PENGARUH LATIHAN FOUR QUADRANT JUMP TERHADAP PENINGKATAN TINGGI OLLIE PADA SKATEBOARDER
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh: GIGIH NGESTI WASKITO J120 130 004
PROGAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
PENGARUH LATIHAN FOUR QUADRANT JUMP TERHADAP PENINGKATAN TINGGI OLLIE PADA SKATEBOARDER ABSTRAK Latar Belakang: Olahraga skateboard di Indonesia yang sedang berkembang memberikan kesempatan pada seseorang untuk berprestasi. Rendahnya pengetahuan tentang meningkatkan kemampuan dasar dalam bermain skateboard berpengaruh terhadap penurunan prestasi. Ollie merupakan salah satu teknik dasar dalam bermain skateboard yang membutuhkan power otot tungkai. Salah satu program latihan untuk meningkatkan power adalah latihan plyometric dengan latihan Four Quadrant Jump. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh latihan Four Quadrant Jump terhadap peningkatan tinggi Ollie pada skateboarder. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan Four Quadrant Jump terhadap peningkatan tinggi Ollie pada skateboarder. Metode: Jenis penelitian ini adalah Quasy eksperimental design dan metode pretest and post-test with control group design. Responden terdiri dari 20 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang kelompok perlakuan (pemberian latihan Four Quadrant Jump) dan 10 orang adalah kelompok kontrol (tanpa latihan). Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan 3 kali latihan per minggu. Pengukuran tinggi Ollie dilakukan per minggu menggunakan bar horizontal sebagai hambatan lompatan. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Hasil: Hasil penelitian pengaruh kelompok dependent pre and post test tinggi Ollie p-value diperoleh 0,004 maka ada pengaruh latihan Four Quadrant Jump terhadap tinggi Ollie. Sedangkan uji beda pengaruh independent pre and post test tinggi Ollie p-value diperoleh 0,00, sehingga disimpulkan bahwa terdapat terdapat perbedaan peningkatan tinggi Ollie pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Tinggi Ollie terbukti mengalami peningkatan dengan latihan plyometric dalam bentuk latihan Four Quadrant Jump. Kata Kunci: Ollie, plyometric, skateboard
ABSTRACT Background: Skateboard in Indonesia providing an opportunity for someone to reach achievement. But there’s lack of knowledge about improving basic skills in skateboarding that can effect on performance decreasing. Ollie is one of the basic
1
skateboard techniques that requiring leg muscle power. One exercise program to improve power is plyometric exercises, such as Four Quadrant Jump. So that makes researchers interested in conducting research on the effects of Four Quadrant Jump to increase a high Ollie on skateboarder. Objective: The aim of this study was to determine the effect of exercise Four Quadrant Jump to a high increase Ollie on skateboarder. Methods: The study was quasy experimental design and methods of pre-test and post-test with control group design. Respondents consisted of 20 people, divided into two groups: 10 people treated group (granting exercise Four Quadrant Jump) and 10 control group (no exercise). Research carried out for 4 weeks with exercise 3 times per week. Ollie height measurements carried out per week using the horizontal bar as barriers leap. Data were analyzed using the Wilcoxon test and Mann-Whitney test. Result: The influence of pre and post test dependent height Ollie p-value of 0.004 was obtained that there are the effects of exercise Four Quadrant Jump to the height Ollie. While the influence of different test independent pre and post test pvalue higher Ollie gained 0.00, so it is concluded that there are differences in height Ollie improvement in the treatment group and the control group. Conclusion: High Ollie had shown an increase with plyometric exercises in the form of exercise Four Quadrant Jump. Keywords: Ollie, plyometric, skateboard
