1
PENGARUH KUALITAS LABA, EPS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN BETA TERHADAP EQUITY RISK PREMIUM (Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014) ELNIA JULIYANTI SITUMORANG NIM
: 110462201173
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta terhadap equity risk premium pada Perusahaan Properti dan Real Estate di BEI tahun 2011-2014. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode kuantitatif dengan jumlah sampel 33 perusahaan dan jumlah data 132. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id, www.yahoo.finance dan www.bi.go.id. Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik. Setelah diuji asumsi klasik ternyata data tidak normal oleh karena itu data dioutlier sehingga jumlah data menjadi 108. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara parsial kualitas laba dan EPS berpengaruh terhadap equity risk premium, sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan beta tidak berpengaruh terhadap equity risk premium. Secara simultan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta berpengaruh terhadap equity risk premium. Nilai Adjusted R-Square sebesar 0.101 menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 0.899 atau 89.9% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Kata Kunci
1. 1.1
: Equity Risk Premium, Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage, Beta.
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tujuan investor melakukan investasi adalah mengharapkan keuntungan.Martin dan Lillo (dalam Kurniawan, 2013) menyatakan Equity Risk Premium ( ERP ) adalah perbedaan antara return yang diharapkan pada saham biasa dan return pada sekuritas pemerintah. ERP dapat diartikan juga dengan kesediaan investor dalam menanggung risiko yang tinggi dalam berinvestasi dengan harapan mendapatkan return yang tinggi pula diluar dari investasi bebas risiko seperti obligasi pemerintah dan bunga bank.
2
Menurut Surifah (2010) kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan apakah sama laba yang dihasilkan dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya dan kualitas laba semakin tinggi kalau mendekati perencanaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Francis, LaFond, dan Olsson (2004) menemukan bahwa semakin tinggi kualitas laba, ERP akan semakin rendah. Penelitian Kurniawan (2013) dengan menggunakan rasio Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) dimana EPS dapat menunjukkan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh oleh investor. Menurut Saiful dan Erliana (2010) dalam penelitiannya tentang Equity Risk Premium perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya terdapat faktor ukuran perusahaan dan faktor lainnya adalah leverage yang memiliki pengaruh terhadap Equity Risk Premium. Saiful dan Erliana (2010) menyatakan bahwa penambahan utang hingga titik tertentu akan meningkatkan nilai perusahaan, tapi ketika melewati titik optimal, penambahan utang akan menimbulkan kepailitan sehingga menurunkan nilai perusahaan. Selain itu terdapat juga faktor beta yang merupakan pengukur sistematis dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar dan beta saham digunakan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang ada dalam suatu saham. Pertumbuhan yang terjadi pada Perusahaan Properti dan Real Estate dilihat dari Pembangunan yang mengalami kemajuan di Indonesia dan disertai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang merupakan aset tetap. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH KUALITAS LABA, EPS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN BETA TERHADAP EQUITY RISK PREMIUM Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah kualitas laba mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-2014? 2. Apakah EPS mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 20112014? 3. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-2014? 4. Apakah leverage mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-2014? 5. Apakah beta mempunyai pengaruh terhadap equity risk premium tahun 20112014? 6. Apakah kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta secara simultan berpengaruh terhadap equity risk premium tahun 2011-2014?
3
1.3
Batasan Masalah Dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan yang masuk pada kategori Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan empat tahun yaitu dari tahun 20112014. Variabel yang digunakan adalah Equity Risk Premium sebagai variabel dependen dan Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta sebagai variabel independen. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas laba terhadap equity risk premium tahun 2011-2014 2. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap equity risk premium tahun 20112014 3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap equity risk premium tahun 2011-2014 4. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap equity risk premium tahun 2011-2014 5. Untuk mengetahui pengaruh beta terhadap equity risk premium tahun 20112014 6. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta terhadap equity risk premium Tahun 2011-2014 1.5
Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan Equity Risk Premium di Indonesia, khususnya untuk perusahaan Jasa. 2. Secara Aplikasi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dalam rangka untuk meningkatkan return saham perusahaan dan bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam keputusan melakukan investasi. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN, BAB II LANDASAN TEORI, BAB III METODOLOGI PENELITIAN, BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN, BAB V SIMPULAN DAN SARAN
4
