Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
PENGARUH LEVERAGE (DER), PRICE BOOK VALUE (PBV), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), RETURN ON EQUITY (ROE), DEVIDEN PAYOUT RATIO (DPR) DAN LIKUIDITAS (CR) TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING di BEI TAHUN 2009 – 2014 Wawan Utomo Rita Andini, SE, MM Kharis Raharjo, SE, M.Si, AK Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Pandanaran Semarang
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor yang mempengaruhi price earning ratio (PER). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Leverage, Price Book Value, ukuran Perushaaan, Return On Equity , Deviden Payiut Ratio dan Likuiditas terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Periode Tahun 2009 – 2014. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan sampel sebanyak 12 perusahaan yang listing Untuk memenuhi sasaran penelitian hipotesis diuji dengan analisis regresi berganda. Dari tes keenam variabel independen, variabel dengan pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio adalah dan Price Book Value dan Return On Equity. Dan empat variabel tidak berpengaruh adalah Leverage, ukuran Perusahaan, Deviden Payiut Ratio dan Likuiditas Kata Kunci : PER, DER, PBV, Size, ROE, DPR, CR
ABSTRACT This study aims to provide empirical evidence about the factors that affect the price earning ratio (PER). This study aims to analyze Leverage, Price Book Value, size Perushaaan, Return On Equity, Dividend Payiut Liquidity Ratio and the Price Earning Ratio (PER) In Manufacturing Companies Listing on the Stock Exchange for the Period of 20092014. The data used is secondary data with a sample of 12 companies listed To meet the goal of research hypotheses were tested with multiple regression analysis. From the sixth test of independent variables, variables with significant effect on the price earning ratio is and Price Book Value and Return On Equity. And four variable has no effect is Leverage, the size of the Company, Payiut Dividend Ratio and Liquidity Keyword : PER, DER, PBV, Size, ROE, DPR, CR
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan fungsi ekonomis untuk menyediakan fasilitas perpindahan dana dan fungsi keuangan untuk menyediakan dana. Efisiensi pasar modal selalu dikaitkan dengan informasi yang tersedia yang dapat mempengaruhi harga sekuritas di pasar modal. Pasar modal yang efisien merupakan pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan dengan sekuritas. Investor saham mempunyai kepentingan terhadap informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham yang layak untuk dipilih. Septriana (2002) dalam Nurul Hayati (2010) mengemukakan bahwa harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor fundamental dan faktor teknikal. Jogiyanto (2000) dalam Nurul Hayati (2010) mengemukakan ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham yakni dengan menggunakan analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisa teknis (technical analysis). Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari nilai saham untuk menentukan nilai dari saham. Sedang Husnan (2000) dalam Nurul Hayati (2010) berpendapat bahwa secara formal pasar modal yang efisien merupakan pasar yang harga sekuritas - sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Pasar modal menjadi efisien karena persaingan antara para analis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat menunjukkan harga yang sebenarnya. Menurut Hanafi (2004) dalam Nurul Hayati (2010) pasar yang efisien adalah pasar dimana harga mencerminkan informasi yang tersedia sepenuhnya. Dengan demikian, pasar modal adalah efisien jika harga sepenuhnya merefleksikan informasi yang tersedia baik informasi harga masa lalu, informasi publik ataupun informasi yang diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Pergerakan harga suatu saham yang terjadi di bursa efek merupakan suatu fenomena yang sangat menarik bagi para investor untuk dilakukan suatu analisa. Sebab suatu pergerakan harga saham yang wajar akan menumbuhkan suatu kepercayaan pada diri investor dalam melakukan investasinya untuk membeli atau menjual saham yang ada. Umumnya tujuan para pemodal menanamkan dananya pada sekuritas antara lain adalah untuk mendapatkan return (hasil) yang maksimal pada resiko tertentu atau memperoleh hasil tertwntu dengan resiko minimal. Hasil tersebut tentunya diharapkan lebih besar dari tingkat bunga yang diberikan oleh perbankan (Wiwid, dkk, 2010). Pada umumnya perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Ada beberapa indikator yang penting untuk melihat perkembangan pasar modal (Suta : 1998 dalam Wiwid, dkk, 2010) yaitu : (1) Indeks harga saham gabungan (2) Nilai kapitalisasi pasar (3) Nilai rata-rata perdagangan perhari (4) Porsi perdagangan investasi asing dan investasi domestik. Dan maraknya perdagangan saham di pasar modal saat ini dalam keadaan perekonomian yang belum pulih tentu tidak terlepas dari peran pemodal yang melakukan transaksi di pasar modal. Akan tetapi para investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian yang baik terhadap emiten (perusahaan). Salah satu aspek yang menjadi bahan penilaian bagi investor adalah kemampuan emiten dalam menghasilkan
