PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA
Regina Sari
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA
Regina Sari 106092002996
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 2011
Regina Sari 106092002996
CURRICULUM VITAE Nama Lengkap Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir E-mail
: Regina Sari : Perempuan : Bandung, 19 September 1989 :
[email protected]
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 2000-2003 2003-2006 2006-2011
: SLTP Negeri 161 Jakarta : SMA Negeri 29 Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Agribisnis Konsentrasi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya IPK 3,58/4,00
PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2. 3. 4.
Sekretaris Dirjen Humas Badan Pelaksana Pusat (BPP) Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) periode 2009-2011. Ketua Bidang Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis periode 2008-2009. Staf Bidang Kaderisasi Badan Pelaksana Pusat (BPP) Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) periode 2006-2008. Staf Bidang Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis periode 2007-2008.
PENGALAMAN PEKERJAAN 1. 2. 3. 4. 5.
Staf administrasi dan keuangan Lembaga Pemberdayaan Pemulung (LPP) wilayah Tangerang Selatan pada “Pemulung” Empowerment Program oleh Danone Aqua, 2010. Tim surveyor Basseline Survey pada “Pemulung” Empowerment Program oleh Danone Aqua, 2010. Praktek Kerja Lapang pada Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara, 2010. Anggota Tim Surveyor Riset Pengunjung Plaza Semanggi, 2008. Praktek Kerja Lapang (Magang) pada Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Pertanian, Depatemen Pertanian Indonesia, 2007.
RINGKASAN REGINA SARI, Pengaruh Kredit Dana Bergulir Terhadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Makanan Olahan Anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. (Di bawah bimbingan Dr. YON GIRIE MULYONO, M.Si dan MASRUL HUDA, SE, M.Si). Industri kuliner dan makanan olahan dinilai memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan potensi dari menyimpan hasil pasca panen terkait dengan kebutuhan masyarakat akan bahan makanan setiap hari, sedangkan sebagian besar panen musiman. Usaha kuliner dan makanan olahan oleh pengusaha kecil perlu dikembangkan, salah satunya dengan mendukung faktor permodalan. Menambah modal bagi pengusaha kecil bukan hal yang mudah, bagi mereka meminjam uang di Bank selain harus menanggung bunga pinjaman juga harus melalui prosedur yang tidak mudah. Adanya kucuran kredit dana bergulir oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Koperasi Jasa Keuangan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (KJK-PEMK) menjadi salah satu solusi dari permasalahan permodalan untuk pengusaha kecil. Kredit yang dikucurkan harus bermanfaat bagi pengusaha makanan olahan untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan usaha, sehingga pendapatan pengusaha dapat meningkat yang selanjutnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bagi pengusaha kecil. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui adakah hubungan pemberian kredit KJK-PEMK Kebayoran Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 2) Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian kredit KJK-PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 3) Menganalisis seberapa besar pengaruh pemberian kredit KJKPEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tignkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Penelitian dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara yang berlokasi di Jalan Ciputat Raya No. 1A Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KJK PEMK Kebayoran Lama Utara merupakan koperasi pengelola dana bergulir yang telah berjalan sejak tahun 2008 dan berkembang sesuai dengan peraturan dan kebijakan Pemerintah DKI Jakarta. Waktu penelitian berlangsung pada bulan April hingga Mei 2011. Data yang digunakan adalah data primer yang terdiri dari jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang diperoleh dari responden yang merupakan anggota koperasi. Responden adalah seluruh pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara periode Januari hingga Desember 2010. Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer, yakni Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS diperoleh nilai koefisien korelasi r=0,474. Hal ini menunjukan adanya hubungan dengan tingkat
kekuatan hubungan yang sedang dan positif antara pemberian kredit koperasi dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Selanjutnya didapat persamaan regresi Y= 1,538 + 0,485X, dimana nilai 0,485 merupakan koefisien regresi (β) yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan sebesar 1 Rupiah kredit, maka akan menambah pendapatan sebesar 0,485 Rupiah. Hasil uji t menunjukan bahwa koefisien kredit signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara jumlah kredit dengan tingkat pendapatan. Berdasarkan perhitungan SPSS, diperoleh nilai R2 (square) sebesar 0,225 yang artinya sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang terjadi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit. Sedangkan sisanya 77,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang belum dimasukan dalam model penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas seluruh rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk hati dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada: 1. Mamah dan Bapak, orangtuaku tercinta yang selama ini tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, do’a, serta segala upaya dalam memberikan dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 3. Seluruh jajaran Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu dan melayani hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Acep Muhib, MM, selaku Ketua Program Studi Agribisnis yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan sehubungan dengan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh jajaran Program Studi Agribisnis atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si dan Bapak Masrul Huda,SE,M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 7. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Bapak Achmad Tjachja Nugraha,MP selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi. 8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan. 9. Bapak Drs. Chairil Anwar selaku Ketua Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara yang telah memberikan izin penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi pada koperasi. 10. Seluruh pengurus, pengelola, dan anggota Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara yang dengan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, Oktober 2011 Penulis
x
DAFTAR ISI RINGKASAN……………………………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. .
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah....................………………..............
1
1.2 Perumusan Masalah..........................………………………...
4
1.3 Tujuan Penelitian........................................………………….
4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................………………...
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................………...
5
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori……………………………………………... 2.1.1 Pengertian Koperasi ………………………………….. 2.1.2 Koperasi Kredit Atau Koperasi Simpan Pinjam.……... 2.1.3 Pengertian Dana Bergulir…………………………….. 2.1.4 Pengelolaan Dana Bergulir …………………………... 2.1.5 Kredit............……………………………..................... 2.1.5.1 Unsur-unsur Kredit............................................ 2.1.5.2 Tujuan Kredit.............................…………….... 2.1.5.3 Fungsi Kredit............................................……. 2.1.5.4 Jenis-jenis Kredit……………………………... 2.1.5.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit.……………. 2.1.6 Prosedur Pemberian Kredit Koperasi.………………… 2.1.7 Pengertian Pendapatan......……………………………. 2.1.8 Sumber Pendapatan.......................................................
8 8 9 10 11 14 15 18 21 22 26 30 33 34
xi
BAB III
BAB IV
2.2 Penelitian Terdahulu......................................……………….
36
2.3 Kerangka Pemikiran........................………………………...
38
METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................
40
3.2 Jenis dan Sumber Data........................................……………
40
3.3 Metode Pengumpulan Data................................…………….
41
3.4 Operasionalisasi Variabel.....……………..………………….
43
3.5 Metode Penarikan Sampel............................................……..
43
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data…..………………….
44
3.6.1 Analisis Deskriptif…………………………………….. 3.6.2 Analisis Kuantitatif…………………………………… 3.6.2.1 Analisis Korelasi …………………………...... 3.6.2.2 Analisis Regresi ……………………………… 3.6.3.3 Uji Signifikansi Regresi ………………………
44 45 45 47 47
3.7 Definisi Operasional………………………………………...
48
GAMBARAN UMUM KOPERASI 4.1 Sejarah Umum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.............
50
4.2 Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara........……………
51
4.2.1 Visi dan Misi Organisasi................................................ 4.2.2 Dasar Hukum Organisasi............................................... 4.2.3 Struktur Organisasi............................................……....
52 53 54
4.3 Keanggotaan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara...……….
59
4.3.1 Proses Penerimaan Anggota.......................................... 4.3.2 Jenis Usaha Anggota.....................................................
59 60
4.4 Pelayanan Jasa Keuangan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
61
4.5 Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK….………….
62
4.5.1 Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir....................... 4.5.2 Prosedur Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK.
63 64
4.6 Karakteristik Umum Responden............................................
67
4.7 Karakteristik Usaha Responden.........................……………
70
4.8 Kondisi Pemanfaatan Kredit.............................…………….
75 xii
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian.......................................................................... 5.1.1 Perhitungan Korelasi Faktor Kredit Dengan Tingkat Pendapatan....................................................................... 5.1.2 Perhitungan Regresi Faktor Kredit yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan.......................................................... 5.1.3 Perhitungan Koefisien Determinasi Faktor Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan.........................................
BAB VI
80 84 85 87
5.2 Pembahasan..............................................................................
88
5.2.1 Hubungan Kredit Dengan Tingkat Pendapatan............... 5.2.2 Pengaruh Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan.............. 5.2.3 Besar Pengaruh Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan....
88 89 90
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.............................................................................
91
6.2 Saran.......................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL 1.
Penelitian Terdahulu………………………………………....……….
37
2.
Intepretasi Nilai Korelasi (r)…………………………………….......
46
3.
Dasar Hukum KJK PEMK……………………………………........
53
4.
Presentase Responden Berdasarkan Status Usaha ……………….....
72
5.
Presentase Responden Berdasarkan Lokasi Usaha …………………
72
6.
Presentase Responden Berdasarkan Prioritas Usaha ……………….
73
7.
Presentase Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha.…..........
74
8.
Presentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi Program Kredit………………………………………………………
76
9.
Presentase Responden Berdasarkan Lama Pemanfaatan Kredit……
76
10.
Presentase Jawaban Responden Atas Pengetahuan dan Pemahaman Prosedur Pemanfaatan Kredit……………………………………....
77
11.
Presentase Jawaban Responden Atas Kemudahan/ kesulitan Pemenuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit……………….
78
12.
Presentase Jawaban Responden Atas Terbantu/tidak Modal Usaha Dengan Program Kredit……………………………………………..
78
13.
Koefisien Korelasi…………………………………………………..
84
14.
Koefisien Regresi dan Uji t …………………………………………
85
15.
Model Summary …………………………………………………….
87
xiv
DAFTAR GAMBAR 1.
Alur Kerangka Pemikiran….………………………………..............
39
2.
Stuktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.…..............
54
3.
Proses Penyaluran Dana Bergulir…………….……………..............
63
4.
Presentase Responden Berdasarkan Usia…………………………..
68
5.
Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………................
69
6.
Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan..…............
69
7.
Presentase Responden Berdasarkan Jenis Usaha……………….…..
71
8.
Presentase Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha……
74
9.
Presentase Responden Berdasarkan Jumlah Kredit.………………..
81
10.
Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Memanfaatkan Kredit….
82
11.
Tingkat Pendapatan Responden Setelah Memanfaatkan Kredit…...
83
xv
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir PEMK..........................................
95
2.
Flow Chart Prosedur Pengajuan dan Pengguliran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara………………………....
100
3.
Kuesioner………………………………………………………………
101
4.
Daftar Pertanyaan Wawancara………………………………………...
103
5.
Data Responden……………………………………………………….
104
6.
Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan.......................................
106
7.
Hasil Perhitungan Statistik SPSS vr.17…..............................................
107
8.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian…..…………….....................
110
9.
Denah Lokasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara…………………...
111
10.
Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara……………………...
112
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Industri kuliner dan makanan olahan dinilai memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan. Hal ini karena sampai dengan saat ini belum ada pengusaha yang dapat menyimpan usai masa panen. Hal tersebut dikatakan CEO Bogasari Flour Mills Fransiscus Welirang dalam acara talkshow with CEO Oleh Trijaya FM di Jakarta, Rabu (30 Juni 2010). "Tantangan industri kuliner saat ini adalah bagaimana menggabungkan tuntutan konsumen, mempermudah konsumen, dan mengelola makanan. Ini potensinya sangat besar. Apalagi sampai hari ini belum ada pengusaha yang bisa menyimpan usai panen," tambahnya. Menurutnya potensi dari menyimpan hasil pertanian pasca panen terkait dengan kebutuhan dasar masyarakat akan bahan makanan setiap hari, sedangkan panen itu musiman (Pamungkas, 2010: 1). Pengelolaan hasil pertanian pasca panen sangatlah penting, oleh karena itu diharapkan adanya inovasi yang tepat guna untuk meningkatkan usaha pengelolaan pasca panen. Untuk industri kuliner dan makanan olahan yang dijalankan oleh pengusaha kecil, salah satu inovasi yang dibutuhkan adalah dibidang permodalan. Modal adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk untuk berdagang, melepas uang, dsb : harta benda (uang, barang, dsb) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 750).
