PENGARUH LIMBAH BAJA (SLAG) TERHADAP KANDUNGAN LOGAM Fe, Cr, Cu, DAN Zn DALAM DAGING UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)
Rr. NIKEN AMBARSARI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Kandungan Logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam Daging Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)” adalah benar merupakan karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Rr. Niken Ambarsari NIM C24090011
ABSTRAK Rr. NIKEN AMBARSARI. Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Kandungan Logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam Daging Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO dan MAJARIANA KRISANTI. Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi yang dihasilkan oleh industri peleburan baja yang secara fisik menyerupai agregat kasar. Seperti produk samping industri lain, slag sebenarnya memiliki banyak manfaat dan jarang menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh limbah baja (slag) terhadap kandungan logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dipaparkan pada slag serta keterkaitannya dengan parameter kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam Fe, Cu, dan Zn selama percobaan mengalami perubahan. Kandungan logam Cr yang terdapat dalam daging udang vaname maupun yang terdapat dalam air media pemeliharaan udang vaname tidak dapat terdeteksi karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0,001 mg/kg. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kandungan logam berat Fe, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname tidak dipengaruhi oleh sedimen slag yang dipaparkan. Kata kunci: Logam (Fe, Cr, Cu dan Zn), Slag, dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
ABSTRACT Rr. NIKEN AMBARSARI. The Impact of Steel Waste (Slag) on The Metals Content Fe, Cr, Cu, and Zn in Vaname Shrimp (Litopenaeus vannamei) Flesh. Supervised by YUSLI WARDIATNO and MAJARIANA KRISANTI. Slag is a result of blast furnace combustion residues generated by the steel smelting industry that physically resemble coarse aggregate. Like other industrial by products, slag actually has many benefits and rarely become waste. This research aims to prove the influence of steel waste (slag) against the metals content of Fe, Cr, Cu, and Zn in the flesh of the shrimp vaname (Litopenaeus vannamei) contained in slag and dependencies with the parameters of water quality. The results showed that the metal content of Fe, Cu, and Zn during the experiment underwent a change. The metal content of Cr contained in body and vaname shrimp in water media vaname shrimp cannot be detected because the numbers were less than the detection limit (minimum concentration which can be read by the tool) was 0.001 mg/kg. The results of statistical tests show that the heavy metal content of Fe, Cu, and Zn in vaname shrimp body is not affected by sediments of slag. Key words: Metals (Fe, Cr, Cu and Zn), Slag, and Vaname Shrimp (Litopenaeus vannamei)
PENGARUH LIMBAH BAJA (SLAG) TERHADAP KANDUNGAN LOGAM Fe, Cr, Cu, DAN Zn DALAM DAGING UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)
Rr. NIKEN AMBARSARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Kandungan Logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam Daging Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Nama : Rr. NikenAmbarsari NIM : C24090011 Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan
Disetujui oleh
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Pembimbing I
Dr Majariana Krisanti, SPi MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 21 Juni 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Kandungan Logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam Daging Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc dan Dr Majariana Krisanti, SPi MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta kesempatan kepada penulis untuk mengikuti penelitian slag. 2. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan serta bantuannya serta Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis. 3. Dr Ir Ario Damar, MSc dan PKSPL-IPB yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti penelitian slag. 4. Dr Fredinan Yulianda, MSc selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. 5. Keluarga (ibu, bapak, dan kakak) atas doa, kasih sayang, dan motivasinya. 6. Teman satu team penelitian slag (Gilang, Asyanto, dan Tyas) serta kakakkakak MSP 44 (Kak Dede, Kak Reza, Kak August, dan Kak Arif) yang telah membantu selama penelitian dan seluruh teman-teman MSP 46. 7. Muchamad Gufron yang memberikan semangat, arahan, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, 27 Juni 2013
Rr. Niken Ambarsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... PENDAHULUAN ............................................................................... Latar Belakang .......................................................................... Rumusan Masalah .................................................................... Tujuan ...................................................................................... Manfaat ....................................................................................
vi vi vi 1 1 2 2 2
METODE ........................................................................................... Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... Alat dan Bahan ......................................................................... Metode Penelitian ..................................................................... Persiapan ...................................................................... Pelaksanaan .................................................................. Analisis Data ............................................................................ Analisis Deskriptif ......................................................... Pertumbuhan ................................................................. Efek Pemaparan Sedimen terhadap Kandungan Logam pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ...............
3 3 3 3 3 3 5 5 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... Hasil ............................................................................................ Kandungan Logam Berat Fe, Cr, Cu, dan Zn ................. Kondisi Media Percobaan ............................................. Kualitas Air Harian ............................................. Total Amonia (NH3-N) ....................................... Pertumbuhan Udang Vaname ........................................ Biomassa (gram) ................................................. Pertumbuhan Mutlak (gram) ............................... Laju Pertumbuhan Relatif (%) dan Laju Pertumbuhan Spesifik (% perhari) ....................... Pembahasan ..............................................................................
7 7 7 11 11 12 13 13 14
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... Kesimpulan .............................................................................. Saran ........................................................................................
20 20 20
PERSANTUNAN ............................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN .......................................................................................
20 20 25
7
14 15
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7
Alat dan metode yang digunakan dalam analisis kualitas air dan logam berat pada udang .................................................................................... Perbandingan komposisi sedimen ........................................................... Nilai baku mutu kualitas air .................................................................... Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh udang ........................ Pertumbuhan mutlak udang vaname selama percobaan ........................... Laju pertumbuhan relatif udang vaname selama percobaan .................... Laju pertumbuhan spesifik (SGR) udang vaname selama percobaan .......
4 5 6 6 14 15 15
DAFTAR GAMBAR
1 2 3
4
5
6 7
8
Skema perumusan masalah ..................................................................... Desain penelitian .................................................................................... Kandungan logam Fe dalam (a) daging udang vaname dan (b) air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%) ....................................................................................... Kandungan logam Cu dalam (a) daging udang vaname dan (b) air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%) ....................................................................................... Kandungan logam Zn dalam (a) daging udang vaname dan (b) air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%) ....................................................................................... Kondisi parameter kualitas air (DO, suhu, pH, dan salinitas) harian media pemeliharaan udang vaname selama pengamatan ......................... Kandungan total amonia pada air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%) ...................................... Rataan perubahan bobot udang vaname selama percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%) ......................................
2 5
8
9
10 12
13
14
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian .................................. 26 Kondisi kualitas air pada pengamatan setiap tiga jam (a) 26-28 Maret 2012, (b) 9-11 April 2012, dan (c) 23-25 April 2012.. .............................. 27 Bobot udang vaname pada awal dan akhir masa penelitian ..................... 31
4
Uji F perlakuan sedimen terhadap kandungan logam pada udang vaname .. ...............................................................................................