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
laba. Harga pasar saham sebagai pencerminan nilai suatu perusahaan, banyak terjadi kenaikan maupun penurunan. Sebab harga saham mencerminkan informasi baik fundamental, teknikal, maupun sosial politik. Dan harga saham di bursa efek pada umumnya ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (Wiwid, dkk, 2010. Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengembalian (return) tertentu dengan risiko minimal. Tingkat pengembalian (return) atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return tinggi. Investor harus dapat menganalisa apakah harga saham yang terjadi cukup layak untuk dibeli dan harus pula mendeteksi pergerakan harganya, mengetahui variabel apa saja yang menjadi penentu terhadap harga saham tersebut, apakah bersifat fundamental, teknikal, maupun sosial politik. Setiap variabel mempunyai efek yang relatif berbeda, sehingga adanya harga saham yang bersifat undervalued ataupun overvalued pada hakekatnya disebabkan adanya kekuatan variabel penentu yang berbeda (Rasuli, 2008). Salah satu rasio yang banyak digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi saham adalah Price Earning Ratio (PER). PER merupakan rasio antara harga per lembar saham dengan laba bersih per sahamnya (EPS). PER juga menunjukkan indikasi tentang adanya masa depan perusahaan. Menurut Sartono (1996) dalam Rasuli (2008), para pelaku pasar modal lebih menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan. PER memiliki beberapa atribut menarik yaitu memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk labaper lembar saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan sebagai input pada P/E rasio model, serta memudahkan atau membantu judgement dalam menganalisis. Oleh karena model PER lebih sering digunakan dalam penilaian saham, maka menentukan faktorfaktor apakah yang mempengaruhi PER dengan mengetahui seberapa jauh faktor-faktor tersebut mempengaruhi PER adalah sangat penting. PER sangat mudah untuk dihitung dan dipahami oleh investor. Dengan mengetahui harga di pasar dan laba bersih per saham, maka investor bisa menghitung berapa PER saham tersebut. Semakin besar Earning Per Share semakin rendah PER saham tersebut dan sebaliknya. Namun perlu dipahami, karena investasi di saham lebih banyak terkait dengan ekspektasi maka laba bersih yang dipakai dalam perhitungan biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Dengan begitu bisa dipahami jika emiten berhasil membukukan laba besar, maka sahamnya akan diburu investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar akan naik. Besaran PER akan berubah - ubah mengikuti perubahan harga di pasar dan proyeksi laba bersih perseroan. Jika harga naik, proyeksi laba tetap, praktis PER akan naik. Sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga di pasar tidak bergerak maka PER akan turun (Gesha Ramadhani, 2012). Pemilihan variable yang diduga dapat mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) mengacu pada beberapa model penelitiaan terdahulu. Variabel Leveerage (DER) digunakan dalam penelitian Ghesa Ramadahani (2012) ditemukan bahwa leverage (DER) berpengaruh terhadap PER. Hasil ini sesuai dengan hasil penlitian yang digunakan dalam penelitian Nurul Hayati (2010), Elon Davit Riyadi (2011) yang menyatakan bahwa variabel leverage (DER) berpengaruh terhadap PER. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meygawan dan Irene (2012), Rizky dkk (2015) yang menyatakan bahwa DER tidak berpenngaruh terhadap PER. Price Book Value (PBV) yang digunakan oleh Meygawan dan Irene (2012) dinyatakan bahwa PBV berpengaruh terhadap PER. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghesa Ramadhani (2012) yang menyatakan bahwa PBV berpengaruh
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
