THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA SISWI REMAJA DI MADRASAHALIYAH HASYIM ASY’ARI BANGSRI KABUPATEN JEPARA Noor Hidayah1), Rusnoto2) Ika Fatma3) Jurusan Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Kudus email:
[email protected]
Abstrak Background ; The high incidence of dysmenorrhea in the productive age is about 55% in Indonesia, 56% in Central Java, 68.4% in Jepara and in Islamic Senior High School Hasyim Asyari Bangsri is about 92 students from 118 students of class X and XI. Cause factor of primary dysmenorrhea is low levels of prostaglandins, psychological factors and psychological disorders, constitutional factors such as anemia and chronic disease, and allergic factors. Objectives ; To know the influence of Abdominal Stretching Exercise to decrease the levels of dysmenorrhea in female students of Islamic Senior High School Hashim Asyari Bangsri Jepara. Method ; The type of research is Quasy Experimental with Control Group Design Pre-test and post-test. The population in this research is all students of class X and XI in Senior High School Hasyim Asyari Bangsri Jepara with sampling technique is purposive sampling about 30 samples. The analysis of bivariate in this research is Wilcoxon test. Results; There are influence of Abdominal Stretching Exercise to decrease the levels of dysmenorrhea in intervention group with a value of p = 0.002 and control group with p = 0.059. Conclusion; Abdominal Stretching Exercise effect to decrease the level of dysmenorrhea.Decreasing of pain in intervention group dropped compared to control group. Keywords
: abdominal stretching exercise, dysmenorrhea, female student
2009). Menurut Proverawati & Misaroh (2009) Dismenorhe bisa disebabkan oleh berbagai hal, dintaranya faktor endokrin yakni karena rendahnya kadar progesterone pada akhir fase korpus luteum dan peningkatan kadar prostaglandin, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun, serta faktor alergi (Proverawati & Misaroh, 2009). Adapun penanganan dismenore dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Penanganan dismenore dengan farmakologi biasanya menggunakan jenis obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi antara lain analgesic (pereda nyeri) golongan Non Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID), misalnya
1. PENDAHULUAN Menstruasi menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda, diantaranya gangguan rasa aman atau nyeri. Nyeri menstruasi atau dismenore, merupakan nyeri menusuk yang terasa di perut bagian bawah dan paha. Hampir seluruh perempuan termasuk di dalamnya remaja putri pasti pernah mengalaminya dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang pedal-pegal di panggul, rasa kram pada daerah suprapubis, mual muntah, nafsu makan menurun hingga terjadi kehilangan keadaran. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati & Misaroh,
THE 5TH URECOL
954
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
parasetamol atau asetamenofen (sumagesic, panadol, dll), asam mefenamat (ponstelax, nichostan, dll), ibuprofen (ribunal, ostarin, dll), metamizol atau metampiron (pyronal, novalgin, dll) dan obat-obatan pereda nyeri lainnya (Proverawati & Misaroh, 2009). Penanganan dismenore non farmakologi menurut Lusa (2010) dapat dilakukan kompres hangat atau mandi air hangat, massase, latihan fisik (exercise), tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengarkan musik serta reklaksasi seperti yoga dan nafas dalam. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati & Misaroh, 2009). Menurut Proverawati & Misaroh (2009) Jenis dismenore yang ada diantaranya adalah dismenore primer, yang penyebabnya dintaranya faktor endokrin yakni karena rendahnya kadar progesterone pada akhir fase korpus luteum dan peningkatan kadar prostaglandin, faktor kejiwaan atau gangguan psikis, faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun, serta faktor alergi (Proverawati & Misaroh, 2009). Aplikasi dilapangan, penananan dismenore dilakukan dengan dua cara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan dismenore dengan farmakologi biasanya menggunakan jenis obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi antara lain analgesic (pereda nyeri) golongan Non Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID), misalnya parasetamol atau asetamenofen (sumagesic, panadol, dll), asam mefenamat (ponstelax, nichostan, dll), ibuprofen (ribunal, ostarin, dll), metamizol atau metampiron (pyronal, novalgin, dll) dan obat-obatan pereda nyeri lainnya (Proverawati & Misaroh, 2009). Penanganan dismenore non farmakologi menurut Lusa (2010) dapat dilakukan kompres hangat atau mandi air hangat, massase, latihan fisik (exercise), tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengarkan musik serta reklaksasi seperti yoga dan nafas dalam. Banyak peneliti yang mengatakan exercise dapat mengatasi dismenore dan