33
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi yang dihasilkan oleh industri peleburan baja yang secara fisik menyerupai agregat kasar. Seperti produk samping industri lain, slag sebenarnya memiliki banyak manfaat dan jarang menjadi limbah. Slag baja dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti agregat kasar dalam beton (Vena dan Zuni 2006; Shofianto dan Sutrisno 2007). Hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa kuat tekan beton slag meningkat seiring dengan penambahan prosentase limbah padat (slag) dalam beton. Selain itu, slag dapat digunakan untuk material jalan sebagai pondasi, stabilisasi tanah, pertanian, dan sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa slag dapat dimanfaatkan kembali dengan tetap memperhatikan lingkungan (Ajie dan Rike 2008). Slag sudah banyak dimanfaatkan industri di luar negeri untuk berbagai keperluan. Salah satu yang paling umum adalah sebagai konstituen dari beton dan semen. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999, penggunaan slag di Indonesia masih dilarang karena slag termasuk golongan limbah yang berbahaya dan beracun atau biasa disebut dengan B3 (bahan beracun berbahaya). Logam berat yang terkandung pada limbah baja (slag) dikhawatirkan akan terlepas ke lingkungan perairan dan membahayakan kehidupan biota akuatik sehingga diperlukan penelitian dalam skala laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat pada biota dan hubungannya terhadap jumlah sedimen slag yang dipaparkan. Organisme akuatik laut yang digunakan dalam penelitian ini adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Udang vaname dipilih sebagai hewan uji karena hewan ini merupakan organisme akuatik yang hidup di laut dan mempunyai nilai ekonomis penting. Udang vaname merupakan jenis udang yang banyak dijual, dibudidayakan, dan dikonsumsi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Udang termasuk salah satu komoditas ekspor penting Indonesia. Ekspor udang menduduki rangking ke-6 terbesar dari semua komoditas ekspor Indonesia (Rusmiyati 2012). Pengaruh slag terhadap udang vaname belum diketahui lebih lanjut. Mengingat manfaat slag yang besar sebagai bahan bangunan, termasuk bahan bangunan lepas pantai, terumbu buatan, dan bahan pemecah gelombang, maka perlu dilakukan uji coba lebih lanjut mengenai dampak slag terhadap perairan laut dan terhadap organisme akuatik laut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu adanya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh slag terhadap udang vaname (Litopenaeus vannamei) dalam skala laboratorium. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai dampak slag terhadap kandungan logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada skala laboratorium. Adanya informasi tersebut dapat digunakan sebagai gambaran agar dapat dilakukan langkah berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lapang (laut) mengenai pengaruh slag terhadap organisme akuatik laut.
2
Rumusan Masalah Slag mempunyai manfaat yang besar, namun penggunaan slag di Indonesia masih dilarang. Pengaruh slag terhadap organisme akuatik belum banyak diteliti. Untuk mengetahui pengaruh slag terhadap udang vaname dilakukan aplikasi udang dengan slag sebagai substrat. Slag pada substrat akan berinteraksi dengan media air aplikasi. Pada awal dan akhir aplikasi kandungan logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam udang dianalisis . Skema perumusan masalah penelitian ini disampaikan pada Gambar 1.
Slag
Kualitas air: suhu, salinitas, DO, pH
Kandungan logam dalam daging udang vaname
Pengaruh slag terhadap udang vaname
? Udang vaname
Gambar 1 Skema perumusan masalah
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh limbah baja (slag) terhadap kandungan logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dipaparkan pada slag serta keterkaitannya dengan parameter kualitas air.
Manfaat Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak slag terhadap udang vaname (Litopenaeus vannamei) dalam skala laboratorium. Adanya informasi tersebut sebagai gambaran agar dapat dilakukan langkah berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lapang (laut) mengenai pengaruh slag terhadap organisme akuatik laut.
3
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret–7 Mei 2012, dimana kegiatan persiapan penelitian dilaksanakan pada tanggal 10-25 Maret 2012 dan kegiatan pemeliharaan biota dilakukan pada tanggal 26 Maret–7 Mei 2012. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium pada Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan logam berat dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama penelitian adalah kabel listrik, aerator, pHmeter, DO-meter, refraktometer, timbangan digital, dan pompa udara (Lampiran 1). Bahan yang digunakan berupa akuarium ukuran 60 cm x 30 cm x 30cm berjumlah 18 buah, data sheet, udang vaname, air laut, sedimen pasir, slag, dan pelet udang (Lampiran 1). Alat dan metode yang digunakan dalam analisis parametar kualitas air dan logam berat pada udang dapat dilihat pada Tabel 1.
Metode Penelitian Persiapan Sampel udang vaname yang digunakan dalam penelitian diambil dari perairan tambak di Lampung dengan ukuran yang relatif sama. Wadah yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu akuarium sebanyak 18 buah yang terdiri dari 6 perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Perbedaan perlakuan terletak pada jumlah limbah baja yang digunakan sebagai sedimen (Tabel 2). Setiap akuarium diisi 27 L air. Masing-masing akuarium berisi 10 ekor juvenil udang vaname dengan bobot rata-rata 3.69-4.60 gram. Udang vaname tersebut berasal dari tambak udang di Lampung yang bernama Central Pertiwi Bahari (CPB). Limbah baja (slag) dan pasir digunakan sebagai sedimen dalam akuarium. Setiap akuarium diberi label A-F (Tabel 2) untuk menandakan perlakuan konsentrasi slag yang berbeda. Sedimen yang digunakan dalam akuarium setinggi 1 cm dan air yang digunakan setinggi 15 cm. Suplai oksigen dalam akuarium ditunjang melalui aerator. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan meliputi pengukuran kualitas air, logam berat, dan bobot udang vaname. Parameter kualitas air harian yang diukur meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan salinitas. Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dan pengukuran simultan per 3 jam selama 48 jam setiap 2 minggu
4
(Lampiran 2). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan menjaga kondisi kualitas air agar tetap stabil. Pengukuran bobot udang vaname (Lampiran 3), logam berat pada daging dan air, serta pengukuran amonia dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Logam berat yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi besi (Fe), kromium, (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Analisis kandungan logam berat dalam daging udang vaname dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) atau spektrofotometer serapan atom. Tabel 1 Alat dan metode yang digunakan dalam analisis kualitas air dan logam berat pada udang Parameter
Satuan
Metode
Alat ukur
a. Fisika 1. Suhu
o
C
-
DO meter (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1 mg/L)
b. Kimia 1. pH
-
-
ppt (‰)
-
3. DO
mg/L
-
4. Amonia (NH3) 5. Besi (Fe)
mg/L mg/L
6. Kromium (Cr)
mg/L
7. Tembaga (Cu)
mg/L
8. Seng (Zn)
mg/L
Phenate XRD APHA,ed 21,2005,3110 APHA,ed 21,2005,3110 APHA,ed 21,2005,3110
2. Salinitas
pH meter (pH-208) Refraktometer (Atago S/mill-e(0-100‰)) DO meter (LUTRON DO-5510 ketelitian 0,1 mg/L) Spektrofotometer Spektrofotometer AAS* AAS* AAS*
c. Biologi 1. Biomassa udang
gram
Pengamatan berkala
Timbangan digital (ADAM pw 254 ketelitian 0,0001 g)
*Sumber: Eaton et al. 2005
Kondisi perairan pada media percobaan dipertahankan pada kisaran suhu 24-27oC dengan kandungan oksigen terlarut (DO) diatas 5 mg/L, pH berkisar antara 7.0-8.3 dan salinitas antara 29-34 ppt. Untuk menjaga kestabilan salinitas akibat penguapan, dilakukan peremajaan air setiap dua hari sekali dengan mengganti dua gayung air akuarium dengan air media stok. Pergantian air ini juga untuk menjaga kebersihan media percobaan. Selain itu dilakukan penggantian air (sifonasi) jika kualitas air yang digunakan sebagai media
5
pemeliharaan sudah cukup buruk. Setiap hari udang vaname diberi pakan berupa pakan buatan dengan intensitas pemberian 2-3 kali per hari. Tabel 2 Perbandingan komposisi sedimen Seri akuarium A B C D E F
% Slag
% Pasir
Bobot % slag (gr)
Bobot % pasir (gr)
100 80 60 40 20 0
0 20 40 60 80 100
4294 3435.2 2576.4 1717.6 858.8 0
0 552.8 1105.6 1658.4 2211.2 2764
Gambar 2 Desain penelitian
Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menunjukkan kandungan logam berat pada udang vaname yaitu membandingkannya dengan baku mutu perairan laut untuk biota akuatik (Tabel 3). Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut dan baku mutu kandungan maksimum logam berat dalam tubuh udang pada SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 mengenai batas maksimum cemaran logam dalam produk pangan serta beberapa sumber lainnya (Tabel 4).
