perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI MODEL RTE DAN SNOWBALL DILENGKAPI PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KONSEP GHS (Studi Kasus Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rembang Tahun Pelajaran 2011/2012) Tesis Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama :Fisika
Oleh : Titin Hariyani S 831008067
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Titin Hariyani
NIM
: S831008067
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kooperatif Melalui Model RTE dan SNOWBALL Dilengkapi Pemberian Tugas Ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa SMA Konsep GHS (Studi Kasus Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rembang Tahun Pelajaran 2011/2012) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Desember 2011 Yang membuat pernyataan
commit to user iv
Titin Hariyani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Titin Hariyani. S831008067. Pembelajaran Kooperatif Melalui Model RTE dan Snowball Dilengkapi Pemberian Tugas Ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa SMA Konsep GHS (Studi Kasus Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rembang). Pembimbing I: Dra. Suparmi, M.A, Ph.D pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si. Tesis. Surakarta. Tesis: Prodi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. November 2011. Materi Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah materi dalam fisika yang berkaitan dengan materi-materi fisika yang lain. Maka pembelajaran GHS harus dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif untuk membangun konsepnya. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan model RTE dan Snowball, kreativitas, motivasi belajar dan interaksinya terhadap prestasi belajar pada konsep GHS. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dilaksanakan juli sampai desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rembang Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 6 kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas, yaitu kelas XI A4 menggunakan RTE dan kelas XI A5 menggunakan Snowball. Data dikumpulkan dengan lembar observasi, angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametrik Kruskal Wallis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball terhadap prestasi siswa, (2) ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa, (3) tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi siswa, (4) ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap prestasi siswa, (5) ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi siswa, (6) ada interaksi kreativitas dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa, (7) ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi siswa. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, model RTE, model Snowball, kreativitas, motivasi belajar, prestasi belajar kognitif psikomotorik dan afektif, gerak harmonik sederhana.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Titin Hariyani. S831008067. Cooperative Learning Using RTE Model and Snowball with Individual Assignment Overviewed from Creativity and Learning Motivation on the Subject of Simple Harmonic Motion (A Case Study on Student Achievement for XI grade SMA N 1 Rembang in Academic Year of 2011/2012). Guided I: Dra. Suparmi, M.A, Ph.D guided II: Dr. Sarwanto, M.Si. Thesis. Surakarta: Science Education Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University. November 2011. The subject of Simple Harmonic Motion was fundamental concept in Physics. Therefore, the student has to construct the concept of Simple Harmonic Motion by his self or her self through some learning activities. The purpose of the result were to know the influence RTE and Snowball model, creativity, learning motivation and their interaction toward students achievement on Simple Harmonic Motion. This research used experimental method with 2 x 2 x 2 factorial designed was conducted on july to december 2011. The population of this research was all students in grade XI of SMA 1 Rembang academic year 2011/2012, which consisted of 6 classes. The sample was taken using cluster random sampling consisted of 2 classes XI A4 learn using RTE and XI A5 learn using Snowball. The data was collected using test for student achievement, questioner for student creativity and learning motivation, observation sheet for psychomotoric and affective achievement. The data was analyzed using Kruskal Wallis test. From the data analysis can be concluded: (1) there was an influence of cooperative learning using RTE and Snowball model toward achievement, (2) there was an influence of student creativity toward students physics cognitive and psychomotoric achievement, (3) there was no an influence of learning motivation toward student achievement, (4) there was an interaction between learning model and student creativity toward students achievement, (5) there was an interaction between learning model and learning motivation toward student achievements, (6) there was an interaction creativity with learning motivation toward cognitive and psychomotoric achievement, (7) there was an interaction amoung learning model, student creativity, learning motivation toward students achievement. Key word: cooperative learning, RTE model, Snowball model, creativity, learning motivation, cognitive psychomotoric and affective, simple harmonic motion concept.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah azza wa Jalla yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesisyang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Melalui Model RTE dan SNOWBALL Dilengkapi Pemberian Tugas Ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa SMA Konsep GHS” (Studi Kasus Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Rembang Tahun Pelajaran 2011/2012) dapat diselesaikan. Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, dalam menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesisini, terutama kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa segala sarana dan fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini dengan penuh kesabaran. 3. Dra. Suparmi M.A. M.Sc, Ph.D, selaku pembimbing I selalu memberi bimbingan,
pengarahan
yang
sangat
berharga
dan
dorongan
moral
kepadapenulisselamapenyusunantesisini. 4. Dr.Sarwanto, M. Si, selaku pembimbing II selalu memberi bimbingan, pengarahan yang sangat berharga dan dorongan moral kepada penulis selama commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyusunan tesis ini. 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa dan semangat yang tiada hentinya untuk terus mencari ilmu. 7. Teman-teman Magister Pendidikan Sains Fisika angkatan September 2010 yang banyak memberikan masukan pada setiap kesempatan. 8. Serta semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surakarta, November 2011
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. A-Mujadilah : 11)
Belajarlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan dan menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajiannya seperti tasbih, penyelidikannya seperti jihad, pengajarannya adalah sedekah dan pemberiannya kepada ahliyah adalah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu adalah penghibur di kala kesepian, teman diwaktu menyendiri dan pentunjuk di kala senang dan susah. Ia adalah pembantu dan teman yang baik dan penerang jalan ke surga. (Mu’adz bin Jabal)
Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka. (Ali bin Abi Tholib)
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : Bapak dan Ibunda yang terhormat sebagai tanda bukti atas nasehat, doa, cinta & kasih sayang yang tiada henti selama mendewasakan penulis
Keluarga Klaten & Bagus Kuncoro tersayang yang mendukung dan selalu bisa membuatku tenang, percaya diri serta selalu bersemangat untuk terus mendorongku maju yang selalu menjadi inspirasiku juga membuatku bahagia untuk tidak menyerah dan terus berjuang.
Adik ku Amalia Zulfa Teman-teman P Sains Fisika angkatan 2010 atas perhatian dan motivasinya yang selalu mendorongku untuk terus berkembang dan maju. Terima kasih semuanya.
Mudah-mudahan persaudaraan ini abadi selamanya
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
iii
PERNYATAAN.................................................................................................. iv ABSTRAK ..........................................................................................................
v
ABSTRACT........................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii HALAMAN MOTTO ......................................................................................... ix HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xx BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………
7
C. Pembatasan Masalah…………………………………………...
8
D. Perumusan Masalah……………………………………………
9
E.
Tujuan Penelitian………………………………………………
9
F.
Kegunaan Penelitian………………………………………………10
BAB II. KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN commit to HIPOTESIS user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Kajian Teori ……………………………………………............ 12 1. Pembelajaran Fisika .............................................................. 12 a. Hakikat Fisika ................................................................... 12 b. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMA ………………….... 13 2. Belajar dan Pembelajaran …………………………............. 14 a. Pengertian Belajar............................................................. 14 b. Prinsip-Prinsip Belajar .................................................... 18 c. Tujuan Belajar ................................................................. 18 d. Pengertian Pembelajaran ................................................. 18 3. Pembelajaran Kooperatif....................................................... 20 4.
RTE ..................................................................................... 21
5. Snowball ............................................................................... 23 6. Kreativitas Siswa ................................................................. 26 a. Pengertian Kreativitas ..................................................... 26 b. Cara Mengukur Kreativitas. ............................................. 28 7. Motivasi Belajar..................................................................... 31 a. Pengertian Motivasi Belajar............................................... 31 b. Sifat Motivasi.................................................................... 32 c. Ciri Motivasi Belajar.......................................................... 33 d. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar............................... 34 e. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran............. 34 8. Pemberian Tugas ................................................................. 35 9. Prestasi Belajar .................................................................... 36 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Materi Gerak Harmonik Sederhana ..................................... 37 a. Periode dan Frekuensi Getaran Harmonik ...................... 37 b. Persamaan Getaran Harmonik .......................................... 40 c. Energi Getaran Harmonik ................................................ 45 B. Penelitian yang Relevan………………………………………
48
C. Kerangka Berpikir……………………………………………
51
D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………… 64 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 65 1. Tempat Penelitian ................................................................. 65 2. Waktu Penelitian ................................................................... 65 B. Metode Penelitian ....................................................................... 65 C. Populasi dan Sampel ................................................................... 66 1. Populasi ................................................................................. 66 2. Sampel ................................................................................... 66 3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 67 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 67 1. Variabel Bebas ..................................................................... 67 a. Pembelajaran Kooperatif ................................................ 67 b. Kreativitas ....................................................................... 68 c. Motivasi Belajar................................................................ 68 2. Variabel Terikat .................................................................... 69 E.
Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 69 commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Teknik Dokumentasi ............................................................. 69 2. Teknik Tes............................................................................. 69 3. Teknik Angket....................................................................... 69 F.
Instrumen Penelitian ................................................................... 69 1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian ........................................ 69 2. Instrumen Pengambilan Data……………………..………..
69
G. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................... 70 1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif……………………….. 70 2. Instrumen Angket Kreativitas ............................................. 75 3. Instrumen Angket Motivasi Belajar……………………. ..... 80 H. Teknik Analisis Data ................................................................... 82 1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa ..................................... 82 2. Uji Prasyarat Analisis............................................................ 83 a. Uji Normalitas. ................................................................ 83 b. Uji Homogenitas ............................................................. 84 3. Uji Hipotesis ......................................................................... 85 a. Uji Non Parametrik ........................................................ 85 BAB IV.
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................. 90 B. Uji Kesamaan Keadaan Awal ..................................................... 94 1. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa ................................... 94 2. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa ............................... 94 3. Uji t Dua Ekor ...................................................................... 95 C. Hasil Analisis Data ..................................................................... 95 1. Uji Prasyarat Analisis............................................................ 95 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa .................. 95 b. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa .............. 97 2. Hasil Pengujian Hipotesis .................................................... 97 D. Pembahasan Hasil Analisis Data................................................. 101 1. Uji Hipotesis Pertama Kognitif ............................................. 101 2. Uji Hipotesis Kedua Kognitif ............................................... 103 3. Uji Hipotesis Ketiga Kognitif ............................................... 104 4. Uji Hipotesis Keempat Kognitif ........................................... 105 5. Uji Hipotesis Kelima Kognitif .............................................. 106 6. Uji Hipotesis Keenam Kognitif............................................. 108 7. Uji Hipotesis Ketuju Kognitif ............................................... 109 8. Uji Hipotesis Pertama Psikomotorik .................................... 111 9. Uji Hipotesis Kedua Psikomotorik ....................................... 113 10. Uji Hipotesis Ketiga Psikomotorik ....................................... 114 11. Uji Hipotesis Keempat Psikomotorik ................................... 115 12. Uji Hipotesis Kelima Psikomotorik ...................................... 116 13. Uji Hipotesis Keenam Psikomotorik..................................... 118 14. Uji Hipotesis Ketujuh Psikomotorik ..................................... 119 15. Uji Hipotesis Pertama Afektif ............................................... 122 16. Uji Hipotesis Kedua Afektif ................................................. 123 17. Uji Hipotesis Ketiga Afektif ................................................. 124 18. Uji Hipotesis Keempat Afektif ............................................. 125 19. Uji Hipotesis Kelima Afektif ................................................ 126 20. Uji Hipotesis Keenam Afektif............................................... 128 21. Uji Hipotesis Ketujuh Afektif ............................................... 129 BAB V.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 156 B. Implikasi Hasil Penelitian ........................................................... 157 C. Saran ........................................................................................... 158
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 160 commit to user LAMPIRAN …………………………………………………………………… 164 xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1.
Waktu Penelitian.......................................................................... 55
Tabel 3.2.
Desain Faktorial Penelitian ......................................................... 56
Tabel 3.3.
Tabel Keadaan Soal....................................................................
Tabel 3.4.
Tabel Keadaan Angket Kretivitas............................................... 68
Tabel 3.5.
Tabel Keadaan Angket Motivasi................................................. 71
65
Tabel 4.1.1 Data Nilai Keadaan Awal............................................................ 79 Tabel 4.1.2. Data Skor Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas .................. 79 Tabel 4.1.3. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Model Pembelajaran............................................... 80 Tabel 4.1.4. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Kreativitas.............................................................. 80 Tabel 4.1.5. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Motivasi................................................................
80
Tabel 4.1.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Eksperimen…………………………………………………….
81
Tabel 4.1.7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas Kontrol ………………………………………………………… 82 Tabel 4.1.8. Deskripsi Data Kreativitas Siswa……………………………
83
Tabel 4.1.9. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen…
84
Tabel4.1.10 Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Kontrol ……….. 85 Tabel4.1.11 Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa ………………………. commit to user xvi
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel4.1.12 Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Kelas Eksperimen …….
86
Tabel 4.1.13.Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Kontrol …….
87
Tabel 4.1.14.Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen…………………………………………………….. 88 Tabel 4.1.15.Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol.......................................................................................
89
Tabel 4.1.16.Distribusi Frekuensi Kemampuan Psikomotorik Fisika Siswa Kelas Eksperimen ……………………………………………... 90 Tabel 4.1.17.Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol…………………………..……………………………
91
Tabel 4.1.18.Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas Eksperimen…………..………………………………………… 92 Tabel 4.1.19.Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas
Tabel 4.2.
Kontrol…………..…………………………………………….
93
Hasil Uji Normalitas Keadan Awal Siswa…………..………
94
Tabel 4.3.1. Hasil Uji Normalitas Model Kooperatif Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa …………..………
95
Tabel 4.3.2. Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa …………..………
96
Tabel 4.3.3. Hasil Uji Normalitas Kreativitas Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa …………..………
96
Tabel 4.3.4. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa …………..…………………………………… commit to user xvii
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3.5. Hasil Uji Non Parametrik Kemampuan Kognitif …………..
98
Tabel 4.3.6. Hasil Uji Non Parametrik Kemampuan Psikomotorik ………
98
Tabel 4.3.7. Hasil Uji Non Parametrik Kemampuan Afektif …………….
98
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE………………….
21
Gambar 2.2. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball……………
23
Gambar 2.3. Gaya Pemulih…………………. ……………………………...
33
Gambar 2.4. Bandul Matematis... …………………………………………...
34
Gambar 2.5. Simpangan Gerak Harmonik Sederhana ..................................
35
Gambar 2.6. Kecepatan Linier Gerak Harmonik Sederhana ..........................
37
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1.
Jadwal Penelitian .....................................................................
164
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................
165
Lampiran 3.
Lembar Kegiatan Siswa .........................................................
225
Lampiran 4.
Kisi-Kisi Soal Kemampuan Kognitif, Soal-Soal Kemampuan Kognitif dan Kunci Jawaban Soal Kemampuan Kognitif.......
Lampiran 5.
Kisi-Kisi Soal Kemampuan Psikomotorik dan Soal-Soal Kemampuan Psikomotorik.............. .......................................
Lampiran 6.
241
Kisi-Kisi
Soal
Kemampuan
Afektif
dan
258
Soal-Soal
Kemampuan Afektif.............. ...............................................
288
Lampiran 7.
Kisi-kisi Angket Kreativitas dan Angket Kreativitas ………
316
Lampiran 8.
Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar dan Angket Motivasi
Lampiran 9.
Belajar ....................................................................................
325
Analisis Validitas, Reliabilitas Angket Kreativitas Siswa......
333
Lampiran 10. Analisis Validitas, Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Siswa........................................................................................
337
Lampiran 11. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal.................................................................................
341
Lampiran 12. Data Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ...
345
Lampiran 13. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol……………………………………………………..... Lampiran 14. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa……………………. commit to user xx
346 347
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 15. Perhitungan Uji T 2 Ekor Keadaan Awal Siswa…………
348
Lampiran 16. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol…………….
349
Lampiran 17. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Siswa………………………………………………..
352
Lampiran 18. Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol……………………………………………………..
353
Lampiran 19. Data Kemampuan Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol…………………………………………………
354
Lampiran 20. Data Kemampuan Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol…………………………………………………….
355
Lampiran 21. Data Induk Kelas Eksperimen………..……………………
356
Lampiran 22. Data Induk Kelas Kontrol………..……………………….
358
Lampiran 23. Hasil Uji Non Parametrik……..………..………………….
359
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar siswa SMA N 1 Rembang kelas XI semester 1 tahun ajaran 2010/2011 pada pokok bahasan gerak harmonik sederhana cukup rendah, ini ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa 47,09; nilai maximum siswa 92; nilai minimum siswa 22; simpangan baku nilai siswa 2,75. IG. A. K. Wardani (1994:289) menyatakan bahwa “Rendahnya mutu lulusan SD, SLTP, dan SMU banyak dibahas dalam berbagai diskusi. Hal ini terkait dengan rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) serta kurang mampunya para siswa bernalar dan berpikir kritis. Kemampuan para siswa lebih banyak berfokus pada menghapal tanpa diimbangi dengan kemampuan menerapkan teori dan menguasai keterampilan”. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari beberapa faktor, diantaranya faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi metode, kurikulum, kondisi keluarga dan lingkungan, disiplin sekolah, serta sarana dan prasarana sekolah. Faktor dari dalam meliputi intelegensi, minat, bakat, keadaan jasmani dan rohani, serta motivasi. Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala atau kejadian- kejadian alam yang bersifat fisik salah satu contohnya adalah konsep gerak harmonik sederhana.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak
penerapan dari gerak harmonik sederhana, misalnya mainan anak ayunan. Konsep gerak harmonik sederhana merupakan salah satu
pokok bahasan
commit to user pelajaran fisika yang dipelajari pada tingkat SMA kelas XI semester 1. Materi
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelas XI semester 1 antara lain adalah GLB, GLBB, gerak parabola, gerak rotasi, elastisitas, hukum hooke, momentum dan impuls. Konsep gerak harmonik sederhana merupakan salah satu konsep utama yang digunakan dalam ujian praktek fisika di SMA dan terbilang cukup sulit karena konsep ini mempelajari materi konkrit yang membutuhkan pembahasan mendalam. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan bisa mengajar dengan baik yaitu menguasai materi pelajaran, bisa menyampaikan bahan ajar secara efektif, efisien dan tepat sasaran serta bisa mengetahui kondisi siswa. Proses belajar mengajar yang lebih baik yaitu melibatkan semua unsur dalam proses belajar mengajar itu sendiri meliputi siswa, pendidik, fasilitas pendidikan, lingkungan dan model pembelajaran. Pembelajaran fisika yang seharusnya diharapkan pengajar tidak terus menerus menyampaikan materi kepada siswa jika ingin menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Siswa perlu dilatih untuk berfikir kritis dan bertindak kreatif. Metode ceramah memang tidak salah diterapkan dalam proses pembelajaran.