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
exercise lebih aman dan tidak mengandung efek samping karena menggunakan proses fisiologis tubuh hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Sormin (2014) menyatakan bahwa latihan tubuh (exercise) yang dilakukan dapat meningkatkan aliran darah di panggul dan merangsang hormon endorphin di dalam tubuh memberi dampak penurunan skala nyeri. Menurut Thermacare (2009) ada latihan fisik yang dapat digunakan untuk menurunkan dismenore pada saat menstruasi yaitu dengan melakukan Abdominal Stretching Exercise yang merupakan latihan fisik peregangan otot perut yang dilakukan kurang lebih 10-15 menit untuk meningkatkan kekuatan otor, daya tahan dan fleksibilitas otot shingga diharapkan dapat menurunkan nyeri dismenore pada remaja. Untuk hasil yang lebih maksimal, ini merupakan ide yang baik yaitu dengan menggabungkan non aerobik yang memikliki dampak lebih rendah. Banyak peneliti yang mengatakan exercise dapat mengatasi dismenore dan exercise lebih aman dan tidak mengandung efek samping karena menggunakan proses fisiologis tubuh hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Sormin (2014) yang menyatakan bahwa latihan tubuh (exercise) yang dilakukan dapat meningkatkan aliran darah di panggul dan merangsang hormon endorphin di dalam tubuh memberi dampak penurunan skala nyeri. Menurut Thermacare (2009) ada latihan fisik yang dapat digunakan untuk menurunkan dismenore pada saat menstruasi yaitu dengan melakukan Abdominal Stretching Exercise yang merupakan latihan fisik peregangan otot perut yang dilakukan kurang lebih 10-15 menit untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot sehingga diharapkan dapat menurunkan nyeri dismenore yang terjadi pada pada remaja. Untuk hasil yang lebih maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakukan stretching exercise untuk melihat adakah penurunan dimenorhe pada responden diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi terapi
955
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
non farmakologis untuk mengatasi nyeri saat menstruasi atau dismenore
dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Dismenore sekunder tidak terbatas pada saat haid, kurang berhubungan dengan hari pertama haid, sering terjadi pada wanita yang lebih tua yakni 30-40 tahun dan dapat disertai dengan gejala yang lain seperti disperunia, infertilitas dan perdarahan yang abnornal yang terjadi di luar sikklus menstruasi (Hacker, 2011). Faktor-faktor Penyebab Dismenore Primer Menurut Prawirohardjo (2009), (1) Faktor Kejiwaan, merupakan faktor umum penyebab dismenore karena telah diketahui bahwa para remaja memiliki emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid. (2) Faktor Konstitusi Faktor ini berhubungan erat dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya dismenore primer. (3) Obstruksi Kanalis Servikalis, Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, namun hal ini tidak dianggap sepenuhnya sebagai faktor penting penyebab dismenore primer. (4) Faktor Endokrin, Secara umum ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer di sebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin ini mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktaklis otot tonus. (5) Faktor Alergi, Teori ini dikemukakan setelah memperlihatkan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting sebagai penyebab dismenore primer. Dismenore pada remaja umunya adalah dismenore primer yang berhubungan dengan siklus ovulasi normal. Sedangkan untuk dismenore sekunder factor penyebabnya adalah (1) Rahim yang terbalik, sehingga membuat darah haid tidak mudah dikeluarkan, (2)
