perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENYULUHAN DISMENORE TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA MUHAMMADYAH 1 SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
PRIYANKA GANESA UTAMI G0009172
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Priyanka G Utami, G.0009172, 2012. Pengaruh Penyuluhan Dismenore terhadap Pengetahuan dan Perilaku Penanganan Dismenore pada Siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh penyuluhan dismenore terhadap pengetahuan dan perilaku penanganan dismenore pada siswi SMA. Latar Belakang: Dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar, namun kesadaran wanita terhadap gejala ini masih rendah. Penanganan dari gejala ini bergantung terhadap pemahaman dari penyebab dismenore itu sendiri. Metode Penelitian: Metode: mix reaserch. Desain: pre and post test group. Sampel: siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Jumlah sampel: 53 orang. Teknik sampling: purposive random sampling. Sebelum dilakukan penyuluhan, siswi diberikan pretes untuk mengukur tingkat pengetahuannya mengenai dismenore dan perilaku penanganan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami. Setelah itu, diberikan penyuluhan mengenai dismenore, perbedaan dismenore primer dan sekunder, serta penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada masing-masing keadaan. Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab, kuis dan diskusi. Setelah diskusi, siswi diberikan postes untuk mengetahui apakah terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku penanganan. Data dianalisis dengan menggunakan uji Paired t Test. Hasil Penelitian: Hasil uji paired t test diperoleh nilai sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak. Berarti rata-rata kemampuan siswa sebelum perlakuan lebih rendah dibandingkan setelah perlakuan. Terdapat perubahan perilaku penanganan terhadap dismenore sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Simpulan Penelitian: Penyuluhan mengenai dismenore memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku penanganan dismenore pada siswi SMA
Kata kunci: penyuluhan, tingkat pengetahuan, perilaku penanganan, dismenore
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Priyanka G Utami, G.0009172, 2012. The Influance of Dysmenorrhea Counseling Towards SMA Muhammadyah 1 Surakarta’s Female Student’s Knowledge and Handling Behaviour Towards Dysmenorrhea . Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: in order to know the Influance of dysmenorrhea counseling towards SMA Muhammadyah 1 Surakarta’s female student’s knowledge and handling behaviour toward dysmenorrhea Background: dysmenorrhea was the most frequent menstrual problem, but women still lack of consideration towards this symptomp. The handling of this symptom is depend on knowledge about this symtomp causation. Methods: Samples, SMA Muhammadyah 1 Surakarta’s female students’ school year of 2011/2012. The number of sample: 53 female students. Sampling technique: purposive random sampling. Before the conseling, a pretest was held to meassured students knowledge about dysmenorrhea and their handling behaviour to reduce pain they had felt. After pretest, the conseling about dysmenorrhea; the differences between primary dysmenorrhea and secondary dysmenorrhea; and the management they should do towards certain condition was given. After that, there were question session, quiz session, and tutorial discussion session. Then, they received a post test to meassure wether if there were any level of knowledge and handling behaviour differences between after and before the conseling. Then the data was analyzed using paired T test. Results : The result using paired t Test showed that the number of significance are 0.000 < 0,05 so that the Ho was rejected. Level of knowledge before the conseling is lower than after the conseling and the handling behaviors towards dysemenorrhea before and after conseling are different. Conclusion: Conseling about dysmenorrhea could influence student’s level of konewledge and handling behavior towards dysmenorrhea
Key words: Conseling, level of knowledge, handling behaviour, dysmenorrhea
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA Segala puji bagi Allah, atas rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang “Pengaruh Penyuluhan Dismenore terhadap Pengetahuan dan Perilaku Penanganan Dismenore pada Siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta” Shalawat dan salam terkirim kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di FK UNS Surakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR.FINASIM selaku Dekan FK UNS Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS Surakarta. 3. Dr. Abkar Raden, dr, Sp.OG (K)., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 4. Novi Primadewi, dr, Sp. THT-KL., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam penelitian ini. 5. Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr, Sp.OG (K)., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Dr. Senyum Indrakila, dr, Sp.M., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Seluruh staf SMA Muhammadyah 1 Surakarta yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 8. Bapak Suhartoyo, selaku Wakil Bidang Kesiswaan SMA Muhammadyah 1 Surakarta yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan untuk terlaksanannya penelitian skripsi ini. 9. Adik-adik SMA Muhammadyah 1 Surakarta yang telah berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini. 10. Ibu (DR. Wardani Rahayu, MSc.) dan Bapak (Moh. Hasanudun, MSc); atas doa, saran, bantuan, dan motivasi di setiap waktu pada penulis. 11. Sahabat-sahabatku yang tak tergantikan Fanny, Dewi, Regina, Tiara, Calista, Eva, Fiqih, Iqbal yang telah memberikan dukungan dan motivasi dan selalu membantu penulis. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Surakarta, November 2012
Priyanka G Utami commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. vi DAFTAR ISI........................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7 1. Hormon yang Berperan Dalam Terjadinya Dismenore ................. 7 2. Dismenore ......................................................................................... 8 3. Pengetahuan ...................................................................................... 16 4. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan................................... 17 B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 22 C. Hipotesis .............................................................................................. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................... 23 B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 23 C. Subjek Penelitian ................................................................................ 23 D. Teknik Sampling ................................................................................. 24 E. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 25 F. Definisi operasional Variabel ............................................................. 25 G. Instrumen Pengetahuan Dismenore ................................................... 27 H. Rancangan Penelitian.......................................................................... 29 I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 30 commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ..................................................................................... 31 B. Uji Normalitas Hasil pengetahuan Siswi Setelah Pernyuluhan ....... 33 C. Hasil Penelitian Perilaku Penanganan ............................................... 34 BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 39 BAB VI PENUTUP A. Simpulan .............................................................................................. 43 B. Saran .................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 44 LAMPIRAN
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Hasil Analisis Data Tingkat Pengetahuan Siswi..........................31
Tabel 5.1
Hasil Skor Pretes.........................................................................38
Tabel 5.2
Hasil Skor Postes........................................................................38
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Patofisiologi dari Dismenore...................................... 9
Gambar 4.1
Histogram Skor
Kemampuan Dismenore Siswi
Sebelum Diberi Penyuluhan....................................... 29 Gambar 4.2
Histogram Skor
Kemampuan Dismenore Siswi
Sesudah Diberi Penyuluhan....................................... Gambar 4.3
30
Histogram Sampel yang Mengalami Dismenore dan Merasa Terganggu Oleh Gejala Tersebut Atau Tidak........................................................................... 32
Gambar 4.4
Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah dilakukannya Penyuluhan pada Kelompok dengan Skor Tinggi...................................................
Gambar 4.5
33
Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah dilakukannya Penyuluhan pada Kelompok dengan Skor Cukup...................................................
Gambar 4.6
34
Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah dilakukannya Penyuluhan pada Kelompok dengan Skor Kurang..................................................
commit to user
x
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov....................................................................... xii
Lampiran 2
Perhitungan Uji Validitas Menggunakan Program Iteman.........................................................................
xiv
Lampiran 3
Instrumen Penelitian...................................................
xvii
Lampiran 4
Foto Kegiatan.............................................................. xxii
Lampiran 5
Perhitungan Hasil Uji Rata- Rata...............................
Lampiran 6
Data Hasil Pretes......................................................... xxv
Lampiran 7
Data Hasil Postes........................................................
