PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BULUTANGKIS UMS
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
TRI AMANULAH PRIAMBADA J 120 110 082
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HALAM,A.N PERSETUJUAN
NASKAH PIIBI-IKASI KARYA
ILMAH
PENGARII}I LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH IUMP TERHADAP PO"?]? OTOT TIINGKAI PADA PEMAIN
RI]I,IlTANGKIS
TIMS
Oleh:
Nama : Tri
Nim
Amanulah Priambada
: J 120.110.082
Telah Membaca Dan Mencermati Naskah Artikel Publikasi llmiah, Yang Merupakan Ringkasan Skripsi (Tugas Athir) Dari Mahasiswa Tersebut
Surakarta 27 Juli 2015
Menyetujui Pembimbing I
Pembimbins
TI
H-' daskun Pudjiarto, SMPh., M.kes
Totok Budi Santoso, S,Fis., XlPh
PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BULUTANGKIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tri Amanulah Priambada J120110082 Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol 1 Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 ABSTRAK Latar Belakang: Dalam olahraga bulutangkis memerlukan lompatan yang tinggi untuk melakukan smash, maka diperlukan power otot tungkai yang baik. Power otot merupakan salah satu kemampuan fisik dengan menggunakan kekuatan yang maksimal dalam waktu yang singkat. Banyak macam latihan untuk meningkatkan power otot tungkai, salah satunya dengan latihan pliometrik depth jump. Latihan pliometrik depth jump merupakan lompatan secara berulang-ulang dengan cara melompat dari bangku kemudian mendarat, disusul dengan melompat setinggitingginya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis universitas muhammadiyah surakarta Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis universitas muhammadiyah surakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre and post test with control group design. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria insklusi dan eksklusi. Pengukuran tinggi loncatan menggunakan vertical jump. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis uji wicoxon test dan mannwhitney test, jika p value < 0,05 berarti ada pengaruh signifikan atau jika p value > 0,05 berarti tidak ada pengaruh signifikan. Hasil Penelitian: Analisis statistik didapatkan hasil nilai p value 0,005, dengan tingkat signifikan P<0,05 yang berarti ada pengaruh latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis universitas muhammadiyah surakarta. Kesimpulan: Ada pengaruh latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis universitas muhammadiyah surakarta. Kata Kunci: Bulutangkis, power otot, pliometrik, depth jump
EFFECT OF EXERCISE PLYOMETRIC DEPTH JUMP TO POWER PLAYERS BADMINTON LEG MUSCLE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA Tri Amanulah Priambada J120110082 Study Program Of Physiotherapy Undergraduate Health Faculty Muhammadiyah University Of Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol 1 Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 TRI AMANULAH PRIAMBADA/ J120110082 ABSTRACT Background: In badminton requires a huge leap to do a smash, it would require a good leg muscle power. Muscle power is one of the physical ability to use the maximum force in a short time. Many kinds of exercises to improve leg muscle power, one of them with depth jump plyometrics exercises. Plyometrics exercise is depth jumps leap repeatedly by jumping from the bench then landed, followed by jumping as high. The Objective of Research: To know effect of exercise plyometric depth jump to power players badminton leg muscle muhammadiyah university of surakarta. The Benefit of Research: Determine the effect exercises plyometrics depth jump to power players badminton leg muscle muhammadiyah university of surakarta. The Method of Research: This type of research in this study is a quasi experimental with pre and post test approach with control group design. The sampling technique is purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. High-stepping measurement using vertical jump. The analysis in this wicoxon test and mann-whitney test, p value < 0,05 there is the influence or p value > 0,05 there is not the influence. Result of the Research: Statistical analysis of the results p value of 0,005, with a significant level of p<0.05, which means there is the influence of exercises plyometrics depth jump to power players badminton leg muscle muhammadiyah university of surakarta. Conclusion: there is the influence of exercises plyometrics depth jump to power players badminton leg muscle muhammadiyah university of surakarta. Keywords: Badminton, power muscle, plyometric, depth jump.
