PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR
MUSLIMATUS SAKDIAH
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemanfaatan Limbah Nitrogen Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) oleh Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) pada Sistem Budidaya Polikultur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2009
Muslimatus Sakdiah C151030201
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ABSTRACT MUSLIMATUS SAKDIAH. The Use of Nitrogen Shrimp Waste Litopenaeus vannamei by Gracilaria verrucosa in Shrimp Polyculture System. Under direction of ENANG HARRIS S and CHAIRUL MULUK This study is aimed to know the quantity of seaweeds (Gracilaria verrucosa) needed to absorb dissolved N from the waste of white shrimp (Litopenaeus vannamei) metabolites in polyculture system, to maintain good quality of water as well as to create an optimal environment condition for growth of vannamei. This study was conducted in six aquaria with the size of 60 x 40 x 50 cm and four cement tanks with the size of 1 x 3 x 1 m. Each cement tank was divided into three compartments by wooden boards and laminated by plastic sheet to avoid mixing between compartments. This study was conducted in two stages. For the first stage, vannamei was cultivated with the density of 5, 10 and 15 shrimps/100 l; where in the second stage, vannamei with the density of five shrimps/100 l was polycultured with 3.125; 6.250 and 9.375 g of seaweed/l. During the experiment, shrimp were fed with commercial feed with contain 40% protein. The result of this study showed that, the differences in density of seaweed was significantly different (P<0.05) toward N retention, weight and survival rates of vannamei as well as to the N retention and weight of seaweed. The density of seaweed (Gracilaria verrucosa) 3.125 g/l has produced survival rate of vannamei up to 82.67% and average weight around 16.99 g. The seaweed has an ability to absorb 95.18% of N from around 15.36 g metabolic waste of vannamei, therefore, it is able to enhance repair the quality of the vannamei cultivation system. Key word : Litopenaeus vannamei, Gracilaria verrucosa, nitrogen waste, feeding
RINGKASAN MUSLIMATUS SAKDIAH. Pemanfaatan Limbah Nitrogen Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) oleh Rumput Laut (Gracilaria verrucusa) pada Sistem Budidaya Polikultur. Dibimbing oleh ENANG HARRIS S dan CHAIRUL MULUK. Dalam suatu budidaya udang, semakin tinggi kepadatan udang yang ditebar, akan semakin banyak jumlah pakan yang harus diberikan. Pakan yang dikonsumsi tidak semua dapat dicerna dan diserap oleh tubuh udang, bagian makanan yang tidak dapat dicerna akan terbuang sebagai feses, sedangkan yang tercerna, diretensi dan ada yang diekskresikan dalam bentuk amoniak melalui insang dan sebahagiannya lagi dibuang dalam bentuk urin. Pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan produksi tetapi bersamaan dengan itu, sisa metabolisme udang khususnya N akan semakin meningkat dalam perairan. Keadaan ini akan menyebabkan menurunnya kualitas air. Kandungan N yang tinggi melebihi daya toleransi udang, dapat mengakibatkan kematian. Bertolak dari hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumput laut untuk memanfaatkan N terlarut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan biomassa rumput laut Gracilaria verrucosa yang perlu ditebar untuk menyerap N terlarut di perairan dari sisa metabolisme udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sistem budidaya intensif, agar kualitas air dapat terjaga, serta menghasilkan lingkungan yang optimal untuk hidup dan tumbuhnya udang vaname. Penelitian ini merupakan model eksperimental laboratorium, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan dalam 2 tahap. Bahan yang digunakan adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) hasil budidaya di Lampung dengan bobot 6-7 gram. Rumput laut Gracilaria verrucosa berasal dari Karawang. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein 40%. Wadah yang digunakan untuk penelitian adalah 6 buah akuarium berukuran 60 x 40 x 50 cm dan 4 buah bak beton berukuran 1 x 3 x 1 m. Lingkungan wadah pemeliharaan dibuat homogen dengan suhu air dipertahankan pada kisaran 27-30 oC dan salinitas 25-28 ppt. Tahap 1 menentukan padat tebar dan mengamati hasil ekskresi udang. Penelitian ini dilakukan dengan 3 perlakuan dan 2 ulangan yaitu 5, 10 dan 15 ekor udang/100 liter air. Kemudian dilanjutkan dengan pengamatan ekskresi. Tahap 2 mengamati pemanfaatan nitrogen oleh rumput laut yang dilakukan dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini dilaksanakan di luar laboratorium. Pemeliharaan udang 5 ekor/100 l dan rumput laut dilakukan selama empat minggu dengan perlakuan padat tebar rumput laut 3,125; 6,250; 9,375 g/l dan tanpa rumput laut. Penelitian tahap satu menunjukkan bahwa 5 ekor udang/100 l memberikan hasil yang terbaik dengan pertambahan bobot harian dalam satu periode pemeliharaan udang vaname sebesar 0,2 g/hari dan nilai kelangsungan hidup 100%. Dari hasil tersebut dipilih 5 ekor/100 l untuk digunakan pada penelitian tahap ke II. Pengamatan konsentrasi amoniak dalam air sampai jam ke-4 terus meningkat dan mulai menurun pada jam ke-5. Nilai ekskresi amoniak tertinggi
pada jam ke-4 dengan nilai rata-rata ekskresi amoniak per jam sebesar 0,004 mg/g tubuh/jam. Nilai kelangsungan hidup udang vaname penelitian tahap II, pada minggu pertama sampai akhir penelitian tiap minggunya menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05) antar perlakuan dengan rumput laut dan tanpa rumput laut. Nilai kelangsungan hidup menunjukkan trend yang sama, yaitu perlakuan tanpa rumput laut selalu berada di bawah perlakuan dengan rumput laut. Nilai kelangsungan hidup lebih tinggi pada padat tebar rumput laut 3,125 g/l yaitu 82,67%. Bobot rata-rata udang vaname meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pengamatan untuk semua perlakuan. Bobot rata-rata udang vaname yang dipelihara bersama dengan rumput laut selalu lebih besar (P<0,05) dari pada udang vaname yang dipelihara tanpa rumput laut Gracilaria verrucosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot rata-rata individu udang pada padat tebar rumput laut 3,125 g/l lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya yaitu 16,99 g. Laju pertumbuhan harian udang pada setiap perlakuan terus menurun sampai akhir penelitian. Nilai laju pertumbuhan harian terkecil pada perlakuan tanpa rumput laut yaitu 1,350%. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut mampu memberikan lingkungan yang baik untuk udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung kehidupan udang sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Pertumbuhan tanaman dari setiap periode pengamatan menunjukkan adanya peningkatan pada tahap awal masa pemeliharaan dan mengalami penurunan setelah minggu ketiga. Pemeliharaan dengan padat tebar yang tinggi mengakibatkan ketidakseimbangan nutrien yang tersedia di dalam air dengan kebutuhan untuk pertumbuhan rumput laut yang ada di dalam wadah sehingga nilai laju pertumbuhan hariannya lebih rendah. Rumput laut yang diikat dengan padat tebar tinggi bila rumpunnya sudah makin besar mengurangi ruang gerak dari rumput laut itu sendiri. Selain itu pertumbuhan maksimal rumput laut telah dicapai pada minggu ketiga. Bila pertumbuhan maksimal sudah tercapai, kemampuan menyerap N akan menurun oleh sebab itu rumput laut lebih baik di panen pada minggu ketiga. Pada penelitian ini nilai laju pertumbuhan harian ratarata rumput laut tertinggi pada padat tebar rumput laut 3,125 g/l yaitu 2,62%. Nilai FCR terkecil perlakuan padat tebar rumput laut 3,125 g/l (1,99) dan terbesar pada perlakuan tanpa rumput laut dengan nilai 2,69. Nilai retensi nitrogen udang tertinggi pada padat tebar rumput laut 3,125 g/l yaitu 2,73 g. Kemampuan penyerapan N dari limbah budidaya udang tiap perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut tertinggi pada perlakuan B (3,125 g/l) yaitu 14,62 g. Rumput laut mampu menyerap N terlarut sebesar 0,013 gN/kg tubuh/jam sehingga mampu memanfaatkan N terlarut dari hasil ekskresi udang. Konsentrasi total amoniak (TAN) pada minggu pertama meningkat, konsentrasi paling tinggi pada perlakuan tanpa rumput laut yang berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan tanpa rumput laut. Konsentrasi nitrit dan nitrit pada minggu ke-4 berbeda nyata antar perlakuan. Konsentrasi nitrit pada perlakuan tanpa rumput laut lebih tinggi daripada perlakuan dengan rumput laut. Sebaliknya dengan konsentrasi nitrat perlakuan dengan rumput laut lebih tinggi daripada perlakuan tanpa rumput laut. Kualitas air selama pemeliharan menunjukkan bahwa secara umum masih berada pada kisaran yang dapat ditolerir oleh udang vaname.
Kata kunci: Udang vaname, Gracilaria verrucosa, limbah nitrogen, pakan
PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR
MUSLIMATUS SAKDIAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si
Judul
:
PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT
(Gracilaria
verrucosa)
PADA
SISTEM
BUDIDAYA POLIKULTUR Nama
:
Muslimatus Sakdiah
NRP
:
C151030201
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Enang Harris S. Ketua
Dr. Chairul Muluk Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Ilmu Perairan
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Prof. Dr. Enang Harris S.
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian: 12 Februari 2009
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2007 sampai bulan Februari 2008 ini ialah Pemanfaatan Limbah Nitrogen Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) oleh Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) pada Sistem Budidaya Polikultur. Pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Enang Harris S. dan Bapak Dr. Chairul Muluk selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc beserta staf Laboratorium Nutrisi, Laboratorium Lingkungan dan Pusat Studi Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (PSIK-IPB), Ancol, Jakarta Utara, serta Mbak Ade, Icul dan Tatte, yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda M. Hasan dan Ibunda Nuraini, Mertua Bapak A.Saman Hasan dan Ibu Sumiati dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta suami Agus Putra AS. dan anakku M. Irsyad Nadi tercinta yang selama ini telah banyak berkorban dan bersabar, hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua. Amin.
Bogor, Februari 2009
Muslimatus Sakdiah
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 19 April 1979 dari pasangan bapak Muhammad Hasan dan ibu Nur’aini. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Sejak tahun 2007 penulis menikah dengan Agus Putra AS. dan telah dikarunia seorang putra bernama M. Irsyad Nadi. Tahun 1997 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Langsa dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan studi pada tahun 2002. Tahun 2003 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005, penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di daerah Kota Langsa-NAD yang dipekerjakan pada Kantor Kelautan Perikanan dan Pertanian.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 1.4 Hipotesa ............................................................................................
1 2 2 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Rumput Laut ............................................................... 2.2 Faktor Pembatas Pertumbuhan Rumput Laut ................................... 2.2.1 Intensitas Cahaya ..................................................................... 2.2.2 Ketersediaan Unsur Hara .......................................................... 2.3 Sistem Polikultur ............................................................................... 2.4 Manajemen Kualitas Air ................................................................... 2.5 Ekskresi Amoniak ............................................................................
4 4 4 5 5 7 8
3 BAHAN DAN METODA PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 3.2 Rancangan Penelitian dan Analisa Data ........................................... 3.2.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 3.2.2 Percobaan Tahap I .................................................................... 3.2.2.1 Alat dan Bahan ............................................................. 3.2.2.2 Pelaksanaan Percobaan ................................................ 3.2.3 Percobaan Tahap II ................................................................... 3.2.3.1 Alat dan Bahan ............................................................. 3.2.3.2 Pelaksanaan Percobaan ................................................ 3.3 Analisis Data ..................................................................................... 3.4 Parameter yang Diukur dan Pengumpulan Data ............................... 3.4.1 Parameter yang Diukur ............................................................. 3.4.1.1 Kelangsungan Hidup (SR) Udang Vaname ................. 3.4.1.2 Laju Pertumbuhan ........................................................ 3.4.1.3 Retensi Nitrogen ........................................................... 3.4.1.4 Rasio Konversi Pakan (FCR) ........................................ 3.4.1.5 Ekskresi Amoniak ......................................................... 3.4.2 Pengumpulan Data .................................................................... 3.4.2.1 Data Bobot udang dan Rumput Laut ............................ 3.4.2.2 Data Kelangsungan Hidup (SR) Udang ....................... 3.4.2.3 Data Kualitas Air .......................................................... 3.4.2.4 Data Proksimat .............................................................
9 9 9 9 9 10 11 11 12 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 15 15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................ 4.1.1 Penelitian Tahap I ..................................................................... 4.1.2 Penelitian Tahap II .................................................................... 4.1.2.1 Pertumbuhan Udang Vaname........................................ 4.1.2.2 Kelangsungan Hidup ..................................................... 4.1.2.3 Pertumbuhan Rumput Laut ........................................... 4.1.2.4 Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Retensi Nitrogen .... 4.1.2.5 Kualitas Air ................................................................... 4.2 Pembahasan .......................................................................................
