Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
PENGARUH LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA
Dina Wharoh Kartika Syari
[email protected] Suhermin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of liquidity and leverage either simultaneously or partially to the performance of cigarette companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. The data is the financial statement during the year of 2008 to 2012. The analysis technique in this research is using multiple linear regressions which are tested by using t test. Based on the result of t test it is found that partial liquidity variable (X1) has no significant influence to the stock return (Y). It means that this result does not support the hypothesis that partial liquidity (X1) has an influence to the cigarette companies’ financial performances which are listed in Indonesia Stock Exchange. Based on the result of t test it is found that partial leverage variable (X2) has no significant influence to the stock return (Y). It means that this result does not support the hypothesis that partial leverage (X2) has an influence to the performance of cigarette companies’ financial performances which are listed in Indonesia Stock Exchange. It is found that Liquidity (X1) has dominant influence to the financial performance (Y), but the influence is insignificant. Keywords:Liquidity, Leverage, Stock Return ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan leverage baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah laporan keuangan pada tahun 2008 sampai 2012. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda yang diuji t. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel likuiditas (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y). Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis bahwa likuiditas (X1) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel leverage (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y). Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis bahwa leverage (X2) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuanganperusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian diketahui bahwa likuiditas (X1) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja keuangan (Y), namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Kata kunci: Likuiditas, Leverage, Return Saham PENDAHULUAN Kinerja keuangan perusahaan merupakan kemampuan atau prestasi perusahaan dalam menjalankan usahanya yang secara finansial ditujukan dalam laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang mempengaruhi laba perusahaan. Dalam hal ini kinerja keuangan dapat di ukur dengan laporan keuangan khususnya laba rugi, neraca, perubahan ekuitas, arus kas dan catatan laporan keuangan akan dapat diketahui baik buruknya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari rasio likuiditas dan rasio leverage.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
2 Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Para kreditor lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dari pada memfokuskan perhatian pada keuntungan para pemegang saham biasa, dengan kata lain lebih tertarik pada likuiditas perusahaan. Manfaat dari rasio ini yaitu perusahaan bisa mendapatkan pinjaman apabila likuiditas dari perusahaan tersebut dinilai baik. Tetapi rasio likuiditas yang buruk dalam jangka panjangnya juga akan memengaruhi solvabilitas perusahaan. Likuiditas dan leverage merupakan bagian dari analisis rasio laporan keuangan. Analisis Rasio merupakan terknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan suatu perkiraan dengan perkiraan yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Metoda analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan realisasi anggaran secara individu ataupun kombinasi dari kedua laporan tersebut. Fungsi analisis rasio sendiri adalah sebagai alat identifikasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi/perusahaan dan juga sebagai peringatan terhadap kehadiran suatu masalah. Rasio leverage ini menggambarkan sejauh mana pemilik modal dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan didalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini dapat menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak tertinggi utang. Selain rasio leverage keuangan ini menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang, atau beberapa bagian dari ekuitas yang digunakan untuk menjamin hutang. Semakin rendah rasio ini maka semakin kecil resiko yang dihadapi. Semakin tinggi nilai financial leverage dari suatu perusahaan artinya semakin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang di investasikkan ke perusahaan tersebut maka pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dilakukan agar diperoleh gambaran mengenai perkembangan perusahaan juga untuk menghindari hasil yang setengah-setengah yang akan mendorong terjadinya keputusan yang salah. Analisis laporan keuangan akan lebih bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila laporan keuangan tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah likuiditas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah leverage secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Diantara likuiditas dan leverage mana yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh leverage keuangan secara parsial terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan leverage mana yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan akan membantu dalam nilai prestasi dan kinerja Suatu perusahaan dan prinsinya dimasa yang akan datang sehingga perusahaan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan. Menurut Munawir (2007:64) analisis rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau timbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