1. PENDAHULUAN Skateboard merupakan salah satu olahraga ekstrim yang sedang populer (Kuleshov, 2010). Dalam bermain skateboard keahlian yang dipertandingkan adalah melakukan trik. Ada beberapa trik dalam bermain skateboard, seperti Ollie (melompat), flip (menendang bagian papan tertentu sehinga membentuk manuver tertentu), grind (berjalan pada besi atau ledge dengan truck), slide (berjalan pada tempat tertentu dengan bagian papan tertentu), dan grap (melompat dengan memegang papan dengan tangan pada fase terbang) dan lain-lain. Trik-trik tersebut memerlukan teknik dasar yang disebut Ollie (Waters, 2013). Para pemain skateboard menyebut dirinya skater atau skateboarder. Ollie adalah bagian atau trik umum dalam bermain skateboard (Frederick, 2006). Gerakan ini adalah gerakan melompat. Dimana pemain meluncur dan melompat pada posisi tertentu dan kembali ke tanah lagi. Meskipun teknik ini terlihat sederhana, namun teknik ini sangat penting, 2
karena teknik ini sebagai dasar dalam melakukan trik-trik pada skateboard. Mengingat Ollie adalah manuver yang akan selalu terlibat dalam trik skateboard yang lain, maka sangat penting bagi para skateboarder untuk berlatih teknik dasar ini agar pada teknik selanjutnya skateboarder bisa lebih maksimal. Dalam melakukan Ollie, komponen utama adalah keseimbangan, kekuatan, koordinasi, dan power otot tungkai. Power otot tungkai mendasari kinerja pada Ollie manuver (Candotti et al., 2012). Oleh karena itu, latihan meningkatkan power pada otot tungkai sangat penting pada olahraga ini. Otot-otot yang berperan adalah otot-otot pangkal paha dan tungkai atas terdiri dari otot bagian depan antara lain m. sartorius, m. rectus femoris, m. vastus lateralis, m. vastus medialis, m. adductor longus. Sedangkan, pada bagian belakang terdapat m. gluteus maximus, m. adductor magnus, m. biceps femoris, m. semitendinosus dan m. semimembranosus. Beberapa otot tungkai bawah antara lain m. peroneus longus, m.tibialis anterior, m.gastronemius, m.soleus, m. extensor digitorum longus. Untuk meningkatkan power tungkai, latihan yang dilakukan juga harus bersifat kuat dan cepat. Latihan yang tepat untuk mencapai power yang diinginkan adalah latihan plyometric (Riyadi, 2008). Plyometric berpengaruh dalam peningkatan kekuatan dan power secara subtansial, peningkatan performa, dan menurunkan resiko cidera pada tungkai (Kisner & Colby, 2012). Plyometric exercise dapat menunjukan adaptasi yang signifikan dengan latihan selama 4 minggu (Rezamanesh et al., 2011). Menurut Clayton et al. (2015), durasi latihan power pada tingkat intermediate dan advanced adalah 2-4 minggu. Salah satu bentuk latihan plyometric adalah latihan Four Quadrant Jump. Four Quadrant Jump merupakan salah satu bentu latihan resistensi pada dua garis yang berbentuk plus (+) yang akan membentuk empat area. Subjek harus melompat pada keempat area tersebut dengan cepat dan saat mendarat harus dilakukan tepat pada titik yang telah ditentukan.
3
2. METODE Jenis penelitian ini adalah Quasy eksperimental design dan metode pre-test and post-test with control group design. Responden terdiri dari 20 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang kelompok perlakuan (pemberian latihan Four Quadrant Jump) dan 10 orang adalah kelompok kontrol (tanpa latihan). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sample. Penelitian dilakukan selama 4 minggu dengan 3 kali latihan per minggu. Pengukuran tinggi Ollie dilakukan per minggu menggunakan bar horizontal sebagai hambatan lompatan. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik responden berdasarkan umur Usia merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memengaruhi aktifitas fisik seseorang. Aktifitas fisik manusia selelu berhubungsn dengan kemampuan kerja otot. Menurut Kisner & Colby (2012), kemampuan otot akan terus meningkat dari lahir dan akan mencapai puncak pada usia 20 sampai 25 tahun, dan setelah itu akan mengalami penurunan. Menurut Lim (2016), pada usia 80 tahun pada umumnya manusia kehilangan serat otot sebesar 30-40% khususnya pada serat tipe II. Massa otot dan kekuatan otot pada umumnya mengalami penurunan pada usia 60-70 tahun sebesar 70-80% daripada orang yang lebih muda (<60 tahun).