1
PENDAHULUAN Kondisi fisik merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pencapaian prestasi olahraga, karena setiap atlet harus memiliki fisik yang baik untuk dapat berprestasi. Unsur kondisi fisik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga berbeda-beda. Oleh karena itu kondisi fisik seorang pemain perlu ditingkatkan melalui latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu. Melalui latihan fisik, kesegaran jasmani pemain akan meningkat sehingga dapat menunjang tercapainya prestasi (Riyadi, 2008). Selanjutnya, Riyadi (2008) mengatakan bahwa salah satu kemampuan fisik yang sangat penting dalam upaya tercapainya prestasi adalah power otot tungkai, karena hampir semua cabang olahraga memerlukan power, khususnya power otot tungkai dalam semua gerakannya. Pada permainan bulutangkis, harus meloncat untuk dapat melakukan smash, ini berarti otot yang bekerja harus dapat berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Furqon 2002 dalam Yasa et al (2014) mengatakan bahwa latihan pliometrik dengan metode depth jump dapat meningkatkan power otot tungkai. Depth jump merupakan salah satu bentuk latihan pliometrik dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot tungkai dan tinggi loncatan dengan cara melompat dari bangku kemudian mendarat, disusul dengan
melompat setinggi-tingginya. Pada
permainan bulutangkis, ketika melakukan smash atau jump smash pemain memerlukan lompatan yang tinggi untuk memukul bola (shuttlecock).
1
2
LANDASAN TEORI Olahraga bulutangkis merupakan suatu olahraga yang dimainkan dua orang (untuk tunggal) atau dua pasang (untuk ganda) yang berlawanan dengan tujuan memukul shuttlecock melewati net agar jatuh dibidang lawan (Nurrohman, 2010). Teknik dasar bulutangkis yang harus dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis salah satunya adalah smash. Smash merupakan pukulan over head yang mengandalkan kekuatan dan kecepatan lengan serta lecutan pergelangan tangan agar bola meluncur tajam menukik. Smash dapat juga dilakukan dengan meloncat (jumping). Dalam smash jumping membutuhkan tenaga yang besar, selain itu juga perlu koordinasi yang baik antara anggota badan yang terlibat (Purnama, 2010). Pliometrik adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak atau power otot dengan bentuk kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrikkosentrik) yang mempergunakan pembebanan dinamis (Siswantoyo, 2014). Banyak beberapa macam bentuk latihan pliometrik yang baik untuk meningkatkan power otot tungkai, salah satunya depth jump. Depth jump merupakan bentuk latihan dari pliometrik dengan cara melompat dari bangku atau box kemudian mendarat, disusul dengan melompat setinggi-tingginya (Farentinos 2002 dalam Nugroho et al, 2013). Power
merupakan
kemampuan
sekelompok
otot
seseorang
untuk
mempergunakan kekuatan dalam waktu singkat. Untuk kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu yang singkat ini seperti dalam aktifitas tendangan tinggi, tolak peluru, lompatan serta gerakan yang bersifat eksplosif (Putranto, 2013).
3
Menurut Syaifudin (2010) bahwa otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan power tungkai adalah. 1) Otot Fleksor Hip : psoas major, illiacus, sartorius, tensor facia latae, adductor magnus, adductor brevis, adductor longus. 2) Otot Ekstensor Hip : gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus, hamstrings. 3) Otot Ankle Plantar Flexion : Gastrocnemius dan soleus. 4) Otot Fleksor Knee : Biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus. 5) Otot Ekstensor Knee : Rectus femoris, vastus intermedinus, vastus lateralis, vastus medialis longus, vastus medialis oblique. Beberapa penelitian yang menggunakan latihan pliometrik, menunjukan bahwa latihan pliometrik dapat meningkatkan output data dan power pada otot (Adams.,et al 1992 dalam Rahimi, 2005). Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan siklus peregangan dan pemendekan, yang terjadi ketika otot aktif dari otot eksentrik cepat (deselerasi) ke otot konsentris cepat (percepatan). Pada gerakan eksentrik cepat menciptakan refleks peregangan yang menghasilkan otot konsentris lebih kuat. Semakin cepat otot ditarik maka semakin besar kekuatan yang dihasilkan dan semakin kuat juga gerakan otot (Wagner.,et al 1997 dalam Rahimi, 2005). METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
metode
quasi
eksperimental
dengan
menggunakan pre-test and post-test design with control group. Lokasi penelitian
4
di GOR Pabelan, Sukoharjo dan waktu penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Teknik pengambilan sample ini menggunakan purposive sampling. Sampel pada penelitian ini pemain bulutangkis Universitas Muhammadiyah Surakarta yang memenuhi kriteria inkulsi dan eksklusi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hasil Penelitian Berdasarkan Karakteristik Responden a. Karaktersitik Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.1 Karaktersitik Responden Berdasarkan Umur
Umur 1. 19 tahun 2. 20 tahun 3. 21 tahun Total
Perlakuan Frekuensi Persentasi (n) (%) 10% 1 50% 5 40% 4 10 100