16 16 17 17 18 19 20 21 23
5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30 5.2 Saran ................................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31 LAMPIRAN
................................................................................................ 35
DAFTAR TABEL Halaman 1
Pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) selama penelitian tahap I ...................................................................................... 16
2
Konsentrasi amoniak (mg/l) dalam air selama 5 jam dan ekskresi amoniak rata- rata per jam (mg/g tubuh/jam) ........................................ 17
3
Bobot (kg) rumput laut Gracilaria verrucosa yang dipelihara bersama udang vaname dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) ............................................. 19
4
Nilai konversi pakan (FCR), retensi nitrogen udang dan rumput laut pada perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) dan tanpa rumput ....................................... 20
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Laju pertumbuhan harian udang dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ........... 17
2
Nilai kelangsungan hidup dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ................................ 18
3
Laju pertumbuhan harian rumput laut dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) .......................................................... 20
4
Perubahan konsentrasi total amoniak nitrogen (TAN) dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ........... 21
5
Perubahan konsentrasi nitrit dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ................................ 22
6
Perubahan konsentrasi nitrat dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ................................ 22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Prosedur analisis kadar protein ................................................................ 36
2
Prosedur analisis amoniak ...................................................................... 37
3
Skema penelitian tahap I .......................................................................... 38
4
Skema penelitian tahap II ......................................................................... 40
5
Persiapan penelitian tahap II .................................................................... 41
6
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) hasil panen, pakan dan air sampel pada perlakuan A, B, C dan D ..................................................... 42
7
Bobot (g) dan nilai laju pertumbuhan harian (%) udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3, 4 dan total ................. 43
8
Nilai kelangsungan hidup dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput lautl), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) ................................ 44
9
Nilai bobot, retensi, produksi N udang dan bobot, retensi rumput laut ... 45
10 Kualitas air (salinitas, suhu, pH dan DO) pada media pemeliharan udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa ............................ 46 11 Analisis ragam bobot total udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ........................................................................... 47 12 Analisis ragam laju pertumbuhan harian udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3, 4 dan total ........................................ 48 13 Analisis ragam kelangsungan hidup udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ........................................... 49 14 Analisis ragam bobot rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ...................................................................................... 51 15 Analisis ragam laju pertumbuhan rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-1, 2, 3, 4 dan total .......................................................... 53 16 Analisis ragam rasio konversi pakan (FCR) udang vaname (Litopenaeus vannamei) ................................................................................................ 55 17 Analisis ragam retensi udang vaname (Litopenaeus vannamei) .............. 55 18 Analisis ragam retensi rumput laut (Gracilaria verrucosa) ................... 55 19 Analisis ragam kandungan total amoniak nitrogen (TAN) media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ...................................................................................... 56 20 Analisis ragam kandungan nitrit (TAN) media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ......... 57 21 Analisis ragam kandungan nitrat (TAN) media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II minggu ke-1, 2, 3 dan 4 ......... 58
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang vaname (Litopenaeus vannamei) dewasa ini merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perikanan. Udang vaname mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 2001, dan perkembangannya dalam beberapa dekade terakhir cukup pesat. Sifat udang vaname, selain pertumbuhannya lebih cepat juga lebih tahan terhadap penyakit. Permintaan akan udang yang semakin meningkat mengakibatkan sistem budidaya udang vaname semakin intensif. Sistem budidaya ini dicirikan antara lain dengan padat penebaran yang tinggi dan diikuti dengan pemberian pakan buatan yang tinggi. Namun, tidak semua pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan udang, yaitu sekitar 17% digunakan untuk pertumbuhan, sekitar 20% lagi dikeluarkan sebagai feses dan urin, 48% diekskresikan, molting dan pemeliharaan serta 15% tidak terkonsumsi (Harowitz A & Harowitz S 2000). Pemberian pakan walaupun sesuai dengan kebutuhan tetapi limbahnya akan lebih banyak daripada yang digunakan untuk pertumbuhan. FCR merupakan nilai perbandingan bobot pakan yang diberikan guna mencapai satu satuan bobot udang pada saat panen. Bila kisaran nilai FCR antara 1,2-1,5 dengan protein pakan 40%, maka potensi limbah budidaya udang akan mencapai sekitar 48-70 kgN per ton produksi udang. Nitrogen sebanyak itu dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk sampingan seperti rumput laut sehingga kualitas media budidaya akan tetap baik. Rumput laut Gracilaria verrucosa dapat memanfaatkan amoniak di perairan untuk pertumbuhannya. Gracilaria verrucosa memiliki tolerasi terhadap lingkungan hidupnya seperti salinitas dan kekeruhan namun tidak tahan terhadap ombak yang kuat. Dengan sifat hidup seperti itu, Gracilaria verrucosa dapat dibudidayakan di tambak secara monokultur maupun polikultur bersama udang. Rumput laut ini memiliki nilai ekonomis sehingga dapat berperan sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petambak udang. Penelitian tentang rumput laut yang dapat memanfaatkan N di perairan sudah banyak dilakukan tetapi berapa jumlah N yang mampu dimanfaatkan oleh
rumput laut belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian polikultur udang vaname dengan perbedaan padat penebaran rumput laut Gracilaria verrucosa di tambak diharapkan dapat menganalisis jumlah kandungan N dari sisa metabolisme udang di perairan yang dapat dimanfaatkan oleh rumput laut agar kualitas air media dapat optimal untuk hidup dan tumbuh sehingga diperoleh produksi udang vaname yang tinggi. 1.2 Perumusan Masalah Pada suatu budidaya udang, semakin tinggi kepadatan udang yang ditebar, maka semakin banyak jumlah pakan yang harus diberikan. Pakan tersebut dikonsumsi oleh udang dan akan mengalami proses pencernaan. Makanan yang dikonsumsi tidak semua dapat dicerna dan diserap oleh tubuh udang. Bagian makanan yang tidak dapat dicerna akan dibuang sebagai feses, sedangkan yang tercerna, diretensi dan ada yang diekskresikan dalam bentuk amoniak melalui insang dan sebahagiannya lagi dibuang dalam bentuk urin. Pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan produksi tetapi bersamaan dengan itu sisa metabolisme udang khususnya N akan semakin meningkat pula baik dalam bentuk NH3, NH4, NO2 dan NO3 dalam perairan. Keadaan ini akan menyebabkan menurunnya kualitas air. Kandungan N yang tinggi melebihi daya toleransi udang, dapat mengakibatkan kematian. Rumput laut Gracilaria verrucosa dikenal sebagai salah satu jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan secara polikultur bersama udang dan mempunyai kemampuan menyerap N terlarut di perairan. Jumlah N yang dihasilkan dari sisa metabolisme udang vaname yang dapat diserap oleh sejumlah tertentu rumput laut Gracilaria verrucosa untuk pertumbuhannya adalah suatu permasalahan yang harus dipecahkan agar kualitas air dapat terjaga sehingga produktivitas bisa tinggi dan lingkungan tetap baik. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah/biomassa rumput laut Gracilaria verrucosa yang perlu ditebar untuk memanfaatkan/menyerap N terlarut di perairan dari sisa metabolisme udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sistem budidaya polikultur, agar kualitas air dapat terjaga, serta menghasilkan
lingkungan yang optimal untuk hidup dan tumbuhnya udang vaname. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan pengembangan sistem budidaya polikultur udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut Gracilaria verrucosa. 1.4 Hipotesa Apabila rumput laut Gracilaria verrucosa dapat memanfaatkan N-NH3 dalam wadah budidaya maka kualitas air akan baik dan dapat menunjang pertumbuhan udang vaname dan rumput laut sehingga menghasilkan produksi udang vaname dan rumput laut yang memadai, bila keduanya dibudidayakan bersama secara polikultur.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Rumput Laut Pertumbuhan rumput laut merupakan perubahan bobot basah (biomassa) selama selang waktu tertentu, yang memerlukan cahaya matahari untuk membentuk sel dari substansi abiotik melalui proses fotosintesis. Rumput laut sebagai tanaman berklorofil memerlukan unsur hara sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis. Untuk menunjang pertumbuhan Gracilaria sp. diperlukan ketersediaan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat dalam perairan tersebut. Masuknya unsur hara ke dalam jaringan tubuh rumput laut adalah dengan jalan proses difusi yang terjadi pada seluruh bagian permukaan tubuh rumput laut. Bila proses difusi semakin sering terjadi, maka akan mempercepat proses metabolisme sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama oleh adanya gerakan air (Doty 1971). 2.2 Faktor Pembatas Pertumbuhan Rumput Laut 2.2.1 Intensitas Cahaya Kemampuan adaptasi rumput laut terhadap cahaya sangat baik. Gracilaria sp. mempunyai toleransi yang tinggi terhadap cahaya berlebih, mampu tumbuh pesat pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan air, serta dapat tumbuh di perairan keruh yang mempunyai intensitas cahaya yang relatif kecil. Pengambilan nitrat dan nitrit oleh alga sangat bergantung pada cahaya dibandingkan dengan amonium. Alga pada daerah kurang cahaya pemanfaatan amoniumnya lebih efektif dari pada nitrat dan nitrit. Pengambilan amonium oleh Gracilaria tikvahiae pada cahaya terang sama dengan cahaya gelap (Ryther et al. 1981 dalam Jones 1993). Rumput laut membutuhkan cahaya untuk pertumbuhan oleh karena itu kedalaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Haglund & Petersen (1988) menyatakan bahwa pada budidaya rumput laut dalam bak terkontrol hendaknya rumput laut ditempatkan pada posisi antara 30-40 cm di bawah permukaan air dengan kepadatan 100-450 g/m2. Hasil penelitian Ritawati (1990) terhadap G.
lichenoides yang dibudidayakan pada pantai Geger Bali menghasilkan laju pertumbuhan rumput laut yang ditanam pada kedalaman 30 cm sebesar 2,78% dan pada kedalaman 60 cm sebesar 2,39% per hari. 2.2.2 Ketersediaan Unsur Hara Unsur-unsur utama nutrien yang diperlukan bagi pertumbuhan rumput laut adalah nitrogen dan fosfor. Bentuk nitrogen yang diserap secara bertahap dari yang paling banyak sampai terkecil yaitu amonium, urea, nitrat dan nitrit (Patadjai 1993). Rumput laut membutuhkan nitrogen guna menunjang pertumbuhan dan reproduksinya. Keberadaan nutrien pada makro alga ditentukan oleh hubungan N makroalga, seperti pengambilan oleh alga, asimilasi, penyimpanan dan pelepasan. Produksi fotosistesis bahan organik oleh alga tergantung pada asimilasi nutrien anorganik (Jones 1993). Sebagian besar penyerapan nitrogen oleh rumput laut dilakukan dengan cara asimilasi N dalam bentuk amonium. Beban limbah budidaya udang yang berupa sisa pakan, ekskresi dan feses yang berada dalam air dapat mencapai 61,77-72,25 kgN per ton produksi udang pada tingkat FCR 1,69-2,14 dan akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas udang (Syah et al. 2006). Semakin meningkat kepadatan udang dan tingkat pemberian pakan, total amoniak nitrogen (TAN) juga makin meningkat (Velasco et al. 1998). Nitrogen dalam bentuk terlarut ini dapat digunakan sebagai nutrien untuk rumput laut. 2.3 Sistem Polikultur Polikultur adalah suatu cara memelihara dua jenis atau lebih organisme pada wadah yang sama dengan tujuan efisiensi pengunaan lahan. Sistem budidaya secara polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani budidaya. Perkembangan teknologi budidaya menunjukkan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan bersama udang dan bandeng di tambak. Pengembangan budidaya rumput laut secara polikultur dengan bandeng maupun udang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi udang dan rumput laut serta mengefektifkan penggunaan tambak dengan harapan dapat memperbaiki kualitas lingkungan budidaya.
Dalam hal ini rumput laut Gracilaria sp. dipelihara bersama udang. Polikultur ikan, kerang, krustase dan rumput laut spesies Gracilaria di tambak dapat meningkatkan pendapatan petani di Maros, Luwu Sulawesi Selatan, Thailand dan Taiwan (Tjaronge 2005; Mustafa dan Ratnawati 2005; Guanzon. Jr. et al. 2004). Perbandingan penebaran benih rumput laut, bandeng dan udang pada penanaman secara polikultur dengan luas tambak 1 ha adalah 1-1,5 ton rumput laut : 1.500-2.000 ikan bandeng : 5.000-10.000 ekor udang. Benih udang yang digunakan tokolan PL-20 dan bandeng berukuran gelondongan. Penebaran benih dilakukan pagi dan sore hari, karena pada waktu itu kondisi air relatif stabil. Rumput laut ditanam terlebih dahulu, setelah 7-10 hari ditebar bibit bandeng, Satu minggu kemudian ditebar bibit udang. Hal ini dilakukan agar pakan alami dapat tumbuh terlebih dahulu baru ikan bandeng dan udang ditebar. Rumput laut yang pada usia panennya memiliki kandungan agar yang cukup tinggi dan kekuatan gel cukup tinggi dipilih untuk bibit. Bagian yang dijadikan sebagai bibit adalah talus (thallus) yang relatif masih muda, tidak rusak dan tidak berpenyakit. Bibit dipetik dari rumpun tanaman yang sehat dengan panjang sekitar 5-10 cm. Metode penanaman rumput laut Gracilaria sp. di tambak lebih disenangi mengunakan metode on bottom (tebar dasar), yaitu petani melakukan tebar bibit di awal saja karena lebih mudah dan murah. Penanaman rumput laut budidaya menggunakan metode tebar dasar dengan perbedaan bobot bibit awal yang dipakai akan memberikan perbedaan pertumbuhan. Pemakaian bobot bibit awal 30 g/rumpun pertumbuhan cendrung lebih baik dibandingkan dengan bobot bibit 20 dan 75 g/rumpun (Damar 1992). Dari hasil penelitian Guanzon Jr. et al. (2004) menunjukkan hasil bahwa ikan bandeng dapat dipolikultur dengan rumput laut Gracilariopsis bailinae dalam tambak, dengan kepadatan 30 ekor/100 m2 dan rumput laut Gracilariopsis bailinae 1 kg/4 m2 dalam jaring. Budidaya udang Penaeus monodon dengan padat tebar 50 ekor/m3 dan Gracilaria verrucosa 2 kg/m3 mampu memperbaiki kondisi tambak dan dapat meningkatkan produksi udang hingga 1,6 ton dari semula 1,1 ton per hektar, serta meningkatkan derajat kelangsungan hidup udang hingga 80,66% dan dapat menghasilkan 64 ton Gracilaria verrucosa dalam waktu 2 bulan (Izzati 2005).
