PENGARUH LABA AKUNTANSI TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT DI BEI PADA TAHUN 2012
Rika Mardiani Akuntansi, Universitas Jenderal Achmad Yani Jalan Terusan Jend. Sudirman PO BOX 148, Cimahi email:
[email protected]
Abstrak – Perusahaan sebagai sebuah organisasi bisnis memiliki tujuan utama dalam operasinya yaitu untuk memperoleh kelanjutan hidup perusahaan, laba usaha dalam jangka panjang serta pengembangan dan perluasan usaha. Ketiga tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan dapat dicapai perusahaan jika perusahaan dapat mengoptimalkan modal yang dimilikinya, jika perusahaan tersebut tidak memiliki modal yang mencukupi maka perusahaan dapat memperoleh tambahan modal dengan beberapa cara diantaranya adalah dengan menerbitkan saham perusahaan. Penerbitan saham sendiri akan mengundang minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan dengan imbal jasa yang diharapkan berbentuk dividen yang diterima oleh investor baik berupa dividen tunai maupun bentuk lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah terdapati pengaruh laba akuntansi suatu perusahaan terhadap deviden kas yang akan dibagikan oleh perusahaan yang menjadi hak dari seorang investor. Obyek penelitian ini adalah perusahaan Tekstil dan Garment di Indonesia yang telah listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Variabel independen yang digunakan adalah Laba Akuntansi untuk variabel dependennya menggunakan deviden kas. Kata Kunci : laba akuntansi, dividen kas
I.
PENDAHULUAN Pada kebanyakan perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka panjang (profit), dan pengembangan atau perluasan usaha (expansion). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perusahaan tentunya harus dapat meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan usahanya. Selain itu, tujuan perusahaan harus mampu menciptakan nilai (value creation) bagi pemiliknya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tentunya perusahaan memerlukan dana yang tidak sedikit, dana perusahaan atau juga dapat disebut sebagai modal perusahaan pada umumnya berasal dari pemilik perusahaan atau pemerintah, namun bagaimana jika modal yang dimiliki perusahaan tersebut masih belum mencukupi untuk pencapaian tujuan – tujuan perusahaan tersebut, jika hal tersebut terjadi maka perusahaan dapat memilih beberapa opsi untuk meningkatkan modalnya diantaranya adalah dengan menerbitkasn saham perusahaan. Saham ini nantinya akan dibeli oleh investor yang mengharapkann imbalan berupa dividen dari perusahaan. Perusahaan yang mendapatkan modal tambahan tersebut akan bertumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri
dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Menurut Stice et.al. (2004:902): “Dividen adalah pembayaran kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Dividen dibagikan juga untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan di mata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor. Dividen juga dibayar untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend).
Proceedings SNEB 2014: Hal. 1
Dividen kas adalah distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah perusahaan kepada pemegang sahamnya. Para investor beranggapan dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri. Perusahaan juga harus menganalisis faktor ketersediaan kas, karena walaupun perusahaan laba tapi tidak memiliki kas yang cukup maka ada kemungkinan perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali dan tidak dibagikan dalam bentuk dividen.
Fenomena yang terjadi pada perusahaanperusahaan Textile dan Garment yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 adalah banyaknya perusahaan yang tidak membagikan dividennya khususnya dalam bentuk tunai, padahal sebagian besar perusahaan tersebut memperoleh laba. Bahkan ada perusahaan yang mengalami kerugian tetapi masih dapat membagikan dividen kas kepada investor, berikut data mengenai Laba/Rugi dan Dividen Kas pada Perusahaan Textile dan Garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012:
Tabel 1.1 Daftar Laba/Rugi dan Dividen Kas Perusahaan Textile dan Garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012
No Kode Emiten 1 ADMG 2 ARGO 3 CNTX 4 ERTX 5 ESTI 6 HDTX 7 INDR 8 MYTX 9 PBRX 10 POLY 11 RICY 12 SSTM 13 STAR 14 TFCO 15 TRIS 16 UNIT 17 UNTX Sumber : www.idx.co.id
Laba/(Rugi) (Rp) 81.237.147.820 (118.969.636) (35.220.963.640) 6.195.916 (45.126.573.190) 3.102.049.511 9.052.831.590 (126.172.495.055) 90.413.144.580 (310.588.902.370) 16.978.453.066 (14.137.186.803) 920.838.273 78.187.935.730 44.393.034.558 352.726.678 (11.888.829.850)
Berdasarkan hal tersebut diatas tentunya kurang sesuai dengan teori dari Gordon Litner yaitu “The bird in the hand theory”. Menurut Suherli dan Harahap (2004:23), “Gordon mengemukakan Bird in the Hand Theory menyatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik dari pada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai masa depan (it can fly away)”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa para investor beranggapan dividen yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri. Hal tersebut sangat penting dan harus diperhatikan perusahaan karena investor sangat penting bagi perusahaan. Maka berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis pengaruh laba akuntansi,laba tunai terhadap dividen kas pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. II. 1.