3 jumlah lainnya, dan dengan menggunakan alat-alat analisa berupa rasio ini akan menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi suatu perusahaan. Analis keuangan biasanya bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Pemilihan aspek–aspek apa yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh calon pemodal, aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh pihak kreditur. Kreditur akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaaan melunasi kewajiban finansialnya tepat waktu, dibanding besar laba yang dilaporkan perusahaan. Sedangkan permodal akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan nmenghasilkan keuntungan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan aspek likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Rasio Likuiditas Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa dikarenakan perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan memiliki dana, saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual surat-surat berharga atau menjual sediaan atau aktiva lainnya. Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio likuiditas. Menurut Harahap (2007:301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Sedangkan Prastowo dan Juliaty (2002:78) berpendapat bahwa rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek. Dari pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo melalui sumber informasi tentang modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan likuid. Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas yang antara lain untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih, mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
4 membayar utang, melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode, dan untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di samping itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Harahap (2007 : 301) mengemukakan bahwa rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Kasmir (2009 : 134) menyatakan bahwa rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Dalam prakteknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% atau 2 : 1 yang artinya satu rupiah utang lancar harus dijamin dengan dua rupiah aktiva lancar terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis. Aktiva Lancar Current Ratio = X 100% Hutang Lancar 2. Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio) Sugiri (2004 : 69) menyatakan bahwa pos persediaan tidak dihitung dalam rasio ini karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas. Acid Test atau Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya diandalkan, karena persediaan bukanlah sumber kas yang bisa diperoleh, dan bahkan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu (Prastowo dan Juliaty, (2002 : 80 -81). Aktiva Lancar - Persediaan Current Ratio = X 100% Hutang Lancar Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutanghutangnya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Rasio yang baik umumnya adalah 100% atau 1 : 1, kurang dari ukuran tersebut dianggap kurang baik. Rasio ini lebih tajam dari pada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Leverage Semakin kecil leverage keuntungan dalam struktur modal perusahaan, maka semakin kecil juga risikonya, dan begitu pula sebaliknya. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin kecil resiko perusahaan, maka kemungkinan untuk tumbuh dan berkembangsemakin besar risiko keuangan perusahaan. Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage juga mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang atau pinjaman (Martono dan Harjito, 2002:53).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
5 Adapun pendapatan lain tentang pengertian leverage menurut Ridwan dan Barlian (2005:151) mengatakan bahwa leverage adalah merupakan hasil dari pada penggunaan dana dengan biaya tetap untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Berdasarkan pegertian leverage di atas, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa leverage adalah penggunaan aset atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Tujuan leverage bagi perusahaan adalah meningkatkan hasil pengambilan bagi para pemegang saham biasa, walaupun hal ini berdampak pada peningkatan resiko yang ditanggung baik resiko bisnis maupun resiko keuangan. Perubahan leverage menghasilkan perubahan pada tingkat pengembalian resiko, apabila leverage mengalami peningkatan maka tingakat pengembalian dan resiko juga mengalami peningkatan. Macam-macam Leverage adalah sebagai berikut: 1. Operating leverage Operating leverage pada dasarnya adalah besarnya perusahaan menggunakan biaya operasi tetap. Operating leverage timbul karena adanya fixed Operating cost yang digunakan di dalam perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Fixed operating cost tidak berubah dengan adanya perubahan penjualan. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa leverage operasi ialah sebagai penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan. Dari definsi di atas hal yang penting mendasar untuk menganalisa operating leverage dari suatu perusahaan adalah sifat atau perilaku biaya yang akan mempengaruhi struktur biaya pada perusahaan tersebut. 2. Financial leverage Financial leverage terjadi apabila perusahaan menggunakan hutang selain modal sendiri dalam struktur financialnya. Menggunakan leverage keuangan akan mempengaruhi besar kecilnya rentabilitas modal sendiri secara proposional. Dengan masuknya pinjaman ke dalam struktur modal, keuntungan atas modal sendiri lebih meningkat. Dari leverage keuangan akan diperoleh manfaat jika dana yang di pinjam dengan suku bunga tertentu dapat digunakan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari bunga pinjamannya. Leverage keuangan adalah perubahan prosentase tertentu dalam EBIT. Leverage keuangan dapat menggunakan dua ukuran yaitu: a. Rasio total utang terhadap total aktiva (Debt Ratio/DR) Mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dan secara matematis, dapat dihitung dengan cara membagi antara total utang yang di pinjam dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003:36). Total Hutang Debt Ratio = X 100% Total Aktiva b. Rasio total utang terhadap modal/ekuitas (debt to equity ratio/DER) Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat metutupi utang kepada pihak luar. Dan secara matematis dapat di htung dengan cara total utang di bagi dengan total modal/equity. Semakin kecil rasio maka semakin baik (Harahap, 2007:303). Total Hutang Debt To Equity Ratio= X 100% Modal Sendiri Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah suatu pengertian relatif mengenai laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah modal yang tertanam dalam perusahaan yang bersangkutan dengan tidak dibedakan apakah modal itu merupakan kekayaan sendiri (seperti modal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
6 saham) ataukah “kekeayaan asing (kredit bank, obligasi) yang terdapat dalam perusahaan itu”. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan/menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2007:304). Sedangkan menurut Riyanto (2005:35), Profitabilitas adalah perbandingan antara laba denga aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa rasio profitabilitas menurut (Harahap, 2007:20-23) adalah: 1. Return on total assest ( ROA) Rasio ini mengukur perusahaan menghasilkan laba berdasarkan pada timgkat assest tertentu, sehingga semakin besar ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam menggunakan total aktiva. Return on total assest juga sering disebut Return on invesment.ROA dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut: Laba bersih setelah pajak Return on total assest = Total Aktiva Manajemen perusahaan mempunyai dua tanggung jawab yaitu tanggung jawab untuk memperoleh dana, untuk membagi aktiva dan tanggung jawab untuk menggunakan aktiva yang dimiliki perusahaan dalam rangka memperoleh penghasilan. Return on total assest (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan laba yang diproleh dan investasi yang digunakan dalam mengahasilkan laba tersebut. Rasio ini mengukur tingkat pengembalikan investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Return on total assest (ROA) merupakan pengukuran efektifitas operasional manajemen dalam mendayagunakan sumber dayanya untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan tersebut merupakan hasil kegiatan operasional atas penggunaan modal yang diinvestasikkan dalam seluruh aktiva. Bagi investor ini merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mendayagunakan aktivanya secara operasional untuk menghasilkan kentungan (Hanafi, 2005:84). 2. Return on Equity (ROE) Return on equity menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri, dinyatakan dengan rumus: Laba bersih setelah pajak Return on Equity = Total Ekuitas Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bersadarkan pada modal (equity) yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Hanafi, 2005:42) Return on equity (ROE) dapat didevinisikan sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan dalam modal perusahaan. Jika rasio Return on Equity (ROE) tinggi maka perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengahsilkan profitabilitas sehingga akan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Namun jika rasio Return on Equity (ROE) renda maka perusahaan mempunyai kemampuan yang rendah dalam menghasilkan profitabilitas sehingga akan berpengaruh pada penurunan harga saham perusahaan. 3. Net Profit Margin (NPM ) Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi, 2005:42). Net Profit Margin (NPM ) mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga Net Profit Margin (NPM) yang tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang baik dalam menciptakan profitabilitas, sehingga dampaknya adalah semakin tinggi pula harga saham perusahaa. Namun semakin rendah Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan oleh perusahaan, maka akan berdampak pada penurunanharga saham perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