2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Equity Risk Premium (ERP) Equity risk Premium (ERP) didefinisikan sebagai perbedaan antara return yang diharapkan pada saham biasa dan return pada sekuritas pemerintah ( Martin & Lillo dalam Saiful & Erliana, 2010). Equity Risk Premium diukur sebagai return yang diharapkan investor melebihi aset bebas risiko seperti obligasi pemerintah (Anin & Falaschetti, 1998) . ERP mencerminkan harga dari risiko yang diambil yang merupakan komponen utama atas return yang diharapkan yang dituntut dengan investasi berisiko. Contoh asset bebas risiko adalah obligasi yang diterbitkan Pemerintah (ORI), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, karena Pemerintah atau Bank Indonesia akan membayar Obligasi atau SBI yang diterbitkan pada saat jatuh tempo (Hartono, 2009). Yesica Yohantin (2009) menghitung return dari asset bebas risiko menggunakan tingkat suku bunga SBI bulanan. Maka perhitungannya adalah : Rf = Tingkat suku bunga SBI selama 12 bulan ( 1 tahun) 12 Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali dikenalkan oleh Sharpe, Lintner dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. CAPM adalah suatu model keseimbangan yang dapat menentukan hubungan antara risiko dan return yang akan diperoleh investor. CAPM menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan pada suatu aktiva berisiko merupaka funsi dari tiga faktor ( Atmaja, 2008) : 1. Tingkat keuntungan bebas risiko, 2. Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio dengan risiko rata-rata, 3. Tingkat keuntungan aktiva berisiko terhadap tingkat keuntungan market portofolio. 2.1.2 Saham Saham adalah keikutsertaan investor dalam perusahaan sebagai pemodal. Saham memberikan pengembalian dalam bentuk deviden, yang biasanya dibayarkan sekali setahun, dan capital gain (kenaikan harga saham di pasar). Deviden adalah laba yang dibagikan. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. 2.1.3 Return Saham Return adalah tingkat pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan oleh investor, dalam hal ini investor menunda konsumsi dengan melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian. Dalam melakukan investasi, investor akan diperhadapkan pada ketidakpastian antara return yang diperoleh dengan
5
risiko yang dihadapi. Semakin besar return yang diharapkan dalam investasi maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi oleh investor. Return saham dapat dihitung sebagai berikut : Return Saham = Pt – P t-1 Pt-1 Keterangan: Pt : Harga saham periode sekarang Pt-1 : Harga saham periode sebelumnya 2.1.4 Kualitas Laba Kualitas laba dapat diartikan sebagai kemampuan informasi laba yang dapat memberikan respon kepada pasar, dan laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon. Laba dikatakan berkualitas jika tidak terdapat penyimpangan dari fakta sesungguhnya dalam proses memperolehnya. Kualitas laba diukur dari nilai discretionary accrual (DACC). Dalam menghitung DACC, digunakan Jones Model (1991) yang telah dimodifikasi dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik (Riahi, 2007). 2.1.5 Earning Per Share ( EPS ) Earning Per Share ( EPS ) atau laba per lembar saham adalah pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya (Fahmi, 2012). Dengan EPS yang tinggi dapat menjadi daya tarik bagi investor karena semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan kepada pemegang saham semakin tinggi. Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan langsung atau dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. 2.1.6 Ukuran Perusahaan Berdasarkan ukuran perusahaan dibedakan menjadi perusahaan ukuran besar dan kecil. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan untuk mengukur ukuran perusahaan. 2.1.7 Leverage Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang ( Fahmi, 2012). Rasio leverage merupakan perbandingan antara total utang terhadap total aset perusahaan. Debt to Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Rasio leverage yang tinggi merupakan sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk, karena hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang berutang menanggung risiko. Tingginya
6
tingkat leverage akan meningkatkan kemungkinan kepailitan (kebangkrutan) dan selanjutnya akan meningkatkan risiko perusahaan (Saiful & Erliana, 2010). 2.1.8 Beta Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto, 2009). Berdasarkan Capital Asset Pricing Model (CAPM), variasi tingkat return saham yang diharapkan akan terjadi dapat dijelaskan oleh beta (Pasaribu, 2009). Beta saham digunakan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang ada dalam suatu saham. Beta suatu saham cenderung mendekati satu (Saiful & Erliana, 2010). Saham dengan beta lebih besar dari satu merupakan saham yang sangat peka terhadap perubahan pasar, saham semacam ini disebut sebagai saham agresif. Sebaliknya jika beta lebih kecil dari satu maka saham tidak peka terhadap perubahan pasar disebut dengan saham defensif, fluktuasi return saham lebih kecil dari fluktuasi return pasar (Hanafi dan Halim, 2000). 2.2
Kerangka Pemikiran H1 Kualitas Laba (X 1)
\
EPS (X 2)
H2
Ukuran Perusahaan (X 3)
H3
Leverage (X 4)
H4
Beta (X 5)
Equity Risk Premium (Y)
H5
Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage, Beta ( X 6)
H6
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
7
