1
PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE (TBK)
SARAH FAUZIA
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Profitabilitas PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Sarah Fauzia NIM H24134008
ABSTRAK SARAH FAUZIA. Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI. Perusahaan pembiayaan seperti PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan penjualan secara kredit yang menimbulkan piutang perusahaan. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan keuntungan namun juga dapat menyebabkan kerugian yang disebabkan oleh piutang tak tertagih yang menuntut ADMF agar mampu mengelola piutangnya dengan baik yang nantinya akan berdampak pada profitabilitas perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui manajemen piutang di ADMF, (2) Mengetahui kondisi profitabilitas di ADMF, (3) Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas di ADMF. Peneltian ini menggunakan laporan keuangan ADMF periode 2010-2014 serta wawancara pihak ADMF. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis rasio dan regresi linear berganda dengan software eviews 8.0. Hasil dari penelitian ini adalah ADMF memiliki perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata yang baik apabila dibandingkan dengan 11 perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI. Profitabilitas ADMF dalam periode 2010-2014 mengalami penurunan. Analisis pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas adalah periode penagihan rata-rata berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Kata Kunci : Manajemen piutang, profitabilitas, perusahaan pembiayaan
ABSTRACT SARAH FAUZIA. The Impact of Receivables Management on Profitability of PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Supervised by FARIDA RATNA DEWI. Financing Company like PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) is one of the companies that implementing credit sales which raising to the company's account receivables. By this increment of account receivable, it will conduce at the positive point profit incremental, but also can cause losses caused by nonperforming loan. Related to that, of course this situation will lead ADMF to be capable on managing account receivables carefully in which will have an impact to company’s profitability. The purpose of this research are (1) Find out account receivables management in ADMF, (2) Find out the condition of profitability in ADMF, (3) Analyze the impact of account receivables management to profitability in ADMF. This research uses ADMF financial report in 2010-2014 period and direct interview ADMF. Outcome analysis method of this research using ratio analysis and multiple linear regression with eviews 8.0 software. The results is receivable turn over and average collection period ADMF was good when compared with another financing company. ADMF’s probability has decreased on period 2010-2014. Analysis of the impact account receivables management on profitability is average collection period take effect significantly to profitability. Keywords : Account receivables management, profability, financing company
PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE TBK
SARAH FAUZIA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM selaku pembimbing yang dengan sabar dan baik hati telah meluangkan waktu dan banyak memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih juga kepada kedua orang tua, kakak, adik, seluruh keluarga, sahabat dan teman-teman khususnya teman-teman PSAJM yang senantiasa memberikan semangat, dorongan serta masukan-masukan dalam penulisan karya tulis ini. Terima kasih kepada pihak ADMF yang sudah senantiasa memberikan waktunya untuk wawancara mengenai informasi tentang objek penelitian. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Semoga karya tulis ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016 Sarah Fauzia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Piutang Manajemen Piutang Profitabilitas Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan. Penelitian Terdahulu METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Manajemen Piutang PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Profitabilitas PT Adira Dinamika Multi Finance Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas ADMF Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
ii ii ii 1 1 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 8 8 8 13 13 14 20 22 26 27 29
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Kondisi piutang ADMF tahun 2010-2014 1 Pendapatan dan laba usaha ADMF tahun 2010-2014 2 Kondisi pembiayaan ADMF (dalam jutaan rupiah) 15 Ringkasan pengelompokan piutang berdasarkan jumlah hari tunggakan 17 Rasio manajemen piutang ADMF tahun 2010-2014 19 Perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata perusahaan pembiayaan di BEI 19 7 Pendapatan ADMF tahun 2010-2014 20 8 Analisis rasio profitabilitas ADMF tahun 2010-2014 21 9 Tabel hasil uji normalitas 23 10 Tabel hasil uji heteroskedastisitas 24 11 Tabel hasil Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test 24
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian
7
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Penelitian terdahulu Penilaian manajemen piutang ADMF tahun 2010-2014 Penilaian manajemen piutang perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI Perhitungan rasio profitabilitas ADMF 2010-2014 Hasil persamaan regresi
ii
35 37 38 40 41
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan setiap perusahaan yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga kesinambungan perusahaan. Secara umum, keberhasilan suatu perusahaan sering kali diukur dari tingkat laba yang diperoleh, namun belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Sedangkan tingkat efisiensi baru diketahui dengan cara membandingkan laba yang didapat dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut (profitabilitas). Dalam pencapaian laba yang diinginkan perusahaan harus memanfaatkan modal serta aset perusahaannya secara efektif dan efisien. Secara umum, perusahaan lebih menyukai menjual produknya secara tunai, karena akan menerima kas lebih cepat dan memperpendek siklus kas, akan tetapi tekanan persaingan membuat perusahaan bersedia menjual produknya secara kredit (Hanafi 2004). Penjualan produk secara kredit akan menimbulkan piutang yang harapannya dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan. Tetapi di lain pihak, piutang juga menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan investasi piutang dan piutang tidak terbayar. Besarnya piutang dagang tergantung dari penjualan kredit per periode dan lamanya periode pengumpulan piutang. Tingkat piutang yang kecil secara umum akan lebih disukai oleh perusahaan, karena investasi yang dilakukan perusahaan akan semakin kecil. Apabila posisi piutang dagang lebih besar dari yang seharusnya, manajer keuangan perlu melakukan tindakan perbaikan (Hanafi 2004). PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) merupakan perusahaan yang melayani beragam pembiayaan, seperti kendaraan bermotor baik baru maupun bekas dengan pembayaran secara angsuran. Melihat adanya potensi tersebut ADMF melakukan penawaran umum melalui sahamnya. Saat ini pemegang saham terbesar dimiliki oleh Bank Danamon sebesar 90%. Berdasarkan data yang dirilis website resminya, ADMF menguasai pangsa pasar pembiayaan otomotif sebesar 12,6 % untuk sepeda motor baru dan 5,4 % untuk mobil baru. Seperti yang diketahui ADMF menerapkan penjualan secara kredit, oleh karena itu perusahaan ini memiliki jumlah piutang yang besar dan proporsi piutang yang tinggi terhadap total aset dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi piutang ADMF tahun 2010-2014 Proporsi Pertumbuhan piutang Jumlah Piutang Tahun Total Aset Piutang Perusahaan terhadap total per tahunnya aset 2010 7 599 615* 6 543 826* 86 % 60,71 % 2011 16 889 452* 13 240 872* 78 % 50,80 % 2012 31 581 299* 28 272 273* 90 % 53,16 % 2013 34 754 360* 32 235 700* 93 % 12,30 % 2014 33 503 289* 31 563 538* 94 % (2,13 %) Sumber: Laporan Keuangan Akhir Tahun ADMF 2010-2014 *)dalam jutaan rupiah
2
Berdasarkan Tabel 1 terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan naik turunnya piutang, antara lain penjualan, kerugian penurunan nilai aset keuangan, piutang bermasalah dan piutang tak tertagih. Piutang yang dimiliki ADMF terdiri dari piutang pembiayaan konsumen, piutang pembiayaan sewa guna usaha dan piutang pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Penurunan piutang yang terjadi pada tahun 2014 disebabkan oleh peningkatan suku bunga oleh Bank Indonesia yang berpengaruh juga terhadap suku bunga pinjaman ADMF. Piutang yang muncul di ADMF disebabkan oleh piutang pembiayaan konsumen, piutang sewa guna usaha dan piutang pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Semakin besar piutang maka semakin besar pula risiko yang akan timbul. Bisnis pembiayaan sepeda motor dan mobil merupakan salah satu usaha yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Salah satu risikonya yaitu adanya piutang yang tak tertagih, yaitu piutang pembiayaan konsumen yang akan dihapusbukukan setelah menunggak lebih dari 210 hari. Penerimaan dari piutang yang telah dihapusbukukan tersebut diakui sebagai pendapatan lain-lain pada saat diterima. Risiko tersebut juga akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif (Kuswadi 2006). Profitabilitas dalam suatu perusahaan menjadi pusat perhatian berbagai pihak, baik dari pihak internal maupun eksternal seperti investor dan pihak-pihak lainnya yang memiliki peranan penting di suatu perusahaan. Terlebih lagi untuk ADMF yang sebagian pendapatannya berasal dari pembayaran angsuran pembiayaan kendaraan. Kondisi tersebut mengharuskan ADMF untuk dapat mengelola penagihan piutangnya dengan baik yang dapat berdampak positif untuk profitabilitas perusahaan. Profitabiltas ADMF dapat dilihat dari perolehan pendapatan dan laba usaha yang telah diringkas dalam Tabel 2. Tabel 2 Pendapatan dan laba usaha ADMF tahun 2010-2014 Tahun Pendapatan Laba Usaha 2010 8 662 714* 1 931 723* 2011 16 249 222* 2 111 539* 2012 32 776 513* 2 430 825* 2013 38 344 177* 2 857 458* 2014 38 246 623* 1 720 607* Sumber: Laporan Keuangan Akhir Tahun ADMF 2010-2014; *)dalam jutaan rupiah Melihat Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pendapatan ADMF mengalami peningkatan, namun terjadi ketidakstabilan terhadap laba usahanya. Pendapatan yang besar tidak menjamin suatu perusahaan memperoleh laba yang besar pula dan sudah beroperasi secara efisien. Pendapatan yang diperoleh ADMF berasal dari laba pembiayaan konsumen, sewa pembiayaan dan pembiayaan murabahah. Mengingat ADMF sebagai perusahaan pembiayaan yang memiliki proporsi yang lebih dari 30 % terhadap asetnya, menururt Keown (2010) maka dengan kondisi tersebut pengelolaan piutang dagang penting sekali yang juga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini juga dijelaskan oleh Keown (2010) bahwa arus kas dari penjualan tidak dapat diinvestasikan sampai piutang dagang
3
tersebut dibayar, maka pengawasan atas piutang menjadi penting dikarenakan oleh adanya pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang ditentukan oleh penagihan piutang yang efisien. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Profitabilitas PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk”.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana manajemen piutang di ADMF? 2. Bagaimana kondisi profitabilitas di ADMF? 3. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas di ADMF?
Tujuan Penelitian 1. 2. 3.
Mengetahui manajemen piutang di ADMF. Mengetahui kondisi profitabilitas di ADMF. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas di ADMF.
Manfaat Penelitian 1.
2.
Bagi perusahaan Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan sebagai acuan dalam menerapkan manajemen piutang untuk menjaga keseimbangan profitabilitas perusahaan, serta menjadi kebijakan yang tepat untuk menjaga kestabilan perusahaan. Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh manajemen terhadap profitabilitas perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas di PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Ruang lingkup pengolahan data yang berjangka waktu lima tahun dimulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data piutang dan profitabilitas yang terdapat di laporan keuangan akhir tahun 2010-2014 ADMF serta data hasil wawancara dengan pihak ADMF.