Menambah modal bagi industri kecil bukan hal yang mudah. Bagi pengusaha kecil menengah meminjam uang di Bank selain harus menanggung bunga cukup tinggi juga melalui prosedur yang tidak mudah. Oleh karena itu, Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan berusaha mengembangkan industri kecil dan menengah termasuk usaha makanan olahan dengan mengucurkan kredit melalui Koperasi Jasa Keuangan (KJK) dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PEMK). Kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 599). Program permodalan tersebut dikelola dan disalurkan kepada masyarakat di setiap Kelurahan di Wilayah Jakarta, tidak terkecuali wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang terletak di Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan tersebut memiliki jumlah luas lahan sebesar 178,22 Ha, dengan berpenduduk sejumlah 41.308 jiwa (Data Statistik Kelurahan Kebayoran Lama Utara, 2008). Melihat besarnya jumlah penduduk yang ada Pemerintah setempat sadar betul akan potensi perekonomian yang dapat dikembangkan melalui program kredit mikro yang pengelolaannya di percayakan melalui Koperasi. Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara berdiri tahun 2008. Didirikan oleh Dewan Kelurahan dengan tujuan sebagai sarana pelayanan permodalan bagi UMKM khususnya, dan anggota/masyarakat pada umumnya di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Dengan dukungan pemerintah DKI
2
Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir semakin memantapkan pendirian koperasi ini. Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir. Lembaga Keuangan Mikro Koperasi ( LKM Koperasi ) adalah Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum koperasi yang dibentuk masyarakat Kelurahan setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir, maka dari itu Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) yang sebelumnya, diubah menjadi program dana bergulir dengan pola baru melalui badan hukum koperasi. Kredit yang diberikan Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) akan sangat bermanfaat bagi anggota pengusaha makanan olahan yang berekonomi lemah untuk berproduksi dan mengembangkan usaha sehingga ada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi anggota, keadaan ekonomi yang seperti inilah yang harus membuat masyarakat lebih mengerti dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Para anggota KJK PEMK berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan kredit dana bergulir KJK PEMK sebagai penambahan modal usaha. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat kaitan antara pemberian kredit dengan pengembangan usaha dan tingkat kesejahteraan pengusaha. Untuk mengetahui lebih dalam adanya peningkatan pendapatan anggota pengusaha
3
makanan olahan sebagai obyek dari pemberian kredit dana bergulir oleh Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “PENGARUH
KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP
TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA “.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan
yang akan diteliti, rumusannya sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan? 2. Apakah terdapat pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan? 3. Berapa besar pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah ada hubungan pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 4
2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. 3. Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan pengetahuan ilmu dibidang penyediaan dukungan permodalan dan bagaimana permodalan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. 2. Bagi koperasi, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sumber pemikiran dan bahan perbandingan untuk dapat mengambil keputusan dalam memberikan kredit. 3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian sejenis.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut: 1. Pada penelitian ini dibahas tentang pemberian kredit dana bergulir Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terhadap pendapatan
5
anggota Koperasi yang menjalankan usaha produksi dan jasa kuliner (makanan olahan). 2. Responden pada penelitian ini adalah anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara periode pencairan kredit bulan Januari s.d Desember 2010 yang menjalankan usaha produksi dan jasa kuliner (makanan olahan). 3. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara.
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pengertian koperasi, pengertian kredit, pengertian tingkat pendapatan, penelitian terdahulu sejenis, serta kerangka pemikiran. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penarikan sampel, serta metode pengolahan dan metode analisa data. BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
6
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kelurahan Kebayoran Lama Utara, sejarah berdirinya koperasi, visi dan misi koperasi, dasar hukum koperasi dan sebagainya. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang disajikan dengan tabel atau gambar dan analisis data secara deskriptif maupun kuantitatif dan mencangkup pembahasan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari uraian dan pembahasan bab-bab sebelumnya dan saran untuk lembaga terkait maupun penulisan penelitian selanjutnya.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Koperasi Prof. Marvin A. Schaars seorang guru besar dari Universitas of Wisconsin,
Madison USA mengatakan “koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir laba atau atas dasar biaya” (Firdaus dan Susanto, 2004: 39). R.M Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940 dalam Pachta (2007: 19) menyatakan
bahwa koperasi adalah perkumpulan
manusia seorang-orang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak memandang haluan agama dan politik dan secara sukarela masuk untuk sekadar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Indonesia dalam Pachta (2007: 19) mendefinisikan koperasi adalah bersifat suatu kerja sama antara orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk meringankan beban hidup atau bebaan kerja. Mohammad Hatta dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia,
mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Pada UU Republik Indonesia No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai “badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan” (Hendar dan Kusnadi, 2002: 14). Pengertian koperasi yang diajukan oleh beberapa pakar dan organisasi nampak saling berbeda satu sama lain walau pada dasarnya definisi-definisi tersebut memiliki inti yang sama, yaitu merujuk koperasi sebagai usaha bersama (berasal dari anggota, dikelola oleh anggota, dan hasil dikembalikan kepada anggota) yang bersifat sukarela untuk mencapai tujuan ekonomi bersama. Dari beberapa definisi diatas, dapat diketahui bahwa koperasi tidak dapat terlepas dari hal-hal sebagai berikut: 1. Koperasi merupakan kumpulan orang orang 2. Bersifat sukarela 3. Mempunyai tujuan ekonomi bersama 4. Organisasi usaha yang dikendalikan secara demokratis 5. Kontribusi modal yang adil 6. Menanggung kerugian bersama dan menerima keuntungan secara adil. 2.1.2
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007: 26) Koperasi Kredit atau Koperasi
Simpan Pinjam ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan
9
modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotadengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Tujuan Koperasi Kredit yaitu sebagai berikut: 1) Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan. 2) Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal semdiri. 3) Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka. 4) Menambah pengetahuan tetang perkoperasian. 2.1.3
Pengertian Dana Bergulir Berdasarkan JUKNIS dalam Pergub Prov. DKI Jakarta No.24 Tahun 2009,
dana bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir. Status dana bergulir dijelaskan sebagai berikut: •
Dana bergulir PEMK adalah merupakan uang milik Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan status kelayakan daerah yang tidak dipisahkan dan merupakan kelompok pembiayaan (bukan hibah).
•
Untuk
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
kelurahan
yang
dimanfaatkan secara bergulir. •
Harus dipertanggungjawabkan.
10
2.1.4
Pengelolaan Dana Bergulir Pelaksanaan pengelolaan dana bergulir adalah kerjasama antara BLUD
PEMK dengan Koperasi (KJK PEMK), dan Bank. Kerjasama dilaksanakan untuk kegiatan penyaluran, penagihan dan pengembalian. Berikut beberapa hal terkait dengan pengelolaan dana bergulir yang dituangkan dalam Buku Saku Pemantapan Pelaksanaan Penyaluran Dana Bergulir (Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta, 2009: 15-21) Pengelolaan dana bergulir pola baru sebagai upaya pemberdayaan ekomomi masyarakat memiliki syarat sebagai berikut: • Lembaga keuangan mikro berbadan hukum koperasi. • Berbasis komunitas Kelurahan dengan pendekatan kelompok. • Dikuatkan dengan pendampingan kelembagaan dan bimbingan usaha mikro. • Pola bagi hasil. • Berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan pengembangan usaha.
Adapun persyaratan koperasi yang dimaksud ialah sebagai berikut: • Berbadan hukum Koperasi. • Hanya mempunyai usaha simpan pinjam. • Berkedudukan dan melakukan usaha disatu wilayah Kelurahan. • Mengembangkan
visi
dan
misi
pemberdayaan
usaha
ekonomi
masyarakat Kelurahan.
11
• Anggota Koperasi terdiri dari anggota masyarakat Kelurahan setempat yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan tempat tinggal dan tidak mempunyai kemampuan kredit dari Bank. • Mempunyai pengelola lembaga Koperasi tersendiri yang berasal dari warga masyarakat Kelurahan setempat minimal berpendidikan Sekoah Lanjutan Tingkat Atas dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela dalam pengelola dana Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). • Mempunyai pembukuan yang tertib sesuai dengan standar akuntansi yang dapat dimonitor setiap saat oleh unit pelaksana teknis, dan menyampaikan laporan keuangan secara periodik bulanan, triwulan, semesteran, dan tahuanan atau setiap saat sesuai kebutuhan. • Mengajukan permohonan kerjasama Pengelolaan Dana Bergulir kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) secara tertulis. • Tunduk dan mematuhi seluruh peraturan Pengelolaan Dana Bergulir yang ditetapkan oleh Gubernur, Kepala Dinas atau Kepala Unit Pelaksana Teknis. Dana bergulir yang dikelola dan disalurkan berdasar alokasi anggaran sebagai berikut: 1. Sumber adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah. 2. Dianggarkan oleh unit pengelola dana bergulir. 3. Anggaran secara fisik ditempatkan dan disimpan di Bank atas nama UPT.
12
4. Anggaran
diterima,
didata,
dibukukan,
dilaporkan,
dan
dipertanggungjawabkan oleh UPT. Pelaksanaan penyaluran dana bergulir kepada pemanfaat, ditetapkan dan diatur sebagai berikut: 1. Penyaluran kepada pemanfaat dilaksanakan oleh Unit Pelaksanaan Teknis melalui LKM Koperasi. 2. Dalam rangka penyaluran dan pengembalian dana bergulir ked an dari pemanfaat, LKM Koperasi harus memiliki rekening di Bank penyaluran kepada pemanfaat oleh Unit Pelaksana Teknis melalui LKM Koperasi dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur. Proses pengembalian dana bergulir dari pemanfaat telah ditetapkan dan diatur sebagai berikut: 1. Pemanfaat wajib mengembalikan dana bergulir yang dimanfaatkan kepada Unit Pelaksanaan Teknis melalui LKM Koperasi. 2. Dana yang wajib dikembalikan oleh pemanfaat terdiri dari: a. Pokok pinjaman b. Jasa pemanfaat dan/atau c. Denda keterlambatan pengembalian 3. Batas waktu pengembalian dana bergulir dari pemanfaat ditentukan dalam perjanjian pemanfaatan dana bergulir oleh LKM Koperasi dan calon pemanfaat.
13
Pemanfaat yang mendapatkan keuntungan dari adanya penyaluran dana bergulir diwajibkan membalas jasa pemanfaatan yang ditetapkan dan diatur sebagai berikut: 1. Jasa pemanfaatan dana bergulir berdasarkan sistem bagi hasil (hasil pemanfaatan). 2. Hasil pemanfaatan bersumber dari keuntungan dalam menyalurkan yang dihitung setiap bulan. 3. LKM Koperasi wajib membuat laporan keuangan bulanan dan menyampaikannya kepada Unit Pengelola Dana Bergulir paling lama 10 hari setelah tanggal akhir bulan laporan. 2.1.5
Kredit Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2002: 101). Definisi kredit menurut Raymond P. Kent dalam Suyatno (1995: 12) adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang. Kasmir (2002: 102) menjelaskan pengertian kredit berdasarkan UndangUndang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan
14
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Kasmir (2002: 102) pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tersebut dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank dan lembaga keuangan lain berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bank berdasarkan konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank dan lembaga keuangan lain yang berdasar prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002: 103). 2.1.5.1 Unsur-unsur Kredit Menurut Suyatno (1995: 14) terdapat 4 unsur yang terdapat dalam kredit, yaitu kepercayaan, waktu, degree of risk, dan prestasi. Berikut penjabaran dari keempat unsur tersebut. 1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan
15
benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3) Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. 4) Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Sedangkan menurut Kasmir (2003: 74-76) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit terdiri dari kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko, dan balas jasa. Adapun penjelasan dari kelima unsur tersebut sebagai berikut: 1) Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank dan lembaga keuangan non-bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh lembaga, karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah/anggota. Peneliti dan penyelidikan
16
dilakukan
untuk
mengetahui
kemauan
dan
kemampuan
nasabah/anggota dalam pembayaran kredit. 2) Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. 3) Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu. 4) Resiko Faktor resiko kerugian dapat disebabkan 2 hal, yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah/anggota sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah/anggota tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih, demikian sebaliknya.