terhadap PER. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hayati (2010), Danta dan Linda (2013) yang menyatakan bahwa PBV tidak berpengaruh terhadap PER. Kemudian Ukuran Perusahaan (Size) yang digunakan oleh Danial (2013) dinyataka berpengaruh terhadap PER. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghesa Ramadhani (2012) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap PER. Tetapi sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elon Davit Riyadi (2011), Meygwan dan Irene (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengatruh terhadap PER. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROE dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryan,dkk (2012), Farida dan Chabachib (2010) menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap PER. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky, dkk (2015) yang menyatakan bahwa profitabililtas yang diukur dengan ROE tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Deviden Payout Ratio (DPR) yang digunakan dalam penelitian Rasuli (2008) ditemukan bahwa DPR berpengaruh terhadap PER. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitain yang dilakukan oleh Wiwid (2010), Mufti Mubarok (2011) yang menytakan bahwa DPR berpengaruh terhadap PER. Tetapi tidak sesuai dngan hasil penelitain yang dilakukan oleh Meygawan dan Irene (2012), Danta dan Linda (2013), Rozky ,dkk (2012) yang menyatakan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap PER. Variabel likuiditas (Current Ratio) yang digunakan oleh Sunaryo (2011), Danta dan Linda (2013), Pandu Virgani (2012) dihasilkan bahwa varibel likuiditas tidak berpengaruh terhadap PER. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakkukan oleh Farida dan Chabachib (2010) yan menyatakan bahwa likuiditas ynag diukur dengan current ratio (CR) berpengaruh terhadap PER. Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa penelitian pengaruh variabel – variabel diatas belum konsisten yang digunakan oleh Danial (2013) dan perlu diuji kembali pengaruh variabel Leverage (DER), Price Book Value (PBV), ukuran Perushaaan (SIZE), Return On Equity (ROE), Deviden Payiut Ratio (DPR) dan Likuiditas (CR) terhadap Price Earning Ratio (PER), agar diperoleh informasi varibel – variabel yang memiliki pengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) yang lebih tepat. Tinjauan Teoritis Teori Sinyal Isyarat atau signal menurut Brigham dan Weston (1990) dalam Fitria Agustin (2013) adalahsuatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan dating dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang diberikan oleh manajer merupakan sinyal bagi para investor dan akan direspon investor dengan pengambilan investasi yang. Informasi yang disampaikan manajemen akan diterima oleh pemegang saham dan direspon melalui mekanisme pasar (Fitria Agustin, 2013). Investasi Investasi merupakan komponen kedua yang mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat dan merupakan salah satu faktor penting dan utama dalam pembangunan ekonomi yang telah diakui oleh banyak ahli ekonomi, bahkan di katakan bahwa tak ada pembangunan tanpa investasi. Tujuan utama kegiatan investasi dilakukan oleh para investor atau perusahaan yaitu untuk memperoleh penghasilan atau return atas investasi. Penghasilan tersebut berupa
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
penerimaan kas dan atau kenaikan nilai investasi. Penerimaan kas bagi saham ada dalam bentuk deviden, sedangkan kenaikan nilai investasi tercermin melalui kenaikan harga saham (Rasuli, 2008). Saham dan Penilaian Saham Husnan (2005), menyebutkan bahwa “Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.” Jadi, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Price Earning Ratio (PER) Price earning ratio adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Price earning ratio diakui sebagai metode penilaian saham yang baik yang menentukan nilai saham diperiode yang akan dating dan menentukan besarnya modal dalam saham, oleh karena itu PER sering menjadi suatu ukuran yang penting bagi para calon investor dalam berinvestasi. PER juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio - rasio keuangan seperti PER dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin tinggi rasio ini maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan meningkat (Fahmi, 2012 dalam Danial, 2013). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) adalah (Danial, 2013): PER =
Harga Per Lembar Saham Earning Per Share (EPS)
Debt Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas) (Martono dan Harjito, 2005). Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan ekuitas, hal ini mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan membayar hutang rendah, hal ini berarti risiko perusahaan relatif tinggi. Risiko tinggi menyebabkan investasi saham kurang menarik (Ghesa Ramadhani, 2012).Rumus yang sering digunakan dalam pengukuran DER sebagai berikut (Meygawan dan Irene, 2012):
DER = Total Hutang Total Ekuitas Price Book Value (PBV) Rasio pasar merupakan indikator untuk menunjukkan informasi penting perusahaan dalam mengukur kinerja harga pasar saham (Ang, 1997). Rasio pasar yang digunakan adalah Price to Book Value yang digunakan untuk mengukur kinerja harga saham terhadap nilai bukunya. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Apabila PBV meningkat selanjutnya nilai PER akan meningkat (Ghesa Ramadhani, 2014).Secara matematis Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai berikut (Toto Prihadi dalam Ghesa Ramadhani, 2012): PBV = Price Per Share BVS