4
TINJAUAN PUSTAKA Piutang Menurut Margaretha (2011) piutang adalah aktiva atau kekayaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya penjualan secara kredit. Biaya dari penjualan secara kredit terdiri dari kerugian piutang macet, biaya penelitian dan penagihan, serta biaya modal yang tertanam dalam piutang. Menurut Keown (2008) piutang usaha perusahaan terdiri dari pembayaran pelanggan yang membeli dengan kredit. Dapat dikatakan piutang usaha adalah sebuah janji untuk menerima kas dari pelanggan yang membeli barang-barang dari perusahaan secara kredit. Dalam bukunya Margaretha (2011) menyatakan investor, baik itu sebagai pemegang saham maupun petugas peminjam di bank sebaiknya memperhatikan manajemen piutang dengan seksama, karena seperti yang akan dilihat nanti, kondisi yang dapat disesatkan oleh laporan keuangan sehingga mengalami kerugian serius atas investasi yang telah ditanamkan. Jika penjualan dilakukan secara tunai, maka kas dari penjualan akan diterima langsung oleh perusahaan, namun jika penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan tidak akan menerima kas dari penjualan kecuali piutang tersebut tertagih.
Manajemen Piutang Dalam kegiatan penjualan kredit diperlukannya manajemen piutang yang berguna untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, sekaligus mengawasi hal-hal yang berkaitan dengan transaksi penjualan kredit (Syamsuddin 2001). Ruang lingkup pada manajemen piutang terdiri dari kebijaksanaan kredit, pemantauan piutang usaha dan kebijaksanaan pengumpulan piutang. Mardiyanto (2009) menjelaskan setiap perubahan standar kredit akan dipengaruhi oleh volume penjualan, investasi dalam piutang, harga pokok penjualan, biaya piutang raguragu, biaya administrasi, dan biaya diskon. Pemantauan piutang usaha merupakan proses evaluasi atas kebijakan kredit yang telah dijalankan, khususnya pada pola pembayaran pelanggan. Kegiatan pengawasan terhadap manajemen piutang dapat dilakukan dengan menghitung rasio perputaran piutang usaha. Rasio perputaran piutang tersebut menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih atau perputaran piutang usaha selama tahun tersebut (Keown 2008). Adapun risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam piutang diantaranya risiko keterlambatan dalam pelunasan piutang, risiko tidak dibayarkannya selururh tagihan piutang, risiko tidak diterimanya sebagai piutang, dan risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang. Tagihan yang lebih lambat dapat bearti bahwa manajemen tidak teliti dalam menjalankan kebijakan tagihannya, dengan kata lain perusahaan mungkin tidak mengelola secara efektif piutang-piutangnya. Menurut Cahyono (2011) penagihan piutang pada dasarnya dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain komunikasi secara langsung melalui telepon,
5
surat teguran resmi, melalui bagian penagihan, dan jalur hukum. Perusahaan harus mempersiapkan segala keperluan penagihan piutang yang dimulai dari syarat pembayaran, penyusunan surat penagihan, prosedur penagihan piutang, dan prosedur penghapusan piutang.
Profitabilitas Profitabilitas menurut Brealey et.al (2007) adalah mengukur fokus pada laba perusahaan. Dapat juga diartikan, kemampuan perusahaan memperoleh laba terkait dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998 dalam Noverio, 2011). Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Brigham 2010).
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan. Menurut Riyanto (2001), apabila piutang dagang menunjukkan kecenderungan meningkat, periode pengumpulan piutang meningkat, investasi dalam piutang semakin meningkat. Investasi yang semakin tinggi mengakibatkan kenaikan biaya, yang akan menurunkan profitabilitas. Keown (2010) mengungkapkan bahwa piutang dagang dan persediaan merupakan bagian besar dari aktiva perusahaan, maka dari itu perubahan apapun dalam kedua hal tersebut akan mempengaruhi profitabilitas. Pengelolaan piutang dagang penting sekali karena mencapai 30% dari aktiva perusahaan. Selain itu, arus kas dari penjualan tidak dapat diinvestasikan sampai piutang dagang tersebut dibayar. Oleh karena itu kontrol atas piutang menjadi bertambah penting lagi, hal yang diperhatikan adalah keefisienan perusahaan dalam penagihan piutang yang menentukan profitabilitas dan likuiditas perusahaan.
Penelitian Terdahulu Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dari Indonesia dan berbagai negara lainnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini dilakukan di PT Adira Dinamika Multi Finance. Selain itu, penelitian ini menggunakan software eviews 8.0 dan memakai empat penilaian dalam analisis rasio profitabilitas. Macam-macam penelitian yang serupa disajikan pada Lampiran 1.
6
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Berdirinya perusahaan pembiayaan bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha dan tujuan lainnya yaitu untuk mencapai laba lebih dari yang ditargetkan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan pembiayaan memiliki risiko yang besar dalam menjalankan usahanya tersebut. Salah satu contoh risikonya yaitu memiliki tingkat piutang yang tinggi. Apabila pengelolaan piutang perusahaan tersebut tidak baik maka dapat menimbulkan piutang bermasalah yang disebabkan oleh penunggakan pembayaran angsuran. Dapat ditarik contoh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang memiliki tingkat piutang yang tinggi terhadap aset perusahaan. Manajemen piutang yang baik di perusahaan pembiayaan seperti ADMF ini sangat diperlukan. Hal tersebut disebabkan oleh pendapatan usaha yang didominasi berasal dari piutang perusahaan. Kondisi piutang yang memiliki kontribusi besar terhadap profitabilitas ADMF tersebut menjadi salah satu dasar penelitian ini dilakukan. Laporan keuangan akhir tahun ADMF yang dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2014 menjadi dasar analisis dari penelitian ini terutama dalam melihat faktorfaktor yang mempengaruhi piutang dalam perusahaan tersebut. Pada tahun 2014 ADMF mengalami penurunan pada nilai piutangnya. Hal ini dapat disebabkan oleh perputaran piutang pembiayaan konsumen, piutang sewa guna usaha dan piutang pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (murabahah). Mengingat profitabilitas ADMF yang berasal dari pelunasan piutang pembiayaan konsumen, sewa pembiayaan, pembiayaan murabahah dan keuntungan kegiatan usahanya yang memiliki hubungan erat dengan piutang perusahaan, maka pengelolaan (manajemen) piutang yang baik harus diterapkan di perusahaan ini. Untuk mengetahui kondisi manajemen piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan melalui laporan keuangan akhir tahun. Laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Laporan keuangan menyajikan empat laporan yaitu neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas (Brigham 2010). Dalam penelitian ini, laporan yang digunakan yaitu neraca dan laba-rugi. Kedua laporan keuangan tersebut digunakan untuk menghitung rasio manajemen piutang yang terdiri dari perhitungan Average Collection Period (ACP) dan Receivable Turn Over (RTO), dan menghitung rasio profitabilitas yang terdiri dari Profit Margin on Sales (PMS), Return on Asset (ROA), Basic Earning Power (BEP) dan Return on Equity (ROE). Proses pengelolaan piutang akan dinilai dengan menggunakan analisis pengukuran kinerja output. Fungsi dari pengukuran kinerja piutang ini yaitu mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan piutang yang dihadapkan kepada profitabilitas perusahaan. Pengukuran kinerja output dalam penelitian ini menggunakan rasio manajemen piutang yang terdiri dari Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Periode (ACP). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan analisis profitabilitas yang terdiri dari Profit Margin on Sales (PMS), Return on Asset (ROA), Basic Earning Power (BEP) dan Return on Equity (ROE).
7
Dalam mengetahui pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas perusahaan tersebut penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis tersebut menjadi rekomendasi pengelolaan piutang yang efektif pada ADMF yang ada kaitannya dengan profitabilitas perusahaan tersebut. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Besarnya Resiko bagi Perusahaan Pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk sebagai perusahaan pembiayaan yang memiliki piutang yang tinggi
Manajemen Piutang di PT Adira Dinamika Multi Finance
Laporan Keuangan Akhir Tahun PT Adira Dinamika Multi Finance Tahun 2010-2014
Neraca
RTO
ACP
Laporan Laba-Rugi
PMS
ROA
Rasio Manajemen Piutang
BEP
Rasio Profitabilitas
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas ADMF
Analisis Regresi Linear Berganda
Rekomendasi Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
ROE
8
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tbk yang berlokasi di Gedung The Landmark Center I Lt 26-31 Jl Jendral Sudirman No. 1 Jakarta 12910. Waktu pengambilan data penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari Bulan September 2015 sampai Bulan Desember 2015.
Metode Pengumpulan Data Jenis data dan informasi dalam penilitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan pihak ADMF. Adapun data sekunder tersebut diperoleh dari pencarian literatur yang terkait dengan laporan keuangan akhir tahun perusahaan tahun 2009 hingga 2014. Selain laporan keuangan, buku referensi, internet, skripsi-skripsi terdahulu, jurnal nasional dan jurnal internasional yang berkaitan dengan penelitian pun dapat menjadi informasi dalam keberlangsungan penyusunan penelitian.
Metode Analisis Data Setelah data terkumpul lalu akan dilakukan pengolahan data serta dianalisis melalui dua metode, yaitu : 1. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio mengenai manajemen piutang dan rasio profitabilitas. Rasio manajemen piutang yang terdiri dari perhitungan periode penagihan rata-rata dan perputaran piutang. Rasio profitabilitas yang terdiri dari perhitungan Profit Margin on Sales (PMS), Return on Asset (ROA), Basic Earning Power (BEP) dan Return on Equity (ROE). a. Analisis Rasio Manajemen Piutang Dalam analisis rasio manajemen piutang dalam penelitian ini menggunakan perhitungan rasio perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata. Rasio perputaran piutang yang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya (Keown 2008). Semakin tinggi rasio perputaran piutang maka baik artinya untuk perusahaan, sebab modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Perhitungan ini diukur dari lamanya waktu piutang dagang ditagih selama tahun tersebut. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut: Perputaran piutang =
.
.
.
.
.
.