Lampiran 8
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di SMA Muhammadyah 1 Surakarta............................
commit to user
xi
xxiv
xxviii
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Gangguan menstruasi merupakan masalah yang sering ditemukan dengan prevalensi terbanyak pada wanita yang berumur kurang dari 20 tahun. Apabila tidak ditangani, gangguan menstruasi dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Dismenore didefinisikan sebagai sulitnya aliran menstruasi atau nyeri menstruasi. Dismenore berasal dari bahasa yunani dys, yang berarti sulit atau nyeri atau abnormal, meno, yang berarti bulan, dan rrhea yang berarti aliran (Calis, 2011). Penelitian ini dibuat berdasarkan kurangnya pengetahuan remaja putri mengenai gejala yang dideritanya sehingga mempengaruhi perilaku penanganan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita. Padahal, kurangnya informasi mengenai penyakitnya dapat menyebabkan perbedaan penanganan sehingga dapat memperburuk keadaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan holder bahwa dismenore merupakan suatu sindrom pada menstruasi yang nyeri. Prevalensinya diperkirakan terjadi sebesar 25% pada wanita dewasa dan 90% pada remaja. Tidak terdapat perbedaan prevalensi yang signifikan antarsuku, namun penyebab dismenore pada umumnya terkait oleh usia. Walaupun tidak mengancam jiwa, bagi banyak wanita dismenore dapat sangat mengganggu. Beberapa di antaranya memilih untuk mengobatinya sendiri dirumah dan tidak pernah mencari bantuan medis. Dismenore juga menyebabkan absensi yang cukup signifikan pada pekerjaan dan merupakan salah satu alasan tersering absensi sekolah pada remaja (Holder, 2011). Pernyataan di atas juga sesuai dengan pernyataan Walling bahwa sebanyak 15% dari remaja putri melaporkan nyeri menstruasi yang parah. Walaupun dismenore merupakan commit toalasan user tersering dari absensi sekolah
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun kerja, hanya sedikit yang mencari pertolongan medis. Kebanyakan remaja putri mencoba untuk mengobatinya sendiri dengan menggunakan anti inflamasi non steroid (AINSD) atau obat-obatan tanpa resep dokter (Walling, 2006). Pernyataan dari Walling inilah yang kemudian mendasari penelitian ini. Dengan mengetahui faktor-faktor yang disebutkan Coco di bawah ini, mungkin akan membantu penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakannya sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitasnya. Suatu penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan semakin parahnya dismenore, antara lain:menarche pada umur yang lebih muda, siklus menstruasi yang lama, merokok, obesitas, dan konsumsi alkohol. Penelitian lain, menggunakan cross sectional sample dari remaja putri, menunjukkan bahwa usaha untuk menurunkan berat badan dapat berpengaruh terhadap peningkatan rasa nyeri pada saat menstruasi (Coco, 1999). Sehingga pengetahuan yang memadai dapat membantu penderita mengurangi rasa sakitnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar di bawah ini dirasakan perlu adanya penelitian mengenai pengetahuan mengenai dismenore mengingat tingginya prevalensi Dismenore dikalangan wanita. Dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%) diikuti ketidakaturan mentruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang lain, didapatkan prevalensi dismenore bervariasi antara 15,8% 89,5%, dengan prevalensi tertinggi pada remaja (Sianipar., dkk, 2009). Berdasarkan suatu penelitian terhadap mahasiswi, dirasakan adanya nyeri pada 72% menstruasi yang dimonitor, dan umumnya terjadi pada hari pertama menstruasi. 60% persen dari mahasiswi yang diteliti melaporkan setidaknya satu episode dari nyeri yang parah pada saat menstruasi (Coco, 1999) Berdasarkan penelitian pada mahasiswi yang mengambil pendidikan committelah to user di sebuah universitas di Jakarta ditemukan bahwa 83,5% mahasiswi
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalami dismenore. Pada penelitian lain, didapatkan hanya 38% wanita yang menganggap perdarahan yang banyak pada menstruasi sebagai masalah,
padahal
76%
dokter
yang
menerima
kasus
tersebut
menganggapnya sebagai kasus yang perlu dirujuk. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita terhadap masalah gangguan menstruasi (Sianipar., dkk, 2009). Penanganan dismenore dibedakan berdasarkan tipe dismenore yang diderita oleh penderita. Kurangnya pengetahuan penderita mengenai jenis dismenorenya dapat berakibat terlambatnya pertolongan yang diberikan kepada penderita sehingga dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Calis dan Chudnoff bahwa penanganan optimal dari gejala ini sangat bergantung terhadap pemahaman dari penyebab dismenore. Dismenore dibagi menjadi dua dismenore
primer
dan
dismenore
sekunder.
Dismenore
primer
didefinisikan sebagai nyeri saat menstruasi yang tidak disertai dengan adanya penyakit pada pelvis. Dismenore primer biasanya muncul pada tahun pertama setelah menarche dan mempengaruhi lebih dari 50% remaja yang telah mengalami pubertas. Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri saat menstruasi yang disebabkan adanya penyakit pada pelvis seperti yang terlihat pada wanita yang menderita endometriosis atau chronic pelvic inflamatorry disease. Dismenore sekunder biasanya dijumpai pada wanita yang berumur 35-45 tahun (Calis, 2011). Sangat penting untuk membedakan dismenore primer dan dismenore sekunder saat mengobati dismenore, karena mekanisme penyakit yang berbeda terkait dengan penanganan yang berbeda pula (Chudnoff, 2005). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai pentingnya pemahaman mengenai jenis
dismenore, ketidak mampuan
untuk
membedakan dismenore primer dan sakunder dapat berakibat buruk sebagaimana yang telah disebutkan oleh Pray dan Coco bahwa dismenore sekunder tidak dapat diobati sendiri dengan obat-obatan tanpa resep commit to sendiri user mungkin akan meredakan rasa dokter. Penanganan yang dilakukan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyeri, namun proses penyakit tetap berjalan menjadi semakin buruk (Pray, 2000). Diagnosis terhadap endometriosis (dismenore sekunder) dapat menjadi langkah yang penting dalam meminimalisir
gejala sisa yang
memanjang, termasuk rasa nyeri dan infertilitas. Terdapat suatu penelitian yang menunjukkan bahwa kebanyakan wanita dengan endometriosis menahan rasa sakit selama bertahun-tahun sebelum akhirnya kondisinya dapat terdeteksi (Coco, 1999). Pengambilan keputusan pasien dipengaruhi oleh pemahaman pasien mengenai penyakit yang dideritanya, hal ini dijelaskan oleh Elmore bahwa suatu penelitian menunjukkan bahwa baik pasien maupun penyedia layanan kesehatan sama-sama memiliki keuntungan apabila pasien telah mendapatkan informasi secara baik dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi kesehatannya. Pengambilan keputusan yang didasari oleh informasi yang baik muncul apabila pasien mengerti baik penyakit atau kondisi kesehatannya (Elmore et al; 2010). Informasi mengenai penanganan medis sering kali sulit dimengerti (Elmore et al; 2010). Oleh karena itu, menurut penulis, pendidikan kesehatan melalui penyuluhan diperlukan dalam penanganan terhadap suatu penyakit salah satunya dismenore yang sering kali diabaikan karena minimnya informasi yang dimiliki oleh wanita pada umumnya. Sehingga menurut penulis diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan pasien sehingga mempengaruhi perilaku penanganan pasien sebagaimana yang dijelaskan oleh Notoatmodjo bahwa pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat
menyadari atau
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatannya dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar commithidup to usersehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat dapat mempraktikan
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena rendahnya kesadaran dan pengetahuan wanita terhadap masalah dismenore, serta pentingnya informasi yang perlu pasien ketahui mengenai penyakitnya, ditambah penanganan optimal dari dismenore yang sangat bergantung terhadap pemahaman dari penyebab dismenore, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah penyuluhan mengenai dismenore memiliki pengaruh terhadap penanganan dismenore.