2. KAJIAN LITERATUR A. Dismenore Dismenore atau nyeri menstruasi merupakan nyeri menusuk yang terasa di perut bagian bawah dan paha, hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga menimbulkan rasa nyeri. Hampir seluruh perempuan dan juga termasuk juga di dalamnya remaja putri pasti pernah merasakan gangguan pada saat menstruasi berupa nyeri menstruasi (dysmenorrhea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pedal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umunya nyeri yang biasa terasa di bawah perut, ini terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri ini akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati & Misaroh, 2009) Macam-macam dismenore terbagi atas 2 yaitu (1) Dismenore Primer (Fungsional) Dismenore primer secara langsung berkaitan dengan siklus ovulasi normal yakni terjadinya ovulasi sebelumnya serta ada hubungan antara kontraksi otot uterus dan sekresi prostaglandin (Wong, 2008). Dismenore primer biasanya terjadi dalam 612 bulan pertama setelah menarche segera setelah siklus ovulasi teratur dari pada umumnya timbul setelah 1-2 tahun dari menarche, 2-3 tahun dari menarche (Hendrik, 2006; Anurogo, 2008; Progestian, 2010). (2) Dismenore Sekunder (Patologis) Dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan karena adanya masalah patologis di rongga panggul wanita (HockenberryEaton, Schwartz, Wilson, Winkelstein, & Wong, 2009). Pada umunya, dismenore sekunder tidak hanya terjadi saat menstruasi, tetapi dapat pula terjadi sebelum atau sesudah menstruasi. Dismenore sekunder ini tidak terlalu terkait dengan masa-masa pertama menstruasi dan lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua yaitu 30-40 tahun. Tanda-tanda klinik dari
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
956
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Benjolan dalam Rahim, (3) peradangan selaput lender Rahim, (4) Pemakaian kontrasepsi seperti AKDR, dan (5) penyakit patologis seperi endometriosis, fibroid, infeksi pelvis.(Prawiroharjo, 2009) Klasifikasi Dismenore : (Bazard, 2008) di katagorikan : (1) Dismenore Ringan : Rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat, hanya diperlukan istirahat sejenak (duduk, berbaring) dan masih dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari.(2) Dismenore sedang : diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri. (3) Dismenore berat : rasa nyeri yang dirasakan lebih meningkat sehingga diperlukan istirahat beberapa hari dan dengan meninggalkan aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala dismenore (Anugoro 20011) dan Poverawati (2009) pada dismenore ringan di gambarkan nyeri dismenore adalah nyeri (kram) pada perut dimulai 24 jam sebelum terjadinya proses menstruasi, nyeri yang terjadi sampai 12 jam setelah proses menstruasi, nyeri terjadi pada punggung dan daerah ekstremitas serta paha bagian dalam, dapat juga diserta mual dan muntah, sakit kepala atau migran. Sedangkan pada Dismenore sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit yang menyertai. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit patologis seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim yang menetap. Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat lapisan dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu, endometriosis ini juga bisa mengganggu kesuburan pada B. Strecing abdomen Exercise salah satu management non farmakologis yang aman dilakukan dan telah banyak digunakan untuk mengurangi gejala dismenore primer. Sekitar 20% wanita melaporkan bahwa menggunakan exercise mampu mengurangi rasa nyeri. Exercise terbukti efektif sebagai penanganan dismenore primer (Woo & McEneaney, 2010)
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
tahapan-tahapan AbdominalStretching Exercise sebagai berikut : 1. Cat Stretch Posisi awal : tangan dan lutu di lantai, tangan di bawah bahu, lutut di bawah pinggul, kaki relaks, mata menatap lantai. a. Punggung dilengkungkan dan perut didorong ke arah lantai perlahan sejauh mungkin serta dagu dan mata menatap lantai. Tahan kondisi ini dalam hitungan 10, hitung dengan suara keras setelah itu rileks dan tarik nafas. b. Punggung didorong ke atas dan turunkan kepala menunduk ke arah lantai Tahan kondisi ini dalam hitungan 10, hitung dengan suara keras, setelah itu rileks. c. Posisi duduk kebelakang di atas tumit, rentangkan lengan ke depan menjauhi badan sejauh mungkin hingga terasa tarikannya Tahan kondisi ini dalam hitungan 2x10, lalu rileks dan ambil nafas dalam melalui hidung dan keluarkan melalui mulut. Lakukan latihan sebanyak 3 kali
Gambar 2.5 Cat Stretch Step 1 (Thermacare, 2009)
957
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Gambar 2.8 Lower Trunk Rotation Step 1 (Thermacare, 2009)
Gambar 2.6 Cat Stretch Step 2 (Thermacare, 2009)
Gambar 2.7 Cat Stretch Step 3 (Thermacare, 2009)
Gambar 2.9 Lower Trunk Rotation Step 2 (Thermacare, 2009) Catatan: Bagi yang menginginkan gerakan lebih menantang, angkat kedua lutut ke arah dada, angkat kaki dari lantai sampai lutut di atas pinggul. Putar lutut ke kanan kemudian ke kiri. Pastikan punggung tetap datar ke lantai.