6
Tabel 3 Nilai baku mutu kualitas air Parameter Nilai baku mutu Suhu (oC) Alami pH 7-8.5 Salinitas (ppt) Alami Oksigen terlarut (mg/L) >5 Amonia (mg/L) 0.3
Sumber Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
Tabel 4 Nilai baku mutu logam berat dalam air dan tubuh udang Jenis logam berat
Baku mutu dalam air
Baku mutu dalam udang
Tembaga (Cu)
0.008 mg/La
20 mg/kgb
Besi (Fe)
0.010 mg/Lc
2.0 mg/kge
Kromium (Cr)
0.005 mg/La
0.4 mg/kgd
Seng (Zn) 0.050 mg/La 0.2 mg/kgb Sumber: a = Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 b = SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989 c = McNeely et al. (1979) in Effendi (2003) d = Darmono (2001) e = Keputusan Direktorat Departemen Gizi RI tahun 1967
Pertumbuhan Pertumbuhan udang yang dianalisis dalam penelitian ini adalah pertumbuhan mutlak (Affandi dan Tang 2002). Pertumbuhan mutlak dihitung untuk mengetahui pertumbuhan udang selama waktu pemeliharaan. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan pertumbuhan mutlak biota. W = Wt – W0 Keterangan : W = Pertumbuhan mutlak (gr) Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gr) W0 = Bobot biomassa pada awal penelitian (gr).
Selain pertumbuhan mutlak, pertumbuhan relatif udang juga perlu diketahui. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan laju pertumbuhan relatif udang (Affandi dan Tang 2002).
Keterangan : RG = Pertumbuhan relatif(%) W t= Bobot udang uji pada akhir percobaan (gr) W0 = Bobot udang uji pada awal penelitian (gr).
Parameter pertumbuhan yang dianalisis berikutnya adalah laju pertumbuhan spesifik (SGR). Berikut merupakan persamaan untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik udang (Affandi dan Tang 2002).
7
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari) Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gr) W0 = Bobot biomassa pada awal penelitian (gr) t1 = Waktu akhir penelitian (hari) t0 = Waktu awal penelitian (hari).
Efek Pemaparan Sedimen Terhadap Kandungan Logam pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Model yang digunakan dalam penelitian eksperimental ini adalah rancangan kelompok (RK) dan dilakukan uji F (ANOVA). Hasil uji F (ANOVA), jika Ftabel > Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah terima H0 yang berarti tidak ada satu pun perlakuan dan kelompok yang memberikan perbedaan nyata terhadap kandungan logam berat pada udang vaname. Sebaliknya, jika Ftabel< Fhitung maka keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 yang berarti sedikitnya ada satu perlakuan dan kelompok yang mempengaruhi kandungan logam berat pada udang vaname sehingga perlu dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT). Uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh nyata pada setiap perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kandungan Logam Berat Fe, Cr, Cu dan Zn Logam berat adalah unsur-unsur dengan bobot jenis lebih besar dari 5 3 g/cm , terletak di sudut kanan bawah pada sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 hingga 7. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dan enzim sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif (Baird 1995). Logam pada limbah baja (slag) yang termasuk dalam logam berat diantaranya besi (Fe), kromium (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Selama percobaan pemaparan udang vaname pada sedimen limbah baja hanya udang vaname perlakuan A, D, E, dan F yang mampu bertahan hidup hingga akhir masa pemeliharaan (selama 43 hari), sedangkan udang vaname yang terdapat pada perlakuan B dan C tidak mampu bertahan hidup hingga akhir penelitian sehingga kandungan logam berat baik dalam air maupun daging udang, kadar amonia, dan perhitungan pertumbuhan yang dapat dianalisis hanya perlakuan A, D, E, dan F. Logam berat yang dianalisis dalam penelitian ini ada empat, yaitu besi (Fe), kromium (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Logam Fe (Gambar 3) pada daging udang menunjukkan hasil yang tidak sama antar perlakuan. Kandungan logam Fe dalam daging udang vaname cenderung meningkat terhadap lamanya pemaparan. Kandungan logam Fe pada perlakuan D pada akhir percobaan menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yakni sebesar 6388.56 mg/kg. Hasil uji
8
statistik logam Fe pada perlakuan A, D, E, dan F selama 6 minggu (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan jumlah sedimen slag tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging udang vaname (p>0.05). Kandungan logam Fe dalam air baku tidak dapat diketahui karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0,029 mg/. Kandungan logam Fe dalam air yang digunakan sebagai media percobaan pada perlakuan E selama percobaan pun tidak dapat diketahui karena jumlahnya kurang dari deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat). (a)
(b)
Gambar 3 Kandungan logam Fe dalam (a) daging udang vaname dan (b) air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan; F: pasir 100%)
9
Kandungan logam Fe dalam air yang paling tinggi terdapat pada perlakuan A. Kandungan logam Fe dalam air yang digunakan sebagai media percobaan jumlahnya cenderung meningkat seiring lamanya waktu percobaan, namun pada perlakuan F kandungan logam Fe dalam air semakin berkurang pada akhir percobaan. Kandungan logam Cr dalam daging udang vaname tidak dapat terdeteksi karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0,001 mg/kg. Kandungan logam Cr dalam air yang digunakan sebagai media pemeliharaan udang vaname pun tidak dapat (a)
(b)
Gambar 4 Kandungan logam Cu dalam (a) daging udang vaname dan (b) air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20%; dan F: pasir 100%)
10
terdeteksi karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni <0,001 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Cr baik dalam daging udang vaname maupun dalam air yang digunakan sebagai media percobaan sangat sedikit. (a)
(b)
Gambar 5 Kandungan logam Zn dalam (a) daging udang vaname dan (b) media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)
Logam Cu dalam daging udang vaname (Gambar 4) menunjukkan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan selama pemaparan. Kandungan logam Cu dalam daging udang vaname yang tertinggi terdapat pada perlakuan D. Kandungan logam Cu dalam daging udang vaname semakin lama semakin besar jumlahnya, namun pada perlakuan A tidak menunjukkan hasil yang demikian. Kandungan logam Cu dalam daging udang vaname pada perlakuan A di akhir
11
masa percobaan lebih kecil daripada di awal percobaan. Hasil uji statistik logam Cu pada perlakuan A, D, E, dan F selama 6 minggu (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Cu dalam daging udang (p>0.05). Kandungan logam Cu dalam air yang digunakan sebagai media pemeliharaan udang vaname pada awal pemaparan (tiga hari pemaparan) tidak dapat diketahui karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0.005 mg/L. Kandungan logam Cu dalam air pada akhir masa percobaan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan D. Kandungan logam Cu dalam air pada akhir masa percobaaan lebih tinggi dibandingkan kandungan logam Cu yang terdapat dalam air baku. Logam Zn (Gambar 5) dalam daging udang vaname pada masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda dengan kandungan logam Zn tertinggi terdapat pada perlakuan E, yakni sebesar 170.74 mg/kg. Kandungan logam Zn dalam daging udang vaname pada perlakuan D dan E mengalami peningkatan selama dilakukannya penelitian. Sebaliknya, hal yang berbeda terdapat pada perlakuan A dan F yang menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dalam daging udang vaname pada akhir masa percobaan lebih kecil dibandingkan pada awal percobaan. Hasil uji statistik logam Zn pada perlakuan A, D, E, dan F selama pemaparan 6 minggu (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Zn dalam daging udang vaname (p>0.05). Kandungan logam Zn dalam air yang digunakan sebagai media percobaan baik pada awal maupun akhir masa percobaan jumlahnya lebih kecil daripada logam Zn yang terdapat pada air baku. Kandungan logam Zn dalam air semakin meningkat seiring lamanya masa pemaparan dengan kandungan logam Zn dalam air tertinggi terdapat pada perlakuan A.
