Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
MIA NUR FAUZIAH NIM: 1111104000001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF
HIDAYATULLAH
STATE
ISLAMIC
UNIVERSITY
OF
JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2015 Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001 Effect of Abdominal Stretching Exercises Against Menstrual Pain Intensity (Dysmenorrhea) of Adolescent Girl at SMK Al Furqon Bantarkawung Brebes xviii + 71 pages + 6 tables + 5 images + 2 schemes + 8 attachments ABSTRACT Dysmenorrhea is one of the most common gynecological problems experienced during adolescence, is very disturbing activities and often require the patient to rest and leave the activity. The aim of research is to determine the effect of abdominal stretching exercises on the intensity of menstrual pain (dysmenorrhea) in adolescent girl. This study is a pre-experiment with one group pretest-posttest design. Purposive sampling with total sample of 33 adolescent girl who experience menstrual pain is used. The results using Wilcoxon obtains a significant value 0.000 (p <0.05), it means that there is a significant influence on the intensity of exercise abdominal stretching menstrual pain in adolescent girl with dysmenorrhea. Abdominal stretching exercises is recommended for adolescent girl to use and as a part of nursing interventions to overcome dysmenorrhea. Keyword: abdominal stretching exercises, adolescent, Dysmenorrhea References: 52 (years 1989-2014)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001 Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes xviii + 71 halaman + 6 tabel + 5 gambar + 2 bagan + 8 lampiran ABSTRAK Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami saat masa remaja, sangat mengganggu aktivitas bahkan seringkali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian preexperiment dengan one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 33 remaja putri yang mengalami nyeri haid. Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai signifikan 0,000 ( p < 0,05 ) artinya terdapat pengaruh yang bermakna latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri dengan dismenore. Latihan abdominal stretching disarankan untuk digunakan remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi dismenore.
Kata kunci: Dismenore, Remaja, Latihan Abdominal Stretching Referensi: 52 (tahun 1989-2014)
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mia Nur Fauziah
Tempat, Tgl, Lahir
: Jakarta, 07 Mei 1993
Alamat
: Dusun Kosambi Rt 004/ Rw 007 Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes Jawa Tengah
No. Telp/ HP
: 085718597477
e-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK RA Al-Hamid Jipang, Jawa Tengah 2. SDN Jipang 02 , Bantarkawung, Jawa Tengah 3. MTs N Bantarkawung, Jawa Tengah 4. MAN Brebes 02, Jawa Tengah 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Riwayat Organisasi
:
1. Bendahara OSIS MTs N Bantarkawung 2007-2008 2. Wakil Ketua Penggalang Putri Pramuka Mts N Bantarkawung 2007-2008 3. Anggota OSIS MAN Brebes 02 2010-2011 4. Staf Ahli Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2011-2012. 5. Staf Ahli Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2012-2014.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak di ibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes”. Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. D e d e R o s y a d a M a selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep., Sp. KMB., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah. 5. Ibu Ratna Pelawati, S. Kp., M. Biomed. dan Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., M.KM., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya
ix
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan proposal skripsi ini. 6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang tuaku, Ibu Yuliana dan Bapak Sukatno yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Aa Rizal, Teh Esa, Dede Ghalin, dan Dede Almer ponakan tercinta serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih. 8. Teman-teman PSIK2011, BEM PSIK 2011-2014, Devi, Dewi, Ikna, Jessi, dan teman-teman lainnya yang telah memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, mengundang tawa dan telah banyak membantu selama menjadi mahasiswa di UIN Jakarta. 9. Kakak Nurwanto, Kakak Fitrotun Nisa dan Kakak Ujang yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq Wassalamu’alaykum. Wr. Wb
Ciputat, Juli 2015
Mia Nur Fauziah
x
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii ABSTRACT ......................................................................................................iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi RIWAYAT HIDUP .......................................................................................viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI. .................................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xviii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 E.Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9 A. Konsep Teori .................................................................................. 9 1. Nyeri .......................................................................................... 9
1.1 Definisi Nyeri ..................................................................... 9 1.2 Intensitas Nyeri ................................................................ 11 2. Menstruasi ............................................................................... 13 2.1 Definisi Menstruasi .......................................................... 13 2.2 Siklus Menstruasi ............................................................. 15
xi
2.3 Tanda dan Gejala Menstruasi ........................................... 19 3. Dismenore ................................................................................ 20 3.1 Definisi Dismenore .......................................................... 20 3.2 Penyebab Dismenore ......................................................... 21 3.3 Derajat Dismenore ........................................................... 21 3.4 Klasifikasi Dismenore ...................................................... 23 3.5 Tanda dan Gejala Dismenore ............................................ 24 4. Latihan Stretching .................................................................... 25 4.1 Definisi Latihan Stretching ............................................... 25 4.2 Manfaat Latihan Stretching .............................................. 25 4.3 Tehnik Latihan Stretching ................................................ 26 5. Remaja .................................................................................... 30 5.1 Definisi Remaja ................................................................. 30 5.2 Ciri Masa Remaja .............................................................. 31 B. PenelitianTerkait .......................................................................... 34 C. Kerangka Teori ............................................................................. 36
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS .................................................................................................... 37 A. Kerangka Konsep ......................................................................... 37 B. Definisi Operasional .................................................................... 38 C. Hipotesis ...................................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 41 A. Desain Penelitian ......................................................................... 41 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 42 C. Populasi dan Sample .................................................................... 42 1. Populasi ................................................................................... 42 2. Sample ..................................................................................... 43 D. Pengumpulan Data ....................................................................... 45 1. Sumber Data ........................................................................... 45 2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................ 45
xii
3. Alat Pengumpulan Data .......................................................... 48 E. Pengolahan Data ........................................................................... 50 F. Analisis Data ................................................................................. 51 G. Etika Penelitian ............................................................................ 51 H. Alur Penelitian ............................................................................. 52
BAB V
HASIL PENELITIAN .................................................................... 56 A. Profil SMK Al Furqon Bantarkawung ......................................... 56 B. Hasil Analisa Univariat ................................................................ 57 C. Hasil Uji Normalitas .................................................................... 58 D. Hasil Analisa Bivariat .................................................................. 58
BAB VI PEMBAHASAN.............................................................................. 60 A. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................... 60 B.Keterbatasan Penelitian................................................................. 69
BAB VII KESIMPULAN ............................................................................. 70 A. Kesimpulan .................................................................................. 70 B. Saran............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AKDR
: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
FPS-R
: Faces Pain Scale Revised
FSH
: Follicle Stimutating Hormone
Gn RH
: Gonadotropin-Releasing Hormone
ICC’s
: Interclass Correlation Coefficients
LH
: Luteinizing Hormone
NRS
: Numeric Rating Scale
SMK
: Sekolah Menengah Kejuruan
UIN
: Universitas Islam Negeri
VAS
: Visual Analog Scale
VDS
: Verbar Descriptor Scale
WHO
: World Health Organization
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman 2.1
Kerangka Teori
36
3.1
Kerangka Konsep
37
xv
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
10
3.1
Definisi Operasional
38
4.1
Kelompok Latihan Abdominal Stretching
53
5.1
Distribusi Rata-rata Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah 56 Latihan Abdominal Stretching
5.2
Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal
57
Stretching pada Remaja dengan Dismenore 5.3
Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal Stretching
xvi
57
DAFTAR GAMBAR
Halaman 2.1
Skala Analog Visual
11
2.2
Skala Nyeri Numerik
12
2.3
Verbal Rating Scale
13
2.4
Faces Pain Scales Revised
13
2.5
Siklus Menstruasi
19
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjelasan Penelitian Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3. Kuisiner Karakteristik Responden Lampiran 4. Skala Nyeri Faced Pain Scale Revised Lampiran 5. Pedoman Latihan Abdominal Stretching Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Lampiran 7. Dokumen Perizinan
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang, salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa, biasanya mulai usia 10-19 tahun (Widyastuti, 2009 dalam Ramadani, 2014). Remaja mengalami perubahan dalam tiga aspek yaitu perkembangan psikososial yang menyatakan bahwa remaja berusaha untuk mencari jati diri, perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir dan perubahan fisik (Efendi, 2009). Perubahan fisik pada remaja merupakan tanda-tanda pubertas yang terjadi karena perubahan hormonal, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan pada remaja (Soetjiningsih, 2010). Perubahan
fisik
pada
remaja
juga
ditandai
dengan
percepatan
pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan dapat dilihat dari pertambahan tinggi badan yang mencapai 90% sampai 95%, kenaikan berat badan yang mencapai 59% dan adanya pertambahan jaringan lemak terjadi karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh (Soetjiningsih, 2010). Salah satu perubahan
fisik/biologis
adalah
remaja
putri
mulai
mengalami
menstruasi/haid (Kumalasari, Intan., Andhyantoro, Iwan., 2012). Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklik endometrium yang secara fisiologis menandakan terbuangnya sel telur yang sudah matang dan merupakan pertanda masa 1
2
reproduktif
pada
kehidupan
seorang
perempuan
(Bobak,
2004).
Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung mencapai usia 45-50 tahun (Progestian, 2010 dalam Ningsih, 2011). Keluhankeluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, gangguan konsentrasi, payudara mengalami pembesaran dan gangguan yang berkenaan dengan masa haid berupa dismenore (Manuaba, 2009). Salah satu keluhan yang paling sering dirasakan oleh remaja saat menstruasi yaitu dismenore. Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia dan gejala yang timbul karena adanya kelainan dalam rongga panggul sangat mengganggu aktivitas perempuan, bahkan seringkali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya (Bobak, 2 004). Pada penelitian Klein dan Litt di Amerika, melaporkan bahwa prevalensi dismenore 59,7%, dengan nyeri haid berat sebanyak 12%, nyeri sedang 37%, dan nyeri ringan 49% (Anurogo, 2011). Dismenore dikategorikan menjadi dua yaitu (1) dismenore primer berkaitan dengan nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin, sedangkan (2) dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas atau masalah patologis di rongga panggul (Manuaba, 2010). Berdasarkan hal tersebut, peneliti memfokuskan penelitian ini pada dismenore primer. Hal ini didukung oleh penelitian di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9%-79,4% remaja wanita mengalami dismenore primer. 31,5%-411,9% terjadi pada usia 9-
3
13 tahun dan 57,1%-79,4% pada usia 14-18 tahun (Gui-zhou, H, 2010). Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso, 2008). Dismenore primer pada umumnya terjadi setelah 1-3 tahun dari menarche (Ningsih, 2011). Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14 tahun terjadi pada anak Indonesia (Riskesdas, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka dismenore akan terjadi pada remaja berusia 16-17 tahun. Sehingga remaja pada usia tersebut sedang berada dalam pendidikan jenjang SMA dan sederajatnya (Ningsih, 2011). Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya remaja. Jika seorang siswi mengalami dismenore, aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu dan tidak masuk sekolah. Sebagai contohnya seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat berkonsentrasi belajar dan motivasi belajar akan menurun karena dismenore yang dirasakan pada proses belajar mengajar dan kadang ada yang meminta izin untuk pulang karena tidak tahan terhadap dismenore yang mereka rasakan (Cicilia dkk, 2013). Dibuktikan oleh penelitian Omvidvar, S di Amerika Serikat bahwa dismenore mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah (Sophia, 2013). Banyak cara untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri haid, baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Manajemen non farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan (Ningsih, 2011). Terdapat beberapa cara yang
4
dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah mandi air hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan, dan menghindari merokok (Nathan, 2005 dalam Ningsih, 2011). Selanjutnya menurut French (2005) modifikasi gaya hidup untuk mengatasi dismenore yaitu diet rendah lemak, exercise, dan hentikan meerokok, serta dapat juga dengan pemberian supleemen, pengobatan herbal ala jepang, akupuntur, akupresur, terapi bedah dan terapi horizon. Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa exercise dapat mengatasi dismenore. Selain itu exercise lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis (Woo & Mc Eneaney, 2010). Hal ini didukung hasil penelitian Daley (2008) yang menyatakan exercise efektif dalam menurunkan nyeri haid (dismenore). Hasil penelitian lain yang terkait adalah penelitian Istiqomah (2009) menyatakan senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja. Wong,
et
al.
(2008)
menyatakan
bahwa
latihan
dengan
menggerakkan panggul, posisi lutut-dada, dan latihan pernapasan dada dapat bermanfaat untuk mengurangi dismenore. Menurut penelitian Ningsih (2011) tentang efektifitas paket pereda (abdominal stretching) untuk menurunkan intensitas nyeri haid pada remaja di SMA Kecamatan Curup dapat disimpulkan bahwa paket pereda yang terdiri dari terapi minum air putih dan abdominal stretching exercise efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore.
5
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 19 Desember 2014 dengan membagikan kuesioner pada 303 remaja putri di SMK Al furqon 153 remaja putri diantaranya mempunyai riwayat nyeri haid, didapatkan data bahwa penanganan yang telah dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri haid adalah dengan obat analgesik sebanyak 28 orang, dibiarkan saja sebanyak 55 orang, tidur sebanyak 34 orang dan menangis sebanyak 36 orang sedangkan untuk latihan fisik terutama latihan abdominal stretching tidak pernah dilakukan. Permasalahan di atas menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai terapi alami dengan menggunakan latihan fisik dalam rangka membantu mengurangi dan mengatasi dismenore khususnya pada remaja putri. B. Rumusan Masalah Angka prevalensi dan morbiditas dari dismenore masih cukup tinggi dan kurang mendapatkan perhatian dari dunia kesehatan atau keperawatan. Hal ini dikarenakan banyak wanita yang dikondisikan untuk menerima rasa sakit itu sebagai sesuatu yang normal dan bersifat psikis, walaupun hal itu menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup wanita khususnya pada remaja. Mengingat masih seringnya timbul masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar serta secara tidak langsung juga berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup remaja, maka perlu adanya penelitian untuk mencari alternatif terapi yang mudah dilakukan, aman, dan tidak memerlukan biaya atau pengeluaran yang banyak untuk mengurangi dan mengatasi masalah
6
nyeri haid tersebut salah satunya dengan menggunakan latihan abdominal stretching. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sejauh manakah pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum latihan abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. b. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) setelah latihan abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. c. Mengetahui sejauh mana pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Pendidikan Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang pengaruh latihan
abdominal
stretching
terhadap
intensitas
nyeri
haid
(dismenore) pada remaja putri SMK Al Furqon Bantarkawung. 2. Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai
penanganan
dismenore
dengan
cara
non
farmakologis yaitu salah satunya adalah latihan abdominal stretching. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu topik pembahasan terutama di Keperawatan Maternitas untuk menambahkan cara menangani dismenore dengan menggunakan jenis terapi nonfarmakologi. 4. Bagi Perawat Manfaat penelitian ini bagi perawat sebagai pedoman dalam pemberian
asuhan
keperawatan
khususnya
intervensi
latihan
abdominal stretching untuk menurunkan nyeri haid (dismenore) pada remaja yang menderita dismenore. 5. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang latihan abdominal stretching dalam membantu mengatasi dismenore,
8
sehingga aktivitas dapat tetap dijalankan meskipun dalam keadaan menstruasi. 6. Bagi Remaja Putri Setelah diberikan latihan abdominal stretching diharapkan remaja putri dapat memberikan informasi ke orang lain dan menerapkan latihan abdominal stretching yang merupakan salah satu jenis terapi non-farmakologi dalam penanganan dismenore. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Jenis penelitian ini adalah pre-experiment design dengan rancangan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 33 remaja putri yang mengalami nyeri haid. Metode pengambilan data dengan mengisi lembar pengukuran tingkat nyeri Faces Pain Scale Revised (FPS-R). Penelitian dilaksanakan di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes pada bulan April-Mei.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Nyeri a. Definisi Nyeri Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah (Muttaqin, 2008). Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi (Muttaqin, 2008). Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung secara konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis adalah suatu keadaan ketidaknyamanan yang dialami individu yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Muttaqin, 2008).
9
10
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Awitan (onset)
Mendadak
Terus menerus dan intermiten
Intensitas
Ringan sampai berat
Ringan sampai berat
Durasi
< 6 bulan
>6 bulan
Respon Otonom
- Konsisten dengan
Tidak ada respon
respons stres simpatis
somnolen
- Frekuensi jantung ↑ - Volume sekuncup - Tekanan darah ↑ - Dilatasi pupil ↑ - Tegangan otot ↑ - Motilitas gastrointestinal ↓ - Aliran saliva ↓ Komponen
Cemas
Depresi, mudah
Psikologis dan
marah,menarik
respon lainnya
diri, tidur terganggu, libido menurun, nafsu makan menurun.
11
b. Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran keparahan nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Pengukuran intensitas nyeri bersifat subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif dilakukan dengan menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri yang dirasakan seseorang (Tamsuri, 2007). Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2001). Skala nyeri tersebut adalah: 1) Visual Analog Scale (VAS) Visual Analog Scale merupakan skala nyeri yang berbentuk garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS adalah pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Gambar 2.1 Skala Analog Visual 2) Numeral Rating Scale (NRS) Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih
12
digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling efeektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter & Porry, 2005).
Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerik 3) Verbal Rating Scale (VRS) Alat
ukur
yang
menggunakan
kata
sifat
untuk
menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari “no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS dinilai dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat
intensitas
nyerinya.
Sebagai
contoh,
dengan
menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan score “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skor “4”. Keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan (Potter & Perry, 2005).