B. Perumusan Masalah 1.
Apakah terdapat perubahan perilaku penanganan dismenore?
2.
Apakah terdapat perbedaan pengetahuan dismenore siswi sesudah penyuluhan dan sebelum penyuluhan ?
C. Tujuan Penelitian Untuk
mengetahui
pengaruh
penyuluhan
dismenore
terhadap
pengetahuan dan perilaku penanganan dismenore pada Siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penyuluhan dismenore terhadap pengetahuan dan perilaku penanganan dismenore pada Siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja putri terhadap dismenore dan dapat melakukan penanganan yang tepat terhadap dismenore.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 2 LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hormon-Hormon yang Berperan Dalam Terjadinya Dismenore Beberapa hormon yang berperan penting dalam siklus menstruasi wanita antara lain: a. Estrogen Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid
androstenedion.
Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol, estron, dan estriol. Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Estrogen memiliki fungsi antara lain: 1) Endometrium, estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus. 2) Serviks,
yang
terutama
menghalangi
masuknya
spermatozoa ke dalam uterus adalah getah serviks yang kental. Produksi estradiol yang kian meningkat pada fase folikular akan meningkatkan sekresi getah serviks. 3) Vagina, estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah dan meningkatkan kadar glikogen. 4) Ovarium, estradiol memicu sintesis reseptor FSH di dalam sel-sel granula dan reseptor LH di sel-sel teka. b. Progesteron Progesteron terutama dibentuk dalam folikel dan plasenta. Progesteron memiliki fungsi antara lain: 1) Endometrium,progesteron
menyebabkan
perubahan
sekretorik. 2) Serviks, selama fase luteal, jumlah getah serviks berkurang commit to user dan molekul-molekul besar membentuk jala tebal, 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga merupakan sawar yang tidak dapat dilintasi spermatozoa. 3) Miometrium, progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan lambat. c. Prostaglandin Hubungan prostaglandin dengan sistem reproduksi wanita dapat dilihat dari banyak segi 1) Ovulasi, prostaglandin memicu pecahnya folikel dengan jalan mempengaruhi pembuluh-pembuluh darah dan aktivitas kontraksi ovarium 2) Gerakan spermatozoa, prostaglandin yang berasal dari semen akan menyebabkan kontraksi dan relaksasi, baik terhadap uterus maupun tuba. 3) Haid, darah haid manusia berisi prostaglandin yang dapat merangsang otot polos. Di sini prostaglandin tersebut dihasilkan oleh endometrium. 4) Dismenore, dasar dari rasa nyeri haid pada wanita adalah hiperkontraktilitas
uterus
yang
disebabkan
oleh
prostaglandin. Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri apabila kadar progesteron dalam darah rendah (Wiknjosastro, 2007). d. Vasopressin Vasopresin (hormon antidiuretik, ADH) memiliki dua efek utama yang sesuai dengan namanya: (1) meningkatkan retensi H2O oleh ginjal dan (2) menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (efek presor pembuluh darah-vasopresor) (Sherwood, 2001).
2. Dismenore Dismenore menurut Stenchever didefinisikan sebagai sensasi commit to user nyeri di abdomen bagian bawah yang diikuti dengan gejala lain antara
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain berkeringat, takikardi, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan rasa gemetar (Chudnoff, 2005). Gejala-gejala
ini
muncul
sebelum
menstruasi.Dismenore
merupakan gejala ginekologi yang sering dikeluhkan oleh wanita muda. Pelaksanaan terhadap gejala ini tergantung oleh penyebabnya. Penyebab dismenore diklasifikasikan sebagai dismenore sekunder dan dismenore primer. Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri saat menstruasi tanpa disertai keadaan patologi pada pelvis. Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi akibat adanya keadaan patologi pada pelvis, seperti pada wanita yang menderita endometriosis atau chronic pelvic inflammatory disease. Kondisi ini biasanya ditemui pada wanita yang berusia 30-45 tahun (Holder, 2011). a.
Dismenore Primer Dismenore primer merupakan masalah yang umum dialami oleh wanita muda. Gejala ini biasanya didefinisikan sebagai nyeri kram di abdomen bagian bawah yang muncul saat menstruasi tanpa adanya keadaan patologi pada pelvis (Coco, 1999). Bukti saat ini menunjukkan bahwa patogenesis dari dismenore primer disebabkan oleh adanya prostaglandinF2alpha (PGF2alpha), stimulan myometrium dan vasokonstriktor yang poten dalam sekret endometrium. Adanya respon terhadap prostaglandin inhibitor mendukung bukti bahwa dismenore diperantarai oleh prostaglandin.Bukti sementara menunjukkan bahwa
dismenore
memperpanjang
kontraksi
uterus
dan
menurunkan aliran darah menuju myometrium (Calis, 2011). Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam sekret endometrium dan berkorelasi dengan derajat nyeri yang dialami. Prostaglandin meningkat hingga tiga kalinya pada saat fase folikular dan fase luteal, dengan peningkatan lebih tinggi commit to Peningkatan user menjelang menstruasi. prostaglandin dalam
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada akhir fase luteal yang menyebabkan peningkatan tonus myometrium dan kontraksi uterus (Calis, 2011). Pada
saat
peluruhan
dinding
endometrium,
sel-sel
endometrium yang meluruh melepaskan prostaglandin bersamaan dengan dimulainya menstruasi. Prostaglandin menstimulasi kontraksi myometrium, iskemia, dan sensitasi sistem saraf tepi (Coco, 1999). Leukotrien telah diyakini memiliki peran dalam peningkatan sensitivitas saraf nyeri di uterus. Jumlah leukotrien yang banyak telah ditemukan di dalam endometrium wanita yang menderita dismenore primer yang tidak membaik dengan antagonis prostaglandin. Hormon hipofisis posterior, vasopresin, mungkin berkaitan dengan hipersensitivitas, menurunkan aliran darah uterus, dan nyeri pada dismenore primer. Peran vasopresin dalam endometrium mungkin berkaitan dengan sintesis dan sekresi prostaglandin (Calis, 2011).
