PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP DISCLOSURE (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012)
Oleh : SARI WULAN NIM : 232009055
KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI
: AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013 i
ii
iii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the level of IFRS disclosure and voluntary disclosure to determine the effect of corporate governance mechanisms that identified as managerial ownership, institutional ownership, number of board meetings and the number of audit committee meetings on the level of disclosure. This study used profitability, leverage and size as a control variable. This research uses a sample of bangking companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange from the 2009-2012 research period. The sample is chosen using a purposive sampling method, and 106 companies are used for the sample. Data analysis with classic assumtion and hypothesis test is used multiple regression method in SPSS 16.0 software. The average level of IFRS disclosure is 73,65% and voluntary disclosure 68,61%, with the test results of multiple regression showed that corporate governance mechanisms affects the level of IFRS disclosure and voluntary disclosure. Independent variables that affect the level of disclosure are number of audit committe meetings. Other variable namely are managerial ownership, institutional ownership, number of board meetings, profitability, leverage and size do not affect the level of disclosure.
Keywords: corporate governance mehanisms, IFRS disclosure, voluntary disclosure and banking companies
iv
SARIPATI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela serta mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang diidentifikasi sebagai kepemilikan manajeman, kepemilikan institusi domestik, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit terhadap tingkat pengungkapan. Penelitian ini menggunakan profitabilitas, leverage dan size sebagai variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2009-2012. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 106 perusahaan yang menjadi sampel. Analisis data dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis menggunakan metode regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0. Rata-rata tingkat pengungkapan IFRS 73,65% dan pengungkapan sukarela 68,61%, serta hasil uji regresi berganda menunjukan bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukrela. Variabel independen yang mempengaruhi tingkat pengungkapan adalah jumlah rapat komite audit. Variabel lainnya yaitu kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan size tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan. Kata kunci: mekanisme corporate governance, pengungkapan IFRS, pengungkapan sukarela, perusahaan perbankan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu menyertai penulis selama proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti pengaruh mekanisme corporate governance terhadap disclosure. Corporate governance adalah seperangkat mekanisme baik institusional maupun market based yang mendorong pengendali kepentingan perusahaan untuk membuat keputusan yang memaksimalkan nilai perusahaan kepada pemilik (pemasok modal). Adanya pengelolaan yang baik terhadap corporate governance yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat meningkatkan disclosure. Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penelitian yang serupa di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Salatiga, 19 Juli 2013
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Disclosure (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI tahun 2009-2012)” ini. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat berati dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Allah SWT, atas segala Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. 4. Ibu Maria Rio Rita, SE, M.Si selaku wali studi yang telah memberikan pengarahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. 5. Ibu Roos Kities Andadari, SE.,MBA.,PhD. selaku dosen pembimbing, yang senantiasa meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing penulis selama masa penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen UKSW yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta seluruh civitas akademika UKSW. 7. Kedua Orang tua tercinta, Ibu Sunarsih dan Bapak Djati Harmadi atas kasih sayang, doa, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 8. Kakakku tersayang, Wida Wati dan Dwi Aribowo yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis. 9. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, doa serta dukungan kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan, Florentina Paula Putri Gany, SE, Diah Intan Pandini, SE dan Wisnu Ayona Taranika Nirwana yang telah memberikan dukungan dan menjadi patner selama masa-masa kuliah dari semester 1 hingga akhir semester. vii
11. Sahabat- sahabat saya Harmany Aji Setya, khususnya Elly Febriana yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis. 12. Teman-teman akuntansi angkatan 2009 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, terima kasih atas segala kebersamaan dan pengalaman yang didapat. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap dan berdoa agar skripsi ini bermanfaat bagi semuanya, dan semoga segala budi baik, dan bantuan yang penulis terima selama menyelesaikan skripsi mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Salatiga, 19 Juli 2013 Penulis
Sari Wulan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...........................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
ABSTRACT .......................................................................................................
iv
SARIPATI .........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xiii
PENDAHULUAN...................................................................................... .......
1
TELAAH TEORI ..............................................................................................
3
Mekanisme Corporate Governance .........................................................
3
Disclosure..................................................................................................
4
Penelitian Terdahulu ...............................................................................
5
Kerangka Pemikiran ...............................................................................
7
Hipotesis Penelitian .................................................................................
8
METODE PENELITIAN .................................................................................
10
Populasi dan Sampel ...............................................................................
10
Variabel Independen ...............................................................................
10
Variabel Dependen ..................................................................................
11
Variabel Kontrol ......................................................................................
12
ix
Jenis dan Sumber Data ...........................................................................
13
Teknik Analisis ........................................................................................
13
ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................................................
14
Deskriptif Data.........................................................................................
14
Pengujian Data.........................................................................................
16
Hasil Uji Asumsi Klasik ..........................................................................
16
Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................
17
PENUTUP ..........................................................................................................
21
Kesimpulan .............................................................................................
21
Keterbatasan ............................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
32
LAMPIRAN.......................................................................................................
33
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ............................................................................
5
Tabel 3.1 Jumlah Sample Penelitian ...................................................................
34
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif IFRS Disclosure Per Tahun .................................
34
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Voluntary Disclosure Per Tahun .........................
34
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Kontrol .........
35
Tabel 4.4 Uji Normalitas IFRS Disclosure .........................................................
35
Tabel 4.5 Uji Normalitas Voluntary Disclosure .................................................
35
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas IFRS Disclosure ...............................................
36
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas Voluntary Disclosure .......................................
36
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi IFRS Disclosure ......................................................
36
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Voluntary Disclosure ..............................................
36
Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas IFRS Disclosure ..........................................
37
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Voluntary Disclosure ..................................
37
Tabel 4.12 Model Summary IFRSDISC .............................................................
38
Tabel 4.13 Anova IFRSDIS ................................................................................
38
Tabel 4.14 Model Summary VOLDISC .............................................................
38
Tabel 4.15 Anova VOLDISC .............................................................................
38
Tabel 4.16 Coefficients IFRSDISC ....................................................................
39
Tabel 4.17Coefficients VOLDISC......................................................................
39
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 PSAK Konvergen IFRS..................................................................
40
Lampiran 2 Item Pengungkapan Sukarela .........................................................
40
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Pemikiran ..........................................................................
