PENGARUH LAMA BELAJAR PAUD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD (Studi Pada Siswa SD Faforit di Kota Tasikmalaya) Yus Darusman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dari pepenilian ini adalah menemukan besarnya pengaruh lama belajar di PAUD terhadap prestasi belajar siswa di SD. Lama Belar di PAUD ada yang 1 tahun hingga 4 tahun, mulai dari umur 3-4 tahun pada kelompok bermain (KOBER) atau Play Group hingga umur 5-6 tahun pada Taman Kanak-kanak, kelas 0 kecil dan 0 besar atau (pra Sekolah). Sudah menjadi kebijakan pemerintah pusat tentang pentingnya PAUD sebelum masuk SD, bahkan pada pemerintah Daerah dianjurkan pengalaman di PAUD menjadi syarat untuk dapat diterima menjadi siswa di SD. Pada beberapa SD yang ada di kota Tasikmalaya, hanya menerima siswanya yang pernah belajar di PAUD. Begitu pentingnya PAUD sehingga menjadi syarat masuk SD di kota-kota besar. Sementara di daerah-daerah masih banyak penduduk yang tidak memiliki PAUD dan bahkan apabila adapun, letaknya sulit dijangkau oleh anak seusia PAUD. PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyambungkan sumber daya manusia yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam berbagai kegiatan, juga diharapkan mampu membuka cara berfikir ekonomis dalam arti mampu mengembangkan potensi yang ada untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Seperti diketahui, kemajuan masyarakat berpikir jauh ke depan tentang pendidikan, memotivasi mereka untuk mempersiapkan anak sejak dini dengan memasukkannya ke lembaga pendidikan anak usia dini. Gencarnya program pendidikan anak usia dini, menjadi sangat penting diatas anggapan bahwa kehidupan seseorang dimasa depan akan tergantung kepada masa balitanya yaitu usia 0-5 tahun. Oleh karena itu pendidikan PAUD menjadi dianggap sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam. Banyaknya sekolah SD yang mensyaratkan hanya menerima calon muridnya yang pernah belajar di PAUD, bahkan banyak yang beranggapan bahwa PAUD merupakan level Pra Sekolah atau persiapan untuk masuk sekolah SD. Apabila diperhatikan apa yang dikerjakan pada program PAUD adalah tempat bermain anak-anak seperti KOBER (kelompok bermain) atau play group demikian pula taman kanak-kanak adalah sebagi tempat bermain anak-anak. Anak-anak di PAUD datang bukan untuk belajar tetapi untuk bermain, hanya bermain fungsional yang berdampak pada 1
pengembangan potensi yang dimiliki anak. Karena dianggap penting maka pendidikan PAUD biayanya lebih mahal dibanding dengan masuk SD. Untuk kepentingan pendidikan anak, banyak orang tua yang rela berkorban baik pikiran maupun harta benda sekalipun, asal pendidikan anaknya terjamin baik. Sebagai contoh Taman Kanak-kanak Al-Mutaqin, karena dianggap TK yang terbaik di Kota Tasikmalaya maka walaupun mahal banyak peminat yang masuk bahkan dengan resiko antar jemput tiap hari oleh orang tua anak. Penelitian ini akan berguna bagi kita untuk menambah keyakinan bahwa belajar di PAUD berpengaruh kepada prestasi belajar di SD. Bagi para tutor PAUD akan lebih selektif dalam
memilih
model-model
bermain
anak
yang dapat
berpengaruh
terhadap
pengembangan potensi alamiah anak. Sehingga pada saat peserta didik masuk ketingkat sekolah dasar tidak mengalami kesulitan belajar, karena materi dasarnya sudah dipelajari pada saat PAUD. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Lama Belajar Paud Terhadap Prestasi Belajar Siswa SD (Studi Pada Siswa SD Faforit Di Kota Tasikmalaya) ” Rumusan Masalah Penelitian ini akan mengungkap seberapa besar pengaruh lama belajar anak di PAUD terhadap prestasi belajar di SD. Apakah ada hubungan belajar di PAUD dengan belajar di SD? Apakah belajar di PAUD merupakan kondisi awal untuk belajar di SD atau belajar di SD merupakan kelanjutan dari belajar di PAUD. Apakah pengaruh belajar di PAUD terhadap prestasi belajar di SD bersifat permanen
atau berjangka panjang dari
mulai kelas 1 SD hingga kelas 6?. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang sifatnya korelasional. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menentukan besarnya hubungan yang ada di antara variabel-variabel dalam bentuk koefisien korelasi. Badriah (2010:12) menyatakan bahwa penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Zulnaidi (2007:11) mengemukakan bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/ objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat 2