2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kualitas Laba terhadap Equity Risk Premium ( ERP ) Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba menunjukkan bahwa laba berkualitas. Semakin tinggi kualitas laba, maka semakin cepat dan tepat laba yang dilaporkan menyampaikan nilai sekarang dari dividen yang diharapkan (Yee, 2005). Kurniawan (2013) menguji pengaruh kualitas laba terhadap Equity Risk Premium pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2007 – 2011 yang menyimpulkan bahwa kualitas laba memiliki pengaruh terhadap Equity Risk Premium. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang diajukan adalah : H1 : Kualitas laba berpengaruh terhadap Equity Risk Premium 2.3.2 Pengaruh Earning Per Share terhadap Equity Risk Premium Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diberikan perusahaan kepada investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya. Investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab Earning per Share (EPS) ini menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Penelitian Boone, et al (2008) menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. Semakin tinggi EPS maka semakin tinggi Equity Risk Permium. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua yang diajukan adalah : H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. 2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Equity Risk Premium Didasarkan pada pendapat Elton dan Gruber (dalam Jogiyanto, 2009) perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, alasannya karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses kepasar modal sehingga dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil. Besar ukuran perusahaan menunjukkan bahwa terdapat banyak informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi (Gebhardt, et al, 2001). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah : H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Equity Risk Premium 2.3.4 Pengaruh Leverage terhadap Equity Risk Premium Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi. Rasio leverage yang tinggi merupakan sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk, karena hanya
8
perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berutang dengan menanggung risiko. Tingginya tingkat leverage akan meningkatkan kemungkinan kepailitan (kebangkrutan) dan selanjutnya akan meningkatkan risiko perusahaan (Saiful & Erliana, 2010). Penelitian Saiful dan Erliana (2010) menemukan bahwa leverage berpengaruh terhadap equity risk premium. Maka hipotesis yang diajukan adalah: H4 : Leverage berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. 2.3.5 Pengaruh Beta terhadap Equity Risk Premium Beta saham digunakan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang ada dalam suatu saham. Dalam model keseimbangan CAPM, nilai beta sangat mempengaruhi tingkat return yang diharapkan, semakin tinggi nilai beta dan return pasar maka akan semakin tinggi return yang disyaratkan oleh investor Penelitian yang dilakukan Saiful dan Erliana (2010 ) menunjukkan bahwa beta memiliki pengaruh terhadap equity risk premium. Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah : H5 : Beta berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. 2.3.6 Pengaruh Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta terhadap Equity Risk Premium Saiful dan Erliana (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi akrual menunjukkan laba perusahaan berkualitas rendah sehingga akan menurunkan equity risk premium. Boone, et al (2008) menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Semakin tinggi EPS maka semakin tinggi Equity Risk Permium. Boone, et al (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Equity Risk Premium. Saiful dan Erliana (2010) menyatakan rasio leverage yang semakin tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan hal itu akan meningkatkan risiko perusahaan. Beta memiliki pegaruh terhadap equity risk premium, semakin tinggi beta maka risiko akan semakin tinggi pula dan meningkatkan equity risk premium. Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H6 : Secara simultan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage dan beta memiliki pengaruh terhadap Equity Risk Premium. 3. 3.1
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Teknik penelitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
9
a) Perusahaan Properti dan Real Estate dari tahun 2010 – 2014 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. b) Perusahaan Properti dan Real Estate yang telah menerbitkan laporan keuangan berturut-turut dari tahun 2010-2014 dan memiliki data yang diperlukan. c) Perusahaan Properti dan Real Estate yang mengalami laba dari tahun 20112014. Dari kriteria diatas maka terdapat 33 Perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian dan akan dijadikan sampel penelitian dengan periode penelitian 4 tahun dari tahun 2011 – 2014. 3.2
Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Peneliti menggunakan data Time Series. Sumber data penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id, www.yahhofinance.com, dan www.bi.go.id dengan periode pengamatan dari tahun 2010-2014 dan tahun penelitian 2011-2014. 3.3 a. b.
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Penelitian Kepustakaan Penelitian Lapangan
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Variabel Independen (Bebas) a) Kualitas Laba (EQ) Model perhitungannya sebagai berikut (Saiful & Erliana, 2010) dan (Riahi, 2007) : DACCit = TACCit - NDACCit TAi, t-1 TACCit = NIit - OCFit TACCit = α1 1 + α2 ∆REVit + α3 PPEit + e TAi, t-1 TAi, t-1 TAi, t-1 TAi, t-1 NDACCit
= α1
1 TAi, t-1
+ α2
(∆REVit - ∆RECit) TAi, t-1
+ α3
Keterangan : DACCit TACCit NIit OCFit TAi t – 1 Δ REVit
= Discretionary accruals perusahaan i periode t = Total accruals perusahaan i periode t = Laba bersih perusahaan i periode t = Arus kas operasi perusahaan i periode t = Total aset perusahaan i periode t – 1 = Perubahan Pendapatan perusahaan i antara periode t dengan
PPEit Tai, t-1
10
ΔRECit PPEit NDACCit α1, α2, α3
periode t -1 = Perubahan Piutang perusahaan i antara periode t dengan periode t-1 = Nilai aktiva tetap perusahaan i periode t = Nondiscretionary accruals perusahaan i periode t = Koefisien regresi
b.