Namun,
penggunaannya
juga
harus
disesuaikan
dengan
karakteristik materi agar tepat pada sasaran. Dalam metode ceramah, guru mentransfer pengetahuan secara utuh kepada siswa sedangkan siswa hanya mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Pembelajaran berlangsung satu arah yaitu siswa hanya berperan sebagai obyek pendidikan, mereka hanya mendengar, mencatat, dan menghafal. Bila ditinjau dari hakikat IPA khususnya fisika yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah, maka metode ini kurang tepat pada proses dan sikap ilmiah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Pembelajaran fisika monoton padahal berbagai model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif telah banyak dikembangkan seperti pembelajaran kooperatif, CTL, PBL dll. Pengetahuan dalam pembelajaran kooperatif ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Pengetahuan dibangun siswa secara aktif. Kompetensi dan kemampuan siswa dapat dikembangkan oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif terjadi interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar yang lebih kecil. Pengelompokkannnya adalah heterogen baik dari tingkat prestasi belajar, jenis kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi.
Dalam kelas kooperatif, murid-murid diharapkan mampu saling
membantu, berdiskusi dan berargumentasi sesuai dengan konsep yang dikuasainya. Keberhasilan dari sebuah kelompok tergantung pada pemahaman masing-masing individu yang ada didalamnya. Dengan kata lain keberhasilan seorang siswa bergantung secara positif terhadap siswa yang lain.
Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif ini dapat dilaksanakan melalui beberapa model atau teknik pembelajaran. Model pembelajaran juga mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga untuk mencapai hasil yang optimal guru harus memilih model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi tertentu. Model pembelajaran kooperatif bermacam-macam, misalnya jigsaw, STAD, TGT, Coop, jigsaw II dan lain-lain. Untuk menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar aktif, model pembelajaran kooperatif yang baik untuk dikembangkan dalam fisika adalah model Snowball dan RTE. Model snowball artinya pembelajaran bola salju. Strategi ini digunakan untuk mendapatkan commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati siswa secara berkelompok. Sedangkan model RTE (Rotating Trio Exchange) merupakan pada model ini, kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, setiap trio tersebut diberikan pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai untuk setiap anggota trio tersebut diberi nomor. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian memerintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Memberikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, menambahkan sedikit tingkat kesulitan. Merotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan digalakkan pemberian tugas sebagai sarana bantu siswa untuk membentuk konsep-konsep Fisika yang diajarkan. Tugas dapat didefinisikan sesuatu yang wajib dikerjakan siswa yang dikembangkan oleh siswa dan guru yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk menelaah usaha, perbaikan, proses dan pencapaian belajar siswa. Pemberian tugas akan meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alasan penggunaan model belajar ini adalah berhasilnya penelitian dari Selly Fitriyani. (Selly Fitriani, 2009:3) menyatakan bahwa ”RTE lebih efektif daripada metode tradisional yaitu metode ceramah. Secara fisis dengan menggunakan model RTE siswa sangat menikmati belajar dalam kelompok karena siswa merasa belajarnya lebih mudah, lebih memahami pelajaran. Selain itu kompetisi antar kelompok membuat kelas lebih menarik”. Trimo (2007:vi) menyatakan bahwa ”Pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Snowball kurang efektif dibandingkan dengan pengajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Snowball yang dimodifikasi dengan pembelajaran Quantum”. Kekurangefektifan metode pembelajaran kooperatif model Snowball dengan model Snowball yang dimodifikasi disebabkan siswa tidak dilatih untuk mengerjakan soal secara mandiri. Dampak jika penelitian pembelajaran kooperatif ini tidak dilakukan siswa akan tetap mengalami pembelajaran secara tradisional yaitu siswa menerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas. Kreativitas siswa digunakan sebagai salah satu tinjauan dalam penelitian ini karena belum banyak peneliti yang menggunakan kreativitas siswa sebagai tinjauan. Freedam (1982) yang dikutip H. Edy Tri Sulistyo dkk (2003:53) mengemukakan “Kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami dunia, menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli”.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebosanan siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat menimbulkan motivasi belajarnya menurun. Metode pembelajaran guru merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik yang diberikan kepada siswa. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar siswa. Pemberian motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting. Sebab keadaan siswa itu berubah-ubah dan terdapat komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar yang terkadang kurang menarik, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik bagi siswa. Motivasi belajar rendah menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak optimal. Menurut Sardiman A.M. (1990:84), “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Motivasi belajar senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Namun, motivasi belajar hanya merupakan salah satu faktor dari dalam (faktor intern) yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Selain faktor intern, keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar, baik dari keluarga, masyarakat bahkan dapat berasal dari kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Untuk itu,
memberikan motivasi pada seorang siswa
sangatlah diperlukan agar subjek belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan kegiatan belajar demi terwujudnya tujuan belajar. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan serta metode yang sesuai diharapkan dapat mencapai tujuannya. Tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Aspek kognitif dipengaruhi oleh aspek psikomotorik dan afektif yang commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimiliki siswa. Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan harus bisa mencapai ketiga aspek tersebut. Dari uraian latar belakang masalah diatas, dipandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenai penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas pada materi gerak harmonik sederhana melalui model RTE dan penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas pada materi gerak harmonik sederhana melalui model Snowball. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1.
Materi gerak harmonik sederhana pada siswa kelas XI semester 1 tahun ajaran 2010/2011 memiliki nilai prestasi belajar yang rendah.
2.
Pembelajaran Fisika pada umumnya hanya berfokus pada guru sehingga siswa cenderung hanya mendengar, mencatat kemudian menghafal materi yang disampaikan oleh guru.
3.
Rendahnya hasil belajar siswa bergantung dari faktor dari luar dan dalam diri siswa
4.
Metode ceramah yang diterapkan guru kurang sesuai dengan karakteristik IPA khususnya fisika sehingga kurang tepat pada proses dan sikap ilmiah.
5.
Pembelajaran fisika monoton padahal berbagai model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif telah banyak dikembangkan dan belum banyak yang menggunakan seperti model pembelajaran jigsaw, STAD, TGT, RTE, Snowball dll. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Motivasi belajar rendah menyebabkan hasil belajar siswa menjadi tidak optimal.
7.
Kreativitas siswa digunakan sebagai salah satu tinjauan dalam penelitian ini karena belum banyak peneliti yang menggunakan kreativitas siswa sebagai tinjauan.
8.
Pembelajaran Fisika hanya menekankan pada aspek produk tanpa menekankan aspek proses ilmiah.
9.
Materi pembelajaran belum diajarkan sesuai dengan karakteristik materi.
10. Siswa menerima pengetahuan dalam bentuk hafalan sehingga kurang dapat menerapkan konsep gerak harmonik sederhana dalam kehidupan sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1.
Pengajaran fisika dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.
2.
Model pembelajaran yang digunakan adalah RTE dan Snowball.
3.
Variabel moderator yang dipakai adalah kreativitas dan motivasi belajar.
4.
Kreativitas dibatasi pada skala tinggi dan rendah.
5.
Motivasi belajar dibatasi pada skala tinggi dan rendah.
6.
Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah gerak harmonik sederhana. D. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Adakah pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 2. Adakah pengaruh kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 3. Adakah pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 4. Adakah interaksi antara pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 5. Adakah interaksi antara pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 6. Adakah interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? 7. Adakah interaksi antara pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana? E. Tujuan Penelitian Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif tipe RTE dan Snowball terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengaruh kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika pada konsep gerak harmonik sederhana. 3. Pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika pada konsep gerak harmonik sederhana. 4. Interaksi antara pembelajaran kooperatif dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 5. Interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 6. Interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 7.
Interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis a. Bahan masukan bagi guru dan calon guru dalam pemilihan pembelajaran serta model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa. b. Bahan masukan bagi guru dan calon guru agar memperhatikan gaya siswa dalam belajar untuk meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa. 2. Kegunaan Praktis :
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball, khususnya dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Fisika a. Hakikat fisika Pengertian fisika menurut Gerthsen (1985), ”Fisika adalah suatu teori yang menerapkan gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalan-persoalan Druxes,1986: 3).
ialah
mengamati
gejala-gejala
tersebut”
(Herbert
Sedangkan Brockhaus (1972) mengatakan bahwa: ”Fisika
adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan. Pengukuran yang didapat, disajikan secara sistematis dan didasarkan
pada
peraturan-peraturan
umum”
(Herbert
Druxes,1986:
3).
Berdasarkan kutipan ini fisika merupakan teori yang mempelajari gejala-gejala alam, hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematika berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian dalam alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia. Berdasarkan pengertian fisika tersebut, maka dalam fisika meliputi proses, sikap ilmiah, produk.
Proses dalam kegiatan fisika berupa aktivitas-
commit to user aktivitas yang bertujuan untuk mempelajari, menggali, mencari, dan menyelidiki
12
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kejadian alam. Sedangkan sikap ilmiah dalam kegiatan fisika adalah sikap suatu mental yang diperlakukan selama melakukan proses kegiatan fisika. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jujur, terbuka, kritis, dan menghargai pendapat orang lain. Produk fisika adalah hasil kegiatan fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun dalam fakta-fakta alam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran fisika, guru dituntut mampu memilih pendekatan dan metode yang tepat sesuai dengan hakikat fisika sebagai proses, sikap ilmiah, dan produk yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan ketiga hakikat fisika tersebut antara lain pendekatan konsep melalui metode demonstrasi. b. Tujuan Pembelajaran Fisika di SMA Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dicapai oleh setiap strategi pembelajaran.
Umumnya tujuan pembelajaran bersumber dari tujuan
kurikuler, sedangkan tujuan itu bersumber dari tujuan lembaga yang mengarah pada tujuan pendidikan umum. Oleh karena itu tujuan pembelajaran yang akan dicapai harus ditetapkan dan dirumuskan dengan jelas, cepat, dan tidak boleh bersifat meragukan atau mengandung beberapa arah. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pembelajaran fisika di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) juga mengalami perkembangan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 22 tahun 2006, mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut 1). Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME, 2). Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain, 3). Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, 4). Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 5). Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai ketrampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari beberapa hal diatas, diharapkan pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak hanya penguasaan prinsip dan hukum saja, tetapi penelitian dan penemuan serta pemecahan masalah dengan kemampuan sendiri. Dengan demikian siswa akan terbekali dengan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar 1). Pengertian Belajar secara populer Beberapa definisi belajar adalah sebagai berikut: a). Cronbach dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa ”Learning is shown by a commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
change in behavior as a result of experience “.(Cronbach, 1954: 47). Cronbach berpendapat bahwa ”Hasil belajar yang baik harus melalui pengalaman. Pelajar harus mengalami dengan mempergunakan panca inderanya”, b). Sedangkan Winkel dalam buku psikologi pengajaran menyatakan bahwa “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”. (Winkel, 1987:36). Dari beberapa pendapat di atas, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan tingkah laku yaitu dengan didapatkannya kemampuan yang baru. 2). Pengertian Belajar Secara Khusus Ada beberapa macam teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: a). Teori Belajar Ausubel Teori belajar Ausubel merupakan teori belajar bermakana. Menurut Ausubel proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dia miliki dengan pengetahuan yang baru. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut: memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami. Suatu konsep penting dalam teori Ausubel adalah ”Advance Organizer” (AO). AO adalah suatu gambaran singkat (bersifat visual atau verbal) yang mencakup isi pelajaran baru yang akan dipelajari siswa. AO berfungsi sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
berlangsung, (2) penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini dikuasai siswa dengan ilmu baru yang akan dipelajari, (3) fasilitator yang membantu mempermudah proses belajar siswa. Sebagai contoh adalah pembelajaran untuk mendapatkan konsep tentang kecepatan GHS. Melalui model RTE, siswa dapat saling tukar menukar gagasan/ informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kecepatan GHS dengan kelompok lain, penghitungan kecepatan GHS merupakan asimilasi dari proyeksi kecepatan linear benda terhadap sumbu y dan gerak melingkar kelas X. Melalui model snowball siswa dapat saling tukar menukar gagasan/ informasi tentang halhal yang berkaitan dengan penghitungan kecepatan GHS dengan teman sekelompok, meningkatkan motivasi siswa untuk meneliti asimilasi tersebut karena siswa mengulang berkali kali materi subbab tersebut dengan kelompok yang lebih besar, yaitu penghitungan kecepatan GHS merupakan asimilasi dari proyeksi kecepatan linear benda terhadap sumbu y dan gerak melingkar kelas X. Dari pembelajaran tersebut, siswa harus mampu untuk menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dengan demikian, siswa dapat lebih memahami tentang penghitungan kecepatan GHS. Jadi, seorang guru tidak langsung menjelaskan tentang konsep-konsep tersebut pada siswa melainkan siswa sendiri yang membangun konsep tersebut. Konsep tersebut akan lebih tertanam pada diri siswa sehingga pembelajaran ini akan lebih bermakna. b). Teori Belajar menurut Piaget Menurut Piaget proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses belajar terjadi melalui commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahap-tahap sebagai berikut: asimilasi (proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif siswa), akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif siswa dengan perbuatan baru), equilibrasi (proses penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi/ akomodasi). Contoh
”asimilasi”
dan
”akomodasi”
adalah
seperti
berikut,.
pembelajaran untuk mendapatkan konsep tentang periode dan frekuensi bandul. Melalui model RTE, siswa dapat saling tukar menukar gagasan/ informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan periode dan frekuensi bandul dengan kelompok lain, periode dan frekuensi bandul merupakan asimilasi dan akomodasi dari periode dan frekuensi pegas. Melalui pengalaman dan pengetahuan yang siswa miliki sebelumnya, mereka dapat saling tukar menukar gagasan/informasi tentang hal-hal yang berkaitan periode dan frekuensi bandul dengan teman sekelompok, meningkatkan motivasi siswa untuk menjadikan kelompoknya sebagai kelompok penyaji terbaik. Dalam model snowball dengan adanya tantangan, pengalaman, gejala baru dan pengetahuan yang telah dimiliki, siswa diharapkan untuk dapat mengembangkannya menjadi pengalaman-pengalaman baru, contoh periode dan frekuensi bandul merupakan asimilasi dan akomodasi dari periode dan frekuensi pegas. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, siswa mulai menyesuaikan konsep baru yang mereka dapatkan dengan cara mengubah konsep lamanya (akomodasi) atau dengan menambah konsep lama, tetapi tetap mempertahankan konsep lamanya tersebut (asimilasi). Selama proses asimilasi dan akomodasi, terjadi adanya pembentukan konsep pada diri siswa yang membutuhkan proses commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyeimbangan (equilibrium). Jika proses ini berhasil dengan baik maka terbentuklah konsep baru pada siswa.. Selama proses ”asimilasi” dan ”akomodasi” terjadi, diyakini adanya perubahan struktur kognitif dalam benak siswa. Proses perubahan ini suatu saat harus berhenti.