17
5) Balas Jasa Akibat dari fasilitas pemberian kredit bank atau lembaga keuangan lain tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank dan lembaga keuangan lain yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil. 2.1.5.2 Tujuan Kredit Di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan di Indonesia dasar dan falsafah negara berdasar kepada Pancasila, maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila (Suyatno, 1995: 15). Oleh karena itu, menurut Suyatno (1995: 15) tujuan kredit yang diberikan suatu lembaga keuangan, khususnya bank pemerintah adalah untuk: 1) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembagunan. 2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
18
3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usaha. Menurut Kasmir (2002: 105) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank atau lembaga keuangan non-bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak terlepas dari misi lembaga tersebut didirikan. Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: 1) Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank atau lembaga kredit/pembiayaan sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah/anggota. 2) Membantu usaha nasabah Tujuan selanjutnya adalah membantu usaha nasabah/anggota yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usaha. Dalam hal ini kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. 3) Membantu Pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maupun lembaga penyalur kredit lain, maka semakin baik,
19
semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil. Menurut Kasmir (2002: 106) Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan dan lembaga penyalur kredit lain sebagai berikut: •
Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah/anggota dan bank maupun lembaga keuangan lain.
•
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja bebas.
•
Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak pilihan.
•
Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
•
Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.
20
2.1.5.3 Fungsi Kredit Disamping memiliki tujuan, pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Kasmir (2002: 107-108) merumuskan 8 fungsi kredit dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan daya guna uang Jika uang hanya disimpan, tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tesebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang/jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Uang yang disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga sehingga daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit akan memperoleh tambahan uang dari daerah lain. 3) Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi bermanfaat. 4) Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lain bertambah. 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu
21
mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara. 6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegiatan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. Dengan
memperoleh
kredit
nasabah
bergairah
untuk
dapat
memperbesar atau memperluas usaha. 7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semaki baik, terutama dalam hal peningkatan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan rasa saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lain, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia. 2.1.5.4 Jenis-jenis Kredit Pemberian fasilitas kredit dikelompokan kedalam jenis yang masingmasingnya dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Secara umum menurut Kasmir (2003: 76-79) jenis-
22
jenis kredit dilihat dari 5 segi, yaitu segi kegunaan, segi tujuan kredit, segi jangka waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha. Berikut penjabaran kelima segi terbebut. 1) Dilihat dari Segi Penggunaan Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu: a) Kredit investasi Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b) Kredit modal kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan produksi dalam operasional. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada. 2) Dilihat dari Segi Tujuan Kredit Jenis kredit ditinjau dari tujuan adalah: a) Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi.
Kredit
ini
digunakan
untuk
diusahakan
sehingga
menghasilkan suatu barang maupun jasa. b) Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa
23
yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c) Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayaranya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3) Dilihat dari Segi Jangka Waktu Artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasan, jenis kredit ini adalah: a) Kredit jangka pendek Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b) Kredit jangka menengah Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. c) Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang. 4) Dilihat dari Segi Jaminan Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah:
24
a) Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b) Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan si pemilik kredit. 5) Dilihat dari Segi Sektor Usaha Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut: a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor pertanian atau perkebunan rakyat. b) Kredit perternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perternakan. c) Kredit industri, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor industri pengolahan baik industri kecil, menengah atau besar. d) Kredit pertambangan, merupakan kredit yang dibiayai untuk usaha pertambangan. e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang dibiayai untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. f) Kredit profesi, diberikan kepada kalangan profesional.
25
g) Kredit perumahan, untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. h) Dan sektor usaha lainnya. 2.1.5.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank atau lembaga keuangan lain harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan (Kasmir, 2005: 104). Menurut Arthesa & Handiman (2006: 170) mengenai kredit pada umumnya setiap lembaga keuangan melakukan penilaian 5C’s, yaitu berbagai penilaian atas kondisi nasabah/anggota dan usahanya dengan berbagai aspek risiko atau yang lebih dikenal dengan identifikasi risiko yang mungkin timbul, disertai dengan penjelasan yang lengkap. Penilaian 5C’s dalam melakukan analisis terhadap permohonan kredit, yaitu: 1) Character/C1 (Penilaian terhadap Karakter) Penilaian terhadap karakter pemohon kredit dilakukan untuk mengetahui tanggung jawab, kejujuran, keseriusan dalam berbisnis dan keseriusan dalam membayar semua kewajiban ke bank atau lembaga keuangan lain dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya. 2) Capacity/C2 (Penilaian terhadap Kemampuan) Penilaian terhadap kemampuan nasabah bertujuan menukur kemampuan nasabah dalam menjalankan usaha. Informasi yang harus didapat, yaitu: a) Penilaian atas manajemen usaha
26
Meliputi kualitas dan reputasi nasabah, orientasi manajemen, kualitas organisasi, kualitas pengelolaan sumber daya manusia, dan lain-lain. b) Penilaian atas kualitas pasokan Meliputi kualitas, perlengkapan dan peralatan penyimpanan fluktuasi harga, penguasaan sumber, dan efesiensi pengelolaan pasokan. c) Penilaian atas kualitas produksi Meliputi kontinuitas kegiatan produksi, kualitas dan kapasitas alat produksi, peralatan usaha, tingkat efesiensi produksi, kualitas produk, pola produksi, dan peluang pengembangan produksi. d) Penialian atas kualitas pemasaran Penilaian ini meliputi kegiatan pemasaran, harga produk, kualitas promosi, kualitas pemilihan pasar, sarana dan pemilihan posisi pasar, kualitas strategi dan taktik penjualan, pengelolaan penagihan, serta kontinuitas pelanggan. 3) Capital/C3 (Penilaian atas Modal) Penilaian terhadap modal perusahaan bertujuan mengetahui kemampuan nasabah atau perusahaan milik nasabah dalam menanggung
beban
pembiayaan yang dibutuhkan serta kemampuan dalam menanggung beban risiko (risiko sharing) yang mungkin dialami perusahaan itu. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan informasi mengenai sumber dan struktur permodalan, efektivitas penggunaan atau penempatan modal, kualitas penciptaan laba, dan kualitas pemanfaatan laba.
27
4) Condition/ C4 (Penilaian terhadap Kondisi Perekonomian dan Prospek Usaha) Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan perusahaan atas berubah-ubahnya kondisi makro ekonomi dan kemampuan perusahaan mengantisipasinya dalam keadaan yang sulit sekalipun. Penilaian juga dapat dilakukan dengan cara melakukan kajian terhadap beberapa kondisi dan lingkungan usaha sejenis, kemungkinan perubahan kondisi lingkungan usaha sejenis di masa mendatang, serta kemampuan dan fleksibilitas usaha nasabah menghadapi kemungkinan perubahan kondisi dan lingkungan usaha dimasa mendatang. 5) Collaterral/C5 (Penilaian terhadap Anggunan Kredit) Penilaian ini dilakukan berdasarkan nilai wajar atas nilai pasar agunan yang berlaku pada saat dilakukan penilaian. Agunan kredit adalah jaminan dari nasabah ke bank untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul dari pemberian kredit. Kriteria penilaian lain yang digunakan bank atau lembaga keuangan lainnya dalam proses pemberian kredit kepada nasabah/anggota adalah dengan metode 7P. Menurut Kasmir (2005: 106-107) metode analisis 7P sebagai berikut: 1) Personality Yaitu menilai nasabah dari segi keperibadian atau tingkah laku seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
28
2) Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakter. Sehingga nasabah akan mendapat fasilitas yang berbeda. 3) Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 4) Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabahnya. 5) Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semain banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. 6) Profitability Untuk menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperoleh.
29
7) Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. 2.1.6
Prosedur Pemberian Kredit pada Koperasi Prosedur peminjaman kredit pada koperasi dalah rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan di dalam mengelola permohonan kredit dari saat permohonan diterima sampai dengan pencairan dana kredit. Manfaat prosedur pemberian kredit adalah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggota, untuk mengetahui dan menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam permohonan kredit dan untuk mengusahakan pemberian kredit dalam waktu relatif singkat. Urutan kegiatan dalam pengajuan permohonan kredit menurut Tohar (2000 : 107111) adalah sebagai berikut: 1) Permohonan kredit Pada umumnya dilakukan dengan mengisi formulir permohonan kredit, antara lain: a) Calon peminjam terlebih dahulu mengisi formulir permohonan pinjaman yang telah tersedia. b) Petugas memberikan petunjuk serta bimbingan kepada calon dalam pengisian formulir. c) Proses permohonan diteruskan untuk diproses.
30
2) Evaluasi atau analisis kredit Fungsi utama dari evaluasi atau analisis pinjaman adalah untuk menilai sampai sejauh mana kredit tersebut diperlukan oleh calon peminjam dan menilai kondisi serta kemampuan peminjam untuk melunasi pinjaman tersebut, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam mengevaluasi pinjaman adalah sebagai berikut: a) Melakukan interview pada calon peminjam Tujuan dari interview atau tanya jawab ini adalah: -
Mengetahui sampai sejauh mana calon penerima kredit menguasai kegiatan usahanya.
-
Meneliti kembali kebenaran data atau informasi yang diterima.
-
Mengenal lebih dekat pribadi serta sifat dan watak dari calon peminjam.
-
Mengetahui hal-hal lain dari calon peminjam seperti latar belakang kehidupan pendidikan dan pengalaman usaha.
b) Melaksanakan survei Survei dilakukan untuk mendapatkan informasi dari berbagai pihak tentang: -
Reputasi dan kondisi calon peminjam
-
Hubungan dengan pemberi kredit bank atau koperasi lain dan kondisinya sampai saat ini.
-
Penilaian dari teman, rekan usaha atau tetangga.
31
c) Melakukan peninjauan ke tempat usaha Hal ini dilakukan apabila sifat, jenis usaha calon peminjam benarbenar memerlukan untuk ditinjau guna melihat sejauh mana perkembangannya. 3) Keputusan pinjaman a.) Setiap
permohonan
pinjaman
memperoleh
wewenang
dari
pengurus koperasi. b) Manajer
simpan
pinjam
dalam
mengambil
keputusan
mempergunakan bahan pertimbangan sebagai berikut: -
Hasil evaluasi dari permohonan pinjaman, rekomendasi dari pengurus kelompok.
-
Informasi lain yamg diperoleh dari sumber lain sepanjang menyangkut calon peminjam.
c) Ketentuan peminjam yang tertulis dalam lembaran evaluasi yang memuat: -
Jumlah pinjaman yang di setujui
-
Penggunaan pinjaman
-
Besarnya bunga pinjaman
-
Tanggal jatuh tempo pinjaman
-
Jaminan pinjaman
d) Setiap keputusan yang diambil harus ditanda tangani manager simpan pinjam koperasi yang bersangkutan.
32
4) Perjanjian pinjaman Perjanjian pinjaman berisi hal-hal berikut ini : -
Perjanjian pinjaman merupakan hal yang harus dilaksanakan sebelum kredit di cairkan.