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share ( EPS ) atau laba per lembar saham adalah pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya (Fahmi, 2012). Perhitungannya adalah : EPS = Laba bersih Jumlah lembar saham yang beredar c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaaan diproksikan dengan total aset yang dimiliki perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini (Safarin, 2014) sebagai berikut: Size = TA d.
Leverage Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang ( Fahmi, 2012). Untuk menghitung Leverage digunakan rumus berikut : Leverage = Total Utang Total Aset e. Beta Teknik regresi untuk mengestimasi Beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variabel independen. Jogiyanto (2009) dengan menggunakan model indeks tunggal atau model pasar, Beta dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut : Ri = αi + βi.Rm + ei Keterangan : Ri = return sekuritas ke-i αi = Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar βi = beta Saham Rm = return pasar diperoleh dari IHSG pada saat t dikurangi IHSG saat t-1 (bulan sebelumnya), dibagi IHSG t-1 ei = kesalahan residu
11
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu equity risk premium (ERP), merupakan komponen utama atas return yang diharapkan yang dituntut pada investasi berisiko. Dihitung dengan menggunakan CAPM (Kurniawan, 2013) yang diperkenalkan oleh ( Anin dan Falaschetti, 1998) dalam menghitung ERP dapat dirumuskan sebagai berikut : ERP = Ri – Rf β Keterangan : Ri = return saham Rf = return asset bebas risiko β = beta Ri = αi + βi.Rm + ei Keterangan : Ri = return sekuritas ke-i αi = Nilai ekspektasi dari returnsekuritas yang independen terhadap retur pasar βi = beta Saham Rm = return pasar diperoleh dari IHSG pada saat t dikurangi IHSG saat t-1 (bulan sebelumnya), dibagi IHSG t-1 ei = kesalahan residu 3.5 Alat Analisis 3.5.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali, 2013). Menu ini menampilkan besaran statistik yang akan dideskripsikan pada sebuah variabel. Statistik deskriptif merupakan bidang ilmu statistik yang mempelajari cara pengumpulan, penyajian ringkasan, penyusunan dan penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. 3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik 3.5.2.1 Data Outlier Ghozali (2013) menyatakan ada empat penyebab timbulnya data outlier, yaitu kesalahan dalam memasukkan data, gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, outlier bukan merupakan anggota populasi yang diambil sebagai sampel, outlier berasal dari populasi yang diambil sebagai sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal. Untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai ± 2.5 dinyatakan outlier. Untuk sampel besar dari standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4.
12
3.5.2.2 Uji Normalitas Uji ini dilakukan dengan cara melihat normal probability plot penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013). Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS). Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan p diatas 0.05 maka data terdistribusi normal. 3.5.2.3 Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2013) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam model ini adalah melihat dari nilai VIF dan Tolerance. Nilai cut off Tolerance < 0.10 dan VIF>10 (berarti terdapat multikolinearitas). 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode saat ini dengan periode sebelumnya. Asumsi ini diuji dengan menggunakan Uji Durbin Watson. Nilai Durbin Watson dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 0.05. Syarat tidak terdapat autokorelasi : Du < d < 4 – du. 3.5.2.5 Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan variance dari residual pada model regresi (Ghozali, 2013). Pada penelitian ini uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, yaitu apabila terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar, dan menyempit) maka terjadi heterokedastisitas. Uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji park. LnU2i = α+βLnXi+vi 3.5.3 Analisis Regresi Berganda Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh antara variabel kualitas laba, EPS (Earning Per Share), ukuran perusahaan, leverage, beta terhadap Equity Risk Premium (ERP) dengan menggunakan program SPSS 19.0. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
13
beberapa variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut: ERPt = α + β1 EQt +β2EPSt +β3Sizet + β4 LEVvt + β5BETAt + e keterangan: ERPt : Equity Risk Premiun perusahaan pada periode t α : Koefisien konstanta β1-5 : Koefisien regresi variabel independen EQt : Kualitas laba (Earnings Quality) perusahaan pada periode t EPSt : Earning Per share perusahaan pada periode t SIZEt : Ukuran perusahaan pada periode t LEVt : Rasio leverage perusahaan pada periode t BETAt : Beta perusahaan pada periode t e : error / pengganggu 3.5.4 Pengujian Hipotesis 3.5.4.1 Uji T Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yaitu Kualitas laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Beta secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu Equity Risk Premium (ERP). Tahap pengujiannya adalah merumuskan hipotesis, menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5 %, menentukan keputusan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai berikut: a) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak b) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima. c) Jika – t hitung < - t tabel, maka H0 ditolak 3.5.4.2 Uji F (Ghozali, 2013) pengujian menggunakan uji t dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Yaitu Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage, dan Beta secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate yang go public di BEI tahun 2011-2013. Tahap pengujiannya adalah merumuskan hipotesis, menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5 %, menentukan keputusan dengan membandingkan f hitung dengan f tabel dengan kriteria sebagai berikut: a) Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak b) Jika f hitung < f tabel, maka Ho diterima.