Untuk mencapai saat ”berhenti” inilah dibutuhkan proses
”equilibrasi” (penyeimbangan). Jika proses equlibrasi ini berhasil dengan baik, maka terbentuklah suatu struktur kognitif yng baru dalam diri siswa yakni penyatuan yang harmonis antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru. b. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh H.J Gino (1993: 51). Dari hasil penelitian dan berdasarkan pengalaman, ada beberapa prinsip belajar yang terutama berkenaan dengan: 1). Perhatian dan motivasi pebelajar, 2). Keaktifan pebelajar, 3). Keterlibatan langsung pebelajar, 4). Pengulangan belajar, 5). Sifat merangsang dan menantang dari materi yang dipelajari, 6). Pemberian balikan dan pegutan kepada pebelajar, 7). Perbedaan individual pebelajar yang satu dari yang lainnya. c. Tujuan Belajar Tujuan belajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang sangat penting. Karena semua komponen dalam sistem pembelajaran atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar ini sendiri dipengaruhi oleh berbagai komponen yaitu: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru, siswa, commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sarana
dan
prasarana
dan
lain-lain
yang
masing-masing
akan
saling
mempengaruhi. Anderson dan Krathwohl (2001: 67-68) menyatakan bahwa dimensi proses kognitif yaitu: mengingat (remember), mengerti (understand), menerapkan (apply), menguraikan (analyze), menilai (evaluate), mencipta (create). d. Pengertian Pembelajaran Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian belajar yang populer yaitu sebagai usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya percobaan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana percobaan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Pengertian pembelajaran yang ditarik dari pengertian belajar menurut beberapa aliran psikologi a). Menurut psikologi behavioristik, pembelajaran menurut aliran psikologi behavioristik adalah selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang kita ingini, b). Menurut psikologi kognitif, pembelajaran menurut psikologi kognitif yaitu dengan mengaktifkan indera siswa agar memperoleh pemahaman sedangakan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan alat bantu belajar/media, misalnya media cetak, media elektronik, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan, c). Menurut psikologi Humanistik, pembelajaran menurut psikologi Humanistik ini, guru sebagai pembimbing, memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensipotensi yang ada. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pembelajaran Kooperatif Jeanne Bauwens (1995: 46)menyatakan bahwa ”Cooperative teaching refers to a restructing of teaching procedures in which two or more educators possessing distinct sets of skills work in a coactive and coordinated fashion to jointly teach academically and behaviorally heterogeneous groups of students in educationally integrated settings, that is in general classrooms”. Pembelajaran kooperatif berarti prosedur pembelajaran yang terdiri dari dua atau lebih siswa yang menyiapkan keahlian dirinya untuk bekerja aktif dan terkoordinir untuk belajar dengan kelompok siswa yang memiliki keilmuan dan tingkah laku yang berbeda-beda diatur dengan pendidikan bertingkat pada suatu kelas yang umum. The structural approach to cooperative learning is based on the creation, analysis and systematic application of structures, or content free ways of organizing social interaction in the classroom. Moreover, cooperative learning involves a small group of leaners who work together as a team to solve a problem, complete a task or accomplish a common goal (Newman, Nath & Rock, 1990: 98). Pembelajaran Kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompoknya untuk belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Anita Lie (2002: 30) ada
lima unsur model pembelajaran
kooperatif yaitu: salingketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif peranan guru sangat kompleks, disamping sebagai fasilitator
guru
juga
berperan
sebagai
manajer
dan
konsultan
dalam
memberdayagunakan kerja kelompok siswa. Berikut ini disajikan dua model pembelajaran kooperatif yaitu: 4. Rotating Trio Exchange (RTE) This strategy involves students discussing issues with many of their fellow classmates in turn. Beforehand, prepare discussion questions. In class, students form trios, with the groups arranged in a large circle or square formation. Give the students a question and suggest that each person take a turn answering. After a suitable time period, ask the trios to assign a 0, 1, or 2 to each of its members. Then direct the #1s to rotate one trio clockwise, the #2s to rotate two trios clockwise, and the #0s to remain in the same place; the result will be completely new trios. Now introduce a new, slightly more difficult question. Rotate trios and introduce new questions as many times as you would like (Silberman, 1996: 216-217). Rotating trio exchange (pertukaran trio memutar) merupakan salah satu pembelajaran aktif dengan teknik pengelompokan, dimana anggota-anggota kelompoknya tidak tetap. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) rotating trio exchange merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian teman sekelas mereka. Pada model ini, membagi kelas ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, menata kelas sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, memberikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai memberi nomor untuk setiap anggota trio tersebut. commit tomemerintah user Contohnya nomor 0, 1 dan 2. Kemudian nomor 1 berpindah searah
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
jarum jam dan nomor 2 berlawanan arah jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Memberikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan dengan menambah sedikit tingkat kesulitan. Merotasi kembali siswa. Iwa Kuntadi (2006: 13) menyatakan langkah-langkah rotating trio exchange sebagai berikut: 1). Membuat berbagai macam pertanyaan yang membantu guru memulai diskusi tentang isi pelajaran. Menggunakan pertanyaanpertanyaan yang tidak menggunakan jawaban betul atau salah, 2). Membagi peserta menjadi kelompok dengan tiga anggota. Mengatur kelompok itu diruangan masing-masing dan kelompok satu dapat dengan jelas melihat kelompok lainnya di sebelah kanan dan satu disebelah kirinya. Seluruh konfigurasi ketiga kelompok itu akan menjadi sebuah lingkaran atau sebuah persegi panjang, 3). Memberikan masing-masing tiga kelompok (trio) sebuah pertanyaan pembuka (pertanyaan yang sama bagi tiap-tiap kelompok lainnya) untuk didiskusikan. Memilih pertanyaan yang paling tidak menantang untuk memulai pertukaran trio. Menganjurkan agar masing-masing orang dalam trio itu bergiliran menjawab pertanyaan, 4). Meminta trio-trio itu menentukan nomor 0, 1, dan 2 bagi masingmasing anggotanya. Mengarahkan para peserta didik dengan nomor 1 memutar satu trio searah jarum jam. Meminta peserta didik dengan nomor 2 untuk memutar dua trio searah jarum jam Meminta peserta didik dengan nomor 0 untuk tetap duduk ditempat sebab mereka merupakan anggota tetap dari suatu tempat trio. Menyuruh mereka mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi agar peserta didik yang berputar dapat menemukannya. Hasilnya akan menjadi trio yang sangat commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baru, 5). Memulai sebuah pertukaran baru dengan sebuah pertanyaan baru. Meningkatkan kesulitan pertanyaan ketika anda meneruskan pada putaran-putaran baru, 6). Memutar trio berkali-kali sebanyak pertanyaan yang dimiliki yang disesuaikan dengan waktu diskusi. Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe RTE ditunjukan pada gambar 2.1 sebagai berikut
Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 3 orang)
Kegiatan Kelompok (belajar kelompok dengan media LKS)
Siswa berputar sesuai nomor yang dimiliki membentuk kelompok baru
Kegiatan Kelompok baru (3 orang) dengan materi baru
Skoring individual dan kelompok
Evaluasi
Gambar.2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE
5. Snowball This method involves progressive doubling: students first work alone, then in pairs, then in fours, and so on. In most cases, after working in fours, students come together for a plenary session in which their conclusions or solutions are pooled. Provide a sequence of increasingly complex tasks so that students do not become bored with repeated discussion at multiple stages. For example, have students record a few questions that relate to the class topic. In pairs, students try to answer one another’s questions. Pairs join together to make fours and identify, depending on the topic, either unanswered questions or areas of controversy or relevant principles commit to user based on their previous discussions. Back in the large class group, one
perpustakaan.uns.ac.id
representative from each group reports conclusions.(http://cte.uwaterloo.ca, 2010: 3).
24 digilib.uns.ac.id
the
group’s
Metode ini diawali dengan langkah-langkah: Siswa bekerja sendiri, kemudian berpasangan dan seterusnya. Setelah membuat kelompok berempat kemudian siswa berkumpul membuat kelompok yang lebih besar untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pada setiap penggabungan kelompok siswa mengerjakan tugas yang lebih kompleks sehingga siswa tidak merasa bosan. Sebagai contoh, siswa merekam beberapa pertanyaan pada kelompok kecil. Setelah bergabung dengan kelompok besar, siswa mendiskusikan pertanyaan yang telah direkam. Kelompok besar bersama-sama mengidentifikasi pertanyaan yang menjadi kontroversi dan belum terjawab pada kelompok sebelumnya. Setelah menjadi kelompok paling besar yang terdiri dari siswa satu kelas dilaporkan hasil dari diskusi siswa. Snowball is a variation of the “buzz group”where students are asked to form small groups to exchange ideas or address a set question or to clarify understandings, identify misunderstandings and so forth. Students either start with an individual task (e.g. reflection) or in pairs to share initial ideas. This pair then joins another pair to form a foursome where students start to look for patterns, trends, and points of consensus or disagreement. It is possible to develop further by forming groups of eight who then begin to develop principles or guidelines or action plans.(Compiler, 2010:9) Robert Powell (2007: 1) menyatakan bahwa “Students write down one idea. In pairs they share their idea and add one more. In fours, they share ideas and add two more. Then ask every student for one idea. Record on a flip-chart or interactive whiteboard so that it can be kept for reference.” Strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi siswa secara bertingkat. commit Dimulai to userdari kelompok kecil kemudian
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati siswa secara berkelompok. Strategi ini akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau menuntut siswa untuk berpikir analisis bahkan mungkin sintesis. Langkah-langkah: a. Menyampaikan topic materi yang akan diajarkan, b. Meminta siswa untuk menjawab secara berpasangan, c. Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban, pasangan tadi digabungkan dengan pasangan di sampingnya. Dengan ini terbentuk kelompok dengan anggota empat orang, d. Kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam kelompok dua orang. Tugas ini dapat dilakukan dengan membandingkan jawaban kelompok dua orang dengan kelompok yang lain. Dalam langkah ini perlu ditegaskan bahwa jawaban kedua kelompok harus disepakati oleh semua anggota kelompok baru, e. Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok digabungkan dengan satu kelompok yang lain. Dengan ini muncul kelompok baru yang anggotanya delapan orang, f. Yang dikerjakan oleh kelompok baru ini sama dengan tugas pada langkah keempat diatas. Langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah siswa dan waktu yang tersedia, g. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya kedepan kelas, h. Pengajar akan membandingkan jawaban dari masingmasing kelompok kemudian member ulasan-ulasan dan penjelasan-penjelasan secukupnya sebagai klarifikasi dari jawaban siswa. Catatan: Jika jumlah siswa tidak terlalu banyak, tugas dapat dimulai dari kerja individu sehingga akan commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
didapatkan kerja dengan komposisi 1, 2, 4, 8 dst. Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe Snowball ditunjukan pada gambar 2.2 sebagai berikut: Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe Snowball ditunjukan pada gambar 2.2 sebagai berikut: Pembentukan kelompok secara heterogen (2 orang)
Belajar kelompok(materi secara keseluruhan dibahas siswa secara kelompok)
Pembentukan kelompok secara heterogen (4 orang)
Pembentukan kelompok secara heterogen (8 orang)
Pembentukan kelompok secara heterogen (16 orang)
Evaluasi
Gambar 2.2 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe 6. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Konsep tentang kreativitas termasuk konsep yang luas dan kompleks sehingga sulit merumuskan secara tepat apa yang dimaksud dengan kreativitas tersebut, berikut dikemukakan definisi kreativitas dari para ahli atau peneliti yang pernah membahas masalah tersebut. Freedam (1982) yang dikutip oleh H. Edy Tri Sulistyo dkk (2003:53) mengemukakan “Kreativitas sebagai kemampuan untuk commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memahami dunia, menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli”. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Pendapat lain dikemukakan oleh Seidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994:15) mengatakan bahwa ”Kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif dan daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun”. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru yang memungkinkannya untuk memperkaya dan mengubah dunianya dengan penemuan-penemuan di bidang ilmu, teknologi, seni, maupun yang lain. Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai jenis ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru. Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas terdapat unsur-unsur : 1) menciptakan gagasan baru, 2) memodifikasi, 3) menciptakan produk baru, 4) pengungkapan yang unik, 5) menghubungkan ide, 6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang. Pengembangan kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pendapat para ahli psikologi, sejumlah aspek yang berbeda termasuk dalam kriteria kreativitas, yaitu : 1). Sensitivity to problems, artinya kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul, 2). Originality, artinya pemecahan masalah dengan cara baru, bukan meniru pemecahan masalah yang lain, 3). Ingenuity, artinya adanya kecerdikan dalam pemecahan masalah, 4). Breadth, artinya ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna, 5). Recognity by peers, artinya ada pengakuan dari kelompok tentang penemuannya. Mulyono Gandadipura (1983) dalam buku Dasar - Dasar Kewirausahaan, menyimpulkan bahwa orang - orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri berikut : 1). Bebas dalam berpikir dan bertindak, 2). Tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian), 3). Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar, 4). Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis, 5). Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional), 6). Mengakui hal-hal yang rumit dan baru, 7). Mengakui humor dan memiliki good sense of humor, 8). Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis. Sedang S.C Utami Munandar dalam buku Dasar-Dasar Kewirausahaan mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu : 1). Memiliki dorongan ingin tahu yang besar, 2).Sering mengajukan pertanyaan yang baik, 3). Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, 4). Bebas dalam menyatakan pendapat, 5). Menonjol dalam salah satu bidang seni, 6). Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya, 7). Tidak mudah terpengaruh orang lain, 8). Daya imajinasinya kuat, 9). Memiliki tingkat commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
orisinalitas yang tinggi, 10).Dapat bekerja sendiri, 11). Senang mencoba hal-hal yang baru. Orang berusaha untuk berpikir kreatif dan hal itu telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu sampai sekarang. Hal ini disebabkan adanya keinginan yang kuat pada pribadi-pribadi orang yang bersangkutan untuk menghasilkan sesuatu kemajuan karena adanya dorongan untuk berprestasi yang kuat, juga karena ada kesadaran akan pentingnya sesuatu yang memberikan hal yang baru atau menghasilkan kepuasan tertentu. Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar. b. Cara Mengukur Kreativitas Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah dilakukan, karena cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih pengukuran terhadap aspek kreativitas. Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi (1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi et al (2003:73-75), yang rangkumannya adalah sebagai berikut : 1). Pendekatan Analisis Obyektif, pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang dengan mengukur secara langsung hasil dari proses pemikiran kreatif dari seseorang yang berupa benda-benda atau karya-karya yang dapat dilihat wujud fisiknya, 2). Pendekatan
Pertimbangan
Subjektif,
pendekatan
ini
menekankan
pada
pertimbangan-pertimbangan subyektif dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh seseorang, 3). Menggunakan Inventory commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Kepribadian, Inventory adalah suatu alat yang berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban atau respon dari individu tersebut akan diketahui apa yang dihendaki dari inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berfikir, dan kebiasaan berperilaku. Untuk mengungkapkan kepribadian yang kreatif dipergunakan Skala Sikap Kreatif, Skala Kepribadian Kreatif, Group Inventory for Finding Creative Talent, Kathena-Torrance Creative Perception Inventory, dan lain-lain. Bentuk dari inventory ini dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang dijawab dengan YA atau TIDAK atau dijawab seperti Model Skala Likert yaitu : sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. 1). Menggunakan Riwayat Hidup atau Biografi, Inventory geografi berguna untuk mengungkap berbagai aspek kehidupan orang-orang kreatif yang meliputi identitas pribadi, lingkungan dan pengalaman-pengalaman hidupnya, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, kegiatan waktu luang, karakteristik fisik, dan lain-lain yang berkaitan dengan aspek tersebut, 2). Dengan Tes Kreativitas, tes kreativitas akan menghasilkan angka yang disebut angka kreativitas atau disingkat CQ (Creativity Quotient). Pada umumnya tes kreativitas ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal (menggunakan kemampuan bahasa) dan figural (menggunakan gambar-gambar). Kelima pendekatan di atas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang, akan tetapi untuk dapat mengukur kreativitas secara akurat dapat digunakan alat ukur kreativitas berupa angket. Di dalam angket berisi commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
indikator-indikator yang dijabarkan dalam instrumen dengan menggunakan alternatif jawaban berupa skala sikap yang dikemukakan oleh Likert. Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan yaitu : sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Masing-masing item dibuat pernyataan positif dan negatif untuk mengetahui keajekan dalam bersikap. Dalam model Likert pernyataan pilihan terdiri dari lima kategori, yang skala penilaiannya ada yang positif (+) dan negatif (-). Skala positif (+) mengandung pernyataan yang sesuai misalnya dimulai dari hampir selalu sampai dengan tidak pernah dengan skor jawaban 5, 4, 3, 2, dan 1. Skala penilaian yang negatif (-) mengandung pernyataan yang tidak sesuai misalnya dimulai dengan hampir selalu sampai dengan tidak pernah dengan skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Nilai akhir setiap responden merupakan angka komulatif yang diperoleh dari setiap buah. Sebelum diuji cobakan, instrumen yang disusun telah mengalami penyempurnaan melalui serangkaian diskusi dan telah dikonsultasikan serta dikomparasikan dengan instrumen yang telah digunakan oleh para peneliti terdahulu. 7. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Setiap individu memiliki kondisi internal yang turut berperan dalam aktivitas dirinya termasuk dalam belajar. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Menurut Hamzah B. Uno (2007:3), “Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat”. Motif ini tidak dapat diamati tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku yang berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya tingkah laku tertentu. Pengertian motivasi juga dikemukakan oleh Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:106), “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Hamzah B.Uno (2007:23) dalam bukunya “Teori Motivasi dan Pengukurannya” menyatakan bahwa “Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Selain itu Sardiman A.M. (1990:84) menyatakan, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Dari beberapa pendapat di atas dapat dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan yang terdapat dalam diri siswa baik yang berasal dari dalam maupun luar siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. b. Sifat Motivasi Sifat motivasi yang dirangkum dari Oemar Hamalik (2008:112-113) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1). Motivasi intrinsic, motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri, 2). Motivasi Ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negative ialah sarkasme, ejekan (ridicule), dan hukuman. c. Ciri motivasi belajar Menurut Sardiman A. M. (1990:82-83), motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1). Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), 2). Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya), 3).Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya), 4). Lebih senang bekerja mandiri, 5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif), 6). Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu), 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, 8). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. d. Cara menumbuhkan motivasi belajar Cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yang dirangkum dari Sardiman A.M. (1990:91-94) adalah sebagai berikut : 1). Memberi angka, angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Untuk itu banyak siswa belajar untuk mencapai angka / nilai yang baik, 2). Hadiah, hadiah dapat dikatakan sebagai suatu motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak senang dan tidak berbakat untuk pekerjaan tersebut, 3). Saingan/ kompetisi, persaingan baik individu maupun kelompok dapat digunakan sebagai alat motivasi sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa, 4). Ego-involvement, Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting, 5).Memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu ulangan juga merupakan sarana motivasi, 6). Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar, 7). Pujian, pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik, 8). Hukuman, hukuman adalah bentuk reinforcement yang negative tetapi bila diberikan secara tepat dan bijak bias menjadi alat motivasi, 9). Hasrat untuk belajar, hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya baik, 10). Minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan lancar jika disertai dengan minat, 11). Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa adalah alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk belajar.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Peran Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran Peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran seperti yang diungkapkan Hamzah B. Uno (2007:27-28) dalam bukunya “Teori Motivasi dan Pengukurannya” adalah sebagai berikut : 1). Memberi penguatan belajar, motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabil seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya, 2). Memperjelas tujuan belajar, seorang anak akan tertarik belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Hal ini membuat anak mengetahui makna dari belajar, 3). Menentukan ketekunan belajar, seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh nilai yang baik. Hal ini tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan anak tekun dalam belajar. 8. Pemberian Tugas Pemberian tugas sebagai pelengkap pembelajaran sedang digalakkan terkait Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pemberian tugas sebagai
pelengkap pembelajaran juga merupakan alat penilaian yang tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga melibatkan siswa. Selain itu pemberian tugas juga memiliki fungsi yang lebih besar, yaitu menjadi landasan bagi perkembangan kegitan belajar mengajar dalam kelas, pengembangan kesadaran siswa atas perkembangan diri mereka. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemberian tugas dikembangkan atas dasar sebuah pandangan bahwa penilaian bagi siswa harus mempertimbangkan: a. Proses yang dilalui siswa, b. Produk-produk yang dikembangkan para siswa, c. Peningkatan-peningkatan yang dilakukan siswa, d. Upaya-upaya yang dilakukan siswa. Pemberian tugas diwujudkan dengan pemberian tugas berupa soal-soal yang diberikan guru kepada siswa. Dengan demikian, siswa mampu melihat kemampuannya sendiri, baik kekurangannya maupun kelebihannya. Di samping itu, siswa mampu memperbaiki belajarnya untuk meningkatkan prestasi belajarnya. 9. Prestasi Belajar Kawasan kognitif berorientasi pada kemampuan ”berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada pemecahan
masalah
yang menuntut
siswa
untuk
menghubungkan
dan
menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut Anderson dan Krathwohl (2001: 67-68) menyatakan bahwa dimensi proses kognitif yaitu: mengingat (remember), mengerti (understand), menerapkan (apply), menguraikan (analyze), menilai (evaluate), mencipta (create). Adapun penjelasan dari masing-masing kategori tersebut adalah sebagai berikut : a. Mengingat (Remember), Kategori proses: 1).Mengenal/ identifikasi, 2).Menghafal / telusuri, b. Mengerti (Understand), Kategori proses: 1). Interpretasi, 2).Eksemplifikasi, 3).Klasifikasi, 4).Merangkum, 5).Inferensi, 6).Komparasi, 7). Eksplanasi, c. Menerapkan (Apply), Kategori proses: 1). Melaksanakan, commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2).Implementasi, d. Menguraikan (Analyze), Kategori proses: 1). Diferensiasi, 2).Organisasi, 3).Dekonstruksi, e. Menilai (Evaluate), Kategori proses: 1). Mencek, 2).Mengkritik, f. Mencipta (Create), Kategori proses: 1).Menurunkan / berhipotesis, 2).Merencanakan, 3).Menghasilkan / membangun Kategori–kategori tersebut disusun secara hirarkis berdasarkan hakikat IPA yaitu produk, proses dan skill sehingga menjadi taraf–taraf yang semakin bersifat kompleks, mulai dari yang pertama sampai dengan yang terakhir. Untuk pembelajaran ditingkat SMA, jenjang kognitif yang ditekankan adalah pada jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. Ketrampilan psikomotorik menurut Edward Norman yang dikutip ole Chabib Toha (1991:31) yaitu: perception, set, guide respons, mechanism, complex overt response, adaption, origination. Anderson menyatakan (1981:4) menyatakan bahwa tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 10. Materi Gerak Harmonik Sederhana
Gambar 2.3. Gaya Pemulih
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gaya yang dilakukan pegas untuk mengembalikan benda pada posisi keseimbangan disebut gaya pemulih. Besarnya gaya pemulih menurut Robert Hooke dirumuskan sebagai berikut. F p = -kx
Tanda minus menunjukkan bahwa gaya pemulih selalu pada arah yang berlawanan dengan simpangannya. Penggabungan persamaan di atas dengan hukum II Newton, akan diperoleh persamaan berikut. F p = -kx = ma atau k a = -( ) x m
Percepatan
berbanding
lurus
dengan
simpangan
tetapi
arahnya
berlawanan. Hal ini merupakan karakteristik umum getaran harmonik. Syarat suatu gerak dikatakan getaran harmonik, antara lain: a. Gerakannya periodik (bolak-balik), b. Gerakannya selalu melewati posisi keseimbangan, c. Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan posisi/simpangan benda, d. Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu mengarah ke posisi keseimbangan. a. Periode dan Frekuensi Getaran Harmonik 1). Periode dan Frekuensi Sistem Pegas Periode dan frekuensi pada pegas dapat dihitung sebagai berikut. ᤰ
ᤰ
烘9
튈
9 commit to user ᤰ 튈 k
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
튈
9 k
烘 튈
Dapat ditunjukkan bahwa: 9
f =
1 2p
k m
9 atau
k
9
儐
烘 9 튈
烘9 0
a
曨.