(1)
Piutang yang digunakan dalam rasio manajemen yaitu piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan setelah pengakuan awal yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya diamortisasi pada ADMF diperoleh dari jumlah aset yang dikurangi
9
dengan pembayaran pokok menggunakan suku bunga yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh tempo, kemudian dikurangi dengan penyisihan kerugian penurunan nilai dan kemudian diperoleh jumlah piutang pembiayaan neto. Rasio kedua dalam manajemen piutang yaitu periode penagihan rata-rata dimana rasio ini mengetahui lamanya hari dari pengubahan piutang usaha menjadi kas. Dengan kata lain perhitungan ini dapat diukur dengan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penagihan piutang perusahan. Semakin lama hari perusahaan dalam mengubah piutang menjadi kas, menunjukkan bahwa perusaaahan tidak efektif dan efisien dalam mengelola piutangnya. Pernyataan ini dapat dilihat dari perhitung periode penaghan rata-rata (Average Collection Periode): Periode Penagihan Rata-rata =
b.
.
.
.
(2)
Analisis Rasio Profitabilitas Ukuran atau rasio laba dengan aktiva ini digunakan untuk mengukur penggunanaan sumber yang ada untuk menghasilkan laba perusahaan. Dapat disimpulkan rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan (Brealey dkk. 2007). Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan dan menghasilkan aktiva dan atau modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang sesuai target. 1) Profit Margin on Sales Margin laba atas penjualan yang dihitung dengan membagi laba bersih (setelah pajak) dengan penjualan (Brigham 2010). Hasil dari rasio ini menunjukan seberapa persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin tinggi persentase ini, maka semakin baik operasi suatu perusahaan. Profit margin on sales dihitung dengan rumus: Profit Margin on Sales =
. . . . . . . . (3)
2) Return on Asset (ROA) Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap total aset dengan mengukur pengembalian atas total aset setelah bunga dan pajak (Brigham 2010). Semakin besar nilai ROA maka semakin baik pengembalian atas total aset dari perusahaan. ROA dihitung dengan rumus: Return on Asset =
. . . . . . . . . . .
(4)
3) Basic earning power (BEP) Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (BEP) ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi. Rasio ini dihitung melalui hasil bagi antara pendapatan sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (Brigham 2010). BEP dihitung dengan rumus:
10
Basic Earning Power =
. . . . . . . .
(5)
4) Return on Equity (ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham (Brigham 2010). Semakin besar persentase rasio ini maka kinerja keuangan perusahaan atau tingkat pengembalian atas investasinya dapat dikatakan baik. ROE dihitung dengan rumus: Return on Equity =
. . . . . . . . . . .
(6)
2.
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah suatu analisis peramalan nilai pengaruh antarvariabel yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,......,Xn) terhadap satu variabel terikat (Danang 2009). Pada penelitian ini analisis regresi linier berganda menghubungkan antara variabel manajemen piutang yaitu Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X1) dan Rasio Perputaran Piutang (X2) terhadap Profitabilitas (Y). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan software eviews 8.0. Adapun bentuk persamaan dari analisis regresi linier berganda ini adalah: . . . . . . . . . . . . . . (7) Keterangan : Y = Profitabilitas (Y1=PMS, Y2=ROA, Y3=BEP, Y4=ROE) α = Nilai konstanta β 1 = Nilai koefisien regresi untuk RTO β 2 = Nilai koefisien regresi untuk ACP X1 = Perputaran piutang (RTO) X2 = Periode penagihan rata-rata (ACP) Dalam analisis regresi linier berganda dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya: a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Asumsi Klasik Normalitas Uji asumsi klasik ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan yaitu berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik apabila mempunyai data variabel bebas data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Adapun hipotesis dalam uji normalitas ini : H0 = asusmsi data menyebar normal Ha = asumsi data tidak menyebar normal Pengujian ini dapat melihat nilai Jarque-Bera (JB) Test, apabila probabilitas JB hitung > 0,05 maka H0 diterima, yang bearti data menyebar normal. Sedangkan, apabila probabilitas JB hitung < 0,05 maka H0 ditolak, dengan data tidak menyebar normal.
11
2) Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas Uji asumsi klasik ini menguji sama atau tidaknya varians dari residual pada observasi yang satu dengan observasi lain. Apabila residualnya mempunyai varians yang sama, maka hal tersebut terjadi homoskedastisitas, dan jika variansya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Dalam pengujian ini menggunakan metode Breusch-Pagan-Godfrey. Adapun hipotesis pengujian ini sebagai berikut : H0 = asusmsi data tidak terjadi heteroskedastisitas Ha = asumsi data terjadi heteroskedastisitas Keputusan terjadinya atau tidak adanya heteroskedastisitas dengan melihat nilai probabilitas (chi-square). Apabila nilai probabilitas (chisquare) lebih besar dari alpha 0,05 maka H0 diterima yang artinya bahwa data tidak terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Asumsi Klasik Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai sebagai prediksi. Ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan metode Lagrange Multiplier. Adapun hipotesis dalam pengujian ini sebagai berikut : H0 = asusmsi data bebas autokorelasi Ha = asumsi data mengalami autokorelasi Data bebas dari autokorelasi dapat dilihat dari nilai prob. F. Jika nilai prob. F > dari alpha 0,05 sehingga berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima bahwa bebas autokorelasi terpenuhi. 4) Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi, dimana nilai korelasi mendekati 1 atau -1. Dalam penelitian ini uji multikolineritas menggunakan metode Klein. Dilihat dari nilai R-Square lebih besar dari nilai korelasi maka variabel bebas tidak terjadi multikolineritas. Adapun hipotesis dalam uji multikolinieritas ini : H0 = asumsi data tidak terjadi multikolinieritas Ha = asumsi data terjadi multikolinieritas Apabila R-square > nilai korelasi maka H0 diterima, begitupun sebaliknya apabila R-square < nilai korelasi maka H0 ditolak. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi multikolinieritas.
b.
Uji F Pengujian ini merupakan tahapan awal untuk mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nama uji ini disebut uji F,
12
karena mengikuti distribusi F yang kriteria pengujiannya seperti One Way Anova yang mengetahui variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel terikat. Adapun hipotesis dalam pengujian ini sebagai berikut: H0 = model regresi layak dan variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat Ha = model regresi tidak layak dan variabel bebas tidak secara bersamasama mempengaruhi variabel terikat Penggunaan software eviews dalam pengujian ini memudahkan penarikan kesimpulan dalam uji F ini. Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat alpha (0,05) maka dikatakan bahwa model regresi layak dan secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan, apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha, maka dapat dikatakan bahwa model regresi tidak layak dan tidak bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. c.
Uji T Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara masing-masing (parsial). Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari perputaran piutang (X1) dan periode penagihan rata-rata (X2). Sedangkan variabel terikat yaitu profitabilitas yang terdiri dari PMS (Y1), ROA (Y2), BEP (Y3) dan ROE (Y4). Adapun hipotesis dalam pengujian ini : H01 = variabel X1 dan X2 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y1 Ha1 = variabel X1 dan X2 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Y1 H02 = variabel X1 dan X2 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y2 Ha2 = variabel X1 dan X2 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Y2 H03 = variabel X1 dan X2 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y3 Ha3 = variabel X1 dan X2 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Y3 H04 = variabel X1 dan X2 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y4 Ha4 = variabel X1 dan X2 secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Y4 Hasil uji t dapat dilihat dari nilai prob. t hitung yang terdapat pada tabel estimasi. Apabila nilai prob. t hitung lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari nilai alpha maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
13
d.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam analisis regresi. Nilai koefisien determinasi menunjukan seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) dapat diterangkan oleh variabel independen (X) pada suatu model regresi. Nilai koefisien determinasi dapat dikur melalui nilai R-Square atau Adjusted R-Square. Jika nilai RSquare sebesar 0 (R2 = 0), maka artinya variasi dari variabel Y tersebut tidak dapat diterangkan oleh variabel X sama sekali. Sementara, jika nilai R2 = 1, berarti variasi dari variabel Y tersebut dapat diterangkan secara keseluruan oleh variabel X.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Perusahaan didirikan dengan nama PT Adira Dinamika Multi Finance berdasarkan Akta Pendirian No. 131 tanggal 13 November 1990. Pada tahun 2004 Anggaran Dasar telah diubah seluruhnya, hal ini dilakukan dalam rangka Penawaran Umum Saham Perseroan, dan pada tanggal 31 Maret 2004 seluruh saham perseroan telah tercatat di Bursa Efek. Tahun 2009 Bank Danamon mengakuisisi saham ADMF sampai 95%. Meningkatnya tantangan dan risiko ADMF memiliki strategi korporat yang didefinisikan dengan tagline “Together We Go To The Next Level Through: Costumer Engagement”. Adapun visi perusahaan ini yaitu “Menciptakan nilai bersama demi kepentingan perusahaan dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia”. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan memiliki misi yang harus dijalankan yang terdiri dari : 1. Menyediakan produk dan pelayanan yang beragaman sesuai siklus kehidupan pelanggan, 2. Memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat kepada pemangku kepentingan, dan 3. Memberdayakan komunitas untuk mencapai kesejahteraan. Visi dan misi di atas telah memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris dan disahkan oleh Direksi Perusahaan pada tanggal 9 Juni 2014 dan disosialisasikan kepada karyawan perusahaan. ADMF berkomitmen untuk menjadi perusahaan pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan usaha PT Adira Dinamika Multi Finance sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar terdiri dari sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer financing), dan usaha kartu kredit. Perubahan terakhir Anggaran Dasar yang telah disetujui tertanggal 21 Mei 2012, bahwa ADMF menambahkan ruang lingkup kegiatan usahanya yaitu dengan menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (pembiayaan murabahah). Pada saat ini, ADMF lebih memfokuskan kegiatan usaha utamanya yaitu dalam bidang pembiayaan konsumen, sewa guna usaha dan pembiayaan murabahah. Produk dan layanan pembiayaan konsumen ini merupakan kegiatan pembiayaan yang bertujuan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