14
3.5.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel‐variabel independennya memberikan hampir semua informasi nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 4. 4.1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Metode Analisis Data Dalam analisis data terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji mulitikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas) dan pengujian hipotesis ( uji R2, uji f, dan uji t). Terdapat 58 Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate tetapi yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian ini adalah 33 Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate selama 4 tahun dan jumlah data 132. 1.2
Statistik Deskriptif Tabel 4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Sebelum Outlier
N 132 132 132 132
Minimu Maximu m m Mean -56.6893 33.9902 -.107685 -.4081 .6776 .047654 .91 1212.82 121.4007 237 37761 6606.77
Std. Deviation 5.9412477 .1119372 188.80204 6474.46
.85 .43692 6.383 1.683211
.1663521 1.5079701
ERP KUALITAS LABA EPS UKURAN PERUSAHAAN LEVERAGE 132 .0297 BETA 132 -2.6606 Valid N (listwise) 132 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif sebelum dioutlier pada tabel 4.2.1 diketahui bahwa jumlah data dalam penelitian (N) adalah 132 data dan dapat diketahui bahwa : 1. Variabel ERP memiliki nilai rata-rata sebesar -0.107685, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP
15
2.
3.
4.
5.
6.
yang negatif, dengan standar deviasi 5.9412477 dari 132 sampel, variabel ERP memiliki nilai minimum -56.6893 dan nilai maksimum 33.9902. Variabel Kualitas Laba memiliki nilai rata-rata sebesar 0.047654, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai Kualitas Laba yang positif, dengan standar deviasi 0.1119372 dari 132 sampel, variabel Kualitas Laba memiliki nilai minimum -0.4081 dan nilai maksimum 0.6776. Variabel EPS memiliki nilai rata-rata sebesar 121.4007, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP yang positif, dengan standar deviasi 188.80204 dari 132 sampel, variabel EPS memiliki nilai minimum 0.91 dan nilai maksimum 1212.82. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 6606.77 hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai ukuran perusahaan yang positif, dengan standar deviasi 6474.46 dari 132 sampel, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 237 dan nilai maksimum 3776133. Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0.439453, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai leverage yang positif, dengan standar deviasi 0.1663521 dari 132 sampel, variabel leverage memiliki nilai minimum 0.0297 dan nilai maksimum 0.85. Variabel beta memiliki nilai rata-rata sebesar 1.683211, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai beta yang positif, dengan standar deviasi 1.5079701 dari 132 sampel, variabel beta memiliki nilai minimum -2.6606 dan nilai maksimum 6.383. Tabel 4.2.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Setelah Outlier N Minimum Maximum 108 -.7935 .7680 108 -.4081 .6776 108 1.4500 1212.8200 108 340 37761
Mean .060353 .050564 123.816574 7185.89
Std. Deviation .2830071 .1187308 199.4064859 6919.199
.8407 6.3830
.439453 1.948962
.1611976 1.5063074
ERP KUALITAS LABA EPS UKURAN PERUSAHAAN LEVERAGE 108 .0297 BETA 108 -2.6606 Valid N (listwise) 108 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
16
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif setelah dioutlier pada tabel 4.2.2 diketahui bahwa jumlah data dalam penelitian (N) adalah 108 data dan dapat diketahui bahwa : 1. Variabel ERP memiliki nilai rata-rata sebesar 0.060353, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ERP yang positif, dengan standar deviasi 0.2830071 dari 108 sampel, variabel ERP memiliki nilai minimum -0.7935 dan nilai maksimum 0.7680. 2. Variabel kualitas laba memiliki nilai rata-rata sebesar 0.050564, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai kualitas laba yang positif, dengan standar deviasi 0.1187308 dari 108 sampel, variabel kualitas laba memiliki nilai minimum -0.4081 dan nilai maksimum 0.6776. 3. Variabel EPS memiliki nilai rata-rata sebesar 93.258045977, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai EPS yang positif, dengan standar deviasi 169.0734708663 dari 108 sampel, variabel EPS memiliki nilai minimum 1.45 dan nilai maksimum 1212.82. 4. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 7185.89 hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai ukuran perusahaan yang positif, dengan standar deviasi 6919.199 dari 108 sampel, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 340 dan nilai maksimum 37,761. 5. Variabel leverage memiliki nilai rata-rata sebesar 0.473325854, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai leverage yang positif, dengan standar deviasi 0.1479128674 dari 108 sampel, variabel leverage memiliki nilai minimum 0.117313 dan nilai maksimum 0.8407089 . 6. Variabel Beta memiliki nilai rata-rata sebesar 2.309011494, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai beta yang positif, dengan standar deviasi 1.2785958368 dari 108 sampel, variabel beta memiliki nilai minimum -0.328 dan nilai maksimum 6.383.