7 Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja keuangan adalah ukuran tingkat perkembangan-perkembangan perusahaan berdasarkan analisa aktivitas-aktivitas dan rasio-rasio keuangan sehingga menunjukkan apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus atau tidak. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama – sama memberikan suatu gambaran tentang porsi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa mendatang dan risiko atas penilaian investor (Weston dan Copeland, 1997:86). Dengan demikian rugi laba arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa mendatang dan risiko atas penelian tersebut. Dengan demikian pengukuran kinerja laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang saham. Kinerja keuangan pada perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Jika kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmenya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal yang terpenting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar menumbuhkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standart perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepintangan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan. Dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaann dalam hal ini investor, manajer , kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan keuangan yang dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan Dan Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Tujuan pengukuran kinerja menurut Mulyadi dan Setiawan (2001:353) adalah untuk memotivasi personel daam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi”. Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Untuk menilai prestasi manajer devisi manajer divisi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. 2. Untuk mengidentifikasi penyebab selisish pelaksanaan dan rencana sesuai dengan ukuran prestasi manajer divisi yang telah ditentukan. 3. Untuk menentukan besarnya kontribusi divisi dalam mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan 4. Untuk membuat saran dan keputusan tindakan perbaikan atas situasi yang diluar kendali. 5. Untuk memotivasi para manajer divisi dalam meningkatkan prestasi. Manfaat dari pengukuran kinerja adalah membantu informasi yang berguna kepada manajemen untuk mengidentifikasi sumber-sumber masalah dalam rangka pencapaian kesuksesan. Manfaat dari pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2001:353) adalah:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
8 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan penelitian dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program penelitian personel. 4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan Hubungan analisis rasio keuangan dengan kinerja keuangan perusahaan. Teknik rasio keuangan yang digunakan khususnya profitabilitas dan likuiditas bermanfaat untuk melakukan penilaian kerja keuangan perusahaan. Penilaian ini dilakukan pada satu peride tertentu dan kemajuan yang diharapkan dapat di capai sebelumnya. Dengan adanya laporan keuangan dapat dihitung besarnya rasio profitabilitas dan likuiditas dan dari hasil hitung tersebut manajemen dapat menganalisa kemampuan perusahaan dalam menetapkan kebijakan selajutnya yang harus diambil dalam efektifitas operasi perusahaan untuk mempertahakan kelangsungan perusahaan dan menarik investor maupun kreditor. Selain itu manajemen dapat mengambil kebijaksanaan yang penting untuk memperbaiki posisi maupun kondisi perusahaan yang dikelolanya dan kebijakan yang dibutuhkan sehubungan dengan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu manajemen dapat mengambil kebijaksanaan yang penting untuk memperbaiki posisi maupun kondisi perusahaan yang dikelolahnya dan kebijakan yang dibutuhkan sehubungan dengan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Untuk menilai kinerja, kondisi keuangan dan prestasi perusahaan rokok, maka analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lain. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Likuiditas (X1) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Leverage (X2) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Leverage mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian asosiatif atau hubungan, yang di artinya penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2011:11). Jenis penelitian asosiatif digunakan karena untuk mengetahui hubungan secara linier antara variabel bebas yaitu profitabilitas dan leverage keuangan dengan variabel terikat yaitu kinerja keuangan. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil secara non probability sampling, yaitu teknik menentukan jumlah sampel dan pemilihan anggota sampel tanpa memperhitungkan nilai peluang atau kemungkinan terpilihnya setiap anggota populasi. Penentuan jumlah sampel diambil berdasarkan teknik total sampling yaitu sampel diambil dari keseluruhan populasi yaitu sebanyak 3 perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