xiii
7
PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir, pengungkapan dan transparansi dalam laporan keuangan menjadi isu penting di Indonesia. Forum for corporate governance in Indonesia (FCGI, 2006) mempublikasikan sebuah survey yang dilakukan Princewaterhouse and Coopers pada tahun 1999 terhadap investor-investor internasional di Asia, yang menunjukkan bahwa Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terendah dalam bidang standar pengungkapan dan transparansi. Pengungkapan
memberikan
implikasi
bahwa
keterbukaan
merupakan
basis
kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. Dengan kata lain, kualitas mekanisme corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan atau transparansi (Lins dan Warnock, 2004). Pengungkapan adalah cara yang efektif untuk mempublikasikan informasi terkait kondisi perusahaan kepada para stakeholder. Mulai tahun 2008 Pemerintah Indonesia sebagai anggota The Group of Twenty (G20 Forum) telah bersepakat untuk melakukan konvergensi PSAK terhadap IFRS secara bertahap. IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Berbagai perusahaan di Indonesia yang semakin berkembang masih banyak menghadapi masalah-masalah yang apabila diamati, penyebabnya adalah lemah dan tidak diterapkannya corporate governance dengan baik. Tidak transparannya praktik dan pengelolaan suatu perusahaan mengakibatkan otoritas moneter sulit mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat perusahaan (Sitompul, 2006 dalam Venny, Rudi, dan Fara, 2011). Lins dan Warnock (2004) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan corporate governance, yaitu mekanisme internal perusahaan dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal diproksikan dengan kepemilikan manajeman, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit, sedangkan mekanisme eksternal diproksikan dengan kepemilikan institusional. Penelitian yang dilakukan oleh Clemente dan Lambat (2005) menyebutkan bahwa corporate governance mempengaruhi pengungkapan. Dewan komisaris berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap manajerial. Menurut Ettredge et al. (2010), dewan
1
komisaris yang lebih sering mengadakan pertemuan akan meningkatkan kepatuhan pengungkapan. Komite audit merupakan bagian integral dari corporate governance yang dibebani dengan tanggung jawab pelaporan keuangan dan efektivitas sistem pegendalian internal (Owolabi dan Dada, 2011). Penelitian yang dilakukan Ettredge et al. (2010) menunjukan jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan. Salah satu mekanisme corporate governance yang merupakan perwujudan dari prinsip transparansi adalah kepemilikan manajerial. Penelitian Nasir dan Abdullah (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Menurut Shleifer dan Vishny (1996), investor institusional memiliki peran penting dalam menciptakan sistem corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan Akhtaruddin et al. (2009) pada perusahaan nonfinancial di Malaysia menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan semata- mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum dilaksanakannya corporate governance. Usaha untuk mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia dilakukan melalui penataan kembali dan perbaikan struktur yang dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lainnya, yaitu : ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian, pelaksanaan corporate governance dan pengawasan yang efektif dari otoritas pengawas bank (Zarkasyi, 2008). Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. Maraknya pembobolan pada perusahaan perbankan akhir-akhir ini (kasus Citibank dan Bank Mega), memuat penelitian terhadap perbankan menjadi relevan untuk dilakukan. Di era globalisasi sekarang ini, produk dan aktivitas bank semakin kompleks mengakibatkan resiko yang dihadapi akan semakin meningkat. Sementara itu penelitian tentang struktur corporate governance terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa struktur corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit terhadap tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. 2
TELAAH TEORI Mekanisme Corporate Governance Denis dan McConnell (2003) dalam Hapsoro (2007) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat mekanisme baik institusional maupun market based yang mendorong
pengendali
kepentingan
perusahaan
untuk
membuat
keputusan
yang
memaksimalkan nilai perusahaan kepada pemilik (pemasok modal). Herwidayatmo (2000) mengatakan bahwa elemen dari corporate governance meliputi struktur dan proses yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas. Efektifitas corporate governance ditentukan oleh bagaimana mekanisme corporate governance tersebut bekerja dalam perusahaan (Utami, Suhardjanto dan Hartoko, 2012). Sebaiknya apapun suatu struktur corporate governance tetapi jika mekanisme atau prosesnya tidak berjalan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai (Herwidayatmo, 2000). Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pada mekanisme corporate governance. Beberapa study menunjukan bahwa terdapat dua potensi agency problem yang berkaitan dengan kepemilikan. Pertama, agency problem antara manajeman dan pemegang saham (Jensen and Meckling, 1976). Kedua, agency problem antara pemegang saham mayoritas dan minoritas (Shleifer dan Vishny, 1996). Solusi untuk agency problem tersebut cenderung berasal dari kategori, yaitu melalui insentif dan monitoring (Anyta, 2012). Insentif tersebut antara lain dengan memberi kepemilikan saham kepada manajer (Jensen dan meckling, 1976) dan adanya kepemilikan saham oleh investor institusional untuk monitoring (Hapsoro, 2007). Mekanisme lain yang dilakukan dewan komisaris dan komite audit adalah dengan melakukan rapat atau pertemuan tetap. Kepemilikan manajemen adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan (Rustiarini 2011). Manajemen sebagai pihak yang mengontrol dan menjalakan perusahaan tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik mungkin bagi kepentingan para pemegang saham yang biasa disebut dengan agency problem (Wahyuningtyas dan Nugrahanti, 2011). Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen diharapkan dapat mengurangi agency problem. Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pemegang saham luar yang merupakan institusi, perusahaan, lembaga asuransi, bank, dan dana pensiun
3
(Eng dan Mark, 2003). Menurut Mursalim (2007) kepemilikan institusional dapat dijadikan upaya mengurangi masalah agensi melalui monitoring terhadap manajemen. Forum for Corporate Governance in Indonesia (2002) menyatakan bahwa dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang mengawal pelaksanaan strategis, mengawasi manajemen, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam rangka menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan rapat-rapat rutin untuk membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002). Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Keberadaan dewan komisaris ditugaskan untuk memastikan bahwa direktur dan manajemen perusahaan bekerja dengan baik guna kepentingan pemegang saham (Fama, 1980 dalam Prasetyo, 2009). Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dewan komisaris dibantu oleh komite audit. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengelolaan perusahaan (BAPEPAM No: kep. 29/PM/2004). Dengan dibentuknya komite audit diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan. Agar tugas dan tanggungjawabnya berjalan dengan baik, komite audit harus rutin mengadakan rapat internal.
Disclosure Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien (Hendikson, Breda, (1992) dalam Widiastuti, (2002)). Laporan tahunan merupakan media bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi perusahaan baik yang berupa kondisi keuangan maupun informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditur, dan stakeholder lainnya. Menurut Suhardjanto (2009), informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib yang didasarkan pada ketentuan (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan yang digunakan adalah IFRS Presentation and Disclosure Checklist dari Deloitte. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota The Group of Twenty (G20 Forum) di Washington DC, 15 November 2008. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan transparansi 4
dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS akan meningkatkan arus investasi global melalui keterbandingan laporan keuangan. Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku, sehingga perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan. Menurut Hadi dan Sabeni (2002) suatu perusahaan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengungkapan akan memperhatikan manfaat dan biaya yang ditimbulkan. Bila manfaat yang akan diperoleh lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan maka perusahaan dengan sukarela mengungkapkan informasi. Dengan melakukan pengungkapan sukarela perusahaan dapat meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Yularto dan Chariri, 2003).
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi sebagai bahan telaah dalam penelitian ini seperti tertuang dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Telaah Penelitian Sebelumnya No 1.
Peneliti Hossain, 2008
Tujuan Penelitian a. Penelitian ini bertujuan untuk
Hasil Penelitian a. Size, profitabilitas dan
mengetahui tingkat pengungkapan
komposisi dewan
wajib dan pengungkapan sukarela
komisaris mempengaruhi
dan menganalisis pengaruh Size,
tingkat pengungkapan.
profitabilitas, komposisi dewan
b.
Sedangkan umur
komisaris, umur perusahaan,
perusahaan kompleksitas
kompleksitas bisnis dan leverage
bisnis dan leverage tidak
terhadap tingkat pengungkapan pada
berpengaruh terhadap
perusahaan perbankan yang terdaftar
tingkat pengungkapan.
di India. 2.
Al-Mutawaa a. Penelitian ini dijalankan dengan
a. Rerata tingkat kepatuhan
dan
tujuan untuk mengetahui tingkat
pengungkapan wajib
Hewaidy,
kepatuhan pengungkapan wajib IFRS
69%.
2010
dan menganalisis pengaruh ukuran 5
b. Ukuran perusahaan dan
perusahaan, profitabilitas, leverage,
jenis industri
likuiditas, jenis industri, jenis auditor
mempengaruhi tingkat
dan umur perusahaan terhadap
kepatuhan pengungkapan
tingkat pengungkapan wajib pada 48
wajib IFRS.
perusahaan non-financial di Kuwait. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk studi empiris sebelumnya dan pengembangan praktik pengungkapan yang lebih baik. 3.