17
4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas
Gambar 4.3.1.1 P-P Plot Sebelum Outlier Tabel 4.3.1.1 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Sebelum Outlier Unstandardized Residual N 132 Normal Mean .0000000 a,b Parameters Std. Deviation 5.89609327 Most Extreme Absolute .390 Differences Positive .297 Negative -.390 Kolmogorov-Smirnov Z 4.479 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015 Dengan melihat P-P Plot yang menyebar jauh dari garis diagonal maka tidak menunjukkan distribusi normal. Dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 4.479 dan signifikan pada 0.000 < 0.05 yang berarti data residu terdistribusi tidak normal. Maka untuk uji normalitas tidak terpenuhi. Dalam penelitian ini ternyata data tidak normal, sehingga tindakan yang dilakukan mengoutlier data dari 33 Perusahaan dengan jumlah 132 data menjadi 108 data.
18
Gambar 4.3.1.2 P-P Plot Setelah Outlier Tabel 4.3.1.2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Outlier
N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Unstandardized Residual 108 .0000000 .26198662 .047 .047 -.047 .492 .969
Dari gambar normalitas pada grafik normal probility plots titik-titik menyebar berhimpit disekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Selain itu juga digunakan uji Kolmogorof – Smirnov untuk menguji normalitas data. Berdasarkan tabel uji Kolmogorof – Smirnov Test dengan nilai 0.492 dan tidak signifikan pada 0.05 (karena p=0.969 > dari 0.05), maka dapat disimpulakan bahwa residual terdistribusi dengan normal.
19
4.3.2 Uji Multikolonieritas Tabel 4.3.2 Uji Multikolonieritas Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Std. Tolera B Error Beta t Sig. nce VIF -.003 .080 -.038 .969 -.684 .225 -.287 - .003 .947 1.056 3.045 .00034 .00013 .235 2.524 .013 .966 1.035 .000003 .000004 .087 .885 .378 .865 1.156
Model 1(Constant) KUALITAS LABA EPS UKURAN PERUSAHAAN LEVERAGE -.079 .185 BETA .034 .020 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
-.045 -.428 .180 1.733
.670 .086
.757 .775
1.321 1.291
Hasil pengujian multikolonieritas disajikan pada tabel 4.3.2 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada model ini, hal ini dapat dilihat dari Tolerance tidak ada yang lebih kecil dari 0.1 dan nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari 10. 4.3.3 Uji Autokorelasi Tabel 4.3.3 Uji Autokorelasi R Adjusted R Std. Error of the Model R Square Square Estimate a 1 .378 .143 .101 .2683310 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
DurbinWatson 1.971
Nilai DW sebesar 1.971, nilai ini akan kita bandingkan dengan menggunakan nilai signifikansi 0.05, jumlah sampel 108 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5). Nilai du pada tabel Durbin Watson 1.780, oleh karena nilai DW sebesar 1.973 lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4 -1.780, maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
20
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3.4 Scatterplot Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Selanjutnya akan dibuktikan dengan menggunakan uji park. Tabel 4.3.4.1 Uji Park Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1(Constant) -3.383 .626 -5.407 KUALITAS LABA -.059 1.759 -.003 -.034 EPS .0001 .001 .018 .188 UKURAN -4.284E-5 .00003 -.120 -1.161 PERUSAHAAN LEVERAGE .380 1.449 .029 .262 BETA -.280 .153 -.199 -1.825 Sumber : Output SPSS diolah penulis, 2015
Sig. .000 .973 .851 .249 .794 .071
Hasil tampilan output SPPS memberikan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan uji Scatterplots.