曨.
儐bolak
T = 2p
m k
l
ak
Periode dan frekuensi sistem beban pegas hanya bergantung pada massa dan konstanta pegas. 2). Periode dan Frekuensi Bandul Matematis
Gambar 2.4. Bandul Matematis Persamaan gaya pemulih pada bandul sederhana adalah F=-mgsin q . Untuk sudut q kecil ( q dalam satuan radian), maka sin q » q . Periode dan
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
frekuensi pada bandul sederhana dapat dihitung sebagai berikut å F = m
v2 . R
Karena gaya yang bekerja hanya gaya pulih maka: v2 mg sin q = m R v = wR (wR ) 2 mg sin q = m R x (wR ) 2 mg ( ) = m l R x 4p 2 f 2 R 2 mg ( ) = m l R
Jika x=R, maka: R 4p 2 f 2 R 2 mg ( ) = m l R
f =
1 2p
g l
atau
T = 2p
l g
Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan simpangan bandul, tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat. b. Persamaan Getaran Harmonik 1). Simpangan Getaran Harmonik
commitGerak to user Gambar 2.5. Simpangan Harmonik Sederhana
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar di atas melukiskan sebuah partikel yang bergerak melingkar beraturan dengan kecepatan sudut w dan jari-jari A. Anggap mula-mula partikel berada di titik P. Setelah selang waktu t partikel berada di titik Q dan sudut yang ditempuh adalah q = wt =
2pt . Proyeksi titik Q terhadap diameter lingkaran T
(sumbu Y) adalah titik Qy. Jika garis OQy disebut y yang merupakan simpangan gerak harmonik sederhana, maka diperoleh persamaan berikut. Y = A sin q = A sin wt = A sin
2pt T
Besar sudut dalam fungsi sinus ( q ) disebut sudut fase. Jika partikel mula-mula berada pada posisi sudut q 0 , maka persamaannya. Y = A sin q = A sin(wt + q 0 ) = A sin(
2pt + q0 ) T
Sudut fase getaran harmoniknya adalah sebagai berikut.
q = (wt + q 0 ) = (
t q 2pt + q 0 ) atau q = 2p ( + 0 ) = 2pf T T 2p
Karena f disebut fase, maka fase getaran harmonik adalah sebagai berikut.
f=
t q0 + T 2p
Apabila sebuah benda bergetar harmonik mulai dari t=t1 hingga t=t2, maka beda fase benda tersebut adalah sebagai berikut.
Df = f 2 - f1 =
t 2 - t1 Dt = T T commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk dua buah benda yang sefase, beda fase diantara keduanya adalah sebagai berikut. Dj = 0,1,2,.....
atau Dj = n ; n=0,1,2,.......
Untuk dua buah benda yang berlawanan fase, beda fase diantara keduanya adalah sebagai berikut. Dj =
1 1 1 ,1 ,2 ,..... 2 2 2
atau Dj = n +
1 ; n=0,1,2,... 2
2). Kecepatan Getaran Harmonik Kecepatan benda yang bergerak harmonik sederhana dapat diperoleh dari turunan pertama persamaan simpangan. dy d = ( A sin(wt + q 0 )) dt dt v y = wA cos(wt + q 0 ) vy =
Mengingat nilai maksimum dari fungsi cosinus adalah satu, maka kecepatan maksimum ( v maks ) gerak harmonik sederhana adalah sebagai berikut. v maks = wA
Sesuai dengan persamaan diatas, maka kecepatan gerak harmonik sederhana dapat juga kita nyatakan sebagai berikut. v y = v m cos q = v m cos(wt + q 0 ) commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penentuan kecepatan gerak harmonis sederhana dapat juga menggunakan metode gerak melingkar beraturan. Telah diketahui bahwa kecepatan linier benda yang bergerak melingkar adalah sebagai berikut.
v = wR Kecepatan gerak harmonik sederhana adalah proyeksi kecepatan linear benda terhadap sumbu y.
Gambar 2.6. Kecepatan Linier Gerak Harmonik Sederhana Dari gambar tersebut, dapat diperoleh persamaan berikut. v y = v cos q v y = v cos wt v y = wR cos wt Û R = A v y = wA cos wt Persamaan di atas dapat disusun sebagai berikut...... v y = w A 2 cos 2 wt v y = w A 2 (1 - sin 2 wt ) v y = w A 2 - A 2 sin 2 wt v y = w A2 - y 2
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Percepatan Getaran Harmonik Percepatan benda yang bergerak harmonik sederhana dapat diperoleh dari turunan pertama persamaan kecepatan atau turunan kedua persamaan simpangan. d (wA cos(wt + q 0 )) d (cos(wt + q 0 )) = wA dt dt dt a y = wA(-w sin(wt + q 0 )) ay =
dv y
=
a y = -w 2 A sin(wt + q 0 ) a y = -w 2 y
Karena nilai
maksimum
dari
simpangan
adalah
sama dengan
amplitudonya (y=A), maka percepatan maksimumnya ( a maks ) gerak harmonik sederhan adalah sebagai berikut. a maks = -w 2 A
c. Energi Getaran Harmonik 1). Energi Kinetik Gerak Harmonik Karena E k =
1 2 mv y dan v y = Aw cos wt ,maka 2
1 m( Aw cos wt ) 2 2 1 E k = mA 2w 2 cos 2 wt 2 1 E k = mA 2w 2 cos 2 wt 2 atau 1 E k = kA 2 cos 2 wt 2 Ek =
commit to user Energi kinetik juga dapat ditulis dalam bentuk lain seperti berikut.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ek = Ek = Ek = Ek = Ek =
1 mA 2w 2 cos 2 wt 2 1 mA 2w 2 (1 - sin 2 wt ) 2 1 mw 2 ( A 2 - A 2 sin 2 wt ) 2 1 mw 2 ( A 2 - y 2 ) 2 1 mw 2 ( A 2 - y 2 ) 2
atau Ek = E kmaks =
1 k ( A2 - y 2 ) 2
1 mw 2 A 2 , dicapai jika cos 2 wt = 1 . Artinya, wt harus bernilai 0, p ,...... 2
y = A sin wt y = A sin 0
y=0 (di titik kesetimbangan) E k min = 0 , dicapai bila cos 2 wt = 0 . Artinya, wt harus bernilai
p p ,3 ,........ 2 2
y = A sin wt y = A sin
p 2
y=A (di titik balik) Jadi, energi kinetik maksimum pada gerak harmonik dicapai ketika berada di titik seimbang. Sedangkan energi kinetik minimum dicapai ketika berada di titik balik.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Energi Potensial Gerak Harmonik Besar gaya yang bekerja pada getaran harmonik selalu berubah yaitu berbanding lurus dengan simpangannya (F=ky). Secara matematis energi potensial yang dimiliki gerak harmonik dirumuskan sebagai berikut.
1 2 ky 2 1 E p = mw 2 ( A sin wt ) 2 2 1 E p = mw 2 A 2 sin 2 wt 2 Ep =
E pmaks =
1 mw 2 A 2 , 2
dicapai
jika
sin 2 wt = 1 .
Artinya
wt harus
bernilai
p p ,3 ,........ 2 2 y = A sin
p 2
y = A (di titik balik)
E p min = 0 , dicapai jika sin 2 wt = 0 . Artinya, wt harus bernilai 0, p ,....
y = A sin wt y = A sin 0 y = 0 (di titik setimbang)
3). Energi Mekanik Energi mekanik sebuah benda yang bergerak harmonik adalah jumlah energi kinetik dan energi potensialnya.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Em = Ek + E p 1 1 E m = ( mw 2 A 2 cos 2 wt ) + ( mw 2 A 2 sin 2 wt ) 2 2 1 E m = mw 2 A 2 (cos 2 wt + sin 2 wt ) 2 1 E m = mw 2 A 2 2 Berdasarkan persamaan E m =
1 mw 2 A 2 , ternyata energi mekanik suatu 2
benda yang bergetar harmonik tidak tergantung waktu dan tempat. Jadi, energi mekanik sebuah benda yang bergetar harmonik dimanapun besarnya sama.
E m = E kmaks = E pmaks Em =
1 1 mw 2 A 2 = kA 2 2 2
4). Kecepatan Benda yang Bergetar Harmonik Untuk menghitung kecepatan maksimum benda atau pegas yang bergetar harmonik dapat dilakukan dengan menyamakan persamaan enrergi kinetik dan energi total mekaniknya. Ek = Em 1 2 1 mv maks = kA 2 2 2 k v 2 m = A2 m k vm = A m
Sedangkan untuk menghitung kecepatan benda di titik sembarang dilakukan dengan menggunakan persamaan kekekalan energi mekanik.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E p + Ek =
1 2 kA 2
1 2 1 1 2 ky + mv y = kA 2 2 2 2 2 2 2 ky + mv y = kA mv y = k ( A 2 - y 2 ) 2
k 2 (A - y2 ) m k 2 vy = ± (A - y2 ) m vy = 2
w=
k m
v y = ±w ( A 2 - y 2 ) B. Penelitian yang Relevan 1.
Sriani (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika berbasis masalah ditinjau dari kreativitas siswa ternyata terdapat perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah. Selain itu tidak ada interaksi antara model PBL, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa. Hal ini disebabkan karena kurang validnya butir soal, siswa belum sepenuhnya memahami kalimat pada butir soal. Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan penelitian lanjutan dengan memberikan kalimat soal pada angket kreativitas yang mudah dicerna oleh siswa. Untuk mendukung hal tersebut dapat dilakukan dengan menambah uji validitas content yang diajukan kepada dosen pembimbing. Sehingga struktur kalimatnya tetap terkontrol kebenarannya.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Zafer Tanel dan Mustafa Erol (2008) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif daripada commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran konvensional dalam mengingat pengetahuan yang dipelajari. Jika pembelajaran dilakukan dengan kooperatif reading passage dan preparation saja dapat lebih efektif, maka dengan menggunakan metode eksperimen dalam penelitian ini diharapkan akan lebih baik lagi dalam mencapai prestasi belajar dan meningkatkan akivitas siswa. 3.
Romiyatun (2008) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model make a match menghasilkan prestasi belajar lebih baik dibanding model snowball. Selain itu siswa yang belajar dengan model make a match lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Meskipun demikian, siswa masih belum sepenuhnya dapat memecahkan masalah karena terbatasnya waktu penelitian. Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan penelitian lanjutan dengan memberikan pembiasaan memecahkan masalah dan penelitian kooperatif fisika yang inkuiry sehingga siswa trampil memecahkan masalah fisika yang sesuai dengan hakikatnya yaitu produk, proses dan sikap.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Sopiah Abdullah dan Adillah Syariff (2008) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif kurang efektif daripada pembelajaran konvensional dalam mengingat pengetahuan hokum gas yang dipelajari. Jika pembelajaran dilakukan dengan model kooperatif inkuiry dengan metode simulasi computer kurang efektif, maka dengan
menggunakan
model
kooperatif
inkuiry
dengan
metode
eksperimen langsung dalam penelitian ini diharapkan akan lebih baik lagi dalam mencapai prestasi belajar dan meningkatkan keaktifan siswa. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Penelitian
yang dilakukan oleh Babatunde A. Adeyemi (2008)
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif kurang efektif daripada pembelajaran problem solving pada pembelajaran di tingkat SMP. Jika pembelajaran dilakukan dengan model kooperatif kurang efektif, maka dengan
menggunakan
model
kooperatif
inkuiry
dengan
metode
eksperimen dalam penelitian ini diharapkan akan lebih baik lagi dalam mencapai prestasi belajar baik kognitif, psikomotorik, afektif. 6.
Penelitian yang dilakukan oleh David A. Slykhuis (2005) menyimpulkan bahwa konsep Gerak Harmonik Sederhana mengalami miskonsepsi di Karolina Utara. Jika pembelajaran GHS dilakukan dengan model kooperatif diharapkan akan lebih baik dan tidak terjadi miskonsepsi lagi.
7.
Penelitian yang dilakukan oleh Nail Ozek (2005) menyimpulkan bahwa eksperimen fisika di laboratorium membutuhkan motivasi yang tinggi. Jika pembelajaran GHS yang menggunakan eksperimen fisika di laboratorium dilakukan dengan model kooperatif diharapkan akan meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan eksperimen pegas dan bandul matematis.
8.
Penelitian yang dilakukan oleh Carl J. Wenning (2008) menyimpulkan bahwa
pembelajaran
pembelajaran
yang
fisika digunakn
kurang kurang
efektif
dikarenakan
memenuhi
dtandart
model model
pembelajaran. Jika pembelajaran fisika dilakukan dengan model RTE dan Snowball diharapkan lebih efektif karena adanya syntak pada model tersebut. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diterangkan dimuka maka dapat disusun rancangan pembelajarannya yaitu pembelajaran kooperatif dan disertai pemberian tugas sebagai pelengkap pembelajaran. Pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dilengkapi pemberian tugas ditinjau dari kreativitas dan motivasi belajar siswa SMA konsep gerak harmonik sederhana. 1.
Pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala
atau kejadian- kejadian alam yang bersifat fisik salah satu contohnya adalah konsep gerak harmonik sederhana.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak
penerapan dari gerak harmonik sederhana, misalnya mainan anak ayunan. Konsep gerak harmonik sederhana merupakan salah satu
pokok bahasan
pelajaran fisika yang dipelajari pada tingkat SMA kelas XI semester 1. Materi kelas XI semester 1 antara lain adalah GLB, GLBB, gerak parabola, gerak rotasi, elastisitas, hukum hooke, momentum dan impuls. Konsep gerak harmonik sederhana merupakan salah satu konsep utama yang digunakan dalam ujian praktek fisika di SMA dan terbilang cukup sulit karena konsep ini mempelajari materi konkrit yang membutuhkan pembahasan mendalam. Dari karakteristik materi gerak harmonik sederhana maka pemilihan serta ketepatan penggunaan model pembelajaran sangat penting. Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dan karakteristik siswa. Bertolak dari hal tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
maka dalam penelitian ini akan dikaji pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dilengkapi pemberian tugas ditinjau dari kreativitas dan motivasi belajar siswa SMA pada konsep gerak harmonik sederhana. Pada RTE jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok trio. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Keunggulan dari RTE pembelajaran sangat menghibur siswa karena siswa dapat berdiskusi dengan berputar membentuk kelompok lain sehingga dapat tukar menukar informasi dengan orang yang berbeda. Kelemahan dari RTE membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian jika RTE dilakukan secara sistematis, maka kelemahan dapat diperkecil. Snowball merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Snowball merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada umumnya. Secara garis besar model ini terdiri dari 4 langkah yaitu: Pembentukan kelompok 2 orang, kemudian kelompok ini bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang, pembentukan kelompok 8 orang, commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembentukan kelompok 16 orang. Keunggulan dari Snowball dapat memahami materi lebih mendalam. Kelemahan dari Snowball bahan diskusi terlalu monoton. Namun demikian dengan menerapkan Snowball sesuai ketentuan, tidak mengherankan prestasi belajar akan meningkat. Bila kedua model tersebut dibandingkan, maka akan terdapat hal yang berbeda tentang kesiapan siswa mengikuti pelajaran, suasana kelas, waktu yang diperlukan dan sarana yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Karena perbedaan itulah, apabila kedua model ini diterapkan dalam kegiatan belajarmengajar maka akan terjadi perbedaan prestasi siswa. Dari penjelasan diatas, diduga bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif RTE dapat meningkatkan prestasi siswa. Karena RTE pembelajaran sangat menghibur siswa karena siswa dapat berdiskusi dengan berputar membentuk kelompok lain sehingga dapat tukar menukar informasi dengan orang yang berbeda. 2.