Panen dapat dilakukan setelah tanaman mencapai ukuran yang sesuai untuk dipanen atau dengan memilih tanaman yang sudah cukup matang untuk dikeringkan. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dapat dipanen secara parsial dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2003), panen pertama rumput laut Gracilaria sebaiknya dilakukan setelah berumur 4 bulan. Jika dapat dilakukan panen rumput laut dan udang pada waktu bersamaan, dilakukan panen udang terlebih dahulu, baru kemudian pemanenan rumput laut dilakukan dengan mengurangi ketinggian air hingga 30 cm, untuk mempermudah. Panen dilakukan ketika udang size 35-40. Dari padat penebaran awal yang dilakukan maka dapat dihasilkan produksi rumput laut per ha dalam satu musim tanam adalah 100-1.500 kg kering, bandeng 300 kg dan udang 75 kg. Pemanenan rumput laut dilakukan dengan meninggalkan sebahagian rumput laut agar tumbuh kembali. Panen kedua dilakukan 1,5-2 bulan. 2.4 Manajemen Kualitas Air Udang vaname mempunyai sifat eurihalin yaitu mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan salinitas dalam rentang cukup tinggi 3-45 ppt. Udang akan tumbuh dengan baik pada salinitas 15-30 ppt (Chien 1992). Gracilaria dapat dibudidayakan dalam kisaran salinitas antara 12-32 ppt dan yang idealnya adalah 15 ppt-25 ppt. Gracilaria dapat tumbuh subur dengan kandungan garam sekitar 12 ppt sampai 30 ppt (Angkasa et al. 2000). Sistem budidaya polikultur ikan bandeng dengan rumput laut Gracilariopsis bailinae dapat dilakukan dengan salinitas tinggi (20-40 ppt) (Guanzon et al. 2004). Martinez et al. (2003) menyatakan bahwa udang vaname dapat hidup pada suhu 22-30 oC dengan suhu optimum antara 25-28 oC. Suhu air untuk hidup rumput laut Gracilaria verrucosa berkisar antara 18-30 oC dan yang paling ideal sekitar 20-28 oC (Kadi & Atmadja 1988). Menurut Jones (1959) dalam Kim (1970), temperatur air merupakan faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan Gracilaria sp. Pada suhu 20-28 oC Gracilaria sp. akan berkembang dengan baik sedangkan pada temperatur diatas 30oC pertumbuhan Gracilaria sp. akan terhambat.
Menurut Fatimah (2004) nilai pH yang ideal untuk udang vaname yaitu 7,58,5. Kisaran pH air yang baik untuk budidaya rumput laut Gracilaria di tambak antara 6-9, sedangkan yang ideal untuk pertumbuhan sekitar 6,8-8,2. Air tambak yang baik digunakan untuk budidaya Gracilaria tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari. Untuk itu diperlukan adanya sedikit arus dan gelombang untuk menghilangkan debu atau lumpur di tanaman Gracilaria. Air tidak keruh dan dengan kejernihan yang baik sehingga memungkinkan menerima sinar matahari ke kolom perairan. 2.5 Ekskresi Amoniak Ekskresi amoniak menunjukkan jumlah relatif protein pakan yang dicerna untuk sintesis protein atau sumber energi (Ming 1985). Krustase merupakan organisme amonotelik, dimana amoniak mencapai 60-100% dari total ekskresi nitrogen, dan biasanya ekskresi amoniak terjadi melalui epitel insang (Regnault 1987; Crear & Forteath 2002). Hanya sebahagian kecil yang dikeluarkan melalui ginjal (Wood 1958 dalam Dosdat et al. 1996). Amoniak akan menjadi racun bagi udang dan dalam konsentrasi rendah dapat menjadi faktor penghambat pertumbuhan. Crear & Forteath (2002) menyatakan bahwa nilai ekskresi amoniak pada krustase dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: suhu, bobot, kadar nutrisi, salinitas, pergantian kulit dan kadar amoniak yang terdapat di lingkungan tersebut. Pada ekskresi nitrogen J. edwardsii kadar amoniak meningkat hingga 72%. Laju ekskresi amoniak meningkat dengan cepat sebagai respon terhadap penambahan protein pakan. Dosdat et al. (1996) dalam penelitiannya membuktikan bahwa ekskresi amoniak tertinggi pada ikan berukuran 10 gram, terlihat pada 3-5 jam setelah mengkonsumsi pakan dan pada ikan berukuran 100 gram terlihat pada 5-8 jam setelah makan.
III. BAHAN DAN METODA PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2007 sampai Februari 2008 di Pusat Studi Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (PSIK-IPB), Ancol, Jakarta Utara serta di Laboratorium Nutrisi dan Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor di Bogor. 3.2 Rancangan Penelitian dan Analisis Data 3.2.1 Rancangan Penelitian Desain penelitian ini merupakan model eksperimental laboratoris, dengan kondisi lingkungan homogen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap I dan tahap II. 3.2.2 Percobaan Tahap I Percobaan tahap satu dimaksud untuk menentukan padat tebar dan berapa banyak amoniak hasil ekskresi yang dikeluarkan oleh udang vaname setelah mengkonsumsi pakan. 3.2.2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan tahap satu yaitu enam buah akuarium berukuran 60 x 40 x 50 cm. Empat buah toples berukuran 2,5 liter sebagai wadah tempat perlakuan ekskresi amoniak. Botol sampel bervolume 100 ml sebanyak 24 buah. Untuk mengukur bobot digunakan timbangan digital. Untuk mengukur kandungan total amoniak nitrogen (TAN) dari ekskresi digunakan alat spektrofotometer. Adapun bahan yang digunakan adalah 60 ekor udang vaname berukuran 6-7 gram yang berasal dari Lampung. Untuk pakan udang digunakan pakan komersil dengan kandungan protein 40%.
3.2.2.2 Pelaksanaan Percobaan Untuk mengetahui kepadatan udang yang paling baik yang akan digunakan pada pemeliharaan udang dan rumput laut di tahap 2 dilakukan pemeliharaan dalam enam buah akuarium dengan kepadatan 5, 10 dan 15 ekor udang/100 liter air dengan dua ulangan selama satu minggu. Akuarium diisi air laut sebanyak 100 liter dan diberi aerasi. Suhu dipertahankan 27-30 oC dan salinitas 25-28 ppt. Pada malam hari wadah ditutup dengan plastik hitam untuk membuat kondisi media 12 jam terang dan 12 jam gelap. Pakan diberikan empat kali sehari yaitu pukul 07.00, 12.00, 17.00 dan 21.00 WIB. Pakan diberikan 3-4% dari biomassa udang per hari. Pakan buatan yang diberikan berupa pelet komersil dengan kandungan protein 40%. Selama masa pemeliharaan tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air. Dilakukan pengukuran bobot udang diawal sebelum ditebar dan di akhir masa pemeliharaan. Skema penelitian tahap I dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah penelitian diatas dilanjutkan dengan pengamatan ekskresi. Pengamatan ekskresi amoniak dilakukan untuk menganalisis berapa banyak amoniak yang dikeluarkan oleh udang uji setelah mengkonsumsi pakan yang diberikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengamatan ini udang dipuasakan terlebih dahulu selama 1 (satu) hari, kemudian ditimbang bobotnya. Setelah itu, udang diberi pakan sampai kenyang dan dibiarkan selama 1 jam agar udang beradaptasi. Udang yang telah diberi pakan ditimbang kembali dan selanjutnya siap dimasukkan ke dalam wadah. Sementara itu, empat buah wadah berupa toples bervolume 2,5 liter diisi air sebanyak 1 liter, diberi aerasi kuat, ditutup plastik dan disinari cahaya ultraviolet (UV) selama 8 jam bertujuan untuk meminimalisasi kontaminasi bakteri yang memproduksi amoniak di wadah. Dua wadah tersebut diisi 2 ekor udang setiap toples, sedangkan dua wadah lainnya tidak dimasukkan udang yang digunakan sebagai kontrol (K1 dan K2) . Sebanyak 24 buah botol sampel bervolume 100 ml disiapkan untuk pengambilan air sampel (75 ml/botol sampel). Pengambilan air sampel dilakukan sebanyak 6 kali di setiap wadah, yaitu pada jam ke- 0, 1, 2, 3, 4 dan 5. Pengambilan sampel pada jam ke 0 dilakukan sebelum udang uji dimasukkan ke dalam wadah. Kemudian untuk mengukur kandungan total amoniak nitrogen
(TAN) digunakan metode APHA. Pengukuran total amoniak nitrogen (TAN) dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2.3 Percobaan Tahap II Percobaan tahap II dimaksud untuk menganalisis kemampuan rumput laut Gracilaria verrucosa dalam memanfaatkan nitrogen dari limbah budidaya udang vaname yang dipelihara secara polikultur. Pada percobaan tahap II ini, padat tebar udang digunakan dari hasil terbaik pada percobaan tahap satu. Sedangkan penetapan kepadatan rumput laut berdasarkan hasil penelitian terbaik dari Sukmarumaeti (2002). Percobaan tahap dua terdiri dari empat perlakuan dengan tiga ulangan sebagai berikut : Perlakuan A : padat tebar 0 gram rumput laut/liter air Perlakuan B : padat tebar 3,125 gram rumput laut/liter air Perlakuan C : padat tebar 6,250 gram rumput laut/liter air Perlakuan D : padat tebar 9,375 gram rumput laut/liter air Pada setiap perlakuan tersebut ditambahkan udang vaname dengan kepadatan 5 ekor per 100 liter air. 3.2.3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam percobaan tahap kedua yaitu empat buah bak beton berukuran 1 x 3 x 1 m. Tiap bak dibagi tiga, disekat dengan papan dan dilapisi plastik agar air tidak saling mempengaruhi. Botol sampel bervolume 100 ml. Untuk menimbang udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa digunakan timbangan digital. Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, amoniak, nitrat dan nitrit. Suhu diukur dengan termometer batang dan salinitas diukur dengan hand refraktometer, yang masing-masing diamati setiap hari. Oksigen terlarut, pH, amoniak, nitrat dan nitrit diukur seminggu sekali dengan menggunakan DO-meter dan pH-meter sedangkan untuk mengukur kandungan amoniak, nitrat dan nitrit digunakan alat spektrofotometer.
Bahan yang digunakan adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan bobot 10-11 gram yang berasal dari Lampung. Rumput laut Gracilaria verrucosa yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut, Payau dan Udang (BPBPLAPU) Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebelum diberi perlakuan, udang dan rumput laut diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi laboratorium selama sebulan. Selama proses adaptasi, lingkungan wadah pemeliharaan dibuat optimal dengan suhu air dipertahankan pada kisaran 27-30 oC dan salinitas 25-28 ppt. Untuk pakan udang digunakan pakan komersial dengan kandungan protein 40%. 3.2.3.2 Pelaksanaan Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di luar ruangan (out door). Wadah pemeliharaan diberi naungan atap fiber (fiberglass) agar air hujan tidak mempengaruhi percobaan. Bak diisi air setinggi 50 cm dan diberi aerasi. Air media sebelum ditanami rumput laut di ukur kualitas air dan di analisis kandungan amoniak, nitrat dan nitrit. Penebaran atau penanaman bibit rumput laut ke dalam setiap petak bak dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) berjarak 20 cm dengan ketinggian 30 cm dari dasar. Penanaman bibit dilakukan pada saat keadaan cuaca teduh yaitu pagi hari sebelum matahari meninggi. Setelah rumput laut ditebar baru dimasukkan udang. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi empat kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00, 17.00 dan 21.00 WIB. Pakan yang diberikan sebanyak 3-4% dari biomassa udang per hari. Pakan buatan yang diberikan berupa pelet komersil dengan kandungan protein 40%. Pada penelitian ini tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air agar sisa metabolisme udang tetap didalam wadah budidaya. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu dan dilakukan pengamatan terhadap kelangsungan hidup udang, pertumbuhan udang, pertumbuhan rumput laut dan pengamatan kualitas air, yaitu: pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut, nitrat, nitrit dan amoniak. Untuk mengetahui kandungan nitrogen didalam pakan, tubuh udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa, maka dilakukan analisis proksimat pakan sebelum penelitian, serta analisis proksimat pada udang dan rumput laut di awal dan akhir penelitian. Skema penelitian tahap II dapat dilihat pada Lampiran 4) .
