321
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
KONSENTRASI NITROGEN TERLARUT DAN FOSFAT DALAM TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM SUPER INTENSIF Mat Fahrur, Makmur, dan Muhammad Chaidir Undu Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Informasi mengenai kualitas air, khususnya konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat di tambak udang vaname sistem super intensif belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kisaran konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat dalam air tambak selama masa pemeliharaan udang vaname sistem super intensif. Penelitian dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Takalar, Sulawesi Selatan. Sampel air tambak berasal dari dua petak tambak yang dikumpulkan setiap minggu sejak penebaran hingga panen dengan masing-masing lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi TAN berkisar antara 0,48 hingga 3,47 mg/L pada Petak A dan 0,50 dan 2,69 mg/L pada Petak B. Konsentrasi NO3-N berada dalam kisaran 0,15 hingga 5,71 mg/L pada Petak A dan 0,17 hingga 10,31 mg/L pada Petak B. Konsentrasi NO2-N dan PO4 pada Petak A dan B masing-masing berkisar antara 0,02 hingga 4,99 mg/L dan 0,02 hingga 2,00 mg/L; 0,50 hingga 2,69 mg/L dan 0,02 hingga 5,84 mg/L. Konsentrasi nitrogen terlarut masih dalam batasan konsentrasi yang mendukung pertumbuhan udang vaname. Rasio molar N:P pada Petak A dan B masingmasing sebesar 31:1 dan 21:1. KATA KUNCI:
Nitrogen terlarut, fosfat, tambak super intensif, udang vaname
PENDAHULUAN Budidaya udang vaname super intensif merupakan sistem budidaya yang baru saja diperkenalkan di Indonesia. Dalam sistem budidaya ini udang ditebar dengan kepadatan melebihi kepadatan tebar pada tambak udang intensif sehingga diharapkan memberikan produksi tambak yang lebih tinggi. Kualitas air yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya udang sistem super intensif. Penebaran udang yang tinggi menyebabkan tingginya kebutuhan pakan buatan yang pada akhirnya dapat menyebabkan tingginya konsentrasi nitrogen dan fosfat dalam air tambak. Pakan udang yang tidak dikonsumsi oleh udang, feses dan sisa metabolisme udang merupakan sumber nitrogen di tambak udang intensif (Burford and Williams, 2001). Selain itu, proses mineralisasi bahan organik dalam sedimen tambak juga berperan sebagai sumber nutrien terlarut di tambak udang intensif. Karena budidaya udang vaname sistem super intensif masih tergolong baru, maka informasi mengenai kualitas air selama masa pemeliharaan udang masih kurang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi nitrogen terlarut (TAN, NO3-N dan NO2-N) dan fosfat di tambak udang vanname sistem super intensif, dan menganalisis rasio mollar masa N:P air tambak selama masa budidaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi sebagai bahan evaluasi dalam kegiatan pengembangan budidaya udang vaname sistem super intensif. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Takalar, Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Percobaan menggunakan dua petak tambak berukuran 1000 m2, masing-masing ditebari pasca larva udang vannamei (PL-8) dengan padat tebar petak A 500 ekor/m2 dan petak B dengan kepadatan 600 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 1,96-7,67% dari bobot tubuh dengan frekuansi 4-5 kali/ hari. Tambak dilengkapi dengan sistem aerasi berupa kincir dan ring blower. Pergantian air dilakukan
Page 337 of 1000
Page 1 of 6
Konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat ... (Mat Fahrur)
322