Utami,
a. Penelitian ini bertujuan untuk
c. Sedangkan profitabilitas, leverage, likuiditas, jenis auditor dan umur perusahaan tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan pengungkapan wajib IFRS. a. Kepemilikan manajerial
Suhardjanto,
mengetahui tingkat kepatuhan
dan kepemilikan
Hartoko,
pengungkapan wajib dalam
institusional
2012
konvergensi International Financial
mempengaruhi tingkat
Reporting Standards (IFRS)
kepatuhan pengungkapan
perusahaan manufaktur yang listing
wajib IFRS.
di Bursa Efek Indonesia (BEI). b. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksikan oleh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan komisaris, dan proporsi komisaris
b. Jumlah rapat dewan komisaris dan proporsi komisaris independen, tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib IFRS.
independen terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan wajib. Sari,
a. Penelitian ini dijalankan dengan
a. Kepemilikan
Anugerah,
tujuan untuk mengetahui dan
Manajemen, kepemilikan
Dwiningsih,
menganalisis pengaruh struktur
institusional, dan
2010
kepemilikan, kualitas audit dan
kualitas audit tidak
ukuran perusahaan terhadap tingkat
berpengaruh terhadap
6
transparansi informasi pada
transparansi informasi.
perusahaan 100 perusahaan publik
b. Ukuran perusahaan dan
terbesar di Indonesia.
kepemilikan asing
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman kita tentang
berpengaruh terhadap transparansi informasi.
faktor-faktor yang menyebabkan bervariasinya tingkat transparansi informasi.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti mengindikasikan mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit sebagai variabel independen, leverage, profitabilitas dan size sebagai variabel kontrol serta pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela sebagai dependen. Adapun model kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1 Variabel Independen
Variabel Dependen
Kepemilikan Manajeman
Pengungkapan IFRS
Kepemilikan Institusi Domestik Pengungkapan Sukarela
Jumlah Rapat Dewan Komisaris Jumlah rapat Komite Audit
Variabel Kontrol
Leverage Profitabilitas Size
7
Hipotesis Penelitian Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan Kepemilikan oleh manajemen dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen and Meckling, 1976). Nasir dan Abdullah (2004) di Malaysia menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib IFRS. Menurut Al-Fayoumi et al. (2010), manajer yang memiliki saham perusahaan mempunyai insentif lebih besar untuk memaksimalkan
kinerjanya,
diantaranya
kepatuhan
terhadap
pengungkapan
yang
disyaratkan. Selain itu, struktur modal dengan kepemilikan majerial tinggi akan menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan pengungkapan sukarela. Menurut Hongxia dan Qi (2008) perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajemen yang tinggi memiliki tingkat pengungkapan sukarela yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis: H1: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS. H2: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Pengaruh Kepemilikan Institusi Domestik Terhadap Pengungkapan Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui proses monitoring secara efektif sehingga akan mempengaruhi tingkat pengungkapan
Boediono (2005). Penelitian yang dilakukan
Rouf dan Al-harun (2011), menemukan pengaruh positif antara kepemilikan institusional dan pengungkapan sukarela, sehingga diharapkan dengan adanya kepemilikan institusional yang besar akan membuat tingkat pengungkapan semakin banyak. Pengawasan yang tinggi dari pihak luar terhadap manajeman akan menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Prayogi (2003) dalam Rawi (2008) menyatakan bahwa semakin besar presentase kepemilikan saham institusi maka semakin luas perusahaan melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis: H3: Kepemilikan insititusi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS. H4: Kepemilikan insititusi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
8
Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi diantara anggota-anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajeman. Dalam rapat akan membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajeman, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002). Semakin tingginya frekuensi rapat dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut diharapkan melakukan lebih banyak pengungkapan sukarela, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya withholding information (penahanan informasi) oleh manajeman (Suta dan Laksito, 2012). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Xie et al. (2003) dalam Ratnasari (2010) yang menemukan bahwa semakin sering dewan komisaris megadakan rapat, maka fungsi pengawasan semakin efektif sehingga pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan akan semakin luas. Ettredge et al. (2010) juga menemukan bahwa dewan komisaris yang lebih sering mengadakan pertemuan akan meningkatkan kepatuhan pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis: H5: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS. H6: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan Rapat komite audit merupakan koordinasi antara anggota-anggotanya agar dapat menjalankan tugas secara efektif dalam hal pengawasan laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan GCG perusahaan. Dengan semakin sering mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan terhadap manajeman dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian Putri (2009) dalam Waryanto (2011) menemukan adanya hubungan antara jumlah pertemuan komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi laba perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering komite audit mengadakan rapat maka pengungkapan yang dilakukan perusahaan akan semakin transparan. Ettredge et al. (2010) dan Allegrini dan Greco (2011) menyebutkan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin sering diadakan rapat komite audit
9
diharapkan meningkatkan pengungkapan IFRS dan sukarela. Berdasarkan uraian di atas maka dikembangkan hipotesis: H7: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS. H8: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sample Populasi dan sample dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Jumlah populasi tahun 2009-2012 masingmasing berjumlah 32 perusahaan. Teknik pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sample yang representative sesuai
dengan
kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan yaitu perusahaan perbankan tersebut terdaftar di BEI tahun 2009-2012, menerbitkan annual report tahun 2009-2012 yang dapat memberikan informasi lengkap sesuai dengan variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sample yang sesuai sebanyak 106 (empat tahun). Insert Tabel 3.1 Variabel Independen a. Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki direksi dan dewan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Rustriarini, 2010) dan (Huangfang dan Jianguo, 2007). b. Kepemilikan Institusional Domestik Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki institusi (institusi, perusahaan, lembaga asuransi, dana pensiun) dari seluruh modal saham yang beredar (Suhardjanto, 2012) dan (Baroko, 2007). c. Jumlah Rapat Dewan Komisaris Jumlah rapat dewan komisaris independen merupakan rapat yang dilakukan suatu perusahaan selama satu tahun (Corporate Governance Guidelines, 2007). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Etteredge et al (2010) serta 10
Allegrini dan Greco (2011) yaitu jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu tahun. d. Jumlah Rapat Komite Audit Indikator dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Permatasari (2010) dan Allegrini dan Greco (2011), yaitu jumlah rapat komite audit yang dilaksanakan dalam satu tahun.
Variabel Dependen a. Tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS Variabel dependen pertama dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS. Identifikasi item pengungkapan menggunakan Deloitte IFRS Presentation and Disclosure Checklist (Al-Mutawaa dan Hewaidy, 2010). Item-item yang dipilih dari checklist ini disesuaikan dengan PSAK yang berlaku di Indonesia, wajib diterapkan untuk periode 2009-2012, digunakan perusahaan perbankan serta lebih memprioritaskan pada informasi yang dibutuhkan investor. Pengungkapan IFRS diukur dengan menggunakan teknik scoring, yakni jika item tersebut dapat diterapkan dalam perusahaan dan diungkapkan diberi skor 1 dan jika tidak diungkapkan diberi skor 0. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS ini adalah:
IFRSDISCAX =
X 100%
IFRSISCAX menunjukan kor kepatuhan pengungkapan IFRS industri perbankan A pada tahun X, mDISCAX menunjukan jumlah item yang diungkapkan industri perbankan A pada tahun X, dan mMAXBYA menunjukan nilai maksimum yang mungkin dicapai industri perbanka A pada tahun X. b. Tingkat kepatuhan pengungkapan sukarela Variabel
dependen
kedua dalam penelitian ini
adalah tingkat
kepatuhan
pengungkapan sukarela. Identifikasi item pengungkapan sukarela yang dipilih dan dikembangkan berdasarkan literatur Khomsiyah (2005), Lokman et al. (2009) dan Hossain (2008). Pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan teknik scoring, yakni jika item tersebut dapat diterapkan dalam perusahaan dan diungkapkan diberi skor 1 dan jika tidak diungkapkan diberi skor 0. Skor yang diperoleh setiap
11
perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kepatuhan pengungkapan sukarela ini adalah:
VOLDISCAX =
X 100%
VOLDISCAX menunjukan skor kepatuhan pengungkapan sukarela industri perbankan A pada tahun X, vDISCAX menunjukan jumlah item yang diungkapkan industri perbankan A pada tahun X dan vMAXBYAX menunjukan nilai maksimum yang mungkin dicapai industri perbankan A pada tahun X.