14
konsumen dengan pembayaran angsuran. Adapun produk dan layanan sewa guna usaha merupakan kegiatan ADMF dalam pembiayaan untuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Sehingga ketika konsumen telah selesai membayar seluruh angsurannya, barang modal tersebut dapat dibeli langsung oleh konsumen dengan menggunakan hak opsinya. Kedua produk pembiayaan tersebut telah dicatat dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006. Produk dan layanan ketiga yaitu pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya yang akan diperoleh kemudian ditambah keuntungan yang disepakati. Dalam pembiayaan murabahah ini perusahaan harus mengungkapkan biaya yang diperoleh dari barang tersebut kepada konsumen. Dimana pembiayaan pengadaan barang tersebut berdasarkan kebutuhan konsumen yang pembayarannya secara angsuran sesuai prinsip syariah, seperti yang telah dibahas dalam Peraturan Ketua Bapepam-LK No. PER-03/BL/2007. Objek pembiayaan dari ADMF adalah sepeda motor dan mobil untuk kategori mobil penumpang dan komersial, baik unit baru maupun bekas. Laporan keuangan ADMF disusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Syariah di Indonesia sesuai dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapempam-LK). Namun, semenjak tanggal 1 Januari 2013 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggantikan fungsi Bapepam-LK tentang “Penyajian dan Penungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”. Dalam upaya meningkatkan kualitas dan daya saing industri jasa keuangan, ADMF juga beracuan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang penyelenggaraan usaha perusahaan pembiayaan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaan pembiayaan. Peraturan tersebut membahas persyaratan perjanjian pembiayaan konsumen, pembayaran uang muka, sampai ke kualitas piutang pembiayaan. Penerapan peraturan tersebut juga menjadi pendukung perusahaan pembiayaan ini dalam pencapaian laba yang sesuai target. Hal tersebut menjadikan ADMF sebagai salah satu perusahaan pembiayaan otomotif yang terbesar di Indonesia. Perusahaan juga mencatat peningkatan setiap tahunnya pada aset yang dimilikinya. Peningkatkan aset terutama disebabkan oleh kenaikan yang signifikan pada piutang pembiayaan konsumen dan investasi sewa pembiayaan yang dimana sebagai hasil dari strategi diversifikasi pendanaan. Selain menggunakan biaya sendiri, PT Adira Dinamika Multi Finance juga menggunakan pinjaman dari pihak lain. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan fasilitas dalam pembiayaan konsumen. Manajemen Piutang PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Timbulnya piutang di PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk disebabkan oleh adanya penjualan secara kredit yang menjadi kegiatan usaha dalam bidang pembiayaan konsumen baik konvensional maupun syariah. Salah satu yang menjadikan indikator suatu perusahaan menggunakan sistem syariah adalah terbebasnya perusahaan syariah tersebut dari bunga atau riba. Dalam perusahaan pembiayaan konvensional menggunakan bunga, sedangkan perusahaan
15
pembiayaan syariah berdasarkan prinsip bagi hasil. Prinsip syariah tersebut juga memudahkan sebagian besar konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Pembiayaan dengan prinsip syariah tersebut juga merupakan salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan minat konsumen untuk menggunakan jasa perusahaan pembiayaan. Dengan demikian penjualan semakin tinggi, sehingga membuat piutang perusahaan juga meningkat. Hal ini dibuktikan oleh ADMF sejak munculnya pembiayaan murabahah, piutang perusahaan semakin meningkat. Piutang pembiayaan yang terdapat di PT Adira Dinama Multi Finance terdiri dari piutang pembiayaan konsumen, piutang sewa guna usaha (sewa pembiayaan), dan piutang pembiayaan murabahah (berdasarkan prinsip syariah). Piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan setelah pengakuan awal yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Diamortisasi merupakan alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset tidak berwujud. Sewa pembiayaan diklasifikasikan apabila sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Terdapat pula sewa operasi dimana suatu aset diklasifikasikan ketika sewa tersebut tidak dialihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Penentuan untuk piutang sewa pembiayaan di ADMF yaitu ketika perusahaan mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto. Adapun piutang pembiayaan murabahah ini termasuk ke dalam jenis piutang pembiayaan konsumen. Pada saat akad murabahah berlangsung, piutang pembiayaan tersebut diakui sebesar biaya perolehan kemudian ditambah dengan keuntungan (margin). Tabel 3 merupakan ringkasan kondisi pembiayaan ADMF dari tahun 2010-2014. Tabel 3 Kondisi pembiayaan ADMF (dalam jutaan rupiah) Jenis Pembiayaan Pembiayaan Konsumen : Konvensional Prinsip Syariah Pembiayaan Sewa Guna Usaha Total
2010
2011
6 543 826
13 240 872
6 543 826
13 240 872
Tahun 2012
2013
2014
22 152 175 5 883 467 236 631
27 008 117 3 730 721 1 496 862
26 072 975 3 563 904 1 926 659
28 272 273
32 235 700
31 563 538
Sumber: Data diolah (2016) Tabel 3 merupakan kondisi pembiayaan ADMF pada lima tahun belakang yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Terlebih lagi pada tahun 2012 peningkatan pembiayaan tersebut naik lebih dari 50%. Peningkatan pembiayaan tersebut disebabkan oleh penambahan jenis pembiayaan konsumen dengan prinsip syariah (murabahah). Tabel 3 juga merupakan jumlah piutang pembiayaan (neto) yang dimiliki ADMF dalam lima periode ini. Dalam kegiatan pembiayaan ini ADMF mendapatkan jaminan dari konsumen berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) atas kendaraan bermotor yang dibiayai oleh perusahaan. Pada saat konsumen telah melunasi
16
seluruh kewajibannya, maka BPKB yang selama ini menjadi jaminan akan diserahkan kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perusahaan dari risiko konsumen yang menunggak dalam pembayaran angsuran. Berbeda dengan jaminan pembiayaan konsumen, jaminan untuk sewa pembiayaan disebut dengan simpanan jaminan, dimana jaminan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran pada akhir masa sewa pembiayaan. Namun, apabila konsumen tidak membeli aset sewa pembiayaan tersebut, maka simpanan jaminan dikembalikan kepada konsumen. Peraturan tersebut berlaku apabila konsumen memenuhi ketentuan dalam perjanjian sewa pembiayaan. Lama angsuran yang ditawarkan oleh ADMF yaitu paling cepat selama 330 hari dan waktu paling lama selama 1050 hari. Proses penagihan piutang pembiayaan (angsuran pembiayaan) di ADMF dengan cara menghubungi konsumen melalui telepon yang dilakukan oleh desk collection. Tindakan tersebut sebagai pemberitahuan kepada konsumen untuk membayar angsurannya dengan tepat waktu dan juga sebagai peringatan bagi konsumen yang mengalami tunggakan pembayaran. Apabila setelah satu minggu dari peringatan tersebut masih belum ada pembayaran dari konsumen, maka tindakan selanjutnya pihak ADMF akan melakukan kunjungan penagihan pertama ke alamat tagih konsumen oleh field collector, sekaligus memberikan surat peringatan kepada konsumen. Konsumen yang sudah mengalami telat pembayaran maksimal tiga kali, akan dikunjungi oleh profesional collector yang akan melakukan pemeriksaan atas kesanggupan konsumen apakah dapat terus melakukan pembayaran atau berhenti melakukan pembayaran. Setelah perlakuan tersebut, ADMF akan memberikan tenggang waktu untuk melakukan pelunasan selama dua bulan. Apabila dalam waktu tenggang tersebut konsumen masih tidak dapat membayar pelunasannya, pihak ADMF akan melakukan penarikan dalam waktu tiga puluh hari dari bulan terakhir waktu tenggang yang diberikan. Jika dalam tiga puluh hari dari bulan terakhir waktu tenggang pihak kolektor tidak mampu atau sulit melakukan penarikan unit, maka pihak remidial akan mengambil tugas pihak kolektor. Penarikan unit yang dilakukan ADMF merupakan pengamanan aset yang masih dimiliki oleh perusahaan. Restrukturisasi piutang merupakan tindakan yang dilakukan ADMF dalam menghadapi konsumen yang memiliki masalah dalam pembayaran. Piutang pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan yang pembayarannya menunggak lebih dari 90 hari atau yang telah direstrukturisasi sebagai aset keuangan yang mengalami penurunan nilai disebut sebagai piutang bermasalah. Perseroan menghapusbukukan saldo piutang pembiayaan konsumen dan investasi sewa pembiayaan pada saat perusahaan menentukan bahwa piutang atau aset tersebut tidak dapat ditagih lagi atau tunggakan yang lebih dari 210 hari. ADMF memiliki catatan piutang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dalam menanggulanginya perusahaan menerapkan cadangan kerugian penurunan nilai yang berfungsi untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi akibat timbulnya piutang yang tak tertagih dari piutang pembiayaan konsumen, sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan murabahah. Adapun klasifikasi piutang ADMF yang dikelompokan menurut jumlah hari tunggakan dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4 Ringkasan pengelompokan piutang berdasarkan jumlah hari tunggakan Waktu 2010 2011 2012 2013 2014 Tidak ada 32 070 782 42 994 813 54 551 240 54 866 247 55 759 704 Tunggakan 1-90 hari 6 901 993 8 746 230 10 000 597 9 422 959 10 786 732 91-120 hari 154 171 192 094 238 430 226 024 290 317 121-180 hari 237 838 318 180 378 646 366 123 429 911 > 180 hari 97 101 142 393 177 019 187 755 233 599 Jumlah 39 461 885 52 383 710 65 345 932 65 069 108 67 500 263 (Bruto) Jumlah 6 543 826 13 240 872 28 272 273 32 235 700 31 563 538 (Neto) Sumber: Data diolah (2016) dalam jutaan rupiah Tabel 4 menunjukkan jumlah piutang yang terus meningkat setiap tahunnya selama lima periode dan terdapat juga catatan piutang pembiayaan yang menunggak. Pada tahun 2014 jumlah piutang pembiayaan yang menunggak mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan kondisi makroekonomi negara pada tahun tersebut mengalami perlambatan, sehingga Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga yang berpengaruh pada tingkat suku bunga pinjaman ADMF. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan, manajemen perusahaan memiliki komitmen yang penuh untuk menerapkan manajemen risiko secara komprehensif. Tujuan utama dari penenerapan manajemen risiko yaitu untuk menjaga dan melindungi ADMF melalui pengelolaan risiko kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya. Risiko-risiko yang dikelola oleh ADMF yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko operasional. Salah satu risiko pasar yang memiliki dampak langsung pada perusahaan yaitu tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai acuan perusahaan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Hal tersebut akan mengakibatkan turunnya minat masyarakat untuk membeli kendaraan sehingga tingkat penjualan juga turun. Menanggulangi risiko pasar tersebut, perusahaan menerapkan pengelolaan tingkat bunga tetap secara konsisten dengan menyesuaikan tingkat bunga kredit terhadap tingkat bunga pinjaman dan beban dana. Untuk risiko pasar lainnya yaitu nilai tukar mata uang, namun saat ini perusahaan tidak mempunyai kegiatan usaha pembiayaan konsumen dalam mata uang asing. Sehingga risiko pasar yang disebabkan pertukaran nilai mata uang tersebut ADMF masih rendah. Risiko kredit yang merupakan risiko utama yang dihadapi ADMF pada saat konsumen tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam melunasi kreditnya. Perkiraan risiko kredit ini berasal dari piutang pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan. Dalam menanggapi risiko kredit ini perusahaan menerapkan Peraturan Menteri Keuangan No. 30/PMK.010/2012 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non-Bank dan Peraturan Ketua Bapepam-LK No. PER-05/BL/2011 tentang Pedoman Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Perusahan Pembiayaan. Risiko kredit di ADMF dapat dikatakan rendah, hal ini dibuktikan dengan evaluasi penurunan nilai. Dimana jumlah piutang yang belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai
18
lebih besar dibandingkan dengan jumlah piutang yang sudah jatuh tempo dan mengalami penurunan nilai. Risiko ketiga yaitu risiko likuiditas yang berhubungan dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh ADMF. Sampai saat ini perusahaan memiliki rasio likuiditas yang sangat sehat, dibuktikan dengan pertumbuhan atas kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang. Terakhir yaitu risiko operasional yang muncul dikarenakan tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem dan adanya masalah dengan pihak eksternal. Penanganan risiko operasional di ADMF dilakukan dengan cara mengidentifikasi setiap produk serta aktivitas operasional, mengukur tingkat kepatuhan terhadap prosedur dan kebijakan yang ada, kemudian mengelola, mengawasi dan mengendalikan risiko dengan tindakan proaktif sehingga tidak mengganggu jalannya usaha perusahaan. Cara-cara tersebut merupakan konsep dan implementasi dari Risk Control Self Assessment dan Operational Risk Management System. ADMF merupakan perusahaan pembiayaan yang mampu bersaing dengan perusahaan pembiayaan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan tingkat penjualan dalam melayani konsumen untuk pembiayaan kendaraan yang relatif meningkat setiap tahunnya. Bertahannya suatu perusahaan pembiayaan didukung oleh pengelolaan perusahaan yang baik. Salah satu penilaian pengelolaan yang baik yaitu dapat dilihat dari manajemen piutang. Hal ini penting terlebih lagi pada perusahaan pembiayaan yang relatif memiliki persentase piutang yang besar terhadap asetnya. Manajemen piutang bertujuan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengelola kekayaan perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya penjualan secara kredit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengetahui baik buruknya manajemen piutang maka dibutuhkan analisis penilaian kinerja manajemen piutang dengan menggunakan dua rasio yaitu analisis rasio perputaran piutang (RTO) dan periode penagihan rata-rata (ACP). Rasio perputaran piutang ini untuk mengukur berapa kali atau seberapa cepat perusahaan menagih piutang dagangnya selama tahun tersebut. Semakin tinggi nilai rasio perputaran piutang suatu perusahaan maka semakin baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah dana yang ditanam dalam piutang. Sebaliknya, apabila rasio ini cenderung kecil maka semakin besar dana yang ditanam dalam piutang. Hal tersebut dapat mengakibatkan tingginya piutang perusahaan. Berbeda dengan rasio perputaran piutang, periode pengumpulan rata-rata piutang yang baik adalah yang memiliki jumlah hari yang kecil, maka semakin cepat perusahaan dalam pengumpulan piutang tersebut. Periode penagihan ratarata akan menghasilkan jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencairkan kembali piutang menjadi kas. Dengan demikian dana yang diperlukan untuk ditanam dalam piutang semakin kecil, sehingga dana tersebut dapat dialihkan untuk keperluan lainnya (Firdaus dan Maya 2009). Tabel 5 merupakan ringkasan penilaian kinerja manajemen piutang dari perhitungan rasio perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata di ADMF selama lima periode.
19
Tabel 5 Rasio manajemen piutang ADMF tahun 2010-2014 Rasio Manajemen 2010 2011 2012 2013 Piutang Rasio Perputaran 2 2 2 1 Piutang (kali) Periode penagihan 180 221 234 290 rata-rata (hari) Sumber: Data diolah (2015)
2014
Rata-rata
1
1,6
310
247
Tabel 5 menyatakan bahwa perputaran piutang (RTO) di ADMF dikatakan cenderung menurun dan periode penagihan rata-ratanya memiliki peningkatan jumlah hari dari setiap periode tahun 2010-2014. Rata-rata perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata perusahaan menunjukkan bahwa ADMF mampu mengumpulkan piutangnya menjadi kas selama 247 hari dengan perputaran piutangnya sebanyak 1,6 kali. Hasil dari rata-rata manajemen piutang ADMF pada tahun 2010-2012 memiliki rasio perputaran piutang dan periode penagihan ratarata yang paling baik dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Pengertiannya bahwa perusahaan mampu memutarkan modalnya yang tertanam dalam bentuk piutang kembali sebanyak 2 kali dalam tahun tersebut dengan rata-rata hari yang dibutuhkan ADMF untuk mencairkan piutang menjadi kas yaitu selama 180-234 hari. Rincian perhitungan perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 2. Terdapat 11 perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata perputaran piutang dari perusahaan pembiayaan tersebut sebanyak 1,20 dan memiliki periode penagihan rata-rata selama 300 hari. Rincian perhitungan rasio perputaran piutang periode penagihan rata-rata dari 11 perusahaan pembiayaan tersebut terdapat pada Lampiran 3. Ringkasan perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata dari 11 perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perputaran piutang dan periode penagihan rata-rata perusahaan pembiayaan di BEI Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Rasio perputaran 1,21 1,19 1,21 1,20 1,21 1,20 piutang (kali) Periode penagihan rata298 302 299 301 300 300 rata (hari) Sumber: Data diolah (2015) Tabel 6 menunjukkan bahwa 11 perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI memiliki kestabilan perputaran piutang meskipun terjadi perubahan pada periode penagihan rata-rata. Hasil pada Tabel 6 apabila dibandingan dengan Tabel 5 dapat dikatakan bahwa manajemen piutang ADMF masih belum efektif dalam pengelolaannya. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan rasio perputaran piutang yang diiringi oleh peningkatan hari pada periode penagihan rata-rata piutang. Meskipun nilai rata-rata yang dimiliki oleh ADMF lebih baik namun kondisi kinerja manajemen piutang ADMF menurun. Dengan demikian, perusahaan harus
20
lebih memperhatikan proses penagihan yang efektif untuk mempercepat penagihan piutang sehingga dapat mengurangi tunggakan. Pada dasarnya setiap perusahaan pembiayaan ingin menagih piutang dengan cepat, sehingga dapat mengurangi risiko piutang yang bermasalah dan tak tertagih. Hal tersebut dapat terjadi ketika perusahaan tidak teliti dan tidak mengelola secara efektif dalam menjalankan kebijakan tagihannya (Keown 2010).
Profitabilitas PT Adira Dinamika Multi Finance Pendapatan adalah arus masuk bruto (laba kotor) yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan modal (Kieso 2011). Tingkat keuntungan pendapatan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan, sehingga akan menimbulkan daya saing antar perusahaan. Melihat pentingnya pendapatan dalam suatu perusahaan yang berguna untuk keberlangsungan perusahaan, maka perusahaan harus memiliki perhatian khusus terhadap kondisi keuangannya. Pendapatan yang diperoleh ADMF berasal dari pembiayaan konsumen, sewa pembiayaan serta keuntungan dari kegiatan pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan. Pencatatan akuntansi pada laporan keuangan ADMF menggunakan dasar akrual. Dimana transaksi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayar. Pendapatan pembiayaan murabahah juga dicatat berdasarkan kebijakan yang dianut oleh pembiayaan konsumen. Ringkasan pendapatan ADMF dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Pendapatan ADMF tahun 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 Pendapatan 8 662 714 16 249 222 32 776 513 Usaha Sumber: Data diolah (2015) dalam jutaan rupiah
2013 38 344 177
2014 38 246 623
Tabel 7 menyatakan bahwa ADMF memiliki pendapatan usaha yang terus meningkat dari tahun 2010-2014. Pada tahun terakhir ADMF mengalami penurunan pendapatan yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak yang diiringi dengan kenaikan harga barang dan jasa. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan konsumen yang membuat calon konsumen pembiayaan menunda dalam pembelian kendaraan juga menghambat pembayaran angsuran. Pendapatan ADMF berasal dari pembayaran angsuran tahun tersebut yang ditambah dengan pendapatan margin dan dikurangi oleh amortisasi biaya transaksi. Untuk piutang bermasalah, pendapatannya telah dicatat pada awal transaksi, meskipun kas belum diterima sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Perusahaan akan mengalami kerugian akibat munculnya piutang bermasalah, sehingga perusahaan harus menghapusbukan pendapatan piutang bermasalah tersebut guna meminimalisir kerugian. Penerimaan atau pemulihan kembali atas piutang atau aset keuangan yang telah dihapusbukukan akan diakui dan dicatat sebagai pendapatan lain-lain, bukan sebagai pendapatan pembiayaan lagi.