13
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS) 4) Faces Pain Scale-Revised Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah yang tersenyum untuk „tidak ada nyeri‟ sampai wajah yang berlinang air mata untuk „nyeri paling buruk‟. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2.4 Faces Pain Scale-Revised (FPS-R) 2. Menstruasi a. Definisi Menstruasi Menurut Benson (2008), Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (dekuamasi) endometrium. Pada dasarnya menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh
14
hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama, disebut menarke, biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Berakhirnya menstruasi, menopause, normalnya terjadi pada usia 49-50 tahun. Interval antara periode menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan emosi, serta lingkungan. Siklus menstruasi normal umumnya tetap setiap 28 hari, tetapi interval 24-32 hari masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak teratur. Pada awal dan akhir masa reproduksi, siklus menstruasi mungkin tidak teratur dan tidak dapat diperkirakan, sebagai akibat kegagalan ovulasi. Saat mencapai maturitas, kira-kira dua per tiga wanita mempertahankan periodisitas yang kurang lebih teratur, kecuali saat hamil, stres atau sakit (Benson, 2008). Durasi rata-rata perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari tetapi dapat pula bervariasi. Kehilangan darah rata-rata pada periode menstruasi normal sekitar 35-90 ml. Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam 2 hari pertama. Wanita berusia < 35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang berusia >35 tahun (Benson, 2008). Cairan menstruasi mengandung darah, sel epitel vagina dan endometrium yang terkelupas, lendir serviks, dan bakteri. Prostaglandin dapat ditemukan pada darah menstruasi, bersama dengan enzim dan fibrinolisin dari endometrium. Fibrinolisin ini mencegah menggumpalnya darah menstruasi kecuali terjadi perdarahan yang berlebihan. Namun demikian, dapat terbentuk
15
bekuan darah kecil yang rapuh dan kekurangan fibrin dalam vagina karena adanya mikro protein dan glukosa dalam keadaan basa (Benson, 2008). Faktor-faktor berikut yang dapat mempengaruhi perdarahan menstruasi: (1) fluktuasi kadar hormon ovarium, hipofisis, prostaglandin dan kadar enzim, (2) variabilitas sistem saraf otonom, (3) perubahan vaskularisasi (statis, spasme-dilatasi), (4) faktor-faktor lain (misal, status nutrisi dan psikologis yang tidak biasa) (Benson, 2008). b. Siklus Menstuasi Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti jika proses ini dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium (Heffner, 2006): 1) Fase Folikular Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi sampai terjadinya ovulasi. Sekelompok folikel ovarium akan mulai matang, walaupun hanya satu yang akan menjadi folikel dominan,
yang
disebut
sebagai
folikel
de
Graaf.
Perkembangan folikel dari bentuk primordial atau bentuk istirahatnya dalam ovarium dimulai selama beberapa hari sebelum dimulainya menstruasi pada siklus sebelumnya. Setelah satu siklus berakhir, kematian dari korpus luteum yang
16
telah diprogram menyebabkan penurunan sekresi hormon yang drastis (Heffner, 2006). Hari pertama perdarahan menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama fase folikular. Selama 4-5 hari pertama fase ini, perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi dan aktivitas aromatase sel granulosa yang diinduksi oleh FSH. FSH menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel granulosa, yang kemudian memulai respons LH (Heffner, 2006). Selama fase folikular tengah hingga akhir, kadar estradiol dan inhibin B terus meningkat dalam sirkulasi akan menekan sekresi FSH, sehingga mencegah pengambilan folikel yang baru. Peningkatan estradiol dalam sirkulasi yang sangat tinggi dan terus-menerus menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada kelenjar hipofisis: peningkatan eksponensial pada sekresi LH. Ovarium juga menunjukkan respons yang meningkat terhadap gonadotropin. Akhirnya, kadar estrogen yang tinggi menyebabkan pertumbuhan jaringan endometrium yang melapisi uterus (Heffner, 2006). 2) Fase Ovulatoir Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum yang matang melalui kapsul ovarium. 2-3 hari sebelum onset lonjakan LH, estradiol dan inhibin B yang bersikulasi
17
meningkat secara cepat dan bersamaan. Sintesis estradiol berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa (Haffner, 2006). Kunci dari ovulasi adalah efek umpan balik positif estrogen pada sekresi LH pada pertengahan siklus. Efek peningkatan estrogen yang bersirkulasi lebih jauh lagi diperkuat dengan adanya progesteron ovarium. Lokasi kerja umpan balik positif estrogen pada siklus pertengahan terhadap sekresi LH tampaknya terjadi di dalam sel-sel neuroendokrin hipotalamus dan gonadotropin hipofisis (Haffner, 2006). 3) Fase Luteal Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Progesteron pada kadar
yang
meningkat
ini
mencegah
estrogen
untuk
menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis. Selain itu, pada
keadaan
terdapatnya
kombinasi
antara
tingginya
konsentrasi progesteron dan estrogen, frekuensi denyut GnRH praovulatoir menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH hanya pada garis dasar. Peningkatan sekresi FSH menjelang akhir
fase
lateral
bergantung
pada
penurunan
kadar
18
progesteron, estradiol, dan inhibin dalam sirkulasi yang masih berlangsung. Pemberian antagonis estrogen seperti klomifen sitrat pada fase luteal bermakna secara klinis menyebabkan peningkatan kadar FSH dalam sirkulasi dan mengawali penambahan folikel (Haffner, 2006). 4) Fase Menstruasi Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya, akan berevolusi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi. Protease pemecah matriks dan lisosom yang dikendalikan secara hormonal tampaknya terlibat. Protease pemecah martiks merupakan bagian dari golongan enzim metaloproteinase yang substratnya mengandung kolagen dan matriks protein lainnya. Pada akhirnya, penurunan progesteron pramenstruasi berhubungan dengan penurunan aktivitas 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase (Haffner, 2006).
19
Gambar 2.5 Siklus Menstruasi c. Tanda dan Gejala Menstruasi Menurut Bobak (2004) tanda dan gejala menstruasi yang dirasakan oleh remaja adalah: 1) Payudara terasa berat, penuh, membesar dan nyeri tekan. 2) Nyeri punggung, merasa rongga pelvis semakin penuh. 3) Nyeri kepala dan muncul jerawat. 4) Iritabilitas atau sensitifitas meningkat. 5) Metabolisme meningkat dan diikuti dengan rasa keletihan. 6) Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C. 7) Serviks berawan, lengket, tidak dapat ditembus sperma, mengering dengan pola granular. 8) Ostium menutup secara bertahap. 9) Kram uterus yang menimbulkan nyeri (Dismenore).
20
3. Dismenore a. Definisi Dismenore Dismenore (nyeri haid) adalah nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang terjadi menjelang haid atau selama haid akibat kontraksi otot rahim. Nyeri haid diduga terkait dengan produksi
hormon
progesteron
yang
meningkat.
Hormon
progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat kelenjar indung telur (corpus luteum) setelah melepaskan sel telur matang setiap bulan. Hormon tersebut memperbesar ketegangan mulut rahim hingga lubang mulut rahim menjadi sempit, akibatnya otot-otot rahim lebih kuat berkontraksi untuk dapat mengeluarkan darah haid melalui mulut rahim yang sempit. Kontraksi otot rahim yang menyebabkan kejang otot yang dirasakan sebagai nyeri. Keluhan nyeri haid berkurang atau malahan hilang setelah kehamilan atau melahirkan anak pertama. Hal ini karena regangan pada waktu rahim membesar dalam kehamilan membuat ujung-ujung saraf di rongga panggul dan sekitar rahim menjadi rusak (Harmanto, 2006). Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (Schwartz, 2004).
21
b. Penyebab Dismenore Menurut Wratsongko (2006), ada beberapa penyebab nyeri haid (dismenore) sebagai berikut: 1) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding rahim. 2) Hormon prostaglandin yang tinggi. 3) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid. 4) Infeksi daerah panggul. 5) Endometriosis (terutama jika terjadi setelah usia 20 tahun). 6) Tumor jinak rahim. 7) Postur tubuh kurang baik (sikap yang salah). 8) Secara anatomis rahim tidak berkembang optimal. 9) Diperberat jika stres psikis atau kecemasan berlebihan. c. Derajat Dismenore Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut Manuaba (2007), dismenore dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu: 1) Dismenore ringan Seseorang akan mengalami nyeri atau masih dapat ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja seharihari.
22
Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4, untuk skala wajah dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-2 (Leppert, 2004 dalam Rakhma, 2012). 2) Dismenore Sedang Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya. Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6, untuk skala wajah dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 3 (Leppert, 2004 dalam Rakhma, 2012). 3) Dismenore berat Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada kemungkinan
seseorang
tidak
mampu
lagi
melakukan
pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut. Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 7-10, untuk skala wajah dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5 (Leppert, 2004 dalam Rakhma, 2012).
23
d. Klasifikasi Dismenore 1) Dismenore Primer Dismenore primer adalah perasaan sakit di bagian perut bawah yang terjadi karena ketidakseimbangan hormon, tanpa kelainan organ dalam pelvis. Nyeri primer akan dialami oleh sebagian wanita normal (Harmanto, 2006). Menurut Morgan (2009), dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tidak berkaitan dengan penyebab fisik yang nyata. Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam. Umumnya
ketidaknyamanan dimulai 1-2
hari sebelum
menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari kedua. Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore primer adalah haid yang nyeri tanpa penyebab yang jelas biasanya terjadi segera sesudah pubertas dan muncul pada setiap periode haid berikutnya (Waller, 2005). 2) Dismenore Sekunder Dismenore sekunder menurut Morgan (2009), adalah menstruasi yang sangat nyeri, berkaitan dengan penyakit panggul yang nyata. Dismenore sekunder mungkin disebabkan oleh kondisi endometriosis, polip atau fibroid uterus, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps
24
uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produksi kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus atau melahirkan, atau kanker ovarium atau uterus. Dismenore sekunder dimulai setelah usia 20 tahun dan nyeri bersifat munilateral. Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore sekunder adalah haid yang nyeri pada wanita yang sebelumnya selama bertahun-tahun sudah memiliki periode haid yang normal. Dismenore ini terjadi akibat endometritis dan cenderung memburuk ketika terjadi peningkatan kongesti lokal (Waller, 2005). Dismenore sekunder ditandai dengan adanya kelainan organ dalam pelvis. Hal seperti ini harus dilakukan pemeriksaan yang serius. Mungkin ada kista, mioma atau tumor di rahim (Harmanto, 2006). e. Tanda dan Gejala Dismenore Menurut Wratsongko (2006), tanda dan gejala dismenore adalah: 1) Kram yang nyeri dan hebat selama haid. 2) Dismenore primer timbul berulang secara teratur sejak pertama kali haid. 3) Dismenore sekunder jika terjadi setelah bertahun-tahun mengalami siklus haid. 4) Rasa kram dan nyeri yang menusuk ini terasa di perut bagian bawah, punggung bawah, dan paha. 5) Kadang-kadang disertai mual/muntah, diare.