Kondisi Media Percobaan Kualitas Air Harian Kualitas air harian media percobaan (Gambar 6) diukur untuk menjaga kestabilan beberapa parameter agar udang vaname dapat bertahan lama. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai parameter-parameter kualitas air tersebut masih dalam kisaran yang sama dan sesuai untuk udang vaname agar dapat tumbuh optimum. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perbandingan antara nilai parameter kualitas air harian udang vaname dengan baku mutu. Nilai pH berada pada kisaran 7-8.5, oksigen terlarut >5 mg/L, salinitas antara 30-34 ppt dan temperatur pada kisaran 24-26oC. Kisaran nilai parameter-parameter kualitas air tersebut juga sama dengan kisaran nilai pada pengukuran secara simultan pertiga jam (Lampiran 2). Dalam pemeliharaan udang yang terpenting adalah tidak terjadi fluktuasi harian salinitas yang besar pada media pemeliharaan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari stress pada udang (DKP 2007). Respirasi Litopenaeus stylirostris (Spanopoulos-Hernandez et al. 2005) dan Penaeus chinensis (Chen dan Nan 1993) meningkat seiring dengan adanya peningkatan suhu perairan. Adanya peningkatan respirasi yang berlebihan tentu berakibat tidak baik bagi udang.
12
DO (mg.L-1)
B
A
7,5
C
E
D
F
7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 27
Suhu (oC)
26 25 24 23 22 21 20 9,0 8,5
pH
8,0 7,5 7,0 6,5
Salinitas (ppt)
6,0 36 34 32 30 28 26 1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Ulangan ke Gambar 6 Kondisi parameter kualitas air (DO, suhu, pH, dan salinitas) harian media pemeliharaan udang vaname selama pengamatan
Total Amonia (NH3-N) Amonia merupakan nitrogen hasil ekskresi utama yang dihasilkan oleh sebagian besar organisme akuatik termasuk crustacea (Forster dan Goldstein 1969 in Bower dan Holm-Hansen 1980) dan merupakan hasil dari proses amonifikasi bahan organik pada sistem perairan (Chen et al. 1990). Nilai total amonia dalam air pada akhir percobaan yang terdapat pada perlakuan B dan C tidak diketahui karena udang yang terdapat pada perlakuan B dan C tidak dapat bertahan hidup
13
Gambar 7 Kandungan total amonia pada air sebagai media percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)
hingga akhir masa percobaan. Hasil pengukuran kandungan total amonia pada air media percobaan (Gambar 7) menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap perlakuan. Pada perlakuan A, D, dan E nilai total amonia pada air yang digunakan sebagai media percobaan cenderung mengalami penurunan selama pemaparan dibandingkan dengan sebelum pemaparan. Nilai total amonia pada akhir percobaan pada perlakuan A, D, dan E bahkan kurang dari nilai total amonia yang terkandung dalam air laut baku. Hal berbeda terjadi pada perlakuan F yang menunjukkan nilai total amonia pada media percobaan meningkat seiring dengan lamanya waktu pemaparan. Peningkatan kadar total amonia dalam media percobaan diduga berasal dari sisa pakan dan kotoran yang dihasilkan oleh udang vaname. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar DO, serta peningkatan suhu dan pH (Novotny dan Olem 1994 in Effendi 2003).
PertumbuhanUdang Vaname Biomassa (gram) Perubahan bobot rata-rata udang selama percobaan dapat dilihat dari perbedaan bobot awal dan akhir percobaan. Hasil rataan biomassa udang vaname dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8. Bobot udang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Perubahan bobot terbesar terdapat pada perlakuan D, yakni dari bobot rata-rata awal 3.9887 gram menjadi 10.4000 gram. Perubahan bobot udang terendah terdapat pada perlakuan A, yakni dari bobot rata-rata awal 4.4667 gram menjadi 5.0918 gram.
14
Pertumbuhan Mutlak (gram) Pertumbuhan mutlak merupakan selisih antara bobot basah udang pada akhir percobaan dengan awal percobaan. Pengukuran bobot basah udang vaname pada penelitian ini dilakukan di awal dan di akhir percobaan. Pertumbuhan mutlak udang vaname selama masa percobaan ditunjukkan pada Tabel 5. Percobaan ini dilakukan selama ±6 minggu (43 hari). Pertumbuhan mutlak udang vaname selama percobaan memiliki nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 0.6252-6.4113 gram. Pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada udang perlakuan D yakni senilai 6.4113 gram, sedangkan pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada udang vaname perlakuan A yakni sebesar 0.6252 gram.
Gambar 8 Rataan perubahan bobot udang vaname selama percobaan (A: sedimen slag 100%; B: sedimen slag 80%; C: sedimen slag 60%; D: sedimen slag 40%; E: sedimen slag 20% dan F: pasir 100%)
Tabel 5 Pertumbuhan mutlak udang vaname selama percobaan Bobot Awal Bobot Akhir Pertumbuhan Mutlak Perlakuan (Wo) (Wt) (gr) 4.4667 A 5.0918 0.6252 D 3.9887 10.4000 6.4113 E 4.2867 7.3500 3.0633 F 4.1163 6.3335 2.2172
Laju Pertumbuhan Relatif (%) dan Laju Pertumbuhan Spesifik (% perhari) Laju pertumbuhan relatif digunakan untuk mengetahui besarnya pertumbuhan bobot (%) udang vaname yang digunakan sebagai biota uji selama masa percobaan. Laju pertumbuhan spesifik (Specific Grow Rate/SGR) dihitung untuk mengetahui pertumbuhan bobot udang vaname perhari (% perhari) selama
15
percobaan dilakukan. Besarnya laju pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik udang vaname dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6 Laju pertumbuhan relatif udang vaname selama percobaan Bobot Awal Bobot Akhir Laju Pertumbuhan Relatif Perlakuan (Wo) (Wt) (%) 4.4667 A 5.0918 14 D 3.9887 10.4000 161 E 4.2867 7.3500 71 F 4.1163 6.3335 54
Tabel 7 Laju pertumbuhan spesifik (SGR) udang vaname selama percobaan Bobot Awal Bobot Akhir Laju Pertumbuhan Spesifik Perlakuan (Wo) (Wt) (% perhari) 4.4667 A 5.0918 0.3046 D 3.9887 10.4000 2.2287 E 4.2867 7.3500 1.2539 F 4.1163 6.3335 1.0021
Laju pertumbuhan relatif udang vaname selama masa penelitian besarnya berbeda pada tiap perlakuan dengan nilai yang berkisar antara 14%-161%. Laju pertumbuhan relatif udang vaname yang tertinggi terdapat pada perlakuan D yakni sebesar 161%, sedangkan laju pertumbuhan relatif udang vaname yang terendah terdapat pada perlakuan A yakni sebesar 14%. Nilai laju pertumbuhan relatif udang vaname pada perlakuan D yang besar tersebut selama masa percobaan menunjukkan bahwa udang vaname pada perlakuan D memiliki kondisi lingkungan yang paling sesuai bagi pertumbuhannya ataupun kondisi internalnya paling bagus dibanding dengan udang vaname pada perlakuan lain. Nilai SGR udang vaname selama percobaan pun besarnya tidak sama antar perlakuan. Nilai SGR yang paling tinggi terdapat pada udang perlakuan D, yakni sebesar 2.2287% perhari, sedangkan laju pertumbuhan relatif udang vaname yang terendah terdapat pada perlakuan A, yakni sebesar 0.3046% per hari. Pembahasan Slag adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses peleburan baja. Slag dapat digunakan sabagai campuran semen dan dapat juga sebagai pengganti agregat. Slag mengandung logam berat yang tinggi (sumber: PT. Inti General Yaja Steel, Semarang in Eka dan Budi 2009). Menurut Tossavainen (2005) dan Tossavainen et al. (2007) logam yang terkandung dalam slag antara lain Fe, Al, Ca, Mg, Mn, Si, Mo, Ni, K, Na, P, Ti, V, Cr, Cu, dan Zn. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia agregat slag terdiri dari SiO2 18.66 %; CaO 27.36%; MgO 4.6%, Al2O3 10.4%; Fe2O3 13.35% (ASA 2002 in Gunawan et al. 2011). Sementara dalam penelitian ini karakteristik slag yang digunakan merupakan jenis steelmaking slag yang memiliki komposisi Fe total 32.8%; CaO 26.5%; SiO 2 13.10%; Al2O3 4.34%; K2O 0.097%; Na2O 0.26%; MgO 5.71%; MnO 3.54%; Cu