Gambar 2.1 Patofisiologi dari Dismenore
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wanita yang mengalami dismenore merasakan nyeri tajam, nyeri kram yang intermitten, biasanya dirasakan di daerah suprapubic. Nyeri dapat dirasakan radier menuju bagian belakang kaki atau punggung bagian belakang. Gejala sistemik berupa mual, muntah, diare, demam, sakit kepala, atau perasaan melayang seringkali ditemukan. Nyeri biasanya muncul beberapa jam pada saat dimulainya menstruasi dan puncaknya dirasakan apabila aliran darah menstruasi semakin banyak menjelang hari pertama dan hari kedua menstruasi (Coco, 1999). Faktor Risiko dari dismenore antara lain: 1) Umur kurang dari 20 tahun 2) Kecenderungan penurunan badan 3) Depresi 4) Menstruasi yang banyak 5) Nullipara 6) Merokok (French, 2005) Dismenore primer perlu dibedakan dengan dismenore sekunder berdasarkan tanda-tanda berikut: 1) Dismenore primer muncul saat siklus ovulasi dan biasanya muncul satu tahun setelah menarche. 2) Gejala yang menyertai antara lain malaise dan lelah (85%), mual dan muntah (89%), diare (60%), nyeri punggung (60%), dan sakit kepala (45%). 3) Tanda klinis dari dismenore primer antara lain: a) Onset muncul satu tahun setelah menarche b) Durasinya 48-72 jam
(beberapa jam sebelum atau
setelah aliran darah menstruasi) c) Nyeri kram d) Tidak ditemukan adanya tanda patologi pada pelvis commit to user (Calis, 2011)
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terapi Dismenore 1) AINSD
menurunkan
kadar
prostaglandin
melalui
cyclooxygenase inhibitor dan digunakan sebagai terapi lini pertama terhadap dismenore primer dan sekunder. Apabila digunakan
lebih
cepat,
AINSD
dapat
benar-benar
menurunkan nyeri menstruasi secara efektif. Pasien yang gejalanya tidak dapat diringankan oleh AINSD dapat dicurigai
menderita
endometriosis.
Pada
penyakit
pada
pelvis
seperti
penelitian
yang
membandingkan
montelukast, suatu antagonis leukotrien, dengan placebo; montelukast dapat menurunkan rasa sakit pada penderita dismenore. Antagonis leukotrien dapat dijadikan terapi alternatif dari pengunaan AINSD. 2) COX-2 inhibitor terbukti dapat menurunkan nyeri menstruasi. Sifat obat ini yang selektif dapat menurunkan gejala gastrointestinal disebabkan adanya inhibisi pada reseptor COX-1. Namun demikian, penelitian menunjukkan adanya pertanyaan terhadap keamanan pada sistem cardiovascular. Sebagai
hasilnya,
beberapa
turunan
obat
ini
tidak
diperbolehkan untuk digunakan. 3) Beberapa analgesik, seperti aspirin dan asetaminophen, dapat digunakan apabila pasien dikontraindikasikan menggunakan AINSD. 4) Kontrasepsi oral, dapat memblok proses ovulasi dapat menurunkan aliran darah menstruasi (Calis, 2011). Terapi Alternatif 1) Obat herbal dan suplemen diet Obat-obatan herbal dapat membantu meringankan nyeri pada dismenore. Namun, terdapat kesulitan mengenai pengaturan dosis, kualitas, dan interaksi obat. Beberapa penelitian to user menunjukkancommit bahwa beberapa suplemen diet seperti
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
thiamine, pyridoxine, magnesium, dan minyak ikan dapat menurunkan gejala dismenore namun beberapa dari suplemen diet berhubungan dengan adanya efek samping tertentu. 2) Olahraga Olahraga dapat menurunkan nyeri menstruasi. Namun, penelitian
yang
dilakukan
masih
memiliki
banyak
kekurangan. Telah dihipotesiskan bahwa olahraga dapat meningkatkan aliran darah pada pelvis dan menstimulasi pengeluaran endorphine yang berfungsi sebagai analgesic non spesifik. 3) Akupuntur Akupuntur bekerja pada serabut saraf dan reseptor melalui interaksi yang kompleks dengan serotonin dan endorphin yang dapat menghambat impuls nyeri. 4) Panas Terapi panas merupakan terapi tradisional. Terdapat suatu penelitian yang membandingkan terapi panas dengan ibuprofen. Plester pereda nyeri (39°C) yang digunakan selama 12 jam perhari memiliki efektifitas yang sama dengan ibuprofen (Proctor, 2006). 5) Asupan sayur dan buah Pada wanita dengan dismenore yang cukup berat, diet rendah lemak dan asupan sayur dan buah yang tinggi memiliki hubungan yang signifikan dalam peningkatan rata-rata konsentrasi serum sex hormone binding dan penurunan BMI juga penurunan yang signifikan terhadap lama nyeri menstruasi, intensitas nyeri, dan durasi gejala premenstrual syndrome. Sayur, buah, dan serat memiliki jumlah lemak yang rendah, namun memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang cukup tinggi. Asam lemak omega 3 merupakan user prekusor daricommit 3-seriestoprostalglandyn yang memiliki aktivitas
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antiinflamasi. Penelitian pada sekelompok wanita Denmark menunjukkan asupan tinggi asam lemak omega 3 memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri menstruasi (Barnard et al; 2000)
b.
Dismenore Sekunder Dismenore primer tidak berhubungan dengan kondisi patologi apapun. Namun, banyak wanita yang menderita dismenore sekunder, di mana gejalanya timbul akibat kondisi patologi tertentu. Kondisi apapun yang menghasilkan rasa nyeri pada organ visera pelvis dapat menimbulkan dismenore. Hal ini termasuk obstruksi traktus genitalia (hymen imperforata dan malformasi
vagina),
endometriosis,
pelvic
inflammatory
disease,tumor, dan myoma. Penanganan terhadap tipe dismenore ini tergantung pada penyebab dari timbulnya gejala dismenore ini. Untuk alasan inilah, dismenore sekunder tidak dapat diobati sendiri atau menggunakan obat tanpa resep dokter.Penanganan yang dilakukan sendiri mungkin dapat menurunkan rasa sakit yang dirasakan, namun perjalanan penyakit (seperti tumor) terus berlanjut hingga memburuk (Pray, 2000). Keadaan di bawah ini dapat mengindikasikan adanya dismenore sekunder: 1) Dismenore baru dirasakan setelah berumur 25 tahun. 2) Onset dismenore yang muncul terlambat dengan tidak adanya riwayat dismenore sebelumnya (dikhawatirkan komplikasi dari kehamilan ektopik atau kemungkinan abortus spontan). 3) Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya abnormalitas pelvis; infertilitas (dikhawatirkan endometriosis, pelvic inflammatory disease, atau luka karena sebab lain); aliran darah menstruasi yang banyak atau siklus yang tidak teratur (dikhawatirkan userpolyp); dyspareunia. adenomyosis,commit fibroid,toatau
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Sedikit atau tidak adanya pengaruh dengan menggunakan AINSD, kontrasepsi oral, atau keduanya (Coco, 1999). Faktor yang mungkin menyebabkan dismenore sekunder: 1) Faktor uterin: a) Adenomyosis b) Pelvic inflammatory disease c) Stenosis serviks dan polyp d) Fibroid e) Intrauterine contraceptive devices 2) Faktor ekstrauterin a) Endometriosis b) Inflamasi c) Kista ovarium d) Tumor ovarium e) Penyakit inflamasi kandung kemih. (Coco, 1999) Beberapa penyebab sekunder dapat dibedakan berdasarkan umur menarche, lama siklus, dan keteraturan serta waktu munculnya nyeri.Biasanya premenstrual syndrome (PMS) dan dismenore dapat dibedakan berdasarkan riwayat pasien. Nyeri yang berhubungan dengan PMS umumnya disertai dengan melunaknya payudara dan perut kembung, sedangkan nyeri pada PMS adalah nyeri kram abdomen bagian bawah. Gejala PMS dimulai sebelum menstruasi dan selesai tidak lama setelah aliran mestruasi pertama dimulai (Coco, 1999). PMS ditandai dengan timbulnya gejala fisik dan psikis seperti sakit kepala, nyeri payudara, perut sebah, pertambahan berat badan, kelelahan, sukar tidur, kecemasan, sulit konsentrasi, mudah marah, dan lain lain (Storck, 2008). Endometriosis dapat muncul sebagai dismenore yang progresif namun disertai nyeri saat hubungan dan commit to user berpengaruh terhadap fertilitas (Coco, 1999).