21
Kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio profitabilitas. Rasio ini menggambarkan seberapa besar perusahaan memperoleh pendapatan usahanya. Penilaian kinerja pendapatan dapat dilihat dari analisis rasio profitabilitas yang hasilnya menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ADMF dalam penilitian ini dinyatakan dalam Profit Margin on Sales (PMS), Return on Asset (ROA), Basic Earning Power (BEP), dan Return on Equity (ROE). Tabel 8 merupakan ringkasan hasil dari analisis rasio profitabilitas ADMF dan rincian perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 8 Analisis rasio profitabilitas ADMF tahun 2010-2014 Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 PMS 17 % 10 % 5% 5% 3% ROA 19 % 9% 5% 4% 3% BEP 25 % 13 % 8% 8% 3% ROE 39 % 36 % 29 % 30 % 23 % Sumber: Data diolah (2015)
Rata-rata 8% 8% 11 % 31 %
Berdasarkan hasil Tabel 8 dapat dilihat nilai rasio profitabilitas yang diukur dari empat perhitungan. Profit Margin on Sales (PMS) atau margin laba atas penjualan ini mengukur laba bersih dari penjualan. Perolehan laba bersih tersebut dipengaruhi oleh pendapatan usaha yang dikurangi oleh beban dan pajak. Ratarata margin laba atas penjualan ADMF tahun 2010-2014 adalah sebesar 8 %. Dapat dilihat dalam Tabel 7 bahwa margin laba atas penjualan tertinggi yaitu tahun 2010 dengan nilai 17%. Pada tahun tersebut perusahaan memiliki jumlah beban yang lebih rendah dari tahun sebelumnya sehingga memperoleh laba bersih yang lebih besar meskipun penjualannya lebih rendah. Sedangkan margin laba atas penjualan terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar 3 %. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh laba bersih yang diperoleh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang diakibatkan oleh penurunan hasil piutang pembiayaan serta peningkatan beban walaupun tingkat pendapatan yang diperoleh lebih tinggi. Setelah menghitung margin laba atas penjualan, rasio profitabilitas juga diukur dengan tingkat pengembalian atas total aset (ROA) yang dihitung dari laba bersih terhadap total aset perusahaan. Rasio ini untuk menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Ratarata pengembalian atas total aset ADMF yang terhitung dari tahun 2010-2014 yaitu sebesar 8 %. Namun, jika melihat keseluruhan, rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2010-2014. Rasio tertinggi sebesar 19 % pada tahun 2010 yang dipengaruhi oleh total aset dan juga laba bersih yang lebih tinggi, meskipun bebannya lebih tinggi namun pendapatan ADMF semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Total aset yang lebih tinggi ini disebabkan oleh peningkatan dari piutang pembiayaan konsumen yang mendominasi 86% dari total aset. Hal lain yang mempengaruhi meningkatnya aset yaitu peningkatan piutang lain-lain dan aset tetap yang sudah dikurangi oleh akumulasi penyusutan. Tingkat pengembalian atas aset terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar 3 %. Hal tersebut dipengaruhi oleh total aset pada tahun tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
22
tahun sebelumnya. Rendahnya total aset disebabkan oleh penurunan pada piutang pembiayaan konsumen sebanyak 10 %. Hal lain yang mempengaruhi menurunnya tingkat pengembalian atas aset pada tahun 2014 adalah menurunnya laba bersih yang diperoleh oleh ADMF, yang disebabkan oleh meningkatnya beban meskipun pendapatannya meningkat. Rasio lainnya dalam penilaian rasio profitabilitas yaitu Basic Earning Power (BEP) atau rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset perusahaan sebelum dipengaruhi oleh pajak dan leverage. Rasio ini bermanfaat saat membandingkan perusahaan dengan berbagai tingkat leverage keuangan dan situasi pajak. Rata-rata rasio ini di ADMF yaitu sebesar 11 %. Rasio tertinggi pada tahun 2010 sebesar 25 %, sedangkan terendahnya yaitu di tahun 2014 yang sebesar 3 %. Hal tersebut diakibatkan pada tahun 2010 laba bersih sebelum pajak lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya meskipun beban pajak penghasilannya lebih tinggi. Tidak hanya laba bersih sebelum pajak yang meningkat, namun total aset yang ada pengaruhnya dalam rasio ini juga meningkat. Sedangkan pada tahun 2014, ADMF mengalami penurunan perolehan laba sebelum pajak. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya beban perusahaan meskipun pendapatannya meningkat. Selain itu, ADMF juga mengalami penurunan pada total asetnya dari tahun sebelumnya. Rasio terakhir dalam rasio profitabilitas yaitu rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) yang dihitung dari perolehan laba bersih terhadap total ekuitas. Rasio ini berhubungan dengan pemegang saham perusahaan karena menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Harapan setiap pemegang saham yaitu mendapatkan pengembalian atas uang yang telah ditanam dalam perusahaan. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk (95 %) dan PT Asuransi Adira Dinamika (0,42 %), serta pihak lain yang kepemilikan sahamnya dibawah 5 %. Berdasarkan Tabel 9 ADMF memiliki rata-rata pengembalian atas ekuitasnya sebesar 30 %. Melihat lima periode terakhir sejak tahun 2010-2014 rasio pengambalian atas ekuitas ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Rasio pengembalian ekuitas tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar 39 %. Rasio ini dipengaruhi oleh laba bersih yang sudah dijelaskan di pembahasan sebelumnya, bahwa laba bersih pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Sedangkan total ekuitas tahun tersebut naik sebesar 26 % dari tahun sebelumnya. Tahun 2014 ADMF memiliki tingkat pengembalian atas ekuitas terendah yaitu sebesar 23 %. Hal tersebut dikarenakan perusahaan mengalami penurunan pada total ekuitasnya sebesar 48 %. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan nilai saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya serta kenaikan dalam kerugian kumulatif atas instrumen derivatif.
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Profitabilitas ADMF Pada penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas ADMF dilakukan pengujian regresi linear berganda dengan menggunakan software eviews 8.0. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah hasil perhitungan rasio manajemen piutang sebagai variable bebas yang
23
terdiri dari perputaran piutang (X1) dan periode penagihan rata-rata (X2), serta variabel terikat (Y) menggunakan perhitungan rasio profitabilitas yang terdiri dari PMS (Y1), ROA (Y2), BEP (Y3) dan dan ROE (Y4). Berikut adalah hasil persamaan regresi dari pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas ADMF: PMS = 0,896 – 5,355RTO – 0,056ACP ROA = 29,582 – 6,639RTO – 0,064ACP BEP = 37, 456 – 8,091RTO – 0,083ACP ROE = 16,180 + 21,071RTO – 0,045ACP Nilai konstanta pada profitabilitas yang diukur dengan PMS, ROA, BEP dan ROE memiliki asumsi yaitu variabel perputaran piutang (RTO) dan periode penagihan rata-rata (ACP) mempunyai nilai tetap dengan rata-rata PMS pada ADMF sebesar 0,896, rata-rata ROA 29,582, rata-rata BEP 37,456 dan rata-rata ROE 16,180. Pada nilai koefiesien RTO dalam persamaan regresi PMS, ROA dan BEP memiliki arti bahwa ketika terjadi kenaikan pada RTO menyebabkan penurunan rata-rata pada ketiga variabel profitabilitas tersebut. Berbeda dengan variabel ROE, ketika RTO mengalami peningkatan maka ROE juga ikut meningkat. Nilai koefisien dari ACP dalam persamaan regresi PMS, ROA, BEP, dan ROE menyatakan bahwa ketika terjadi kenaikan pada ACP maka rata-rata profitabilitas mengalami penurunan sebesar nilai koefisien satuan. Hasil persamaan regresi didapat dari pengujian asumsi klasik, uji F, uji T, dan R-Square sebagai berikut: 1.
Uji Asumsi Normalitas Melalui pengujian normalitas ini dapat diketahui bahwa data berdistrbusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas memiliki ketentuan dimana nilai probabilitas dan nilai JB lebih dari alpha (0,05) maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji menyebar secara normal. Berikut ini merupakan hasil dari pengujian normalitas. Tabel 9 Tabel hasil uji normalitas Model Jarque-Bera Probability ROE 1.355 0,217 ROA 1.982 0,371 PMS 1.186 0,552 BEP 1.055 0,680 Sumber: Data diolah (2015)
Terima H0 Terima H0 Terima H0 Terima H0
Keterangan Asumsi terpenuhi Asumsi terpenuhi Asumsi terpenuhi Asumsi terpenuhi
Berdasarkan hasil pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas dan nilai JB lebih dari nilai alpha (0,05). Oleh karena itu, H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi secara normal. 2.
Uji Asumsi Heteroskedastisitas Dalam pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode Breusch-PaganGodfrey. Pengujian dikatakan bebas dari heteroskedastisitas apabila nilai
24
probabilitas Scaled explained SS lebih dari nilai alpha 0,05. Berikut adalah hasil dari pengujian heteroskedastisitas. Tabel 10 Tabel hasil uji heteroskedastisitas Scaled explained SS Probability Model ROE 3.425695 0.1804 ROA 1.173102 0.5562 PMS 0.299449 0,7850 BEP 0.656551 0.7202 Sumber: Data diolah (2015)
Keterangan Terima H0 Asumsi terpenuhi Terima H0 Asumsi terpenuhi Terima H0 Asumsi terpenuhi Terima H0 Asumsi terpenuhi
Berdasarkan hasil pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas Scaled explained SS lebih dari nilai alpha (0,05). Oleh karena itu, H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.
Uji Asumsi Bebas Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM-Test) yang berguna untuk mendeteksi apakah dalam data yang digunakan digunakan terdapat autokorelasi terhadap variable-variabel bebas dengan variable terikat. Data dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai prob. Obs*R-Squared lebih dari nilai alpha 0,05. Berikut merupakan hasil dari pengujian bebas autokorelasi. Tabel 11 Tabel hasil Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Model Obs*R-squared Probability Keterangan ROE 2.505703 0.2857 Terima H0 Asumsi terpenuhi ROA 4.640821 0.0982 Terima H0 Asumsi terpenuhi PMS 4.487916 0.1060 Terima H0 Asumsi terpenuhi BEP 3.684712 0.1584 Terima H0 Asumsi terpenuhi Sumber: Data diolah (2015) Hasil dari Tabel 11 diketahui bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared lebih dari nilai alpha (0,05). Oleh karena itu, H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bebas autokorelasi terpenuhi. 4.
Uji Asumsi Bebas Multikolinieritas Multikolinieritas adalah korelasi antara variabel independen yaitu RTO dan ACP sangat kuat (nilai korelasi mendekati 1 atau -1). Berdasarkan hasil korelasi antara RTO dan ACP sebesar -0.651166, nilai korelasi masih jauh dari -1 atau dengan kata lain tidak terdapat multikolinieritas. Berdasarkan uji Klein , jika nilai R-square masih lebih besar dari nilai korelasi antara variabel independen maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.
25
Interpretasi uji-F Dalam penelitian ini menggunakan uji F tujuannya untuk mengetahui apakah model regresi yang diestimasi layak atau tidaknya dalam menjelaskan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, serta mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel terikat. Ringkasan dari hasil persamaan regresi dapat dilihat Lampiran 5. Hasil persamaan regresi menunjukkan untuk model ROE menghasilkan nilai f hitung 26,305 dan nilai prob(0.000), untuk model ROA menghasilkan nilai f hitung 37,123 dan nilai prob(0.000), untuk model PMS menghasilkan nilai f hitung 66,636 dan nilai prob(0.000), untuk model BEP menghasilkan nilai f hitung 37,829 dan nilai prob(0,000). Karena semua model menghasilkan nilai prob
Uji Pengaruh RTO Berdasarkan hasil persamaan regresi pada Lampiran 5 menyatakan bahwa pengaruh perputaran piutang terhadap ROA, PMS dan BEP dinyatakan tidak signifikan dan negatif. Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai probabilitas perputaran piutang terhadap ROA, BEP dan PMS lebih dari 5%, serta didukung dengan nilai koefisien dari hasil perputaran piutang dalam persaman tersebut negatif. Sedangkan, pengaruh perputaran piutang terhadap ROE adalah positif namun tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan nilai probabilitas ROE lebih dari 5%, namun nilai koefisien perputaran piutang terhadap ROE positif. Pengaruh perputaran piutang terhadap ROE menyatakan bahwa kenaikan perputaran piutang maka akan meningkatkan ROE sebesar 21,071 satuan dengan asumsi cateris paribus. Hasil pengaruh RTO terhadap ROE yang positif menyatakan bahwa perusahaan harus terus meningkatkan RTO dengan cara meningkatkan penjualan, sehingga perusahan akan semakin mampu dalam memutarkan modalnya.