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
Ukuran Perusahan (Size) Size Perusahaan atau biasa disebut dengan ukuran perusahaan merupakan sebuah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Damasita (2011) dalam Danial (2013) yang dimaksud firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata - rata total penjualan asset, dan rata-rata total aktiva. ukuran perusahaan merupakan rasio nilai logaritma natural dari total aset. Profitabilitas (ROE) ROE merupakan rasio profiabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan untuk efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini meningkat, manajemen cenerung dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity (Elon Davit, 2014).Menurut Elon Davit (2014) rumus untuk menghitung ROE adalah Laba bersih ROE = Total Equity Deviden Payout Ratio (DPR) Rasuli (2008) menyatakan bahwa deviden merupakan salah satu bentuk keuntungan yang nantinya akan diterima investor dari sahamnya. Bagi investor yang menggantungkan pendapatannya dari investasi, dividen merupakan hal penting karena semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka diharapkan akan memperoleh dividen yang tinggi. Kebijaksanaan dividen dapat meningkatkan PER sehingga banyak perusahaan yang berusaha memberikan dividen. Pengurangan pembayaran dividen akan memberikan pengaruh negatif pada investor, investor akan beranggapan bahwa perusahaan sedang menghadapi kesulitan. Deviden Payout Ratio (DPR) dirumuskan sebagai berikut: DPR = DPS EPS Likuiditas (current ratio) Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Farida dan Chabachib, 2010). Menurut Brigham & Houston (2004) dalam Sunaryo (2011), “Current ratio is calculated by dividing current assets by current liabilities. It indicates the extent to which current liabilities are covered by those assets expected to be covered to cash in the near future” (p. 178). Rasio likuiditas diperoleh dengan cara membagi current assets dengan current liabilities. Semakin tinggi current rasio semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Menurut Pandu Virgani (2012) rasio likuiditas (current ratio) dapat dihitung dengan rumus : Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
Pengaruh Leverage (DER) Terhadap Price Earning Ratio (PER) Semakin tingginya DER maka semakin rendahnya kepercayaan para investor yang menanamkan investasinya dalam bentuk saham. Hutang disini perlu menjadi prioritas dan perlu perhatian dari perusahaan dalam pengelolaannay. Pengelolaan hutang yang baik menyebabkan penggunaan investasi menjadi lebih efektif dan efisien sebab hutang merupakan investasi dari pihak ketiga (Investor) dan pihak bank. Walaupun hutang perusahaan itu tinggi tetapi dalam pengelolaannya dapat menghasilkan keuntungan lebih baik, maka perusahaan akan mampu mengembalikan atau membayar hutangnya sesuai waktu yang ditentukan. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham. H1 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Pengaruh Price Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER) Semakin besar rasio PBV, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Hal ini membuat para investor atau calon investor tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan, karena investor yang rasional akan memilih emiten yang mempunyai PBV yang tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. H2 : Price Book Value (PBV) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Price Earning Ratio (PER) Menurut Riyanto (Danial, 2013), ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva. Total aktiva/aset) sering dijadikan acuan dalam melihat besar kecilnya perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar dapat dikategorikan sebagai perusahaan ukuran besar sedangkan perusahaan yang memiliki total aktiva yang kecil dapat dikategorikan sebagai ukuran perusahaan kecil H3 : Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Pengaruh Profitabilitas (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ROE mmenunjukkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau memegang saham perusahaan (sawir, 2001). ROE memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi H4 : Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Pengaruh Deviden Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Mufti Mubarok (2010) mengungkapkan Deviden Payout Ratio (PER) merupakan perbandingan antara besarnya deviden yang dibagikan kepada pemegang saham biasa dan laba per lembar saham. Dividen merupakan salah satu bentuk keuntungan yang nantinya akan diterima investor dari sahamnya. Bagi investor, dividen merupakan hal penting karena semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka diharapkan akan memperoleh dividen yang tinggi H5 : Deviden Payout Ratio (DPR) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Pengaruh Likuidtas (CR) terhadap Price Earning Ratio (PER) Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Farida dan Chabachib, 2010). Likuiditas