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain
yang penting akan
terbentuknya tindakan
seseorang
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Menurut Notoatmodjo (2007) untuk mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari enam peringkat: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang diketahui,
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali kesalahan-kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asumsi dan simpulan serta mampu menggambarkan hubungan antaride. e. Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada sehingga, mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut.
4. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat, harus diupayakan. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian analisis epidemiologi mengenai kesehatan, penyakit, dan kecacatan menunjukkan bahwa faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan berperan terhadap peningkatan penyakit dan penyebaran penyakit d inegara berkembang (Nutbeam, 2000). Pembahasan mengenai promosi kesehatan berkaitan erat dengan to userlain yang saling terhubung dan konsep-konsep atau commit istilah-istilah
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cenderung disama-artikan. Hal tersebut tidak telepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan masyarakat maupun praktik kesehatan masyarakat secara umum. Promosi kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE). Promosi
kesehatan
merupakan
proses
pemberdayaan
atau
memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti penyuluhan, KIE, atau pendidikan kesehatan) (Maulana, 2009). Promosi kesehatan juga mencakup pendidikan kesehatan karena makna penting promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat, sedangkan pemberdayaan adalah upaya untuk membangkitkan daya sehingga mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri. Oleh karena itu tentu diperlukan upaya untuk merubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif. Hal ini merupakan bidang garapan utama pendidikan kesehatan (Maulana, 2009). Upaya pendidikan dilakukan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan pendidikan kesehatan lebih tepat dibandingkan pendekatan tekanan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit terutama di negara-negara berkembang (Nutbeam, 2000). Tujuan dari sebagian besar pendidikan kesehatan adalah untuk memotivasi individu agar dapat mengatur perilaku kesehatannya commit tomeningkat. user sehingga status kesehatannya Dalam bentuk yang lebih
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sederhana, pendidikan kesehatan memberikan informasi atau instruksi mengenai perlaku kesehatan tertentu. Kemudian individu tersebut dapat mengatur perilakunya untuk mencerna informasi yang didapat dan mengikuti instruksi yang berkaitan dengan pemenuhan kesehatan individu tersebut. Individu yang mengikuti instruksi yang diberikan dalam pendidikan kesehatan akan mendapatkan kemudahan dalam pemenuhan derajat kesehatan yang tinggi (Brown, 1999). Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga dirinya melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni input (sasaran pendidikan dan pendidik), proses, dan output (perilaku). Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondunsif ke perilaku yang kondunsif mengandung berbagai dimensi sebagai berikut: a. Perubahan perilaku, perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai kesehatan menjadi sesuai dengan nilai kesehatan. b. Pembinaan perilaku, pembinaan terutama ditunjukkan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya. c. Pengembangan
perilaku,
terutama
ditunjukkan
untuk
membiasakan hidup sehat bagi anak (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan orang dewasa. Subjek belajar di dalam pendidikan orang dewasa atau anggota masyarakat umum yang ingin mengembangkan pengetahuan, keterampilan perilaku, dan kemampuan-kemampuan lainnya.
Hasil
pendidikan
orang
dewasa
adalah
perubahan
kemampuan, penampilan, atau perilakunya (Notoatmodjo, 2007). Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, commit to user pesan, menanamkan keyakinan yang dilakukan dengan menyebarkan
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, di samping pengetahuan sikap dan perbuatan. Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi, yang merupakan bidang garapan penyuluhan kesehatan. Makna asli penyuluhan adalah pemberian penerangan dan informasi (Maulana, 2009). Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikasi massa ialah penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada khalayak atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, antara lain: a.
Faktor predisposisi, mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan.
b.
Faktor pemungkin, mencakup ketersediaan fasilitas kesehatan.
c.
Faktor penguat, meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Di satu sisi, perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: a.
Perilaku pemeliharaan kesehatan commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan.
c.
Perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku manusia menurut Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah, antara lain:
a. Pengetahuan, dari suatu penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. b. Sikap, merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas. c. Praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007)
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Stimulus
Promosi Kesehatan
(nyeri menstruasi)
Perilaku (respon dari stimulus)
Pengetahuan Sikap Fasilitas kesehatan
Penatalaksanaan
Perilaku tokoh masyarakat
Keterangan: : menyebabkan : mempengaruhi
C. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perubahan perilaku penanganan dismenore. 2. Pengetahuan mengenai dismenore yang dimiliki siswi sesudah diberi penyuluhan lebih tinggi dari pengetahuan dismenore sebelum diberi penyuluhan.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan quasi eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain “pre and post test group” yaitu R à O1 à T à O2 Keterangan : R = Group O1 = Pretes T = Treatment O2= Postes
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadyah 1 Surakarta pada tanggal 29 Mei 2012. . C. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah Siswi SMA Muhammadyah 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 2. Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi a. Kriteria inklusi dalam subjek penelitian ini adalah: a) Siswi SMA yang hadir dalam kegiatan penyuluhan b) Siswi SMA yang bersedia menjadi responden. b. Kriteria eksklusi dalam subjek penelitian ini adalah: to userkuesioner secara lengkap a) Siswi SMA yang commit tidak mengisi
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
puposive
random sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Oleh karena variabel bebas dan variabel terikat dalam penilitian ini diobservasi hanya sekali pada saat yang sama maka penelitian ini juga bersifat cross sectional. Penelitian cross sectional mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan karakter populasi berdasarkan pengamatan pada sampel. Rumus untuk menghitung besar sampel untuk rancangan cross sectional adalah: ¦=
Ķ
. .
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi q : 1- p z : nilai untuk statistik z pada kurva normal standar pada tingkat kemaknaan d : presisi yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi (Taufiqurahman, 2008) Oleh karena prevalensi dismenore di Indonesia adalah sebesar 83,5% dan presisi absolut yang dikehendaki adalah sebesar 10% maka: p
: 83,5% = 0,835
q
: 1-0.835 = 0, 165
z
: 1,96
d
: 10% = 0,1
¦= ¦=
Ķ
. .
(1,96) . 0,835. 0,165 (0,1)
¦ = 52,9
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah siswi yang akan menjadi sampel minimal berjumlah 53 orang agar data dapat terdistribusi normal.
E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Penyuluhan dismenore 2. Variabel terikat : Pengetahuan dismenore dan perubahan perilaku penanganan
F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Terikat Pengetahuan dismenore merupakan informasi yang telah siswi ketahui mengenai dismenore. Tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan skala dikotomi yaitu apabila menjawab benar, maka bernilai satu dan apabila menjawab salah maka bernilai nol. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi, kelompok dengan tingkat pengetahuan cukup, dan kelompok dengan tingkat pengetahuan kurang. Kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi adalah kelompok yang memiliki 27% nilai tertinggi dari seluruh sampel. Kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah adalah kelompok dengan hasil 27% nilai terendah dari keseluruhan sampel. Dan kelompok dengan tingkat pengetahuan cukup adalah kelompok dengan hasil di antara kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah dan tingkat pengetahuan tinggi. Perilaku penanganan adalah cara menangani suatu penyakit, dalam penelitian ini terutama gejala dismenore, seebagai respon stimulus
dari
penyakit
tersebut.