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Selanjutnya Zulnaidi (2007:12) mengemukakan ciri-ciri metode deskriptif, yaitu: 1) memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual; 2) menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang kuat. Obyek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 sebagai variabel (Y) yang terdiri dari (Y1). (Y2), (Y3), (Y4), dan (Y5), dan Lama Belajar di PAUD sebagai variabel (X), yang meliputi lama belajar 1 tahun di TK, 2 tahun di TK, 1 tahun di Play Group dan 2 tahun di Play Group. Jadi variabel (X) meliputi (X1), (X2), (X3), dan (X4). Tempat Penelitian pada SD favorit yang ada di pusat kota Tasikmalaya yaitu SD Citapen, SD Galunggung dan SD pengadilan Dalam hal ini Nazir (1988 : 149) menjelaskan variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Arikunto (1998 : 111) mengemukakan bahwa variabel adalah gejala bervariasi yang menjadi obyek, sehingga variabel dapat dibedakan menjadi variabel kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya Iskandar (2002 : 73) menjelaskan bahwa variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai lebih dari suatu nilai. Dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat): Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama belajar di PAUD (X) yang meliputi (X1) yaitu lama belajar 1 tahun di TK kelas 0 besar, (X2) yaitu lama belajar 2 tahun yaitu di TK kelas 0 besar dan kelas 0 kecil, (X3) yaitu TK kelas 0 besar dan 0 kecil serta Play Group kelas 0 besar, (X4) yaitu TK kelas 0 besar, ditambah kelas 0 kecil dan Play Group kelas 0 besar serta Play Group kelas 0 kecil, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah prestasi belajar di SD kelas 1 (Y1) prestasi belajar SD kelas 2 (Y2), prestasi belajar SD kelas 3 (Y3), prestasi belajar SD kelas 4 (Y4), dan prestasi belajar SD kelas 5 (Y5). Dalam penelitian ini data dijaring dengan menggunakan instrumen yang berbentuk angket yaitu : 1. Pedoman wawancara untuk memperoleh data lama belajar dan prestasi belajar. 2. Studi dokumentasi untuk memperoleh data lama belajar dan prestasi belajar 3. Angket kepada orang tua siswa tentang lama belajar di PAUD. Untuk mengetahui program belajar selama 1 hingga 4 tahun, dilakukan wawancara dan studi dokumentasi kepada guru TK dan tutor Play Group. Program belajar 1 tahun dan 2 tahun diambil dari program belajar pada TK kelas 0 besar dan kelas 0 kecil. Program belajar 3
3 dan 4 tahun diambil dari program belajar Play Group atau Kelompok Bermain (KOBER) bagi anak usia tiga dan empat tahun. Analisis Kawasan Penelitian Kota Tasikmalaya secara geografis berada di bagian tenggara wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak dari ibukota provinsi, Bandung, ±105 km dan dari ibukota negara, Jakarta, ±255 km. Wilayah ini berada pada posisi 108 08’ 38” - 108 24’ 02” BT dan 7 10’ - 7 26’ 32” LS, dengan batas-batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cisayong dan Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya serta Kecamatan Cihaurbeuti dan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis (dengan batas Sungai Citanduy);
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Manonjaya dan Kecamatan Gunung Tanjung Kabupaten Tasikmalaya;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya (dengan batas Sungai Ciwulan); dan
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukaratu, Kecamatan Leuwisari, Kecamatan Singaparna, Kecamatan Sukarame dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya terdiri atas 69 kelurahan yang berada pada 10 kecamatan
(Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Bungursari dan Kecamatan Purbaratu). Luas wilayah keseluruhan 18.385 Hektar (183,85 km2). Daerah yang menjadi tempat penelitian adalah di Kota Tasikmalaya dengan objek penelitian yaitu 3 sekolah dasar yang terdiri dari SD Citapen, SD Pengadilan dan SD Galunggung yang terletak di kecamatan Tawangsari Kota Tasikmalaya. Lokasi yang menjadi objek penelitian terdiri dari 3 sekolah yaitu SDN Citapen, SDN Pengadilan, SDN Galunggung. Berikut merupakan identitas dari setiap sekolah yang menjadi tempat penelitian.
4
a.
SDN GALUNGGUNG
Gambar 5.3 SDN Galunggung SD Negeri Galunggung merupakan sekolah dasar yang berada di Kota Tasikmalaya. SD Negeri Galunggung terletak di Jl Galunggung No.14, RT/RW 1/3, Dsn. , Ds./Kel Tawangsari, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya, Prop. Jawa Barat 46112. Dengan SK Pendirian sekolah 648/kep2121/IMB/BPPT/2011. Status kepemilikan dari sekolah ini adalah pemerintah daerah (Negeri). Luas lahan yang digunakan untuk bangunan sekolah adalah 4785
m 2 b. Kepala
Sekolah dari SD Negeri Galunggung adalah Bapak Nana Hermawan. Jumlah Guru di SD Negeri Galunggung 43 orang (13 laki-laki) dan (30 perempuan) dan 6 orang tenaga pendidik staf tata usaha. Tabel 5.1 Data Sarpras SDN Galunggung No Uraian 1 Ruang Kelas 2 Ruang Lab 3 Ruang Perpus TOTAL Sumber : Tata Usaha SDN Galunggung
Jumlah 31 1 1 33
Berikut ini merupakan jumlah peserta didik yang ada di SDN Galunggung dengan total seluruh peserta didik adalah 905 orang, jumlah laki-laki 458 orang dan jumlah peserta didik perempuan 447 orang.