9 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (X1) Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio dengan rumus: Aktiva Lancar - Persediaan Current Ratio = X 100% Hutang Lancar 2. Rasio Leverage (X2) Leverage merupakan suatu indikator untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan (dibelanjai dari hutang). Leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio dengan rumus : Total Hutang Debt To Equity Ratio= X 100% Modal Sendiri 3. Kinerja keuangan (Y) Kinerja Keuangan.merupakan suatu tampilan mengeanai kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan diukur dengan return on assset. Return on assest merupakan rasio keuangan kemampuan keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuatungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu dalam jangka waktu tertentu. Secara matematis ROA dirumuskan sebagai berikut: Return on total assest =
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
Teknik Analisa Data 1. Regresi linier berganda Dalam hal ini penulisan mengemukakan variabel bebas dari satu, maka hal itu untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel bebas (X1,X2) dengan variabel terikat (Y). Y= a + b1 X1+ b2 X2 + e Keterangan: Y = kinerja keuangan X1 = likuiditas X2 = Leverage a = konstanta b1,b2 = koefisien Regresi untuk masing-masing variabel bebas e = variabel pengganggu 2. Goodness Of Fit ( Uji Kesesuaian Model) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F. perhitungan statistik disebut signifikansi secara statistik apabila nilai uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikansi apabila nilai uji statistik berada dalam daerah di mana kritis Ho diterima. a. Menentukan rumus hipotesis: 1) H0 : b1 = b2 = 0,berarti likuiditas dan leverage secara bersama-sama (simultan) berpengaruh tidak singnifikan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
10 2) H0 : b1 ≠ b2≠ 0,berarti likuiditas dan leverage secara bersama-sama (simultan) berpengaruh singnifikan terhadap kinerja terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Menentukkan tingkat singnifikansi (level of significant) 95% atau α = 5 F-tabel ditentukan dengan derajat, V1 = k dan V2 = n-k-1 c. Menentukkan besarnya F – observasi atau F- hitung d. Kriteria Pengujian Bila F – observasi ≤ F –tabel, maka H0 di terima berarti H1 ditolak Bila F – observasi >F –tabel, maka H0 di terima berarti H1 ditolak 3. Analisis koofisiensi determinasi (R2) dan korelasi (R) Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien yang mengukur besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan korelasi (R) adalah koefisiensi yang digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan dari variabel bebas terdiri dari variabel profitabilitas dan leverage keuangan secara simultan terhadap variabel terikat (kinerja perusahaan). Pedoman untuk memberikan interprestasi tingkat hubungan antara variabel melalui perhitung koefisien korelasi adalah sebagai berikut : Tabel 1 Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,88-1,000 Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2011:120) 4. Pengujian Hipotesis Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas secara parsial ( individu), dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan rumusan hipotesis: H0 : βi = 0, berarti Xi secara parsial berpengaruh tidak signifikansi terhadap Y. H1 : βi = 0, berarti Xi secara parsial tidak berpengaruh signifikansi terhadap Y. b. Menentukkan tingkat signifikansi (evel of significant) 95% atau α = 5% dan besarnya ttabel dengan derajat kebebasan c. Menentukkan besarnya t – observasi atau t – hitung d. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan H0 e. Kriteria pengujian H0 diterima bila : - t ≤t hitung ≤ t- tabel H0 diterima bila : - t > t hitung ≤ t- tabel atau t – hitung < - t - tabel 5. Menentukkan Koefisien Determinasi Parsial ( r2 ) Menentukkan koefisien determinasi parsial untuk kemampuan model regresi dalam menjelaskan perubahan variabel tergantung akibat variasi variabel bebas, r2 diukur dengan persamaan. Apabila nilai Koefisien determinasi parsial ( r2 ) suatu persamaan smakin besar, maka semakin besar atau semakin dominan pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat, sebaliknya semakin kecil nilai Koefisien Determinasi Parsial suatu variabel bebas terhadap variabel terikat maka semakin kecil pengaruh variabel bebas terhadap nilai variabel terikat.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rasio likuiditas (X1) Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Current ratio
Aktiva Lancar x100% Hutang Lancar
Darsono dan Ashari (2005:54) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) current ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Perhitungan current ratio masing-masing perusahaan sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan Current Ratio Current Ratio Rata-Rata Kode Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar GGRM
HMSP
RMBA
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
17.008.576 19.584.533 22.908.293 30.381.754 30.208.026 11.037.287 12.688.643 15.768.558 14.851.460 18.167.780 3.053.065 2.791.034 3.053.134 4.287.268 4.857.009
7.670.532 7.961.279 8.481.933 13.534.319 14.044.923 7.642.207 6.747.030 9.778.942 8.489.897 11.334.755 1.231.919 1.049.582 1.221.291 3.829.144 3.162.131