16
0.004%; Zn 0.014%; Cr 0.048%; dan P2O5 2.11% (Damar et al. 2013). Logam berat yang terkandung dalam slag tersebut mempunyai sifat toksisitas yang berbeda-beda. Logam Cu dan Zn termasuk ke dalam logam berat yang bersifat toksik tinggi, Cr termasuk ke dalam logam berat yang bersifat toksik sedang, dan Fe termasuk ke dalam logam berat yang bersifat toksik rendah. Logam Fe (Effendi 2003), Cr (Vincent 2000), Cu (Sorrensen 1991), dan Zn (Slamet 1994 in Al-Harisi 2008) termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Logam-logam esensial ini berguna bagi organisme akuatik pada konsentrasi dan jumlah tertentu, namun dapat menjadi racun bagi organisme akuatik jika konsentrasinya berlebihan (Wepener et al. 2001) bahkan dapat menghambat pertumbuhan organisme (Bambang et al. 1995). Unsur esensial mempunyai kisaran konsentrasi optimal yang sempit untuk pertumbuhan dan reproduksi organisme, kelebihan maupun kekurangan unsur esensial dapat berbahaya bagi organisme (Pelgrom et al. 1994). Romeo et al. (1999) berpendapat bahwa masukan logam dari air yang terkontaminasi dan dari makanan ke dalam tubuh organisme akuatik berbedabeda, tergantung pada kebutuhan tubuh, metabolisme, dan konsentrasi bahan pencemar yang terdapat pada air, makanan, atau sedimen, serta berbagai faktor lainnya, yaitu salinitas, suhu, dan interaksi berbagai faktor. Witeska et al. (1995) menyatakan bahwa dari berbagai macam polutan yang mencemari badan perairan, polutan logam mempunyai peranan yang penting. Kegiatan antropogenik yang dapat menyebabkan masuknya logam ke lingkungan perairan adalah kegiatan domestik dan industri (Biney et al. 1994). Besi merupakan konstituen penting dari hemoglobin, sitokrom, dan komponen lain sistem enzim pernapasan. Besi memiliki fungsi untuk transportasi oksigen ke jaringan (hemoglobin) dan dalam mekanisme oksidasi seluler (Harjono et al. 1996). Menurut Darmono (1995), besi dalam tubuh makhluk hidup berasal dari tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), dari penyimpanan di dalam tubuh, dan hasil penyerapan pada saluran pencernaan. Dari ketiga sumber tersebut, Fe hasil hemolisis merupakan sumber utama. Berdasarkan hasil percobaan, kandungan logam Fe dalam daging udang selama pemaparan slag lebih tinggi dibanding sebelum pemaparan dan melebihi baku mutu dari Departemen Gizi tahun 1967 sebesar 2 mg/kg (Tabel 3). Namun, hasil uji statistik menunjukkan bahwa sedimen slag tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Fe dalam daging udang vaname (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Fe yang terdapat dalam daging udang vaname tidak disebabkan oleh akumulasi logam Fe yang dilepaskan sedimen slag ke media percobaan, tetapi kemungkinan sebagian besar logam Fe tersebut didapat dari hasil penyerapan pakan atau dari hasil hemolisis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Groft dan Gropper (1999) yang menyatakan bahwa zat besi dapat diabsorbsi oleh tubuh pada kondisi normal sekitar 15% dari makanan yang dikonsumsi. Winarno (2008) menyatakan banyaknya besi yang diserap sangat bergantung pada kebutuhan tubuh akan besi. Selain dari nutrisi pakan yang diberikan, besar kecilnya kandungan Fe dalam tubuh udang juga bervariasi bergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies (Beard et al. 1996 in Arifin et al. 2005). Berdasarkan hasil penelitian, kandungan logam Fe dalam air media percobaan lebih dari jumlah yang seharusnya terdapat dalam air laut, yakni <0.01 mg/L (McNeely et al.1979 in Effendi 2003). Hal ini dapat terjadi karena kandungan logam Fe dalam air pada awal pemaparan pun jumlahnya sudah tinggi dan melebihi baku
17
mutu sehingga kandungan logam Fe dalam air pada akhir percobaan semakin tinggi karena adanya pelepasan ion-ion logam Fe dari sedimen. Kromium adalah golongan mikromineral dan merupakan unsur logam dengan atom 24, bobot atom 51,99 dan bilangan oksidasi 2, 3, dan 6 (Godman 1986). Saat ini kromium telah diketahui sebagai nutrien esensial yang berfungsi dalam proses metabolisme karbohidrat, lipid, dan asam nukleat (Vincent 2000). McNeely et al. (1979) in Effendi (2003) menyatakan bahwa 50% total Cr dalam air laut berupa Cr3+ yang esensial bagi organisme. Kandungan logam Cr dalam daging udang vaname yang digunakan dalam percobaan tidak dapat terdeteksi karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0,001 mg/kg. Kandungan logam Cr dalam air yang digunakan sebagai media pemeliharaan udang vaname sebelum pemaparan dan setelah pemaparan pun tidak dapat dideteksi karena besarnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni <0,001 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Cr dalam daging udang dan dalam air yang digunakan sebagai media pemeliharaan sangat sedikit. Jumlah yang sangat sedikit tersebut dapat disebabkan karena sangat sedikitnya logam Cr yang dilepaskan sedimen slag ke air media percobaan ataupun tidak terdapatnya masukan logam Cr dari luar lingkungan pemeliharaan udang. Berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, nilai logam kromium yang terdapat pada air media percobaan masih dalam batas aman yakni <0.005 mg/L. Kandungan logam Cr dalam daging udang vaname pun masih dalam batas yang diperbolehkan, yakni <0.4 mg/kg (Darmono 2001). Tembaga merupakan logam berat esensial bagi makhluk hidup yang bermanfaat dalam pembentukan haemosianin sistem darah dan enzimatik hewan air (Darmono 1995). Sorrensen (1991) mengatakan bahwa tembaga adalah elemen esensial dan bagian dari sekitar 30 enzim glicoprotein. Total Cu yang terkandung dalam limbah baja sekitar 6.1 mg/kg dan <2-2.42 mg/kg (Tossavainen dan Forssberg 2000; Tossavainen et al. 2007) Logam Cu dalam slag mudah larut terutama dalam kondisi oksidasi. Terlepasnya Cu dari slag menjadi terlarut ke perairan terlihat dari hasil analisis kandungan Cu dalam air media percobaan pada akhir masa pemaparan dimana kandungan logam Cu mengalami peningkatan (Gambar 4b) dan berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 jumlah tersebut melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, yakni sebesar 0.008 mg/L (Tabel 4). Logam Cu dalam daging udang cenderung mengalami peningkatan selama percobaan, namun pada perlakuan A, dimana persentase sedimen slag-nya 100%, kandungan logam Cu dalam daging udang justru mengalami penurunan selama dilakukan pemaparan. Namun, jumlah penurunan tersebut tidak signifikan. Darmono (2001) menyebutkan Cu akan diregulasi dari tubuh organisme akuatik sehingga kandungannya dalam tubuh cenderung tetap. Kandungan Cu dalam daging udang telah melebihi batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989, yakni sebesar 20 mg/kg. Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan sedimen selama percobaan tidak mempengaruhi kandungan logam Cu dalam daging udang (p>0.05) sehingga logam Cu dalam daging udang kemungkinan besar bukan berasal dari akumulasi dari media percobaan, namun diperoleh dari makanan. Selain itu, tingginya kandungan Cu yang terdapat dalam daging udang dapat terjadi karena adanya Cu pada haemolymph udang, bukan berasal dari masuknya Cu dari perairan (Soegianto 2008). Richey dan Roseboom