5
Tabel 5.2 Data Data Rombongan Belajar SDN Galunggung No Uraian Detail Jumlah Total L 71 1 Kelas 1 136 P 65 L 97 2 Kelas 2 187 P 90 L 87 3 Kelas 3 184 P 97 L 83 4 Kelas 4 176 P 93 L 55 5 Kelas 5 111 P 56 L 65 6 Kelas 6 111 P 46 Sumber : Tata Usaha SDN Galunggung
b. SD Negeri Pengadilan
SD
Negeri
Gambar 5.4 SDN Pengadilan Pengadilan terletak di
Jalan
Tarumanagara
No.16
EMPANGSARI Kec. Tawang Kota Tasikmalaya, Prop. Jawa Barat 46112. Dengan SK Pendirian sekolah 1918 Status kepemilikan dari sekolah ini adalah pemerintah daerah (Negeri). Luas lahan yang digunakan untuk bangunan sekolah adalah 5000 m2 b. Kepala Sekolah dari SD Negeri Galunggung adalah ibu Heti
6
Rostikawati Jumlah Guru di SD Negeri Galunggung 15 orang (2 laki-laki) dan (13 perempuan). Tabel 5.3 Data Sarpras SDN Pengadilan No Uraian 1 Ruang Kelas 2 Ruang Lab 3 Ruang Perpus TOTAL Sumber : Tata Usaha SDN Pengadilan
Jumlah 10 0 1 11
Berikut ini merupakan jumlah peserta didik yang ada di SDN Galunggung dengan total seluruh peserta didik adalah 353 orang, jumlah laki-laki 187 orang dan jumlah peserta didik perempuan 166 orang. Tabel 5.4 Data Data Rombongan Belajar SDN Pengadilan No Uraian Detail Jumlah Total L 32 1 Kelas 1 72 P 40 L 31 2 Kelas 2 62 P 31 L 24 3 Kelas 3 47 P 23 L 34 4 Kelas 4 66 P 32 L 23 5 Kelas 5 40 P 17 L 43 6 Kelas 6 66 P 23 Sumber : Tata Usaha SDN Pengadilan
7
c.
SD Negeri Citapen
Gambar 5.5 SDN Citapen SD Negeri Citapen terletak di Jalan Tentara Pelajar No 16 RT 01/ RW 03 Kelurahan Empangsari Kec. Tawang Kota Tasikmalaya, Prop. Jawa Barat 46112. Dengan SK Pendirian sekolah 1908 Status kepemilikan dari sekolah ini adalah pemerintah daerah (Negeri). Luas lahan yang digunakan untuk bangunan sekolah adalah 1440 m2 b. Kepala Sekolah dari SD Negeri Citapen adalah ibu Aning Rosdiana Jumlah Guru di SD Negeri Citapen 21 orang (5 laki-laki) dan (16 perempuan). Tabel 5.5 Data Sarpras SDN Citapen No Uraian 1 Ruang Kelas 2 Ruang Lab 3 Ruang Perpus TOTAL Sumber : Tata Usaha SD Negeri Citapen
Jumlah 16 0 1 16
Berikut ini merupakan jumlah peserta didik yang ada di SDN Citapen dengan total seluruh peserta didik adalah 582 orang, jumlah laki-laki 300 orang dan jumlah peserta didik perempuan 282 orang.
8
Tabel 5.6 Data Data Rombongan Belajar SDN Citapen No Uraian Detail Jumlah Total L 61 1 Kelas 1 111 P 50 L 53 2 Kelas 2 97 P 44 L 55 3 Kelas 3 102 P 47 L 57 4 Kelas 4 112 P 55 L 34 5 Kelas 5 87 P 53 L 40 6 Kelas 6 73 P 33 Sumber : Tata Usaha SD Negeri Citapen
Pengaruh Lama Belajar di PAUD (Play Group dan TK) terhadap Prestasi Belajar di SD 1. Pendidikan dan Pembelajaran S e j a k tel a h
la h i r
m a n u sia
p a d a
d as a r n y a
bel a j a r, b a h k a n
k e t i k a
m a sih
k a n d u n g a n
m e r e k a
tel a h
d a l a m b e l a j a r.
L i n g k u n g a n
p e r t a m a
te m p a t
k e l u a r g a
an a k
bel a j a r
( p r i m a y
m e r u p a k a n i n f o r m a l.
p e n d i d i k a n a d a l a h
g r o u p )
li n g k u n g a n Pe n g a r u h
y a n g
p e n d i d i k a n
k el u a r g a
li n g k u n g a n
d a n
(pen d i d i k a n
n o n f o r m a l/i n f o r m a l) p e m b e n t u k a n d i k e t a h u i n a m u n a r a h
d a n
p r i b a d i di a k u i
m e r e k a
j al u r
b e r b e n t u k d a n / a t a u L e m b a g a
sec a r a
a d a l a h
u n i v e rs a l,
di b i m b i n g y a n g
pe n d i d i k a n
t a m a n
f o r m a l
at h f al
m e n e r u s k a n
9
k e
o p t i m a l
k a n a k - k a n a k
r a u d l a t u l i ni
a n a k
p e rl u
pe r k e m b a n g a n
m e l a l u i
d al a m
y a n g ( T K ) ( R A ).
p e m b i n a a n
se k a li g us t u a
m e n g e m b a n
y a n g di
d a l a m
se r t a
j a w a b
tela h
li n g k u n g a n
m e n e r i m a
t a n g g u n g
pe n d i d i k a n
k e p e r c a y a a n le m b a g a
b e r d a s a r
k elu a r g a.
pe n d i d i k a n
m e m b e r i k a n a n a k
k esem p a t a n
tin g k a h
m e n a m b a h
k e p a d a
a n a k -
j a u h
de p a n
usi a
h al
itu
sat u n y a
al as a n,
te r j a d i
se k a r a n g
u n t u k
sej a k
di n i
k e
le m b a g a
di n i.