-
Penandatanganan perjanjian baru harus dapat dilakukan setelah adanya keputusan pinjaman dari hasil evaluasi.
-
Perjanjian pinjaman tersebut dilaksanakan dengan meliputi surat perjanjian pinjaman dan surat kuasa menjual memindah hak.
-
Surat perjanjian yang asli harus disimpan koperasi .
-
Penandatanganan perjanjian dilaksanakan di kantor koperasi.
-
Copy dari perjanjian harus dipegang oleh peminjam.
5) Pencairan pinjaman Pencairan pinjaman merupakan tahap akhir setelah ketentuanketentuan dipenuhi oleh peminjam. Peminjam harus menandatangani kuitansi rangkap 2 sebagai bukti tanda terima uang tersebut. Yang asli ada pada kasir sedangkan kopinya ada pada peminjam, pinjaman ini diberikan secara tunai dan tidak di benarkan dalam bentuk lain. Bilamana memungkinkan pencairannya di usahakan secara bertahap, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan dalam penggunaan dana tersebut. 2.1.7
Pengertian Pendapatan Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
33
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi (Rustam, 2002: 1). Accounting Terminilogy Bulletin No.2 dalam Riahi & Belkaoui (2006: 279) mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai berikut: “Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk barang dan jasa yang disediakan bagi mereka”. Pendapatan juga mencangkup keuntungan dari penjualan atau penukaran aktiva (selain saham yang diperdagangkan), bunga, dan deviden yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal”. Rahardja & Manurung (2006: 292) mendefinisikan pendapatan sebagai total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Ikatan Akuntansi
Indonesia dalam buku Standar
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (Dahlanforum, 2007: 1).
34
2.1.8
Sumber Pendapatan Pendapatan merupakan konsep aliran (flow concept). Menurut Rahardja &
Manurung (2006: 292-293) ada tiga sumber pendapatan rumah tangga, yaitu pendapatan dari gaji dan upah, pendapatan dari aset produktif, dan pendapatan dari pemerintah. Dibawah ini penjelasan ketiga sumber pendapatan tersebut. 1) Pendapatan dari Gaji dan Upah Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar kecilnya gaji/upah seseorang secara teoritis sangat tergantung dari produktifitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas, yaitu: a) Keahlian (Skill) Keahlian adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, dibutuhkan keahlian yang makin tinggi, karena itu gaji atau upahnya makin tinggi. b) Mutu Modal Manusia (Human Capital) Mutu modal manusia adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan dan latihan. c) Kondisi Kerja Kondisi kerja adalah lingkungan dimana seseorang bekerja penuh resiko atau tidak. Kondisi kerja dianggap makin berat bila resiko kegagalan atau kecelakaan kerja makin tinggi.
35
2) Pendapatan dari Aset Produktif Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial (financial assets), seperti deposito yang mengahasilkan pendapatan bunga, saham yang menghasilkan deviden, dan keuntungan atas modal (capital gain) bila diperjual belikan. Kedua, aset bukan finansial (real assets), seperti rumah yang memberikan penghasilan sewa. 3) Pendapatan dari Pemerintah Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer payment) adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input yang diberikan. Dinegara-negara maju, penerimaan transfer diberikan, mislanya dalam bentuk tunjangan penghasilan bagi para penganggur (unemployment compensation), jaminan sosial bagi orang-orang miskin dan berpendapatan rendah (social security).
2.2
Penelitian Terdahulu Selain tinjauan teoritis mengenai pengertian dari variabel penelitian, pada
penelitian ini juga dilakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang sejenis. Penelitian mengenai pengaruh pemberian kredit atau pembiayaan terhadap tingkat pendapatan para penggunanya telah beberapa kali dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan diberbagai lokasi di Indonesia. Tabel berikut menjelaskan penelitian terdahulu sejenis yang digunakan sebagai tinjauan.
36
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Lokasi/
Penulis
Judul Penelitian
1
Budianto
Pengaruh pemberian kredit produksi terhadap tingkat pendapatan anggota Koperasi Bathara
Koperasi Bathara Kabupaten Banjar Negara Th.2004
Deskriptif kuantitatif (uji statistik regresi linier sederhana)
Pemberian kredit
Tingkat pendapatan
Terdapat pengaruh pemberian kredit terhadap pendapatan anggota koperasi sebesar 20,5%.
2
Desanto
Pengaruh kredit tehadap pendapatan industri kecil Kota Madiun
Kota Madiun Th.2007
Deskriptif kuantitatif (uji statistik regresi linier sederhana)
Kredit
Tingkat pendapatan
Ada pengaruh pemberian kredit terhadap tingkat pendapatan industri kecil.
3
Sa’ad
Pengaruh pembiayaan murabahah terhadap peningkatan pendapatan nasabah BMT Berkah Madani
BMT Berkah Madani Depok, Jawa barat
Deskriptif kuantitatif (statistik non parametrik)
Pembiayaan murabahah
Tingkat pendapatan
Adanya pengaruh positif terhadap pendapatan antara sebelum diberikan pembiayaan dengan setelah diberikan.
4
Dewi
Pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah
Pegadaian syariah Cabang Pondok Aren
Deskriptif kuantitatif (statistik regresi linier sederhana)
Pembiayaan produktif
Tingkat pendapatan
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pembiayaan produktif terhadap tingkat pendapatan.
Objek
Jenis Penelitian
Variabel
No
Independen
Dependen
Hasil Penelitian
Sumber : Data sekunder diolah (2010)
37
2.3
Kerangka Pemikiran
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara merupakan lembaga keuangan berbadan hukum koperasi yang bergerak dibidang pemberdayaan ekonomi penyedia jasa permodalan untuk pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Tugas utama KJK PEMK adalah memberdayakan perekonomian wilayah setempat, dan yang menjadi target utama adalah pelaku pengusaha UMKM. Bantuan permodalan dengan sistem kredit yang disediakan koperasi bertujuan menambah modal produksi para anggota koperasi yang merupakan pengusaha
UMKM.
Dukungan
permodalan
tersebut
diharapkan
dapat
meningkatkan volume produksi dan menambah pendapatan pemanfaat kredit. Dengan usaha yang produktif diikuti pertambahan pendapatan diharapkan para anggota dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Usaha makanan olahan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat berkembang di wilayah Kebayoran Lama Utara. Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi terhadap pengusaha makanan olahan menjadi prioritas. Agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup melalui peningkatan pendapatan, para pengusaha makanan olahan yang merupakan anggota koperasi diberikan kesempatan memanfaatkan kredit untuk menambah modal produksi. Untuk dapat memanfaatkan kredit dana bergulir setiap anggota harus mematuhi prosedur yang berlaku. Dalam penelitian ini akan diketahui siapa pemanfaat kredit, bagaimana karakteristik usaha yang sesuai, dan pemenuhan prosedur lain yang berlaku pada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. 38
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap peningkatan pendapatan pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara digunakan analisis regresi sederhana. Hal ini dilakukan karena analisis regresi merupakan alat yang tepat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (kredit) terhadap variabel dependen (tingkat pendapatan). Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut: Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara
Pemberdayaan Ekonomi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Wilayah Kebayoran Lama Utara
Pengusaha Makanan Olahan Sebagai Objek Pemberdayaan
Pemanfaatan Kredit Dana Bergulir
Jumlah Kredit
- Karakteristik pengguna kredit - Kondisi usaha makanan olahan - Kondisi pemanfaatan kredit Analisis Regresi
Tingkat Pendapatan
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara, Jl Ciputat Raya No.1A, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada Bulan April s.d Mei 2011. Pemilihan lokasi penelitian didasari kebutuhan penulis akan data yang akan diolah dan dianalisis. Potensi pengembangan UMKM di wilayah Kebayoran Lama Utara khususnya pengusaha makanan olahan sebagai bagian dari industri kuliner yang semakin berkembang juga menjadi alasan penulis memilih lokasi tersebut. Keberadaan KJK PEMK sebagai lembaga keuangan yang menyediakan jasa permodalan bagi pengusaha UMKM di wilayah Kebayoran Lama Utara menguatkan pemilihan lokasi penelitian.
3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dapat diolah langsung dari objeknya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, hasil pengumpulan dan pengolahan pihak lain (Muhidin & Abdurahman, 2007: 17). Data primer digunakan untuk menjawab permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian, sedangkan data sekunder digunakan sebagai bahan informasi penunjang dalam melakukan analisis.
Data primer diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian menggunakan cara observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada pengusaha makanan olahan sebagai objek penelitian maupun pihak KJK PEMK Kebayoran Lama Utara sebagai pengelola kredit. Data sekunder diperoleh melalui tinjauan literatur mengenai informasi-informasi yang terkait dengan pembahasan penelitian baik dari pengelola Koperasi maupun instansi lain. Sumber data dalam penelitian ini merupakan informasi yang diperoleh dari pengusaha makanan olahan anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara, dari pengurus dan pengelola KJK PEMK Kebayoran Lama Utara, dari beberapa instansi terkait, serta dari tinjauan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
3.3
Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan melaui 3 metode, yaitu metode
observasi, wawancara (interview), dan kuesioner. Berikut penjelasan ketiga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. 1. Observasi Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Muhidin & Abdurahman, 2007: 19). Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan
41
KJK PEMK maupun pengusaha makanan olahan sebagai anggota koperasi. Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap lokasi, kondisi KJK PEMK, fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perkreditan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. 2. Wawancara (Interview) Teknik wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka (personal face to face interview) dengan sumber data (responden) (Muhidin & Abdurahman, 2007: 21). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan pihak pengurus dan pengelola KJK PEMK untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit, jumlah dan jenis UMKM yang memanfaatkan kredit, dan karakteristik serta lokasi pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK. 3. Kuesioner Kuesioner atau juga yang dikenal sebagai angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui
sebuah
daftar
pertanyaan
yang
sudah
dipersiapkan
sebelumnya, dan harus diisi oleh responden (Muhidin & Abdurahman, 2007: 25). Pengisian kuesioner ditujukan kepada pengusaha makanan olahan pengguna kredit KJK PEMK sebagai responden. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data karakteristik pengusaha makanan
42
olahan, karakteristik usaha yang dijalankan dan jumlah pendapatan yang diterima, serta kondisi pinjaman/kredit yang dimanfaatkan.
3.4
Operasionalisasi Variabel Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel sesuai dengan judul penelitian yaitu pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Adapun variabel tersebut yaitu: 1. Pemberian kredit (X) yang didalamnya terdiri dari modal kerja dan pembiayaan investasi, merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. 2. Tingkat pendapatan (Y), sebagai variabel yang tidak bebas atau dipengaruhi oleh variabel lain.
3.5
Metode Penarikan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 80). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008: 81).
43
Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah sensus, artinya seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Penarikan sampel dilakukan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dengan kata lain anggota populasi dianggap homogen. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota koperasi yang menjalankan usaha di bidang makanan olahan yang memanfaatkan kredit dana bergulir periode Januari s.d Desember 2010 pada Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Pemanfaat kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara periode Januari s.d Desember 2010 secara keseluruhan berjumlah 137 orang, dan didapat jumlah pengusaha makanan olahan adalah 45 orang. Berdasarkan hal tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sensus adalah sebesar 45 objek/responden.