Pengaruh kreativitas siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi pada konsep gerak harmonik sederhana Kreativitas
sebagai
kemampuan
untuk
memahami
dunia,
menginterpretasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Mulyono Gandadipura (1983) dalam buku Dasar - Dasar Kewirausahaan, menyimpulkan bahwa orang - orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri berikut bebas dalam berpikir dan bertindak, tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian), tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yakin bahwa pendapatnya benar, kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis, mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional), mengakui hal-hal yang rumit dan baru, mengakui humor dan memiliki good sense of humor, menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis. Sedang S.C Utami Munandar dalam buku Dasar-Dasar Kewirausahaan mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu memiliki dorongan ingin tahu yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, menonjol dalam salah satu bidang seni, memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, daya imajinasinya kuat, memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi, dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal yang baru. Dalam berbagai pembelajaran fisika kreativitas siswa sangat dibutuhkan. Dalam meningkatkan kreativitas hendaknya unsur keingintahuan dan imajinasi harus dilatih secara menyeluruh. Keingintahuan yang dimiliki setiap orang tidak semua sama, ada yang rendah dan tinggi. Siswa yang memiliki keingintahuan dan ciri-ciri kreativitas dengan skor diatas rata-rata dianggap memiliki kreativitas tinggi, sebaliknya memiliki kreativitas rendah. Mengingat selain keingintahuan juga ada daya imajinasi yang merupakan salah satu unsur kondisi fisik dan psikis yang dominan dalam kreativitas. Sehingga tinggi rendahnya kreativitas sangatlah berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa perbedaan dari tinggi rendah kreativitas akan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Sehingga diduga ada pengaruh terhadap prestasi antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Diduga bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. 3.
Pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Pengertian motivasi juga dikemukakan oleh Mc. Donald yang dikutip
oleh Oemar Hamalik (2008:106), “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Menurut Sardiman A. M. (1990:82-83), motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah soalsoal. Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dimungkinkan dalam mengikuti pelajaran lebih bersemangat karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dalam mengikuti pelajaran merasa malas sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Dari motivasi belajar siswa ini, dapat dimungkinkan bahwa siswa yang memiliki commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
motivasi belajar tinggi menghasilkan kemampuan kognitif Fisika yang berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa perbedaan dari tinggi rendah motivasi belajar siswa akan berpengaruh berbeda terhadap presrasi siswa. Sehingga diduga ada pengaruh terhadap prestasi antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. Diduga bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 4.
Interaksi antara pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball dengan kreativitas siswa terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dan karakteristik siswa. Pada RTE jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok trio. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Snowball merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada umumnya.
Secara
garis besar model ini terdiri dari 4 langkah yaitu: commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembentukan kelompok 2 orang, kemudian kelompok ini bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang, pembentukan kelompok 8 orang, pembentukan kelompok 16 orang. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Dalam berbagai pembelajaran fisika kreativitas siswa sangat dibutuhkan. Dalam meningkatkan kreativitas hendaknya unsur keingintahuan dan imajinasi harus dilatih secara menyeluruh. Keingintahuan yang dimiliki setiap orang tidak semua sama, ada yang rendah dan tinggi. Siswa yang memiliki keingintahuan dan ciri-ciri kreativitas dengan skor diatas rata-rata dianggap memiliki kreativitas tinggi, sebaliknya memiliki kreativitas rendah. Mengingat selain keingintahuan juga ada daya imajinasi yang merupakan salah satu unsur kondisi fisik dan psikis yang dominan dalam kreativitas. Sehingga tinggi rendahnya kreativitas sangatlah berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa. Sehingga diduga ada interaksi antara model pembelajaran RTE dan Snowball dengan kreativitas terhadap prestasi siswa tersebut. Diduga siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik prestasinya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik prestasinya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Interaksi antara pembelajaran kooperatif melalui RTE dan Snowball dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dan karakteristik siswa. Pada RTE jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok trio. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Snowball merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada umumnya.
Secara
garis besar model ini terdiri dari 4 langkah yaitu:
Pembentukan kelompok 2 orang, kemudian kelompok ini bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang, pembentukan kelompok 8 orang, pembentukan kelompok 16 orang. Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dimungkinkan dalam mengikuti pelajaran lebih bersemangat karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dalam mengikuti pelajaran merasa malas sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Dari motivasi belajar siswa ini, dapat dimungkinkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menghasilkan kemampuan kognitif Fisika yang berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa. Sehingga diduga ada interaksi antara model pembelajaran RTE dan Snowball dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa tersebut. Diduga siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik prestasinya daripada Snowball. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasinya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. 6.
Interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu
(hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Dalam berbagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
pembelajaran fisika kreativitas siswa sangat dibutuhkan. Dalam meningkatkan kreativitas hendaknya unsur keingintahuan dan imajinasi harus dilatih secara menyeluruh. Keingintahuan yang dimiliki setiap orang tidak semua sama, ada yang rendah dan tinggi. Siswa yang memiliki keingintahuan dan ciri-ciri kreativitas dengan skor diatas rata-rata dianggap memiliki kreativitas tinggi, sebaliknya memiliki kreativitas rendah. Mengingat selain keingintahuan juga ada daya imajinasi yang merupakan salah satu unsur kondisi fisik dan psikis yang dominan dalam kreativitas. Sehingga tinggi rendahnya kreativitas sangatlah berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dimungkinkan dalam mengikuti pelajaran lebih bersemangat karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dalam mengikuti pelajaran merasa malas sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Dari motivasi belajar siswa ini, dapat dimungkinkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menghasilkan kemampuan kognitif Fisika yang berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
Diduga kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi siswa dan demikian juga motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi siswa pada GHS. Secara parsial kreativitas diduga memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian prestasi siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini diduga memiliki interaksi terhadap prestasi siswa. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi diduga cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi juga. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa interaksi antara kreativitas dan motivasi belajar akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa. Sehingga diduga ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa tersebut. 7.
Interaksi antara pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dan karakteristik siswa. Pada RTE jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok trio. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. Snowball merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umumnya.
Secara
garis besar model ini terdiri dari 4 langkah yaitu:
Pembentukan kelompok 2 orang, kemudian kelompok ini bergabung dengan kelompok lain menjadi 4 orang, pembentukan kelompok 8 orang, pembentukan kelompok 16 orang. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Dalam berbagai pembelajaran fisika kreativitas siswa sangat dibutuhkan. Dalam meningkatkan kreativitas hendaknya unsur keingintahuan dan imajinasi harus dilatih secara menyeluruh. Keingintahuan yang dimiliki setiap orang tidak semua sama, ada yang rendah dan tinggi. Siswa yang memiliki keingintahuan dan ciri-ciri kreativitas dengan skor diatas rata-rata dianggap memiliki kreativitas tinggi, sebaliknya memiliki kreativitas rendah. Mengingat selain keingintahuan juga ada daya imajinasi yang merupakan salah satu unsur kondisi fisik dan psikis yang dominan dalam kreativitas. Sehingga tinggi rendahnya kreativitas sangatlah berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dimungkinkan dalam mengikuti pelajaran commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih bersemangat karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dalam mengikuti pelajaran merasa malas sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Dari motivasi belajar siswa ini, dapat dimungkinkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menghasilkan kemampuan kognitif Fisika yang berbeda dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Diduga siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik prestasinya daripada Snowball. Diduga siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik prestasinya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Diduga siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik prestasinya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Secara parsial kreativitas diperkirakan memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian prestasi siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini diperkirakan memiliki interaksi terhadap prestasi siswa. Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa interaksi antara model pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa. Sehingga diduga ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa tersebut.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas model RTE dan Snowball terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 2. Ada pengaruh kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 3. Ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 4. Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas dan kreativitas terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 5. Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 6. Ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana. 7. Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar terhadap prestasi siswa pada konsep gerak harmonik sederhana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Rembang pada tahun ajaran 2011/2012 yang berlokasi Jalan Gajah Mada No. 5 Rembang. 2. Jadwal Penelitian Tabel 3.1. Jadwal Penelitian No
Kegiatan
Bulan
1
Penyusunan Proposal
2
Seminar Proposal
Januari –Maret 2011 Mei 2011
3
Penyempurnaan Proposal
Mei – Juni 2011
4
Penyusunan Instrumen
Mei – Juni 2011
5
Uji coba Instrumen
Juli – 2011
6
Analisis Hasil Uji Coba
Juli 2011
7
Pelaksanaan Penelitian
Juli – Agustus 2011
8
Pengolahan Data Penelitian
Agustus 2011
9
Penulisan laporan
Agustus – September 2011
10
Ujian Tesis
Desember 2011
Jadwal penelitian secara lengkap disajikan pada lampiran1 B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Terdapat dua kelompok yang diuji kesamaan keadaan awal dalam hal kemampuan dan intelegensinya, tetapi berbeda dalam pemberian perlakuan pengajaran. Adapun desain faktorial dari penelitian ini adalah sebagai berikut : commit to user
65
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2. Desain Faktorial RTE Kreativitas
Snowball
Tinggi Rendah
Motivasi
Tinggi Rendah
Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas XI A4 dan kelas XI A5. Kelas XI A4 diberi perlakuan berupa pembelajaran kooperatif melalui model RTE, sedangkan kelas XI A5 diberi perlakuan berupa pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Kelas XI A4 dan kelas XI A5 diukur kadar kreativitas sehingga diperoleh data siswa yang memiliki kreativitas tinggi, siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kelas XI A4 dan kelas XI A5 diukur kadar motivasi belajar sehingga diperoleh data siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur prestasi Fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana dengan alat ukur yang sama yaitu berupa tes akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang digunakan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri I Rembang semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 2 kelas. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sampel Dari populasi di atas diambil dua kelas secara random sampling sebagai sampel penelitian, selanjutnya secara acak dipilih kelas XI A4 dan kelas XI A5. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pada penelitian ini sampel penelitian diambil dengan teknik cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. D. Variabel Penelitian Pada penelitian ini variabel-variabel yang terlibat adalah : 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi penggunaan pembelajaran kooperatif, kreativitas dan motivasi belajar siswa. a. Pembelajaran Kooperatif 1) Definisi operasional Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. 2) Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori, yaitu : a)
Pembelajaran kooperatif melalui model RTE.
b)
Pembelajaran kooperatif melalui model Snowball.
b. Kreativitas 1) Definisi operasioal commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. 2) Indikator : skor hasil angket kreativitas. 3) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori, yaitu: a). Kreativitas tinggi. b). Kreativitas rendah. c. Motivasi Belajar 1). Definisi operasional Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. 2). Indikator : skor hasil angket motivasi belajar siswa. 3). Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori, yaitu: a).Motivasi belajar tinggi. b).Motivasi belajar rendah. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi siswa. a. Definisi operasional Prestasi siswa adalah tingkat penguasaan konsep siswa yang dinilai dari hasil tes setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. b. Indikator : nilai prestasi siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana. c. Skala pengukuran : skala. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data. 1. Teknik Observasi Teknik ini digunakan untuk mengukur aspek psikomotorik dan afektif siswa untuk mendampingi hasil angket. 2. Teknik Tes Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif Fisika siswa setelah diberikan perlakuan. Data ini diambil dari hasil tes kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. 3. Teknik Angket Definisi angket sama dengan kuesioner. Menurut Suharsimi Arikunto (2008:28), “kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).” Melalui kuesioner ini, seorang responden dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kreativitas dan motivasi belajar fisika siswa. F. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu: 1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa Silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun untuk alat bantu penelitian.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data dalam penelitian ini berupa tes kemampuan kognitif, angket kreatifitas, angket motivasi belajar, angket afektif, lembar observasi psikomotorik dan afektif. G. Uji Coba Instrumen 1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Tes digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana dari pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball. Instrumen tes tersebut sebelumnya diujicobakan untuk mendapatkan instrumen tes yang berkualitas, yang memenuhi kriteria taraf kesukaran, daya pembeda, validitas item, dan reliabilitas. a.
Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran memadai,
artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur taraf kesukaran masing-masing soal adalah: P=
B Js
(Suharsimi Arikunto, 2008 : 208) Keterangan : P
: indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul Js : jumlah seluruh siswa peserta tes Adapun indeks kesukaran adalah sebagai berikut : commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soal sukar jika
: 0,00 < P £ 0,30
Soal sedang jika : 0,30 < P £ 0,70 Soal mudah jika : 0,70 < P £ 1,00 (Suharsimi Arikunto, 2008 : 210) b.
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menghitung daya pembeda setiap soal, dapat digunakan rumus sebagai berikut :
D=
B A BB = PA - PB JA JB (Suharsimi Arikunto, 2008 : 213)
Keterangan : J
: jumlah peserta tes
JA : banyaknya siswa kelompok atas JB : banyaknya siswa kelompok bawah BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar PA : proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda (nilai D) diklsifikasikan sebagi berikut : 0,00 ≤ D < 0,20
commit to user : Jelek (poor)
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0,20 ≤ D < 0,40
: Cukup (satisfactory)
0,40 ≤ D< 0,70
: Baik (good)
0,70 ≤ D< 1,00
: Baik sekali (excellent)
D
: Negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. (Suharsimi Arikunto, 2008 : 218)
c.
Validitas Suatu instrumen tes disebut valid apabila dapat tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Sedangkan sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir soal/item dalam penelitian ini adalah teknik korelasi point biserial, dengan persamaan :
g pbi =
Mp - Mt St
p q (Suharsimi Arikunto, 2008 :79)
Keterangan :
g
pbi
: koefisien korelasi biserial
Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab benar Mt
: rerata skor total commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
St
: standar deviasi dari skor total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar
q
: proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p)
Kriteria :
g pbi ³ g tabel : soal valid g pbi < g tabel : soal tidak valid (invalid) Data dapat dilihat pada table 3.3. d.
Reliabilitas Reliabilitas sering diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan
kepada subyek yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson yang dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, sebagai berikut :
r11
2 é n ù é S - Spq ù = ê ú 2 úê ë n - 1û ë S û
(Suharsimi Arikunto, 2008 : 100) Keterangan : r11
:
reliabilitas tes secara keseluruhan
p
:
proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
:
proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq
:
commit to user jumlah hasil perkalian antara p dan q
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n
:
banyaknya item
S
:
standar deviasi dari tes
Kriteria dari tes reliabilitasnya, soal dikatakan reliabel apabila r11 ≥ r tabel. Kriteria nilai reliabilitas : 0,8 < r11 £ 1: sangat tinggi 0,6 < r11 £ 0,8
: tinggi
0,4 < r11 £ 0,6
: cukup
0,2 < r11 £ 0,4
: rendah
0,0 < r11 £ 0,2
: sangat rendah
Data dapat dilihat pada table 3.3. Tabel 3.3. Tabel Keadaan Soal Variabel
Jumlah/ Presentase/ Nilai
Jumlah uji coba
40
Taraf kesukaran mudah
10 / 25%
Taraf kesukaran sedang
23 / %
Taraf kesukaran sukar
7
Daya pembeda baik
6
Daya pembeda cukup
29
Daya pembeda jelek
5
Valid
34
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Invalid
6
Reliabilitas sangat tinggi
0,841
Soal layak pakai
34
Soal tidak layak pakai / drop
6
Soal yang digunakan
30 / %
Soal yang tidak digunakan
10
Tabel 3.4 Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi Tingkat kesukaran Sukar Sedang
Jumlah Soal 7 23
Nomor Soal 8,23,25,26,28,37,38 3,612,13,14,15,16,17,18,19,21,22,24,27,29,30,32,33,34,
Mudah
35,36,39,40 10 1,2,4,5,7,9,10,11,20,31 Tabel 3.5 Distribusi daya beda soal tes prestasi
Daya Pembeda Jelek Cukup
Jumlah Soal 5 29
Nomor Soal 22,26,28,35,37 1,2,4,5,7,8,9,10,11,12,14,15,16,18,19,20,21,23,24,25,27, 30,31,32,33,34,36,38,39
Baik
6
3,6,13,17,29,40
Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen tes
Instrumen Tes prestasi kognitif Valid
Jumlah
34
No item
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15, 16,17,18,19,20,21,23,24,25,27,29,30 31,32,33,36,38,39,40
Tidak Valid
6
22,26,28,34,35,37
Hasil analisis tingkat taraf kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal uji coba tes kemampuan kognitif dapat dilihat dari tabel 3.3. Untuk nilai reliabilitas, didapatkan nilai r11 lebih besar dari r
tabel
(0,841>0,312),
sehingga soal dikatakan reliabel dengan committingkat to userrealibilitas sangat tinggi. Item soal
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
nomor 5, 14, 24, dan 31 merupakan soal yang layak untuk dipakai. Akan tetapi, item soal tersebut tidak digunakan karena hanya diambil 30 soal untuk tes kognitif. Pengambilan soal untuk tes kemampuan kognitif dari soal-soal yang telah layak untuk dipakai ini berdasarkan pemerataan dari indikatornya. Semua soal yang diambil telah mencakup semua indikator yang dibuat. Pemakaian soal untuk tes kemampuan kognitif disajikan pada lampiran 11. Penggunaan item soal tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil analisa masing-masing soal layak dipakai. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 11. 2. Instrumen Angket Kreativitas Angket digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa. Isi pertanyaan dalam angket ini adalah tentang kreativitas siswa dalam belajar. Langkah-langkah dalam menyusun angket kreativitas adalah sebagai berikut : a. Membuat kisi-kisi angket kreativitas, yaitu dengan: 1) menentukan aspek kemampuan yang akan diukur 2) menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur 3) menentukan banyaknya pernyataan untuk masing-masing sub variabel. b. Menyusun item pertanyaan angket sesuai dengan indikator. c. Mengujicobakan angket gaya belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari angket yang akan dibuat. Prosedur pemberian skor kreativitas adalah sebagai berikut : a. Untuk angket kreativitas pada item positif : 1) jawaban selalu dengan skor 4 2) jawaban sering dengan skor 3 commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) jawaban jarang dengan skor 2 4) jawaban tidak pernah dengan skor 1 b. untuk angket kreativitas pada item negatif : 1) jawaban selalu dengan skor 1 2) jawaban sering dengan skor 2 3) jawaban jarang dengan skor 3 4) jawaban tidak pernah dengan skor 4 Angket sebelum disebarkan ke responden diadakan tryout untuk mendapatkan angket yang memenuhi reliabilitas dan validitas. a. Reliabilitas Angket Reliabilitas angket dicari secara keseluruhan dengan menggunakan rumus Alpha yaitu : 2 æ n ö æç Ss i r11 = ç ÷ 1- 2 st è n - 1 ø çè
ö ÷÷ ø (Suharsimi Arikunto, 2008:109)
Keterangan : r11 : reliabilitas yang dicari n
: banyaknya item/ butir soal
Ss i2
: jumlah varians skor tiap-tiap item.