N a m u n
b u k a n l a h
sat u -
k ece n d e r u n g a n dise b a b k a n
k esi b u k a n
k e t e r b a t as a n
te n t a n g
m e r e k a
m e m a s u k k a n n y a
d e m i k i a n,
Se p e r ti
m a s y a r a k a t
a n a k
a n a k
sosi a l,
1 9 9 6).
m e m o ti v asi
p e n d i d i k a n
a r a h
k ete r a m p i l a n -
k e
m e m p e r si a p k a n
t a p i
k e
la k u
ke m a j u a n
p e n d i d i k a n,
ja u h
se m a n g a t
( H a k i m ,
d i k e t a h u i,
k a r e n a
sa j a
la k u n y a,
se r t a
k e t e r a m p i l a n
d e n g a n
ti d a k
ti n g k a h
k e c a k a p a n
b e r p i k i r
itu ,
le b i h
m e n g e m b a n g k a n
te r b e n t u k n y a
Selai n
i ni
u n t u k
j u g a
o r a n g
d asa r - d as a r n y a
d i let a k k a n k e l u a r g a
a m a n a t
o r a n g
t u a
ole h
at a u
k e m a m p u a n
p e n g e t a h u a n
m e r e k a
d a l a m
y a n g
p u n d a n
m e n d i d i k
a n a k - a n a k . M e n u r u t
K a m u s
I n d o n esi a, se b a g a i t a t a o r a n g m a n u si a
pe n d i d i k a n
p r oses
la k u
pen g u b a h a n
seseo r a n g
d al a m m e l al u i
p e l a t i h a n ;
Besa r
at a u
usa h a
10
d i a r t i k a n si k a p
d a n
k el o m p o k
m e n d e w a s a k a n
u p a y a
p r o ses,
B a h a s a
pe n g a j a r a n
ca r a,
d a n
pe r b u a t a n
m e n d i d i k.
Se d a n g k a n
N o
T a h u n
2 0
20 0 3,
d i a r t i k a n
se b a g a i
te r e n c a n a
u n t u k
b e l a j a r
d a n
sa d a r
m e w u j u d k a n
p o t e nsi
di r i n y a
ke k u a t a n
k e p r i b a d i a n,
kece r d a s a n,
se r t a
di r i n y a,
d a n
d a n
y a n g
m as y a r a k a t,
(2 0 0 9 )
pe n d i d i k a n
b u d a y a
a k h l a k
N e g a r a.
M u k m i n i n b a h w a
di r i,
k ete r a m p i l a n
d i p e r l u k a n
u n t u k
be r p e n d a p a t
di a r t i k a n
se b a g a i
m e n i n g k a t k a n
m a r t a b a t
h a r k a t
m a n u si a. P e n d i d i k a n
b e r l a n gs u n g
se u m u r
d i l a k s a n a k a n
di
h i d u p
dal a m
k e l u a r g a,
d a n
li n g k u n g a n
se k o l a h ,
d a n
m a s y a r a k a t. Pe n d i d i k a n d i p e r o le h
d a r i
sat u n y a
2 0 0 3,
sat u a n
m e n y ele n g g a r a k a n
p a d a
p e m e r i n t a h w a r g a p e n d i d i k a n
d a n
sat u a n
be r h a r a p I n d o n esi a n asio n a l 11
20
a d a l a h y a n g p a d a
i n f o r m a l
d a n
M e l a l u i d al a m
N o
pe n d i d i k a n
jen j a n g
p e n d i d i k a n.
R I
pe n d i d i k a n
n o n f o r m a l,
seti a p
ti n g k a t a n
U U
sala h sat u a n
pe n d i d i k a n
la y a n a n
f o r m a l,
pi h a k ,
mel al u i
M e n u r u t
se k el o m p o k
j al u r
d a p a t
ber b a g a i
a d a l a h
p e n d i d i k a n. T a h u n
u n t k
s pi r i t u a l
pen g e n d a li a n
m u l i a,
a g a r ak t i f
k e a g a m a a n,
b a n gs a,
s u as a n a
se c a r a
m e n g e m b a n g k a n
R I
d a n
pe m b e l a j a r a n
di d i k
m e m i li k i
U U
pe n d i d i k a n
us a h a
p r oses
p ese r t a
m e n u r u t
je n is
be r b a g a i pe n d i d i k a n ,
s u p a y a
sel u r u h
m e n d a p a t k a n y a n g
tela h
d isele n g g a r a k a n, t u j u a n
te rse b u t,
pe n d i d i k a n
te r c a p a i.
Di
t h
di jel as k a n
2 0 0 3,
n a si o n a l
d al a m
n asi o n a l
p a s al
se r t a
d a n
b e r t u j u a n
u n t u k
ya n g
k e p a d a
T u h a n
c a k a p,
k r e a tif,
w a r g a
N e g a r a
y a n g
pe n d i d i k a n
ti n g k a t
de n g a n
B e r d a s a r k a n
y a n g a n a k
itu ,
p a li n g
usi a
m a k a
d a p a t
be r l a n gs u n g
m e n g e m b a n g k a n m e m b e n t u k
disi m p u l k a n
se u m u r
b e r m a r t a b a t
b e r k u a l i t as.