setiap hari sebanyak 5-20 %. Selama masa pemeliharaan udang, probiotik dan molase diaplikasikan setiap 3 hari. Pengukuran konsentrasi NO3-N, NO2-N, TAN dan PO4 dilaksanakan setiap minggu dengan lima kali ulangan pada setiap petaknya. Sampel air tambak diambil dengan cara mencelupkan botol sampel bervolume 500 ml ke dalam air tambak. Sampel air kemudian dibawa ke Laboratorium Penguji di Instalasi Tambak Percobaan Takalar. Sampel air kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman GF/F nomor 42 (diameter 25 mm dengan ukuran pori 0.4 µm). Selanjutnya sampel air dianalisa untuk mengukur konsentrasi TAN, NO2-N dan PO4 (Tabel 1). Sampel air yang telah disaring untuk pengukuran NO3-N dibawa ke Laboratorium Penguji BPPBAP, Maros. Tabel 1. Metode analisis TAN, NO3-N, NO2-N dan PO4 sampel air tambak
Variabel kualitas air TAN NO3-N NO2-N PO4
Metode/alat Phenat (spectrokwan) Reduksi kadmium (spectrokwan) Kolorimetri (Spectrokwan) Asam askorbat (spectrokwan)
Referensi Anonim, 1991b Anonim, 1991c Anonim, 2004 Anonim, 1991a
Analisis Data Data berupa konsentrasi NO3-N, NO2-N, TAN dan PO4 dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dengan gambar. Molar masa NO3-N, NO2-N, TAN dan PO4 dianalisis untuk menghitung N:P rasio dalam air tambak untuk menentukan nutrien pembatas terhadap pertumbuhan fitoplankton berdasarkan Redfield (1958). HASIL DAN BAHASAN Konsentrasi TAN selama masa budidaya berkisar antara 0,48 - 3,47 mg/L pada Petak A dan 0,50 2,69 mg/L pada Petak B (Gambar 1). Konsentrasi TAN pada Petak A dan B mengalami fluktuasi selama masa budidaya, namun demikian konsentrasi TAN pada kedua petak menunjukkan pola yang hampir sama. Konsentrasi TAN meningkat pada tiga minggu pertama masa pemeliharaan kemudian cenderung konstan hingga minggu ke-7. Konsentrasi TAN pada kedua petak mengalami penurunan sebesar 5 kali dari minggu ke-7 kemudian meningkat kembali pada minggu ke-10. Penurunan konsentrasi TAN kembali terjadi pada minggu ke-12 yakni 4 dan 6 kali masing-masing pada Petak A dan B dibandingkan dengan minggu ke-10. Konsentrasi TAN selanjutnya mengalami fluktuasi mingguan sampai akhir masa budidaya. Konsentrasi NO3-N selama masa budidaya berkisar antara 0,15 - 5,71 mg/L pada Petak A dan 0,17 - 10,31 mg/L pada Petak B. Secara umum, konsentrasi NO3-N di Petak B lebih tinggi dibandingkan
Gambar 1. Konsentrasi TAN selama masa budidaya di Petak A dan B
Page 338 of 1000
Page 2 of 6
323
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
Petak A (Gambar 2). Konsentrasi NO3-N pada Petak A cenderung meningkat selama tujuh minggu pertama masa budidaya selanjutnya mengalami fluktuasi hingga akhir masa budidaya. Konsentrasi NO3-N di Petak B cenderung meningkat pada sembilan minggu pertama masa budidaya kemudian berfluktuasi hingga akhir masa pemeliharaan.
Gambar 2. Konsentrasi NO3-N selama masa budidaya di Petak A dan B Konsentrasi NO2-N berkisar antara 0,02 - 4,99 mg/L di Petak A dan 0,02 - 5,84 mg/L pada Petak B (Gambar 3). Konsentrasi NO2-N pada Petak A cenderung meningkat selama tujuh minggu pertama masa budidaya kemudian berfluktuasi hingga akhir masa pemeliharaan udang. Konsentrasi NO2-N di Petak B cenderung meningkat selama 10 minggu pertama masa budidaya dan selanjutnya berfluktuasi. Konsentrasi NO2-N pada Petak A meningkat sebesar tiga kali pada minggu ke-12 dibandingkan dengan minggu ke-11. Namun demikian, terjadi penurunan konsentrasi NO2-N pada minggu ke-13 dibandingkan dengan minggu ke-12, yakni sekitar 10 kali. Konsentrasi NO2-N pada minggu ke-12 di Petak A juga lebih tinggi dibandingkan pada Petak B, di mana konsentrasi NO2-N pada Petak A tiga kali lebih tinggi. Pada minggu ke-14 hingga akhir masa budidaya, konsentrasi NO2N di Petak B lebih tinggi dibandingkan dengan di Petak A.