25
6) Berkeringat banyak, badan terasa lemah. 4. Latihan Stretching a. Definisi Latihan Stretching Exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis (Woo & McEneaney, 2010). Stretching (peregangan) adalah aktivitas fisik yang paling sederhana. Stretching merupakan suatu latihan untuk memelihara dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan (Senior, 2008). Adapun salah satu cara exercise/latihan untuk mengurangi intensitas nyeri haid adalah dengan melakukan abdominal stretching exercise (Thermacare, 2010 dalam Ningsih, 2011). b. Manfaat Latihan Stretching Menurut Alter (2008) dalam Putra (2012), manfaat stretching antara lain: 1) Meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet. 2) Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih. 3) Meningkatkan mental dan relaksasi fisik. 4) Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh. 5) Mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot (kram). 6) Mengurangi risiko cedera punggung. 7) Mengurangi rasa nyeri otot dan ketegangan otot.
26
8) Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore) bagi atlet wanita. c. Teknik Latihan Abdominal Stretching Adapun langkah-langkah latihan abdominal stretching adalah sebagai berikut: 1) Cat Stretch Posisi awal: tangan dan lutut di lantai. a) Punggung dilengkungkan, perut digerakkan ke arah lantai senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
b) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
c) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
27
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 2) Lower Trunk Rotation Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, kedua lengan dibentangkan keluar. a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara.
b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 3) Buttock/Hip Stretch Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk. a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha kiri diatas lutut. b) Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah dada senyaman mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung
28
dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal dan relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 4) Abdominal Strengthening: Curl Up Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekut, kaki di lantai, tangan di bawah kepala. a) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah langit-langit. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara.
b) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan bokong. c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut, tahan selama 20 detik.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
29
5) Lower Abdominal Strengthening Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dibentangkan sebagian keluar. a) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan punggung bawah ke lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan bokong.
b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik tumit
dan
bola,
kencangkan
otot
bokong.
Jangan
melengkungkan punggung.
Latihan dilakukan sebanyak 15 kali. 6) The Bridge Position Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku di lantai, lengan dibentangkan sebagian keluar. a) Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otototot perut dan bokong. b) Angkat
pinggul
dan
dan
punggung
membentuk garis lurus dari lutut ke dada.
bawah
untuk
30
Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 5. Remaja a. Definisi Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan ke dalam kelompok remaja (Efendi, 2009). Masa remaja yang secara literatur berarti “tumbuh hingga mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Wong et al, 2008). Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir (Santrock, 2003). Masa remaja awal (early
31
adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama
dan
mencakup
kebanyakan
perubahan
pubertas,
berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun (Santrock, 2003; Jahja, 2011). Masa remaja akhir (late adolescence), yaitu usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga 18 tahun (Jahja, 2011). b. Ciri Masa Remaja Beberapa perubahan yang terjadi masa remaja,diantaranya perubahan biologis, sosial, kognitif, dan emosional (Wong et al, 2008). 1) Perubahan Biologis/ Fisik Terdapat lima perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organorgan reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual (Santrock, 2003). Perubahan fisik pada masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan,
termasuk
organ-organ
reproduksi
sehingga
32
mampu melaksanakan fungsi reproduksi. perubahan yang terjadi yaitu: a) Munculnya tanda-tanda seks primer: terjadinya haid yang pertama (menarche) pada perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki. b) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu:
Pada remaja laki-laki: tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
Pada remaja perempuan: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar (Pinem,2009).
2) Perubahan Kognitif Berpikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak. Pada tahap ini, yaitu periode operasional formal, merupakan tahap Piaget yang keng ke empat dan terakhir. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri berpikir konkret (Wong et al, 2008). Piaget juga mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia dan menyesuaikan berpikirnya untuk mendapatkan informasi baru (Santrock, 2003).
33
Remaja
dalam
pandangan
Piaget,
secara
aktif
membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja kedalam skema kognitif mereka (Jahja, 2011). Dengan kata lain, pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi seperti kemungkinan kuliah dan bekerja, memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Pada saat ini, pikiran mereka dapat dipengaruhi oleh prinsipprinsip logis daripada hanya persepsi dan pengalaman mereka sendiri. Kemampuan penalaran yang ilmiah dan cara berpikir logis formal meningkat pada masa ini (Wong et. al, 2008). 3) Perubahan Sosial Proses untuk memperoleh kematangan pada remaja penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua (Wong et.al, 2008). Remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab terkait dengan kemandirian (Jahja, 2011).
34
4) Perubahan Emosional Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam Aghla, 2004). Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm & stress. Segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya (Jahja, 2011). 6. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait dismenore dan exercise pada remaja putri adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Abbaspour Z. MSc et al (2006) dengan judul “ The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea” menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok intervensi mengalami penurunan nyeri haid (8,59-4,63) pada periode ketiga dan 2,84 pada periode keempat (p < 0,01). Sedangkan untuk kelompok kontrol intensitas nyeri tidak signifikan. Hasil lain menunjukkan bahwa pada akhir siklus, siswa melaporkan rasa sakit mereka yaitu 10% tidak ada rasa sakit, 40% ringan, 44% sedang, 3% berat dan 2% sangat parah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata durasi nyeri menurun dari 7,15-4,22 pada periode ketiga dan 2.23 pada periode keempat untuk kelompok intervensi (p < 0,01) sedangkan untuk kelompok kontrol tidak signifikan.
35
2. Penelitian yang dilakukan Istiqomah (2009) dengan judul “Efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di SMU N 5 Semarang” menyatakan bahwa senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja dengan hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung 4,525, lebih besar dari t tabel (1,761) dan nilai signifikansi hasil uji Paired Sample t-Test yaitu 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 atau dengan signifikansi 95% maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Penelitian yang dilakukan Maya dkk (2013) dengan judul penelitian “ Manfaat Penambahan Latihan Otot Diafragma Pelvis pada Latihan Otot Abdomen terhadap Dismenore Primer pada Remaja Putri” menyatakan bahwa terdapat berbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan penambahan latihan otot diafragma pelvis pada latihan otot abdomen dengan rata-rata nyeri haid pada latihan otot abdomen (Latihan I) adalah 3.19 dan nyeri haid pada latihan otot diafragma pelvis pada latihan otot abdomen (Latihan II) adalah 2,13.
36
C. Kerangka Teori Latihan abdominal stretching
Remaja
Menstruasi Tanda dan Gejala
- Perubahan Biologis - Perubahan Kognitif - Perubahan Sosial - Perubahan Emosional (Wong dkk, 2008)
Keterangan:
- Dismenore/ nyeri haid - Payudara terasa berat, penuh, membesar dan nyeri tekan. - Nyeri punggung, merasa rongga pelvis semakin penuh. - Nyeri kepala dan muncul jerawat. - Iritabilitas atau sensitifitas meningkat. - Metabolisme meningkat dan diikuti dengan rasa keletihan. - Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C. - Ostium menutup secara bertahap. (Bobak, 2004) Bagan 2.1 Kerangka Teori
: variabel yang tidak diteliti : variabel yang diteliti
Nyeri 1. Tetap 2. Menurun 3. Meningkat
37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Kerangka
konsep
adalah
suatu
kerangka
berpikir
yang
menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2012). Sedangkan variabel didefinisikan sebagai karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lain. Variabel independen (latihan abdominal stretching) adalah variabel yang bila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain, sedangkan variabel dependen (nyeri haid) adalah variabel yang berubah akibat perubahan pada variabel independen, dan variabel yang berubah akibat perubahan pada variabel independen (Hidayat, 2011).
Intensitas Nyeri Remaja yang mengalami dismenore
Latihan abdominal stretching
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
37
1. Tetap 2. Menurun 3. Meningkat
38
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No 1.
Variabel Latihan abdominal stretching
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Latihan Abdominal SOP gerakan Observasi responden 1. Ya= 1 Stretching adalah suatu latihan abdominal latihan peregangan otot stretching yang digunakan responden untuk mengatasi nyeri haid (dismenore) pada responden yang sedang mengalami nyeri haid.
Skala Ordinal
39
No 2.
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Nyeri Haid Nyeri haid adalah rasa tidak Instrumen Faces Mengisi (Dismenore) nyaman yang paling sering Pain Scale- FPS-R dirasakan oleh remaja putri Revised (FPS-R) pada saat mengalami menstruasi.