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
12
p r os es h i d u p
k e m a m p u a n
k a r a k t e r
le bi h
y a n g
p e n d i d i k a n
me r u p a k a n 18
din i
ti n g g i.
defi n isi
ten t a n g
pe n d i d i k a n
m e n j a d i
se r t a
k a r e n a
pe r g u r u a n
be r b a g a i
m e n j el as k a n
d a n
m e n j a d i
me n y e le n g g a r a k a n
yait u
g u n a
be r il m u ,
d a n
O le h
d a s a r,
y a n g
Es a,
de m o k r a t is
d a r i
b a h w a
b e r t a k w a
M a h a
m a n d i r i,
j a w a b.
m e n j a d i
se h a t,
p e n d i d i k a n
te rse b u t,
b a n g s a,
d a n
Y a n g
p e m e r i n t a h
sa m p a i
r a n g k a
a g a r
be r i m a n
m u l i a,
b e r t a n g g u n g
y a n g
be r k e m b a n g n y a
d i d i k
m a n u si a
y a n g
b a n g s a
k e h i d u p a n
pese r t a
20
w a t a k
d a l a m
m e n c e r d as k a n
N o
p e n d i d i k a n
me m b e n t u k
b e r m a r t a b a t
b e r a k h l a k
R I
me n g e m b a n g k a n
pe r a d a b a n
p o t e nsi
U U
d a p a t
pe n d i d i k a n
u n t u k
k e m a m p u a n
3
b a h w a
m e r u p a k a n
b e r f u n gsi
se h i n g g a
m a n u si a se r t a
me r u p a k a n
Pendidikan p e n t i n g
b a gi
d a n
d a n
se h i n g g a
a n a k
d a n
k e m a t i a n sia p
i b u.
u n t u k
u n t u k tet a p u n t u k
u l a n g
leb i h
be rse k o l a h
d a n
b e r h a sil,
a k a n
de n g a n k e m a t i a n
t a h u n
A n a k - a n a k
bel a j a r,
k eli m a
le b i h
r esik o
m u d a
a k a n
y a n g
le b i h
m u n g k i n le b i h
de n g a n
y a n g
se h a t
pe n u r u n a n
be rse k o l a h
p e n g h asil a n y a n g
te r k a i t
de n g a n
le b i h
p e n g o b a t a n
pen u r u n a n
se bel u m
m e r e k a,
y a n g
pe r il a k u
pen c a r i a n
k e m u n g k i n a n
p e n u r u n a n
i b u
m e m p r o m o s i k a n
(health-seeking)
d a n
keti d a k se t a r a a n .
pe n d i d i k a n
pe r il a k u
sa n g a t
a n a k
te r h a d a p
k e m i s k i n a n
ti n g g i
ya n g
kesej a h t e r a a n
b e r k o n t r i b u si
T i n g k a t
h a l
sia p
u n t u k
m u n g k i n
k e m a m p u a n ti n g g i
di
m a s a
d a t a n g.
Pendidikan anak usia dini adalah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal bagi anak-anak yang berumur 0-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar. Lembaga ini membantu melanjutkan pendidikan yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh orang tua dalam keluarga, sedangkan sekolah dasar adalah lembaga pendidikan yang dipersiapkan bagi anak-anak umur 6-13 tahun guna memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam hal kesiapan anak belajar di SD akan berbeda, peserta didik yang pernah sekolah ke PAUD akan lebih siap bila dibandingkan dengan yang tidak sekolah PAUD. Karena mereka sudah terbiasa berhubungan dengan orang lain sehingga tidak terlalu fasip bila bersosialisasi, berbeda dengan yang tidak sekolah PAUD akan ada rasa sedikit kurang percaya diri dan cenderung fasip untuk sementara waktu. Sehingga sekolah PAUD ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan belajar dari peserta didik pada saat masuk ke Sekolah Dasar baik dalam hal bersosisialisasi ataupun kesiapan dalam menerima materi pembelajaran. Prestasi Belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. 13
Menurut Webster’s New Internasional Dictionary, (1951 : 20) prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan seseorang di dalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Peserta didik yang mengikuti pendidikan anak usia dini lebih berprestasi dari pada siswa yang tidak mengikutinya. Hal tersebut karena peserta didik tersebut telah belajar terlebih dahulu dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikutinya. Prestasi ini tidak hanya pada aspek intelektual, namun juga aspek psikomotorik, nilai dan sikap dengan perbedaan yang signifikan. Sehingga pendidikan anak usia dini diajurkan untuk seluruh anak-anak sebelum masuk ke jenjang selanjutnya, agar peserta didik tersebut tidak tertinggal dan keteteran dalam proses belajar mengajar di sekolah. Untuk mengetahui prestasi yang didapatkan oleh peserta didik diperlukan adanya evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Evaluasi tersebut dapat berupa test atau tugas. Evaluasi artinya penilaian tehadap tingkatan keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program (Syah, 1996). Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan oleh guru, sehingga dengan melakukan evaluasi pembelajaran ini dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui prestasi yang didapatkan oleh peserta didik dapat dilihat dari peningkatan nilai Raport pada setiap semesternya serta untuk peserta didik kelas 1 dapat dilihat dari pendapatan nilai yang melebihi standar KKM yang telah ditentukan. Anam (2007) dilakukan oleh National Institute for Educational Research (NIER) di Jepang tentang pengaruh pendidikan anak usia dini (hoikusho dan yochien) terhadap prestasi belajar anak setelah berada di sekolah dasar, sbb: 1) Anak-anak yang pernah mengikuti pendidikan anak usia dini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mereka. 2) Anak-anak yang belajar di taman kanak-kanak selama dua tahun pengaruhnya lebih nyata terhadap prestasi belajar mereka ketika di SD dibanding dengan belajar satu tahun atau tiga tahun (dalam Hakim 2011 :114). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Muliawan (2009), Pendidikan Anak Usia 14
Dini atau yang seringkali disingkat PAUD adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak usia 2 sampai 6 tahun. Pendidikan anak usia dini disebut juga dengan pendidikan anak prasekolah (preschool), taman bermain (playgroup), atau taman kanak-kanak (kindergarten). Ada berbagai jenis lembaga pendidikan anak usia dini yang pada saat ini mulai terbentuk. Lembaga-lembaga tersebut antara lain: Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu, Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), dan sebagainya. Pendidikan anak usia dini, secara khusus, bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan
kognitif
(kecerdasan
intelektual)
sebanyak-banyaknya,
tetapi
mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptive
(bersahabat).