Kontrol Frekuensi Persentasi (n) (%) 40% 4 50% 5 10% 1 10 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden kelompok perlakuan berumur 20 tahun sebanyak 5 orang (50%), sedangkan paling sedikit responden berumur 19 tahun sebanyak 1 orang (10%) dan untuk umur 21 tahun sebanyak 4 orang (40%). Umur kelompok kontrol dapat diketahui berumur 20 tahun sebanyak 5 orang (50%) sedangkan paling sedikit responden berumur 21 tahun sebanyak 1 orang (10%) dan untuk umur 19 tahun sebanyak 4 orang (40%). b. Karaktersitik Responden Berdasarkan Tinggi Badan
5
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan Perlakuan Tinggi Badan Frekuensi Persentasi (n) (%) 10% 1 1. 167-168 cm 40% 4 2. 168-170 cm 50% 5 3. 171-172 cm Total 10 100
Kontrol Frekuensi Persentasi (n) (%) 20% 2 40% 4 40% 4 10 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden kelompok perlakuan memiliki tinggi badan 171-172 cm sebanyak 5 orang (50%), sedangkan paling sedikit responden mempunyai tinggi badan 167-168 cm sebanyak 1 orang (10%) dan untuk tinggi badan 168-170 cm sebanyak 4 orang (40%). Kelompok kontrol memiliki tinggi badan 168 – 170 cm dan 171-172 cm masing-masing sebanyak 4 orang (40%) sedangkan paling sedikit responden mempunyai tinggi badan 167-168 cm sebanyak 2 orang (20%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan 1. 54-55 kg 2. 56-57 kg 3. 58-59 kg Total
Perlakuan Frekuensi Persentasi (n) (%) 40% 4 30% 3 30% 3 10 100
Kontrol Frekuensi Persentasi (n) (%) 50% 5 20% 2 30% 3 10 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden kelompok perlakuan memiliki berat badan 54-55 kg sebanyak 4 orang (40%) sedangkan paling sedikit responden mempunyai berat badan 56-57 kg dan 58-59 kg masing-masing sebanyak 3 orang (30%).
6
Kelompok kontrol memiliki berat badan 54-55 kg sebanyak 5 orang (50%) sedangkan paling sedeikit responden mempunya berat badan 56-57 kg sebanyak 2 orang (20%) dan untuk berat badan 5859 kg sebanyak 3 orang (30%). 2. Analisis Data a. Deskripsi statistik Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Kelompok Perlakuan dan kontrol Perlakuan
Kontrol
Pre
Post
Pre
Post
N
10
10
10
10
Mean
55,000
67,100
56,200
56,400
SD
1.414
1.663
2,201
2,366
Nilai Min
53
65
53
53
Nilai Max
58
70
60
60
Selisih (Mean)
12,10
0,200
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata vertical
jump pada kelompok perlakuan mengalami kenaikan sebanyak 12,10 dan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan sebanyak 0,200. b. Uji Pengaruh pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Tabel 4.5 Hasil Uji Wilcoxon Test pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
7
Perlakuan Kontrol
Z -2,829 -1,000
p-value 0,005 0,317
Kesimpulan Signifikan Ditolak
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan mempunyai p value (0,005) < 0,05 yang berarti ada pengaruh signifikan pada latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh p value (0,317) > 0,05 yang berarti tidak signifikan (ditolak). c. Uji Beda Pengaruh pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tabel 4.6 Hasil Uji Mann Whitney Test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Z -3,788
p-value 0,001
Kesimpulan Ada perbedaan
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa p value (0,001) < 0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan depth jump. B. PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa responden dengan tinggi badan maksimal memiliki power otot tungkai yang lebih baik dibandingkan responden dengan tinggi badan minimal dan responden yang memiliki berat badan maksimal memiliki power otot tungkai yang tidak lebih baik. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Wilcoxon Test dan uji Mann Whitney Test pada kelompok perlakuan dan kontrol dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan depth jump terhadap power otot tungkai pemain bulutangkis dengan p value (0,005) < 0,05. Latihan
8
depth jump mampu meningkatkan power otot tungkai sebanyak 18,03 % dengan selisih mean sebelum dan sesudah perlakuan yaitu 12,10. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2013), bahwa latihan depth jump dapat meningkatkan power otot tungkai dengan selisih mean sebelum dan sesudah perlakuan 21,45 yaitu mampu meningkatkan power otot tungkai sebanyak 17,3 % karena pada penelitian tersebut memiliki lebih banyak responden namun latihan depth jump dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat. Analisa gerakkan dari latihan depth jump tidak mengarah ke pembentukan power otot. Sehingga dalam penelitian ini hanya mampu meningkatkan vertical jump sebesar 18,03 %. Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Mann Whitney Test dapat disimpulkan bahwa ada beda pengaruh latihan depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis dengan p value (0,001) < 0,05. Dilihat dari selisih nilai rata-rata pada kelompok perlakuan adalah 12,10. sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,200 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan power otot tungkai yang lebih baik pada kelompok perlakuan. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada kelompok perlakuan diberikan latihan depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis. Adapun pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan power otot tungkai, namun tidak sebanyak pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan aktifitas sehari-hari. Penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.