Hasil Ukur
Skala
instrumen Data skala nyeri Rasio FPS-R dengan hasil: 0= tidak nyeri 1= sedikit nyeri 2= sedikit lebih nyeri 3= lebih nyeri 4= jauh lebih nyeri 5= nyeri paling buruk/ tak tertahankan
40
C. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara dari suatu penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
41
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif –preexperiment design bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap perlakuan (Haryati, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan one group pretest posttest design adalah penelitian ini dilakukan dengan cara kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Peneliti memilih jenis penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri yang mengalami dismenore.
Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini.
K
01
X
Keterangan: K : Subjek 01 : nilai pretest (sebelum diberi latihan) X : Latihan abdominal stretching 02 : nilai posttest (setelah diberi latihan)
41
02
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMK Al Furqon Bantarkawung Kab. Brebes. Peneliti memilih SMK Al Furqon Bantarkawung sebagai lokasi penelitian dengan alasan SMK Al Furqon Bantarkawung adalah lokasi yang berada di desa tempat peneliti tinggal dan masih banyak remaja yang mengalami dismenore yang belum tahu penanganan yang dilakukan selain meminum obat analgesik misalnya dengan olahraga atau latihan abdominal stretching, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah 153 siswi SMK Al-Furqon Bantarkawung yang mempunyai riwayat nyeri haid.
43
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami dismenore dan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Siswi yang mengalami nyeri haid pada hari pertama menstruasi dalam tiga bulan terakhir berturut-turut. 2) Siswi yang tidak memiliki riwayat menggunakan terapi farmakologis selama nyeri haid. 3) Siswi yang memiliki siklus haid yang teratur selama 28 hari. b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Menderita penyakit ginekologis tertentu (dismenore sekunder). 2) Mengalami dismenore berat.
44
Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal dengan menggunakan uji hipotesis beda dua mean dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90% dengan rumus sebagai berikut: n = 2.σ2 (Z1-α/2 + Z1-β)2 ( μ1- μ2)2 Keterangan: n
= Besar sampel minimal
σ2
= Standar deviasi
Z1-α
=Nilai Z pada derajat kemaknaan tertentu yang ditetapkan peneliti (90%, 95%, 99% = 1,64; 1,96; 2,58)
Z1-β
= Nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu yang ditetapkan peneliti (80%, 90%, 95%, 99% = 0,84; 1,28; 1,64; 2,33)
μ1
= rata-rata tingkat nyeri pada penelitian sebelumnya
μ2
= rata-rata tingkat nyeri yang ditentukan peneliti Sedangkan perhitungan besar sampel yang digunakan dengan
menggunakan nilai rata-rata penurunan intensitas nyeri haid berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Abbaspour Z. MSc et al (2006) diperoleh μ1 (4,63) dan μ2 (2,84). Estimasi dilakukan pada derajat kemaknaan 5% kekuatan uji 90%.
45
Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas didapatkan adalah: n= 2. (0,236)2 . (1,96 + 1,28)2 (5,75 – 5,55)2 = 30 Jadi, diperlukan sampel dengan 30 orang. Untuk menghindari adanya sampel drop out dan sebagai cadangan penelitian maka ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal: 10% x 30 = 3 orang. Maka total sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 + 3 = 33 orang. D. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data primer merupakan data sumber pertama yang diperoleh dari individu atau secara perorangan misalnya hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti (Sugiyono, 2012). Data primer diperoleh dengan cara memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain Scale-Revised). 2. Tahap Pengumpulan Data a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditujukan kepada Kepala Sekolah SMK Al-Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.
46
b. Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Sekolah SMK Al Furqon Bantarkawung, peneliti menyiapkan diri dengan melakukan latihan abdominal stretching. c. Peneliti datang ke SMK Al Furqon lalu mensosialisasikan kegiatan yang akan dilakukan di SMK Al Furqon. Peneliti juga meminta kerjasama
dari
guru
selama
penelitian
berlangsung
dan
memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian,
serta
meminta
ijin
disediakan
ruangan
untuk
pelaksanaan latihan abdominal stretching. d. Peneliti menentukan jumlah dan nama responden yang termasuk kriteria inklusi dengan total berjumlah 33 siswi. e. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan. f. Peneliti menjelaskan tujuan prosedur penelitian dan teknik penelitian pada responden. g. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden diminta untuk menanda tangani lembar informed consent yang telah disiapkan peneliti.
47
h. Setelah responden mengisi lembar informed consent, kemudian responden diminta untuk mengisi data demografi meliputi nama, usia, kelas, alamat, dan nomor kontak. i. Peneliti memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri pada responden dan menjelaskan cara mengisi lembar pengukuran tingkat nyeri. j. Peneliti memberikan penjelasan mengenai latihan abdominal stretching dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari latihan abdominal stretching yang akan dijalani responden. k. Peneliti menginformasikan bahwa teknik abdominal stretching dilakukan oleh responden saat nyeri haid hari pertama dan akan di observasi oleh peneliti. l. Peneliti membagikan pedoman latihan abdominal stretching. m. Pelaksanaan latihan abdominal stretching dilakukan di ruang kelas SMK Al Furqon Bantarkawung pukul 15.00 WIB. n. Peneliti mengajarkan latihan abdominal stretching pada responden selama satu hari sampai responden benar-benar hafal dan paham tekniknya. o. Peneliti membagi kelompok untuk lebih awal diajarkan latihan abdominal stretching sesuai tanggal haid bulan sebelumnya. p. Setelah peneliti mengajarkan latihan abdominal stretching, menunggu sampai responden menstruasi.
48
q. Saat terjadi dismenore pada menstruasi hari pertama, responden melaporkan pada peneliti melalui via sms atau telpon, lalu peneliti memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain ScaleRevised), selanjutnya responden mengisi skala nyeri yang dirasakan saat itu. r. Responden melakukan teknik abdominal stretching sendiri saat nyeri haid dan di observasi oleh peneliti. Hasil observasi didokumentasikan pada lembar observasi abdominal stretching. s. 15 menit setelah selesai melakukan teknik abdominal stretching, peneliti meminta responden untuk mengisi kembali lembar pengukuran skala nyeri (Faces Pain Scale-Revised). t. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden atas keterlibatannya dalam penelitian. 3. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar pengukuran tingkat nyeri. pengukuran intensitas nyeri haid pada penelitian ini menggunakan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R). Alat ini digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata nyeri (Visual Desriptor Scale). Faces Pain Scale-Revised menggunakan wajah yang tersenyum untuk angka 0 pada garis paling kiri yang menunjukkan tidak terasa nyeri sampai wajah yang berlinang air mata untuk angka 5 pada garis paling kanan menunjukkan nyeri sangat tak tertahankan/ nyeri hebat (Potter & Perry, 2005).
49
Gambar 4.1 Faces Pain Scale-Revised Instrumen Faces Pain Scale-Revised (FPS-R) merupakan skala yang mudah dipahami dan digunakan. Alat ini juga sudah teruji validitas dan reliabilitasnya berdasarkan hasil penelitian Li, Liu dan Herr (2007) dengan membandingkan empat skala nyeri yaitu Numeric Rating Scale (NRS), Verbal Descriptor Scale (VDS), Faces Pain Scale Revised (FPS-R) dan Visual Analog Scale (VAS) pada pasien pasca bedah menunjukkan keempat skala nyeri memberikan hasil uji validitas dan reliabilitas yang baik. Uji reliabilitas menggunakan Intraclass Correlation Coefficients (ICC’s) dan keempat skala menunjukkan konsistensi penilaian (0,673-0,825) serta mempunyai kekuatan uji (r=0,71-0,99). Untuk pengukuran dengan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R), responden diminta untuk menandai salah satu wajah yang dianggap menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
50
E. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan. Peneliti melakukan pengolahan data secara bertahap. Adapun tahapan pengolahan data terdiri dari empat tahap menurut Hastono (2007) adalah sebagai berikut: a. Editing, pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan isian kuesioner, kejelasan penulisan jawaban, relevansi, dan konsisten dengan pertanyaan. Setelah peneliti melakukan pengecekan pengisian kuesioner maka kuesioner yang tidak lengkap, tidak jelas, tidak relevan atau tidak konsisten dengan pertanyaan akan diklarifikasi kepada responden. Tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data. b. Processing, pada tahap ini peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data dari masing-masing responden ke dalam program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada kuesioner dan jawaban responden, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan ketika coding. c. Cleaning, merupakan tahap akhir pengolahan data. Peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan, setelah dipastikan tidak ada kesalahan maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu analisis data sesuai dengan jenis data.