2. Lower Trunk Rotation Posisi awal : Posisi tubuh berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai dan kedua lengan di bentangkan keluar menjauhi tubuh. a. Pertama kondisi lutut yang tertekuk secara perlahan diputar ke arah kanan menempel ke lantai dan pertahankan kedua bahu tetap menempel di lantai dengan tangan yang membetang ke luar menjauhi tubuh Tahan kondisi ini dalam hitungan 2x10, hitung dengan suara lantang. b. Dengan posisi yang sama putar lutut ke sisi kiri hingga menempel ke lantai pertahan kan bahu tetap menampel dilantai Tahan kondisi ini dalam hitungan 2x10, hitung dengan suara lantang c. Kembali ke posisi awal. Lakukan selama 3 kali.
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
Gambar 2.10 Lower Trunk Rotation Step 3 (Thermacare, 2009) 3. Buttock/Hip Stretch Posisi awal : Berbaring terlentang dengan lutut dalam keadaan di tekuk. a. Leletakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha kiri diatas lutut b. Tangan memegang bagian belakang paha lalu tarik ke arah dada hingga ada tarikan otot. Lakukan senyaman mungkin.
958
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Tahan kondisi ini dalam hitungan 2x10, kemudian kembali ke posisi awal dan rileks. Lakukan hal yang sama pada kaki kiri. Lakukan latihan sebanyak 3 kali.
UAD, Yogyakarta
Gambar 2.13 Curl Up Step 2 (Thermacare, 2009) 5. Lower Abdominal Strengthening Posisi awal : Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dibentangkan sebagian keluar. a. Letakkan bola antara tumit dan pantat. Ratakan punggung bawah ke lantai dengan mengencangkan otot- otot perut dan pantat b. Pertahankan posisi tersebut, perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik tumit dan bola, kencangkan otot-otot pantat dan jangan melengkungkan punggung Perlahan-lahan turunkan kedua kaki kembali ke posisi awal Lakukan latihan sebanyak 15 kali.
Gambar 2.11 Buttock/Hip Stretch (Thermacare, 2009) 4. Abdominal Strengthening : Curl Up Posisi awal : Badan dalam keadaan berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, dan kedua tangan di bawah kepala. a. Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong perut ke arah depan menjauhi lantai hingga terasa penarikannya. Tahan selama hitungan 2x10, hitung dengan suara keras lalu rileks b. Ratakan punggung pada lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan pantat. c. Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut d. Tahan dalam hitungan 2x10 Lakukan sebanyak 3 kali.
Gambar 2.14 Lower Abdominal Strengthening Step 1 (Thermacare, 2009)
Gambar 2.12 Curl Up Step 1 (Thermacare, 2009) Gambar 2.15 Lower Abdominal Strengthening Step 2 (Thermacare, 2009) THE 5TH URECOL
959
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
6. The Bridge Position The Bridge Position tidak dianjurkan bagi responden yang mengalami sakit leher. Posisi awal : Berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku dilantai, lengan dibentangkan sebagian keluar menjauhi tubuh. a. Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otot- otot perut dan pantat. b. Angkat pkinggul dan punggung bawah untuk membentuk garis lurus dari lutut ke dada Tahan selama hitungan 2x10, kemudian kembali ke posisi awal dan rileks. Lakukan latihan sebanyak 3 kali.