221,74% 246,00% 270,08% 224,48% 215,08% 144,43% 188,06% 161,25% 174,93% 160,28% 247,83% 265,92% 249,99% 111,96% 153,60%
235,48%
165,79%
205,86%
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa current ratio yang terbaik adalah PT. H.M Sampoerna Tbk (HMSP) karena mempunyai rata-rata current ratio antara 100% sampai 200% yaitu sebesar 165,79%. Leverage Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang atau pinjaman. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt ratio. Debt ratio mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus sebagai berikut: Debt Ratios =
Total Hutang x 100% Total Aktiva
Darsono dan Ashari (2005:55) mengatakan bahwa rule of thumb (ketentuan baiknya) debt to total assets ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. Debt to total assets ratio adalah rasio hutang, di mana semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya. Perhitungan debt ratio masing-masing perusahaan adalah:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
12
Kode GGRM
HMSP
RMBA
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
Tabel 3 Perhitungan Debt Ratio Total Hutang Total Aktiva 8.553.688 24.072.959 8.848.424 27.230.965 9.421.403 30.741.679 14.537.777 39.088.705 15.148.447 40.728.153 8.083.584 16.133.819 7.250.522 17.716.447 10.309.671 20.525.123 9.174.554 19.376.343 12.064.647 22.944.009 2.725.331 4.455.532 2.547.293 4.302.659 2.773.070 4.902.597 4.086.673 6.333.957 4.949.611 7.044.347
Debt Ratio 35,53% 32,49% 30,65% 37,19% 37,19% 50,10% 40,93% 50,23% 47,35% 52,58% 61,17% 59,20% 56,56% 64,52% 70,26%
Rata-Rata
34,61%
48,24%
62,34%
Dari tabel 3 di atas juga dapat diketahui bahwa debt ratio yang terbaik adalah PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) karena mempunyai rata-rata debt ratio yang paling kecil yaitu sebesar 34,61%. Kinerja Keuangan (Y) Kinerja keuangan adalah kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan return on assset. Return On Assets digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aktiva tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Return On Assets =
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
Perhitungan Return On Assets masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 4 Perhitungan Return On Assets Kode Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA Rata-Rata GGRM 2008 1.880.492 24.072.959 7,81% 2009 3.455.702 27.230.965 12,69% 10,83% 2010 4.146.282 30.741.679 13,49% 2011 4.958.102 39.088.705 12,68% 2012 3.042.704 40.728.153 7,47% HMSP 2008 3.895.280 16.133.819 24,14% 2009 5.087.339 17.716.447 28,72% 31,65% 2010 6.421.429 20.525.123 31,29% 2011 8.051.057 19.376.343 41,55% 2012 7.471.223 22.944.009 32,56% RMBA 2008 239.138 4.455.532 5,37% 2009 25.165 4.302.659 0,58% 2,62% 2010 218.621 4.902.597 4,46% 2011 305.997 6.333.957 4,83% 2012 -152.548 7.044.347 -2,17%
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
13
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan rokok yang diukur dengan Return On Assets yang terbaik adalah PT. H.M Sampoerna Tbk (HMSP) karena mempunyai rata-rata Return On Assets paling besar yaitu 31,65%. Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara lebih dari satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan antara likuiditas (X1) dan leverage (X2) sebagai variabel bebas terhadap kinerja keuangan (Y) sebagai variabel terikat. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5 Koefisien Regresi Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error 75,496 22,799 -,162 ,068 -,574 ,270
Standardized Coefficients Beta -,600 -,534
t 3,311 -2,383 -2,121
Sig. ,006 ,035 ,055
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) terhadap variabel terikat kinerja keuangan (Y). Hasil regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = 75,496 – 0,162 X1 - 0,574 X2 Berdasarkan model regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan bahwa : 1. Nilai a sebesar 75,496, menunjukkan bahwa jika likuiditas (X1) dan leverage (X2) sama dengan nol, maka kinerja keuangan (Y) akan konstan sebesar 75,496 . 2. Nilai b1 sebesar - 0,162, menunjukkan jika likuiditas (X1) meningkat satu satuan, maka akan dapat menurunkan kinerja keuangan (Y) sebesar 0,162 satuan dengan asumsi variabel bebas leverage (X2) konstan. 3. Nilai b2 sebesar - 0,574, menunjukkan jika leverage (X2) meningkat satu satuan, maka akan dapat menurunkan kinerja keuangan (Y) sebesar 0,574 satuan dengan asumsi variabel bebas likuiditas (X1) konstan. Dari model tersebut diketahui adanya pengaruh likuiditas (X1) dan leverage (X2) terhadap kinerja keuangan (Y) yang dilihat dari koefisien regresi ≠ 0 Goodnes of Fit (Uji Kesesuaian Model) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik F. perhitungan statistik disebut signifikansi secara statistik apabila nilai uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikansi apabila nilai uji statistik berada dalam daerah di mana kritis Ho diterima. Uji signifikansi model ini dapat dilihat pada nilai F hitung yang telah diperoleh dari program SPSS sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
14 Tabel 6 Goodnes of Fit (Uji Kesesuaian Model) ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares 930,122
Residual Total
1551,660 2481,782
df 2
Mean Square 465,061
12 14
F 3,597
Sig. ,060 a