LANDASAN TEORI Pengertian Laba Akuntansi
Dividen Kas (Rp) Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan 2.015.208.720 Tidak Dibagikan 22.026.384.020 Tidak Dibagikan 3.063.861.988 Tidak Dibagikan 2.566.869.827 Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan 4.274.250.000 Tidak Dibagikan Tidak Dibagikan
Laporan keuangan disusun sebagai hasil kinerja menajemen yang merupakan sumber dalam mengevaluasi performance kinerja perusahaan. Kinerja akuntansi dari suatu perusahaan dapat diukur dengan laba akuntansi dan total arus kas. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai konteks. Menurut Belkaoui (2006:32) menyatakan bahwa: “Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis.” Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. Laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Tujuan utama dari akuntansi akrual adalah untuk pengukuran laba. Dua proses
Proceedings SNEB 2014: Hal. 2
utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan beban. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah titik awal pengukuran laba. Selain itu, Belkaoui (2006:217) juga mengemukakan lima karakteristik laba akuntansi: “1. Income akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan (terutama revenue yang berasal dari penjualan barang dan jasa dikurangi kos yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut). Secara konvensional, profesi akuntansi telah menggunakan pendekatan transaksi untuk pengukuran income. Transaksi mungkin eksternal atau internal. Transaksi eksplisit (eksternal) hasil dari penggunaan atau alokasi aset dalam perusahaan. Transaksi eksternal adalah eksplisit karena mereka didasarkan pada bukti yang objektif; transaksi internal adalah implisit karena mereka didasarkan pada bukti yang kurang objektif. 2. Income akuntansi didasarkan pada periode putulat dan merujuk pada kinerja keuangan perusahaan selama satu periode dan berjalannya waktu. 3. Income akuntansi didasarkan pada prinsip revenue memerlukan definisi pengukuran, dan pengukuran revenue. Secara umum, prinsip realisasi merupakan penguji bagi pengukuran revenue, pada gilirannya untuk pengakuan income. 4. Income akuntansi meminta pengukuran biaya (expenses) dalam hal kos historis bagi perusahaan, merupakan kegiatan yang kuat pada prinsip kos. Aset dicatat pada harga perolehannya hingga penjualan terealisir, pada saat perubahan nilai diakui, jadi biaya, merupakan aset yang telah digunakan (expired aguisition cost). 5. Income akuntansi meminta bahwa revenue realitation pada suatu periode dikaitkan dengan kos relevan yang layak atau sesuai. Oleh karena itu, income akuntansi didasarkan oleh prinsip penandingan. Secara mendasar, kos tertentu atau kos periode dialokasikan atau ditandingkan dengan revenue dan kos lain dilaporkan dan dipindahkan sebagai aset. Kos yang dialokasikan dan ditandatangani dengan revenues dianggap telah digunakan jasa potensialnya.” 2.
Dividen Kas Perusahaan akan bertumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Dari seluruh laba
yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Dividen yang diminati oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat dalam beberapa jenis dividen. Menurut Dyckman (2006:439) yang diterjemahkan oleh Ahmad Syafif dividen kas adalah sebagai berikut: “Dividen kas yaitu distribusi laba dalam bentuk aktiva kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya.” 3. Objek dan Metode Penelitian 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas. Peneliti melakukan pengamatan terhadap laporan keuangan tahunan. Pengertian objek penelitian menurut Sugiono (2009:38) adalah: “Objek penelitian (variable penelitian) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.” Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menyampaikan laporan keuangannya selama masa pengamatan, dan memperoleh laba selama tahun pengamatan. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:21) adalah: “Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.” Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa dan diproses lebih lanjut berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh suatu kejelasan terhadap objek yang akan diteliti. 3.3 Operasional Variabel Variabel penelitian yg digunakan adalah, Laba Akuntansi untu Variabbel Independen dan Dividen Kas untuk Variabel Dependennya. 3.4 Pemilihan Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tekstil dan garment yang listing di BEI periode tahun 2012 sebanyak perusahaan. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sampling purposive yaitu tipe
Proceedings SNEB 2014: Hal. 3
pemilihan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel secara acak atau terdiri dari kriteria tertentu, dikarenakan perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI tahun 2012 berjumlah 16 perusahaan, maka sampel yang dipilih adalah seluruh perusahaan tekstil dan garment yang tidak mengalami kerugian dan selalu memperoleh laba positif selama tahun 2012, membayar dividen kas pada tahun 2012 dan perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2012. 3.5 Rancangan analisis data Teknik analisis data adalah rancangan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami, serta diinterpretasikan. Dalam Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu Laba Akuntansi dan satu variabel terikat yaitu Deviden Kas. Berdasarkan hal tersebut, untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi linier sederhana. Menurut (Sugiyono, 2010): “Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.”