26
2.
Uji Pengaruh ACP Hasil yang diperoleh dari persamaan regresi yang terdapat pada Lampiran 5 yaitu hanya pengaruh ACP terhadap ROE saja yang tidak signifikan. Selebihnya, pengaruh ACP terhadap PMS, ROA dan BEP adalah signifikan dan negatif. Hal tersebut disebabkan nilai probabilitas PMS, ROA dan BEP lebih kecil dari alpha 5% (0,05). Pengaruh ACP terhadap ROA menghasilkan nilai propabilitas sebesar 0,0042 dan nilai koefisien regresi sebesar -0,064. Sehingga, apabila ACP mengalami kenaikan satu kali maka dapat menurunkan ROA 0,064 satuan dengan asumsi cateris paribus. Pengaruh ACP terhadap PMS dan BEP signifikan negatif , nilai prob PMS(0,0014) dan BEP (0,0036) lebih kecil dari alpha 5% dan nilai koefisien regresi PMS sebesar -0.056 dan BEP -0,083. Sama halnya dengan ROA bahwa saat ACP mengalami kenaikan satu kali dapat menurunkan PMS 0,056 satuan dengan asumsi cateris paribus. Sama halnya dengan BEP apabila mengalami kenaikan sebanyak satu maka dapat menurunkan BEP 0.083 satuan dengan asumsi cateris paribus. Interpretasi dari hasil persamaan regresi dapat memberikan gambaran mengenai kondisi manajemen piutang ADMF. Pada saat periode penagihan ratarata mengalami peningkatan maka PMS, ROA dan BEP akan turun. Kondisi profitabilitas yang turun akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sehingga, ADMF harus mempercepat periode penagihan rata-rata agar memiliki profitabilitas baik.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial dalam penelitian ini merupakan suatu rekomendasi yang ditujukan kepada perusahaan. Tujuannya agar dapat melakukan pengelolaan piutang dengan lebih baik dan optimal, sehingga dapat meningkatkan kondisi kinerja keuangan perusahaan. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam melakukan perbaikan manajemen piutang: 1. Persentase piutang terhadap aset ADMF lebih dari 80% yang dilihat dari tahun 2010-2014. Keberadaan piutang yang begitu besar terhadap aset perusahaan disebabkan oleh timbulnya piutang pembiayaan konsumen dan sewa pembiayaan yang merupakan kegiatan usaha ADMF. Catatan piutang ADMF yang menunggak selama 5 periode kebelakang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Piutang yang menunggak merupakan risiko kredit yang terdapat di ADMF. Dalam menanggulangi timbulnya penunggakan piutang yang disebabkan oleh kemacetan pembayaran perusahaan menerapkan manajemen risiko yang juga bertujuan membantu perusahaan dalam mengelola piutangnya. Penerapan manajemen risiko kredit diharapkan mampu mengurangi kerugian ADMF dengan salah satu caranya perusahaan dapat mengobservasi calon konsumen dari tingkat penghasilannya, sehingga pihak ADMF dapat mengetahui bagaimana kemampuan setiap konsumen untuk membayar angsuran setiap bulannya. Perusahaan harus lebih selektif dalam pemberian pinjaman kepada konsumen, meskipun konsumen tersebut telah memberikan persyaratan pinjaman. Pihak ADMF harus lebih teliti dalam meneliti data-data yang
27
2.
diberikan oleh konsumen. Perusahaan dapat menerapkan 5C dalam menerima konsumen. Perusahaan juga harus membuat kebijakan keuangan yang lebih efektif untuk meningkatan perputaran piutang, meminimalisir periode penagihan rata-rata serta piutang bermasalah dan piutang tak tertagihnya. Perusahaan dapat menerapkan syarat pembayaran angsuran yang berkaitan dengan batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang besar untuk pembayaran angsurang yang terlambat. Syarat pembayaran tersebut dapat dilakukan dengan termin pembayaran, di mana semakin cepat konsumen membayar angsurannya maka konsumen akan mendapatkan potongan dari pembayaran kewajibannya. Dengan begitu termin pembayaran ini dapat mendorong konsumen untuk melaksanakan pembayarannya dengan tepat waktu. Hal ini dapat mempercepat modal yang tertanam dalam piutang kembali menjadi kas yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
3.
Piutang yang muncul dikarenakan penjualan secara kredit di ADMF terdiri dari piutang pembiayaan konsumen, piutang sewa pembiayaan dan piutang pembiayaan murabahah. Hasil dari penilaian kinerja manajemen piutang dari perhitungan rasio perputaran piutang memiliki rata-rata sebesar 1,6 kali dan periode penagihan rata-rata selama 247 hari dalam mencairkan piutangnya tersebut menjadi kas. Setelah dibandingkan dengan 11 perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI, ADMF memiliki kinerja manajemen piutang ADMF yang terus menurun dari tahun 2012-2014. Rasio profitabilitas ADMF yang dihitung melalui empat rasio dengan ratarata yang diambil dari tahun 2010-2014 yaitu PMS (8%), ROA (8%), BEP (11%) dan ROE (31%). Kondisi profitabilitas ADMF terus mengalami penurunan dan rasio profitabilitas terendah terjadi pada tahun 2014. Hasil persamaan regresi dari pengaruh RTO terhadap ROE yaitu positif namun tidak signifikan. Pengaruh RTO terhadap PMS, ROA serta BEP negatif dan tidak signifikan. Sedangkan, pengaruh ACP terhadap PMS, ROA dan BEP adalah signifikan negatif.
Saran 1.
2.
Sebagai perusahaan pembiayaan terbaik di Indonesia, ADMF harus lebih teliti dalam mengelola piutangnya agar perputara piutang dalam satu periode lebih banyak dan penagihannya lebih cepat. Bagi peniliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan waktu, serta penambahan jumlah perusahaan yang satu bidang agar dapat membandingkan kinerja manajemen piutang di lembaga pembiayaan. Selain
28
itu, disarankan juga untuk menambahkan variabel yang lain sebagai variabel terikat, contohnya variabel rasio likuiditas. Hal tersebut dikarenakan rasio likuiditas juga menjadi bagian dari kebijakan keuangan.
29
DAFTAR PUSTAKA [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2010. Laporan Keuangan Akhir Tahun. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 18]. Tersedia pada: http://www.adira.co.id/kinerjafile/LaporanKeuanganTahunanPTAdiraDina mikaMultiFinanceTbk31Des2010.pdf [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2011. Laporan Keuangan Akhir Tahun. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 18]. Tersedia pada: http://www.adira.co.id/kinerjafile/LaporanKeuanganTahunanPTAdiraDina mikaMultiFinanceTbk31Des2011.pdf [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2012. Laporan Keuangan Akhir Tahun. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 18]. Tersedia pada: http://www.adira.co.id/kinerjafile/LaporanKeuanganTahunanPTAdiraDina mikaMultiFinanceTbk31Des2012.pdf [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2013. Laporan Keuangan Akhir Tahun. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 18]. Tersedia pada: http://www.adira.co.id/kinerjafile/LaporanKeuanganTahunanPTAdiraDina mikaMultiFinanceTbk31Des2013.pdf [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2014. Laporan Keuangan Akhir Tahun. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 18]. Tersedia pada: http://www.adira.co.id/kinerjafile/LaporanKeuanganTahunanPTAdiraDina mikaMultiFinanceTbk31Des2014.pdf [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2010. Laporan Tahunan. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 19]. Tersedia pada: http://adira.co.id/laporantahunan/ [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2011. Laporan Tahunan. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 19]. Tersedia pada: http://adira.co.id/laporantahunan/ [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2012. Laporan Tahunan. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 19]. Tersedia pada: http://adira.co.id/laporantahunan/ [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2013. Laporan Tahunan. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 19]. Tersedia pada: http://adira.co.id/laporantahunan/ [ADMF] Adira Dinamika Multi Finance. 2014. Laporan Tahunan. Jakarta (ID): [diunduh 2015 September 19]. Tersedia pada: http://adira.co.id/laporantahunan/ Brigham EF, Joel FH. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11. Ali Akbar Yulianto, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Essential of Financial Management. Brealey dkk. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): Terjemahan dari: Fundamental of corporate finance. Cahyono. 2011. Mengelola Kartu Piutang. Yogyakarta (ID): PT Intan Sejati Kalten. Firdaus R, Maya A. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya. Bandung (ID): Alfabeta.
30
Fitriah. 2014. Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hanafi MM. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta (ID): BPFE-Yogyakarta. Harahap SS. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Harmono. 2011. Manajemen Keuangan: berbasis balanced scorecard. Jakarta (ID): Bumi Aksara. [IDX] Indonesia Stock Exchange. 2015. Sektor Jasa dan Keuangan. [Internet]. [diunduh pada 2015 november 01]. Tersedia pada: www.idx.co.id [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor. (ID): IPB Press. Irawan, HSB. 2011. Bijak Mengelola Piutang. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF Jr. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Edisi ke-10. Marcus Prihminto Widodo, penerjemah. Jakarta (ID): PT Indeks. Terjemahan dari: Financial Management: Principles and Applications. Keown AJ, Martin JD, Petty JW, Scott DF Jr. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Edisi ke-10. Marcus Prihminto Widodo, penerjemah. Jakarta (ID): PT Indeks. Terjemahan dari: Financial Management: Principles and Applications. Kieso, Donald E, Weygandt, Teery DW. 2011. Akuntansi Intermediate. Edisi ke12. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Intermediate Accounting 12nd. Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Madishetti DR, Srinivas, Kibona, Deogratias. 2013. Impact of Receivables and Payables Management on The Profitability of SMEs in Tanzania. [Jurnal]. Africa (tZA): Mzumbe University. 2(3) : 9-21. Mardiyanto. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan Teori, Soal, dan Jawaban. Jakarta (ID): Grasindo. Margaretha F. 2011. Manajemen Keuangan Untuk Manahemen Non Keuangan. Jakarta(ID): Erlangga. Nabila. 2012. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramana NV, K Ramakrishnaiah, P Chengalrayulu. 2013. Impact Receivable Management on Working Capital and Profitability: A Study on Select Cement Companies in India. [Jurnal]. India (IN): S.V. University. 2(3) : 163-171. Riyanto B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta (ID): Yayasan Penerbit Gajah Mada. Sawir A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Syamsuddin L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Sunyoto D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta (ID): CAPS.