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (keputusan pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasitersebut H6 : Likuditas (CR) berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER). Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 – 2014. Sampel Sugiyono (2011) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk menentukan sampel yang akan diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan teknik pengambilan sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public yang terdaftar di tahun 2009 2014. Metode dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria - kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria – kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Perusahaan merupakan perusahaan manufaktur go publik dan terdaftar dan konsisten listing di BEI.periode tahun 2009 - 2014 2. Memiliki laporan keuangan lengkap selama periode penelitian. 3. Perusahaan selama periode tahun penelitian secara konsisten mengeleluarkan deviden Uji Normalitas Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual yaitu one sample kolmogorov-smirnov test. Dalam uji ini akan digunakan uji one sample kolmogorov-smirnov test dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% (persen) atau 0,05. Selain itu pengujian juga dilakukan secara multivariat dengan menggunakan PP Plot. Tabel
Tabel Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov N= 72
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
72
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
6.49817454
Absolute
.115
Positive
.115
Negative
-.089
Kolmogorov-Smirnov Z
.978
Asymp. Sig. (2-tailed)
.294
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016.
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa berdasarkan sampel yang ditetapkan sebanyak 72 sampel, setelah dilakukan uji normalitas data sudah memenuhi asumsi normalitas karena nilai signifikansi Kolmogrov - Smirnov sebesar 0.294 < 0.05, sehingga dapat dianalisis data terdistribusi secara normal. Pengujian Multikolinearitas Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai Tolerance dan nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) dalam tabel Collinearity Statistic. Tabel menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Tabel Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
-23.429
14.057
DER
1.849
1.164
PBV
.912
SIZE
1.047
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.667
.100
.180
1.588
.117
.442
2.265
.096
1.077
9.494
.000
.442
2.264
.463
.174
2.260
.027
.960
1.041
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
ROE
-15.054
3.056
-.737
-4.926
.000
.254
3.937
DPR
.053
.019
.256
2.832
.006
.697
1.434
1.910
1.374
.126
1.390
.169
.690
1.449
CR
a. Dependent Variable: PER
Berdasarkan pada tabel diatas, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot. Seperti pada gambar berikut ini
Berdasarkan gambar metode scatter plot diatas diperoleh pola yang tidak teratur atau menyebar secara acak berada disekitar angka nol dan sumbu Y, maka disimpulkan bahwa hasil pengujian untuk Leverage (DER), Price Book Value (PBV), Ukuran Perushaaan (Size), Reurn On Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR) dan Likuiditas (CR) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur periode tahun 2009 - 2014 menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan Durbin Watson (DW Test). Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ( Uji Statistik F ) Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen. Uji Determinasi ( Uji R2) Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R² maka semakin besar proporsi dari total variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.(Gozali, 2006 )
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai pengaruh Leverage (DER), Price Book Value (PBV), Ukuran Perushaaan (Size), Reurn On Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR) dan Likuiditas (CR) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur periode tahun 2009 - 2014. Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS selengkapnya ada pada lampiran dan selanjutnya diringkas sebagai berikut : Tabel Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
-23.429
14.057
DER
1.849
1.164
PBV
.912
SIZE
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.667
.100
.180
1.588
.117
.442
2.265
.096
1.077
9.494
.000
.442
2.264
1.047
.463
.174
2.260
.027
.960
1.041
ROE
-15.054
3.056
-.737
-4.926
.000
.254
3.937
DPR
.053
.019
.256
2.832
.006
.697
1.434
1.910
1.374
.126
1.390
.169
.690
1.449
CR
a. Dependent Variable: PER
Sumber : Hasil pengolahan data dengan program SPSS, 2016.