s t2 : varians total. b. Validitas Angket
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menghitung validitas item angket gaya belajar fisika digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu :
rXY =
N å XY - (å X )(å Y )
{N å X
2
}{
- (å X ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
(Suharsimi Arikunto, 2008:72) Keterangan : rXY
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= jumlah responden
X
= skor item masing-masing responden
Y
= skor total jumlah dari keseluruhan item masing-masing responden Tabel 3.7. Tabel Keadaan Angket Kreativitas Variabel
Jumlah/ Presenta se/ Nilai
Jumlah uji coba
40
Reliabilitas sangat tinggi
0,7335983
Valid
38
Invalid
2
Item yang digunakan
38
Item yang tidak digunakan
2
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Instrumen angket kreativitas
Instrumen angket kreativitas
Jumlah
No item
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Valid
38
3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16, 17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27, 28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38, 39,40
Tidak Valid
2
1,2
Hasil analisis tingkat reliabilitas dan validitas uji coba angket kreativitas dapat dilihat dari tabel 3.7. Untuk nilai reliabilitas, didapatkan nilai r11 lebih besar dari r
tabel
(0,733>0,334), sehingga angket dikatakan reliabel dengan tingkat
realibilitas sangat tinggi. Pengambilan item untuk angket kreativitas dari itemitem yang valid berdasarkan pemerataan dari indikatornya. Semua item yang diambil telah mencakup semua indikator yang dibuat. Pemakaian item untuk angket kreativitas disajikan pada lampiran. Penggunaan item angket tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil analisa masing-masing item layak dipakai. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 9. 3.Instrumen Angket Motivasi Belajar Angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Isi pertanyaan dalam angket ini adalah tentang motivasi siswa dalam belajar. Langkah-langkah dalam menyusun angket motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Membuat kisi-kisi angket motivasi belajar, yaitu dengan: 1). Menentukan aspek kemampuan yang akan diukur 2). Menentukan indikator dari kemampuan yang akan diukur 3). Menentukan banyaknya pernyataan untuk masing-masing sub variabel. b. Menyusun item pertanyaan angket sesuai dengan indikator. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Mengujicobakan angket motivasi belajar untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari angket yang akan dibuat. Prosedur pemberian skor gaya belajar siswa adalah sebagai berikut : a.Untuk angket gaya belajar siswa pada item positif : 1). Jawaban selalu dengan skor 4 2). Jawaban sering dengan skor 3 3). Jawaban jarang dengan skor 2 4). Jawaban tidak pernah dengan skor 1 b.Untuk angket gaya belajar siswa pada item negatif : 1). Jawaban selalu dengan skor 1 2). Jawaban sering dengan skor 2 3). Jawaban jarang dengan skor 3 4). Jawaban tidak pernah dengan skor 4 Angket sebelum disebarkan ke responden diadakan tryout untuk mendapatkan angket yang memenuhi reliabilitas dan validitas. a. Reliabilitas Angket Reliabilitas angket dicari secara keseluruhan dengan menggunakan rumus Alpha yaitu : 2 æ n ö æç Ss i r11 = ç ÷ ç1 - 2 st è n -1ø è
ö ÷÷ ø (Suharsimi Arikunto, 2008:109)
Keterangan : r11 : reliabilitas yang dicari
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
n
: banyaknya item/ butir soal
Ss i2
: jumlah varians skor tiap-tiap item.
s t2 : varians total. b. Validitas Angket Untuk menghitung validitas item angket motivasi belajar fisika digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu :
rXY =
N å XY - (å X )(å Y )
{N å X
2
}{
- (å X ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
(Suharsimi Arikunto, 2008:72) Keterangan : rXY
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= jumlah responden
X
= skor item masing-masing responden
Y = skor total jumlah dari keseluruhan item masing-masing responden Tabel 3.9. Tabel Keadaan Angket Motivasi Variabel
Jumlah/ Presentase/ Nilai
Jumlah uji coba Reliabilitas sangat tinggi Valid
40 0,933196
31 commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Invalid
9
Item yang digunakan
31
Item yang tidak digunakan
9
Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Instrumen angket motivasi belajar
Instrumen angket motivasi belajar Valid
Jumlah
No item
31
1,2,3,4,5,6,7,8,9,12,13,14,15,16, 18,19,21,22,23,24,25,26,27,29, 31,32,33,34,37,38,39
Tidak Valid
9
10,11,17,20,28,30,35,36,40
Hasil analisis tingkat reliabilitas dan validitas uji coba angket kreativitas dapat dilihat dari tabel 3.9. Untuk nilai reliabilitas, didapatkan nilai r11 lebih besar dari r
tabel
(0,933>0,334), sehingga angket dikatakan reliabel dengan tingkat
realibilitas sangat tinggi. Pengambilan item untuk angket kreativitas dari itemitem yang valid berdasarkan pemerataan dari indikatornya. Semua item yang diambil telah mencakup semua indikator yang dibuat. Pemakaian item untuk angket kreativitas disajikan pada lampiran. Penggunaan item angket tanpa ada perbaikan, karena sesuai hasil analisa masing-masing item layak dipakai. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 10. H. Teknik Analisis Data 1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa Sebelum diadakan perlakuan terhadap sampel yang akan diteliti maka dicari dahulu kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan uji-t 2 ekor. a. Hipotesis
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ho : Tidak ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. H1 : Ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. b. Statistik Uji t=
x1 - x 2 æ1ö æ 1 S çç ÷÷ + çç è n1 ø è n 2
ö ÷÷ ø
Keterangan : S
:
Standar deviasi (simpangan baku) (n1 - 1) S1 + (n 2 - 1) S2 n1 + n 2 - 2 2
S=
2
x1
: Rata-rata kelompok eksperimen
x2
: Rata-rata kelompok kontrol
S1
: Simpangan baku kelompok eksperimen
S2
: Simpangan baku kelompok kontrol
n1
: Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2
: Jumlah sampel kelompok kontrol
c. Taraf signifikansi: α = 5% d. Kriteria Pengujian Jika – t1- 1 a < t < t1- 1 a maka H0 diterima 2
2
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika t ³ t1- 1 a atau t £ - t1- 1 a maka H0 ditolak 2
2
(Sudjana, 1996:239) 2.Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data prestasi belajar, sikap ilmiah dan kemampuan awal berdistribusi normal atau tidak. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2) Menetapkan uji statistik Uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS. 3) Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05 atau 5%. 4) Menetapkan keputusan uji Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji ditolak hipotesis nol, jika p-value > 0,05.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain homogenitas prestasi belajar dengan sikap ilmiah, homogenitas prestasi belajar dengan kemampuan awal dan homogenitas prestasi dengan metode yang diuji dengan F-Test dan Levene’s Test. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut: .Menentukan hipotesis 1). Hipotesis nol (H0) Ho : Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen H1 : Sampel berasal dari populasi yang homogen 2). Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05. 3). Menetapkan uji statistik Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) dengan General Linear Model (GLM), yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15 4). Menentukan keputusan uji Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol jika p-value > 0,05
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Uji Hipotesis Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan uji non parametrik, dengan tahap–tahap sebagai berikut : a. Prosedur Hipotesis 1).
HoA : ai = 0 : Tidak ada perbedaan antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dengan pembelajaran kooperatif model Snowball terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. H1A : ai ¹ 0 : Ada perbedaan antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dengan pembelajaran kooperatif model Snowball terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. HoB : b j = 0 : Tidak ada perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. H1B : b j ¹ 0 : ada perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. HoC : γk= 0 : Tidak ada perbedaan antara motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. H1C : γk ¹ 0 : Ada perbedaan antara motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa.
2).
HoAB : a b ij = 0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dengan kreativitas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H1AB : a b ij ¹ 0 : Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dengan kreativitas terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. HoAC : aγik = 0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dengan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. H1AC : aγik ¹ 0 : Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball dengan motivasi terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. HoBC : b γij = 0 : Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. H1BC : b γij ¹ 0 : Ada interaksi antara kreativitas dengan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. 3).
HoABC : a b γij = 0 : Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball, kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif fisika siswa. HoABC : a b γij = 0 : Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball, kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif fisika siswa.
b.
Komputasi commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
툰
Kemudian nilai H. Apabila H<
12 툰 툰 1 ∑
12 툰 툰 1
2
1
3 툰
1
0,05 dibandingkan dengan nilai
untuk 4 df dan
dan (jika menurut SPSS nilai Asymp. Sig >0,05) maka Ho
diterima atau Ha ditolak. Apabila H>
dan (jika menurut SPSS nilai Asymp. Sig
<0,05) maka Ho ditolak atau Ha diterima. R
: Total nilai/ total rangking/ jumlah peringkat
n
: Total sel/ besar sampel
N
: Jumlah cacah pengamatan semua sel
N
:툰
H
: Statistik Kruskal-Wallis
툰
⋯…………
툰
: Asymp. Sig df
: Derajat kebebasan
Komputasi ini dilakukan untuk masing-masing hipotesis c.
Daerah Kritik
{
}
{
}
{
}
{
}
DKa
= F H a > c 2 a ;dba , N - pqr
DKb
= F H b > c 2 a ;dbb , N - pqr
DKc
= F H c > c 2 a ;dbc , N - pqr
DKab = F H ab > c 2 a ;dbab , N - pqr commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
{
}
{
}
DKac = F H ac > c 2 a ;dbac , N - pqr DKbc = F H bc > c 2 a ;dbbc , N - pqr
{
DKabc = F H abc > c 2 a ;dbabc , N - pqr d.
}
Keputusan Uji H0A ditolak jika Ha >
a ; dbA, N – pqr
H0B ditolak jika Hb >
a ; dbB, N – pqr
H0C ditolak jika Hc >
a ; dbC, N – pqr
H0AB ditolak jika Hab >
a ; dbAB, N – pqr
H0AC ditolak jika Hac >
a ; dbAC, N – pqr
H0BC ditolak jika Hbc >
a ; dbBC, N – pqr
H0ABC ditolak jika Habc >
a ; dbABC, N – pqr
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Secara Umum Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas adalah penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball serta kreativitas dan motivasi belajar siswa. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Jumlah kelas yang digunakan adalah 2 kelas yaitu kelas XI A4 yang terdiri dari 30 siswa dan kelas XI A5 yang terdiri dari 30 siswa, secara keseluruhan terdapat 60 siswa. Data yang diperoleh adalah hasil dokumentasi, skor angket dan nilai hasil tes kognitif. Secara rinci adalah sebagai berikut: Tabel 4.1.1 Data Nilai Keadaan Awal
Variabel Cacah Sampel Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata Standar deviasi Varians
Keadaan Awal Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 30 65 85 74,37 5,85 34,22
30 68 84 74,53 4,50 20,25
Tabel 4.1.2. Data Skor Angket Motivasi Belajar dan Kreativitas Variabel
Cacah Sampel Nilai terendah
Motivasi Belajar Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 30 30 commit to user 68 71 90
Kreativitas Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 30 30 94
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Nilai tertinggi Rata-rata Standar deviasi Varians
101 84,5 9,83
102 86,53 8,45
138 113,83 10,55
128 108,8 8,64
96,62
71,40
111,30
74,65
Tabel 4.1.3. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Model Pembelajaran Variabel Kemampuan kognitif Kemampuan Kemampuan Afektif Psikomotorik Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Cacah 30 30 30 30 30 30 Sampel Nilai 60 54 53 43 66 37 terendah Nilai 94 83 83 80 89 77 tertinggi Rata78,17 70,23 74,13 64,73 80,93 60,97 rata Standar 8,42 8,79 6,66 12,79 5,86 9,82 deviasi Varians 70,9 77,26 44,36 163,58 34,34 96,43 Tabel 4.1.4. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Kreativitas Variabe Kemampuan kognitif Kemampuan Kemampuan Afektif l Psikomotorik Kreativita Kreativita Kreativita Kreativita Kreativita Kreativita s tinggi s rendah s tinggi s rendah s tinggi s rendah Cacah 31 29 31 29 31 29 Sampel Nilai 74 54 43 43 43 37 terenda h Nilai 94 77 83 83 89 89 tertingg i Rata81,34 66,55 72,25 66,41 73,19 68,55 rata Standar 4,970234 6,593212 10,36651 11,38143 11,35611 14,11834 deviasi 43,4281 107,5369 129,5044 129,0496 199,0921 Varians 24,7009 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Tabel 4.1.5. Data Nilai Kemampuan Kognitif, Psikomotorik dan Afektif Berdasarkan Motivasi Variabel Kemampuan kognitif Kemampuan Kemampuan Afektif Psikomotorik Motivasi Motivasi Motivasi Motivasi Motivasi Motivasi tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah Cacah 15 15 15 15 15 15 Sampel Nilai 54 63 43 43 37 37 terendah Nilai 94 91 83 83 89 89 tertinggi 72,53125 76,10714 69,71875 69,10714 69,625 72,46429 Ratarata 6,66627 11,56534 10,54042 13,42542 12,40813 Standar 10,80616 deviasi 44,4889 133,8649 111,0916 180,3649 154,0081 Varians 116,8561 2. Data Kemampuan Awal Fisika Siswa Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 30 orang. Nilai kemampuan awal fisika siswa yang digunakan yaitu nilai ujian Elastisitas dan hokum hooke. Untuk kelas XI A4, jumlah data 30, nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 85. Nilai rata-rata 74,37 dan standar deviasi 5,85. ( lampiran 12). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan awal fisika siswa kelas XI A4 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.6 dan gambar 4.1.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 4.1.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas XI A4 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif 65-69
67
7
23,33%
70-74
72
6
20,00%
75-79
77
8
26,67%
6
20,00%
3
10,00%
80-84 85-89
82 commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 6.