31
Yuliani R. 2013. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan PT Unilever Indonesia Tahun 2005-2012. [Jurnal]. Malang (ID): Universitas Brawijaya Malang.
32
33
LAMPIRAN
34
35
Lampiran 1 Penelitian terdahulu No Judul Nama Tahun Penelitan Peneliti 1 Analisis Nabila 2012 Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Dan Profitabilitas Perusahaan, (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Anak Perusahaan, Periode 2006-2010)
2
Pengaruh Faktor Pengelolan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri
Fitriah
2014
Negara
Hasil Penelitian
Indonesia
PT PLN memiliki sistem informasi pengelolaan piutang pelanggan yaitu Payment Point Online Back (PPOB). Secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar pembayaran rekening listrik terhadap likuiditas. Pengujian secara parsial menjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap likuiditas, namun tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara periode penagihan rata-rata dengan likuiditas. Secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh sistem pasca bayar dalam pembayaran rekening listrik terhadap profitabilitas perusahaan. Pengujian secara parsial menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio perputaran piutang terhadap profitabilitas begitupun juga dengan periode penagihan rata-rata
Indonesia
Secara keseluruhan perusahaan di sektor industri dasar dan kimia memiliki kondisi kinerja keuangan yang bagus dilihat dari tingkat likuiditas dan profitabilitas yang bags pula. Piutang (receivable) terhadap likuiditas memiliki hubungan positif,
36
Lanjutan Lampiran 1 No Judul Nama Penelitan Peneliti Dasar dan Fitriah Kimia di BEI
Tahun
Negara
Hasil Penelitian
2014
Indonesia
namun tidak memilikipengaruh yang signifikan, sedangkan piutang terhadap profitabilitas tidak memiliki hubungan. Terdapat pengaruh antara perputaran piutang terhadap ROA pada tingkat kepercayaan 95% dengan diikuti fluktuasi naik turunnya perputaran piutang pada PR Unilever Indonesia Tbk tahun 2005-2012 begitu pula diikuti dengan naik turunnya ROA. Pengaruh ini dinyatakan dalam koefisien korelasi R=0,795 yang bearti koefisien korelasi termasuk dalam kategori hubungan yang kuat. Manajemen piutang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap modal kerja dan profitabilitas.
3
Pengaruh Rina Perputaran Yuliani Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2005-2012
2013
Indonesia
4
Impact Of Receivables Management on Working Capital and Profitability: A Study on Select Cement Companies in India Impactof Receivables and Payables Management on The Profirability of SMEs in Tanzania
2013
India
5
N. Venkata Ramana., K. Ramakris naiah , and Chengalra yulu P
DR. 2013 Srinivas Madishetti , MR. Deogratia s Kibona
Tanzania, Afrika
Adanya hubungan negatif yang signifikan anatara periode penagihan rata-rata dan profitabilitas. Adanya hubungan positif antara periode pembayaran ratarata dan laba kotor.
37
Lampiran 2 Penilaian manajemen piutang ADMF tahun 2010-2014 Penjualan RTO ACP Tahun Piutang pendapatan (KALI) (HARI) 2010 TW I 2844935 3349410 1 464.70 TW II 3653217 4659163 1 334.06 TW III 4252049 5791706 1 268.74 TW IV 6543826 8662714 2 179.67 2011 TW I 6807494 7474254 1 481.05 TW II 9303091 10697639 1 336.10 TW III 10598087 12822710 1 280.40 TW IV 13240872 16249222 2 221.27 2012 TW I 16240479 17171440 1 446.75 TW II 17898533 19832142 1 386.81 TW III 22825778 25955925 1 295.55 TW IV 28272273 32776513 2 234.05 2013 TW I 30066174 31585796 1 353.09 TW II 30277195 33313586 1 334.78 TW III 31339470 35895034 1 310.70 TW IV 32235700 38344177 1 290.86 2014 TW I 32882648 34554466 1 343.25 TW II 33137829 36411451 1 325.74 TW III 34212056 39183639 1 302.70 TW IV 31553538 38246623 1 310.11
38
Lampiran 3 Penilaian manajemen piutang perusahaan pembiayaan yang terdaftar di BEI Perusahaan Tahun Piutang Pendapatan RTO ACP Pembiayaan Batavia 2010 259184 333664 1.29 279.6413 2011 416968 492299 1.18 304.9132 2012 466060 568196 1.22 295.2882 2013 697194 840182 1.21 298.7327 2014 716767 871854 1.22 295.9625 BFI 2010 3318145 4048507 1.22 295.055 2011 4750569 5749819 1.21 297.4363 2012 5940184 7207037 1.21 296.7192 2013 7239486 8744955 1.21 298.025 2014 5479346 7263638 1.33 271.567 Buana 2010 1488449 1731626 1.16 309.4442 2011 2768791 3151697 1.14 316.2629 2012 3353153 3910540 1.17 308.6876 2013 3583600 4170729 1.16 309.3215 2014 3347259 3908584 1.17 308.2992 Clipan 2010 2035120 2329224 1.14 314.5439 2011 3423690 3922255 1.15 314.2397 2012 3307756 3893064 1.18 305.8753 2013 3667318 4214524 1.15 313.2583 2014 4584085 5203649 1.14 317.1372 Danasupra 2010 20247 22901 1.13 318.2796 2011 18379 20918 1.14 316.3037 2012 18383 20750 1.13 318.934 2013 19945 22432 1.12 320.0874 2014 22215 24977 1.12 320.1906 Mandala 2010 2857548 3700936 1.30 277.9614 2011 3497049 4664854 1.33 269.8772 2012 3744786 5022724 1.34 268.4047 2013 3587134 4984167 1.39 259.0941 2014 4431350 5969514 1.35 267.2388 Trust 2010 242012 287946 1.19 302.5717 2011 381841 443805 1.16 309.7368 2012 403731 476174 1.18 305.2312 2013 316752 372041 1.17 306.5004 2014 242113 279189 1.15 312.1924 Verena 2010 841325 984217 1.17 307.734 2011 1254110 1461810 1.17 308.8497 2012 1679402 1951916 1.16 309.7391 2013 1893603 2207515 1.17 308.8075 2014 1978657 2310376 1.17 308.3119
39
Lanjutan Lampiran 3 Perusahaan Tahun Pembiayaan Wahana 2010 2011 2012 2013 Adira 2010 2011 2012 2013 2014
Piutang 3162620 3261620 2804079 3378921 6543826 13240872 28 272 273 32 235 700 31 553 538
Pendapatan 3716943 4006567 3602620 4180409 8662714 16249222 32 776 513 38 344 177 38 246 623
RTO 1.18 1.23 1.28 1.24 2 2 2 1 1
ACP 306.3117 293.0647 280.204 290.9791 179,67 221,27 234,05 290,86 310,11
40 40
Lampiran 4 Perhitungan rasio profitabilitas ADMF 2010-2014 Penjualan Laba Laba Total Tahun pendapatan bersih Operasi Aset 2010 TW I 3349410 332711 444522 4664752 TW II 4659163 710617 921596 4644203 TW III 5791706 1083497 1419889 5138909 TW IV 8662714 1467906 1931723 7599615 2011 TW I 7474254 387644 516950 9176522 TW II 10697639 741330 988967 10918413 TW III 12822710 1234031 1646383 12588361 TW IV 16249222 1583321 2111539 16889452 2012 TW I 17171440 362351 484181 18786561 TW II 19832142 751941 1002238 20816279 TW III 25955925 1121799 1706022 25817433 TW IV 32776513 1465231 2430825 31581299 2013 TW I 31585796 386731 625388 32549608 TW II 33313586 839750 1324175 32523481 TW III 35895034 1352667 2079962 33392945 TW IV 38344177 1835330 2857458 34754360 2014 TW I 34554466 458028 714346 34859024 TW II 36411451 648903 1022493 34840711 TW III 39183639 860178 1384854 36299751 TW IV 38246623 1044154 1126567 33503289
Total Ekuitas 2985114 3037470 3410350 3794759 4182403 3581949 4071790 4421369 4781932 4381405 4746268 5082360 5474325 5248449 5729263 6196704 6622973 4170557 4300823 4494277
PMS
ROA
BEP
ROE
9.93 15.25 18.71 16.95 5.19 6.93 9.62 9.74 2.11 3.79 4.32 4.47 1.22 2.52 3.77 4.79 1.33 1.78 2.20 2.73
7.13 15.30 21.08 19.32 4.22 6.79 9.80 9.37 1.93 3.61 4.35 4.64 1.19 2.58 4.05 5.28 1.31 1.86 2.37 3.12
9.53 19.84 27.63 25.42 5.63 9.06 13.08 12.50 2.58 4.81 6.61 7.70 1.92 4.07 6.23 8.22 2.05 2.93 3.82 3.36
11.15 23.40 31.77 38.68 9.27 20.70 30.31 35.81 7.58 17.16 23.64 28.83 7.06 16.00 23.61 29.62 6.92 15.56 20.00 23.23
41
Lampiran 5 Hasil persamaan regresi Independen RTO ACP C AR(1) R-squared Adjusted Rsquared F-statistic Prob(F-statistic) Durbin-Watson stat
ROE Coefficient Prob. 21.07199 0.1722* -0.04569 0.3311* 16,1806 0.5747* 0,7557
Dependen Variabel ROA PMS Coefficient Prob. Coefficient Prob. -6,6391 0.1889* -5.3559 0.1434* -0,0644 0.0042* -0.05607 0.0014* 29,582 0.0376* 0.8964 0.0177* 0,8971 0.0000* 0.8964 0.0000* 0.8813 0.930
BEP Coefficient Prob. -8,091 0,2076* -0,0838 0,0036* 37,456 0.045* 0.9005 0.0000* 0.883
0,7270
0.8575
0.916
0.859
26,305 0.000
37,123 0.000
66,636 0.000
37,829 0.000
1,590
1,495
1,736
1,699
Sumber: Data diolah (2015);*) significant pada alpha 5% karena nilai Prob
42
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 01 September 1991. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Rus Supardi dan Ibu Syarifah Soraya. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Polisi 5 Kota Bogor, Jawa Barat pada tahun 1997 sampai 2003, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor pada tahun 2003 sampai dengan 2006. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor dari tahun 2006 sampai 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur Tes Seleksi Masuk IPB pada program keahlian Ekowisata. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Wana Wisata Tanjung Papuma Kabupaten Jember Jawa Timur pada tahun 2012 dan memperoleh gelar Ahli Madya atau Amd pada tahun 2012. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013. Penulis juga aktif dalam berbagai organisasi. Adapun organisasi terakhir yang diikuti oleh penulis yaitu Executive of Management (EXOM).