Variabel Kontrol Tujuan penggunaan variabel kontrol ini untuk mengendalikan pengaruh faktor-faktor yang mungkin dapat mengacaukan analisis. a. Leverage Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk
memberikan
jaminan terhadap hutang. Hutang di sini meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Penggunaan hutang yang berhasil akan
meningkatkan pendapatan
perusahaan atau meningkatkan ekuitas perusahaan (Munawir, 2001). Semakin besar leverage menunjukkan besarnya risiko dalam pembayaran hutang perusahaan, sehingga akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil leverage menunjukkan rendahnya tingkat hutang perusahaan, maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Suhardjanto dan Miranti (2009), Enache dan Parbonetti (2011) yaitu menggunakan rasio hutang terhadap modal sendiri. b. Profitabilitas Tingkat profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
keuntungan. Untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, penelitian saat ini menggunakan Return on Asset. Rasio ini menggambarkan bahwa laba bersih yang dapat dicapai setiap total asset perusahaan (Munawir, 2001). Semakin besar profitabilitas maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil profitabilitas maka akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Primastuti dan Achmad (2012), Enache dan
12
Parbonetti (2011) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total aset. c. Size Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukurn aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menukmati keuntungan dari pengungkapan informsi yang memadai. Indikator yang digunakan dalam penelitia ini sesuai dengan Utama (2012), Enache dan Parbonetti (2011) yaitu log natural total aktiva perusahaan.
Variabel leverage, profitabilitas dan size merupakan variabel yang paling sering digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan dalam laporan tahunan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian empiris yang telah dilakukan menunjukan bahwa pengaruh total aktiva sebagai cermin atas ukuran perusahaan hampir selalu konsisten dan secara statistik signifikan. Sedangkan profitabilitas dapat dilihat dari semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasinya. Variabel leverage menunjukkan bahwa semakin rendah rasio leverage yang dimiliki perusahaan semakin baik kondisinya. Hal-hal yang disebutkan di atas
merupakan alasan yang
melatarbelakangi penggunaan ketiganya sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. Jenis dan Sumber Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun 20092012 yang diperoleh situs www.idx.co.id. Teknik Analisis Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah: 13
a. IFRSDISC
= β0 + β1 KEPMAN + β2 KEPINS + β3 RPTDWN + β4 RPTAUD + β5 LEV + β6 PROF + β7 SIZE + e
b. VOLDISC
= β0 + β1 KEPMAN + β2 KEPINS + β3 RPTDWN + β4 RPTAUD + β5 LEV + β6 PROF + β7 SIZE + e
Dimana: IFRSDISC
: IFRS Disclosure
VOLDISC
: Voluntary Disclosure
KEPMAN
: Kepemilikan Manajemen
KEPINS
: Kepemilikan Institusional Domestik
RPTDWN
: Jumlah Rapat Dewan Komisaris
RPTAUD
: Jumlah Rapat Komite Audit
LEV
: Leverage
PROF
: Profitabilitas
SIZE
: Ukuran Perusahaan
β0
: Konstan
β1, β2, β3, β4
: Koefisien regresi
e
: error
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskriptif Data Tabel menggambarkan hasil perhitungan statistik deskriptif variabel dependen tingkat kepatuhan IFRS disclosure Insert Tabel 4.1 Hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa rerata kepatuhan pengungkapan sebelum full IFRS sebesar 72,468%, sedangkan setelah full IFRS sebesar 77,225%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan rerata pengungkapan, akan tetapi tingkat pengungkapan wajib pada perusahaan perbankan di Indonesia belum sesuai dengan yang disyaratkan, mengingat perusahaan wajib mengungkapkan 100,00%.
14
Penelitian tingkat pengungkapan di negara maju telah dilakukan oleh Muller et al. (2008) di Eropa dan menghasilkan rerata tingkat kepatuhan sebesar 79,40%. Penelitian juga dilakukan pada beberapa negara berkembang, antarai lain Mesir dengan rerata sebesar 55,000% (Dahawy, 2009), Ghana 60,98% (Mensah, 2011), Kuwait 72,00% (Alanezi dan Albuloushi, 2011), Kuwait 69,00% (Al-Mutawaa danHewaidy, 2010). Rerata pengungkapan IFRS di Indonesia sudah lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Tingkat pengungkapan paling rendah dilakukan oleh Bank Capital Indonesia, Tbk dengan tingkat pengungkapan sebesar 33,33 % pada tahun 2010, karena banyak tidak mengungkapkan item yang disyaratkan. Tabel menggambarkan hasil perhitungan statistik deskriptif variabel dependen tingkat kepatuhan voluntary disclosure Insert Tabel 4.2 Hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa rerata kepatuhan pengungkapan sukarel a sebesar 68,617%. Utama (2012) menemukan bahwa tingkat pengungkapan sukarela di Indonesia 56,10%. Penelitian tingkat pengungkapan sukarela di negara lain telah dilakukan oleh Al-Shammri dan Al-Sultan (2010) di Kuwait dan menghasilkan rerata tingkat kepatuhan sebesar 19,00%, Malaysia dengan rerata sebesar 31,00% (Ghazali dan Weetman, 2006), Saudi Arabian 56,00% (Robertson et al, 2012), Zimbabwe 39,10% (Mangena dan Tauringana, 2007), India 25,84% (Hossain, 2008). Rerata pengungkapan wajib di Indonesia sudah mengalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Tingkat pengungkapan paling rendah dilakukan oleh Bank Tabungan negara (Persero), Tbk dengan tingkat pengungkapan sebesar 26,09 % pada tahun 2011 dan Bank Nusantara Parahyangan, Tbk dengan pengungkapan sebesar 36,96%. Perusahaan tersebut memiliki tingkat pengungkapan terendah karena banyak tidak mengungkapkan item yang disyaratkan. Tabel menunjukan statistik deskriptif variabel independen dan variabel kontrol. Insert Tabel 4.3 Statistik deskriptif variabel independen menghasilkan rerata kepemilikan manajerial sebesar 3,28%; rerata kepemilikan institusional 41,36%; 15
rerata jumlah rapat dewan
komisaris sebanyak 12 kali; rerata jumlah rapat komite audit sebanyak 10 kali ; rerata rasio laverage sebesar 8,82; rerata profitabilitas sebesar 1,73; dan rerata size sebesar 8,71. Pengujian Data Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Insert Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorovsminov, data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki sig > 5% (Ghozali, 2005). Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan tingkat sig diatas 5% yaitu 27,90% untuk uji normalitas satu, dan 93,40% untuk uji normalitas dua. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. b. Hasil Uji Multikolinearitas Insert Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari nilai tolerance value > 0,10 dan variance
inflation
factor
(VIF)
<
10
(Ghozali,
2005).