51
F. Analisa Data Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi melalui tahapan sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data univariat yang dianalisis pada penelitian ini adalah menggambarkan intensitas nyeri pada responden. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua variabel, yaitu mengidentifikasi perbedaan intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah uji T-test dependen jika datanya terdistribusi normal namun jika datanya tidak terdistribusi normal menggunakan uji wilcoxon. G. Etika Penelitian Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh bertentangan dengan etik. Penelitian yang akan dilakukan harus mengikuti aturan etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden (Setiadi, 2007). Bentuk etika penelitian antara lain adalah:
52
1. Lembar Persetujuan (Informed Concent) Tujuan lembar persetujuan adalah supaya responden mengetahui maksud, tujuan dan dampak yang mungkin terjadi selama dilakukan penelitian. Jika subjek penelitian bersedia menjadi responden, maka subjek harus bersedia menandatangani lembar persetujuan dan akan diteliti oleh peneliti dengan tetap menghormati hak-haknya sebagai subjek penelitian. 2. Tanpa Nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan klien, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama klien pada lembar pengumpulan data, sebagai gantinya digunakan inisial dan nomor responden. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian. 4. Asas Kemanfaatan Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan terjadi. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Penelitian yang dilakukan harus bebas dari
53
penderitaan yaitu dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus (Setiadi, 2007). H. Alur Penelitian 1. Peneliti mendapat persetujuan pengambilan data dari pembimbing. 2. Peneliti membuat surat permohonan izin penelitian di bagian akademik fakultas. 3. Peneliti
mengajukan
surat
permohonan
izin
penelitian
yang
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditujukan kepada Kepala Sekolah SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. 4. Pada hari pertama peneliti meminta izin dari Kepala Sekolah SMK AlFurqon Bantarkawung. Kemudian setelah mendapatkan izin: -
peneliti mencari responden dan masuk ke setiap ruangan untuk mengidentifikasi remaja putri yang mengalami dismenore dengan membagikan lembaran identitas diri dan pertanyaan mengenai nyeri haid (dismenore).
-
Peneliti memilih calon responden sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan dan langsung mengelompokan sesuai tanggal haid terakhir menjadi tiga kelompok.
5. Hari kedua, peneliti dengan dibantu oleh wakasek kurikulum untuk mengumpulkan calon responden di ruang serbaguna:
54
6. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan serta meminta kesediaan remaja putri untuk menjadi responden. 7. Setelah remaja putri bersedia menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan alur penelitian yang akan dilaksanakan. 8.
Peneliti mengumumkan kelompok yang sudah dibentuk sesuai tanggal haid terakhir sebagai berikut: Tabel 4.1 Kelompok Latihan Abdominal Stretching Kelompok
Hari Pertama Haid Terakhir 10-15 Maret
Tanggal Latihan 8 April
Jumlah Responden 15 orang
16-22 Maret
10 April
7 orang
23-30 maret
20 April
11 orang
1 2 3 9. Peneliti mengajarkan abdominal stretching sampai responden hafal dan melakukannya dengan benar (responden diminta mengulang dan didampingi oleh peneliti) sesuai kelompok yang telah dibentuk. 10. Peneliti menjelaskan cara pengukuran skala nyeri haid pada setiap kelompok (form penilaian nyeri akan dibawa pulang oleh responden dan di isi di rumah ketika responden nyeri haid). 11. Latihan dilaksanakan pada pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai di ruang serbaguna.
55
12. Peneliti memonitor laporan skala nyeri saat responden sedang haid dengan proses menanyakan setiap hari pada responden yang mengalami haid disertai skala nyeri.
56
BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini peneliti akan menjabarkan beberapa temuan selama melakukan penelitian yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan yang telah dihipotesiskan. A. Profil SMK Al Furqon Bantarkawung SMK Al Furqon Bantarkawung sudah berdiri sejak tahun 1998 yang dibangun oleh Yayasan Pendidikan Al Furqon beralamat di Jl. Raya Bantarkawung Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah Kode Pos 52274. Tahun 2014, siswa SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 662 siswa dengan rician 218 siswa kelas X, 246 siswa kelas XI, dan 198 siswa kelas XII. Sekolah ini memiliki ruang kelas sebanyak 21 ruang serta ruang lain yang mendukung proses belajar mengajar siswa seperti ruang laboratorium komputer, ruang perpustakaan, ruang mesin dan ruang pemasaran. Pelaksana harian SMK Al Furqon Bantarkawung saat ini dijabat oleh Bapak M. Shodiq Triyugo Prabowo, S. Ag dan dibantu oleh 4 wakil kepala sekolah seperti wakasek kurikulum, kesiswaan, humas serta sarana dan prasarana. Guru di SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 44 orang dan Staf Tata Usaha di SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 10 orang.
56
57
SMK Al Furqon Bantarkawung memiliki visi dan misi, yaitu: Visi: Menjadi SMK yang unggul dan mampu bersaing dalam menciptakan tenaga kerja yang shaleh dan shalehah pada bidangnya yang mampu bersaing di pasar kerja tingkat nasional. Misi: 1. Membekali siswa menjadi manusia ber-IMTAQ. 2. Membekali siswa memiliki ilmu pengetahuan di bidang bisnis manajemen dan komputer. 3. Membekali siswa menjadi pelaku bisnis yang terampil. 4. Menanamkan mental mandiri dan semangat berwirausaha. B. Hasil Analisa Univariat Tabel 5.1 Distribusi Rata-rata Intensitas nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal Stretching pada Remaja Putri dengan Dismenore Variabel
Mean
Min-Max
Sebelum Latihan
2,79
2-3
Sesudah Latihan
1,21
0-2
Intensitas Nyeri Haid
Berdasarkan tabel 5.1 hasil analisis rata-rata nyeri haid yang dialami oleh responden sebelum melakukan abdominal stretching adalah 2,79 dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 3, sedangkan hasil setelah melakukan abdominal stretching rata-rata 1,21 dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 2.
58
C. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak karena jumlah sampel yang diteliti < 50. Data yang di uji adalah data sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. Tabel 5.2 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal Stretching pada Remaja Putri dengan Dismenore Jenis Data
Statistic
Df
p
Sebelum Latihan
0,505
33
0,000
Sesudah Latihan
0,783
33
0,000
Berdasarkan tabel 5.2 hasil uji normalitas diperoleh nilai p = 0,000 untuk data sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. Karena nilai p < 0,05 maka data dikatakan tidak terdistribusi normal. D. Hasil Analisa Bivariat (Uji Wilcoxon) Tabel 5.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal Stretching pada Remaja Putri dengan Dismenore n Sebelum Latihan
33
Mean (minimum-maksimum) 2,79 (2-3)
Sesudah Latihan
33
1,21(0-2)
p 0,000
59
Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,000 ( p < 0,05 ) artinya ada perbedaan yang bermakna intensitas nyeri sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching pada remaja putri dengan dismenore.
60
BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian. A. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil
penelitian
yang
telah
diperoleh
akan
dibahas
dan
diinterpretasikan berdasarkan teori yang terkait dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini akan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes serta menjawab
hipotesis
penelitian
yang
telah
dirumuskan.
Adapun
pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Skala Nyeri Peneliti menggunakan skala nyeri Faced Pain Scales-Revised atau skala wajah untuk mengkaji nyeri pada responden, skala tersebut lebih mudah dipahami oleh responden karena membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana dan responden dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada. Skala nyeri Faced Pain Scales-Revised telah digunakan
60
61
juga pada penelitian Rakhma (2012) untuk melihat gambaran derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok menunjukkan hasil 60 siswi yang mengalami derajat ringan, 44 siswi yang mengalami derajat nyeri sedang dan 25 siswi mengalami derajat nyeri berat. Skala Faced Pain Scales-Revised digunakan karena tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah responden pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya juga dapat diketahui skalanya. Pada penelitian ini peneliti melihat secara langsung raut muka responden saat mengalami nyeri haid sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. 2. Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum diberi Latihan Abdominal Stretching Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid sebelum diberi latihan abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 2,79 dengan skala nyeri maksimum 3 dan skala nyeri minimum 2. Remaja yang mengalami nyeri haid (dismenore) disebabkan oleh kejang otot uterus, dismenore merupakan kondisi yang normal terjadi pada wanita yang sedang mengalami menstruasi, nyeri haid muncul dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress pengaruh dari hormon prostaglandin. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan kram
62
pada abdomen bagian bawah yang merangsang rasa nyeri saat menstruasi (Morgan dan Hamilton, 2009). Penelitian Siahaan (2012) mengenai penurunan tingkat dismenore pada mahasiswi fakultas ilmu keperawatan unpad dengan menggunakan yoga menunjukkan hasil penelitian tingkat dismenore sebelum dilakukan yoga 50% responden mengalami dismenore dengan kategori nyeri sedang dan 10% berada pada kategori nyeri berat tertahankan. Hal ini berhubungan pengeluaran prostaglandin yang dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus menstruasi dan mencapai puncaknya saat menstruasi. Nyeri menstruasi yang dialami remaja sebelum latihan abdominal stretching disebabkan karena
adanya
peningkatan
produksi
prostaglandin
sehingga
menyebabkan hiperaktivitas uterus (Price, 2006). Prostaglandin juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi berlebihan prostaglandin menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh remaja (Sherwood, 2011). Penelitian Wahyuni (2012) tentang efektifitas terapi kombinasi abdominal exercise dan minum kunyit asam terhadap dismenore pada remaja putri menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami dismenore sebelum dilakukan intervensi paling banyak yaitu berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 21 orang (55,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat nyeri pada responden sebelum dilakukan
63
terapi rata-rata berada pada skala nyeri sedang, hal ini disebabkan karena adanya faktor stres yang akhirnya menyebabkan banyak mengalami dismenore. Stres yang dialami oleh remaja bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya stres dapat dipicu karena mau menghadapi ujian, stres karena kehilangan atau bertengkar dengan pacar atau orang yang disayangi bisa membuat remaja menjadi depresi dan stres jika terlalu dipikirkan kemudian kehidupan sekolah jugaa menjadi salah satu faktor penyebab stres pada remaja. Dibuktikan dengan penelitian Purwanti (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore menyatakan bahwa remaja yang mengalami stres dan dismenore sejumlah 87,9% sedangkan remaja yang tidak stres yang mengalami dismenore sebanyak 60%. Ini menunjukkan bahwa kejadian dismenore lebih berpeluang tejadi pada remaja yang mengalami stres dibandingkan remaja yang tidak mengalami stres. Hal ini karena remaja yang stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron dan prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi (Handrawan, 2008).