3.2 Karakteristik responden berdasarkan IMT Manusia dan gerak tidak bisa terpisahkan membutuhkan peran besar IMT dan aktifitas fisik yang baik. Dalam melakukan gerak, kualitas gerak fungsional tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak individu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut
4
yaitu keseimbangan, fleksibiitas, koordinasi, kekuatan (power) dan daya tahan (Habut et al., 2016). Menurut Azizi (2014), tinggi badan dan berat badan akan mempengaruhi kemampuan lompatan. Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan akan memiliki massa otot yang besar juga. Hal itu dikarenakan otot yang beradaptasi dengan beban berat tubuh. Namun dengan massa otot yang besar harus disesuaikan dengan force yang besar juga, atau kemampuan otot untuk berkontraksi secara maksimal (Rauch et al., 2012), sedangkan menurut Casajus et al. (2007), seseorang dengan berat badan di atas normal memiliki kemampuan yang rendah pada aktifitas yang berhubungan dengan keseimbangan dibandingkan dengan seseorang dengan berat badan normal. 3.3 Hasil tinggi Ollie Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan pada kelompok perlakuan yang diberikan latihan Four Quadrant Jump, terdapat peningkatan yang kurang signifikan, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan latihan Four Quadrant Jump terdapat peningkatan yang sangat sedikit dibandingkan kelompok perlakuan. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa latihan Four Quadrant Jump tidak dapat mencapai target peneliti. 3.4 Pengaruh latihan Four Quadrant Jump terhadap peningkatan tinggi Ollie Four Quadrant Jump adalah salah satu bentuk latihan plyometric dimana tubuh harus bergerak melompat dengan cepat dan kuat pada sebuah area tertentu. Latihan ini menggunakan prinsip pada latihan kontraksi otot eccentric dan concentric dengan cepat sehingga akan mempengaruhi sistem neuromuskular. Latihan Four Quadrant Jump merupakan latihan yang sangat kompleks, yang terdiri dari lompatan yang berpindah-pindah dengan cepat. Lompatan berpindah ini akan memberikan efek pada kelompok otot bagian anterior, posterior, medial dan lateral. Saat melakukan
5
lompatan kedepan kelompok otot quadriceps akan berkontraksi secara eccentric dan kelompok otot gastrocenemius akan berkontraksi secara concentric. Sedangkan saat melakukan lompatan kebelakang, otot gluteus maximus dan kelompok otot hamstring akan berkontraksi secara concentric dan kelompok otot tibialis anterior
akan
berkontraksi secara eccentric saat melakukan lompatan ke belakang (Walsh et al., 2012). Untuk lompatan ke diagonal dan ke samping akan melibatkan otot gluteus maximus, gluteus minimus, gluteus medius, vastus, dan soleus (Yokozawa & Yuda, 2008). Selain itu posisi tersebut akan membutuhkan stabilitas yang lebih kuat. Pada bagian anterior akan distablisasi oleh otot transversus abdominis sedangkan bagian posterior akan distabilisasi oleh otot multifidus (Okubo et al., 2013). Kecepatan dalam latihan ini harus diperhatikan, sesuai dengan pengertian power bahwa latihan membutuhkan kekuatan dan kecepatan dengan begitu otot akan beradaptasi untuk meningkatkan kontraksi otot dengan cepat. Penurunan kemampuan stabilitas tubuh menyebabkan efek secara tidak langsung pada penurunan kualitas lompatan, yang akan memberikan dampak penurunan kecepatan saat berpindah posisi. Hal itu disebabkan karena tubuh harus tetap menjaga keseimbangan saat melakukan. Faktor lain dari latihan ini adalah ketepatan dalam menentukan titik terget lompatan. Target lompatan keseimbangan tubuh tersebut dipengaruhi oleh sistem propioseptif. Proprioseptif memberikan informasi ke sistem saraf pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan itu sendiri (internal) melalui reseptorreseptor yang ada pada sendi, tendon, otot, ligamen dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang dan kontraksi otot. Terdapat empat jenis mekanoreseptor yang berperan dalam memberikan informasi proprioseptif yaitu, reseptor
6
ruffini, reseptor pacini, golgi tendon organ (GTO), dan muscle spindle. Melalui peningkatan sistem proprioseptif maka informasi mengenai posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen tubuh (internal) yang diterima oleh serebelum akan lebih baik, informasi tersebut akan digunakan oleh tubuh untuk mempertahankan keseimbangan (Swandari et al., 2016). Dalam sebuah gerakan yang kuat dengan berpindah posisi dengan cepat dibutuhkan juga kelincahan tubuh yang baik, sehingga memungkinkan tubuh untuk lebih leluasa dalam bergerak (Ardika et al., 2015). Latihan Four Quadrant Jump akan memberikan adaptasi pada otot dan meningkatan kamampuan Ollie yang lebih maksimal apabila dilakukan dengan baik. Lamanya latihan juga akan mempengaruhi hasil penelitian. Dengan dosis latihan 4 minggu dan 3 kali latihan perminggu
akan
memberikan
efek
adaptasi
pada
tingkat
neuromuscular. Menurut Markovic & Mikulic (2010), latihan plyometric akan memberikan efek adaptasi berupa peningkatan perjalanan saraf, meningkatkan koordinasi intermuskularis, perubahan mekanik tendon dan otot, perubahan ukuran otot, dan perubahan mekanik serat otot tunggal. Hal ini yang mempengaruhi hasil pada penelitian ini dimana tinggi Ollie hanya mengalami peningkatan yang sedikit dan masih banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan.
3.5 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak dapat mengontrol sampel dari kegiatan sehari-harinya, termasuk aktivitas subjek di tempat tinggal, dan tidak mempermasalahkan durasi latihan yang dilakukan saat di luar program latihan. Peneliti tidak mengukur aktifasi otot secara langsung.