3.3 Analisis Data Parameter yang diuji secara statistik adalah bobot udang vaname dan rumput laut, laju pertumbuhan harian udang vaname dan rumput laut, kelangsungan hidup (SR) udang, retensi nitrogen udang dan rumput laut serta kandungan total amoniak nitrogen (TAN), nitrat dan nitrit di media budidaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dengan tingkat kepercayaan 95%. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan uji wilayah berganda Tukey (Steel & Torrie 1993) menggunakan perangkat komputer dengan piranti lunak SPSS versi 11,5. Data kualitas air dianalisis deskriptif sesuai dengan acuan. 3.4 Parameter yang Diukur dan Pengumpulan Data 3.4.1 Parameter yang Diukur 3.4.1.1 Kelangsungan Hidup (SR) Udang Vaname Tingkat kelangsungan hidup udang vaname selama pemeliharaan dihitung dengan persamaan (Effendie 1997): SR = Nt/No x 100% keterangan: SR = kelangsungan hidup udang (%) Nt = jumlah udang pada hari ke-t (ekor) No = jumlah udang tebar awal (ekor) 3.4.1.2 Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa ditentukan dengan menggunakan rumus (Huisman 1976) : G = {(ln Wt – ln Wo)/t} x 100% keterangan:
G = pertumbuhan harian udang/rumput laut (% per hari) Wt = bobot rata-rata udang atau rumput laut pada hari ke-t (g) Wo = bobot rata-rata udang atau rumput laut awal (g) t = selang sampling (hari)
3.4.1.3 Retensi Nitrogen Nilai retensi nitrogen pada udang dan rumput laut dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut : Retensi N (g) = jumlah N di akhir – jumlah N di awal
3.4.14 Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan terhadap pertambahan biomassa udang pada waktu tertentu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: FCR = jumlah pakan yang diberikan (kg)/pertambahan biomassa udang (kg) 3.4.1.5 Ekskresi Amoniak Nilai ekskresi amoniak dihitung dengan menggunakan rumus (Yigid 2005): Eksresi amoniak/NH3-N (mg N/g tubuh/jam) = {(N2 – N1)/(W x t2–1)} keterangan : N2 = konsentrasi amoniak pada akhir pengamatan (mg/l) N1 = konsentrasi amoniak pada awal pengamatan (mg/l) V = volume air di dalam wadah T2-1 = jarak waktu pengambilan sampling W = bobot udang (g) 3.4.2 Pengumpulan Data 3.4.2.1 Data Bobot Udang dan Rumput Laut Penentuan bobot udang uji dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor udang secara acak dalam setiap wadah percobaan, kemudian ditimbang. Penimbangan ini dilakukan di awal dan setiap seminggu sekali selama masa pemeliharaan. Pengukuran bobot rumput laut dilakukan dengan menimbang (bobot basah) rumput laut pada masing-masing perlakuan. Rumput laut diambil secara acak sebanyak 10 rumpun dari setiap ulangan perlakuan. Cara penimbangan, yaitu rumput laut diangkat dan ditiriskan sampai air berhenti menetes, kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan di tempat terlindung dari sinar matahari langsung, yang dimaksudkan untuk menjaga agar tallus tidak mengalami kekeringan dan mengalami kerusakan. Data bobot rumput laut diamatin diawal dan setiap seminggu sekali selama masa pemeliharaan. 3.4.2.2 Data Kelangsungan Hidup (SR) Udang Pengukuran kelangsungan hidup udang dapat dilakukan dengan menghitung jumlah udang di awal dan akhir serta mengamati jumlah udang yang mati setiap harinya selama masa penelitian.
3.4.2.3 Data Kualitas Air Kualitas air meliputi suhu, salinitas dan pH dilakukan penggukuran setiap hari. Pengukuran DO, total amoniak nitrogen (TAN), nitrat dan nitrit dilakukan seminggu sekali. 3.4.2.4 Data Proksimat Analisis proksimat pakan dilakukan pada awal sebelum pemeliharaan, sedangkan untuk sampel udang dan rumput laut dilakukan uji proksimat pada awal dan akhir penelitian. Analisis yang dilakukan hanya kadar protein saja, ini dilakukan untuk mengetahui jumlah amoniak yang terdapat di tubuh udang vaname dan rumput laut. Analisis proksimat untuk nitrogen dilakukan dengan metode Kjeldahl dijelaskan pada Lampiran 1. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Penelitian Tahap I Penelitian tahap satu ini dilaksanakan dengan tiga perlakuan dan dua ulangan yaitu kepadatan udang vaname sebanyak 5, 10, dan 15 ekor/100 liter air tiap akuarium. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kelangsungan hidup (SR), bobot dan average daily gain (ADG) udang agar diketahui jumlah padat tebar yang baik untuk penelitian tahap kedua sehingga pada penelitian tahap kedua udang yang mati bukan karena terlalu padat tetapi memang dipengaruhi oleh perlakuan. Nilai pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang selama masa penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) selama penelitian tahap I Perlakuan (ekor udang/ 100 liter)
Bobot Awal (g)
Bobot Akhir (g)
Average Daily Gain (ADG) (g/hari)
Kelangsungan Hidup (%)
Total
Ratarata
Total
Ratarata
5
34,074
6,815
41,111
8,222
0,201
100,0
10
75,177
7,518
68,639
8,580
0,152
80,0
15
107,066
7,138
103,021
7,899
0,109
86,7
Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai kelangsungan hidup dan pertambahan berat harian dalam satu periode pemeliharaan udang vaname pada tahap I diperoleh hasil yang paling tinggi pada perlakuan padat tebar 5 ekor/100 liter. Nilai kelangsungan hidup dan ADG udang vaname yang dipelihara secara sederhana dengan padat tebar 7 ekor/m2 di tambak BBPBAP Jepara sebesar 93% dan 2,24 gram per hari pada masa pemeliharaan 60 hari dengan berat rata-rata udang sebesar 8,97 gram (Arifin et al. 2005). Dari data penelitian Budiardi (2008) diperoleh nilai kelangsungan hidup dan ADG udang vaname dengan padat tebar 85 ekor/m2 sebesar 88% dan 0, 199 gram per hari dengan pemeliharaan udang secara intensif di tambak pada masa pemeliharaan 60 hari dengan bobot rata-rata
8,3 gram. Apabila dibandingkan nilai kelangsungan hidup dan ADG udang vaname pada penelitian tahap satu ini dengan hasil penelitian secara sederhana dan intensif diatas maka dapat disimpulkan perlakuan padat tebar 5 ekor per 100 liter yang paling baik karena berada pada kisaran yang normal. Dari hasil tersebut dipilih perlakuan 5 ekor/100 liter untuk digunakan pada penelitian tahap kedua. Pengamatan selama 5 jam menunjukkan bahwa konsentrasi amoniak dalam air sampai jam ke-4 terus meningkat dan mulai menurun pada jam ke-5. Nilai ekskresi amoniak tertinggi pada jam ke-4. Nilai rata-rata ekskresi amoniak per jam sebesar 0,004 mg/g tubuh/jam. Konsentrasi amoniak di dalam air dan nilai ekskresi amoniak dapat dilihat pada Table 2. Tabel 2 Konsentrasi amoniak (mg/l) dalam air selama 5 jam dan ekskresi amoniak rata-rata per jam (mg/g tubuh/jam)
Perlakuan
Waktu Pengamatan (jam ke- )
Bobot Rata-rata Udang (g)
Ekskresi Amoniak (mg/g tubuh/jam)
0
1
2
3
4
5
U1
0,356
0,438
0,535
0,603
0,671
0,620
7,890
0,005
U2
0,544
0,586
0,540
0,580
0,660
0,643
8,214
0,003
Rata-rata
0,450
0,512
0,537
0,591
0,665
0,631
8,052
0,004
4.1.2 Penelitian Tahap II 4.1.2.1 Pertumbuhan Udang Vaname A
B
C
D
Pertumbuhan Harian (%)
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1
2
3
4
Minggu ke-
Gambar 1 Laju pertumbuhan harian udang dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa)
Bobot udang vaname pada minggu ke-2, 3 dan 4 berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05) (Lampiran 11). Bobot udang paling rendah pada perlakuan A (tanpa rumput laut) daripada perlakuan dengan rumput laut (Lampiran 7 dan 11). Laju pertumbuhan harian udang setiap perlakuan terus menurun sampai akhir penelitian. Laju pertumbuhan harian udang tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan tanpa rumput laut (A) dan perlakuan padat tebar rumput laut 3,123; 6,250 dan 9,375 g/l di setiap minggu hingga akhir penelitian. 4.1.2.2 Kelangsungan Hidup Nilai kelangsungan hidup udang vaname (SR) pada penelitian tahap II, pada minggu pertama sampai akhir penelitian tiap minggunya menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05) antar perlakuan dengan rumput laut dan tanpa rumput laut (Lampiran 13). SR udang pada perlakuan dengan rumput laut (B, C dan D) lebih tinggi daripada perlakuan tanpa rumput laut (A). Pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai kelangsungan hidup menunjukkan trend yang sama yaitu SR perlakuan A (tanpa rumput laut) selalu berada dibawah perlakuan dengan rumput laut. Nilai kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan padat tebar rumput laut 3,125 g/l (B) yaitu 82,67%. Nilai kelangsungan hidup udang vaname dari awal sampai akhir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 8.
A
B
C
D
Kelangsungan Hidup (%)
120 100 80 60 40 20 0 0
1
2
3
4
Minggu ke-
Gambar 2 Nilai kelangsungan hidup udang dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa)
4.1.2.3 Pertumbuhan Rumput Laut Pada Tabel 3 ditunjukkan kondisi biomassa rumput laut selama empat minggu pemeliharaan. Pertumbuhan tanaman berbeda antar padat tebar 3,125 g/l dengan 6,250 g/l dan 9,375 g/l (P<0,05). Hal ini dapat dilihat dengan adanya pertambahan bobot basah tanaman dari waktu ke waktu yang diamati setiap minggu. Pertumbuhan tanaman dari setiap periode pengamatan menunjukkan adanya peningkatan pada tahap awal masa pemeliharaan dan mengalami penurunan setelah minggu ketiga. Tabel 3 Bobot (kg) rumput laut Gracilaria verrucosa yang dipelihara bersama udang vaname dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) Minggu ke-
Perlakuan
0
1
2
3
4
B
1,562
a
1,888a
2,284a
2,786a
3,255a
C
3,125b
3,777b
4,564b
5,307b
5,963b
D
4,688c
5,396c
5,927c
6,283c
6,563c
Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata antar perlakuan pada tiap tahap waktu pada taraf uji 5%
Pada Lampiran 15 dijelaskan, bahwa peningkatan laju pertumbuhan harian rumput laut di minggu ke-1 dan ke-2 berbeda nyata antar perlakuan padat tebar 9,375 g/l dengan padat tebar 3,125 g/l dan 6,250 g/l. Sedangkan pada minggu ke-3 dan 4 peningkatan laju pertumbuhan harian rumput laut berbeda antar petak (P<0,05). Peningkatan laju pertumbuhan harian rumput laut terdiri dari tiga kelompok, padat tebar 3,125 g/l paling tinggi yaitu 2,62%, sedang pada padat tebar 6,250 g/l yaitu 2,31% serta kelompok dengan laju pertumbuhan harian paling rendah yaitu padat tebar 9,375 g/l (1,20%). Berdasarkan dari data laju pertumbuhan harian yang disajikan pada Gambar 3, bahwa dari pengamatan minggu ketiga pada perlakuan 3,125 g/l mencapai maksimum dan menurut pada minggu ke-4. Nilai laju pertumbuhan yang berbeda pada perlakuan C dan D dibandingkan
perlakuan
B
disebabkan
adanya
perbedaan
padat
tebar.