64
Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kram bagian perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri disertai dengan rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas (Morgan dan hamilton, 2009). 3. Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Setelah diberi Latihan Abdominal Stretching Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid setelah diberikan latihan abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 1,21 dengan nilai maksimum skala nyeri 2 dan nilai minimum skala nyeri 0. Olahraga merupakan salah satu manajemen non farmakologis yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis. Penelitian yang mendukung adalah penelitian Sophia (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore. Siswi yang jarang berolah raga memiliki kemungkinan resiko 1,2 kali lebih besar mengalami dismenore daripada siswi yang sering berolahraga. Adanya hubungan kebiasaan olahraga terhadap kejadian dismenore dapat disebabkan karena olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin
65
dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Sesuai dengan teori Endorphin-Enkephalin mengenai pemahaman mekanisme nyeri adalah ditemukannya reseptor opiate di membran sinaps dan kornu dorsalis medulla spinalis. Terdapat tiga golongan utama peptide opioid endogen, yaitu golongan enkephalin, beta-endorphin, dan dinorphin. Beta-endorphin yang dikeluarkan saat olah raga sangat efektif untuk mnengurangi rasa nyeri (Ehrenthal, 2006). Salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas nyeri haid (dismenore) adalah dengan melakukan abdominal stretching. Abdominal stretching yang dilakukan pada saat dismenore untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot dapat meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi nyeri otot dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (Alter, 2008 dalam Ningsih, 2011). Latihan
peregangan
otot
atau
stretching
juga
dapat
memperbaiki postur tubuh dan menghindari rasa sakit yang terjadi pada leher, bahu, dan punggung. Tujuan latihan peregangan otot adalah membantu meningkatkan oksigenasi atau proses pertukaran oksigen dan karbohidrat di dalam sel serta menstimulasi aliran drainase sistem getah bening, sehingga dapat meningkatkan kelenturan otot dengan cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya yang alamiah dan dapat memelihara fungsinya dengan baik serta
66
memperbaiki elastisitas atau fleksibilitas jaringan tubuh serta mengurangi kram pada otot (Ningsih, 2011). Hal ini sesuai dengan teori Gate Control yang dikemukakan oleh Wall, bahwa pada impuls nyeri dihantarkan saat sebuat pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi untuk menghilangkan nyeri. Pemblokan ini dapat dilakukan melalui mengalihkan perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi. Latihan abdominal stretching merupakan salah satu bentuk relaksasi dari teknik relaksasi
yang dapat menurunkan nyeri dengan cara
merelaksasikan otot-otot yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan
prostaglandin
sehingga
terjaddi
vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan ismkemik (Siahaan, 2012). 4. Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) Berdasarkan data hasil penelitian ini, tingkat nyeri haid (dismenore) setelah latihan abdominal stretching lebih rendah apabila dibandingkan dengan sebelum latihan abdominal stretching Serupa dengan penelitian Puji (2009) pada remaja putri di SMUN 5 Semarang tingkat nyeri sebelum melakukan senam dismenore terbanyak adalah skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi (53%), untuk skala nyeri ringan berjumlah 1 siswi (7%) dan skala nyeri berat berjumlah 6 siswi (40%). Setelah melakukan senam
67
didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 11 siswi (73,33%), skala nyeri sedang sebanyak 4 siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang mengalami nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Bedanya dengan penelitian ini adalah intervensi yang diberikan yaitu latihan abdominal stretching sedangkan penelitian Puji (2009) intervensi yang diberikan adalah senam dismenore. Penelitian Ningsih (2011) pada remaja putri di SMAN Kecamatan Curup didapatkan bahwa kelompok remaja dengan paket pereda mempunyai peluang 14,339 kali dapat menurunkan intensitas nyeri haid dibandingkan kelompok kontrol setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan. Dengan kata lain paket pereda yang terdiri dari terapi minum air putih dan abdominal stretching exercise terbukti efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan. Sedangkan pada penelitian ini latihan abdominal stretching tidak dikombinasi dengan air putih serta tidak dikontrol oleh kecemasan dan keletihan. Hasil penelitian terkait yang mendukung adalah penelitian Laili (2012) pada remaja putri SMAN 2 Jember rata-rata tingkat nyeri haid sebelum senam dismenore pada remaja yang mendapatkan terapi senam dismenore 5,8 (nyeri sedang) dan remaja yang tidak mendapatkan terapi senam dismenore 4,6 (nyeri sedang). Setelah senam dismenore rata-rata tingkat nyeri haid pada remaja yang
68
mendapatkan terapi senam dismenore 3,67 (nyeri ringan) dan remaja yang tidak mendapatkan terapi senam dismenore 4,6 (nyeri sedang). Senam yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan jumlah dan ukuran pembuluh darah, yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi sehingga aliran darah menjadi lancar dan hal tersebut dapat menurunkan gejala dismenore. Meningkatkan volume darah yang mengalir ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi, hal tersebut dapat memperlancar pasokan oksigen ke pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi, sehingga nyeri haid dapat berkurang (Laili, 2012). Sedangkan untuk latihan abdominal stretching itu sendiri tidak beda jauh dengan senam, yaitu dapat membantu meningkatkan oksigenasi atau proses pertukaran oksigen dan karbohidrat di dalam sel serta menstimulasi aliran drainase sistem getah bening, sehingga dapat meningkatkan kelenturan otot dengan cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya yang alamiah dan dapat memelihara fungsinya dengan baik serta memperbaiki elastisitas atau fleksibilitas jaringan tubuh serta mengurangi kram pada otot (Ningsih, 2011).
69
Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid setelah diberi latihan abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 1,21 dimana sebelum latihan abdominal stretching rata-rata skala nyeri 2,79. Jadi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan abdominal stretching dalam mengurangi intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore. B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Siklus menstruasi remaja ada beberapa yang ternyata tidak teratur, dimana kadang-kadang maju lebih kurang satu minggu dan kadangkadang mundur lebih kurang satu minggu, sehingga peneliti sulit untuk menjadwalkan mulai melakukan latihan abdominal stretching sesuai prosedur. Pada penelitian ini peneliti mulai mengajarkan abdominal stretching lebih awal, yaitu satu minggu sebelum menstruasi. 2. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada saat satu minggu sebelum Ujian Nasional sehingga sampel yang diambil hanya kelas X dan XI jadi tidak tersebar rata. Karena ada Ujian Nasional kelas X dan XI juga libur satu minggu maka jadwal latihan yang seharusnya minggu itu di majukan lebih awal sebelum liburan.
70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Rata-rata intensitas nyeri haid (dismenore) sebelum latihan abdominal stretching adalah 2,79 dan setelah latihan abdominal stretching adalah 1,21. 2. Ada penurunan rata-rata intensitas nyeri haid (dismenore) setelah diberikan latihan abdominal stretching dengan skala nyeri maksimum 2 dan skala minimum 0. 3. terdapat pengaruh yang bermakna latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung dengan nilai p = 0,000. B. Saran 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Mengaplikasikan abdominal stretching dalam memberikan asuhan keperawatan pada remaja yang mengalami dismenore. 2. Bagi Pendidikan Keperawatan Memasukkan materi tentang terapi non farmakologis yaitu salah satunya abdominal stretching ke dalam kurikulum pendidikan keperawatan, sebagai tindakan mandiri perawat yang dapat digunakan dalam praktik pelayanan keperawatan.
70
71
3. Bagi Instansi Pendidikan Terkait Masih minimnya pengetahuan remaja dan para guru mengenai nyeri haid yang dapat menurunkan frekuensi aktivitas sehari-hari, oleh karena itu instansi pendidikan perlu mensosialisasikan informasi kesehatan tersebut guna membantu mengatasi masalah khususnya pada remaja putri terkait nyeri haid. 4. Bagi Remaja Remaja perlu menerapkan abdominal stretching pada saat mengalami nyeri haid, memberikan informasi dan mengajarkan latihan abdominal stretching pada temannya yang mengalami nyeri haid. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Perlu dilakukan penelitian tentang terapi non farmakologis lain yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore pada remaja putri, misalnya dengan kombinasi penggunaan terapi musik atau aroma terapi pada saat melakukan abdominal stretching. b. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang lebih besar, memperluas populasi dan ada kelompok kontrol (tanpa latihan abdominal stretching). c. Penelitian selanjutnya lebih mempersiapkannya dari jauh hari karena penelitian yang terkait kegiatan seperti Ujian nasional sudah ditentukan jadwal oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA Abbaspour, Z et al. (2006). The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea. Nursing & Midwifery, Ahwaz Jondishapoor University of Medical Sciences. Iran: J Res Health. Aghla, U. (2004). Mengakrabkan Anak pada Ibadah. Jakarta: Almahira. Anurogo,
Dito.