18
(1978) menyatakan bahwa pH yang tinggi mengurangi jumlah tembaga terlarut. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian ini dimana pH cenderung tidak berpengaruh terhadap kelarutan Cu dalam air media percobaan. Hal ini dapat disebabkan karena pH air media percobaan relatif sama antar perlakuan. Zn diperlukan tubuh untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat menjadi racun (Slamet 1994 in Al-Harisi 2008). Perubahan kandungan logam Zn dalam tubuh organisme akuatik tergantung dari konsentrasi pemaparan, ukuran biota, kesadahan, lama pemaparan, dan tropik level (Sorrensen 1991). Hasil percobaan menunjukkan kandungan logam Zn cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding sebelum pemaparan (Gambar 7a). Penurunan ini kemungkinan disebabkan adanya mekanisme regulasi logam Zn pada tubuh udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widowati et al. (2008) yang menyatakan bahwa Zn tidak diakumulasi sesuai bertambahnya waktu paparan karena Zn dalam tubuh akan diatur oleh mekanisme homeostatik, sedangkan kelebihan Zn akan diabsorpsi dan disimpan dalam hati. Berdasarkan SK Dirjen POM No. 037/25/B/SKVII/1989, kandungan Zn dalam daging udang telah melebihi batas yang disarankan yakni sebesar 0.2 mg/kg, namun hasil uji statistik menunjukkan perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam dalam daging udang (p>0,05). Absorpsi Zn berlebih mampu menekan absorpsi Co dan Fe (Widowati et al. 2008). Kojadinovic et al. (2007) menyebutkan bahwa Zn berbanding terbalik dengan Fe. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dimana kandungan Zn dalam daging udang selama pemaparan cenderung menurun, sedangkan kandungan Fe dalam daging udang cenderung meningkat. Berdasarkan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, kandungan Zn dalam air media percobaan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan bagi biota laut, yakni senilai <0.05 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa Zn dalam media percobaan tidak berbahaya bagi organisme akuatik. Pertumbuhan udang vaname selama percobaan bervariasi antar perlakuan. Pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada udang perlakuan A, namun pertumbuhan yang paling cepat tidak terdapat pada udang perlakuan F. Hal tersebut dapat terjadi karena pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal saja, tetapi pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal organisme (Effendie 1997; Spanopoulos-Hernandez et al. 2005). Salinitas media percobaan pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya korelasi terhadap pertumbuhan udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bett dan Vinatea (2009); Bray et al. (1994); dan Samocha et al. (1998) yang menyatakan bahwa pengaruh salinitas air terhadap pertumbuhan udang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Kondisi kualitas perairan juga mempengaruhi akumulasi logam pada udang. Pada lingkungan perairan toksisitas logam dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain yaitu oksigen, kesadahan (Cairns dan Mount 1990; Ghillebaert et al. 1995), pH, dan temperatur (Cairns dan Mount 1990; Kotze et al. 1999). Kondisi kualitas air yang meliputi oksigen terlarut, salinitas, pH, dan temperatur selama percobaan dipertahankan pada kisaran yang sesuai dengan batas toleransi udang vaname hidup sehingga pengaruh dari parameter kualitas air tersebut terhadap udang vaname diasumsikan tidak ada. Connell dan Miller (1995) menyatakan bahwa secara umum, konsentrasi logam yang terakumulasi dalam tubuh biota semakin bertambah seiring dengan meningkatnya suhu. Hal ini terjadi karena laju metabolisme meningkat. Hasil penelitian Lemus dan Chung (1999)
19
membuktikan bahwa tembaga lebih beracun dalam suhu yang lebih tinggi. Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh suhu terhadap akumulasi logam berat dalam tubuh udang antar perlakuan. Hal ini disebabkan karena suhu media percobaan dalam penelitian ini cenderung sama pada tiap perlakuannya. pH mempengaruhi kandungan logam berat di suatu perairan (Kumar dan Hader 1999). Konsentrasi logam berat dalam udang di perairan asam lebih tinggi dibandingkan di perairan netral dan basa. Akumulasi Cu pada organisme akuatik lebih banyak pada pH rendah dan akumulasi logam akan berkurang pada salinitas yang tinggi (Jezierska dan Witeska 2006). Udang vaname dapat hidup pada perairan dengan kisaran salinitas antara 0.5-40 ppt (McGraw et al. 2002; Samocha et al. 1998). Kisaran tersebut sesuai dengan salinitas media percobaan udang vaname pada penelitian ini, yakni antara 30-34 ppt. Udang vaname lebih mampu bertahan hidup dan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 33-40 ppt (Ponce-Palafox et al. 1997). Wickins (1976) in Buckle et al. (2006) menyatakan bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas karena adanya pengaturan konsentrasi ion pada haemolymphnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar persentase slag yang dipaparkan, maka semakin sedikit kandungan amonia dalam air media percobaan. Jumlah amonia bebas yang bersifat toksik dalam perairan akan meningkat jika terjadi peningkatan pH dan suhu serta meningkat toksisitasnya terhadap biota jika terjadi penurunan DO, pH, dan salinitas (Effendi 2003). Hasil percobaan Lin dan Chen (2001) menunjukkan bahwa toksisitas amonia pada juvenil udang vaname meningkat antara 119-162% ketika terjadi penurunan salinitas dari 35 ppt-15 ppt. Kondisi pH, DO, dan salinitas air selama pemaparan cenderung stabil sehingga amonia bebas dalam media percobaan kemungkinan tidak menyebabkan kematian pada udang vaname. Slag yang diujikan dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kandungan logam Fe, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname. Beberapa hasil studi tentang slag menunjukkan bahwa slag tidak berbahaya. Hasil penelitian Aida (2013) menunjukkan bahwa pemaparan juvenil ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) terhadap slag menunjukkan tidak adanya kecenderungan korelasi antara perlakuan slag yang digunakan sebagai sedimen terhadap kandungan logam berat Fe, Cr, Cu, dan Zn pada ikan tersebut. Hasil penelitian Pramesthy (2013) mengenai pemaparan slag terhadap kerang hijau (Perna viridis) menunjukkan pada konsentrasi 20%, slag dapat meningkatkan laju pertumbuhan panjang dan tinggi kerang hijau, akan tetapi pada konsentrasi lebih dari 20%, slag dapat menghambat pertumbuhan. Tossavainen dan Forssberg (1999) menyebutkan laju pelepasan logam berat pada slag lebih rendah dibanding bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan jalan. Gomes et al. (2006) menyatakan bahwa pelepasan logam berat pada slag ke perairan tidak bersifat kontinu, tetapi intermiten. Dengan adanya hasil ini diharapkan slag dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan lepas pantai, terumbu buatan, bahan pemecah gelombang, ataupun bangunan lainnya.