Perilaku
penanganan
yang
dicantumkan dalam penelitian ini antara lain meminum jamu atau obat commit to user herbal, meminum obat AINS, mendiamkan, menghangatkan perut
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bagian bawah, memperbanyak asupan sayur dan buah. Perilaku penanganan ini diambil berdasarkan terapi yang dinilai dapat meredakan dismenore menurut Calis (2011), Proctor (2006), dan Barnard (2000) a) AINSD menurunkan kadar prostaglandin melalui cyclooxygenase inhibitor dan digunakan sebagai terapi lini pertama terhadap dismenore primer dan sekunder. Apabila digunakan lebih cepat, AINSD dapat benar-benar menurunkan nyeri menstruasi secara efektif. Pasien yang gejalanya tidak dapat diringankan oleh AINSD dapat
dicurigai
menderita
penyakit
pada
pelvis
seperti
endometriosis (Calis, 2011) b) Obat herbal dan suplemen diet Obat-obatan herbal dapat membantu meringankan nyeri pada dismenore. Namun, terdapat kesulitan mengenai pengaturan dosis, kualitas, dan interaksi obat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa suplemen diet seperti thiamine, pyridoxine, magnesium, dan minyak ikan dapat menurunkan gejala dismenore namun beberapa dari suplemen diet berhubungan dengan adanya efek samping tertentu (Proctor, 2006) c) Panas Terapi panas merupakan terapi tradisional. Terdapat suatu penelitian yang membandingkan terapi panas dengan ibuprofen. Plester pereda nyeri (39°C) yang digunakan selama 12 jam perhari memiliki efektifitas yang sama dengan ibuprofen (Proctor, 2006) d) Asupan Sayur dan Buah Pada wanita dengan dismenore yang cukup berat, diet rendah lemak dan asupan sayur dan buah yang tinggi memiliki hubungan yang signifikan dalam peningkatan rata-rata konsentrasi serum sex hormone binding dan penurunan BMI juga penurunan yang signifikan terhadap lama nyeri menstruasi, intensitas nyeri, dan commit to user (Barnard et al , 2000) durasi gejala premenstrual syndrome
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Variabel Bebas Penyuluhan
dismenore
merupakan
kegiatan
pendidikan
kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.
G. Instrumen Pengetahuan Dismenore 1.
Validitas Instrumen Validitas empiris dilakukan dengan menganalisis data hasil uji coba untuk menentukan validitas butir. Jika skor butir dikotomi, maka untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total instrumen digunakan rumus koefisien korelasi point biserial (Naga, 1992) Pengujian dilakukan dengan membandingkan kriteria koefisien korelasi penerimaan butir ( biserial titik (
«9Ƒ2 )
Ƒ.
≥ 0,2) dengan koefisien korelasi
hasil perhitungan. Jika
«9Ƒ2
≥ 0,2 maka butir
dinyatakan valid dan diterima serta layak dijadikan butir instrumen dalam penelitian, sebaliknya jika
«9Ƒ2
< 0,2 maka butir dinyatakan
tidak valid dan item instrumen tersebut tidak digunakan dalam penelitian (Naga, 1992). Hasil perhitungan dengan menggunakan program iteman menunjukkan bahwa dari 25 butir yang diujicobakan di lapangan terdapat 22 butir dinyatakan valid dengan koefisien korelasi 0,204 – 0,582 dan 4 butir tidak valid yaitu butir 3, 10, 11 dan 25 sehingga tidak dapat digunakan.
2.
Reliabilitas Reabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil commit to user suatu pengukuran dapat dipercaya (Mulyono, 2008). Perhitungan 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koefisien reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach , Hasil perhitungan indeks reliabilitas instrumen pengetahuan dismenore dengan menggunakan rumus Alpha-Cronbach. Instrumen yang memuat butir valid menghasilkan indeks reliabilitas sebesar 0,701. Ini menunjukkan bahwa instrumen kemampuan dismenore reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.
3.
Penentuan Kemampuan Siswi Untuk mendapatkan kelompok tinggi dan kelompok rendah, ukuran yang terbaik untuk menentukan kelompok tinggi dan kelompok rendah adalah 27% (M T = MR = 27%) di mana angka ini cukup kontras dan reliabel (Naga, 1992) Jadi sampel pada penelitian ini terdiri dari tiga kelompok di mana 27% nilai tertinggi adalah kelompok siswi dengan hasil tes tinggi, 27% nilai terendah adalah kelompok siswi dengan hasil tes kurang dan di antaranya memiliki hasik tes cukup.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Rancangan Penelitian Populasi Kriteria inklusi: 1. Siswi SMA yang hadir dalam kegiatan penyuluhan 2. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi: 1. Siswi SMA yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap
Sampel: siswi SMA yang hadir dalam kegiatan penyuluhan
Pemberian kuesioner I (Pretes)
Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan kurang
Perilaku Penanganan
Penyuluhan dan tutorial Pemberian kuesoner II (Postes)
Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan cukup Perilaku Penanganan
Analisis data
commit to user
29
Tingkat pengetahuan kurang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis Data Uji Persyaratan analisis data yang digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogrov Smirnov. 2. Uji Perbedaan Rata-Rata Penelitian ini menggunakan variabel dengan skala interval maka teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji statistik parametrik yaitu menggunakan uji Paired t- Test.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data Data penelitian
dikelompokkan
menjadi tiga yaitu
1) skor
pengetahuan dismenore siswi sebelum penyuluhan, 2) skor pengetahuan dismenore siswi sesudah penyuluhan dan 3) perilaku penanganan dismenore 1. Skor Pengetahuan Dismenore Siswi Sebelum Diberi Penyuluhan Data
pengetahuan
dismenore
siswi
sebelum
dilakukan
penyuluhan dismenore sebagai berikut: banyak responden (n) = 53, skor minimum = 11, skor maksimum = 20, rata-rata = 15,42, variansi= 4,2477. Paparan data di atas ditampilkan dalam gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Skor Kemampuan Dismenore Siswi Sebelum Diberi Penyuluhan
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Skor Pengetahuan Dismenore Siswi Setelah Diberi Penyuluhan Data
pengetahuan
dismenore
siswi
setelah
dilakukan
penyuluhan dismenore sebagai berikut: banyak responden (n) = 53, skor minimum = 13, skor maksimum = 20, rata-rata = 16,87, variansi= 3,1934. Paparan data di atas ditampilkan dalam histogram berikut:
Gambar 4.2 Histogram Skor Kemampuan Dismenore Siswi Sesudah Diberi Penyuluhan
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 dapat terlihat bahwa distribusi pengetahuan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan berbentuk simetri atau dapat dikatakan besdistribusi normal.
3.