UAD, Yogyakarta
dari intervensi atau perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi MA Aliyah Hasyim As’ari Bangsri Jepara kelas X yang memiliki riwayat dismenore, dari hasil pembagian kuesioner di dapatkan populasi 118 orang, adapun sampel yang digunkkan adalah 30 orang dari hasil rumus n = N x 25% (sampel minimal menggunakan uji hipotesis beda dua mean dengan derajad kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90%). Tempat penelitian MA Aliyah Hasyim As’ari Bangsri Jepara setelah jam pulang sekolah di ruang BP pada siswi yang mengalami dismenore pada hari 1 dan kedua. Alat yang digunaakan tape recorder yang berisi music klasic dan rekaman petunjuk abdominal streeching. Tehnik pengumpulan data dengan lembar observasi pelaksanaan abdominal stretching dan lembar pengukuran skala nyeri dengan Numeric Pain Intensity Scale Adapun analaisa yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dengan Mean, median dan modus sedangkan analisa bivariate dengan uji Wilcoxon untuk menganalisa hasil pengamatan yang berpasanagn dari dua data apakah berbeda atau tidak. Intervensi dilakukan pre-test dan post-test artinya membandingkan rata-rata pre-test dan rata-rata post-test dari 1 sampekl data yang digunakan penekliti adalah data numerik dan kategorik (Riwidikno, 2012) .
Gambar 2.16 The Bridge Position (Thermacare, 2009)
C. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan menggunakan desain penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan rancangan D. HASIL DAN PEMBAHASAN Control Group Design Pre-test ang PostDalam penelitian ini jumlah responden test. Dimana pada penelitian ini, berjumlah 30 orang, yang dibagi menajdi menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok 2 yaitu, 15 orang kelompok intervensi dan kontrol dan kelompok intervensi yang 15 kelompok kontrol. keduanya diberikan pre-test dan post-test. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kelompok intervensi diberi perlakuan berupa Nyeri Dismenore Sebelum Abdominal Abdominal Stretching Exercise, sedangkan Stretching Exercise pada Kelompok kelompok kontrol di berikan relaksasi nafas Intervensi dan Tehnik Napas Dalam pada dalam. Kelompok Kontrol di MA Hasyim Asyari Pendekatan yang digunakan dalam Bangsri Jepara penelitian ini adalah control group pre-test E. and post-test dimana dilakukan pada Kel Intervensi Kel Kontrol Tingkat kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Nyeri N % N % Karena kedua kelompok sama pada awalnya, Ringan 8 53,3 9 60,0 maka perbedaan hasil post-test pada kedua Sedang 6 40,0 3 20,0 kelompok ini dapat disebut sebagai pengaruh Berat 1 6,7 3 20,0
THE 5TH URECOL
960
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Total
15
18 February 2017
1 100,0 5 F. Sumber : Data Primer 2016 Tabel menunjukkan bahwa rata-rata nyeri dismenore responden pada kelompok intervensi sebelum dilakukan Abdominal Stretching Exercise adalah kategori ringan dengan jumlah 8 responden (53,3%) dan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan Tehnik Napas Dalam adalah kategori ringan dengan jumlah 9 responden (60,0%).. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Abdominal Stretching Exercise pada Kelompok Intervensi dan Tehnik Napas Dalam pada Kelompok Kontrol G. Kel Tingkat Kel Intervensi Kontrol Nyeri N % N % Ringan 14 93,3 9 60,0 Sedang 1 6,7 3 20,0 Berat 0 0 3 20,0 Total 15 100,0 15 100,0 Sumber Data Primer 2016 Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata nyeri dismenore responden sesudah dilakukan Abdominal Stretching Exercise pada kelompok intervensi adalah kategori ringan berjumlah 14 responden (93,3%) dan sesudah dilakukan Tehnik Napas Dalam pada kelompok kontrol adalah kategori ringan dengan jumlah 9 responden (60,0%).