20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kandungan logam Fe, Cu, dan Zn selama percobaan mengalami perubahan. Kandungan logam Cr yang terdapat dalam daging udang vaname maupun yang terdapat dalam air media pemeliharaan udang vaname tidak dapat terdeteksi karena jumlahnya kurang dari batas deteksi limit (konsentrasi minimum yang dapat dibaca oleh alat), yakni sebesar <0,001 mg/kg. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kandungan logam berat Fe, Cu, dan Zn dalam daging udang vaname tidak dipengaruhi oleh sedimen slag yang dipaparkan.
Saran Percobaan tentang pemaparan udang vaname pada slag ini merupakan penelitian yang masih bersifat baru dan hanya dilakukan di laboratorium sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dilakukan di laut mengenai pengaruh slag terhadap udang vaname.
PERSANTUNAN Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kerjasama Departemen MSP-FPIK-IPB dengan PKSPL-IPB yang dibiayai oleh perusahaan Rist Posco, Korea. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ario Damar, MSi, Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc, Dr Majariana Krisanti, SPi MSi, Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc, Inna Puspa Ayu, SPi MSi, Dr Kustiariyah Tarman SPi MSi, dan Ir Husnileili Yusran, MSi.
DAFTAR PUSTAKA Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: UNRI press. Aida GR. 2013. Kandungan Logam Berat Fe, Cu, Cr, dan Zn pada Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang Dipaparkan pada Limbah Baja (Slag). [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ajie P, Rike I. 2008. Penelitian Kualitas Beton Beragregat Halus dan Kasar Campuran Agregat Alam dan Slag (Studi Kasus PT. Inti General Yaja Steel, Semarang). [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Al-Harisi. 2008. Penetapan Kadar Zn dan Fe di dalam Tahu yang Dibungkus Plastik dan Daun yang Dijual di Pasar Kartasura dengan Menggunakan
21
Metode Pengaktifan Neutron. [terhubung berkala] http://www.google.com/. [11 Maret 2013]. Arifin Z, Andrat K, Subiyanto. 2005. Teknik Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) secara Sederhana. Jepara: BBPBAP Jepara, Departemen Kelautan dan Perikanan. Baird C. 1995. Environmental Chemistry. New York: W. H. Freeman and Company. 484 hlm. Bambang Y, Thuet P, Charmantier-Daures M, Trilles JP, Caharmantier G. 1995. Effect of copper on survival stages of the shrimp Penaeus japonicus Bate (Crustacea: Decapoda). Aquatic Toxicology. 33:125-139. Bett C, L Vinatea. 2009. Combined effect of body weight, temperature, and salinity on shrimp Litopenaeus vannamei oxygen consumption rate. Journal of Oceanography. 57:305-314. Biney C, Amazu AT, Calamari D, Kaba N, Mbome IL, Naeve H, Ochumba PBO, Osibanjo O, Radegonde V, Saad MAH. 1994. Review of heavy metals in the African aquatic environment. Ecotoxicology and Environmental Safety. 31:134-159. Bower CE, T Holm-Hansen. 1980. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 37:794-798. Bray WA, AL Lawrence, JR Leung-Trujillo. 1994. The effect of salinity on growth and survival of Penaeus vannamei, with observations on the interaction of IHHN virus and salinity. Aquaculture. 122:133-146. Buckle LF, B Baron, M Hernandez. 2006. Osmoregulatory capacity of the shrimp Litopenaeus vannamei at different temperatures and salinities, and optimal culture environment. Journal of Tropical Ecology. 54:745-753. Cairns J (Jr), Mount DI. 1990. Aquatic toxicology. Environmental Sciences and Technology. 24(2):154-160. Chen JC, FH Nan. 1993. Changes of oxygen consumption and ammonia-N excretion by Penaeus chinensis Osbeck at different temperature and salinity levels. Journal of Crustacean Biology. 13:706-712. Chen JC, PC Liu, SC Lei. 1990. Toxicity of ammonia nitrite to Penaeus monodon adolescent. Aquaculture. 89:127-137. Connell DW, GJ Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerjemah; Yanti Koestoer; Pendamping, Sahati. Jakarta: UI-press. 520 hlm. Damar A, Wardiatno Y, Kamal MM, Krisanti M, Tarman K, Ayu IP, Yusran H. 2013. Effect of Steelmaking Slag on Aquatic Biota. In Prep. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:UI-Press. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI. Jakarta:142-147. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2007. Penerapan Best Management Practices (BMP) pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Intensif. Jepara. Eaton AD, Lenore SC, Eugene WR, Arnold EG, Mary HF. 2005. Standart Methods for Examination of Water & Wastewater: Centennial Edition. 21st Edition. APHA, AWWA, WPCF. Washington DC (USA). Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
22
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Eka F, Budi N. 2009. Pengaruh Silica Fume pada Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Normal dan Beton Slag (Influence of Silica Fume Againts Compressive Strength and Tensile Strength at Normal Concrete and Slag Concrete). [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Ghillebaert F, Chailou C, Deschamps F, Roubaud P. 1995. Toxic effect at three pH levels of two references molecules on common carp embryo. Ecotoxicology and Environmental Safety. 32:19-28. Godman A. 1986. Longman Dictionary of Scientific Usage. Hongkong:Longman group Ltd. Gomes JFP, Pinto CG. 2006. Leaching of heavy metals from steelmaking slags. Revista De Metalurgia. 42(6):409-416. Groft JL, Gropper SS. 1999. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 3 Edition. Wadsworth. Gunawan G, Oantja DO, Nanny K. 2011. Pemanfaatan Slag Baja untuk Teknologi Jalan yang Ramah Lingkungan. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH, Santosos K, Setio M, Soenarno, Widianto G, Wijaya C, Winata I. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jezierska B, Witeska M. 2006. Metal uptake and accumulation in fish living polluted waters. Journal Soil and Water Pollution Monitoring, Protection and Remediation. 3-32. Keputusan Direktorat Departemen Gizi RI tahun 1967. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Kojadinovic J, Potier M, Le Corre M, Cosson RP, Bustamante P. 2007. Bioaccumulation of trace elements in pelagic fish from the Western Indian Ocean. Journal Environment Pollution. 146(2):548-566. Kotze P, Du Preez HH, Van Vuren JHC. 1999. Bioaccumulation of copper and zinc in Oreochromis mossambicus and Clarias gariepinus from the Olifants River, Mpumalanga, South Africa. Water South Africa. 25(1):99-110. Kumar HD, Hader DP. 1999. Global Aquatic and Atmospheric Environment. New York: Springer-Verlag. Lemus MJ, Chung KS. 1999. Effect of Temperature on Copper Toxicity, Acummulation and Purification in Tropical Fish Juveniles Petenia kraussii (Pisces: Cichlidae). Caribbean Journal of Science. 35(1-2):64-69. Lin YC, Chen JC. 2001. Acute toxicity of ammonia on Litopenaeus vannamei Boone juveniles at different salinity levels. Journal Experimental Marine Biology and Ecology. 259:109-119. McGraw JW, Davis DA, Teichert-Coddington D, Rouse DB. 2002. Acclimation of Litopenaeus vannamei postlarvae to low salinity: Influence of age, salinity endpoint, and rate of salinity reduction. World Aquaculture.Society. 33:78-84. Pelgrom SMGJ, Lamers LPM, Garritsen JAM, Pels BM, Lock RAC, Balm PHM, Wendelaar Bonga SE,. 1994. Interactions between copper and cadmium
23