21
1.3
Pengujian Hipotesis dengan Regresi Linear Berganda
Tabel 4.4 Uji Hipotesis dengan Regresi Linear Berganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1(Constant) -.003 .080 -.038 KUALITAS LABA -.684 .225 -.287 -3.045 EPS .00034 .00013 .235 2.524 UKURAN .000003 .000004 .087 .885 PERUSAHAAN LEVERAGE -.079 .185 -.045 -.428 BETA .034 .020 .180 1.733 a. Dependent Variable: ERP
Sig. .969 .003 .013 .378 .670 .086
Berdasarkan tabel analisis diatas, persamaan model regresi linear adalah sebagai berikut : Y = - 0.003 – 0.684X1 + 0.00034X2 +0.000003X3 -0.079X4 + 0.034X5 1. Konstanta (α) Nilai konstanta (α) sebesar -0.003 menunjukkan bahwa apabila variabel Kualitas Laba, EPS, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Beta konstan, maka nilai variabel Equity Risk Premium (ERP) -0.077. 2. Kofisien β1 untuk varibel kualitas laba Besarnya nilai kofisien regresi (β1) sebesar -0.684 memiliki arti bahwa setiap peningkatan kualitas laba sebesar 1 satuan, maka nilai ERP akan turun sebesar 0.684 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 3. Kofisien β2 untuk variabel EPS Besarnya nilai kofisien regresi (β2) sebesar 0.00034 berarti bahwa setiap peningkatan EPS 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar 0.00034 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4. Kofisien β3 untuk variabel ukuran perusahaan Besarnya nilai kofisien regresi (β3) sebesar 0.000003 memiliki arti bahwa setiap peningkatan ukuran perusahaan 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar 0.000003 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
22
5. Kofisien β4 untuk variabel Leverage Besarnya nilai kofisien regresi (β4) sebesar -0.079 berarti bahwa setiap peningkatan leverage 1 satuan, maka nilai ERP akan turun sebesar 0.079 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 6. Kofisien β5 untuk beta Besarnya nilai kofisien regresi (β5) sebesar 0.034 memiliki arti bahwa setiap peningkatan beta 1 satuan, maka nilai ERP akan naik sebesar 0.034 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4.4.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial ( Uji T ) 1. Untuk variabel kualitas laba menunjukkan nilai thitung sebesar -3.045 < -1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.003 (0.003 < 0.05), maka H1 diterima dan H0 ditolak berarti variabel kualitas laba berpengaruh negatif signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten dengan Boone, et al. (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi akrual menunjukkan perusahaan berkualitas rendah sehingga menurunkan Equity Risk Premium (ERP) perusahaan karena kualitas laba yang diukur dari discretionary accrual merupakan komponen akrual yang memungkinkan manajer melakukan intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak menampilkan laba yang sebenarnya, sehingga investor yang melihat informasi perusahaan melalui laporan keuangan tidak ingin melakukan investasi pada perusahaan yang melakukan manipulasi laba. 2. Untuk variabel EPS menunjukkan nilai thitung sebesar 2.524 > 1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.013 (0.013 < 0.05), maka H2 diterima dan H0 ditolak yang berarti variabel EPS berpengaruh positif signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten dengan Boone, et al. (2008) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP). 3. Untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai thitung sebesar 0.885 < 1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.378 (0.378 > 0.05), maka H3 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsiten dengan Saiful dan Erliana (2010) yang menemukan tidak memiliki pengaruh bagi investor dimana investor belum menggunakan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada saham. 4. Untuk variabel Leverage -0.428 menunjukkan nilai thitung sebesar -0.428 > 1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.670 (0.670 > 0.05), maka H4 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini
23
konsisten dengan penelitian Kurniawan (2013) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap ERP. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Total Aset, dimana aset dibiayai oleh utang tidak memberikan pengaruh terhadap risiko dalam melakukan investasi pada saham. 5. Untuk variabel Beta menunjukkan nilai thitung sebesar 1.733 < 1.98350 (ttabel α= 5%, df = ( 108-5-1) = 102 ) dan signifikan 0.086 (0.086 > 0.05), maka H5 ditolak dan H0 diterima yang berarti variabel Beta tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Erb, Harvey dan Viskanta (1995) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara return dan beta pada pasar yang sedang berkembang. 4.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan ( Uji F ) Tabel 4.4.2 Uji F Sum of Mean Model Squares df Square 1 Regression 1.226 5 .245 Residual 7.344 102 .072 Total 8.570 107
F 3.405
Sig. .007a
Dari uji ANOVA atau F test menghasilkan nilai Fhitung sebesar 3.405 dengan probabilitas signifikansi 0.005. Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel. Nilai Ftabel pada tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan= 95% (df) = (n-k) ; (k-1). Jumlah sampel (n) sebanyak 108 dan jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 6. Jadi, df = (108-6=102) ; (6-1=5), sehingga Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 2.30. Jadi Fhitung > Ftabel , dimana 3.405 > 2.30 dan tingkat signifikansi 0.007 maka keputusan Ha diterima yang artinya kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta berpengaruh signifikan terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. 4.4.3 Koefisien Determinasi (R2)
Model 1
Tabel 4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R Std. Error of the R R Square Square Estimate a .378 .143 .101 .2683310
Berdasarkan nilai kofisien ( adjusted R Square) sebesar 0.101 atau 10.1% yang berarti dari variabel Equity Risk Premium (ERP) dapat dijelaskan oleh
24
variabel kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta . Sedangkan sisanya 0.899 atau 89.9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Besarnya pengaruh yang diberikan kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta terhadap Equity Risk Premium (ERP) adalah 10.1% variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi variabel dependen dan 89.9% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. 2. Secara parsial kualitas laba berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 3. Secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 4. Secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 5. Secara parsial leverage tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 6. Secara parsial beta tidak berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 7. Secara simultan (bersama-sama) kualitas laba, EPS, ukuran perusahaan, leverage, dan beta berpengaruh terhadap Equity Risk Premium (ERP) pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. 5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut: 1. Bagi pihak investor memperhatikan kualitas laba dan EPS untuk pengambilan keputusan dalam melakukan investasi pada saham, sehingga risiko yang sudah diambil sesuai dengan return yang akan didapatkan. 2. Bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan kualitas laba supaya investor melakukan investasi pada perusahaan.