Analisis Kemampuan Siswi Sebelum dan Setelah Penyuluhan Dari hasil pretes dan postes yang telah didapat, maka dilakukan analisis data menggunakan paired t Test untuk melihat pengaruh penyuluhan yang diberikan kepada tingkat pengetahuan siswi. Berikut deskripsi data dari hasil analisis yang telah dilakukan commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Pengetahuan Siswi
Data Pretes Postes
skor skor total mean variansi min maks 53 53
11 13
20 20
15.42 16.87
4.248 3.193
analisis paired T test standar deviasi P 2.623
0.000
Tabel 4.1 menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap meningkatnya pengetahuan siswi (CI 95% s.d 2.632; p = 0.000). Berdasarkan hasil analisis diperoleh skor rata-rata pengetahuan dismenore sesudah diberi penyuluhan lebih tinggi dari skor rata-rata pengetahuan dismenore sebelum diberi penyuluhan yaitu 15.42 menjadi 16.87. Demikian pula variansi skor pengetahuan dismenore sesudah diberi penyuluhan
lebih kecil daripada variansi skor
pengetahuan dismenore sebelum diberi penyuluhan yaitu 4.248 menjai 3.193, sehingga dapat disimpulkan skor pengetahuan dismenore sesudah diberi penyuluhan
lebih homogen dari pengetahuan
dismenore sebelum diberi penyuluhan.
B. Uji Normalitas Hasil Pengetahuan Siswi Setelah Penyuluhan Untuk menentukan apakah data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian hipotesis, yaitu: Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian adalah terima Ho jika nilai sig > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
nilai sig = 0,348 > 0,05 maka Ho diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan data kemampuan siswi setelah perlakuan berasal dari populasi berdistribusi normal.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hasil Penelitian Perilaku Penanganan 1. Perilaku penanganan dismenore Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan didapatkan 96% dari 71 siswi SMA Muhammadyah 1 mengalami dismenore dan 82% dari siswi yang mengalami dismenore merasa bahwa dismenore yang dirinya rasakan mengangggu aktivitas dan sekolah mereka seperti yang telah digambarkan dalam histogram berikut. 120 100 80 60 40
Presentase (%) Ya
20
Presentase (%) Tidak
0 Siswi mengalami dismenore (rasa nyeri)
Dismenore menggangu sekolah dan aktivitas seharihari
Gambar 4.3 Histogram Sampel yang Mengalami Dismenore dan Merasa Terganggu Oleh Gejala Tersebut atau Tidak
Berdasarkan histogram gambar 4.4, didapatkan perubahan perilaku penanganan dari kelompok siswi yang mendapatkan nilai tinggi saat diberikan kuesioner. Dari hasil yang didapat, diketahui sebelum diberikan materi mengenai dismenore dan tatalaksananya dua siswi meminum jamu tradisional, 7 siswi meminum obat, 4 siswi menghangatkan perut bagian bawahnya, dan 4 siswi memperbanyak asupan makanan yang bergizi seperti susu dan buah. Sedangkan setelah diberikan materi didapatkan penurunan pendapat pada perilaku penanganan tersebut antara lain minum jamu tradisional dan meminum obat. Selain itu didapatkan peningkatan pada perilaku penanganan berupa menghangatkan perut bagian bawah mereka dan commit to user mencari pertolongan medis. 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok kriteria pengetahuan tinggi 8
7
6
4
4 2
7
2
4
4
4 4
pretest postest
1
0 0
0 a
b
Keterangan a b c d e f
c
0 d
e
f
Penanganan minum jamu minum obat Didiamkan Mengahangatkan mencari pertolongan medis memperbanyak asupan sayur dan buah
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Penyuluhan pada Kelompok dengan Skor Tinggi
Berdasarkan histogram gambar 4.5, juga didapatkan perubahan perilaku pada kelompok siswi yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Didapatkan 13 siswi meminum jamu untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakannya, 20 orang meminum obat, 1 orang mendiamkan, 4 orang menghangatkan perut bagian bawahnya, 2 orang mencari pertolongan medis dan satu orang memperbanyak asupan gizi seperti susu dan buah. Terdapat perbedaan perilaku penanganan setelah diberikannya materi antara lain terjadi penurunan pada perilaku meminum jamu dan meminum obat. Namun, terjadi peningkatan pada perilaku mengurangi nyeri dengan cara menghangatkan perut bagian bawah, mencari pertolongan medis, dan memperbanyak asupan gizi. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok kriteria pengetahuan cukup 25
20
20 13
15 10
10
14
13
pretest
5
4
1 1
4
2
postest
4
1
0 a
b
Keterangan a b c d e f
c
d
e
f
Penanganan minum jamu minum obat Didiamkan mengahangatkan mencari pertolongan medis memperbanyak asupan sayur dan buah
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah Dilakukannya Penyuluhan pada Kelompok dengan Skor Cukup Berdasarkan histogram di bawah didapatkan perubahan perilaku pada kelompok siswi dengan tingkat pengetahuan kurang sebelum dan sesudah
diberikannya
materi
mengenai
dismenore.
Berdasarkan
histogram di bawah, didapatkan 5 siswi meminum jamu tradisional, 5 siswi meminum obat,1 orang mendiamkan, 4 orang menghangatkan perut bagian bawah, 2 orang mencari pertolongan medis, dan 1 orang memperbanyak asupan gizi. Namun, setelah diberikan penyuluhan didapatkan penurunan pada perilaku meminum obat dan meminum jamu dan terjadi peningkatan pada menghangatkan perut bagian bawah, mencari pertolongan medis, dan memperbanyak asupan gizi.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelompok kriteria pengetahuan kurang 8 6
7 5
5 4
4
4 3
3
2
2
pretest postest
1 1
1
1
0 a
b
Keterangan a b c d e f
c
d
e
f
Penanganan minum jamu minum obat Didiamkan mengahangatkan mencari pertolongan medis memperbanyak asupan sayur dan buah
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Penanganan Sebelum dan Sesudah dilakukannya Penyuluhan Pada Kelompok dengan Skor Kurang. Dari ketiga data di atas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku penanganan dismenore pada siswi sebelum dilakukannya penyuluhan dan setelah dilakukannya penyuluhan, baik kelompok siswi dengan tingkat pengetahuan baik, tingkat pengetahuan cukup, dan tingkat pengetahuan baik.