Sifat pendidikan PAUD
lebih familiar
(kekeluargaan),
communicative (menyenangkan), dan yang paling utama lebih persuasive (seruan/ajakan) (Mukminin: 2009). PAUD merupakan bagian dari Ilmu Pendidikan yang secara spesifik mempelajari pendidikan anak usia 0-8 tahun. Perkembangan yang pesat menjadikan PAUD sebagai disiplin ilmu yang multi dan interdisipliner (Suyanto: 2003). Artinya, PAUD merupakan suatu disiplin ilmu yang terdiri atas banyak ilmu yang saling terkait, seperti: ilmu pendidikan, ilmu psikologi perkembangan, ilmu biologi perkembangan, ilmu sosiologi, ilmu kesehatan, ilmu olah raga, dan ilmu bidang studi. Dari berbagai macam pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan lembaga pendidikan bagi anak usia 0 sampai 6 tahun yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki serta memaksimalkan masa pertumbuhan yang sedang dialami oleh anak usia dini. Menurut pasal 28 UU RI No 20 Tahun 2003, pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui pendidikan formal, nonformal, dan/ atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan kebijakan umum yang salah satu diantaranya adalah penekanan pada peningkatan peran serta pembinaan pengembangan pendidikan anak usia dini melalui perluasan daya tampung, peningkatan penyelenggaraan TK, pengembangan model pendidikan melalui kelompok
15
bermain, pendidikan pada lembaga penitipan anak dengan memadukan aspek gizi, kesehatan, dan psikososial secara seimbang dalam rangka meletakkan dasar arah perkembangan dan pertumbuhan anak seutuhnya (Suyatno dan Abas: 2001).
3. Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia Dini Kesiapan bersekolah merupakan strategi yang telah terbukti untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial sebuah masyarakat. Berbagai studi menunjukkan manfaat dan pengembalian investasi dari kesiapan bersekolah, terkait dengan penurunan biaya pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan manusia, dan manfaat bagi masyarakat. Program-program pendidikan dan perkembangan anak usia dini (PAUD) yang efektif dapat menurunkan biaya pendidikan melalui peningkatan efisiensi internal pendidikan dasar: sedikit anak mengulang kelas. Setiap kelas tambahan yang dicapai di sekolah memberikan pendapatan akhir yang lebih tinggi. Orang yang dapat memperoleh lebih banyak akan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Secara keseluruhan, manfaat program PAUD bagi masyarakat lebih besar daripada biaya-biaya tersebut sebesar lima sampai tujuh kali. Kesiapan bersekolah harus dimasukkan dalam perkembangan anak secara holistik, yang meliputi keterampilan dan pengetahuan verbal dan intelektual, kemampuan sosial, serta status kesehatan dan gizi. Studi menunjukkan bahwa kinerja pendidikan yang buruk, penurunan lama pendidikan dan penurunan pendapatan ketika dewasa semuanya dapat dikaitkan dengan anak-anak muda yang bertubuh pendek (stunting). Oleh karena itu, anak-anak memperoleh manfaat terbesar jika programprogram PAUD bersifat holistik, yang mengintegrasikan intervensi psikososial dan kesiapan bersekolah dengan intervensi kesehatan dan gizi. Perkembangan holistik sangat penting bagi kesiapan anak untuk bersekolah dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam lingkungan belajar yang berbeda. Hubungan yang kuat antara perkembangan holistik anak dan kesiapan bersekolah menekankan pentingnya program-program PAUD terpadu multi-sektoral, yang menyatukan kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan, yang menjamin semua anak tentang awal yang kuat untuk hidup. Pemangku
kepentingan
(stakeholder)
di
bidang
pendidikan
perlu
mempromosikan pendidikan untuk seluruh anak di masyarakat, dan tidak hanya bagi mereka yang telah bersekolah. Banyak daerah di Indonesia sekarang ini sedang menerapkan praktek-praktek yang baik terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah, 16
yang bertujuan untuk mengupayakan sekolah agar bertanggung jawab kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas baik. Akan tetapi,
pendekatan
manajemen
berbasis
sekolah-perlu
digabungkan
dengan
mekanisme berbasis masyarakat yang secara terus-menerus memantau kehadiran anak-anak di sekolah, memastikan perkembangan mereka ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan mengidentifikasi anak-anak yang tidak bersekolah atau mereka yang beresiko tidak bersekolah, sehingga dapat dilakukan tindakan secara tepat. Sistem informasi berbasis masyarakat yang kuat dan mekanisme tindak lanjut sangat diperlukan untuk memantau status bersekolah anak. Kurangnya data yang memadai untuk menentukan rencana dan sasaran merupakan salah satu hambatan terbesar terhadap peningkatan akses ke pendidikan, khususnya bagi anak-anak yang kurang beruntung. Pemerintah setempat hanya memiliki data tentang anak-anak yang bersekolah, tetapi bukan data tentang anak-anak yang tidak bersekolah. Untuk melengkapi sistem berbasis sekolah dengan sistem informasi berbasis masyarakat, sekolah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengidentifikasi anak-anak beresiko dan mereka yang telah putus sekolah, dan melakukan tindakan yang tepat, seperti penyediaan transportasi bagi anak-anak dari desa-desa terpencil. Contohcontoh inovatif sistem