25
3. Bagi Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel yang lebih besar dengan periode penelitan yang lebih panjang serta menambah variabel dalam penelitian sehingga dapat dilihat variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam penelitian dengan jumlah sampel yang besar dan periode yang panjang sehingga lebih mampu mewakili kondisi Bursa Efek Indonesia secara umum. 4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah atau mencari variabel dalam melakukan penelitian selanjutnya dikarenakan penelitian ini pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen sangat kecil. DAFTAR PUSTAKA Annin, Michael and Dominic Falaschetti. (1998). Equity Risk Premium Article. IL: Ibbotson Associates Atmaja, Lukas Setia. (2008) Manajemen Keuangan. Yogyakarta Boone, Jeff P., Inder K Khurana, and K. K. Raman. (2008). Audit Firm Tenure and the Equity Risk Premium, Journal of Accounting Auditing and Finance, Forthcoming. (Online) (Diakses 18 Maret 2015) Tersedia di: http://ssrn. com/abstract=940401 Erb, cloude B., Harvey, Campbell R., dan Viskanta, Tadas E. (1995). Country credit risk and global portfolio selection. Journal of Portfolio Management, Winter Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung Francis, Jennifer., LaFond Ryan., Olsson P., and Schipper K. (2004). Cost of Capital and Earnings Attributes. The Accounting Review 74 (4): 967 Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan B. (2000). Toward and Implied Cost of Capital. Journal of Accounting Research 39 (1): 135-176 Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21. Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hammond, P., Brett and Leibowitz, Martin. (2011). Rethinking the Equity Risk Premium. The Research Foundation Of CFA Institute Hartono. (2009). Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi. Makalah disajikan pada UPT Perpustakaan UNS. (Online) (Diakses 2 Juli 2015) Tersedia di: www.google.co.id di Return dan Risiko Investasi Ibad, Muhammad Irsyadul. 2012. Analisis Pengaruh Rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham, Skripsi. Jawa Timur Jogiyanto. (2009) Teori Portofolio. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta
26
Kurniawan, Umarudin. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Equity Risk Premium Perusahaan di Indonesia. Skripsi, Lampung Pasaribu, Rowland, Bismark, Fernando. (2009). Model Fama dan French sebagai Pembentukan Portofolio Saham Di Indonesia, Journal Akuntansi dan Bisnis 9 (1): 1–12 Riahi, Ahmed - Belkaoui. 2007. Accounting Theory. Edisi Kelima Buku Dua. Jakarta : Salemba Empat Safarin, Sonya. (2013). Pengaruh Leverage, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Porsi Saham Publik Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fak. Ekonomi – UMRAH Tanjungpinang Saiful dan Uvi Elin Erliana. (2010). Equity Risk Premium Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto Surifah. (2010). Kualitas laba dan pengukurannya. Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010. Fak. Ekonomi – Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland. (2010). Manajemen Keuangan. Tangerang Yee, Kenton K. (2006). Earnings Quality and the Equity Risk Premium: Benchmark Model. http://papers.ssrn.com Yocelyn, Azilia dan Yulius Jogi Christiawan. (2012). Analisis Pengaruh Perubahan Arus Kas dan Laba AkuntansiTerhadap Return Saham pada Perusahaan Berkapitalisasi Besar. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2012: 81-90. Surabaya Yohantin, Yesica. (2013). Penggunaa Metode CAPM Dalam Menilai Risiko dan Return Saham Untuk Menentukan Pilihan Berinvestasi pada Saham. Fak. Ekonomi – Universitas Gunadarma Jakarta www.idx.co.id www.yahoofinance.com www.bi.go.id