3.6
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. 3.6.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai
responden berdasarkan golongan tertentu. Untuk mendapatkan karakteristik pengusaha makanan olahan di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara, data yang diperoleh ditabulasikan dan kemudian dianalisis berdasarkan karakteristik 44
yang paling menonjol. Beberapa karakteristik yang akan dianalisis seperti karakteristik responden dalam hal ini pengusaha makanan olahan anggota koperasi (jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan), karakteristik usaha yang dijalankan (jenis usaha, lokasi usaha, lama usaha, dan sebagainya) juga kondisi kredit yang dimanfaatkan. 3.6.2
Analisis Kuantitatif Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam
penelitian ini adalah analisis korelasi dan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua variabel atau lebih (Muhidin dan Abdurahman, 2007: 105). Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional maupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2009: 261). 3.6.2.1 Analisis Korelasi Metode analisa dalam penelitian ini adalah dengan menganalisa angkaangka yang ditujukan oleh data serta menganalisis korelasi antara hubungan variabel dan alat ukur yang ada. Dalam penelitian ini digunakan anasisis Korelasi Product Moment yang dapat dihitung dengan rumus (Sugiyono, 2009: 274) sebagai berikut:
r
=
𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑌𝑌− (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 ) (∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌)
�[𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 2 − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 )2 ] [𝑛𝑛 ∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌 2 − (∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌)2 ]
45
Dimana : r = Besarnya korelasi antara X dan Y n = Jumlah sampel X = Pemberian kredit Y = Pendapatan Keterangan: Nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi sempurna (kuat sekali) dan negatif. Nilai r = 0, maka korelasi adalah lemah (tidak ada hubungan). Nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi adalah sempurna (kuat sekali) dan positif. Untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel ditunjukan oleh tanda positif (+) dan negatif (-) yang terdapat pada koefisien korelasi, apabila korelasi (r) bertanda minus (-) menunjukan hubungan yang negatif dan sebaliknya apabila korelasi (r) bertanda positif (+) maka hubungan yang ditunjukan adalah positif (+). Nilai r bertujuan untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel tersebut. Menurut Sugiyono (2009: 231) penafsiran terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut: Tabel 2. Intepretasi Nilai Korelasi (r) No. 1 2 3 4 5
Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sumber: Sugiyono (2009: 231)
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
46
3.6.2.2 Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan sebab akibat (mempengaruhi atau tidak) antara variabel X (kredit) dengan variabel Y (tingkat pendapatan). Selain itu analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. Persamaan umum regresi linear sederhana (Sugiyono, 2009: 261) sebagai berikut: Y = a + bX Dimana: a= b=
(∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌) (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 2 ) − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 )(∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑌𝑌) 𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 2 − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 )2 𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 𝑌𝑌𝑌𝑌− (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 )(∑ 𝑌𝑌𝑌𝑌) 𝑛𝑛 ∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 2 − (∑ 𝑋𝑋𝑋𝑋 )2
Keterangan:
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksi. X = Subjek pada variabel independen yang memiliki nilai tertentu. a = Harga Y ketika harga X = 0 (konstan). b = Koefisien regresi, menunjukan angka peningkatan/penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. 3.6.2.3 Uji Signifikansi Regresi Pemeriksaan keberartian regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, yaitu koefisien regresi sama dengan nol (tidak berarti) melawan hipotesis tandingan bahwa koefisien regresi tidak sama dengan nol (Muhidin & Abdurahman, 2007: 194). Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara dua variabel. H 0 merupakan hipotesis tentang tidak
47
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan H 1 merupakan hipotesis penelitian. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H0
: kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
H1
: kredit berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan.
Untuk menguji apakah hipotesis benar, maka digunakan uji statistik uji t atau berdasarkan probabilitas. Persamaan regresi yang didapat selanjutnya akan diuji apakah memang valid untuk memprediksi variabel dependen. Dengan kata lain, akan dilakukan pengujian apakah variabel kredit benar-benar dapat memprediksi pendapatan dimasa mendatang. Dengan kaidah keputusan: a. Membandingkan statistik t-hitung dengan statistik t-tabel, kriterianya sebagai berikut: t-hitung < t-tabel, maka H 0 diterima dan tolak H 1 . t-hitung > t-tabel, maka H 0 ditolak dan terima H 1 . b. Berdasarkan probabilitas (ρ), kriterianya sebagai berikut: ρ > α, maka H 0 diterima dan tolak H 1 . ρ < α, maka H 0 ditolak dan terima H 1 . 3.7
Definisi Operasional
1) Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) adalah usaha berbadan hukum koperasi yang menjalankan jasa bidang pendukung permodalan yang menjadi mitra Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK).
48
2) Dana bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah
yang
merupakan
kelompok
pembiayaan
diperuntukan
untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir. 3) Kredit dana bergulir adalah suatu pola pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi dengan melakukan kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan anggota sesuai jangka waktu yang ditentukan. 4) Pendapatan adalah jumlah harta/kekayaan pada periode tertentu (1 bulan) dari pengusaha makanan olahan atas hasil usaha (barang dan jasa) yang menggunakan kredit dana bergulir koperasi sebagai pendukung permodalan. 5) Prosedur adalah suatu rangkaian langkah-langkah kegiatan pemanfaatan kredit koperasi yang harus dipenuhi oleh pengurus maupun anggota koperasi, dilengkapi peraturan dan persyaratan tertulis yang dibuat sebagai dasar pelaksanaan (tata cara) pemanfaatan kredit. 6) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah usaha milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha miko, usaha kecil, dan usaha menengah. 7) Makanan olahan adalah produk makanan jadi/setengah jadi yang memiliki nilai ekonomi yang merupakan hasil olahan bahan-bahan hasil pertanian.
49
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI
4.1
Sejarah Umum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat, Provinsi DKI Jakarta
membangun dan mengembangkan pola pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan. Dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan dibentuk Program Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK). Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir, dan lembaga Keuangan Mikro Koperasi ( LKM Koperasi ) adalah Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum koperasi yang dibentuk masyarakat Kelurahan setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir. Sejarah berdirinya KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dimulai dengan adanya tindak lanjut
instruksi Gubernur Nomor 156 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PDB PEMK) Provinsi DKI Jakarta tanggal 27 Oktober 2008 dan Keputusan Gubernur Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan tanggal 4 maret 2009. Oleh karena itu, Dewan Kelurahan dan pemerintah setempat mengumpulkan tokoh masyarakat, Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Agama, PKK, Karang Taruna untuk membentuk Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara.
Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Maskarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara berdiri tahun 2008 didirikan oleh Dewan Kelurahan
dengan
tujuan
sebagai
sarana
bagi
pelayanan
keuangan
anggota/masyarakat Kelurahan khususnya, dan UMKM pada umumnya di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Dengan dukungan pemerintah DKI Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir semakin memantapkan pendirian koperasi ini. Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (yang selanjutnya dalam penulisan ini disingkat KJK PEMK) merupakan salah satu jenis Koperasi yang bergerak dibidang permodalan usaha dan simpan pinjam.
4.2
Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara didirikan untuk memberikan pelayanan pemenuhan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Profil KJK PEMK Kebayoran Lama Utara secara singkat sebagai berikut: Jenis Koperasi
: Koperasi Jasa Keuangan
Bentuk Badan Hukum
: Koperasi
Metode Operasional
: Sistem Bagi Hasil
Nama Koperasi
: KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Alamat
: Jl. Ciputat Raya No. 1 A 51
Kecamatan
: Kebayoran Lama
Kota / DT II
: Jakarta Selatan
Telepon
: 021-727 86240
Aktivitas Bisnis
: Simpanan dan Pinjaman dengan sistem bagi hasil (perorangan dan/atau kelompok)
4.2.1
Ketua Pengurus
: Drs. Chairil Anwar
Manager
: Muhammad, Bsc
Jumlah Staf
: 12 Orang
Jumlah Anggota
: 269 Orang
Visi dan Misi Organisasi Visi dan misi organisasi menjadi landasan penting dalam pelaksanaan
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Adapun visi dan misi KJK PEMK sebagai berikut: Visi : Terwujudnya masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang sejahtera, mandiri, adil, dan berdaya. Misi : 1. Melalui Pembiayaan Bina Ekonomi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Perekonomian masyarakat semakin berkembang dan berdaya saing tinggi. 2. Memberikan kemudahan kepada anggota dan masyarakat dalam memanfaatkan dana koperasi pemberdayaan masyarakat kelurahan
52
3. Memberdayakan usaha mikro dan kecil melalui perkuatan permodalan. 4. Meningkatkan sumberdaya manusia dalam bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan. 5. Memperkuat peran Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum Koperasi dalam mendukung perluasan
kesempatan kerja dan pengentasan
kemiskinan. 4.2.2
Dasar Hukum Organisasi Sebagai organisasi berbadan hukum yang diakui sebagai Lembaga
Keuangan Mikro (LKM), Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara memiliki dasar hukum organisasi yang diakui kelegalannya, yaitu sebagai berikut: Tabel 3. Dasar Hukum KJK PEMK Kebayoran Lama Utara No 1 2 3 4 5
Data Koperasi Pergub Prov. DKI Jakarta Pergub Prov. DKI Jakarta SK Menkop UMKM Akta Pendirian Akte Perubahan
Nomor
Tanggal
Registrasi
Nomor 96 Tahun 2008 Nomor 24 Tahun 2009 641 / BH / XII.4 / 1.829.31/IV/2008
8 Oktober 2008 4 Maret 2009 22 April 2008 26 Desember 2007 28 Juli 2009 14 Desember 2009 16 November 2007 28 Oktober 2009
Pemerintah Daerah Prov. DKI Jakarta Pemerintah Daerah Prov. DKI Jakarta Dinas Koperasi Provinsi DKI Jakarta Notaris Tetty.H. Soebroto,SH,MH Notaris Eka Purwanti,SH Dinas Koperasi Provinsi DKI Jakarta
60 57
6
SIUP
03059 /1.824.271
7
NPWP
8
Izin Tempat Usaha
02.623.237.1013.000 175/1.824/2009
Sumber: KJK PEMK Kebayoran Lama Utara (2009: 10)
KPP Jakarta Selatan Kecamatan Kebayoran Lama
53
4.2.3
Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(KJK-PEMK) Kebayoran Lama Utara memiliki struktur organisasi yang jelas menggambarkan fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap elemen organisasi. Struktur organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara menerangkan secara tertulis hubungan kerja masing-masing unsur pada organisasi. Gambar berikut ini adalah Struktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
Rapat Anggota (RA) Pengawas Ketua Pengurus Wakil Ketua Pengurus
Sekretaris
Bendahara
Manajer Pengelola
Kasir
Administrasi dan Keuangan
Pemasaran
Gambar 2. Struktur Organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Sumber: Dinas Koperasi UKM Prov. DKI Jakarta (2008: 5)
54
Adapun tugas pokok dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi di atas adalah: 1. Rapat Anggota 1) Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam KJK PEMK. 2) Rapat anggota koperasi dilaksanakan antara lain untuk menetapkan: a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). b. Kebijaksanaan umum dibidang organisasi, manajemen usaha dan permodalan koperasi. c. Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian Pengurus dan Pengawas. d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan laporan keuangan. e. Pembagian Sisa Hasil Usaha. 3) Rapat anggota dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun. 4) Rapat anggota dapat dilakukan secara langsung atau melalui perwakilan yang pengaturannya ditentukan dalam AD/ART. 2. Pengawas 1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi KJK PEMK, termasuk konsistensi penerapan prinsip bagi hasil. 2) Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi KJK PEMK. 3) Memberikan koreksi, saran teguran, dan peringatan kepada pengurus. 4) Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
55
5) Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas pengawasan kepada Rapat Anggota. 3. Ketua Pengurus 1) Bertanggungjawab atas aktivitas Koperasi KJK PEMK dan melaporkan perkembangan unit Koperasi KJK PEMK kepada seluruh anggota dan pengawas melalui mekanisme rapat yang disepakati. 2) Terseleksinya calom karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan dan
mengeluarkan
Surat
Keputusan
pengangkatan/pemberhentian
karyawan. 3) Terkendalinya aktivitas jasa keuangan di KJK PEMK. 4) Terjadinya kondisi kerja yang aman, nyaman di koperasi KJK PEMK. 5) Terbukanya
kerjasama
dengan
pihak-pihak
luar
dalam
rangka
mengembangkan usaha KJK PEMK. 6) Menjaga agar dalam aktivitas KJK PEMK tidak lari dari visi dan misi. 4. Sekretaris 1) Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keanggotaan KJK PEMK. 2) Mengadministrasikan semua surat masuk dan keluar yang berkaitan dengan aktivitas pengurus. 3) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan pengurus. 4) Mendistribusikan hasil rapat pengurus kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
56
5. Bendahara 1) Mengeluarkan laporan keuangan KJK PEMK kepada pihak yang berkepentingan. 2) Memberi laporan mengenai perkembangan simpanan wajib dan simpanan pokok anggota. 6. Manajer Pengelola 1) Menjabarkan kebijakan umum KJK PEMK yang telah dibuat Pengurus dan disetujui Rapat Anggota. 2) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran koperasi dan rencana jangka
pendek,
rencana
jangka
panjang,
serta
proyeksi
(financial/nonfinansial) kepada pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota. 3) Menyetujui penyaluran dana yang jumlahnya tidak melalui batas wewenang manajemen. 4) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan. 5) Mengamankan seluruh harta kekayaan koperasi KJK PEMK. 6) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat laporan secara periodik. 7) Menandatangani dan menyetujui permohonan penyaluran dana dengan batas wewenang yang ada. 8) Meningkatkan
pendapatan
dan
menekan
biaya
serta
mengawasi
operasional kantor.