Skala nyeri pretest kel.kontrol Pearson correlation Sign (2 tailed)
,973** ,000
Sumber : Data Primer Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pearson correlation pada skala nyeri pretest kelmpok intervensi-skala nyeri posttest kelompok intervensi adalah 0,823** maka terdapat hubungan yang signifikan karena nilai pearson correlation tmendekati 1 dan nilai sign (2 tailed) didapatkan 0,000 maka terdapat hubungan yang signifikan pula karena nilai sign (2 tailed) <0,05. Perbedaan Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Abdominal Stretching Exercise
Hasil Relative Rellation Skala Nyeri Pretest Kelmpok Intervensi-Skala Nyeri Posttest Kelompok Intervensi Dan Skala Nyeri Pretest Kelompok Kontrol-Skala Nyeri Posttest Kelompok Kontrol Skala nyeri posttest kel.kontrol
Skala nyeri pretest kel.intervensi Pearson correlation
THE 5TH URECOL
,823** ,000
Sign (2 tailed)
100,0
Skala nyeri posttest kel.intervensi
UAD, Yogyakarta
Variabel
N
Skala nyeri pretest kelompok intervensi Skala nyeri posttest kelompok intervensi
15
3,60
1,844
15
2,13
1,356
SD
P value
0,002
H. Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa rata - rata nyeri dismenore sebelum Abdominal Stretching Exercise 3,60 dengan standart deviasi 1,844. Hasil uji statistik dengan wilcoxon test didapatkan nilai P 0,002 < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah Abdominal Stretching Exercise. Perbedaan Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Tehnik Napas Dalam Variabel Skala nyeri
961
Mean
N 15
Mean 4,07
SD 2,463
P Value 0,059
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
pretest kelompok kontrol Skala nyeri posttest kelompok kontrol
15
3,73
18 February 2017
2,154
Sumber ; Data Primer 2016 Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa rata - rata nyeri sebelum Tehnik Napas Dalam 4,07 dengan standart deviasi 2,463. Hasil uji statistik dengan wilcoxon test didapatkan nilai P 0,059 > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah Tehnik Napas Dalam. Perbandingan Rata-Rata Nyeri Dismenore Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Wilcoxon test Variabel P N Sebelum dan Sesudah 0,002 1 Abdominal Stretching 5 Exercise pada Kelompok Intervensi 0,059 Sebelum dan Sesudah 1 Tehnik Napas Dalam pada 5 Kelompok Kontrol Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahawa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan Abdominal Stretching Exercise dengan p value < 0,05 sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dan setelah p value > 0,05. I. PEMBAHASAN Hasil uji pearson correlation pada skala nyeri pretest dan post test kelmpok intervensi-skala nyeri adalah 0,823** maka terdapat hubungan yang signifikan karena nilai pearson correlation tmendekati 1 dan nilai sign (2 tailed) didapatkan 0,000 maka terdapat hubungan yang signifikan pula karena nilai sign (2
THE 5TH URECOL
962
UAD, Yogyakarta
tailed) <0,05. Hasil uji analisis menggunakan Wilcoxon test diketahui bahwa Abdominal Stretching Exercise menghasilkan nilai p sebesar 0,002< 0,05. Artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikannya tindakan Abdominal Stretching Exercise sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh Abdominal Stretching Exercise terhadap penurunan nyeri haid di MA Hasyim Asyari Bangsri Jepara. Thermacare, 2009 menyatakan bahwa latihan fisik yang dapat digunakan untuk menurunkan dismenore pada saat menstruasi yaitu dengan melakukan Abdominal Stretching Exercise yakni latihan fisik peregangan otot perut yang dilakukan kurang lebih 10-15 menit untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot sehingga dapat menurunkan nyeri dismenore pada remaja. ini merupakan ide yang baik yaitu dengan menggabungkan non aerobik yang memikliki dampak lebih rendah Hasil penelitian sekarang mendukung penelitian terdahulu yaitu yang dilakukan oleh mukhoirotin ,zulianti dengan judul Penelitian yang dilakukan oleh Nancy Monika Sormin (2014) dengan judul “Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di SMP Negeri 2 Siantan Kabupaten Pontianak” menunjukkan bahwa senam dismenore berpengaruh dalam menurunkan dismenore pada remaja putri di SMP Negeri 2 Siantan Kabupaten Pontianak. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan skala nyeri pada kelompok intervensi sebelum dan setelah dilakukan senam dismenore, sedangkan kelompok kontrol tidak ditemukan adanya penurunan skala nyeri. Hasil ini juga sesuai dengan uji T
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
berpasangan pada kelompok intervensi yang menunjukkan nilai p=0,000 (p=0,05).
J. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai Abdominal Stretching Exercise terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore pada siswi remaja putri di MA Hasyim Asyari Bangsri Jepara dihasilkan adanya pengaruh yang signifikan dengan nilai p-value 0,002 (p-value <0,005). K. REFERENSI Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Proverawati, A., & Misaroh, S. (2009). Menarche, Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Thermacare. (2009, April 13). A 7 Best Abdominal Exercise. ThermaKinetics .
THE 5TH URECOL
963
ISBN 978-979-3812-42-7