Berdasarkan
uji
multikolinearitas dengan menggunakan SPSS 1.6 menunjukan bahwa semua nilai tolerance dari masing-masing variabel > 0,10 yaitu berkisar antara 0,633 – 0,920 dan nilai VIF < 10 yaitu 1,086 – 1,581 untuk uji multikolinearitas satu dan dua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari multikolinearitas. c. Hasil Uji Autokorelasi Insert Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini menggunakan uji Run Test untuk melakukan uji autokorelasi, data dikatakan tidak ada autokorelasi jika 16
nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 5% (Ghozali, 2005). Berdasarkan hasil uji autokorelasi menunjukan bahwa tingkat Asymp.Sig (2-tailde) diatas 5% yaitu 24,2% untuk uji autokorelasi satu dan 43,5% untuk uji autokorelasi dua. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data terdapat autokorelasi. d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Insert Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. J ika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas. Untuk mengetahui hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan uji glejser. Jika nilai sig > 5% maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa tingkat signifikan dari masingmasing variabel di atas 5% yaitu antara 0,108 - 0,908 untuk uji heteroskedastisitas satu dan 0,062 – 0,694 untuk uji heteroskedastisitas dua. Dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil Uji Hipotesis Bersadarkan pada tabel 4.12 pengelolaan hasil output SPSS 1.6 menunjukan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,143 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,082. Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 8,2% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol, sedangkan sisanya 91,8% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Pada tabel 4.13 dari uji ANOVA nilai F sebesar 2,335 dengan probabilitas 0,030 (pvalue<0,050). Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,050, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepatuhan pengungkapan wajib atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit, leverage, profitabilitas dan size secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapn wajib.
17
Bersadarkan pada tabel 4.14 pengelolaan hasil output SPSS 1.6 menunjukan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,223 dan Adjusted R Square (Adjuste R2) sebesar 0,168. Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16,8% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol, sedangkan sisanya 83,2% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Pada tabel 4.15 dari uji ANOVA nilai F sebesar 4,028 dengan probabilitas 0,001 (pvalue<0,050). Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,050, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepatuhan pengungkapan sukarela atau dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit, leverage, profitabilitas dan size secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan pengungkapn sukarela. Insert Tabel 4.16 & Insert Tabel 4.17 Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan, hasilnya menunjukan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela, sedangkan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan komisaris, leverage, profitabilitas dan size tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan Kepemilikan manajeman (KEPMAN) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki p-value sebesar 0,252, lebih besar dari 0,050. Sedangkan hasil Kepemilikan manajeman (KEPMAN) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value sebesar 0,863, lebih besar dari 0,050. Hasil tersebut menunjukan bahwa kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Pemegang saham pengendali tidak terlalu tertarik dengan pengungkapan pada pelaporan keuangan karena mereka dapat mengakses informasi yang diperlukan secara langsung ke perusahaan tanpa melalui laporan keuangan dan laporan tahunan, hal ini juga sebagai strategi dalam persaingan, beberapa informasi penting sengaja ditahan oleh manajeman dan atau pemegang saham mayoritas untuk menghindari dimanfaatkannya informasi oleh para pesaing perusahaan (Nuryaman, 2009). Selain itu manajemen juga selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena pengungkapan informasi 18
mengandung biaya. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang sahamnya juga dimiliki oleh pihak manajerial cenderung tidak transparan dalam mengungkapkan informasi (Huafang dan Jianguo, 2007). Pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan Kepemilikan institusional (KEPINS) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki (p-value 0,421 > 0,050). Sedangkan hasil Kepemilikan institusional (KEPINS) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value (0,406 > 0,050). Nilai ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Hal ini bertentangan dengan hipotesis ketiga dan keempat sehingga hipotesis tersebut ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Matoussi dan Chakroun (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan saham institusional dengan luas pengungkapan sukarela, karena dengan kepemilikan yang tinggi, yang ditunjukkan maka institusi dapat memperoleh informasi tentang perusahaan secara langsung dari manajemen karena kepemilikan mayoritasnya dalam perusahaan. Hal itu dapat membuat manajemen kurang termotivasi untuk mengungkapkan informasi dalam laporan tahunan perusahaan. Sehingga, semakin sedikitnya informasi perusahaan yang diungkapkan oleh pihak manajemen perusahaan. Selain itu semakin banyak saham perusahaan yang dimiliki pihak institusi, maka institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibanya manajer terpaksa melakukan tindakan tertentu untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik (Buediono, 2005). Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap pengungkapan Jumlah rapat dewan komisaris (RPTDWN) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki p-value sebesar 0,749. Sedangkan hasil Jumlah rapat dewan komisaris (RPTDWN) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value sebesar 0,599, dua-duanya memiliki p-value lebih besar dari 0,050. Artinya hipotesis kelima dan keenam ditolak. Berapapun frekuensi rapat dewan komisaris, tidak akan mempengaruhi luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Mizrawati (2009) yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi pertemuan dewan 19
komisaris dengan tingkat pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi mungkin karena rapat-rapat yang dilakukan dewan komisaris kurang efektif dan adanya dominasi suara dari dewan komisaris
yang
mementingkan
kepentingan
pribadi
atau
kelompoknya
sehingga
mengesampingkan kepentingan perusahaan (Muntoro, 2006). Semakin banyak rapat dewan komisaris justru akan kurang efektif bagi perusahaan, dikarenakan dewan komisaris akan semakin sulit mendapatkan kesepakatan dalam penentuan pengawasan. Persetujuan semua anggota dewan komisaris yang lebih banyak akan semakin sulit terlaksana karena adanya keanekaragaman pendapat sehingga dewan komisaris justru kurang mampu menekan kebijakan direksi untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas. Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap pengungkapan Jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap IFRS
disclosure (IFRSDISC)
memiliki p-value sebesar 0,008 pada tingkat signifikansi 0,050 dan memiliki koefisien positif 0,380. Sedangkan hasil jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value 0,003 < 0,050 dan memiliki koefisien positif 0,527. Hal ini menunjukan hipotesis ketujuh dan kedelapan diterima. Semakin sering komite audit mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan terhadap manajeman dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Ettredge et al. 2010 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin sering diadakan rapat komite audit akan meningkatkan pengungkapan wajib IFRS dan sukarela. Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Profitabilitas (PROF) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki p-value 0,573 0 > ,050. Sedangkan hasil jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki pvalue 0,058 >
0,050. Hal ini berarti profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Hasil penelitian mempunyai hasil yang sama dengan penelitian Al-Mutawa dan Hewaidy (2010), Glaum dan Street (2003), Ali et al. (2004). Karena adanya budaya yang berkembang di Indonesia, yang menganggap bahwa praktik corporate governance adalah suatu bentuk kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia (Mintara, 2008). Menurut perusahaan 20
yang berusaha menerapkan corporate governance dengan baik akan tetap mengungkapkan informasi yang memadai, tidak peduli apakah profitabilitasnya tinggi atau rendah untuk memenuhi prinsip-prinsip corporate governance, salah satunya adalah pengungkapan dan transparansi. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan Variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage. Laverage memiliki p-value 0,891 terhadap IFRS disclosure dan p-value 0,647 terhadap voluntary disclosure, sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan mengurangi pengungkapan sukarela untuk menghindari sorotan dari debtholder ( Suhardjanto dan Wardhani, 2010). Tingkat leverage yang rendah juga tidak mendorong pengungkapan wajib yang lebih tinggi. Hal ini karena kreditor (institusi keuangan) tidak mengandalkan laporan keuangan, tetapi lebih sering mengakses informasi secara langsung (Al-Mutawa dan Hewaidy, 2010) Pengaruh size terhadap pengungkapan Size sebagai variabel kontrol terakhir memiliki p-value 0,334 terhadap IFRS disclosure dan p-value 0,694. Keduanya menunjukkan angka > dari 0,05, artinya size tidak berpengaruh terhadap pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Perusahaan yang besar belum tentu melakukan pengungkapan yang luas dalam laporan tahunan, karena pertimbangan biaya dalam pengungkapan informasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya Akirson dan Ulfani (2009) dalam Utami (2012) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifukan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. PENUTUP Kesimpulan 1. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengungkapan IFRS sebesar 73,65%. Sedangkan pengungkapan sukarela sebesar 68,61%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kepatuhan pengungkapan wajib di Indonesia masih kurang, mengingat perusahaan harus mengungkapkan 100% untuk pengungkapan IFRS.