57
7. Kasir (Teller) 1) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas. 2) Terselesaikannya laporan kas harian. 3) Tersedianya laporan arus kan pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi. 4) Menerima setoran dan penarikan tabungan. 5) Menyediakan pelayanan uang tunai bagi bagian pembiayaan untuk proses pencairan di lapangan sesuai dengan persetujuan pencairan pembiayaan. 6) Menerima pembayaran angsuran pembiayaan dari bagian pembiayaan yang dilakukan di luar kantor Koperasi. 8. Administrasi dan Keuangan 1) Pembuatan laporan keuangan 2) Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara langsung dengan keuangan. 3) Menyediakan data yang dibutuhkan untuk kebutuhan analisis lembaga. 4) Pengeluaran dan penyimpanan uang dari dan ke brankas (sebagai petugas alternatif/petugas pengganti). 9. Bagian Pemasaran 1) Tercapainya target pemasaran baik pembiayaan maupun tabungan. 2) Terselesaikannya permasalahan di tingkat pembiayaan dan tabungan. 3) Pengarsipkan bukti transaksi yang terkait. 4) Bertanggung jawab dalam poses pengajuan dan penyaluran dana.
58
4.3
Keanggotaan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Keanggotaan koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara tidak banyak
berbeda dengan koperasi lainnya di Indonesia. Dalam hal ini akan dibahas proses atau prosedur penerimaan anggota koperasi, jumlah anggota, dan jenis usaha yang dijalankan oleh anggota. 4.3.1
Proses Penerimaan Anggota Jumlah anggota KJK PEMK pada sampai Desember 2010 berjumlah 269
orang. Adapun proses penerimaan anggota pada KJK PEMK adalah sebagai berikut: 1. Calon anggota koperasi melengkapi formulir pengajuan anggota koperasi dan menyiapkan persyaratan untuk menjadi anggota (data kependudukan, membayar simpanan pokok, dll). 2. Setelah formulir dan persyaratan diberikan kepada pengurus koperasi, sekretaris koperasi meninjau kelengkapan persyaratan. 3. Calon anggota dengan data dan persyaratan yang lengkap diterima atau disahkan menjadi anggota koperasi, dengan mendapatkan nomor urut anggota. 4. Anggota koperasi wajib membayar simpanan wajib yang telah ditentukan koperasi. Pemanfaatan jasa pelayanan keuangan (kredit usaha) oleh anggota memiliki aturan main yang jelas yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Adapun aturan keanggotaan koperasi sebagai syarat pengajuan kredit dijelaskan sebagai berikut: 59
1. Calon anggota diberikan formulir pengajuan anggota dan persyaratan untuk menjadi anggota. 2. Calon anggota koperasi wajib membayar simpanan pokok sebesar Rp.50.000 sebagai syarat menjadi anggota koperasi. 3. Setelah menjadi anggota koperasi, anggota wajib membayar simpanan wajib (Rp. 10.000) secara periodik setiap bulan. 4. Anggota koperasi yang telah melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib berhak mengajukan pinjaman modal untuk usaha. 4.3.2
Jenis Usaha Anggota KJK PEMK menyalurkan kredit produktif/usaha kepada anggotanya
dengan harapan para anggota dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara terdiri dari para pengusaha dengan jenis usaha yang berbeda-beda. Adapun jenis usaha yang dijalankan oleh anggota dari KJK PEMK Kebayoran Lama Utara sebagai berikut: 1. Jenis usaha dagang: Pedagang buah; pedagang sayuran; pedagang tanaman hias; pedagang ikan hias; pedagang sembako; pedagang makanan. 2. Jenis usaha home industry Produsen kue jajanan; industri makanan; industri kecil konveksi; industri kerajinan. 3. Jenis usaha makanan Makanan kaki lima; makanan ringan/jajanan pasar; makanan tradisional; rumah makan.
60
4. Jenis usaha jasa Usaha sablon; pembuatan stempel; percetakan; wartel; warnet; bekleding dan penjahit. 5. Jenis usaha Kerajinan Kerajinan tangan dan daur ulang.
4.4
Pelayanan Jasa Keuangan KJK PEMK Kebayoran Lama Utara Pelayanan jasa keuangan yang diberikan oleh KJK PEMK Kebayoran
Lama Utara kepada anggota dijabarkan sebagai berikut: 1. Pelayanan Penyaluran dana a. Pelayanan Pinjaman Kelompok : 1) Penyaluran dana dengan metode grameen bank. 2) Tanpa agunan/jaminan. 3) Nominal pembiayaan antara Rp. 1.000.000,- – Rp. 5.000.000,- . 4) Jangka waktu pinjaman antara 3-12 bulan. 5) Bagi hasil sama dengan 18-24 % per tahun. b. Layanan Pinjaman Individu 1) Pembiayaan dengan metode sistem Bagi Hasil. 2) Tanpa agunan/jaminan. 3) Nominal penyaluran Rp. 500.000,- – Rp. 5.000.000,-. 4) Sasaran pembiayaan laki-laki dan perempuan pelaku usaha kecil dan mikro. 5) Maksimal jangka waktu kredit 12 bulan. 61
6) Angsuran setiap bulan. 7) Bagi hasil pinjaman antara 18-24 % per tahun. 2. Pelayanan Penghimpunan Dana Produk tabungan masih belum menjadi produk utama. Saat ini hanya terdapat 50 orang nasabah tabungan. Kondisi ini disebabkan karena terbatasnya tenaga lapangan yang ada dan belum tersedianya Standar Operasional Prosedure (SOP) produk tersebut. Namun demikian, pada awal tahun 2011 produk tabungan akan menjadi salah satu produk dengan perhatian yang sama dengan produk pembiayaan. 3. Asuransi Mikro KJK PEMK Kebayoran Lama Utara secara berkala menyelenggarakan program yang mengikutsertakan nasabahnya dalam asuransi pembiayaan bekerjasama dengan lembaga asuransi pembiayaan. Program tersebut ditawarkan kepada anggota koperasi untuk menjamin kredit pembiayaan kembali kepada koperasi meskipun terjadi sesuatu yang menyebabkan anggota tidak dapat memenuhi kewajiban melunasi kreditnya, misalnya anggota meninggal dunia.
4.5
Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Penyaluran kredit dana bergulir pada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
berjalan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan dan berlaku bagi seluruh anggota maupun pengurus koperasi. Proses dan prosedur penyaluran kredit dana bergulir dijelaskan dibawah ini.
62
4.5.1
Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara bekerjasama dengan Unit Pengelola
Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPDB PEMK) sebagai penyalur dana bergulir untuk memenuhi modal pinjaman dari luar (eksternal) yang kemudian akan dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara selaku anggota koperasi. Berikut adalah bagan proses penyaluran dana bergulir dari UPDB PEMK kepada KJK PEMK melalui Bank DKI untuk dimanfaatkan oleh pelaku UMKM yang memerlukan sumber modal usaha. Pem Prov DKI Jakarta
2 1
UPDB PEMK
3
Bank DKI
6
5 6
KJK PEMK Keb. Lama Utara
7 8 11
4
9
10
Kelompok/ individu Pemanfaat
Gambar 3 . Proses Penyaluran Dana Bergulir
Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta (2009: 16)
Keterangan gambar: 1. UPDB (Unit Pengelolaan Dana Bergulir) mengusulkan anggaran untuk UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) kepada Pemda DKI Jakarta
63
2. Pemda DKI Jakarta menyetujui dan memberikan anggaran kepada UPT 3. Pemda DKI Jakarta menempatkan dana pada Bank DKI 4. Usaha mikro mengajukan pijaman kepada KJK PEMK 5. KJK PEMK mengusulkan kepada UPDB 6. UPDB menganalisa dan apabila disetujui menginformasikan kepada koperasi dan Bank DKI 7. KJK PEMK meneruskan persetujuan kepada Bank DKI 8. Bank DKI membayar usulan KJK PEMK 9. KJK PEMK mendistribusikan pinjaman kepada pemanfaat 10. Pemanfaat membayar angsuran kepada KJK PEMK 11. KJK PEMK mengembalikan angsuran pinjaman kepada UPBD melalui Bank DKI Gambar 3 menjelaskan proses jalannya kerjasama antara KJK PEMK dengan UPDB PEMK selaku penyalur dana bergulir. Pencairan dana bergulir disimpan melalui oleh Bank DKI. KJK PEMK bertugas menyebarkan dana bergulir kepada anggota koperasi sebagai pelaku UMKM sebagai upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara. 4.5.2
Prosedur Penyaluran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Dana bergulir PEMK merupakan kelompok pembiayaan (bukan hibah),
maka dari itu diperlukan aturan prosedur yang jelas agar dana tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan tidak merugikan pihak manapun.
64
Adapun prosedur penyaluran dana bergulir oleh koperasi kepada anggota koperasi ialah sebagai berikut: 1. Proses Pengajuan Pinjaman Proses pengajuan pinjaman dana permodalan oleh anggota kepada koperasi harus melalui beberapa tahap yang dijelaskan sebagai berikut: Tahap 1 Pinjaman kredit permodalan diajukan anggota koperasi kepada manajer pengelola melalui formulir pengajuan pinjaman yang disediakan koperasi. Tahap 2 Pengajuan pinjaman dipelajari dan didiskusikan bersama oleh pengurus koperasi untuk kemudian ditentukan pengajuan mana yang dapat diterima dan yang mana yang harus ditolak, yaitu dengan mempertimbangkan hasil survei dan pengalaman pengguliran program sebelumnya (PPMK). Tahap 3 Setelah pengajuan diterima, anggota koperasi harus bersedia diwawancara (interview). Interview dilakukan untuk memastikan kondisi keuangan pribadi para anggota dan usaha yang akan atau telah dijalankan, untuk kemudian menentukan jumlah pinjaman dan jumlah bagi hasil yang akan disepakati ke dua belah pihak (anggota dan pengurus koperasi). Kesepakatan dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) bermaterai. Tahap 4 Setelah kesepakatan ditandatangani, dana pinjaman diserah terimakan dari koperasi kepada pemanfaat (anggota koperasi pelaku
65
usaha). Besarnya pinjaman yang digulirkan sesuai dengan perhitungan pendapatan dan laba usaha anggota koperasi. 2. Pengguliran Dana Pinjaman Terdapat dua cara pengguliran dana pinjaman dari KJK PEMK kepada anggota koperasi, yaitu: 1) Pengguliran Langsung (1-7 hari setelah pengajuan pinjaman): untuk anggota koperasi yang dinilai sudah cukup baik dalam memenuhi angsuran pinjaman modal dari program sebelumya, yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK tahun 2002-2008). 2) Pengguliran Tidak Langsung (lebih dari 1-4 minggu setelah pengajuan pinjaman) : untuk anggota baru yang tidak mengikuti program sebelumnya (PPMK), didahului dengan diadakannya survei lapang terkait usaha yang akan atau telah dijalankan, dan mempertimbangkan kedisiplinan anggota melunasi simpanan wajib koperasi. 2. Bagi Hasil Jumlah bagi hasil ditentukan oleh kedua belah pihak sesuai perhitungan pendapatan dan laba usaha. Cara penyetoran bagi hasil digabungkan dengan penyetoran angsuran pokok pinjaman (setiap bulan). Rumusan perhitungan jumlah bagi hasil yang berlaku di KJK PEMK Kebayoran Lama Utara sebagai berikut:
66
Angsuran Pokok Jumlah Bagi Hasil Total Angsuran
= total pinjaman 12 = 2% x total pinjaman = angsuran pokok + jumlah bagi hasil
Ket: -
Angsuran Pokok: jumlah angsuran kredit dari pinjaman.