Frekuensi
Jumlah
-
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
30
100,00 %
Dist frek nilai kemamp awal XI A4
67
72
77
82
87
Nilai Interval
Gambar 4.1. Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas XI A4 Sedangkan untuk kelas XI A5, jumlah data 30, nilai terendah 68 dan nilai tertinggi 84. Nilai rata-rata 74,53 dan standar deviasi 4,5. (Lihat lampiran 12). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan awal fisika siswa kelas XI A5 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.7 dan gambar 4.2.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 4.1.7. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas XI A5 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif 68-71
69,5
9
30,00%
72-75
73,5
9
30,00%
76-79
77,5
8
26,67%
80-83
81,5
2
6,67%
84-87
85,5
2
6,67%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Jumlah
10
-
30
100,00 %
Dist frek nilai kemamp awal XI A5
Frekuensi
8 6 4 2 0 69.5
73.5 77.5 Nilai Interval
81.5
85.5
Gambar 4.2. Histogram Nilai Kemampuan Awal Fisika Siswa Kelas XI A5 3. Data Kreativitas Siswa Data kreativitas siswa diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa tentang kreativitas siswa dalam belajar Fisika. Kreativitas siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas tinggi apabila skor kreativitasnya lebih dari atau sama dengan skor rata-rata gabungan antara kelas XI A4 dan kelas XI A5, sedangkan dikatakan memiliki kreativitas rendah apabila nilainya kurang dari skor rata-rata gabungan antara kelas XI A4 dan kelas XI A5. Skor rata-rata gabungan kelas XI A4 dan XI A5 adalah 111,31, sehingga siswa yang memiliki skor lebih besar atau sama dengan 111,31 termasuk pada kategori tinggi sedangkan siswa memiliki nilai di bawah 111,31 termasuk pada kategori rendah. (Lampiran 21). Deskripsi data kreativitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel 4.1.8 sedang data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Tabel 4.1.8. Deskripsi Data Kreativitas Siswa Kelompok
Jumlah
Nilai
Nilai
Rata-
Rata- rata
SD
Variansi
Data
Tertinggi
Terendah
rata
Gabungan
XI A4
30
138
94
113,83
111,31
10,55
111,3
XI A5
30
128
93
108,8
111,31
8,64
74,65
Distribusi Frekuensi kreativitas siswa untuk kelas XI A4 dan kelas XI A5 dapat disajikan pada tabel 4.1.9 dan 4.1.10, kemudian diperjelas dengan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4. Tabel 4.1.9. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas XI A4
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas Interval 94-103 104-113 114-123 124-133 134-143
Nilai Tengah 98,5 108,5 118,5 128,5 138,5
Frekuensi Mutlak 6 8 11 4 1
Relatif 20,00% 26,67% 36,67% 13,33% 3,33%
Jumlah 30 100 % Nilai kreativitas kelas XI A4 memiliki rentang antara 94 sampai 138 dengan nilai rata-rata 113,83, standar deviasi 10,55. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 21. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 12
Dist frek kreativitas XI A4
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 98.5
108.5
118.5
128.5
138.5
Nilai Interval
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas XI A4 Tabel 4.1.10. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas XI A5 No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 93-100 101-108 109-116 117-124 125-132
Nilai Tengah 96,5 104,5 112,5 120,5 128,5
Frekuensi Kelas Kontrol Mutlak Relatif 4 13,33% 12 40,00% 9 30,00% 4 13,33% 1 3,33%
Jumlah 30 100 % Nilai kreativitas kelas XI A5 memiliki rentang antara 93 sampai 128 dengan nilai rata-rata 108.8, standar deviasi 8,64. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 21. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 14
Dist frek kreativitas XI A5
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 96.5
104.5
112.5 120.5 Nilai Interval
128.5
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas XI A5 4. Data Motivasi Belajar Siswa Data motivasi belajar siswa diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa tentang motivasi belajar siswa dalam belajar Fisika. Motivasi belajar siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki motivasi tinggi apabila skor motivasinya lebih dari atau sama dengan skor rata-rata gabungan antara kelas XI A4 dan kelas XI A5, sedangkan dikatakan memiliki motivasi rendah apabila nilainya kurang dari skor rata-rata gabungan antara kelas XI A4 dan kelas XI A5. Skor rata-rata gabungan kelas XI A4 dan XI A5 adalah 85,52 sehingga siswa yang memiliki skor lebih besar atau sama dengan 85,52 termasuk pada kategori tinggi sedangkan siswa memiliki nilai di bawah 85,52 termasuk pada kategori rendah. (Lampiran 21). Deskripsi data motivasi siswa dapat ditunjukkan pada tabel 4.1.11 sedang data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 Tabel 4.1.11. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa Kelompok
Jumlah
Nilai
Nilai
Rata-
Rata- rata
SD
Variansi
Data
Tertinggi
Terendah
rata
Gabungan
XI A4
30
101
68
84,5
85,52
9,83
96,62
XI A5
30
102
71
86,53
85,52
8,45
71,40
Distribusi Frekuensi kreativitas siswa untuk kelas XI A4 dan kelas XI A5 dapat disajikan pada tabel 4.1.12 dan 4.1.13, kemudian diperjelas dengan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4. Tabel 4.1.12. Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Kelas XI A4
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas Interval 68-75 76-83 84-91 92-99 100-107
Nilai Tengah 71.5 79.5 87.5 95.5 103.5
Frekuensi Mutlak
Relatif 8 6 8 6 2
26.67% 20.00% 26.67% 20.00% 6.67%
Jumlah 30 100 % Nilai kreativitas kelas XI A4 memiliki rentang antara 68 sampai 101 dengan nilai rata-rata 84,5, standar deviasi 9,83. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 21. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Frekuensi
99 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Dist frek motivasi XI A4
71.5
79.5
87.5
95.5
103.5
Nilai Interval
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Kelas XI A4 Tabel 4.1.13. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas XI A5 No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 71-77 78-84 85-91 92-98 99-105
Nilai Tengah 74 81 88 95 102
Frekuensi Kelas Kontrol Mutlak Relatif 5 16.67% 5 16.67% 12 40.00% 5 16.67% 3 10.00%
Jumlah 30 100 % Nilai motivasi kelas XI A5 memiliki rentang antara 71 sampai 102 dengan nilai rata-rata 86,53, standar deviasi 8,45. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 21. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Dist frek motivasi XI A5
14 12 Frekuensi
10 8 6 4 2 0 74
81
88 95 Nilai Interval
102
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Siswa Kelas XI A5 5. Data Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Berdasarkan data yang didapat mengenai nilai kemampuan kognitif fisika siswa pada materi gerak harmonik sederhana untuk kelas XI A4 dengan jumlah data 30, diperoleh nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 94. Nilai rata-rata 78,17 dan standar deviasi 8,42. ( lampiran 22). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan kognitif fisika siswa kelas XI A4 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.14 dan gambar 4.5.
No.
Tabel 4.1.14. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI A4 Frekuensi Interval Kelas NIlai Tengah Mutlak Relatif
1.
60-67
63.5
4
13.33%
2.
68-75
71.5
7
23.33%
3.
76-83
79.5
12
40.00%
4.
84-91
87.5
6
20.00%
5.
92-99
95.5 commit to user
1
3.33%
6.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Frekuensi
Jumlah
-
14 12 10 8 6 4 2 0
30
100,00 %
Dist frek nilai kog XI A4
63.5
71.5
79.5
87.5
95.5
Nilai Tengah
Gambar 4.5. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI A4 Sedangkan nilai kemampuan kognitif fisika siswa untuk kelas XI A5 dengan jumlah data 30 diperoleh nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 94. Nilai rata-rata
78,17 dan standar deviasi 8,42. ( lampiran 22). Untuk melengkapi
deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan kognitif fisika siswa kelas XI A5 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.15 dan gambar 4.6.
No.
Tabel 4.1.15. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI A5 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif
1.
60-67
63.5
4
13.33%
2.
68-75
71.5
7
23.33%
3.
76-83
79.5
12
40.00%
4.
84-91
87.5
6
20.00%
5.
92-99
95.5
1
3.33%
commit to user
30
100,00 %
6. Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Frekuensi
102 14 12 10 8 6 4 2 0
Dist frek nilai kog XI A5
63.5
71.5
79.5
87.5
95.5
Nilai Tengah
Gambar 4.6. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI A5 6. Data Kemampuan Psikomotorik Fisika Siswa Berdasarkan data yang didapat mengenai nilai kemampuan psikomotorik fisika siswa pada materi gerak harmonik sederhana untuk kelas XI A4 dengan jumlah data 30, diperoleh nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 83. Nilai rata-rata 70,23 dan standar deviasi 6,66. (Lihat lampiran 22). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan psikomotorik fisika siswa kelas XI A4 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.16 dan gambar 4.5.
No.
Tabel 4.1.16. Distribusi Frekuensi Kemampuan Psikomotorik Fisika Siswa Kelas XI A4 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif
1.
53-59
56
1
3.33%
2.
60-66
63
1
3.33%
3.
67-73
70
15
50.00%
4.
74-80
77
9
30.00%
5.
81-87
84
4
13.33%
30
100,00 %
6. Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Frekuensi
20
Dist frek nilai psiko XI A4
15 10 5 0 56
63
70
77
84
Nilai Tengah
Gambar 4.5. Histogram Nilai Kemampuan Psikomotorik Fisika Siswa Kelas XI A4 Sedangkan nilai kemampuan psikomotorik fisika siswa untuk kelas XI A5 dengan jumlah data 30 diperoleh nilai terendah 43 dan nilai tertinggi 80. Nilai rata-rata 64,73 dan standar deviasi 12,79. (Lihat lampiran 22). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan psikomotorik fisika siswa kelas XI A5 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.17 dan gambar 4.6.
No.
Tabel 4.1.17. Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas XI A5 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif
1.
43-50
46.5
6
20.00%
2.
51-58
54.5
4
13.33%
3.
59-66
62.5
4
13.33%
4.
67-74
70.5
7
23.33%
5.
75-82
78.5
9
30.00%
-
30
100,00 %
6. Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 10
Dist frek nilai psiko XI A5
Frekuensi
8 6 4 2 0 46.5
54.5
62.5
70.5
78.5
Nilai Interval
Gambar 4.6. Histogram Nilai Kemampuan Psikomotorik Fisika Siswa Kelas XI A5 7. Data Kemampuan Afektif Fisika Siswa Berdasarkan data yang didapat mengenai nilai kemampuan afektif fisika siswa pada materi gerak harmonik sederhana untuk kelas XI A4 dengan jumlah data 30, diperoleh nilai terendah 66 dan nilai tertinggi 89. Nilai rata-rata 80,93 dan standar deviasi 5,86. ( lampiran 22). Untuk melengkapi deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan afektif fisika siswa kelas XI A4 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.18 dan gambar 4.5.
No.
Tabel 4.1.18. Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas XI A4 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif
1.
66-70
68
2
6.67%
2.
71-75
73
2
6.67%
3.
76-80
78
8
26.67%
4.
81-85
83
12
40.00%
5.
86-90
88
6
20.00%
30
100,00 %
6. Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Frekuensi
105
14 12 10 8 6 4 2 0
Dist frek nilai afkt XI A4
68
73
78
83
88
Nilai Tengah
Gambar 4.5. Histogram Nilai Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas XI A4 Sedangkan nilai kemampuan afektif fisika siswa untuk kelas XI A5 dengan jumlah data 30 diperoleh nilai terendah 37 dan nilai tertinggi 77. Nilai rata-rata
60,97 dan standar deviasi 9,82. ( lampiran 22). Untuk melengkapi
deskripsi data tersebut, disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram nilai kemampuan afektif fisika siswa kelas XI A5 yang dapat dilihat pada tabel 4.1.19 dan gambar 4.6.
No.
Tabel 4.1.19. Distribusi Frekuensi Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas XI A5 Frekuensi Interval Kelas Nilai Tengah Mutlak Relatif
1.
37-45
41
3
10.00%
2.
46-54
50
3
10.00%
3.
55-63
59
10
33.33%
4.
64-72
68
12
40.00%
5.
73-81
77
2
6.67%
-
30
100,00 %
6. Jumlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Frekuensi
14
Dist frek nilai afkt XI A5
12 10 8 6 4 2 0 41
50
59
68
77
nilai Interval
Gambar 4.6. Histogram Nilai Kemampuan Afektif Fisika Siswa Kelas XI A5 B. Uji Kesamaan Keadaan Awal Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian ini adalah nilai ulangan harian konsep sebelumnya yaitu konsep Elastisitas dan hokum Hooke. Uji kesamaan keadaan awal dilakukan dengan menggunakan rumus uji t-dua ekor. Sebelum dilakukan Uji-t dua ekor terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan Homogenitas. 1. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan uji Kolmogorov Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Keadan Awal Siswa Kelas
Jumlah Data
sig
XI A4
30
0,058
Keputusan 0,050
Terdistribusi normal
XI A5
30
0,200
0,050
Terdistribusi normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Dari tabel 4.2. tersebut dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 13. 2. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Hasil uji homogenitas menggunakan uji Lavene untuk sampel kelas eksperimen dan kontrol diperoleh harga sig 0,165. Harga ini melebihi harga 0,05, yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 14. 3. Uji t Dua Ekor Uji kesamaan keadaan awal dengan uji-t dua ekor dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel yaitu kelas XI A4 dan kelas XI A5 memiliki keadaan awal yang sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga sig 0,902 atau lebih dari 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara keadaan awal antara siswa kelas XI A4 dengan siswa kelas XI A5. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 15. C. Hasil Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kognitif, psikomotorik dan afektif pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. a. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa 1). Uji Normalitas Model Kooperatif Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 Hasil uji normalitas model koopertif terhadap kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dengan uji Kolmogorov Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.3.1.
Prestasi
Tabel 4.3.1. Hasil Uji Normalitas Model Kooperatif Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Model Sig Kolmogorov Smirnov Keputusan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
RTE
0,200
0,05
Tidak terdistribusi
Snowball
0,035
0,05
normal
RTE
0,031
0,05
Snowball
0,006
0,05
Tidak terdistribusi normal
RTE
0,000
0,05
Snowball
0,001
0,05
Tidak terdistribusi normal
Dari tabel 4.3.1. tersebut dapat dilihat bahwa sig<0,05 dari masingmasing prestasi. Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 16. 2).
Uji
Normalitas
Motivasi
Belajar
Terhadap
Kemampuan
Kognitif,
Psikomotorik, Afektif Siswa Hasil uji normalitas motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dengan uji Kolmogorov Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.3.2.
Prestasi
Tabel 4.3.2. Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Motivasi Sig Kolmogorov Smirnov Keputusan
Kognitif
Psikomotorik
Tinggi
0,190
0,05
Tidak terdistribusi
Rendah
0,042
0,05
normal
0,05
Tidak terdistribusi normal
Tinggi Rendah
0,000 commit 0,002 to user
0,05
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 Afektif
Tinggi
0,200
0,05
Rendah
0,008
0,05
Tidak terdistribusi normal
Dari tabel 4.3.2. tersebut dapat dilihat bahwa sig<0,05 dari masingmasing prestasi. Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 16. 3). Uji Normalitas Kreativitas Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Hasil uji normalitas kreativitas terhadap kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dengan uji Kolmogorov Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.3.3.
Prestasi
Tabel 4.3.3. Hasil Uji Normalitas Kreativitas Terhadap Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Kreativitas Sig Kolmogorov Smirnov Keputusan
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
Tinggi
0,007
0,05
Tidak terdistribusi
Rendah
0,200
0,05
normal
Tinggi
0,000
0,05
Rendah
0,000
0,05
Tidak terdistribusi normal
Tinggi
0,014
0,05
Rendah
0,181
0,05
Tidak terdistribusi normal
Dari tabel 4.3.3. tersebut dapat dilihat bahwa sig<0,05 dari masingmasing prestasi. Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 16. b. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Tabel 4.3.4. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, Afektif Siswa Prestasi Sig Keputusan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 Kognitif
0,221
0,05
Tidak terdistribusi normal
Psikomotorik
0,009
0,05
Tidak terdistribusi normal
Afektif
0,054
0,05
Tidak terdistribusi normal
Hasil uji homogenitas menggunakan uji Lavene untuk sampel kelas eksperimen dan kontrol diperoleh sig prestasi kognitif > 0,05, sig prestasi psikomotorik > 0,05, sig prestasi afektif > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang tidak homogen. Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 17. 2. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Uji Non Parametrik Penelitian ini melibatkan tiga variabel bebas. Pertama adalah penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Kedua adalah kreativitas siswa yang dibedakan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Ketiga adalah motivasi belajar siswa yang dibedakan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Untuk variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Analisis data yang digunakan adalah uji non parametrik kruskal wallis. Hasil uji non parametrik kruskal wallis terhadap kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif Fisika siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran disajikan pada tabel 4.3.5, 4.3.6, 4.3.7. 1). Kognitif commit to userKemampuan Kognitif Tabel 4.3.5 Hasil Uji Non Parametrik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 Prestasi
Kognitif
Hipotesis
Sig
Keputusan
1
0,001
0,05
Ho ditolak
2
0,000
0,05
Ho ditolak
3
0,200
0,05
Ho diterima
4
0,000
0,05
Ho ditolak
5
0,010
0,05
Ho ditolak
6
0,000
0,05
Ho ditolak
7
0,000
0,05
Ho ditolak
2). Psikomotorik Tabel 4.3.6 Hasil Uji Non Parametrik Kemampuan Psikomotorik Hipotesis Sig Keputusan
Prestasi
Psikomo torik
1
0,007
0,05
Ho ditolak
2
0,013
0,05
Ho ditolak
3
0,748
0,05
Ho diterima
4
0,003
0,05
Ho ditolak
5
0,032
0,05
Ho ditolak
6
0,036
0,05
Ho ditolak
7
0,005
0,05
Ho ditolak
3). Afektif Prestasi
Afektif
Tabel 4.3.7 Hasil Uji Non Parametrik Kemampuan Afektif Hipotesis Sig Keputusan 1
0,000
0,05
Ho ditolak
2
0,197
0,05
Ho diterima
3
0,588
0,05
Ho diterima
4
0,000
0,05
Ho ditolak
5
0,000
0,05
Ho ditolak
6
0,203
0,05
Ho diterima
7
0,000
0,05
Ho ditolak
Keputusan uji prestasi kognitif: Berdasarkan tabel 4.3.5 dapat disimpulkan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 1) Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,001<0,05 2) Ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,000<0,05 3) Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,200>0,05 4) Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,000<0,05 5) Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,010<0,05 6) Ada interaksi penggunaan kreativitas dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,000<0,05 7) Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig0,000<0,05 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 Keputusan uji prestasi psikomotorik: Berdasarkan tabel 4.3.6 dapat disimpulkan : 1). Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,007<0,05 2). Ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,013<0,05 3). Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,748>0,05 4). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,003<0,05 5). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,032<0,05 6). Ada interaksi penggunaan kreativitas dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,036<0,05 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 7). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,005<0,05 Keputusan uji prestasi afektif: Berdasarkan tabel 4.3.7 dapat disimpulkan : 1). Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,000<0,05 2). Tidak ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,197>0,05 3). Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,588>0,05 4). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,000<0,05 5). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,000<0,05 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 6). Tidak ada interaksi penggunaan kreativitas dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,203>0,05 7). Ada
interaksi
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
melalui
model
pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini karena sig 0,000<0,05 Perhitungan secara lengkap disajikan pada lampiran 23. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Kognitif 1. Uji Hipotesis Pertama Kognitif H 0A :ai = 0
Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
H 0A :ai ¹ 0 :
Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
Berdasarkan hasil uji non parametrik kruskal wallis, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan kognitif fisika siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperaif melalui model RTE dan Snowball. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116 melalui model RTE dan model Snowball terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata kelas XI A4 kemampuan kognitif adalah 78,17 sedangkan rerata kelas XI A5 kemampuan kognitif adalah 70,23. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE menghasilkan kemampuan kognitif fisika yang lebih baik daripada penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan model ini penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam ke dalam benak siswa karena siswa berdiskusi dengan kelompok lain sehingga bertambah ilmunya. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117 2. Uji Hipotesis Kedua Kognitif H 0 B : b j = 0 : Tidak ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan
rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1B : b j ¹ 0 : Ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan kognitif fisika siswa antara siswa yang mempunyai kreativitas kategori tinggi dan kreativitas kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kreativitas belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi kemampuan kognitif adalah 81,35 sedangkan siswa yang memiliki kreativitas kategori rendah kemampuan kognitif adalah 66,55. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ide-ide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Mulyono Gandadipura (1983) berpendapat bahwa “Selain itu siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan”. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran terutama untuk aspek kognitif bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. 3. Uji Hipotesis Ketiga Kognitif H 0C : g k = 0 :
Tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1C : g k ¹ 0 :
Ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan kognitif fisika siswa antara siswa yang mempunyai motivasi kategori tinggi dan motivasi kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,200 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi kemampuan kognitif adalah 72,53 sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar kategori commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 rendah kemampuan kognitif adalah 76,10. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki kemampuan kognitif yang seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Tidak adanya pengaruh semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Persamaan ini disebabkan karena siswa sudah senang dengan pembelajaran kooperatif sehingga faktor motivasi tidak memberikan pengaruh pada prestasi siswa, serta kurang cermat siswa dalam membaca pernyataan pada angket. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa adalah karena keterbatasan waktu penelitian dan belum adanya crosscheck trianggulasi. Agar ada pengaruh antara motivasi
kategori
tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa, salah satu cara adalah memperpanjang waktu penelitian. 4. Uji Hipotesis Keempat Kognitif H 0 AB : ab ij = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AB : ab ij ¹ 0 :
Ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model
pembelajaran
dan
kreativitas
kemampuan kognitif fisika siswa pada commit to user
siswa
terhadap
pada sub konsep
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan kreativitas siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan kognitifnya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan kognitifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121 sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Sehingga Siswa yang diberi pembelajaran
model RTE cenderung memiliki kreativitas tinggi. Dari uraian
tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas terhadap kemampuan kognitif siswa. 5. Uji Hipotesis Kelima Kognitif H 0 AC : ag ik = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajaran dan motivasi belajar
siswa
terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AC : ag ik ¹ 0 :
Ada
interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada
pada sub konsep
Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,010 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan kognitifnya daripada Snowball. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan kognitifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123 kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Sehingga Siswa yang diberi pembelajaran model RTE cenderung memiliki motivasi tinggi. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif siswa. 6. Uji Hipotesis Keenam Kognitif H 0 BC : bg :
jk
=0
Tidak ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1BC : bg jk ¹ 0 : Ada
interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124 terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hasil ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu kreativitas yang berpengaruh signifikan terhadap kemampuan kognitif siswa dan demikian juga motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan kognitif siswa pada GHS. Secara parsial kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kemampuan kognitif siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap kemampuan kognitif siswa. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Mulyono Gandadipura (1983) berpendapat bahwa “Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan”. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125 mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi juga. Sehingga antara kreativitas dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif siswa. 7. Uji Hipotesis Ketujuh Kognitif H 0 ABC : abg ijk = 0 :
Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1 ABC : abg ijk ¹ 0
Ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 :
model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih
kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan kognitif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan kognitifnya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan kognitifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan kognitifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Secara parsial kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kemampuan kognitif siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap kemampuan kognitif siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128 menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan
apa
yang
disampaikan
oleh
guru.