(2011).
Segala
Sesuatu
Tentang
Nyeri
Haid.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080619164804 . Diakses 15 November 2014 pukul 17:18 WIB. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Benson, Ralph C. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Cicilia, F dkk. (2013). Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Belajar Remaja Putri di SMA Kristen 1 Tomohon. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Journal Keperawatan (e-Kep). Daley, A. J. (2008). Exercise and primary dysmenorrhoea: a Comprehensive and critical review of the literature. Sport Medicine: Adis Data International. Diperoleh
3
November
2014
dari
http://web.ebscohost.com/eshost/pdfviewer/pdfviewer?sid=61f2d1adb3f44 9Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Febriana, Maya. (2013). Manfaat Penambahan Latihan Otot Diafragma Pelvis pada Latihan Otot Abdomen terhadap Dismenore Primer pada remaja Putri. Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap. Jurnal Ilmiah kebidanan Vol 4. 145-149.
French, Linda. (2005). American Family Physician. [ Serial Online] http://www.findarticles.com/p/articles/mi Di akses pada 10 November 2014. Gui-zhou, H. (2010). Prevalence of Dysmenorrhoea in Female Students in a Chinese University: A Prospective Study. Health Journal. Harmanto, Ning. (2006). Herbal untuk Keluarga Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal. Jakarta: Elex Media Komputindo. Haryati. (2009). Pengaruh Progresif Muscle Relaxation Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi Di Rs. Wahidin Suduro Husaodo Makassar. Depok : Universitas Indonesia. Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Heffner, Linda J. (2006). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga. Hendrawan. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Laili, Nurul. (2012). Perbedaan Tingkat Nyeri haid (Dismenore) sebelum dan sesudah senam dismenore pada remaja putri di SMAN 2 Jember. Skripsi. Program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Li, L., Liu, X., Herr, K. (2007). Poetoperative pain intensity assessment: a comparation of four scales in Chinese Adult. Diperoleh 23 November 2014
dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17371409?dopt=Abstract Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ide Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. McCaffery, M.,Beebe, A., et al. (1989). Pain: Clinical manual for nursing practice. Mosby St. Louis, MO. Morgan, Geri. (2009). Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC. Morgan dan Hamilton. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC. Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Ningsih, Ratna. (2011). Efektivitas Paket Pereda terhadap Intensitas Nyeri pada Remaja dengan Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Tesis. Universitas Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Puji, Istiqomah. (2009). Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di SMU N 5 Semarang. Skripsi. Purwanti, Endang dkk. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X di SMK NU Ungaran. STIK Ngudi Waluyo. Program Studi DIV Kebidanan. Putra, S. A., dan Hamid, N. A. (2012). Pengaruh Latihan Peregangan terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Las di Kec. Seberang Ulu II Palembang. Poltekkes Kemenkes Palembang.
Ramadani, Aulia Noorvita. (2014). Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Dismenore pada Siswi di SMP N 2 Demak Tahun 2014. Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Riskesdas. (2010). Kesehatan Reproduksi. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Santoso. (2008). Angka Kejadian Nyeri Haid pada Remaja Indonesia. Journal of Obstetrics & Gynecology. Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Schwartz, M. William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. Senior. (2008). Latihan Peregangan. Diperoleh 10 Desember 2014 dari http://www.cymbermed.cbn.net.id. Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem Edisi 6. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1 & 2. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto : Jakarta. Sophia, Frenita dkk. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dismenore pada Siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
Thermacare. (2010). Abdominal Stretching Exercises for Menstrual Pain. Diperoleh
10
Desember
2014
dari
http://www.chiromax.com/Media/Abstretch.pdf. Wahyuni, Sri., Indahsari, L.N. (2014). Efektifitas Terapi Kombinasi Abdominal Exercise dan Minuman Kunyit Asam terhadap Dismenore pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Manba’u Chafidhil Qur’an Desa Tambakselo Wirosari Grobogan. Departemen Maternitas. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung. Waller, Barbara F. (2005). Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC. Watsongko, Madyo. (2006). 205 Resep Pencegahan & Penyembuhan Penyakit dengan Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media. Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pedriatik Wong. Jakarta: EGC. Woo, P & McEneaney, M. J. (2010). New Strategies to treat primary dysmenorrhea. The Clinical Advisor. Diperoleh 10 Desember 2014 dari http://proquest.umi.com/pqwdweb?index=6&did=2195246451.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian
: Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al-Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes
Peneliti
: Mia Nur Fauziah
NIM
: 1111104000001
No. Hp
: 085718597477 / 081298107187
Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud melakukan penelitian tentang Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK AlFurqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Saudara dimohon kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara bersifat sukarela dan saudara boleh memutuskan atau menolak untuk tidak mengikuti penelitian ini tanpa ada akibat apapun. Saya menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun. Bila selama berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan maka saudara mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya akan menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian. Adapun hasil dari penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai masukan bagi remaja dalam menurunkan intensitas nyeri haid (dismenore).
Setelah saya memberikan penjelasan tentang penelitian, saya sangat mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon saudara bersedia untuk menanda tangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi responden. Atas perhatian dan kesediaan saudara berpartisipasi, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, April 2015 Peneliti
Mia Nur Fauziah
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mia Nur Fauziah. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al-Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes”. Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Saya menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi saya. Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Bantarkawung,
April 2015
Responden
(.................................)
*diisi peneliti
Lampiran 3 KUISIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian : Isilah data sesuai dengan item pertanyaan yang diminta di bawah ini.
1. Nama
:
2. Usia
:
3. Kelas
:
4. Alamat
:
5. No. Hp
:
6. Tanggal pertama haid terakhir
:
*diisi peneliti
Lampiran 4 SKALA PENGUKURAN NYERI FACES PAIN SCALE REVISED (FPS-R)
Petunjuk Pengukuran Nyeri Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka di bawah ini yang menggambarkan tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri haid (dismenore). Semakin besar angka maka semakin berat keluhan.
Keterangan : 0
= Tidak Nyeri
1
= Sedikit Nyeri
2
= Sedikit Lebih Nyeri
3
= Lebih Nyeri
4
= Jauh Lebih Nyeri
5
= Nyeri Tak Tertahankan/Sangat Nyeri
PEDOMAN LATIHAN ABDOMINAL STRETCHING Adapun abdominal berikut:
langkah-langkah stretching adalah
bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara.
latihan sebagai
1) Cat Stretch Posisi awal: tangan dan lutut di lantai. a) Punggung dilengkungkan, perut digerakkan ke arah lantai senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
b) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
c) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu relaks.
b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 3) Buttock/Hip Stretch Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk. a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha kiri diatas lutut. b) Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah dada senyaman mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal dan relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 2) Lower Trunk Rotation Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, kedua lengan dibentangkan keluar. a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan lantai. Pertahankan
4) Abdominal Strengthening: Curl Up Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekut, kaki di lantai, tangan di bawah kepala. a) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah langit-langit. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara.
b) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan bokong. c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut, tahan selama 20 detik.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. 5) Lower Abdominal Strengthening Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dibentangkan sebagian keluar. a) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan punggung bawah ke lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan bokong.
b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik tumit dan bola, kencangkan otot bokong. Jangan melengkungkan punggung.
Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.
6) The Bridge Position Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku di lantai, lengan dibentangkan sebagian keluar. a) Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan bokong. b) Angkat pinggul dan dan punggung bawah untuk membentuk garis lurus dari lutut ke dada. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan relaks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Sebelum latihan
33
N
Total
Percent
100,0%
0
N
Percent
0,0%
33
100,0%
Descriptives Statistic Mean
Sebelum latihan
Std. Error
2,79
95% Confidence Interval for
Lower Bound
2,64
Mean
Upper Bound
2,94
5% Trimmed Mean
2,82
Median
3,00
Variance
,172
Std. Deviation
,415
Minimum
2
Maximum
3
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness Kurtosis
,072
-1,476
,409
,187
,798
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Sebelum latihan
Df
,483
Shapiro-Wilk
Sig. 33
Statistic
,000
df
,505
Sig. 33
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Case Processing Summary Cases Valid N Setelah latihan
Missing
Percent 33
100,0%
N
Total
Percent 0
0,0%
N
Percent 33
100,0%
Descriptives Statistic Mean
Setelah latihan
Std. Error
1,21
95% Confidence Interval for
Lower Bound
,98
Mean
Upper Bound
1,44
5% Trimmed Mean
1,24
Median
1,00
Variance
,422
Std. Deviation
,650
Minimum
0
Maximum
2
Range
2
Interquartile Range
1
,113
Skewness
-,232
,409
Kurtosis
-,575
,798
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic Setelah latihan
df
,295
Shapiro-Wilk
Sig. 33
Statistic
,000
df
,783
Sig. 33
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Sebelum latihan
33
2,79
,415
2
3
Setelah latihan
33
1,21
,650
0
2
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N Negative Ranks Setelah latihan - Sebelum latihan
Positive Ranks
Mean Rank 17,00
561,00
b
,00
,00
33 0
Sum of Ranks
a
c
Ties
0
Total
33
a. Setelah latihan < Sebelum latihan b. Setelah latihan > Sebelum latihan c. Setelah latihan = Sebelum latihan Test Statistics
a
Setelah latihan - Sebelum latihan Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks.
b
-5,179
,000