21
2. Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukan
mekanisme
corporate
governance
mempengaruhi tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS dan sukarela. Variabel independen yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan sukarela yaitu jumlah rapat komite audit. Variabel independen dan variabel kontrol lainnya tidak berpengaruh. Keterbatasan 1. Dasar pengidentifikasian item pengungkapan wajib IFRS dan pengungkapan sukarela hanya berfokus pada perusahaan perbankan dan informasi yang dibutuhkan oleh para pemegang saham, tidak mencangkup pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela secara keseluruhan. 2. Hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi untuk jenis perusahaan lain karena tiap perusahaan belum tentu mengungkapkan item yang sama.
22
DAFTAR PUSTAKA ____, Bapepam- LK Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. ____, Bapepam-LK Nomor Kep-29/PM/2004 nomor IX.1.5 tentang pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 2004. Jakarta. ____, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan
Good
Corporate Governance bagi Bank Umum. ____, 2010. Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-554/BL/2010 tentang Perubahan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor
VIII.G.7
tentang
Pedoman
Penyajian
Laporan
http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm.
Keuangan. 13
September 2011. Akhtaruddin, M., M.A.A. Hossain, M. Hossain and L. Yao. 2009. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”. Journal of Applied Management Accounting Research, 7 (1): 1-20. Alanezi, F.S. and S.S. Albuloushi. 2011. “Does the Existence of Voluntary Audit Committees Really Affect IFRS-Required Disclosure? Kuwaiti Evidance”. International Journal of Disclosure and Governance, 8 (2):148-173. Al-Fayoumi, N., B. Abuzayed, and D. Alexander. 2010. “Ownership Structure and Earnings Management in Emerging Markets: The Case of Jordan”. International Research Journal of Finance and Economics, (38): 28-47. Ali, M., K. Ahmed, and D. Henry. 2004. “Disclosure compliance with national accounting standards by listed companies in South Asia”. Accounting and Business Research, 34 (3): PP. 183-199. 23
Allegrini, M. and G. Greco. 2011. “Corporate Boards, Audit Committees and Voluntary Disclosure:
Evidence
From
Italian
Listed
Companies”. Journal
Management Government, 26: 208-229. Al-Mutawaa, A. and A.M. Hewaidy. 2010. “Disclosure Level and Compliance with IFRSs: An Empirical Investigation of Kuwaiti Companies”. The International Business and Economics Research Journal, 9 (5): 33. Al-Shammari, B. and W. Al-Sultan. 2010. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Kuwait”. International Journal of Disclosure and Governance, 7 (3):262-280. Anyta, dan M. Siti. 2012. “Voluntary Corporate Governance Disclosure (VCGR) Versi Investor dan Determinan VCGR di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 2 (2): 301-312. Arshad, R., Nor, Md, R., and N.A.A. Noruddin,. 2011. “Ownership Structure and Interaction Effects of Firm Perfomance on Management Comentary Disclosure”. Journal of Global management, 2 (2):124-145. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.2006. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-134/BL/2006tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm.5
Juni
2011. Barako, D.G. 2007. “Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan Companies Annual Reports”. African Journal of Business Management, 1(5): 113-128. Boediono, G.S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.
24
Clemente, A.G. dan B.N. Labat. 2005.“Corporate Governance Mechanisms and Voluntary Disclosure: The Role of Independent Directors in The Boards of Listed Spanish Firms”. http://www.ucm.es/centros/cont/descargas/documento16048.pdf. 9 Mei 2011. Corporate Governance Guidelines. 2007. http://www.ecgi.org/codes/documents/cg_guidelines en.pdf. 15 September 2011. Dahawy, K. 2009. “Company Characteristics and Disclosure Level: The Case of Egypt”. International Research Journal of Finance and Economics, (34): 194-208. Deloitte Touche Tohmatsu. 2009. “International Financial Reporting Standards. Presentation and Disclosure Checklist 2009”. http://www.iasplus. com/fs/2009ifrschecklist.pdf. 15 April 2011. Dibiyantoro., 2011. “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Mandatory Disclosure Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, 1 (2): 174-199. Enache, L. and A. Parbonetti. 2012. “Corporate Governance and Product Related Voluntary Disclosure. An Analysis of Biotech Firms”. University of Padova, Italy. Eng, L.L. dan Y.T. Mak. 2003. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure”. Journal of Accounting and Public Policy, 22: 325–345. Ettredge, M., K. Johnstone, M. Stone and Q. Wang. 2010. “The Effects of Company Size, Corporate Governance Quality, and Bad News on Disclosure Compliance”. Review of Accounting Studies, Forthcoming: 1-34. Fama, E. F., and M. Jensen. 1983. “Separation of ownership and control”.
Journal of
Lawand Economics, 26: 301–325. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. “Peran Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan (corporate governance)”. Jakarta. 25
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2006. How is the Indonesian Corporate Governance Condition in Reality?. http://www.fcgi.or.id/corporategovernance/articles.html. Diakses 10 Mei 2011. Ghazali, N. and P. Weetman. 2006. “Perpetuating traditional influences: Voluntary disclosure in Malaysia”. Journal of International Accounting Auditing and Taxation 15(2): 226 – 248. Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi 2005”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Glaum, M. and D. L. Street. 2003. “Compliance with the disclosure requirements of Germany's New Market: IAS versus US GAAP”. Journal of Intemational Financial Management and Accounting, 14 (I): PP. 64-\00. Hadi, Nor dan A. Sabeni. 2002. “Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.Jurnal Maksi, 1(8). Hapsari, I. 2009.“Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Transparansi dengan Kinerja Perusahaan”. Tidak Dipublikasikan. Hapsoro, Dody., 2007.“Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Transparansi : Studi Empiris Di Pasar Modal”. Jurnal akuntansi dan Manajemen, 18 (2): 65-85. Herwidayatmo. 2000. “Implementasi GCG untuk Perusahaan Publik di Indonesia”. Majalah Usahawan Th XXIX, (10): 25-32. HongxiaLi and Ainian Qi. 2008. “Impact of Corporate Governance on Voluntary Disclosure in Chinese Listed Companies”. Corporate Ownership and Control, 5(2): 360-366. Hossain, Mohammed. 2008. “The Extent of Disclosure in Annual Report of Banking Companies: The Case of India”. European Journal of Scientific Research, 23(4): 659680. 26
Huafang, X. dan Y. Jianguo. 2007. “Ownership Structure, Board Composition and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence From Listed Companies in China”. Managerial Auditing Journal, 22 (6): 604-619. Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, (3): 305-360. Kartika, Adi., 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Kajian Akuntansi, 1 (1):29-47. Khomsiyah. 2005. “Analisis Hubungan Indeks dan Struktur Corporate Governance Dengan Kualitas Pengungkapan”. Disertasi Doktor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lins, K.V. dan F.E. Warnock. 2004. “Corporate Governance and the Shareholder Base”. International Finance Discussion Papers, (816). Lokman, N., J. Cotter and J. Mula. 2009. “Corporate Governance Quality, Incentive Factor and Voluntary Corporate Governance Disclosure in Annual Reports of Malaysian Publicly Listed Companies”. University of Southern Queensland Toowoomba, Australia. Mangena, M. and V. Tauringana. 2007. “Disclosure, Corporate Governance and Foreign Share Ownership on the Zimbabwe Stock Exchange” . Journal of International Financial Managemant and Accounting, 18:2. Marwata. 2001.”Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”. Makalah, SNA IV Bandung. Matoussi, H. and Chakroun, Rida. 2008. “Board Composition, Ownership Structure And Voluntary Disclosure In Annual Reports Evidence From Tunisia”. Laboratoire Interdisciplinaire De Gestion Universite-Entreprise(LIGUE). 27
Mensah, B.K.A. 2011. “The Impact Of Adopting International Accounting Standards 1 (IAS1) in Ghana: The Extent Of Disclosures, and Their Relationship to Corporate Characteristics”. Swiss Management Center University Working Paper. Mizrawati, Alfathira. 2009. “Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Transparansi Perusahaan (Tinjauan dari Agency Theory dan Stewardship Theory)”. Skripsi Program
S1,
Universitas Diponegoro, Semarang. Muller, K.A.III, E.J. Riedl dan T. Sellhorn. 2008. “Consequences of Voluntary and Mandatory Fair Value Accounting: Evidence Surrounding IFRS Adoption in the EU Real Estate Industry”. Harvard Business School Working Paper, 09-033. Muntoro, R.K. 2006. “Membangun Dewan Komisaris yang Efektif”. Makalah, Universitas Indonesia, Jakarta. Mursalin. 2007. “Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan”. Sinopsium Nasional Akuntansi 10, Makasar. Nasir, N.M. dan S.N. Abdullah. 2004. “Voluntary Disclosure and Corporate Governance among Financially Distressed Firms in Malaysia”.Curtin Business School, 3 (1): 1-39. Natalia, T.W., 2012.”Standarisasi, Harmonisasi, dan konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standart and Practices)”. Nurkhin, A., 2010. “Corporate Governance dan Profitabilitas, Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan CSR Sosial Perusahaan”. Jurnal Dinamika Akuntansi, 2 (1): 46-55. Nuryaman., 2009. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 6 (2): 89-116.