Pemeliharaan dengan padat tebar yang tinggi mengakibatkan ketidakseimbangan
nutrien yang tersedia di dalam air dengan kebutuhan untuk pertumbuhan rumput laut yang ada di dalam wadah sehingga nilai laju pertumbuhan hariannya lebih rendah. B
C
D
Laju Pertumbuhan Harian (%)
3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1
2
3
4
M inggu ke-
Gambar 3 Laju pertumbuhan harian rumput laut dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) 4.1.2.4 Rasio Konversi Pakan (FCR) dan Retensi Nitrogen Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa FCR pakan pada penelitian ini tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai FCR terkecil pada perlakuan padat tebar rumput laut 3,125 g/l (1,99) dan terbesar pada perlakuan tanpa rumput laut dengan nilai 2,69. Tabel 4 Nilai konversi pakan (FCR), retensi nitrogen udang dan rumput laut pada perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) dan tanpa rumput laut (A) Perlakuan A B C
FCR a
2,69
a
1,99
a
2,02
Retensi N (gr) Udang
Rumput Laut
b
-
a
14,62a
ab
8,54c
0,59 2,73 1,60
2,24a 1,78ab 12,46b D Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata antar perlakuan pada tiap tahap waktu pada taraf uji 5%
Nilai retensi nitrogen udang berbeda nyata pada setiap perlakuan (P<0,05) sehingga terjadi pengelompokan, yaitu perlakuan dengan retensi nitrogen udang tinggi pada perlakuan padat tebar rumput laut 3,125 g/l, sedang (6,250 g/l dan 9,375 g/l) serta rendah pada perlakuan A tanpa rumput laut. Dari Tabel 4 ditunjukkan bahwa nilai retensi nitrogen rumput laut (Gracilaria verrucosa) berbeda nyata antar perlakuan (P<0,05) dengan retensi pada perlakuan 3,125 g/l lebih tinggi daripada padat tebar rumput laut 6,250 g/l dan 9,375 g/l. 4.1.2.5 Kualitas Air Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi total amoniak (TAN) pada semua perlakuan pada minggu pertama meningkat terutama pada perlakuan kontrol (A). Puncak konsentrasi TAN pada perlakuan tanpa rumput laut (A) dan B (3,125 g/l rumput laut) terjadi pada minggu ini (Gambar 4). Pada minggu ke- 2 konsentrasi TAN menurun pada setiap perlakuan, sedangkan pada minggu ke- 3 konsentrasi TAN pada perlakuan B (3,125 g/l rumput laut) masih terus menurun sebaliknya pada perlakuan tanpa rumput laut, C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) mulai naik kembali sampai akhir penelitian. Peningkatan tertinggi terjadi pada perlakuan D (padat tebar rumput laut tertinggi yaitu 9,375 g/l), yang berbeda nyata nyata dengan perlakuan lainnya (Lampiran 19). A
B
C
D
1.6 1.4 1.2 1.0 0 .8 0 .6 0 .4 0 .2 0 .0 0
1
2
3
4
M ing g u ke-
Gambar 4 Perubahan konsentrasi total amoniak nitrogen (TAN) dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa)
A
B
C
D
1.4
1.2
1.0
0 .8
0 .6
0 .4
0 .2
0 .0 0
1
2
3
4
Ming g u ke-
Gambar 5 Perubahan konsentrasi nitrit dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) A
B
C
D
3 .0
2 .5
2 .0
1.5
1.0
0 .5
0 .0 0
1
2
3
4
M ing g u ke-
Gambar 6 Perubahan konsentrasi nitrat dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) Konsentrasi nitrit pada minggu pertama dari semua perlakuan meningkat pada perlakuan A dan C terus meningkat hingga minggu ke-2 dan baru turun pada
minggu ke-3 hingga akhir penelitian, sedangkan pada perlakuan B dan D pada minggu ke-2 konsentrasi nitrit mulai turun dan terus menurun hingga akhir penelitian (Gambar 5). Dari hasil analisis statistik, pada minggu ke empat nilai kandungan nitrit berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan yang lainnya yaitu perlakuan tanpa rumput laut (A) lebih tinggi daripada padat tebar rumput laut 3,125 g/l; 6,250 g/l dan 9,375 g/l. Konsentrasi nitrat meningkat di minggu ke-1, dan terjadi penurunan di minggu ke-3 sampai akhir penelitian (Gambar 6). Kandungan nitrat pada minggu ke-1 berbeda antar perlakuan. Kandungan nitrat tertinggi pada perlakuan padat tebar tanpa rumput laut 9,375 g/l yaitu 0,945 mg/l. Hasil analisis statistik pada minggu ke-2, 3 dan 4 tidak berbeda (P>0,05) antar perlakuan. Pengamatan kualitas air pemeliharaan meliputi oksigen terlarut (DO), suhu, salinitas dan pH. Salinitas dan oksigen terlarut pada media dengan rumput laut fluktuasinya lebih kecil dari pada media tanpa rumput laut. Sedangkan untuk suhu dan pH pada setiap perlakuan tidak ada perbedaan, suhu dan pH pada perlakuan dengan rumput laut dan tanpa rumput laut hampir sama sampai akhir penelitian (Lampiran 10). Nilai dari keempat parameter kualitas air media pemeliharaan masih di dalam kisaran normal untuk hidup udang dan rumput laut (Gracilaria verrucosa). 4.2. Pembahasan Pemanfaatan nitrogen terlarut oleh rumput laut di perairan bertujuan untuk mengurangi beban dalam media budidaya. Pada minggu awal penelitian terlihat jelas (Gambar 4) kandungan total amoniak nitrogen (TAN) pada perlakuan tanpa rumput laut (A) meningkat tiga kali lebih tinggi dari perlakuan dengan rumput laut (B, C dan D). Kandungan TAN pada perlakuan dengan rumput laut bertambah
tetapi
tidak
terlalu
tinggi,
dikarenakan
rumput laut
dapat
memanfaatkan senyawa nitrogen (Lampiran 9). Rumput laut dapat memanfaatkan N terlarut dalam perairan melalui proses difusi dengan seluruh bagian tubuhnya. Semakin tinggi kemampuan rumput laut mampu menyerap N terlarut di media budidaya, maka semakin besar nilai pertumbuhannya dalam artian akan semakin meningkat juga kandungan N dalam tubuh rumput laut. Hal ini dapat dilihat dari
kandungan N rumput laut yang meningkat. Kandungan N dalam berat kering tertinggi pada perlakuan padat tebar rumput laut B (3,125 g/l) yaitu 3,93% kemudian perlakuan C (9,375 g/l) sebesar 2,92% dan terendah pada perlakuan C (6,250 g/l) yaitu 2,33%. Bukti penyerapan total amoniak nitrogen (TAN) dapat dilihat secara statistik (Lampiran 15) adanya perbedaan antar perlakuan laju pertumbuhan harian rumput laut pada padat tebar 9,375 g/l lebih rendah daripada perlakuan lainnya. Nitrogen sangat penting bagi rumput laut dalam pengaturan metabolisme dan reproduksi. Pertumbuhan dan biomas dapat tercapai dengan baik bila tanaman laut ini tercukupi nitrogen. Pengambilan nitrogen oleh tanaman laut bukan hanya fungsi dari konsentrasi N eksternal tetapi juga konsentrasi N internal di dalam jaringan tanaman. Pengambilan dan penyimpanan N oleh rumput laut dapat dipengaruhi oleh konsentrasi N anorganik terlarut di dalam air dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi ekologis N dalam jaringan tumbuhan dan kecepatan pertumbuhan. Konsentrasi N yang rendah di lingkungan tidak dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan N untuk penggunaan selanjutnya. Tetapi rumput laut mempunyai kemampuan untuk mengasimilasi dan menyimpan nutrien dari lingkungannya khususnya pada saat konsentrasi rendah. Kandungan N dalam berat kering pada perlakuan C dan D lebih kecil dari B diduga walaupun jumlah N di air tinggi tetapi dalam bentuk nitrat dan nitrit, Gracilaria kurang mampu memanfaatkannya. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Patadjai (1993) dan Sukmarumaeti (2002), bahwa nitrogen dalam bentuk amoniak yang paling utama diserap oleh rumput laut. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhannya, N cadangan yang tersimpan di dalam jaringan dipergunakan terlebih dahulu untuk pertumbuhan (Risjani 1999). Kemampuan penyerapan N dari limbah budidaya udang tiap perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut tertinggi pada perlakuan B (3,125 g/l) yaitu 14,62 g kemudian (9,375 g/l) sebesar 12,46 g dan terkecil pada perlakuan C (6,250 g/l) sebesar 8,54 g (Lampiran 9). Pada perlakuan B selama empat minggu pemeliharaan, rumput laut mampu memanfaatkan 14,62 g N terlarut dari limbah budidaya udang sehingga bobot rumput laut bertambah menjadi dua kalinya. Jika dihitung dalam per jam, rumput laut mampu menyerap N terlarut sebesar 0,013 g
N/kg tubuh/jam. Walaupun pemanfaatan N oleh rumput laut pada penelitian ini lebih kecil dari hasil pengukuran Harris et al. (2008) yaitu rumput laut Gracilaria sp. mampu memanfaatkan N di media budidaya multi-tropik dari 0,6 ppm pada pengukuran jam 06.00 menjadi 0-0,125 ppm pada jam 16.45, tetapi kemampuan penyerapan ini sudah 3 kali lebih besar dari nilai produksi N eksresi udang per kilogram tubuh per jam pada penelitian tahap satu. Artinya N terlarut dari hasil ekskresi udang mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh rumput laut. Pemanfaatan amoniak perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) lebih besar dari pada pelakuan B (3,125 g/l) hanya di awal penelitian saja. Keadaan tersebut tidak bertahan lama karena jumlah amonium sudah berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutriennya rumput laut memanfaatkan nitrat dan nitrit. Ini dapat dilihat dari semakin menurunnya kandungan nitrat dan nitrit di media budidaya (Gambar 5 dan 6). Alga umumnya menyerap nitrogen secara bertahap, yaitu: Amonium > nitrat > nitrit. Pemanfaatan nitrat dan nitrit oleh rumput laut kurang efisien karena nitrat dan nitrit harus terlebih dahulu direduksi sebelum digunakan oleh sel-sel rumput laut. Nitrat dimanfaatkan oleh rumput laut untuk metabolisme dengan bantuan enzim nitrat reduktase yang dihasilkannya (Patadjai 1993). Penyerapan nitrat dan nitrit oleh rumput laut dipengaruhi oleh konsentarsi amonium dalam media. Karena yang dimanfaatkan rumput laut pada perlakuan C dan D nitrat dan nitrit, pertumbuhannya tidak secepat pada awal penelitian yang lebih banyak memanfaatkan amonium. Pertumbuhan rumput laut di dua minggu pertama cepat kemudian menurun hingga akhir penelitian. Hal yang sama dengan penelitian Soriano (2002), pemeliharaan rumput laut Gracilaria sp. di saluran pembuangan tambak udang vaname 15 hari pertama mencapai 8,8% kemudian trus menurun. Hal ini juga dipengaruhi keadaan cuaca yang tidak mendukung, pada minggu ketiga hingga akhir penelitian terjadi hujan dan banjir. Rumput laut memerlukan proses fotosintesi untuk pertumbuhannya. Proses fotosintensi dapat berjalan lancar bukan karena adanya nutrien saja tetapi membutuhkan sinar matahari. Rendahnya pertumbuhan juga dikarenakan kepadatan rumput laut dalam satu rumpun yang terlalu tinggi. Rumput laut yang diikat dan padat tebarnya tinggi bila rumpunnya sudah makin besar mengurangi ruang gerak dari rumput
laut itu sendiri, hal ini merupakan gejala yang normal. Padat tebar yang tinggi, ruang gerak menjadi sempit sehingga susah untuk berkembang dan kebutuhan akan nutrien terus meningkat (Sidik et al. 2002). Pada perlakuan B dengan padat tebar rumput laut paling rendah (3,125 g/l) pertumbuhan maksimal dicapai pada minggu ketiga. Dari minggu ke minggu pengurangan TAN pada perlakuan B terus meningkat hingga mencapai minimum. Penyerapan amoniak yang bertahap dapat meningkatkan pertumbuhan yang baik sehingga diperoleh nilai laju pertumbuhan harian terbesar. Perlakuan B (3,125 g/l rumput laut) karena dapat memanfaatkan amoniak dalam waktu yang lama sehingga pertumbuhannya bisa lebih baik dan cepat dari pada perlakuan C dan D yang harus memproses nitrat dan nitrit untuk memenuhi kekurangan kebutuhan akan nutrien. Hal ini dapat dilihat dari jumlah N di rumput laut akhir penelitian yang meningkat dari 3,04% menjadi 3,93%. Budidaya rumput laut Gracilaria parvispora dengan mengunakan air buangan dari tambak udang dapat meningkatkan kandungan nitrogen di tallus dari 1% menjadi 3,5% dengan laju pertumbuhan 8-9% per hari lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan rumput laut yang diberi pupuk kimia hanya 4-5% per hari (Glenn et al. 2002). Pada penelitian ini nilai laju pertumbuhan harian rata-rata rumput laut tertinggi pada perlakuan B yaitu 2,62%, kemudian C (2,31%) dan terendah pada perlakuan D (1,20%). Walaupun nilai laju pertumbuhan ini lebih kecil dari penelitian (Sukmarumaeti 2002; Soriano 2002) tetapi masih dalam kisaran normal yang lebih besar dari hasil penelitian yang dilakukan Hendrajat dan Mangampa (2007) dengan laju pertumbuhan 1,08-2,09%. Perbedaan produksi biomassa yang diperoleh terutama dikarenakan sistem budidaya dan spesies rumput laut yang digunakan. Pada minggu kedua perlakuan tanpa rumput laut (A) kandungan total amoniak nitrogen (TAN) turun drastis. Hal ini dikarena adanya oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Terlihat pada Gambar 5 dan 6 nilai kandungan nitrat dan nitrit terus meningkat hingga mencapai puncak. Ini sangat mungkin terjadi dikarenakan pada media budidaya diberi aerasi sehingga kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi terpenuhi. Bukti yang mendukung terjadinya proses oksidasi dapat dilihat dari kandungan oksigen terlarut pada