Antara
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan kognitif siswa. Psikomotorik 1. Uji Hipotesis Pertama Psikomotorik H 0A :ai = 0
Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
H 0A :ai ¹ 0 :
Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
Berdasarkan hasil uji non parametrik kruskal wallis, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan psikomotorik fisika siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129 diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperaif melalui model RTE dan Snowball. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,007 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan model Snowball terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata kelas XI A4 kemampuan psikomotorik adalah 74,13 sedangkan rerata kelas XI A5 kemampuan psikomotorik adalah 64,73. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE menghasilkan kemampuan psikomotorik fisika yang lebih baik daripada penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan model ini penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam ke dalam benak siswa karena siswa berdiskusi dengan kelompok lain sehingga bertambah ilmunya. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Robert Powell (2007: 1) menyatakan bahwa “Students write down one idea. In pairs they share their idea and add one more. In fours, they share ideas and add two more. Then ask every student for one idea. Record on a flip-chart or interactive whiteboard so commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130 that it can be kept for reference.” Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. 2. Uji Hipotesis Kedua Psikomotorik H 0 B : b j = 0 : Tidak ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan
rendah terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1B : b j ¹ 0 : Ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah
terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan psikomotorik fisika siswa antara siswa yang mempunyai kreativitas kategori tinggi dan kreativitas kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,013 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kreativitas belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi kemampuan psikomotorik adalah 72,25 sedangkan siswa yang memiliki kreativitas kategori rendah kemampuan psikomotorik adalah 66,41. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki kemampuan psikomotorik yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131 Hal ini disebabkan karena siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ide-ide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Sedangkan Utami Munandar yang dikutip oleh Sri Suwarsi et al (2003:53) mengemukakan “Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru yang memungkinkannya untuk memperkaya dan mengubah dunianya dengan penemuan-penemuan di bidang ilmu, teknologi, seni, maupun yang lain”. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran terutama untuk kemampuan psikomotorik bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. 3. Uji Hipotesis Ketiga Psikomotorik H 0C : g k = 0 :
Tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1C : g k ¹ 0 :
Ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132 Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan psikomotorik fisika siswa antara siswa yang mempunyai motivasi kategori tinggi dan motivasi kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,748 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi kemampuan psikomotorik adalah 69,71 sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar kategori rendah kemampuan psikomotorik adalah 69,10. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki kemampuan psikomotorik yang seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Tidak adanya pengaruh semacam ini, maka penguasaan psikomotorik bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Persamaan ini disebabkan karena siswa sudah senang dengan pembelajaran kooperatif sehingga faktor motivasi tidak memberikan pengaruh pada prestasi psikomotorik siswa, serta kurang cermat siswa dalam membaca pernyataan pada angket. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa adalah karena keterbatasan waktu penelitian dan belum adanya crosscheck trianggulasi. Agar ada pengaruh antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133 motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa, salah satu cara adalah memperpanjang waktu penelitian. 4. Uji Hipotesis Keempat Psikomotorik H 0 AB : ab ij = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajara dan kreativitas siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AB : ab ij ¹ 0 :
Ada model
interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui pembelajaran
dan
kreativitas
siswa
terhadap
kemampuan psikomotorik fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,003 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan kreativitas siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134 dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Robert Powell (2007: 1) menyatakan bahwa “Students write down one idea. In pairs they share their idea and add one more. In fours, they share ideas and add two more. Then ask every student for one idea. Record on a flip-chart or interactive whiteboard so that it can be kept for reference”. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135 percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas terhadap kemampuan psikomotorik siswa. 5. Uji Hipotesis Kelima Psikomotorik H 0 AC : ag ik = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajaran dan motivasi belajar
siswa
terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AC : ag ik ¹ 0 :
Ada
interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui
model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,032 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136 pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada Snowball. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE
dan
Snowball,
dengan
hasil
maksimal
diporelah
siswa
dengan
kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137 dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan psikomotorik siswa. 6. Uji Hipotesis Keenam Psikomotorik H 0 BC : bg :
jk
=0
Tidak ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar sisw terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1BC : bg jk ¹ 0 : Ada
interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa
terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,036 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138 Hasil ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu kreativitas yang berpengaruh signifikan terhadap kemampuan psikomotorik siswa dan demikian juga motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan psikomotorik siswa pada GHS. Secara parsial kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap kemampuan psikomotorik siswa. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Sedangkan Utami Munandar yang dikutip oleh Sri Suwarsi et al (2003:53) mengemukakan “Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru yang memungkinkannya untuk memperkaya dan mengubah dunianya dengan penemuan-penemuan di bidang ilmu, teknologi, seni, maupun yang lain”. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139 menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi juga. Sehingga antara kreativitas dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan psikomotorik siswa. 7. Uji Hipotesis Ketujuh Psikomotorik H 0 ABC : abg ijk = 0 :
Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1 ABC : abg ijk ¹ 0 :
Ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,005 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140 kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan psikomotoriknya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Secara parsial kreativitas memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian kemampuan psikomotorik siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap kemampuan psikomotorik siswa. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142 merasa
malas
memperhatikan
dalam apa
mengikuti
yang
pelajaran
disampaikan
oleh
sehingga guru.
cenderung
Antara
tidak
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan psikomotorik siswa. Afektif 1. Uji Hipotesis Pertama Afektif H 0A :ai = 0
Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
H 0A :ai ¹ 0 :
Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan snowball terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederana.
Berdasarkan hasil uji non parametrik kruskal wallis, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan afektif fisika siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperaif melalui model RTE dan Snowball. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE (A1) dan model Snowball (A2) terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143 Rerata kelas XI A4 kemampuan afektif adalah 80,93 sedangkan rerata kelas XI A5 kemampuan afektif adalah 60,97. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE menghasilkan kemampuan afektif fisika yang lebih baik daripada penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan model ini penerimaan terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam ke dalam benak siswa karena siswa berdiskusi dengan kelompok lain sehingga bertambah ilmunya. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. 2. Uji Hipotesis Kedua Afektif H 0 B : b j = 0 : Tidak ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan
rendah terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144 H 1B : b j ¹ 0 : Ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah
terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kemampuan afektif fisika siswa antara siswa yang mempunyai kreativitas kategori tinggi dan kreativitas kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,197 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kreativitas belajar kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi kemampuan afektif adalah 73,19 sedangkan siswa yang memiliki kreativitas kategori rendah kemampuan afektif adalah 68,55. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki kemampuan afektif yang seimbang dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Tidak adanya pengaruh semacam ini, maka penguasaan afektif bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi seimbang dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Persamaan ini disebabkan karena siswa sudah senang dengan pembelajaran kooperatif sehingga faktor kreativitas tidak memberikan pengaruh pada prestasi afektif siswa (prestasi afektif muncul pada diri siswa itu sendiri), serta kurang cermat siswa dalam membaca pernyataan pada angket. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada pengaruh antara kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa adalah karena keterbatasan waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145 penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas kategori tinggi dan rendah mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap pencapaian kemampuan afektif Fisika siswa. Agar ada pengaruh antara kraetivitas kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa, salah satu cara adalah memperpanjang waktu penelitian. 3. Uji Hipotesis Ketiga Afektif H 0C : g k = 0 :
Tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1C : g k ¹ 0 :
Ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif Fisika siswa pada
pada sub
konsep Gerak Harmonik Sederhana. Berdasarkan hasil uji non paramaterik, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan afektif fisika siswa antara siswa yang mempunyai motivasi kategori tinggi dan motivasi kategori rendah. Pada uji non parametrik, didapatkan nilai sig0,588 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi (C1) dan rendah (C2) terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata siswa yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi kemampuan afektif adalah 69,62 sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar kategori rendah kemampuan afektif adalah 72,46. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146 kemampuan afektif yang seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Tidak adanya pengaruh semacam ini, maka penguasaan afektif bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Persamaan ini disebabkan karena siswa sudah senang dengan pembelajaran kooperatif sehingga faktor motivasi tidak memberikan pengaruh pada prestasi afektif siswa, serta kurang cermat siswa dalam membaca pernyataan pada angket. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa adalah karena keterbatasan waktu penelitian dan belum adanya crosscek trianggulasi. Agar ada pengaruh antara motivasi kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan afektif fisika siswa, salah satu cara adalah memperpanjang waktu penelitian. 4. Uji Hipotesis Keempat Afektif H 0 AB : ab ij = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AB : ab ij ¹ 0 :
Ada model
interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui pembelajaran
dan
kreativitas
siswa
terhadap
kemampuan afektif fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147 Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan kreativitas siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan afektifnya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan afektifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148 sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan kreativitas terhadap kemampuan afektif siswa. 5. Uji Hipotesis Kelima Afektif H 0 AC : ag ik = 0 : Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif
melalui model pembelajaran dan motivasi belajar
siswa
terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. H 1 AC : ag ik ¹ 0 :
Ada
interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui
model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149 kemampuan afektif fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan afektifnya daripada Snowball. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan afektifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Dalam pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150 yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan motivasi belajar terhadap kemampuan afektif siswa. 6. Uji Hipotesis Keenam Afektif H 0 BC : bg :
jk
=0
Tidak ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1BC : bg jk ¹ 0 : Ada
interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa
terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada konsep Gerak Harmonik Sederhana. commit to user
pada sub
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151 Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,203 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hasil ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu kreativitas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan afektif siswa dan demikian juga motivasi belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan afektif siswa pada GHS. Secara parsial kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian kemampuan afektif siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap kemampuan afektif siswa. Tidak adanya interaksi ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang tidak terduga dan tidak terkontrol ikut berpengaruh terhadap kemampuan afektif Fisika siswa dan tidak termasuk dalam variabel penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain bentuk kehidupan masyarakat, kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul siswa, disiplin sekolah (kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan karyawan/ pegawai dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan kelas dan lain-lain), waktu sekolah (waktu terjadinya proses belajar di sekolah),
dan
keadaan
ekonomi
keluarga.
commit to user
Faktor-faktor
tersebut
ikut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152 mempengaruhi proses belajar siswa yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan afektif fisika siswa. 7. Uji Hipotesis Ketujuh Afektif H 0 ABC : abg ijk = 0 :
Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
H 1 ABC : abg ijk ¹ 0 :
Ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana.
Dari hasil perhitungan uji non parametrik didapatkan nilai sig0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan afektif fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas siswa dengan motivasi belajar siswa mempunyai interaksi terhadap pencapaian kemampuan afektif Fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang dibelajarkan dengan model RTE lebih baik kemampuan afektifnya daripada Snowball. Siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik kemampuan afektifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153 kreativitas tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik kemampuan afektifnya daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan RTE dan Snowball, dengan hasil maksimal diporelah siswa dengan kecenderungan motivasi belajar tinggi dan dibelajarkan dengan model RTE. Secara parsial kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian kemampuan afektif siswa demikian juga halnya motivasi belajar, sehingga logis apabila kedua variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap kemampuan afektif siswa. Seperti yang dikemukan oleh Silberman (2006) pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE, siswa mendapatkan penjelasan melalui pembelajaran kooperatif yang personilnya saling ditukar antar kelompok. Materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa akan lebih jelas dan mudah dipahami jika siswa bertukar pikiran dengan kelompok lain. Selain itu agar siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan oleh guru, maka model ini dapat merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Hal ini berbeda dengan pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model Snowball. Dalam model ini, siswa membahas materi yang sama dari awal hingga akhir, sehingga menyebabkan kebosanan. Siswa saling tukar menukar pengalaman dan informasi materi yang sama untuk memecahkan suatu masalah. Kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ideide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154 akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Motivasi belajar mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sardiman A.M. (1990:84) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi”. Hal ini karena dengan adanya motivasi belajar, siswa akan memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran karena mempunyai dorongan belajar yang besar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah merasa malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung tidak memperhatikan
apa
yang
disampaikan
oleh
guru.
Antara
penggunaan
pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar memiliki komponen yang saling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Dari uraian tersebut diatas, terdapat interaksi antara penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar terhadap kemampuan afektif siswa. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155 hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Kreativitas siswa hanya diukur pada level tinggi dan rendah saja, tidak memberikan kesempatan pada terukurnya level menengah untuk kedua factor. Sedangkan kategori motivasi siswa, yang mestinya lebih dari tiga hanya diamati dua saja. Selain itu, kreativitas siswa yang diukur adalah kreativitas siswa rata-rata, tidak pada proses pembelajaran itu sendiri berlangsung. Hal ini menyebabkan biasnya pengaruh model pembelajaran terhadap pencapaian prestasi, terutama jika akan melihat pengaruh model terhadap perubahan kreativitas siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan: 1. Penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model RTE dan Snowball memiliki pengaruh terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Rerata kelas RTE kemampuan kognitif adalah 78,17 sedangkan rerata kelas Snowball kemampuan kognitif adalah 70,23. Rerata kelas RTE kemampuan psikomotorik adalah 74,13 sedangkan rerata kelas Snowball kemampuan psikomotorik adalah 64,73. Rerata kelas RTE kemampuan afektif adalah 80,93 sedangkan rerata kelas Snowball kemampuan afektif adalah 60,97. Siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif melalui model RTE memiliki prestasi fisika yang lebih baik daripada melalui model Snowball. 2. Antara kreativitas kategori tinggi dan rendah memiliki pengaruh terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi memiliki kemampuan kognitif dan psikomotorik fisika yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kreativitas kategori rendah. 3. Antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi memiliki prestasi fisika yang seimbang dengan siswa yang memiliki motivasi belajar kategori rendah. commit to user 156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157 4. Penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan kreativitas siswa saling terjadi interaksi terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. 5. Penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran dan motivasi belajar saling terjadi interaksi terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. 6. Antara penggunaan kreativitas dan motivasi belajar saling terjadi interaksi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotorik fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. 7. Penggunaan pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran, kreativitas dan motivasi belajar saling terjadi interaksi terhadap prestasi fisika siswa pada sub konsep Gerak Harmonik Sederhana. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan implikasi penelitian sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis a. Pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model RTE dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pemilihan
model
pembelajaran
yang
bervariasi
dalam
rangka
meningkatkan mutu pendidikan. b. Hasil penelitian tentang penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model RTE dapat menambah pengetahuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158 tentang berbagai macam pembelajaran dan model pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.. 2. Implikasi Praktis a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model RTE dapat memberi hasil yang baik dalam meningkatkan kemampuan prestasi Fisika siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ini perlu diterapkan dan dikembangkan, khususnya pada materi yang sesuai. b. Hasil penelitian menggunakan model RTE di atas dapat dijadikan dasar bagi guru dalam memilih alternatif pengajaran. c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas dan motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan prestasi fisika siswa. Oleh karena itu kreativitas dan motivasi belajar siswa merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan guru. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi tersebut maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, salah satunya yaitu dengan menyesuaikan model RTE yang akan digunakan dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. 2. Guru sebaiknya menggunakan model RTE sehingga siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan commit to user prestasi fisika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159 3. Model pembelajaran RTE perlu dilengkapi dengan LKS. 4. Pembentukan kelompok dan persiapan alat pada model RTE perlu disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung. 5. Alokasi waktu perlu diperhatikan agar pembelajaran berjalan secara optimal. 6. Guru diharapkan beberapa kali memberikan angket kreativitas dan motovasi belajar, supaya selalu memahami kreativitas dan motivasi belajar siswa agar siswa lebih mudah dalam menangkap pelajaran, sehingga diharapkan dengan kreativitas dan motivasi belajar yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan prestasi fisika siswa. 7. Siswa yang memiliki kreativitas dan motivasi belajarnya rendah diharapkan untuk dibimbing supaya kreativitas dan motivasi belajarnya meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
160
commit to user