28
Owolabi, S. A. dan S.O. Dada. 2011. “Audit Committee: An Instrument of Effective Corporate
Governance”.
European
Journal
of
Economics,
Finance
and
Administrative Sciences, 35: 173-183. Permatasari, N.I., 2010. “Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor”. Rangkuman Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya. Pramunia, Agy., 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Financial Distressed Terhadap Luas prngungkapan”. Skripsi Program S1, Universitas Diponegoro, Semarang. Primastuti, S. dan Achmad, T., 2012. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi Strategis”. Diponegoro Journal Of Accounting 1 (2). Ratnasari, Y. 2011.”Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Social Perusahaan di dalam Sustainability Report”. Skripsi Program S1, Universitas Diponegoro, Semarang. Rawi,. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Manajeman, Institusi, dan leverage Terhadap Corporate Social Responsibility pada Perusahaan manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Robertson, J.C., H.A. Al-Angari and S.A. Al-Alsheikh. 2012. “The Impact of Voluntary Disclosure on the Mandatory Disclosure of Financial Information: A Study of Companies on the Saudi Arabian Stock Exchange”. International Journal of Management, 29(1). Rouf, A. dan A. Al-Harun. 2011, “Ownership Structure and Voluntary Disclosure in Annual Reports of Bangladesh”. Pakistan Journal of Commerce and Social Science, 5 (1), 129-139.
29
Rustiarini, Niwayan. 2010. “Pengaruh Corporate Governance pada Hubungn Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Purwokerto. Sari, R.N., R. Anugerah dan R. Dwiningsih. 2010.
“Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Transparansi Informasi”. Pekbis Jurnal, 2 (3): 326-335. Sejjaaka, S. 2003. “Corporate Mandatory Disclosure by Financial Institutions in Uganda”. Journal of African Business, 6 (1-2): 1-34. Shleifer, A. dan R. Vishny. 1996. “A Survey of Corporate Governance”. National Bureau of Economic Research Working Paper 5554. Suhardjanto, D. dan L. Miranti. 2009. “Praktik Penerapan Indonesian Environmental Reporting Index dan Kaitannya dengan Karakteristik Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 13 (1): 63-77. Suhardjanto,
D. dan M.
Wardhani. 2010. “Praktik Intellectual
Capital
Disclosure
Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia 14 (1): 71–85. Suta, A.Y dan Laksito, H. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan manufakturing yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. Diponegoro Journal of Accounting, 1 (1):1-15. Utama, C.A. 2012. “Company Disclosure In Indonesia: Corporate Governance Pratice, Ownership Structure, Competition and Total Assets”. Asian Journal of Business and Acounting, 5(1): 75-108.
30
Utami, D.W., D. Suhardjanto dan S. Hartoko. 2012. “Investigasi dalam Konversi IFRS di Indonesia : Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan Mekanisme Corporate Governance”. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Venny, F., Z. Rudi dan F. Fara. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Risk Management Disclosure : Studi Survei Industry Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Wahyuningtyas, W dan Y.W. Nugrahanti. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Universitas Kristen Satya Wacana. Waryanto. 2010. “Pengaruh Katakteristik Good Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility di Indonesia”. Skripsi Program S1, Universitas Diponegoro, Semarang. www.idx.co.id Yolanda, A. dan H. Laksito. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Informasi Sukarela laporan Tahunan : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. Diponegoro Journal Of Accounting 1 (1). Yularto, A. dan A. Chariri. 2003. “ Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”. Jurnal Maksi 2(1): 35-51. Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance. Bandung : Alfabeta.
31
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sari Wulan
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab.Semarang, 18 Februari 1992
Alamat
: Ujung-ujung Rt 01/02 Kab.Semarang
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 2009-2013
Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.
2006-2009
SMA N 2, Salatiga
2003-2006
SMP N 9, Salatiga
1997-2003
SD N 01, Ujung-ujung Kab.Semarang
Riwayat Kepanitiaan Panitia SATGAS Kegiatan “One For All”, 2012 Panitia PESAKOM “Pesta Rakyat Ekonomi”, 2013 Riwayat Seminar Seminar “Enterpreneurship”, FEB UKSW, 2009. Seminar Nasional Akuntansi “Peran Akuntansi Dalam Pemberantasan Korupsi”, Kelompok Studi Akuntansi FEB UKSW, 2010. Seminar “Prospek Perdagangan Berjangka Komoditi Sebagai Alternatif Investasi”, Kelompok Studi Ilmu Pembangunan FEB UKSW, 2011. Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instruct, Improved : Other Side Of Business”, Kelompok Studi Manajeman FEB UKSW, 2012. Seminar “Peran Perbankan dan Sektor Bisnis Dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, FEB UKSW, 2013. Seminar “Kontrak Derivatif Komoditi dan Peluang Bisnis Perdagangan Berjangka”, FEB UKSW, 2013.
32
LAMPIRAN
33
Tabel 3.1 Jumlah Sample Penelitian Jumlah Perusahaan 132
Keterangan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 20092012 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan 2009-2012 dengan lengkap
(26)
Jumlah sample yang dipakai dalam Penelitian
106
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif IFRS Disclosure Per Tahun Tahun 2009 2010 2011 2012 Total
Minimum 41,67 33,33 60,24 67,54 33,33
Maximum 91,67 91,67 93,98 85,09 93,98
Mean 68,9391 70,6903 77,7767 77,2254 73,6579
Std.Deviation 13,40813 15,04384 7,21677 4,74900 10,10444
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Voluntary Disclosure Per Tahun Tahun 2009 2010 2011 2012 Total
Minimum 39,13 36,96 26,09 50,00 26,09
Maximum 76,09 89,13 97,83 95,65 97,83
34
Meann 61,2650 67,3917 69,8063 76,0086 68,6179
Std.Deviation 11,05872 13,10770 17,44658 12,5855 13,549625
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Kontrol Variabel KEPMAN KEPINS RPTDWN RPTAUD ROA LEV SIZE Valid N (listwise)
N 106 106 106 106 106 106 106
Minimum Maximum 0,00 79,26 0,00 99,99 0,00 57,00 0,00 46,00 -12,00 5,15 -31,53 50,09 5,45 13,28
Mean 3,2819 41,3637 12,8208 10,7075 1,7352 8,8216 8,7106
Std.Deviation 10,85433 33,67226 13,52021 9,28590 2,14603 6,23747 1,77719
106
Tabel 4.4 Uji Normalitas IFRS Disclosure
Tabel 4.5 Uji Normalitas Voluntary Disclosure
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Unstandar
Unstandar
dized
dized
Residual
Residual
106
Normal
Mean a
Parameters
Std. Deviation
N
.0000000
106
Normal a
Parameters
10.54796
Mean
.0000000
Std. Deviation
12.85787
812
066
Most Extreme
Absolute
.096
Most Extreme
Absolute
.052
Differences
Positive
.049
Differences
Positive
.052
Negative
-.096
Negative
-.040
Kolmogorov-Smirnov Z
.991
Kolmogorov-Smirnov Z
.538
Asymp. Sig. (2-tailed)
.279
Asymp. Sig. (2-tailed)
.934
a. Test distribution is Normal.