7
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan kajian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang diambil adalah ada pengaruh latihan Four Quadrant Jump terhadap peningkatan tinggi Ollie pada skateboarder. 4.2 Saran 4.2.1
Keilmuan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai manfaat latihan Four Quadrant Jump terhadap peningkatan tinggi
Ollie, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dalam bermain skateboard. 4.2.2
Peneliti lain Berdasarkan adanya hasil penelitian
dan
keterbatasan
penelitian diharapkan peneliti lain dapat mengisi keterbatasan dalam penelitian ini, dan menambah variabel penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan dalam bermain skateboard sehingga diharapkan diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif.
DAFTAR PUSTAKA Ardika, IMY., Kanca, IN., & Sudarmada, IN. 2015. Pengaruh circuit training terhadap kelincahan dan daya ledak otot tungkai. E-journal jurnal IKOR Universita Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume II Tahun 2015). Azizi, MM. 2014. Kontribusi kekuatan otot tungkai, berat badan, dan tinggi badan terhadap kemampuan lompat jauh gaya berjalan di udara. Jurnal kesehatan olahraga volume 2 nomor 2 tahun 2014 halaman 180-188 Candotti, CT., Loss, JF., Silva, RE., Melo, MDO., Teixeira RB., Delwing, GB., & Noll, M. 2012. Lower Limb force, Power, and Performance in Skateboarding. V. 34, n. 3, p. 697-711 Casajus, JA., Leiva, MT., Vllarroya, A., Legas, A., & Moreno, LA. Physical performance and school physical education in overweight Spanish children. Ann Nutr Metab 2007;51:288-296
8
Clayton, N., Drake, J., Larkin, S., Linkul, R., Martino, M., Nutting, M., & Tumminello, M. National Strength and Conditioning Association (NSCA). 2015. Foundations of Fitness Programing. Colorado Springs Frederick, EC., Determan, JJ., Whittlesey, SN., & Hamil, J. 2006. Biomechanics of Skateboarding. Journal of applied biomechanics, 22:33-40 Habut, MY., Nurmawan, IPS., & Wiryanthini, IAD. 2016. Hubungan indeks massa tubuh dan aktivitas fisik terhadap keseimbangan dinamis pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Udayana. Majalah ilmiah fisioterapi Indonesia volume 2, nomor 1 Kisner, C & Colby, LA. 2012. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Sixth Edition Kuleshov, AS. 2010. Various Schemes of the Skateboard Control. Procedia Engineering, 2, 3343-3348 Lim, JY. 2016. Therapeutic potential of eccentric exercise for age-related muscle atrohy. Integr med res 5 (2016) 176-181 Markovic, G & Mikulic, P. 2010. Neuro-Musculoskeletal and Performance Adaptations to Lower-Extremity Plyometric Training. Sport Med 2010; 40 (10): 859-895 Okubo, Y., Kaneoka, K., Shina, I., Tatsumura, M., & Miyakawa, S. 2013. Abdominal muscle activity during a standing long jump. Journal of orthopaedic & sport physical therapy, volume 43, number 8 Rauch, R., Veileux, LN., Rauch, F., Bock, D., Welisch, E., Filler, G., Robinson, T., Burril, E., & Norozi, K. 2012. Muscle force and power in obese and overweight children. J musculoskelet Neuronal Interact 2012; 12(2):8083 Reiater, UH. 2012. Hubungan Power Tungkai dengan Hasil Lompatan Tinggi. Vol 05. No 03 Rezaimanesh, D., Amiri-Farsani, P., & Saidian, S. 2011. The Effect of a 4 Week Plyometric Training Period on Lower Body Muscle EMG Changes in Futsal Players. Procedia social and behavioral science 15, 3138-3142 Riyadi, S. 2008. Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan terhadap Power Otot Tungkai. Tesis. Program studi ilmu keolahragaan. Program pasca sarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
9
Swandari, NML., Nurwaman, IPS., & Sundari, LPR. 2016. Pelatihan propioseptif efektif dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada pemain sepak bola dengan functional ankle instability di SSB Pegok Vorlicek, M., Svoboda, Z., & Prochazkova, M. 2015. Analysis of Muscle Activity in Various Performance Level of Ollie jumps in Skateboarding: a pilot study. Acta Gymnica vol. 45, no. 1 Walsh, M., Boling, MC., McGrath, M., Blackburn, JT., & Padua, DA. 2012. Lower extremity muscle activation and knee flexion during a jump– landing task. Journal of Athletic Training 2012;47(4):406-413 Waters, T. 2008. Secrets of Skateboarding. United States of America: Secrets Skateboarding Inc Welinder, P & Whitley, P. 2012. Mastering Skateboarding. United States of America: Human Kinetics Yokozawa, T & Yuda, J. 2008. Muscle activities of the support leg during side jump test for speed skaters. ISBS conference 2008
10