during single and combined exposure in juvenile tilapia Oreochromis mossambicus: Influence of feeding condition on whole body metal accumulation and the effect of the metals on tissue water and ion content. Aquatic Toxicology. 30:117-135. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Ponce-Palafox J, Martinez-Palacios CA, Ross LG. 1997. The effect of salinity and temperature on the growth and survival rates of juvenile white shrimp, Penaeus vannamei, Boone, 1931. Aquaculture. 157:107-115. Pramesthy TD. 2013. Pengruh Limbah Baja (Slag) terhadap Pertumbuhan Kerang Hijau (Perna viridis, L.) serta Total Kandungan Logam dalam Daging Kerang Hijau. [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Richey D, Roseboom D. 1978. Acute Toxicity of Copper to Some Fishes in High Alkalinity Water. Illinois: Illinois State Water Survey, Urbana. Romeo M, Y Siau, Z Sidomou, M Gnassia-Barelli. 1999. Heavy metal distribution in different fish species from the Mauritania coastal. Science of The Total Environment. 232:169-175. Rusmiyati S. 2012. Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei Varietas Baru Unggulan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Samocha TM, Lawrence AL, Pooser D. 1998. Growth and survival of juvenile Penaeus vannamei in low salinity water in a semi-closed recirculating system. Aquaculture. 50:55-59. Shofianto, Sutrisno UW. 2007. Perencanaan Slag Limbah Baja untuk Campuran Beton. [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. SK Dirjen POM, Departemen Kesehatan RI No: 03725/B/SK/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan. Soegianto A. 2008. Bioaccumulation of heavy metals in some commercial animals caught from selected coastal waters of East Java, Indonesia. Journal of Agriculture and Biological Sciences. 4(6):881-885. Sorrensen EM. 1991. Metal Poisoning in Fish. Florida: CRC Press. Spanopoulos-Hernandez M, CA Martinez-Palacios, RC Vanegas-Pe rez, C Rosas, LG Ross. 2005. The combined effect of salinity and temperature on the oxygen consumption of juvenile shrimps Litopenaeus stylirostris (Stimpson 1874). Aquaculture. 244:341-348. Tossavainen M, Engstrom, Yang Q, Menad N, Larsson M, Bjorkman B. 2007. Characteristics of steel slag under different cooling condition. Journal Waste Management. 27:1335-1344. Tossavainen M, Forssberg E. 1999. The potential leachability from natural road construction materials. Science of The Total Environment. 239:31-47. Tossavainen M, Forssberg E. 2000. Leaching behaviour of rock material and slag used in road construction-amineralogical interpretation. Journal of Constructional Steel Reseach. 11:442-448. Tossavainen M. 2005. Leaching Result in the Assesment of Slag and Rock Material as Construction Material. [Disertasi]. Lulea University of Technology.
24
Vena RSP, Zuni AN. 2006. Pemanfaatan Limbah Padat (Slag) sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Beton (Sudi Kasus PT. Inti General Yaja Steel, Semarang). [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Vincent JB. 2000. The biochemistry of chromium. Journal of Nutrition. 130:715718. Wepener V, Van Vuren JHJ, Du Preez HH. 2001. Uptake and distribution of a copper, iron and zinc mixture in gill, liver and plasma of a freshwater teleost, Tilapia sparmanii. Water South Africa. 27(1):99-108. Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam: Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Witeska M, Jezierska B, Chaber J. 1995. The influence of cadmium on common carp embryos and larvae. Aquaculture. 129:129-132.
25
26
Lampiran 1 Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
DO- meter
Timbangan digital
Pasir laut
Data sheet
Refraktometer
Udang vaname
Akuarium
Pompa udara
pH-meter
Slag
Bak penampung air laut
27
Lampiran 2 Kondisi kualitas air pada pengamatan setiap tiga jam (a) 26-28 Maret 2012 (b) 9-11 April 2012 dan (c) 23-25 April 2012 - Suhu
(a)
(b)
(c)
28
-Derajat keasaman (pH)
(a)
(b)
(c)
29
-Oksigen terlarut (DO) (a)
(b)
(c)
30
-Salinitas (a)
(b)
(c)
31
Lampiran 3 Bobot udang vaname pada awal dan akhir masa penelitian (a) Awal Penelitian Akuarium A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3
Bobot Total (gram) 43.83 46.03 44.14 42.79 38.22 42.57 45.86 37.09 42.83 40.42 42.35 36.89 43.73 40.73 44.14 38.22 41.70 43.57
Bobot Rata-Rata (gram) 4.38 4.60 4.41 4.28 3.82 4.26 4.59 3.71 4.28 4.04 4.24 3.69 4.37 4.07 4.41 3.82 4.17 4.36
32
(b) Akhir Penelitian Akuarium A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 E1 E2 E3 F1 F2 F3
Keterangan:
Bobot Total (gram)
Bobot Rata-Rata (gram)
50.92
5.09
10.40
10.40
14.70
7.35
41.56 26.11 17.44
5.94 8.70 4.36
= udang mati
33
Lampiran 4 Uji F perlakuan sedimen terhadap kandungan logam pada udang vaname (a) Logam Fe Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY Count Sum A 2 2789.06 D 2 7155.28 E 2 3340.69 F 2 3762.87 Awal 4 3066.88 Akhir 4 13981.02 ANOVA Source of Variation Perlakuan sedimen Kelompok waktu Error Total
SS 5819282.14 14889806.49 5819282.14 26528370.76
df 3 1 3 7
Average 1394.53 3577.64 1670.345 1881.435 766.72 3495.255
MS 1939760.71 14889806.49 1939760.71
Variance 788290.7922 15802542.49 1633076.281 2485179.062 0 3879521.424
F 1 7.68
P-value 0.5 0.07
F crit 9.28 10.13
Kesimpulan Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak H 0 (kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging udang vaname). Perlakuan sedimen: Fhit < Ftab Gagal tolak H0 (perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Fe dalam daging udang vaname).
(b) Logam Cu Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY Count Sum Average A 2 383.98 191.99 D 2 428.98 214.49 E 2 407.87 203.94 F 2 398.77 199.38 Awal 4 778.40 194.60 Akhir 4 841.20 210.30
Variance 13.62 791.22 174.28 45.76 0.00 354.64
34
ANOVA Source of Variation Perlakuan sedimen Kelompok waktu Error Total
SS 531.97 492.93 531.97 1556.86
df 3 1 3 7
MS 177.32 492.93 177.32
F 1 2.78
P-value 0.5 0.19
F crit 9.28 10.13
Kesimpulan Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak H 0 (kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging udang vaname). Perlakuan sedimen: Fhit < Ftab Gagal tolak H0 (perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Cu dalam daging udang vaname).
(c) Logam Zn Anova: Two-Factor Without Replication SUMMARY Count Sum Average A 2 261.15 130.58 D 2 302.87 151.44 E 2 319.34 159.67 F 2 280.26 140.13 Awal 4 594.40 148.60 Akhir 4 569.22 142.30 ANOVA Source of Variation Perlakuan sedimen Kelompok waktu Error Total
SS 975.23 79.28 975.23 2029.73
df 3 1 3 7
MS 325.08 79.28 325.08
Variance 649.80 16.07 245.09 143.54 0 650.15
F 1 0.24
P-value 0.5 0.66
F crit 9.28 10.13
Kesimpulan Kelompok waktu: Fhit < Ftab Gagal tolak H 0 (kelompok waktu tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging udang vaname). Perlakuan sedimen: Fhit < Ftab Gagal tolak H 0 (perlakuan sedimen tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan logam Zn dalam daging udang vaname).
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 10 Desember 1991 dari pasangan Dwiono Rahardjo dan Effy Kurniati. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal sekolah menengah pertama di SMPN 2 Jombang pada tahun 2006 dan sekolah menengah atas di SMAN 2 Jombang pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Iktiologi (2011/2012).Organisasi kemahasiswaan yang pernah diikuti oleh penulis adalah Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (2010/2011). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Limbah Baja (Slag) terhadap Kandungan Logam Fe, Cr, Cu, dan Zn dalam Daging Udang Vaname (Liopenaeus vannamei)”.