perlakuan A dari minggu ke minggu hingga akhir penelitian terus berkurang. Boyd (1981) menyatakan bahwa untuk proses oksidasi amoniak sebagai sumber energi, CO2 sebagai sumber karbon dan O2 untuk proses oksidasinya. Pada perlakuan dengan rumput laut oksidasi terjadi juga tetapi karena amoniak banyak yang dimanfaatkan oleh rumput laut maka yang dioksidasi menjadi nitrit lebih sedikit ini dapat dilihat dari Gambar 5. Proses oksidasi amoniak sedikit, pengurangan oksigen terlarut di media budidaya juga sedikit. Dilain pihak rumput laut juga menyumbang oksigen dari hasil fotosintesis. Izzati (2005) menyatakan rumput laut Gracilaria sp. dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut 14,5% di perairan tambak. Walaupun terjadi proses respirasi tetapi konsentrasi oksigen terlarut dari proses fotosintesis oleh rumput laut lebih tinggi. Rumput laut Gracilaria sp. mampu menyuplai oksigen terlarut sekitar 2,86 mg/L selama 24 jam ke media pemeliharaan ikan bandeng, udang vaname dan rumput laut (Harris et al. 2008; Neori et al. 2004). Pada minggu keempat penelitian, nilai kandungan total amoniak nitrogen (TAN) kembali meningkat pada semua perlakuan. Nilai tertinggi pada perlakuan D (9,375 g/l rumput laut). Hal ini dikarenakan adanya pemberian pakan serta makin banyaknya sisa ekskresi dan feses yang dikeluarkan udang dan adanya rumput laut yang mati. Selain itu pertumbuhan maksimal rumput laut telah dicapai pada minggu ketiga. Bila pertumbuhan maksimal sudah tercapai, kemampuan menyerap N akan menurun oleh sebab itu rumput laut lebih baik di panen pada minggu ketiga. Pertumbuhan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air (Hamsiah 2000). Peningkatan biomassa merupakan tingkat pemberian pakan yang ditransformasikan menjadi biomas udang. Tingkat pemanfaatan pakan dapat terindikasi dari peningkatan biomassa total dan peningkatan jumlah pakan yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pertambahan bobot rata-rata individu udang pada setiap perlakuan sampai akhir penelitian. Udang pada perlakuan dengan rumput laut bobot rata-rata individunya lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa rumput laut. Namun karena adanya perbedaan kualitas air lingkungan budidaya pertumbuhan dari tiap perlakuan pun berbeda. Kualitas air yang baik mampu
mendukung kehidupan udang, sehingga mampu meningkatkan nafsu makan udang. Hal ini dapat dilihat dari nilai FCR dan retensi tiap perlakuan. Nilai FCR mengindikasikan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan oleh udang sekaligus mempengaruhi beban limbah nutrien yang terbuang ke lingkungan perairan. Kontribusi N yang berasal dari pakan terhadap beban limbah akan dipengaruhi oleh nilai FCR dan retensi nutrien dalam biomassa udang. Perbedaan jumlah N yang terdapat di dalam pakan dan udang yang diproduksi merupakan jumlah beban N yang masuk ke dalam media budidaya. Pada perlakuan B (3,125 g/l rumput laut) dengan nilai FCR terkecil (1,99) memberikan biomassa (350,16 g) dan nilai kelangsungan hidup tertinggi (82,67%). Pada perlakuan B ini pakan yang diberikan banyak dimanfaatkan oleh udang. Pakan yang diberikan dimakan, dicerna dan diretensi oleh tubuh sebagai pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari nilai retensi nitrogen udang pada perlakuan B paling besar (2,73 g) sehingga dapat meningkatkan biomassa udang. Pakan yang tidak dapat dicerna dan yang dikeluarkan melalui ekskresi serta sisa pakan yang tidak termakan jumlahnya lebih sedikit dari pada perlakuan A, C dan D, ini dapat dilihat dari kandungan N di air. Pada perlakuan B nilai total amoniak nitrogen (TAN) dan nitrit lebih rendah daripada perlakuan yang lainnya. Untuk menumbuhkan udang dari 265,95 g menjadi 350,20 g ternyata dikeluarkan limbah N sebanyak 15,36 g (Lampiran 9). Sebahagian besar dari limbah tersebut (14,62 g) mampu diretensi oleh pertumbuhan rumput laut sebanyak 1,69 kg dan sisa limbahnya sebanyak 0,74 g N masih tersisa di dalam air (Lampiran 9). N yang tersisa di bak pemeliharaan semakin kecil (mendekati 0) menunjukkan keefektifan tingkat pemanfaatan N terlarut oleh rumput laut. Pada perlakuan B sisa N di bak pemeliharaan paling rendah. Kemampuan rumput laut dalam memanfaatkan nitrogen terlarut di perairan dapat membuat lingkungan budidaya lebih baik dan dapat mendukung kehidupan udang yang dipelihara bersamanya. Ini terlihat dari nilai kelangsungan hidup udang selama pelaksanaan penelitian. Dari hasil analisis statistik (Lampiran 13) bahwa perbedaan padat tebar rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai kelangsungan hidup udang. Nilai kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B (3,125 g/l) yang mencapai 82,67%. Pada perlakuan dengan rumput laut selain mampu meyerap N di perairan,
pada media ini N yang tersisa di perairan lebih banyak dalam bentuk nitrat. Sedangkan pada perlakuan tanpa rumput laut N di media perlakuan banyak dalam bentuk amoniak dan nitrit, bentuk ini berbahaya terhadap udang. Hal ini dapat menyebabkan
udang mati
karena
keracunan
dan
kekurangan
oksigen.
Dikarenakan adanya penambahan aerasi di setiap perlakuan, sehingga kebutuhan oksigen untuk respirasi dan perombakan oleh bakteri masih terpenuhi. Pada penelitian ini kandungan amoniak dalam air masih berada dalam kisaran yang aman bagi pemeliharaan udang 0,05-0,10 mg/l tetapi kandungan nitrit yang sudah diluar ambang batas yang baik yaitu 0,01-0,05 mg/l (Fatimah 2004). Namun karena konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan > 5 mg/l maka udang masih dapat hidup normal. Secara umum kualitas air (salinitas, suhu dan pH) berada dalam kisaran yang aman untuk hidup dan tumbuhnya udang dan rumput laut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan perbedaan padat tebar rumput laut (Gracilaria verrucosa) yang dipelihara dalam skala laboratorium, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penambahan rumput laut (Gracilaria verrucosa) dengan biomassa 3,125 gram/liter pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dapat meningkatkan derajat kelangsungan hidup udang dari 62,67% (tanpa rumput laut) menjadi 82,67% dan bobot akhir rata-rata udang dari 15,58 gram (tanpa rumput laut) menjadi 16,99 gram. 2. Pertumbuhan udang vaname sebesar 84,25 gram mengeluarkan limbah N sebanyak 15,36 gram dan 14,62 gram (95,18%) dari jumlah tersebut mampu dimanfaatkan oleh rumput laut Gracilaria verrucosa untuk membentuk biomassa sebanyak 16,9 kg. 5.2 Saran Dari penelitian ini disarankan untuk melakukan budidaya polikultur udang vaname dan rumput laut (Gracilaria verrucosa) dengan keseimbangan 5 ekor udang dan 312,5 gram rumput laut per 100 liter media pemeliharaan. Penelitian lanjutan yang disarankan adalah memperpanjang masa pemeliharaan sehingga didapatkan model sistem budidaya polikultur untuk pendederan (30 hari) dan pembesaran (60 hari).
DAFTAR PUSTAKA Angkasa WI, Wisnu S, Achmad Z, Anggadiredja J. 2000. Budidaya rumput laut Eucheuma sp di perairan pantai dan Gracilaria sp di tambak. Workshop Aplikasi IPTEK. Mataram 7-9 Desember 2000. hlm 14-28. [APHA] America Public Health Association. 1975. Standar Method for The Examination of Water and Wastewater. American Water Works Assosiation and Water Pollution Control Federation. 14th. Ed., Washington, D.C. 1193 hlm. Arifin Z, Andrat K, Subiyanto. 2005. Teknik produksi udang vaname (Litopenaeus vannamei) secara sederhanan. 9 hlm. [terhubung berkala]. http://benih.perikananbudidaya.go.id/teknologi/vanmei%20sdhn%20FIB%2 02005.doc. [30 Juli 2007]. Balai Budidaya Air Payau, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut Gracilaria di Tambak. Situbondo. Boyd CE. 1981. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Books Co. Ltd., Amsterdam. 318 hlm. Budiardi T. 2008. Keterkaitan produksi dengan beban masukkan bahan organik pada sistem budidaya intensif udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone 1931). [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 103 hlm. Chien YH. 1992. Water quality requirement and management for marine shrimp culture. Di dalam: Wyban J, editor. Proceeding of the Special Session on Shrimp Farming. USA: World Aquaculture Society. hlm. 144-156. Crear BJ, Forteath GNR. 2002. Feeding has the largest effect on the ammonia excretion rate of the southern rock lobster Jasus edwardsii , and the western rock lobster Panulirus cygnus. Aquacultural Engineering 26: 239-250. Damar A. 1992. Studi Kemungkinan Budidaya Algae Laut Gracilaria lichenoides di Tambak di Perairan Pantai Selatan Kabupaten Pandeglang Jawa Barat. Fakultas Perikanan, IPB. 39 hlm. Dosdat A, Servais F, Mentailer R, Huelvan C, Desbruyeres E. 1996. Comparison of nitrogeneous losses in five teleost fish spesies. Aquaculture 141: 107-127. Doty MS. 1971. Measurement of water movement in references to benthic algae growth. Bot. Mar. XIV: 32-35.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hlm. Fatimah. 2004. Pembesaran udang vanamei di tambak. Jawa Timur: Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Glenn EP et al. 2002. A community-based polyculture system in Hawaii that incorporates all the life stage of Gracilaria parvispora (Rhodophyta). Proceeding of the Symposium at the XVII International Seaweed. Seaweed Industry Asosociation of the Philippines. hlm 65-73. Guanzon NG Jr, De Castro TR, Lorque FM. 2004. Polyculture of milkfish Chanos-chanos (Forsskal) and the red seaweed Gracilariopsis bailinae (Zhang et Xia) in brackish water earthen ponds. Journal of Aquaculture Research 35: 423-431. Haglund K, Pedersen M. 1988. Spray cultivation of seaweed in recirculating brackish water. Aquaculture vol. 72:181-189. Hamsiah. 2000. Peranan keong bakau (Telescopium telescopium L.) sebagai biofilter dalam pengelolaan limbah budidaya tambak udang intensif [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 77 hlm. Harris E, et al. 2008. Peran rumput laut (Gracilaria sp) dalam produksi oksigen pada budidaya udang system multi-tropik. Makalah disajikan pada Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur II, Bogor 14-8-2008. Harowitz A, Harowitz S. 2000. Microorganisms and feed management in aquaculture. Advocate. 33-36 hlm. Hendrajat EA, Mangampa M. 2007. Pengaruh Kepadatan Rumput Laut Gracilaria verrucosa terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Laporan hasil penelitian . Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros. hlm 69-72. Huisman EA. 1976. Food conversion efficiencies at maintenance and production level for carp,Cyprinus carpio L. and rainbow trout, Salmon gairdneri R. Aquaculture 9(3): 259-273. Izzati M. 2005. Ganggang merah dewa penyelamat udang windu. Trubus: 423(7071). Jones AB. 1993. Macroalgal nutrient relationships. [A literature Review Submittet The Bachelor of Science]. Department of Botany University of Queensland. 52 hlm. Kadi A, Atmadja WS. 1988. Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. 71 hlm.
Kim DH. 1970. Economically important seaweed in Chile Gracilaria. Bot. Mar. 13: 140-162. Martinez CL, Campana AT, Porhas MAC. 2003. Dietary protein level and natural food management in the culture of blue (Litopenaeus stylirostris) and white shrimp (Litopenaeus vannamei) in microcosms. Aquaculture Nutrition 9: 155-160 hlm. Ming, FW. 1985. Ammonia excretion rate as an index for comparing efficiency of dietary protein utilization among rainbow trout (Salmon gairdneri) different strains. Aquaculture 46: 27-35. Mustafa A, Ratnawati E. 2005. Faktor pengelolaan yang berpengaruh terhadap produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) di tambak tanah sulfat masam (Studi kasus di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan). Jur. Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 11 No. 7: 67-74. Neori A, et al. 2004. Integrated aquaculture: rationale, evolution and state of the art emphasizing seaweed biofiltration in modern mariculture. Aquaculture 231: 361-391. Patadjai RS. 1993. Pengaruh pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan kualitas rumput laut Gracilaria gigas Harv. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 83 hlm. Regnault M. 1987. Nitrogen excretion in marine and fresh-water Crustacea. Biol. Rev. 62, 1-24. Risjani Y. 1999. Physiology of nitrogen nutrition in Indonesia marine plant : part one. Variation in growth and tissue nitrogen of Eucheuma cottonii in relation to environmental nitrogen. J. Penelitian Ilmu-ilmu Hayati (Life Sciences) 11 (1): 42-56. Ritawati. 1990. Laju pertumbuhan rumput laut Gracilaria lichenoides (L) Gmel. berdasarkan kedalaman dan jarak tanam. [Karya Ilmiah]. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 80 hlm. Sidik, AS, Sarwono, Agustina. 2002. Pengaruh padat penebaran terhadap laju nitrifikasi dalam budidaya ikan system resirkulasi tertutup. Jurnal Akuakultur Indonesia, 1(2): 47-51. Soriano EM, Morales C, Moreira WSC. 2002. Cultivation of Gracilaria (Rhodophyta) in shrimp pond effluents in Brazil. Aquaculture Research 33 : 1081-1086. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi kedua. PT. Gramedia. Jakarta. 772 hlm.