-
Total Pinjaman: jumlah uang yang digulirkan koperasi kepada anggota.
-
Jumlah Bagi Hasil: jumlah uang yang diberikan oleh anggota kepada koperasi sebagai balas jasa.
-
Total Angsuran : jumlah uang yang wajib disetor anggota kepada koperasi setiap bulan.
3. Pengembalian Dana Pinjaman Pengembalian dana pinjaman oleh anggota koperasi kepada koperasi dilakukan dengan sistem kredit, yaitu memenuhi angsuran setiap bulan. Pembayaran angsuran ditetapkan oleh koperasi paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Pengembalian dana pinjaman dianggap lunas apabila anggota koperasi telah mengembalikan penuh jumlah pinjaman ditambah jumlah bagi hasil yang telah disepakati.
4.6
Karakteristik Umum Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha makanan olahan yang merupakan pemanfaat kredit dana bergulir Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK)
67
Kebayoran Lama Utara perode Januari s.d Desember 2010. Dari keseluruhan pemanfaat kredit dana bergulir periode Januari s.d Desember 2010 yang berjumlah 137 didapat jumlah pengusaha makanan olahan sebanyak 45 orang. Berdasarkan pada ukuran minimum yang dapat diterima untuk tipe penelitian korelasi maka ditentukan jumlah sampel dengan metode sensus dalam penelitian ini yaitu sebesar 45 objek/responden. Responden dalam penelitian ini diwawancarai dengan mengajukan pertanyaan
yang
terdapat
dalam
kuesioner.
Karakteristik
responden
diklasifikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
≥ 50 Th 40,00%
20 - 29 Th. 6,67% 30 – 39 Th. 17,78%
40 – 49 Th. 35,56%
Gambar 4. Presentase Responden Berdasarkan Usia Sumber: Data Primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa responden yang bergerak dalam bidang usaha makanan olahan didominasi oleh anggota yang berusia 50 tahun atau lebih yaitu berjumlah 40 % dan anggota berusia 40 – 49 tahun dengan presentase 35,56%. Presentase terkecil yaitu 6,67 % adalah anggota berusia 20-29 tahun.
68
Pria 46,67%
Wanita 53,33%
Gambar 5. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Data primer diolah (2011)
Gambar 5 menunjukan bahwa berdasarkan jenis kelamin responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara responden pria dengan responden wanita. Presentase responden wanita sebanyak 53,33% sedangakan presentase responden pria sebesar 46,67%. SMA/STM/ SMEA 11,11%
Tidak Sekolah 4,44%
SD 40% SMP 44,44%
Gambar 6. Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 6 diketahui responden terbanyak menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 44,44%. Namun jumlah tersebut tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan responden yang
69
menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 40%. Selain itu, diketahui bahwa sejumlah 6,67% responden tidak sekolah. Berdasarkan hasil presentase responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemanfaat kredit KJK PEMK merupakan pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih dan telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
4.7
Karakteristik Usaha Responden Usaha yang dijalankan oleh responden sebagai sampel dalam penelitian ini
dibedakan kedalam beberapa klasifikasi, yaitu berdasarkan jenis usaha, status usaha, lokasi usaha, prioritas usaha, lama menjalankan usaha, dan modal awal pembentukan usaha. Dibawah ini akan dibahas karakteristik usaha responden berdasarkan klasifikasi tersebut. Dalam penelitian ini karakteristik usaha responden berdasarkan jenis usaha yang dijalankan dibagi menjadi tiga kategori yaitu produksi, pedagang dan jasa kuliner. Jenis usaha produksi yang dimaksud adalah usaha yang memiliki kegiatan mengolah bahan mentah menjadi makanan, baik makanan jadi maupun setengah jadi, dengan kata lain terdapat kegiatan produksi didalamnya. Pedagang merupakan orang yang memiliki usaha di bidang perdagangan makanan tanpa disertai jasa pelayanan makanan. Sedangkan Jasa kuliner merupakan usaha dengan serangkaian kegiatan menyediakan makanan saji.
70
Jumlah Responden 35
30
30 25 20 15
12
10 5 0
3
6,67%
26,67%
Produksi
Pedagang
66,67% Jasa Kuliner
Jenis Usaha
Gambar 7. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Usaha Sumber: Data primer diolah (2011)
Gambar 7 menunjukan bahwa sampel didominasi oleh responden yang menjalankan usaha dibidang jasa kuliner, yaitu sebanyak 66,67%, usaha jasa kuliner meliputi usaha warung nasi, bakso gerobak, gorengan, dll. Jenis usaha dagang menduduki peringkat kedua dengan presentase sebanyak 26,67%. Sedangkan jenis usaha produksi merupakan yang paling sedikit yaitu 10,00%, salah satu usaha produksi yaitu usaha produksi tempe . Status usaha responden dibedakan berdasarkan kepemilikan, yaitu usaha milik sendiri dan usaha milik bersama. Dari hasil penelitian didapat bahwa 100% usaha yang dijalankan oleh responden merupakan usaha milik sendiri dan tidak ada responden (0%) yang menjalankan usaha dengan kepemilikan bersama. Tabel 4 dibawah ini menyajikan presentase responden berdasarakan pada status kepemilikan usaha yang dijalankan.
71
Tabel 4. Presentase Responden Berdasarkan Status Usaha No. Jenis Usaha 1 Milik Sendiri 2 Milik Bersama Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden 45 0 45
Presentase (%) 100 0 100
Karakteristik usaha responden selanjutnya dibedakan berdasarkan lokasi usaha. Terdapat dua jenis lokasi usaha yaitu lokasi usaha yang menyatu dengan tempat tinggal dan lokasi usaha yang memisah dengan tempat tinggal. Tabel 5 merupakan jumlah dan presentase responden berdasarkan lokasi usaha. Tabel 5. Presentase Responden Berdasarkan Lokasi Usaha No. Lokasi Usaha 1 Menyatu tempat tinggal 2 Memisah tempat tinggal Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden 21 24 45
Presentase (%) 47,67 53,33 100
Tabel 5 menunjukan bahwa antara usaha yang menyatu dengan tempat tinggal dengan usaha yang memisah dengan tempat tinggal tidak memiliki perbedaan jumlah yang signifikan. Usaha yang menyatu dengan tempat tinggal sebanyak 47,67% sebagian besar merupakan usaha produksi dan jasa kuliner, sedangkan usaha yang memisah dengan tempat tinggal sebanyak 53,33% merupakan usaha pedagang dan sebagian usaha jasa kuliner. Prioritas usaha dibedakan menjadi usaha utama dan usaha sampingan. Usaha utama adalah usaha yang penghasilannya merupakan pendapatan terbesar rumah tangga dan digunakan untuk memenuhi sebagian besar konsumsi rumah tangga. Sedangkan usaha sampingan adalah usaha yang penghasilannya bukan pendapatan terbesar atau utama melaikan sebagai tambahan pendapatan utama
72
suatu rumah tangga. Tabel 6 di bawah ini menyajikan presentase responden berdasarkan prioritas usaha yang dijalankan. Tabel 6. Presentase Responden Berdasarkan Prioritas Usaha No. Prioritas Usaha 1 Usaha Utama 2 Usaha Sampingan Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden 38 7 45
Presentase (%) 84,44 15,56 100
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa sebanyak 84,44% responden mengaku usaha makanan olahan yang mereka jalankan merupakan prioritas utama, dimana pendapatan dari usaha tersebut memenuhi sebagian besar konsumsi rumah tangga. Sedangkan 15,56% responden lain mengaku usaha yang dijalankan merupakan usaha sampingan, dimana pendapatan usaha tersebut bukanlah pendapatan utama rumah tangga, melainkan hanya sebagai tambahan pendapatan keluarga. Responden menentukan lama usaha yang sudah mereka jalankan dengan memilih satu dari empat interval dalam satuan tahun. Gambar 8 di bawah ini menerangkan bahwa paling banyak responden telah menjalankan usaha makanan olahan lebih dari 5 tahun, yaitu dengan presentase sebesar 64,44% atau sejumlah 29 responden. Selain itu 26,67% responden telah menjalankan usaha selama 3-5 tahun dan 8,89% responden mengaku telah menjalankan usaha mereka selama 1-3 tahun. Sedangkan tidak ada responden (0,00%) yang telah menjalankan usaha dibawah 1 tahun.
73
Jumlah Responden 35 29
30 25 20 15
12
10 5 0
4 0
0,00%
8,89%
< 1 Th.
1 - 3 Th.
26,67% 3 -5 Th.
63,33% > 5 Th.
Lama Usaha
Gambar 8. Presentase Responden Berdasarkan Lama Menjalankan Usaha Sumber: Data primer diolah (2011)
Usaha responden diklasifikasikan juga berdasarkan sumber modal awal pembentukan usaha. Dari data hasil penelitian didapat 86,67% responden mendirikan usaha menggunakan modal pribadi/sendiri. 13,33% responden menggabungkan modal pribadi dan modal pinjaman sebagai modal awal pendirian usaha. Sedangkan tidak ada (0,00%) responden yang menggunakan seluruh modal pinjaman untuk pendirian awal usaha. Usaha responden berdasarkan sumber modal awal ditunjukan oleh Tabel 7. Tabel 7. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha No. Sumber Modal Awal 1 Pribadi 2 Pinjaman 3 Pribadi + Pinjaman Total
Sumber: Data Primer diolah (2011)
Jumlah Responden 39 0 6 45
Presentase (%) 86,67 0 13,33 100
74
4.8
Kondisi Pemanfaatan Kredit Kredit yang dimanfaatkan oleh pengusaha makanan olahan adalah
program kredit dana bergulir yang disalurkan oleh Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Kondisi pemanfaatan kredit yang dimaksud adalah persepsi maupun informasi yang didapatkan oleh para pemanfaat mengenai prosedur dan proses pemanfaatan kredit sebagai upaya menambah modal usaha. Beberapa pertanyaan mengenai pemanfaatan kredit oleh pengguna diajukan melalui kuesioner. Adapun pertanyaan tersebut terkait informasi program kredit, lama memanfaatkan kredit, jumlah kredit yang dimanfaatkan, prosedur penyaluran kredit, juga tingkat pendapatan usaha sebelum dan setelah memanfaatkan kredit. Adanya program kredit dana bergulir pada KJK PEMK Kebayoran Lama utara disosialisasikan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada anggota koperasi. Sosialisasi langsung dilakukan sendiri oleh pengelola dan pengurus koperasi kepada kelompok masyarakat sebagai anggota koperasi. Sosialisasi tidak langsung dilakukan oleh masyarakat ke masyarakat lainnya (teman/tetangga), selain itu diharapkan masyarakat ingin mencari informasi sendiri terkait program dan prosedur pemanfaatan kredit pada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. Tabel 8 di bawah ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu 57,78% mengetahui program kredit melalui sosialisasi langsung oleh koperasi. Sosialisasi langsung oleh koperasi yaitu dalam bentuk seminar dan pemasaran secara langsung kepada anggota koperasi oleh pengelola dan pengurus, juga ketua 75
RT dan RW setempat.