2. Hasil pengujian hipotesis Hasil analisis data dengan menggunakan uji Paired t - Test, diperoleh nilai sign.= 0,000. Karena nilai sign. = 0.000 < 0,05, maka H0 ditolak sebagai konsekuensinya maka H1 diterima. Ini berarti bahwa rata-rata skor pengetahuan dismenore sesudah yang diberi penyululuhan lebih tinggi dari skor pengetahuan dismenore commit to rata-rata user
37
perpustakaan.uns.ac.id
sebelum
digilib.uns.ac.id
yang diberi penyululuhan. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan pengetahuan dismenore siswi yang sesudah diberi penyuluhan lebih tinggi dari pengetahuan dismenore siswi yang sebelum diberi penyuluhan.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil pengujian Paired t-Test adalah nilai sign.= 0,000 < 0,05, sehingga H1 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat rata-rata skor pengetahuan dismerore sebelum diberi penyuluhan lebih tinggi dari rata-rata skor pengetahuan dismerore sesudah diberi penyululuhan. Ini menunjukkan pengetahuan dismenore siswi sebelum diberi penyuluhan lebih rendah dari pengetahuan dismenore siswi sesudah diberi penyuluhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Hal ini juga berkenaan dengan pernyataan Brown (1999) mengenai fungsi pendidikan kesehatan bahwa pendidikan kesehatan memberikan informasi atau instruksi mengenai perilaku kesehatan tertentu. Dalam hal ini pendidikan kesehatan yang diberikan adalah dalam bentuk penyuluhan yang berkenaan dengan pernyataan Maulana (2009) bahwa penyuluhan kesehatan merupakan
kegiatan
pendidikan
kesehatan,
yang
dilakukan
dengan
menyebarkan pesan agar masyarakat yang diberikan penyuluhan menjadi sadar dan tahu mengenai suatu isu kesehatan dan makna asli penyuluhan adalah pemberian penerangan dan informasi. Dalam kasus ini yaitu mengenai masalah dismenore pemberian informasi khususnya pada wanita berusia muda dirasakan perlu mengingat diperlukannya pengetahuan untuk membedakan dismenore primer dan dismenore sekunder sehingga mencegah pengobatan yang terlambat pada kasus dismenore sekunder.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Naga (1992) mengenai skor, didapatkan hasil: Tabel 5.1 Hasil Skor Pretes Kriteria Tingkat Pengetahuan
Jumlah Siswi
Skor
Kurang
10
< 15
Cukup
28
15-16
Tinggi
15
17-20
Klasifikasi hasil yang dilakukan bersesuaian dengan teori tersebut, di mana hasil yang kurang adalah yang mendapat skor 27% kebawah, hasil yang tinggi adalah yang mendapatkan skor 27% atas dan hasil cukup di antara hasil baik dan hasil kurang. Sedangkan hasil postes yang diberikan menunjukkan hasil: Tabel 5.2 Hasil Skor Postes Kriteria Tingkat Pengetahuan
Jumlah Siswi
Skor
Kurang
10
< 16
Cukup
33
16-18
Tinggi
10
19-20
Ditemukan perbedaan hasil skor antara sebelum diberikannya penyuluhan dan setelah dilakukannya penyuluhan. Hal ini juga dapat dilihat dari histogram gambar 4.1 dan 4.2 di mana hasil pretes memiliki kemiringan kekiri yang menunjukkan hasil pretes berkumpul di skor yang rendah dan hasil postes menunjukkan hasil yang cukup. Hal ini juga berkenaan dengan variansi hasil pretes yang lebih besar dibandingkan variansi postes yaitu 4,248 sedangkan variansi hasil postes 3,194. Semakin kecil nilai variansi maka semakin sempit variansinya. Variansi yang sempit menunjukkan bahwa setelah diberikannya penyuluhan terjadi kesamaan persepsi sehingga pengetahuan mengenai dismeore yang diberikan dalam penyuluhan lebih homogen. commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari kuesioner yang telah diberikan juga didapatkan perubahan perilaku penanganan dismenore pada siswi SMA setelah diberikan penyuluhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Brown (1999) bahwa tujuan dari sebagian besar pendidikan kesehatan adalah memotivasi individu untuk mengatur perilaku kesehatannya untuk meningkatkan status kesehatannya. Dalam bentuk yang lebih sederhana, pendidikan kesehatan memberikan informasi atau instruksi mengenai perlaku kesehatan tertentu. Kemudian individu tersebut dapat mengatur perilakunya untuk mencerna informasi yang didapat dan mengikuti instruksi yang berkaitan dengan pemenuhan kesehatan individu tersebut. Individu yang mengikuti instruksi yang diberikan dalam pendidikan kesehatan akan mendapatkan kemudahan dalam pemenuhan derajat kesehatan yang lebih tinggi. Pernyataan ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2007) bahwa upaya pendidikan dilakukan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan berkorelasi dalam pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat. Hal ini juga bersesuaian dengan makna penyuluhan yang dinyatakan oleh maulana (2009) bahwa penyuluhan kesehatan dalam promosi kesehatan diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, di samping pengetahuan sikap dan perbuatan. Sebagaimana yang dinyatakan Bloom bahwa pengetahuan memiliki korelasi terhadap perilaku seseorang perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Dari kuesioner yang dibagikan didapatkan bahwa siswi-siswi tersebut telah mencoba menangani nyeri akibat dismenore dengan cara mengkonsumsi obatobatan yang mengandung AINSD, obat herbal, olah raga, dan terapi panas. Menurut Calis (2011) AINSD menurunkan kadar prostaglandin melalui cyclooxygenase inhibitor dan digunakan sebagai terapi lini pertama terhadap dismenore primer dan sekunder. Terapi panas, menurut Proctor (2006) to user terapi panas dengan ibuprofen. terdapat suatu penelitian yang commit membandingkan
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Plester pereda nyeri (39°C) yang digunakan selama 12 jam perhari memiliki efektifitas yang sama dengan ibuprofen. Sedangkan untuk obat herbal dapat membantu meringankan nyeri pada dismenore. Namun, terdapat kesulitan mengenai pengaturan dosis, kualitas, dan interaksi obat dan berhubungan dengan efek samping tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Barnard et al; (2000) menunjukkan bahwa asupan buah, sayur, dan serat yang tinggi akan menurunkan durasi nyeri menstruasi, intensitas nyeri, dan gejala dari premenstrual syndrome. Hal ini berkenaan dengan peningkatan 3-series prostalglandyn yang memiliki aktivitas antiinflamasi karena tingginya asam lemak omega 3 yang dikandung oleh sayur dan buah. Didapatkan perubahan perilaku penanganan dismenore yaitu mencari pertolongan medis tidak terlalu signifikan walaupun telah diberikan penyuluhan mengenai dismenore. Hal tersebut disebabkan karena setelah penyuluhan, dirinya telah memahami bahwa dismenore yang dialami adalah dismenore primer. Simpulan tersebut diambil berdasarkan kuis yang diberikan kepadanya sebelum diadakannya postes. Kuis tersebut berupa diskusi kelompok mengenai dua skenario. Skenario pertama berupa kasus dismenore primer dan skenario kedua berupa kasus endometriosis. Peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok dan setiap kelompok terdiri dari tujuh orang peserta. Setelah berdiskusi, mereka mempresentasikan hasil diskusinya. Dari hasil presentasi tersebut didapatkan keseluruhan kelompok dapat memecahkan kasus yang telah diberikan. Keseluruhan kelompok dapat membedakan gejala dari dismenore primer dan dismenore sekunder serta penanganan yang sebaiknya diberikan.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Pengetahuan dismenore siswi sesudah penyuluhan lebih tinggi dibandingkan sebelum
penyuluhan, sehingga penyuluhan berpengaruh
terhadap pengetahuan dismenore. Penyuluhan, sebagai bentuk dari promosi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku kesehatan yang lebih baik. Terjadi
perubahan
perilaku
penanganan
dismenore
setelah
dilakukannya penyuluhan sehingga sesuai dengan penelitian yang ada. Namun, karena siswi yang diberi penyuluhan dalam penelitian ini mengalami dismenore primer, perilaku penanganan yang diberikan setelah penyuluhan tetap merupakan penanganan terhadap dismenore primer dan peningkatan perilaku penanganan dengan cara mencari pertolongan medis kurang signifikan.
B. Saran 1. Perlu
dilaksanakan
penyuluhan
materi
kesehatan,
khususnya
reproduksi, secara berkala pada siswa sekolah menengah atas untuk meningkatkan kesadaran kesehatan. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan variabeL pengetahuan dismenore siswa ditinjau dari pendidikan orang tua, ekonomi orang tua
commit to user
43