Sukmarumaeti. 2002. Pembenahan air buangan untuk meningkatkan produksi udang windu (Penaeus monodon Fab.) [skripsi]. Bogor: Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 40 hlm. Syah R, Suwoyo HS, Undu MC, Makmur. 2006. Pendugaan Nutrient Budget tambak intensif udang, Litopenaeus vannamei. J. Riset Akuakultur 1(2): 181-202. Takeuchi W. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA. 233 hlm. Tjaronge M. 2005. Polikultur rumput laut, Gracilaria sp. dan ikan Bandeng, Chanos chanos dengan padat penebaran yang berbeda. J. Penelitian Perikanan Indonesia 11 (7) : 79 -85 hlm. Velasco M, Lawrence AL, Neill WH. 1998. Developmen of a static-water ecoassay with microcosm tanks for postlarva Penaeus vannamei. Aquaculture 161: 79-87. Yigit MS, Turker AB, Bilgin S. 2005. Using ammonia nitrogen excretion as an index for evaluating protein quality of prawns in turbot (Psetta maeotica) nutrition. Turkey J Vet Anim Sci 29 : 1343-1349.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Prosedur analisis kadar protein (Metode Semi Mikro Kjedahl, Takeuchi, 1988) A. Prosedur Oksidasi : 1. Sampel ditimbang 0.5 g (S), dimasukkan ke dalam labu kjedahl. 2. Katalis (K2SO4 + CuSO4 + H2O) rasio 9 : 1 ditimbang sebanyak 3 g dan dimasukkan ke dalam labu kjedahl. 3. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu kjedahl kemudian dipanaskan pada suhu 400 oC selama 3-4 jam sampai cairan dalam labu berwarna hijau bening. 4. Larutan didinginkan, ditambahkan air destilasi 100 ml, kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades hingga volume larutan tersebut mencapai 100 ml (larutan A). B. Prosedur Destilasi : 1. Labu Erlenmeyer diisi dengan 10 ml H2SO4 0.05 N, ditambahkan 2 tetes indikator methyl red (larutan B). 2. Larutan A diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkanke dalam labu kjedahl. Lakukan destruksi selama 10 menit mulai saat tetesan pertama pada larutan B. C. Titrasi : 1. Hasil detruksi dititrasi dengan NaOH 0.05 N, dan volume titran dicatat. 2. dilakukan juga terhadap blanko dengan prosedur yang sama. D. Nitrogen (%) = 0.0007* x (Vb – Vs) x F x 20** S Protein (%) = Nitrogen x 6.25 Keterangan : Vs = volume titran NaOH 0.05 N (ml) untuk sampel Vb = volume titran NaOH 0.05 N (ml) untuk blanko F = faktor koreksi dari 0.05 N larutan NaOH S = bobot sampel (g) * = setiap ml 0.05 N NaOH ekivalen dengan 0.0007 g nitrogen ** = volume larutan sampel yang diambil dari 100 ml menjadi 5 ml
Lampiran 2 Prosedur analisis amoniak (APHA-AWWA-WPCF, 1975) 1. Sampel sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam gelas beker. Tambahkan 1 tetes MnSO4 0.003 M, kemudian diaduk. 2. Tambahkan 0.5 ml larutan chlorox 20% diaduk, lalu segera tambahkan 0.6 ml larutan phenate. Aduk kembali dan diamkan selama 25 menit. 3. Ukur nilai absorban menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. 4. Lakukan prosedur yang sama pada larutan blanko dan standar. Larutan Phenat 1 gr phenol + 0.25 NaOH + 10 ml aquades lalu diaduk sampai larut. Larutan Chlorox 4 ml hipoclorin + 16 ml aquades (pH 12) lalu diaduk kemudian tambahkan HCl sampai pH larutan 7.
40
Lampiran 5 Persiapan penelitian tahap II
Stok Rumput Laut
Ditimbang
Rumput laut diikat dengan tali rapia, kemudian setiap rumpun di ikat pada tali ris dengan jarak 20 cm
41
Udang dari bak stok di timbang
Bak perlakuan \
Bak perlakuan yang sudah diisi rumput laut dan udang
42
Lampiran 6 Udang vaname (Litopenaeus vannamei) hasil panen, pakan dan air sampel pada perlakuan A, B, C dan D
Lampiran 7 Bobot (g) dan nilai laju pertumbuhan harian (%) udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke- 1, 2, 3, 4 dan total Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata B1 B2 B3 Rata-rata C1 C2 C3 Rata-rata D1 D2 D3 Rata-rata
Awal Ratarata Total 10.883 266.405 10.691 267.266 10.622 265.543 10.732 266.405 10.728 268.206 10.610 265.250 10.576 264.393 10.638 265.950 10.937 273.430 10.882 272.050 10.549 263.726 10.789 269.735 10.613 265.320 10.526 263.151 10.879 271.969 10.673 266.813
M1 Ratarata Total 11.557 242.697 11.765 247.065 12.570 301.680 11.964 263.814 12.073 301.825 12.553 301.272 12.076 301.900 12.234 301.666 12.046 301.150 12.949 310.776 12.263 294.312 12.419 302.079 11.447 286.175 12.286 294.864 12.788 306.912 12.174 295.984
M2 Ratarata Total 12.573 251.460 13.774 275.480 13.345 293.590 13.231 273.510 13.292 332.300 14.837 341.251 13.669 328.056 13.933 333.869 13.716 329.184 14.765 354.360 13.549 311.627 14.010 331.724 12.907 309.768 14.348 330.004 13.953 320.919 13.736 320.230
M3 Ratarata Total 14.079 253.420 15.749 283.482 13.861 263.359 14.563 263.358 14.817 355.608 16.450 345.450 14.945 328.790 15.404 343.283 15.373 338.206 16.115 354.530 15.032 315.672 15.507 336.136 15.401 338.822 15.518 310.360 14.855 311.955 15.258 320.379
M4 Ratarata Total 16.252 243.780 16.096 257.536 14.376 230.016 15.575 243.777 16.479 362.538 18.264 347.016 16.240 341.040 16.994 350.198 16.655 316.445 17.267 362.607 16.043 304.817 16.655 327.956 16.591 331.820 17.096 307.728 16.030 304.570 16.572 314.706
Pertumbuhan harian 1 1.154 1.368 2.406 1.644 1.687 2.402 1.895 1.995 1.379 2.484 2.151 2.005 1.081 2.209 2.310 1.867
2 1.204 2.252 0.855 1.437 1.374 2.388 1.770 1.844 1.855 1.875 1.425 1.718 1.715 2.216 1.246 1.726
3 1.616 1.914 0.542 1.357 1.552 1.474 1.275 1.434 1.629 1.250 1.484 1.454 2.524 1.120 0.895 1.513
4 2.051 0.311 0.521 0.961 1.519 1.494 1.187 1.400 1.144 0.986 0.930 1.020 1.063 1.383 1.088 1.178
Total 1.507 1.461 1.081 1.350 1.533 1.940 1.532 1.668 1.502 1.649 1.497 1.549 1.596 1.732 1.384 1.571
44
Lampiran 8 Nilai kelangsungan hidup (SR) udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut A (tanpa rumput laut), B (3,125 g/l), C (6,250 g/l) dan D (9,375 g/l) pada minggu ke- 1, 2, 3 dan 4 Perlakuan
SR udang pada minggu ke-
A1 A2 A3
0 100.00 100.00 100.00
1 84.00 84.00 96.00
2 80.00 80.00 88.00
3 72.00 72.00 76.00
4 60.00 64.00 64.00
Rata-rata B1 B2 B3
100.00 100.00 100.00 100.00
88.00 100.00 96.00 100.00
82.67 100.00 92.00 96.00
73.33 96.00 84.00 88.00
62.67 88.00 76.00 84.00
Rata-rata C1 C2 C3
100.00 100.00 100.00 100.00
98.67 100.00 96.00 96.00
96.00 96.00 96.00 92.00
89.33 88.00 88.00 84.00
82.67 76.00 84.00 76.00
Rata-rata D1 D2 D3
100.00 100.00 100.00 100.00
97.33 100.00 96.00 96.00
94.67 96.00 92.00 92.00
86.67 88.00 80.00 84.00
78.67 80.00 72.00 76.00
Rata-rata
100.00
97.33
93.33
84.00
76.00
45
Lampiran 9 Nilai bobot, retensi, produksi N udang vaname dan bobot, retensi rumput laut dengan perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut Peubah
Perlakuan A (tanpa RL)
B (3,125 g/l)
C ( 6,250 g/l)
D (9,375 g/l)
Pakan (g)
257,24
283,09
264,37
287,98
N pakan (g)
16,44
18,09
16,90
18,41
W udang (g)
266,41
265,95
269,74
266,81
N udang (%)
7,44
7,43
7,53
7,45
W rumput laut (g)
1.562,60
3.125,26
4.688,29
N rumput laut (g)
8,06
16,13
24,19
350,20
327,96
314,71
Awal
Akhir W udang (g)
243,78
N udang (%)
1,78
10,16
9,13
9,22
W rumput laut (g)
3.255,12
5.963,78
6.563,24
N rumput laut (g)
22,68
24,67
36,65
2,73
1,60
1,78
14,62
8,54
12,46
Retensi udang (g)
0,59
rumput laut (g) produksi N udang (g)
15,85
15,36
15,30
16,63
N di air (g)
15,85
0,74
6,76
4,18
Lampiran 10 Kualitas air (salinitas, suhu, pH dan DO) pada media pemeliharaan udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa Minggu kePemeliharaan 0 1 2 3 4
Salinitas (ppt) A B C D 25 25 25 25 26 26 26 26 26 25 25 25 27 25 26 26 29 26 26 26
Keterangan : A : Tanpa rumput laut B : Rumput laut 3,125 g/l C : Rumput laut 6,250 g/l D : Rumput laut 9,375 g/l
A 27 28 28 26 27
Suhu (oC) B C 27 27 27 27 28 28 26 26 27 27
pH D 27 27 28 26 27
A 8.40 8.49 8.49 8.49 8.43
B 8.40 8.31 8.43 8.39 8.29
C 8.40 8.26 8.40 8.39 8.05
D 8.40 8.35 8.33 8.38 8.13
A 7.30 7.66 6.50 6.30 5.60
DO (mg/l) B C 7.30 7.30 7.59 7.86 7.50 7.30 6.80 7.10 6.50 7.70
D 7.30 7.85 7.10 7.20 6.80
Lampiran 11 Analisis ragam bobot total udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4
Bobot Total Udang Minggu ke- 1 Bobot Total Udang Minggu ke- 2 Bobot Total Udang Minggu ke- 3
Sumber keragaman Kombinasi Perlakuan Kontras Linear Deviasi
JK 3001,114
db 3
KT 1000,371
F hit. 3,183
P 0,085
1409,100
1
1409,100
4,484
0,067
1592,013
2
796,007
2,533
0,141
Galat
2514,245
8
314,281
Total
5515,359
11 9,031*
0,006
Kombinasi Perlakuan Linear
7153,156
3
2384,385
Kontras
2857,249
1
2857,249
10,822
0,011
Deviasi
4295,908
2
2147,954
8,135
0,012
2112,225
8
264,028
Galat Total
9265,382
11
10777,656
3
3592,552
13,630*
0,002
Kontras
3544,906
1
3544,906
13,449
0,006
Deviasi
7232,750
2
3616,375
13,720
0,003
263,585
Kombinasi Perlakuan Linear Galat
2108,684
8
Total
12886,340
11
Kombinasi
19029,212
3
6343,071
17,273*
0,001
Kontras
5446,071
1
5446,071
14,830
0,005
Deviasi
13583,141
2
6791,570
18,494
0,001
2937,873
8
367,234
21987,086 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
11
Bobot Total Udang Minggu ke- 4
Perlakuan Galat
Linear
Total
Uji Tukey Bobot Udang Minggu ke-2 Selang kepercayaan 95% Perlakuan N 1 2 1 3 273,510 4 3 320,230 3 3 331,724 2 3 333,869 P 1,000 0,739 Uji Tukey Bobot Udang Minggu ke-3 Selang kepercayaan 95% Perlakuan N 1 2 1 3 266,754 4 3 320,379 3 3 336,136 2 3 343,283 P 1,000 0,371 Uji Tukey Bobot Udang Minggu ke-4 Selang kepercayaan 95% Perlakuan N 1 2 1 3 243,777 4 3 314,706 3 3 327,956 2 3 350,198 P 1,000 0,185
Lampiran 12
Laju Pertumbuhan Harian Udang Minggu ke- 1 Laju Pertumbuhan Harian Udang Minggu ke- 2
Analisis ragam laju pertumbuhan harian udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3, 4 dan total Sumber keragaman Kombinasi
Perlakuan
Linear
Perlakuan Galat
3
KT 0,084
F hit. 0,247
P 0,861
0,069
1
0,069
0,201
0,666
Deviasi
0,184
2
0,092
0,270
0,770
2,736 2,989 0,268
8 11 3
0,342 0,089
0,329
0,805
0,082 0,186 2,179
1 2 8
0,082 0,093 0,272
0,302 0,342
0,598 0,720
2,448
11
Kombinasi Linear
db
Kontras
Galat Total
JK 0,253
Kontras Deviasi
Total Kombinasi
0,037
3
0,012
0,037
0,990
Kontras
0,036
1
0,036
0,105
0,754
Deviasi
0,002 2,714
2 8
0,001 0,339
0,002
0,998
2,751
11
0,346
3
0,115
0,471
0,711
Kontras
0,011
1
0,011
0,045
0,837
Deviasi
0,335
2
0,168
0,684
0,532
1,961
8
0,245
2,307 0,161 0,044 0,116 0,296
11 3 1 2 8
0,054 0,044 0,058 0,037
1,446 1,198 1,571
0,300 0,306 0,266
Total 0,457 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
11
Laju Pertumbuhan Harian Udang Minggu ke- 3
Perlakuan
Linear
Galat Total Kombinasi
Laju Pertumbuhan Harian Udang Minggu ke- 4
Perlakuan
Linear
Galat Total Kombinasi
Laju Pertumbuhan Harian Udang Total
Perlakuan Galat
Linear
Kontras Deviasi
Lampiran 13
Analisis ragam kelangsungan hidup (SR) udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 Sumber keragaman Kombinasi
Kelangsungan Hidup (SR) Minggu ke- 1
Perlakuan
Linear
72,889
4,556*
0,038
1
106,667
6,667
0,033
Deviasi
112,000
2
56,000
3,500
0,081
128,000
8
16,000
346,667
11
334,667
3
111,556
9,296*
0,006
Kontras
141,067
1
141,067
11,756
0,009
Deviasi
193,600
2
96,800
8,067
0,012
12,000
Galat
96,000
8
Total
430,667
11
Perlakuan
Linear
P
3
Kombinasi Kelangsungan Hidup (SR) Minggu ke- 3
F hit.