129,305
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Prosedur pengujian Uji F adalah sebagai berikut 1. Besarnya nilai F tabel = F0,05 (df regresi, df residual) = F0,05 (k ; n – k -1) F tabel = F0,05 (2;12) = 3,885 2. F hitung = 3,597 3. Perumusan hipotesis a. H0 = Variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). b. H1 = Variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). 4. Daerah penerimaan atau daerah penolakan, yaitu: a. Bila F hitung < F tabel maka H0 diterima. Artinya variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). b. Bila F hitung > F tabel maka H0 ditolak. Artinya variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). 5. Kesimpulan Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa F hitung < F tabel yaitu 3,597 < 3,885, hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak sesuai untuk menggambarkan pengaruh simultan antara likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan. Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2) Analisis koefisien determinasi berganda merupakan alat ukur untuk melihat kadar keterikatan antara variabel bebas dan terikat secara simultan. Analisis koefisien determinasi berganda menunjukkan persentase hubungan dari variasi turun naiknya variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat. Dari hasil pengolahan data dengan didapatkan hasil: Tabel 7 Koefisien Determinasi Barganda (R2) Model Summary Model 1
R ,612 a
R Square ,375
Adjusted R Square ,271
Std. Error of the Estimate 11,37124
a. Predictors: (Constant), X2, X1
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa koefisien determinasi berganda (R2) atau R Square adalah sebesar 0,375 atau 37,5%, ini berarti bahwa likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara bersama-sama hanya mampu menjelaskan turun naiknya kinerja keuangan (Y) sebesar 37,5%, sedangkan sisanya sebesar 62,5% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
15 Uji Hipotesis Uji t digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi telah signifikan untuk digunakan mengukur pengaruh secara parsial variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) terhadap variabel terikat kinerja keuangan (Y). Prosedur pengujian menggunakan uji t dua sisi (t0,05/2) adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis H0 = Variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). H1 = Variabel bebas likuiditas (X1) dan leverage (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Y). 2. t tabel = t/2 dengan df = n – k - 1 = 15 - 2 - 1 = 12 t tabel = t0,025 (12) = 2,560 3. Daerah penerimaan atau daerah penolakan: Bila t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak Bila -t tabel < t hitung < t tabel maka H0 diterima Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 8 Uji Pengaruh Parsial dengan Uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error 75,496 22,799 -,162 ,068 -,574 ,270
Standardized Coefficients Beta -,600 -,534
t 3,311 -2,383 -2,121
Sig. ,006 ,035 ,055
a. Dependent Variable: Y
1. Uji t pengaruh likuiditas (X1) terhadap kinerja keuangan (Y) dengan t hitung = -2,383 dan nilai signifikansi = 0,035. Karena -t tabel < t hitung < t tabel yaitu -2,560 < -2,383 < 2,560 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu 0,035, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 2. Uji t pengaruh leverage (X2) terhadap kinerja keuangan (Y) dengan t hitung = -2,121 dan nilai signifikansi = 0,055 Karena -t tabel < t hitung < t tabel yaitu -2,560 < -2,121 < 2,560 dan nilai signifikansi > 0,05 yaitu 0,055, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Analisa Koefisien Korelasi Parsial Koefisien korelasi parsial menunjukkan seberapa erat pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel terikat. Kriteria keputusan koefisien korelasi parsial menurut Sugiyono (2011:184) adalah sebagai berikut: Tabel 9 Kriteria Keputusan Koefisien Korelasi parsial (r2 ) Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2011:184)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
16 Adapun hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 10 Koefisien Korelasi Parsial a Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B Std. Error 75,496 22,799
Standardized Coefficients Beta
Correlations t 3,311
Sig. ,006
Zero-order
Partial
Part
X1
-,162
,068
-,600
-2,383
,035
-,375
-,567
-,544
X2
-,574
,270
-,534
-2,121
,055
-,281
-,522
-,484
a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu: 1. Koefisien korelasi parsial antara variabel likuiditas (X1) terhadap kinerja keuangan (Y) yaitu sebesar -0,567 karena besarnya antara 0,40 – 0,599 maka termasuk pada kategori sedang. Jadi terdapat hubungan yang sedang antara likuiditas dengan kinerja keuangan. Arah negatif menunjukkan hubungan berbanding terbalik, artinya jika likuiditas meningkat maka kinerja keuangan akan turun. 2. Koefisien korelasi parsial antara variabel leverage (X2) terhadap kinerja keuangan (Y) yaitu sebesar -0,522 karena besarnya antara 0,40 – 0,599 maka termasuk pada kategori sedang. Jadi terdapat hubungan yang sedang antara leverage dengan kinerja keuangan. Arah negatif menunjukkan hubungan berbanding terbalik, artinya jika leverage meningkat maka kinerja keuangan akan turun. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi (2010) dan Ruwanti (2011) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap kinerja keuangan ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang terletak di antara t tabel dan -t tabel. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini lebih disebabkan oleh rasio likuditas yang cenderung naik dari tahun 2008 hingga tahun 2010 namun tidak diimbangi dengan peningkatan profitabilitas yang cenderung turun. Selain itu pada PT Gudang Garam Tbk di tahun 2008 sampai 2012 serta pada PT Bentoel Internasional Investama Tbk di tahun 2008 sampai 2010 menunjukkan nilai likuiditas yang terlalu tinggi (di atas 200%). Hal ini menunjukkan bahwa alokasi kelebihan modal kerja berupa aktiva lancar untuk menghasilkan laba tidak dapat digunakan secara efektif oleh perusahaan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54), rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sesoningtyas (2012) yang menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dan tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi (2010). Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap kinerja keuangan ini ditunjukkan oleh nilai t hitung yang terletak di antara t tabel dan -t tabel. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini lebih disebabkan oleh rasio leverage yang cenderung naik dari tahun 2009 hingga tahun 2012 namun tidak diimbangi dengan peningkatan profitabilitas yang cenderung turun. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan modal kerja dari modal hutang tidak dapat digunakan secara efektif oleh perusahaan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:55), semakin tinggi rasio hutang menunjukkan kinerja keuangan yang buruk, sebaliknya semakin rendah rasio hutang maka semakin baik kinerja keuangannya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
17 Tidak adanya pengaruh secara parsial antara lasio likuiditas terhadap kinerja keuangan dan pengaruh secara parsial antara lasio leverage terhadap kinerja keuangan tentu saja menyebabkan tidak adanya pengaruh simultan atau bersama-sama antara rasio likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan. Tidak adanya pengaruh signifikan antara likuiditas dan leverage terhadap kinerja keuangan ini menunjukkan bahwa perusahaanperusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami ketidakpastian pasca krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 2008. Adanya krisis ini mengakibatkan kesulitan modal kerja, kenaikan harga-harga bahan produksi, serta penurunan margin keuntungan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa simpulan yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, yaitu: 1. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel likuiditas (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y). Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis bahwa likuiditas (X1) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel leverage (X2) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham (Y). Hasil penelitian ini berarti tidak mendukung hipotesis bahwa leverage (X2) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa likuiditas (X1) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja keuangan (Y), namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah diambil maka saran-saran yang dapat diajukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebaiknya mengurangi aktiva lancar dengan melakukan investasi saham atau investasi pada aktiva lain untuk memperbaiki kinerja profitabilitasnya. 2. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebaiknya mengurangi modal kerja yang berasal dari hutang. 3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian berkaitan dengan penelitian ini sebaiknya menambah jumlah variabel, menambah periode pengamatan, dan menambah jumlah sampel dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (Tips Bagi Investor, Direksi, dan Pemegang Saham). Penerbit Andi. Yogyakarta. Hanafi, M. 2005. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Harahap, S.S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Martono dan A. Hardjito. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit Ekonosia. Yogyakarta. Mulyadi dan J.Setywan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendaliaan Manajemen: Sistem Pelipat Ganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Balance Scorecard : Alat Manajemen Kontenporer Untuk Pelipat Ganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Salemba Empat. Jakarta. Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Ketiga Belas. Penerbit Libery. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014)
18 Prastowo, D dan Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Ridwan dan Barlian. 2005. Manajemen keuangan I. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Literatur Lintas Media. Jakarta. Riyanto, B. 2005. Dasar-Dasar Pembelanjaran. Edisi Kedua. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Sugiri, S. 2004. Akutansi Pengantar 1. Edisi Kelima. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke-13. Penerbit Alfabeta. Bandung. Weston, J.F and T. E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan (terjemahan). Jilid Satu. Edisi Kedelapan. Cetakan Pertama. Penerbit Binaputra Aksara. Jakarta.