informasi berbasis masyarakat sudah ada, misalnya, di Kabupaten Polewali-Mandar, Sulawesi Barat. Sistem tersebut memerlukan investasi yang relatif kecil dari anggaran kabupaten tetapi hasilnya akan sangat bermanfaat. Program bantuan sosial perlu menetapkan sasaran pada anak-anak dan remaja yang tidak bersekolah. Bantuan Siswa Miskin (BSM) memberikan beasiswa kepada para siswa miskin, dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memberikan dana operasional sekolah. Kedua program ini berbasis sekolah dan belum secara efektif menjangkau anak-anak yang tidak bersekolah. Mekanisme yang lebih baik untuk menjangkau anak-anak tersebut harus ditetapkan di tingkat pusat atau daerah, sehingga anak-anak yang tidak bersekolah dapat kembali bersekolah dan mendapatkan manfaat dari bantuan sosial berbasis sekolah. Misalnya, pemerintah daerah dapat mendanai program kembali bersekolah dari anggaran kabupaten (APBD). Perlu diperhatikan juga bahwa program bantuan tunai bersyarat seperti PKHii tidak mengatasi masalah transisi dari sekolah menengah pertama ke sekolah menengah atas. Kesempatan dan bentuk-bentuk alternatif pendidikan harus dipromosikan dengan memperhatikan kualitas dan relevansi. Hal ini meliputi pendidikan kecakapan 17
hidup untuk membekali remaja dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani resiko, mengurangi kerentanan dan meningkatkan peluang pasar tenaga kerja. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas guru harus difokuskan pada pemahaman guru tentang mata pelajaran, sertifikasi ulang, penilaian berkala dan pelatihan keterampilan pedagogis. Selama ini, penekanan diberikan pada peningkatan kualifikasi bukan pada kompetensi. Anggaran untuk pelatihan dalam jabatan (inservice) perlu ditingkatkan. Kualitas guru juga diperlukan untuk meningkatkan akses ke pendidikan dasar. Misalnya, guru-guru tidak mendapatkan pelatihan yang memadai untuk kelas-kelas awal sekolah dasar. Di bawah pendekatan sekolah “Satu Atap”, para guru harus memiliki kemampuan untuk mengajar baik di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama. Di sekolah-sekolah kecil, pengajaran multi kelas memerlukan keterampilan khusus, yang sering kali tidak dimiliki oleh para guru. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di daerah-daerah yang tertinggal, diperlukan adaptasi kebijakan dan strategi pendidikan dengan konteks sosial dan budaya setempat. Tingginya pengulangan di kelas-kelas awal sekolah dasar di provinsi-provinsi tertentu antara lain disebabkan oleh anak-anak yang lebih terbiasa dengan bahasa daerah mereka, bukan bahasa nasional Indonesia. Muncul pula masalah tentang bagaimana mencerminkan budaya Indonesia yang kaya dan beragam dalam kurikulum. Masalah ketiga adalah rendahnya prioritas pada pendidikan dalam budaya-budaya tertentu, seperti masyarakat konservatif di Jawa yang mendukung pernikahan dini anak-anak perempuan dan memberikan preferensi pendidikan kepada anak laki-laki. Persediaan, distribusi dan manajemen guru, terutama di daerah-daerah terpencil, mengabaikan semua masalah ini. Inisiatif-inisiatif seperti kompetisi, peningkatan pengawasan, dan tunjangan berbasis kinerja atau penghargaan non-uang dapat menjadi cara-cara efektif untuk meningkatkan motivasi guru dan mengurangi ketidakhadiran. Banyaknya program dan pemangku kepentingan PAUD memerlukan koordinasi kebijakan yang kuat. Kabupaten harus mematuhi kebijakan dan prinsip nasional untuk PAUD yang Terpadu dan Holistik. Advokasi perlu dfokuskan pada hubungan penting antara hasil PAUD dan pendidikan, dan pada pentingnya penggabungan gizi dengan intervensi psikososial. Diperlukan investasi yang lebih banyak untuk PAUD, sehingga anak-anak dari kelompok termiskin dapat memperoleh manfaat dari program-program PAUD 18
holistik dan terpadu. Indonesia telah meningkatkan pengeluaran pendidikan secara mengesankan. Pengeluaran pendidikan pada tahun 2011 sebesar seperlima pengeluaran pemerintah dan 3 persen dari PDB. Akan tetapi, investasi 2009 dalam PAUD hanya sebesar 2,1 persen dari anggaran pendidikan, dibandingkan dengan standar internasional sebesar 4 sampai 5 persen. Sebagai bagian dari skema program perlindungan sosial Indonesia, program PAUD di kabupaten-kabupaten termiskin harus mendapatkan subsidi bagi setiap anak yang terdaftar. Pada umumnya, program PAUD tidak memiliki atau kekurangan dana dalam masyarakat miskin. Akan tetapi, anak-anak dalam masyarakat termiskin ini adalah anak-anak yang akan memperoleh manfaat terbesar dari pelayanan PAUD, sehingga mengurangi dampak kemiskinan terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, Pemerintah pusat dan daerah harus mendukung PAUD dalam masyarakat termiskin ini. Persyaratannya adalah bahwa subsidi tersebut hanya diberikan untuk program menyeluruh dengan intervensi gizi, kesiapan bersekolah dan intervensi psikososial. PAUD terpadu di tingkat masyarakat memerlukan peningkatan pelayananpelayanan yang ada seperti Posyandu dan Bina Keluarga Berencana (BKB) /Pos PAUD. Masyarakat telah memiliki pelayanan berbasis posyandu untuk intervensi kesehatan dan gizi dengan sasaran anak-anak, dan BKB/Pos PAUD untuk pendidikan anak usia dini dan pendidikan orang tua. Pada kenyataannya, para