106,667
Kombinasi Linear
KT
218,667
Galat
Perlakuan
db
Kontras
Total
Kelangsungan Hidup (SR) Minggu ke- 2
JK
442,667
3
147,556
9,222*
0,006
Kontras
129,067
1
129,067
8,067
0,022
Deviasi
313,600
2
156,800
9,800
0,007
16,000
Galat
128,000
8
Total
570,667
11
Kombinasi
676,000
3
225,333
11,267*
0,003
Kontras
194,400
1
194,400
9,720
0,014
Deviasi
481,600
2
240,800
12,040
0,004
160,000 Total 836,000 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
8 11
20,000
Kelangsungan Hidup (SR) Minggu ke- 4
Perlakuan Galat
Linear
Uji Tukey Kelangsungan Hidup Udang Minggu ke - 1 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
1 88,000
2
3
3
3
97,333
97,333
4
3
97,333
97,333
2
3
98,667
P
0,081
0,976
Uji Tukey Kelangsungan Hidup Udang Minggu ke - 2 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
3
4
3
93,333
3
3
94,667
2
3
P
1 82,667
2
96,000 1,000
0,784
Uji Tukey Kelangsungan Hidup Udang Minggu ke - 3 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
3
4
3
84,000
3
3
86,667
2
3
P
1 73,333
2
89,333 1,000
0,414
Uji Tukey Kelangsungan Hidup Udang Minggu ke - 4 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
3
4
3
76,000
3
3
78,667
2
3
P
1 62,667
2
82,667 1,000
0,329
Lampiran 14 Analisis ragam bobot rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 Sumber keragaman Bobot Rumput laut Minggu ke- 1 Bobot Rumput laut Minggu ke-2 Bobot Rumput laut Minggu ke- 3
Bobot Rumput laut Minggu ke- 4
Kombinasi
JK
db
KT
F hit.
P
15101,444
2
7550,722
7445,310*
0,000
Kontras
15071,986
1
15071,986
14861,573
0,000
Deviasi
29,458
1
29,458
Galat
6,085
6
1,014
Total
15107,529
8
Perlakuan
Linear
Kombinasi
29,047
0,002
16596,536
2
8298,268
1088,620*
0,000
Kontras
16253,237
1
16253,237
2132,203
0,000
Deviasi
343,299
1
343,299
45,036
0,001
Galat
45,736
6
7,623
Total
16642,272
8 642,690*
0,000
Perlakuan
Linear
Kombinasi Perlakuan
Linear
15952,781
2
7976,390
Kontras
14978,508
1
14978,508
1206,879
0,000
Deviasi
974,273
1
974,273
78,501
0,000
74,466
6
12,411
16027,246
8
15216,199
2
7608,099
690,451*
0,000
13400,384
1
13400,384
1216,113
0,000
1815,815
1
1815,815
164,789
0,000
66,114
6
11,019
Galat Total Kombinasi Perlakuan Galat Total
Linear
Kontras Deviasi
15282,313 8 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
Uji Tukey Bobot Total Rumput Laut Minggu ke - 1 Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 1888,600
2
3
3777,118 5396,988 1,000
1,000
1,000
Uji Tukey Bobot Total Rumput Laut Minggu ke - 2 Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 2284,217
2
3
4564,408 5927,495 1,000
1,000
1,000
Uji Tukey Bobot Total Rumput Laut Minggu ke - 3 Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 2786,128
2
3
5307,365 6283,620 1,000
1,000
1,000
Uji Tukey Bobot Total Rumput Laut Minggu ke - 4 Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 3255,122
2
3
5963,778 6563,235 1,000
1,000
1,000
Lampiran 15 Analisis ragam laju pertumbuhan harian rumput laut (Gracilaria verrucosa) pada minggu ke-1, 2, 3, 4 dan total Sumber keragaman
db
KT
F hit.
P
0,483 0,725 0,242 0,026
18,424* 27,635 9,212
0,003 0,002 0,023
0,966 0,725 0,242 0,157
2 1 1 6
1,123
8
Kontras
3,781 2,862
2 1
1,890 2,862
54,795* 82,966
0,000 0,000
Deviasi
0,918
1
0,918
26,624
0,002
0,207
6
0,034
3,988
8
Kontras
6,233 6,028
2 1
3,116 6,028
274,504* 530,969
0,000 0,000
Deviasi
0,205
1
0,205
18,039
0,005
0,068 6,301 3,941 3,821 0,120 0,210
6 8 2 1 1 6
0,011 1,197 3,821 0,120 0,035
56,288* 109,155* 3,420
0,000 0,000 0,114
4,151
8
3,338 3,027 Linear 0,316 Galat 0,040 Total 3,378 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
2 1 1 6 8
1,669 3,022 0,316 0,007
250,024* 452,668 47,379
0,000 0,000 0,000
Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke- 1 Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke- 2 Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke- 3 Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke- 4 Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Total
Perlakuan
Kombinasi
JK
Linear Galat Total Perlakuan
Kontras Deviasi
Kombinasi Linear
Galat Total Perlakuan
Kombinasi Linear
Galat Total Kombinasi Perlakuan
Linear
Kontras Deviasi
Galat Total Kombinasi
Perlakuan
Kontras Deviasi
Uji Tukey Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke - 1 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
4
3
2
3
2,706
3
3
2,706
1
2 2,011
P
1,000
1,000
Uji Tukey Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke - 2 Perlakuan
N
4
3
3
3
2
3
Selang kepercayaan 95% 1
2 1,336 2,705 2,718
P
1,000
0,996
Uji Tukey Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke - 3 Perlakuan
N
4
3
3
3
2
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 0,832
2
3
2,154 2,837 1,000
1,000
1,000
Uji Tukey Laju pertumbuhan Harian Rumput Laut Minggu ke - 4 Perlakuan
N
4
3
3
3
2
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 0,624
2
3
1,666 2,220 1,000
1,000
1,000
Uji Tukey Laju pertumbuhan Harian Rumput Laut Total Perlakuan
N
4
3
3
3
2
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 1,201
2
3
2,308 2,620 1,000
1,000
1,000
Lampiran 16 Analisis ragam rasio konversi pakan (FCR) udang vaname (Litopenaeus vannamei) Sumber keragaman Kombinasi Linear
JK
db
KT
0.947 3 0,266 1 0,682 2 Galat 2,090 8 Total 3,037 11 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% Perlakuan
F hit.
0.316 0,266 0,341 0,261
Kontras Deviasi
P
1.209 1,017 1,305
0.367 0,343 0,323
Lampiran 17 Analisis ragam retensi udang vaname (Litopenaeus vannamei) JK
Sumber keragaman Kombinasi Perlakuan Linear
db
KT
F hit.
P
6,917
3
2,306
8,279*
0,008
Kontras
0,875
1
0,875
3,143
0,114
Deviasi
6,041
2
3,021
10,847
0,005
2,228
8
0,278
Galat
Total 9,144 11 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey Retensi N Udang Selang kepercayaan 95%.
Perlakuan
N
1
3
1 0,593
3
3
1,602
1,602
4
3
1,775
1,775
2
3
2
2,733
P
0,095
0,113
Lampiran 18 Analisis ragam retensi rumput laut (Gracilaria verrucosa) Sumber keragaman
JK
Kombinasi
db
KT
F hit.
P
56,974
2
28,487
61,634*
0,000
Kontras
7,007
1
7,007
15,160
0,008
Deviasi
49,967
1
49,967
108,108
0,000
2,773
6
0,462
59,747 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
8
Perlakuan
Linear
Galat Total
Uji Tukey Retensi N Rumput Laut Perlakuan
N
3
3
4
3
2
3
P
Selang kepercayaan 95% 1 8,540
2
3
12,458 14,619 1,000
1,000
1,000
Lampiran 19 Analisis ragam kandungan total ammonia nitrogen (TAN) media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II pada minggu ke- 1, 2, 3 dan 4 Sumber keragaman
JK
Kombinasi Perlakuan TAN Minggu ke- 1
Linear
3
0,380
4,415
0,041
1
0,902
10,472
0,013
Deviasi
0,239
2
0,119
1,387
0,304
0,086
Galat
0,689
8
Total
1,830
11
0,375
3
0,125
2,572
0,127
Kontras
0,039
1
0,039
0,812
0,394
Deviasi
0,335
2
0,168
3,452
0,083
Perlakuan
Linear
0,086
Galat
0,388
8
0,049
Total
0,763
11
0,763
Perlakuan
Linear
0,246
3
0,082
1,686
0,246
Kontras
0,206
1
0,206
4,226
0,074
Deviasi
0,040
2
0,020
0,416
0,673
0,389
8
0,049
0,635
11
1,183
3
0,394
18,882*
0,001
Kontras
0,963
1
0,963
46,110
0,000
Deviasi
0,220
2
0,110
5,268
0,035
0,167
8
0,021
Galat Kombinasi Perlakuan Linear Galat Total
1,350 11 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey Total Amoniak Nitrogen (TAN) Minggu Ke- 4 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
3
0,510
2
3
0,516
3
3
0,736
4
3
P
P
0,902
Total TAN Minggu ke- 4
F hit.
1,141
Kombinasi TAN Minggu ke- 3
KT
Kontras
Kombinasi TAN Minggu ke- 2
db
1
2
1,281 0,294
1,000
Lampiran 20 Analisis ragam kandungan nitrit media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 Sumber keragaman
JK
Kombinasi
db
KT
F hit.
P
0,231 0,020
3 1
0,077 0,020
1,961 0,514
0,199 0,494
0,211
2
0,106
2,684
0,128
0,315 0,546 0,394 0,197
8 11 3 1
0,039 0,131 0,197
0,991 1,483
0,444 0,258
0,198
2
0,099
0,746
0,505
1,060 1,455 0,883 0,092
8 11 3 1
0,133 0,294 0,092
2,295 ,715
0,155 0,422
0,791
2
0,396
3,086
0,102
1,026 1,909 1,196 0,671
8 11 3 1
0,128 0,399 0,671
7,731* 13,018
0,009 0,007
0,525
2
0,262
5,088
0,038
Galat 0,412 Total 1,608 Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95%
8 11
0,052
Nitrit Minggu ke- 1
Perlakuan
Kontras Deviasi
Linear
Galat Total Kombinasi
Nitrit Minggu ke- 2
Perlakuan
Kontras Deviasi
Linear
Galat Total Kombinasi
Nitrit Minggu ke- 3
Perlakuan
Nitrit Minggu ke- 4
Perlakuan
Kontras Deviasi
Linear
Galat Total Kombinasi Kontras Deviasi
Linear
Uji Tukey Nitrit Minggu Ke-4 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
2
3
1 0,268
4
3
0,287
3
3
0,410
1
3
P
2
1,040 0,866
1,000
Lampiran 21 Analisis ragam kandungan nitrat media pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) tahap II pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 Sumber keragaman Perlakuan Nitrat Minggu ke-1
JK
db
KT
F hit.
P
3 1 2 8 11 3 1 2 8 11 3 1
0,103 0,246 0,032 0,022
4,742* 11,299 1,463
0,035 0,010 0,287
0,645 0,030 0,952 0,733
0,879 0,041 1,299
0,491 0,845 0,325
Kontras
0,309 0,246 0,064 0,174 0,483 1,934 0,030 1,904 5,864 7,798 0,478 0,005
0,159 0,005
3,126 0,096
0,088 0,764
Deviasi
0,473
2
0,236
4,640
0,046
0,408
8
0,051
0,885 0,530
11 3
0,177
2,845
0,105
0,197 0,333 0,497 1,027
1 2 8 11
0,197 0,167 0,062
3,166 2,684
0,113 0,128
Kombinasi Kontras Deviasi
Linear Galat Total Kombinasi
Nitrat Minggu ke-2
Perlakuan
Nitrat Minggu ke-3
Perlakuan
Kontras Deviasi
Linear
Galat Total Kombinasi Linear
Galat Total Kombinasi
Nitrat Minggu ke-4
Perlakuan
Kontras
Linear
Deviasi
Galat Total Ket : * beda nyata antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% Uji Tukey Nitrat Minggu Ke-1 Selang kepercayaan 95%
Perlakuan
N
1
3
1 0,522
2
3
0,844
0,844
3
3
0,854
0,854
4
3
P
2
0,945 0,094
0,836