a. Test distribution is Normal.
35
Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Coefficients
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
Collinearity Statistics
VIF
KEPMAN
.727
1.376
KEPINS
.864
RPTDWN
a
Model 1
Tolerance
VIF
KEPMAN
.727
1.376
1.158
KEPINS
.864
1.158
.633
1.581
RPTDWN
.633
1.581
RPTAUD
.659
1.518
RPTAUD
.659
1.518
PROF
.811
1.234
PROF
.811
1.234
LEVERAGE
.750
1.333
LEVERAGE
.750
1.333
SIZE
.920
1.086
SIZE
.920
1.086
a. Dependent Variable: IFRSDISC
a. Dependent Variable: VOLDISC
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi IFRS Disclosure
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Voluntary Disclosure
Runs Test
Runs Test
a
Test Value
Unstandardized
Unstandardized
Residual
Residual a
.99543
Test Value
.00386
Cases < Test Value
53
Cases < Test Value
53
Cases >= Test Value
53
Cases >= Test Value
53
Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
106
Total Cases
48
Number of Runs
-1.171
Z
.242
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
a. Median
36
106 50 -.781 .435
Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas IFRS Disclosure Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
9.354
3.858
KEPMAN
.056
.075
KEPINS
-.023
RPTDWN
t
Sig.
2.424
.017
.085
.745
.458
.022
-.107
-1.025
.308
-.008
.064
-.015
-.124
.901
RPTAUD
-.149
.092
-.194
-1.623
.108
PROF
-.067
.358
-.020
-.187
.852
LEVERAGE
-.015
.128
-.013
-.115
.908
.125
.406
.031
.308
.759
SIZE a. Dependent Variable: AbsUnst
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Voluntary Disclosure Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 14.874
4.400
KEPMAN
-.046
.085
KEPINS
-.033
RPTDWN RPTAUD
Coefficients Beta
t
Sig.
3.380
.001
-.061
-.534
.594
.025
-.137
-1.303
.196
.117
.073
.195
1.595
.114
-.198
.105
-.227
-1.890
.062
.554
.409
.147
1.356
.178
LEVERAGE
-.058
.146
-.044
-.394
.694
SIZE
-.375
.463
-.082
-.810
.420
PROF
a. Dependent Variable: AbsUnsta
36
Tabel 4.12 b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
R Square .378
a
Adjusted R Square
.143
Estimate
.082
10.91818
a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN b. Dependent Variable: IFRSDISC
Tabel 4.13 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1948.412
7
278.345
Residual
11682.261
98
119.207
Total
13630.673
105
F
Sig.
2.335
.030
a
a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN b. Dependent Variable: IFRSDISC
Tabel 4.14 b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
R Square .473
a
Adjusted R Square
.223
Estimate
.168
13.30916
a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN
b. Dependent Variable: VOLDISC
Tabel 4.15 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
4994.623
7
713.518
Residual
17359.108
98
177.134
Total
22353.731
105
F 4.028
Sig. .001
a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN b. Dependent Variable: VOLDISC
37
a
Tabel 4.16 Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error
Beta
65.370
5.936
KEPMAN
-.133
.115
KEPINS
-.028
RPTDWN
t
Sig.
11.012
.000
-.126
-1.152
.252
.034
-.081
-.808
.421
.032
.099
.038
.321
.749
RPTAUD
.380
.141
.309
2.686
.008
PROF
.312
.551
.059
.565
.573
-.027
.197
-.015
-.138
.891
.607
.625
.095
.972
.334
LEVERAGE SIZE a. Dependent Variable: IFRSDISC
Tabel 4.17 Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 63.465
7.236
KEPMAN
-.024
.140
KEPINS
-.035
RPTDWN RPTAUD PROF LEVERAGE SIZE
Coefficients Beta
t
Sig.
8.771
.000
-.018
-.174
.863
.042
-.080
-.835
.406
.064
.121
.059
.528
.599
.527
.172
.335
3.058
.003
1.291
.672
.190
1.920
.058
.111
.240
.047
.460
.647
-.300
.762
-.037
-.394
.694
a. Dependent Variable: VOLDISC
38
Lampiran 1 Jumlah PSAK Konvergen IFRS 2
PSAK 16 Aset Tetap
IAS 16
2007
Effective Date 01-Jan-08
3
PSAK 30 Sewa
IAS 17
2007
01-Jan-08
2009
5
PSAK 26 Biaya Pinjaman
IAS 23
2008
01-Jan-10
2009
2
8
PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
IAS 1
2009
01-Jan-11
2011
38
9
PSAK 2 Laporan Arus Kas
IAS 7
2009
01-Jan-11
2011
4
11
PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasi
IAS 27
2009
01-Jan-11
2011
1
No
PSAK
Ref
Issued
Checklist
Jumlah
2009
9 1
dan Laporan Keuangan Tersendiri 12
PSAK 5 Segmen Operasi
IFRS 8
2009
01-Jan-11
2011
3
13
PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
IAS 24
2010
01-Jan-11
2011
5
14
PSAK 8 Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
IAS 10
2010
01-Jan-11
2011
3
17
PSAK 19 Aset Takberwujud
IAS 38
2010
01-Jan-11
2011
3
19
PSAK 23 Pendapatan
IAS 18
2010
01-Jan-11
2011
2
20
PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
IAS 8
2009
01-Jan-11
2011
4
Estimasi Akuntansi dan Kesalahan 21
PSAK 48 Penurunan Nilai Aset
IAS 36
2009
01-Jan-11
2011
2
22
PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi dan
IAS 37
2009
01-Jan-11
2011
5
IFRS 5
2009
01-Jan-11
2011
1
IAS 21
2009
01-Jan-12
2012
2
IAS 26
2010
01-Jan-12
2012
2
23
24 25
Aset Kontijensi PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
26
PSAK 24 Imbalan Kerja
IAS 19
2010
01-Jan-12
2012
8
32
PSAK 46 Pajak Penghasilan
IAS 12
2010
01-Jan-12
2012
8
33
PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham
IFRS 2
2010
01-Jan-12
2012
3
34
PSAK 56 Laba Per Saham
IAS 33
2010
01-Jan-12
2012
4
35
PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
IFRS 7
01-Jan-12
2012
3
Lampiran 2 Jumlah Pengungkapan Sukarela No 1
Kategori
Jumlah
12
3
Profil Perusahaan Analisa dan pembahasan manajemen Ikhtisar keuangan
4
Ikhtisar saham dan obligasi
3
5
Informasi sumber daya manusia
3
6
Good corporate governance
11
7
Tanggung jawab sosial perusahaan
4
2
39
8
5