Keterangan : t = Nilai uji t r = Koefisien korelasi n = Sampel Prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: I. Apabila t hitung < dari t tabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05, maka Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. II. Apabila t hitung > dari t tabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka Ho diterima, yang berarti secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
3.5.1 Penetapan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya hubungan variabel bebas (Laba Akuntansi) dengan variabel yang terkait (Deviden Kas) dan sejauh mana derajat asosiasi antara kedua variabel tersebut. Pengujian tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu memformulasikan hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternative (Ha). Perumusan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ho: α ≤ 0 Laba Akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Deviden Kas 2. Ha : α ≥ 0 Laba Akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap Deviden Kas
Keterangan: Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan a : Harga Y bila X = 0 (Harga konstan) b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan.
3.5.2 Penarikan Kesimpulan Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel independen maupun dependen. Metode statistik digunakan dengan tingkat taraf signifikansi α = 0,05 artinya derajat kesalahan sebesar 5%. Tujuan dari pengujian koefisien regresi untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen baik secara individual (Uji t).
b=
3.5.3 Uji t (One Tailed) Rumus uji t adalah sebagai berikut :
r√n-2 thitung =
Adapun rumus manualnya untuk koefisien regresi sederhana yaitu : ( ΣYi ) ( ΣXi 2 ) – ( ΣXi ) ( ΣXi Yi ) a= n ΣXi2 – ( ΣXi )2 n ΣXi Yi – ( ΣXi ) ( ΣYi ) n ΣXi2 – ( ΣXi )2 Rumus regresi sederhana dapat diartikan sebagai berikut : Jika nilai variabel X adalah 0, maka nilai variabel Y adalah sebesar nilai a. Koefisien regresi variabel X adalah sebesar b, artinya jika X mengalami kenaikan nilai 1, maka variabel Y akan mengalami peningkatan sebesar nilai b.
√ 1 – r2 Proceedings SNEB 2014: Hal. 4
3.5.4 Koefisien Determinasi (R2) Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi. Rumus koefisien determinasi menurut Riduwan dan Sunarto (2007:81) yaitu sebagai berikut:
KD = r2 x 100% Keterangan: KD : nilai koefisien determinasi r : nilai koefisien korelasi “
yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode tahun 2012. Deviden kas perusahaan tekstil dan garment tahun 2012 dapat dilihat berdasarkan jumlah deviden yang dibagikan secara tunai kepada para pemegang saham, jumlah deviden tunai tercatum pada catatan atas laporan keuangan perusahaan tekstil dan garment tahun 2012. Data deviden kas diambil berdasarkan Jumlah deviden kas yang dibagikan kepada para pemegang saham dan tercantum pada catatan atas laporan keuangan yang tercermin dalam indeks laba akuntansi perusahaan textile dan garment di atas yang terdapat pada laporan keuangan tahun 2012. 4.2.1 Analisis Regresi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketepatan garis regresi sederhana mencocokkan data yang ditujukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara nol dan 1 (0 < R 2 < 1). Jika koefisien determinasi sama dengan nol, maka dapat diartikan bahwa variabel independen sama sekali tidak dapat mencocokkan variasi data variabel independen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen semakin mendekati tingkat ketepatan mencocokkan variabel dependen. Dengan kata lain kesalahan pengganggu dalam model ini diusahakan minimum sehingga R 2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. III.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel seluruh perusahaan tekstil dan garment yang tidak mengalami kerugian dan selalu memperoleh laba positif pada tahun 2012, membayar dividen kas pada tahun 2012 dan perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2012. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 4 perusahaan dari 16 perusahaan tekstil dan garment