9
1. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental maka dari itu peneliti tidak dapat mengendalikan faktor pengganggu yang antara lain aktivitas responden diluar penelitian, porsi makan sehari-hari responden, dan konsumsi suplemen yang mempengaruhi metabolisme tubuh. 2. Jumlah responden dalam penelitian ini hanya berjumlah 20 orang. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil analisis data dan uji statistik bahwa p-value pada kelompok perlakuan 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan pliometrik depth jump terhadap power otot tungkai pada pemain bulutangkis UMS. Berdasarkan kesimpulan, seperti yang telah dikemukakan maka saran yang diberikan adalah : 1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan tema yang serupa. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya jumlah responden lebih banyak sehingga hasil yang didapat lebih akurat. 3. Bagi responden diharapkan rutin melakukan latihan depth jump untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai sehingga dapat melakukan jumping secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Mufidatul. 2013. Pengaruh Latihan Pliometrik Depht Jump Dan Jump To Box Terhadap Power Otot Tungkai Pada Atlet Bolavolli Klub Tugumuda Kota Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Himanto, Wasis. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Power Lengan Terhadap Peningkatan Kecepatan Smash Bulutangkis. Thesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Nugroho, B. 2013. Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump dan Knee Tuck Jump Terhadap Hasil Tendangan Keras Atlit Sepak Bola di Tim Junior “Ghesang” Simo. Journal of Sport Sciences and Fitnes 2 Volume 3 Tahun 2013. Universitas Negeri Semarang. Nurrohman. 2010. Hubungan Tinggi Lompat Terhadap Hasil Smash Pemain Bulutangkis Pada Persatuan Bulutangkis Taruna 45 Pekanbaru. Skripsi. Universitas Islam Riau. Pabst, R & Putz R. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 23 : Batang Tubuh, Panggul dan Eksremitas Bawah. Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Purnama, K. 2010. Kepelatihan Bulutangkis Modern. Yuma Pustaka : Surakarta. Putranto, E. 2013. Sumbangan Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan Pergelangan Tangan Terhadap Hasil Lay Up Shoot Pada Siswa Putra Ekstrakulikuler Bola Basket SMA Negeri 4 Tegal Tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Rasyid, A. 2014. Efektivitas Pelatihan Plyometrics dan Weight Training Dalam Peningkatan Strength dan Power Otot Tungkai. Jurnal Pelopor Pendidikan Volume 6 Nomor 2 Tahun 2014. STKIP PGRI Sumenep.
Rahimi, Rahman & Behpur, Naser. 2005. The Effects Of Plyometric, Weight and Plyometric-Weight Training On Anaerobic Power and Muscular Strength. Journal Physical Education and Sport Volume 3 No.1 Tahun 2005. Kurdistan University of Iran. Riyadi, S. 2008. Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan Terhadap Power Otot Tungkai. Thesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Santosa, D. 2015. Pengaruh Pelatihan Squat Jump dengan Metode Interval Pendek Terhadap Daya Ledak (Power) Otot Tungkai. Journal Kesehatan Olahraga Volume 3 No. 1 Tahun 2015. Universitas Negeri Surabaya.
Siswantoyo. 2014. Peningkatan Power Tungkai Pesilat Remaja Melalui Latihan Pliometrik. Journal Cakrawala Pendidikan Volume 1 Tahun 2014. Universitas Negeri Yogyakarta. Syaifudin. 2010. Atlas Berwarna Tiga Bahasa : Anatomi Tubuh Manusia. Salemba Medika : Jakarta. Sukadarwanto & Utomo. 2014. Perbedaan Half Squat Jump dan Knee Tuck Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot dan Kelincahan. Journal Terpadu Ilmu Kesehatan Volume 3 No.2 Tahun 2014. Politeknik Kesehatan Surakarta. Wibintoro, G. 2009. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Dengan Istirahat 1 : 5 dan Istirahat 1 : 10 Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Pada Pemain Putri Usia 10-14 Tahun Club Bola Voli Vita Surakarta. Skripsi. Universita Sebelas Maret. Yasa, et al. 2014. Pengaruh Pelatihan Pliometrik Side Hop dan Double Leg Bound Terhadap Daya Ledak (Power) Otot Tungkai. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan Volume I Tahun 2014. Universitas Pendidikan Ganesha.