Model persamaan regresi yang dapat ditulis dari hasil tersebut dalam bentuk persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = -23.429 + 1,849 DER + 0,912 PBV + 1,047 Size – 15,054 ROE + 0.053 DPR + 1,910 CR + e Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menunjukan bukti mengenai pengaruh variabel Leverage (DER), Price Book Value (PBV), Ukuran Perushaaan (Size), Reurn On Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR) dan Likuiditas (CR) terhadap Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan Manufaktur periode tahun 2009- 2014
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Leverage yang diukur dengan DER tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) Dengan demikian sesuai dengan hipotesis awal (H1) yang menyatakan Leverage berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). 2. Price Book Value yang diukur dengan PBV berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Dengan demikian sesuai dengan hipotesis awal (H2) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). 3. Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal (H3) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan (Size) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). 4. Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Dengan demikian sesuai dengan hipotesis awal (H4) yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). 5. Deviden Payout Ratio (DPR) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Dengan demikian sesuai dengan hipotesis awal (H4) yang menyatakan bahwa Deviden Payout Ratio (DPR) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). 6. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Dengan demikian tidak sesuai dengan hipotesis awal (H4) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Saran Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya perusahaan tetap meningkatkan profitabilitas perusahaan dan memperhatikan tingkat hutang yang dimiliki untuk menghindari faktor resiko kebangkrutan perusahaan. 2. Perusahaan hendaknya lebih efektif dalam mengelola sumber – sumber modal perusahaan agar dapat menghasilkan laba yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Agustin, Fitria, 2013. “ Analisis Pengaruh PBV, EPS, DER dan ROA Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2012. Danta dan Linda, 2013. “Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Wira Ekonomi Mikrosil Vol. 3 No. 2 Oktober 2013. Danial, 2013. “Pengaruh ROA, DPR, Size Terhadap PER Pada Perusahaan Aneka Industri dan Industri Barang Konsumsi Yang Terdatar di Bursa efek Indonesia (BEI) Periode 2009 – 2012. Farida dan Chabachib, 2010. “Analisis Pengaruh Rasio likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio Pada perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Manajemen Keuangan Vol. 1 Desember 2010. Hayati, Nurul. 2010. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Salah Satu kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Manajemen dan Akuntansi April 2010 Vol. 11 No. 1 Meygawan dan Irene, 2012. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia 2007 – 2010).” Diponegoro journal Of Management Vol.1 No. 1 Tahun 2012 Hal. 382 – 391
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016
Mubarok, Mufti, 2010. “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Lembaga Keuanagn dan Real Estate Pad Bursa Efek Indonesia)” Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ramadhani, Gesha, 2012. “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia 2007 – 2011” Rasuli. La Ode, 2008. “Analisis Faktor p- Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Studi Empiris pad perusahaan Manufaktur di BEI” Riadi, Elon Davit, 2011. “Pengaruh Faktor Debt to Equity Ratio, return On equity dan Total Assets Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).” Rizky, dkk, 2012. “Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio, Deviden Payout Ratio (DPR) Terhadap Price Earning Ratio (PER) (Studi Pada Saham – SahamaPerushaan Perbankan Yang Terdaftar di Indeks LQ – 45 Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011)” Ryan, dkk, 2012. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Price Earning Ratio (PER) (Studi Pada Perusahaan Yang Tercatat Dalam Indeks LQ – 45)” Sunaryo, dkk, 2011. “ Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Deviden Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio Pada Kelompok Perusahaan Manufktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Wiwid, dkk. 2010. “Analisis Variabel – Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi/Kimia Yang Go Public di Butsa Efek Jakarta (1996 – 2000)” Wacana Vol. 13. No. 3 ISSN 1411 – 0199. Virgani, Pandu, 2012. “Pengaruh Faktor Likuiditas, Leverage dan Deviden Terhadap Price Earning Ratio Pada industri Manufktur di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2011”