Berdasarkan gambar 4.3 dan tabel 4. serta melalui pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diketahui bahwa laba akuntansi INDR cenderung sedikit akan tetapi perusahaan memutuskan untuk membagikan deviden kas 243% dari laba akuntansi, PBRX memperoleh laba akuntansi paling besar diantara perusahaan sampel, namun memutuskan untuk membagikan deviden 3% dari laba akuntansi dan diikuti oleh RICY dan TRIS yang memperoleh laba akuntansi yang membagikan deviden kas 15% dan 10% dari laba akuntansi yang diperoleh perusahaan, atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak semua perusahaan membagikan dividen atas dasar besarnya Laba yang diperoleh. Dalam pembahasan statistik dilakukan uji menggunakan analisis Regresi Sederhana. Untuk memastikan data yang digunakan dapat dihitung menggunakan statistik yang akan dilakukan pada awal pengerjaan analisis dilakukan uji normalitas data dan dilanjutkan dengan perhitungan analisis Regresi serta pengujian hipotesis Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa α sebesar -0,163 menunjukkan bahwa setiap kenaikan laba akuntansi sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan dividen kas sebesar -0,163 dengan asumsi variabel lain tetap,
Tabel 4.1 Ikhtisar Persentase Deviden Kas yang Dibagikan dari Laba Akuntansi yang Diperoleh EMITEN
LABA AKUNTANSI
DEVIDEN KAS
%
Rp 22,026,384,020
243%
INDR
Rp
9,052,831,590
PBRX
Rp
90,413,144,580
Rp
3,063,861,988
3%
RICY
Rp
16,978,453,066
Rp
2,566,869,827
15%
TRIS
Rp
44,393,034,558
Rp
4,274,250,000
10%
Proceedings SNEB 2014: Hal. 5
Tabel 4.3 Analisi Regresi Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
1.326E10
Laba Akuntansi a. Dependent Variable: Dividen Kas Sumber: SPSS 17
Standardized Coefficients Beta
t
8.373E9
-.163
.163
Sig.
1.584
.254
-.997
.424
-.576
Tabel 4.4 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model 1
R .581
R Square a
Adjusted R Square
.338
Std. Error of the Estimate
.007
1.039E10
a. Predictors: (Constant), Deviden_kas Sumber: SPSS 17
Tabel 4.5 Hasil Uji t Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
1.326E10
Laba Akuntansi a. Dependent Variable: Dividen Kas Sumber: SPSS 17
-.163
Standardized Coefficients Beta
t
8.373E9 .163
-.576
Sig.
1.584
.254
-.997
.424
Proceedings SNEB 2014: Hal. 6
1.2.2
Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1. Pada table 4.3 diatas nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.338 yang berarti bahwa korelasi antara laba akuntansi terhadap variabel dividen kas tidak kuat karena berada dibawah 0,5. Angka adjusted R square atau koefisien determinasi adalah 0,007. Hal ini berarti 0,7% variasi atau perubahan dalam dividen kas dapat dijelaskan oleh variasi dari laba akuntansi, sedangkan sisanya (99,3%) dijelaskan oleh sebabsebab lain. 4.2.3 Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t (t test), kemudian untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel menggunakan rumus uji-t. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Ho α ≤ 0 (tidak ada pengaruh signifikan laba akuntansi terhadap dividen kas) Ha α ≥ 0 (ada pengaruh signifikan laba akuntansi terhadap dividen kas) Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut: - Jika nilai probabilitas sig < α 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima (ada pengaruh signifikan laba akuntansi terhadap dividen kas). - Jika probabilitas sig > α 0,05, maka Ho diterima, dan Ha ditolak (tidak ada pengaruh signifikan laba akuntansi terhadap dividen kas). Dari tabel 4.4 dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel laba akuntansi sebesar -0,997 dengan nilai signifikan 0,05. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan angka < 0,05 (-0,997 < 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Atas hal tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pembagian deviden tunai tidak ditentukan dari seberapa besar jumlah laba yang diperoleh. Namun, berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 70 ayat 1 mengenai Perseroan Terbatas yaitu Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Hal ini juga dapat dikatakan sesuai dengan fenomena bahwa banyak perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mendapatkan Laba Bersih namun tidak membagikan devidennya dikarekan perusahaan memperhitungkan cadangan kurang dari 20% dari jumlah modal yang