Gambar 3. Konsentrasi NO2-N selama masa budidaya di Petak A dan B Konsentrasi PO4 selama masa pemeliharaan udang berkisar antara 0,02 - 2,00 mg/L pada Petak A dan 0,50 - 2,69 mg/L pada Petak B (Gambar 4). Secara umum, konsentrasi PO4 pada Petak B lebih tinggi dibandingkan dengan Petak A. Konsentrasi PO4 pada kedua petak cenderung menurun selama 7 minggu pertama masa budidaya. Selanjutnya konsentrasi PO4 mengalami fluktuasi hingga akhir masa pemeliharaan udang. Secara umum, konsentrasi PO4 selama masa pemeliharaan pada kedua petak menunjukkan pola yang sama.
Page 339 of 1000
Page 3 of 6
Konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat ... (Mat Fahrur)
324
Gambar 4. Konsentrasi PO4 selama masa budidaya di Petak A dan B Rasio molar masa N:P pada Petak A dan B masing-masing sebesar 31:1 dan 21:1 (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas terhadap kehidupan fitoplankton di tambak udang super intensif. Tabel 2. Konsentrasi rata-rata TAN, NO3-N, NO2-N dan PO4 (mg/L) serta molar rasio N:Pdi Petak A dan B selama masa budidaya
Variabel Kualitas Air TAN (mg/L) NO3-N (mg/L) NO2-N (mg/L) PO4 (mg/L) N:P rasio
Petak A 0,002 0,003 0,001 0,001 31:01:00
Petak B 0,001 0,004 0,002 0,001 21:01
Konsentrasi TAN, NO3-N, NO2-N dan PO4 yang diperoleh selama awal masa pemeliharaan udang umumnya lebih rendah dibandingkan dengan akhir masa budidaya sebagai akibat dari rendahnya jumlah pakan yang diberikan. Meningkatnya konsentrasi TAN, NO 3-N, NO2-N dan PO4 disebabkan karena penumpukan bahan organik yang berasal dari pakan dalam jumlah yang banyak. Primavera (1998) melaporkan bahwa pakan buatan memberikan kontribusi terhadap 92% total input nitrogen dan 51% fosfor. Bahan organik yang megendap di dasar tambak merupakan sumber NO3, NO2, TAN dan PO4. Proses mineralisasi aerob menyebabkan flux ammonium dari sedimen ke masa air tambak (Burford and Longmore 2001; Xia et al. 2004). Pada tambak yang sama dengan penelitian ini, Undu et al (in press) melaporkan efflux nitrogen dan fosfor terlarut dari sedimen tambak merupakan salah satu sumber nitrogen dan fosfor terlarut di air tambak. Dalam penelitian ini, konsentrasi ammonia (NH 3) tidak dapat disajikan, namun demikian nilai TAN yang merupakan gabungan antara NH 4 dan NH 3 masih dalam kisaran yang aman terhadap kehidupan udang. Menurut Boyd and Clay (2002) konsentrasi amonia di atas 4 atau 5 ppm akan menjadi racun bagi udang. Selanjutnya, konsentrasi nitrat juga masih dalam kisaran yang tidak membahayakan kehidupan udang. Menurut Boyd and Clay (2002) konsentrasi nitrat di bawah 50 mg/L tidak membahayakan kehidupan udang. Penggunaan probiotik selama masa budidaya memberikan kontribusi terhadap kualitas air tambak udang. Moriarty et al. (2005) menyatakan bahwa aplikasi probiotik menyebabkan modifikasi komposisi bakteria dalam tambak di mana bakteria yang dapat memineralisasi bahan organik baik dalam air maupun sedimen tambak menjadi lebih dominan. Oleh karena itu, tingginya kepadatan probiotik dalam air dapat mengurangi akumulasi bahan organik terlarut dan tersuspensi di dalam tambak (Cruz et al., 2012).
