W. Norton & Company.
clxix
Hawk. P.P. 1986. Using graphic organizers to increase achievement in middle school life scince. Science Education. Hintzman, Douglas L. 1978. The psycology of Learning and Memory. San Francisco: W. H. Freeman & Company. Koeswara, E. 1989. Motivasi (Teori dan penelitiannya). Bandung: Angkasa. Kristy, Ausdemore.2005.An Overview of Direct Instruction. Quortly Journal, tersedia pada http://www.newhorison.org Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mulyani Sumantri. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Neisser, J. 1976. Cognitive and reality: Principles and implications of cognitive psychology. San Framcisco: W. H. Freeman. Ngalim Purwanto.1986. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Karya. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Paul Suparno, 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Piaget, J. 1981. The Psycology Intelligence. Totowa, NJ: Little field. Purnomo, P. 1996. “Strategi Pengajaran”. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma. Ratna Willis. 1989. Teori-Teory Belajar. Jakarta: Erlangga Reber, Arthur, S. 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria : Penguin Books Austaliav Ltd. Roestiyah N.K. 1986. Didaktik / Metodik. Jakarta: Bina Aksara Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gradindo Persada. Sobri Sutikno. 2003. Menuju Pendidikan Bermutu. Lombok Nusa Tenggara: Pratama Press.
clxx
Soeharjo. 2002. Statistik Terapan, Analisis Varian dan Jalur. Surakarta: Pascasarjana UNS. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 1991. Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Surya, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga Bandung: FIP-FKIP. Surya, M. 1983. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Universitas Terbuka. Utami Munandar. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. W. Tuckman, Bruce. 1999. A Tripartite Model of Motivation for Achievement. http://dennislearningcenter.osu.edu/all-tour/apa99paper.htm Wadsworth, BJ. 1989. Piaget’s Theory of Cognitive and Affective Development (4th ed). New York: Longman. Winkel, W.S. 1996. Psychology Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
clxxi