relawan yang memberikan kedua pelayanan ini mungkin sama, tetapi mereka memainkan peran yang berbeda pada waktu yang tidak sama, sehingga memudahkan untuk mengintegrasikan komponen gizi dan psikososial di tingkat masyarakat. PAUD harus diimplementasikan sebagai sebuah rangkaian kesatuan sampai dengan anak berusia delapan tahun. Dinas kabupaten yang memberikan pelatihan kepada para relawan (Dinas Kesehatan, keluarga berencana daerah, dan Dinas Pendidikan) harus bekerja sama untuk memastikan pelatihan terpadu dan penentuan sasaran yang tepat dari berbagai intervensi, dan untuk memastikan kelancaran transisi dari PAUD ke sekolah dasar. Oleh karena itu, isu-isu terkait tentang pembelajaran awal, bahasa pengajaran, persiapan guru “pra-sekolah” dan mereka yang mengajar kelas-kelas awal perlu ditangani secara tepat. Kabupaten perlu merevitalisasi dan memotivasi para kader dan relawan masyarakat, karena sifat kerelawanan itu sendiri tidak berkesinambungan dalam jangka panjang. Mekanisme inovatif untuk mendorong para relawan telah berhasil di 19
kabupaten-kabupaten tertentu seperti Mamuju di Sulawesi Barat, dimana pelatihan relawan tentang kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan digabungkan dengan dukungan pemerintah kabupaten bagi mekanisme kredit. Langkah pemerintah untuk mendaftar relawan yang memenuhi syarat sebagai pekerja kontrak tingkat kabupaten memberikan insentif penting.
4. Prestasi Belajar Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai
seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-8) bahwa tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu : a) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. b) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep. c) Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah 20
diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja. Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubhah melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel melalui Sunarto (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1990: 130) prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Berdasarkan beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan
21
sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto (2003: 54) pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu: Faktor intern Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu: a) Faktor jasmaniah mencakup: (1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh b) Faktor psikologis mencakup: (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motivasi (6) Kematangan (7) Kesiapan c) Faktor kelelahan Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup: (1) cara orang tua mendidik (2) relasi antar anggota keluarga (3) suasana rumah (4) keadaan ekonomi keluarga (5) pengertian orang tua (6) latar belakang kebudayaan b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, mass media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.
SIMPULAN Pendidikan merupakan suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh setiap orang. Dalam hal mencari ilmu tidak adanya batasan yang menghalangi untuk menuntut ilmu. Agar 22
menanamkan pentingnya pendidikan kepada anak dapat diajarkan kepada anak sejak dini. Pendidikan anak usia dini atau PAUD merupakan pendidikan paling mendasar yang diajarkan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini sangat memiliki banyak manfaat karena dengan memasukan anak ke PAUD maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak pada saat memasuki lingkungan sekolah dasar, selain itu anak tidak akan tertinggal materi yang diajarkan oleh guru karena telah dipelajari sebelumnya di PAUD.
DAFTAR PUSTAKA Aviles, A.M, Anderson, T.R, & Davila, E.R. 2006. Child and Adolescent Social-Emotional Development Within The Context of School, Child and Adolescent mental Health Christiana Hari Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta; Kharisma Putra Utama. Hakim, lumanul aceng. 2011. Pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Tangerang : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 Hurlock, E. 1980. Developmental Psychology: A Life-Span Approach, McGraw-Hill, Companies, Inc. New York. Ibnu Hasan Najati &Mohamed A. Khalfan. 2006. The Principle Of Education And Child Psychologi. Terj. M. Anis Maulachela. Iran; Intisyarat al-Nur, Cet.1 Inayat Khan. 2007. Educatian From Before Birrth to Maturity. Terj. Ani Susana, S,Pd. USA: House,Inc. Ridwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Alfabetis. Jakarta. Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistika. SPSS. 16,0. Prestasi Pustaka. Jakarta Santrock J.W. 2007. Child development. 11 edition. Mc Graw-Hill Companies. New York. Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Dalam Kajian Neurosains. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Suyadi dan Maulidya Ulfah .2012. Konsep Dasar PAUD. PT Rosdakarya. Bandung. Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Webster,s New International Dictionary. 1951. https://www.google.com/search?q=penelitian+pengaruh+PAUD+kepada+siswa+SD&ie=utf8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab http://eprints.uny.ac.id/28834/1/Harun%20Alrasid_08101244004.pdf
23