Page 340 of 1000
Page 4 of 6
325
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014
Rasio molar masa N:P yang diperoleh selama masa pemeliharaan udang sebesar 31 dan 21 pada Petak A dan B, menunjukkan bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas terhadap kehidupan fitoplankton (Redfield, 1958). Keterbatasan ketersediaan fosfor di tambak udang juga dilaporkan oleh Undu (in press) dan Burford (1997). Namun demikian rasio molar massa N:P pada Petak B berada pada rasio yang mendukung pertumbuhan Blue Green Algae (BGA). Menurut Smith (1983) N:P rasio di bawah 30 menyebabkan tingginya pertumbuhan BGA karena BGA mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer. Oleh karena itu, ketika nitrogen menjadi nutrien pembatas, komposisi fitoplankton akan didominasi oleh BGA. KESIMPULAN Konsentrasi NO3, NO2, TAN dan PO4 pada awal masa budidaya udang vaname di tambak super intensif cenderung lebih rendah dibandingkan pada akhir masa budidaya. Konsentrasi TAN, NO3-N, NO2-N dan PO4 dalam penelitian ini masih dalam kisaran yang aman terhadap kehidupan udang. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan, khususnya untuk meningkatkan rasio molar masa N:P untuk mencegah ledakan populasi BGA di dalam tambak. DAFTAR ACUAN Anonim. 1991b. Metode pengujian kadar ammonium dalam air dengan alat spektro fotometer secara Nessler. SNI 06-2479-1991. (Accessed 4 December 2012). http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/ sni/pdf/SNI%2006-2479-1991.pdf Anonim. 1991a. Metode pengujian kadar ortofosfat total dalam air dengan alat spektro fotometer secara asam askorbat. SNI 06-2483-1991. (Accessed 4 December 2012). http://www.pu.go.id/ satminkal/balitbang/sni/pdf/SNI%2006-2483-1991.pdf Anonim. 1991c. Metode pengujian kadar nitrat dengan alat spektrofotometer secara brusinsulfat. SNI 06-2480-1991. (Accessed 4 December 2012). http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/ SNI%2006-2480-1991.pdf Anonim. 2004. Air dan air limbah - Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2-N) secara spektrofotometer. SNI 066989. 9-2004. (Accessed 4 December 2012). http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/ 6900 Boyd, C.E. and J.W. Clay. 2002. Evaluation of Belize Aquaculture, Ltd: A Superintensive Shrimp Aquaculture Systems. Report prepared under the World Bank, NACA, WWF and FAO Consortium Program on Shrimp Farming and the Environment. Work in Progress for Public Discussion. Published by the Consortium. 17 p. Burford, M. 1997. Phytoplankton dynamics in shrimp ponds.Aquaculture Research, 28, 351-360. Burford, M.A. &Longmore, A.R. 2001.High ammonium production from sediments in hypereutrophic shrimp ponds.Marine Ecology Progress Series, 224, 187-195. Burford, M.A. & Williams, K.C. 2001.The fate of nitrogenous waste from shrimp feeding.Aquaculture, 198, 79-93. Cruz, P.M., Ibáñez, A.L., Hermosillo, O.A.M. & Saad, H.C.R. 2012. Use of probiotics in Aquaculture, International Scholarly Research Network Microbiology, 2012, 1-13. Moriarty, D.J.W., Decamp, O, & Lavens, P. 2005. Probiotics in aquaculture, AQUA Culture asiaPasific Magazine, 1, 14-16. Undu, M. C. Makmur. Racmansyah. 2014. Studi Pendahuluan Laju Efflux Limbah Nutrien Sedimen di Tambak Udang Litopenaeus vanamei_Super Intensif. Primavera, J. H. 1998. Tropical shrimp farming and its sustainability. In: De Silva, S. S. (ed). Tropical Mariculture, Academic Press, San Diego, 257-289. Redfield, A.C. 1958 The biological control of chemical factors in the environment, American Scientist, 46, 205-221. Smith, V.H. 1983. Low Nitrogen to phosphorus ratios favor dominance by Blue-Green Algae in lake phytoplankton, Science, 221, 669-671. Xia, L.Z., Yang, L.Z. & Yan, M.C. 2004.Nitrogen and phosphorus cycling in shrimp ponds and the measures for sustainable management.Environmental Geochemistry and Health, 26, 245-251.
Page 341 of 1000
Page 5 of 6
Konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat ... (Mat Fahrur)
326
DISKUSI
Nama Penanya: Tarunamulia Pertanyaan: (Saran) (1) Di analisis secara deskriptif itu, bukan sekedar membaca dan menampilkan grafik/gambar tetapi mengenai sebaran data. (2) N:P Ratio lebih baik ditampilkan dalam bentuk data asli agar lebih dapat menggambarkan kondisi di tambak. Nama Penanya: Retna Utami Pertanyaan: (Saran) (1) Nama balai sudah menjadi “litbang” bukan “riset”. (2) Penyamaan program file supaya dikomunikasikan.(3) Pembahasan-pembahasan pada awal rendah, karena memang penelitian baru dimulai.
Page 342 of 1000
Page 6 of 6