ditempatkan dan disetor adapun perusahaan yang mengalami kerugian namun masih dapat membagikan devidennya, terdapat hal lain dimana perusahaan yang memperoleh laba paling besar namun memutuskan tidak membagikan deviden sesuai dengan perolehan laba tersebut, kemudian terdapat perusahaan yang memiliki laba relatif lebih kecil dari perusahaan sampel, namun memutuskan untuk membagikan deviden lebih besar. Dengan demikian, penentuan besarnya dividen yang dibagikan dan keputusan membagikan atau tidaknya pembagian deviden oleh perusahaan yaitu berdasarkan keputusan RUPS. Penyisihan laba bersih dilakukan sampai cadangan mencapai paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor. Cadangan wajib adalah jumlah tertentu yang wajib disisihkan oleh Perseroan setiap tahun buku yang digunakan untuk menutup kemungkinan kerugian Perseroan pada masa yang akan datang. Cadangan wajib tidak harus selalu berbentuk uang tunai, tetapi dapat berbentuk aset lainnya yang mudah dicairkan dan tidak dapat dibagikan sebagai dividen. Sedangkan yang dimaksud dengan "cadangan lainnya" adalah cadangan di luar cadangan wajib yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan Perseroan, misalnya untuk perluasan usaha, untuk pembagian dividen, untuk tujuan sosial, dan lain sebagainya. Ketentuan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dinilai sebagai jumlah yang layak untuk cadangan wajib. IV.
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk meniliti pengaruh laba aterhadap deviden kas. Obyek penelitian ini adalah perusahaan Tekstil dan Garment di Indonesia yang telah listing di Bursa Efek Indonesia 2012. Variabel independen yang digunakan adalah Laba Akuntansi yang dianalisis berdasarkan laba setelah disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas antara lain seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit, beban gaji, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar, serta pembelian kredit, dalam menentukan besarnya dividen yang dibagikan. untuk variabel dependennya menggunakan deviden kas. Deviden kas perusahaan tekstil dan garment tahun 2012 dapat dilihat berdasarkan jumlah deviden yang dibagikan secara tunai kepada para pemegang saham. Jumlah laba akuntansi dan deviden tunai tercatum pada catatan atas laporan keuangan perusahaan tekstil dan garment tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Laba akuntansi yang diperoleh Perusahaan tekstil dan garment pada tahun 2012 cukup
Proceedings SNEB 2014: Hal. 7
besar sehingga perusahaan wajib membagikan dividen. 2. Perusahaan tekstil dan garment yang terdaftar di BEI dapat membagikan dividen kasnya dari laba tahun berjalan kepada pemegang saham pada tahun 2012. 3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk variabel laba akuntansi sebesar -0,997 dengan nilai signifikan 0,05. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan angka < 0,05 (-0,997 < 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap dividen kas. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa meskipun perusahaan memperoleh laba bersih, namun tidak berarti perusahaan tersebut wajib membagikan deviden kepada pemegang saham, karena akan banyak pertimbangan ketika diadakan RUPS salah satunya adalah pertimbangan going concern atau kelangsungan hidup perusahaan. REFERENSI Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006. Teori Akuntansi. Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Dyckman, Thomas R., Roland E.Dukes, Charles J.Davis, 2006. Akuntansi Intermediate, Edidisi Ketiga, Jilid 1, Er;angga, Jakarta. Horngren, Charles T, Gary L Sundem, John A.Elliot, 2004. Pengantar Akuntansi Keuangan. Edisi 6, alih bahasa Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga, Jakarta. Muqodim, 2005. Teori Akuntansi, Edisi ke-
1, Ekonisia, Yogyakarta. Sjahrial, Dermawan, 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Stice, Earl K, James D. Stice dan Fred K. Skousen, 2004. Intermediate Accounting. Buku Dua, Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suherli dan Sofyan S Harahap, 2008. Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Dividen. Jakarta: Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Volume 4 Nomor 1. Wild, John J, Subramanyam, dan Robert F.Halsey, 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedelapan, Jilid 1, alih bahasa Yanivis Bachtiar dan S.Nurwahyu Harahap, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. www.idx.co.id Biodata Penulis Rika Mardian, SE., memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi di Universitas Jenderal Achmad Yani, lulus tahun 2012. Sedang menempuh pendidikan S2 pada Magister Ilmu Akuntansi di Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung. Saat ini menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani.
Proceedings SNEB 2014: Hal. 8