Sisanya sebanyak 42,22% responden mengaku
mendapatkan informasi tersebut dari teman/tetangga mereka yang telah lebih dulu memanfaatkan program kredit dana bergulir KJK PEMK. Tabel 8. Presentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi Program Kredit No. Sumber Informasi 1 Sosialisasi Koperasi 2 Teman/tetangga 3 Mencari sendiri Total
Jumlah Responden 26 19 0 45
Sumber: Data primer diolah (2011)
Lamanya responden
Presentase (%) 57,78 42,22 0 100
memanfaatkan kredit yang disalurkan oleh KJK
PEMK Kebayoran Lama Utara dapat dilihat dalam Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Presentase Responden Berdasarkan Lamanya Pemanfaatan Kredit No. 1 2 3 4
Lama Pemanfaatan (tahun) <1 1 2 3 Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden 5 13 19 8 45
Presentase (%) 11,11 28,89 42,22 17,78 100
Berdasarkan Tabel 9 diketahui paling banyak responden dengan presentase sebesar 42,22% telah memanfaatkan kredit selama 2 tahun, dengan kata lain telah memanfaatkan kredit selama 2 periode kredit. Selain itu 28,89% responden mengaku telah memanfaatkan kredit selama 1 tahun dan 17,78% responden yang memanfaatkan kredit selama 3 tahun. Presentase terkecil yaitu 11,11% merupakan responden yang telah memanfaatan kredit selama dibawah 1 tahun. Diharapkan seluruh anggota koperasi mengetahui dan mengikuti dengan benar keseluruhan prosedur yang berlaku pada KJK PEMK Kebayoran Lama
76
Utara. Dalam penelitian ini responden diberikan pertanyaan mengenai prosedur penyaluran kredit KJK PEMK. Pertanyaan terkait pengetahuan dan pemahaman responden terhadap seluruh prosedur penyaluran kredit oleh koperasi. Tabel 10 menyajikan presentase responden atas jawaban dari pertanyaan “apakah anda mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur penyaluran kredit KJK PEMK?”. Tabel 10. Presentase Jawaban Responden Atas Pengetahuan dan Pematuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit No.
Jawaban Responden
1 2 3
Mengetahui dan mengikuti Tidak Mengetahui dan mengikuti Ragu-ragu Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden 43 0 2 45
Presentase (%) 95,56 0 4,47 100
Berdasarkan Tabel 10 didapat bahwa sebagian besar responden, yaitu sejumlah 95,56% mengaku mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur penyaluran kredit dana bergulir oleh KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. Sebanyak 4,47% responden merasa ragu-ragu atas pengetahuan dan pelaksanaan prosedur penyaluran kredit tersebut. Sedangkan tidak ada responden yang tidak mengetahui dan tidak mengikuti prosedur penyaluran kredit. Hal tersebut membuktikan bahwa secara keseluruhan sosialisasi program dan prosedur penyaluran kredit dana bergulir oleh KJK PEMK dapat dipahami dan dijalankan oleh masyarakat sebagai anggota koperasi. Selain persepsi responden mengenai pengetahuan mereka tentang prosedur penyaluran kredit, ditanyakan pula bagaimana pendapat responden mengenai tingkat kemudahan dari pemenuhan prosedur tersebut. Tabel 11 di bawah ini menyajikan presentase responden atas jawaban dari pertanyaan “Bagaimana
77
menurut anda tingkat kemudahan/kesulitan pemenuhan pemanfaatan kredit KJK PEMK?”. Tabel 11. Presentase Jawaban Responden Atas Kemudahan/kesulitan Pemenuhan Prosedur Pemanfaatan Kredit No. Jawaban Responden 1 Mudah 2 Sedang 3 Sulit Total Sumber: Data Primer (diolah)
Jumlah Responden 31 14 0 45
Presentase (%) 68,89 31,11 0,00 100
Berdasarkan Tabel 11 diketahui sebanyak 68,89% responden menjawab bahwa pemenuhan prosedur kredit dapat dikatakan mudah. 31,11% responden lain mengaku pemenuhan prosedur penyaluran kredit sedang, artinya tidak mudah juga tidak terlalu sulit. Sedangkan tidak ada responden yang mengaku pemenuhan prosedur kredit dana bergulir sulit. Tujuan diadakannya program kredit tidak terlepas dari asumsi bahwa penyaluran sejumlah kredit dapat menambah modal usaha dan membantu mengembangkan usaha, khususnya pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara. Tabel 12 berikut menyajikan presentase jawaban responden atas pertanyaan “Apakah anda merasa modal usaha terbantu dengan adanya program kredit KJK PEMK?”. Tabel 12. Presentase Jawaban Responden Atas Terbantu/Tidak Modal Usaha dengan Program Kredit No. 1 2 3
Jawaban Responden Modal usaha terbantu Modal usaha tidak terbantu Ragu-ragu Total
Sumber: Data primer diolah (2011)
Jumlah Responden
Presentase (%)
44 0 1 45
97,78 0 2,22 100
78
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu sejumlah 97,78% mengaku modal usaha mereka terbantu dengan adanya program kredit dana bergulir yang disalurkan KJK PEMK. Pada kajian ini tidak ada responden yang menjawab tidak terbantu oleh kredit, namun terdapat sejumlah 2,22% responden yang ragu-ragu mengenai usahanya terbantu atau tidak.
79
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara. Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang merupakan pemanfaat kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara yang memiliki usaha makanan olahan. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang didapat secara langsung dari responden terkait jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang diterima responden selaku pemanfaat kredit. Jumlah kredit dan tingkat pendapatan yang diterima oleh pengusaha makanan olahan yang termasuk anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara kemudian dihitung dan dianalisis. Perhitungan dan analisis data tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan (korelasi) antara kedua variabel, mengetahui apakah ada pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan dan menganalisis berapa besar pengaruh kredit terhadap tingkat pendapatan. Data yang didapat secara langsung melalui kuesioner diolah dan kemudian diperlihatkan kedalam satu tabel. Untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban atas tingkat pendapatan, maka digunakan nilai interval (berjenjang) sebagai pilihan jawaban. Data jumlah kredit yang diterima responden dan tingkat pendapatan responden sebelum dan setelah menggunakan kredit disajikan dalam lampiran.
Jumlah plafon kredit yang diberikan oleh KJK PEMK Kebayoran Lama Utara kepada para anggota berkisar antara 1 – 5 Juta Rupiah. Menggunakan interval 1 Juta Rupiah, berikut grafik yang menggambarkan jumlah dan presentase responden berdasarkan jumlah kredit yang dimanfaatkan. Jumlah Responden 16 14 12 10 8 6 4 2 0
15 13 8 6 3 13,33% 1 Jt.
28,89% 2 Jt.
6,67%
17,78% 3 Jt
4 Jt
38,33% 5 Jt
Jumlah Kredit (Rupiah)
Gambar 9. Responden Berdasarkan Jumlah Kredit yang Dimanfaatkan Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan Gambar 9 diketahui sejumlah 38,33% responden menerima kredit sebesar 5 Juta Rupiah. Kredit dengan jumlah 5 Juta Rupiah merupakan jumlah kredit yang paling banyak disalurkan. Sebanyak 28,89% responden menerima kredit sejumlah 2 Juta Rupiah. 17,78% responden lain menerima kredit sejumlah 3 Juta Rupiah. Sebanyak 13,33% responden mengaku mendapatkan kredit sejumlah 1 Juta Rupiah. Presentase terkecil yaitu 6,67% responden mengaku mendapatkan kredit sebesar 4 Juta rupiah. Tingkat pendapatan para pemanfaat kredit dibedakan menjadi 2 karakteristik, yaitu tingkat pendapatan sebelum memanfaatkan kredit dan tingkat pendapatan setelah memanfaatkan kredit KJK PEMK Kebayoran Lama Utara.
81
Diharapkan pendapatan anggota koperasi meningkat dengan adanya program kredit tersebut. Gambar 10 merupakan grafik tingkat pendapatan responden sebelum memanfaatkan kredit dan gambar 11 merupakan grafik tingkat pendapatan responden setelah memanfaatkan kredit. Jumlah Responden 12
24,44% 24,44% 11
10 17,78% 8
8 6
13,33% 6
8,89%
4 2
11
4
4,44%
2,22% 1
2
0 <1
1- 1,5
1,5 - 2
2 - 2,5
2,5 - 3
3 - 3,5
3,5 - 4
4,44% 0 4 - 4,5
2 4,5 - 5
0 >5
Tingkat Pendapatan (Juta Rupah)
Gambar 10. Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Memanfaatkan Kredit Sumber: Data primer diolah (2011)
Berdasarkan
Gambar
10
diketahui
tingkat
pendapatan
sebelum
memanfaatkan kredit memiliki persentase terbesar adalah responden dengan tingkat pendapatan 2,5 – 3 Juta Rupiah dan 3 – 3,5 Juta Rupiah perbulan yaitu sama-sama sejumlah 24,44% responden. Diikuti dengan 17,78% responden yang berpenghasilan 1 –1,5 Juta Rupiah perbulan. Sejumlah 6 responden (13,33%) mengaku memiliki tingkat pendapatan 1,5 - 2 Juta Rupiah perbulan. Selain itu terdapat 8,89% responden dengan tingkat pendapatan sekitar 2 – 2,5 Juta Rupiah. Terdapat 4,4% responden berpenghasilan dibawah 1 Juta Rupiah, namun tidak ada
82
responden (0%) yang memiliki tingkat pendapatan 4– 4,5 Juta Rupiah ataupun lebih dari 5 Juta Rupiah. Jumlah Responden 16
33,33%
14
15
12 10
17,78%
8
8
6 8,89%
4 2 0
6,67%
4
3
0 <1
1- 1,5
15.56%
1,5 - 2
2 - 2,5
6
8,89% 4
2,5 - 3
6,67% 2,22% 1
3 - 3,5
3,5 - 4
4 - 4,5
0 4,5 - 5
3 >5
Tingkat Pendapatan (Juta Rupah)
Gambar 11. Tingkat Pendapatan Responden Setelah Memanfaatkan Kredit Sumber: Data primer diolah (2011)
Tingkat pendapatan responden mengalami perbedaan yang cukup besar setelah memanfaatkan kredit. Berdasarkan Gambar 11 diketahui presentase terbesar adalah responden dengan tingkat pendapatan 3 – 3,5 Juta Rupiah yaitu sebanyak 33,33%, sedangkan responden dengan tingkat pendapatan 2 – 2,5 Juta Rupiah hanya sejumlah 8,89%. Gambar 11 juga menunjukan bahwa tidak ada (0%) responden yang berpenghasilan dibawah 1 Juta Rupiah dan terdapat 2,22% responden dengan tingkat pendapatan 4 – 4,5 Juta Rupiah. Selain itu diketahui 6,67% responden mengaku mencapai tingkat pendapatan diatas 5 Juta Rupiah perbulan setelah memanfaatkan kredit.
83
5.1.1
Perhitungan Korelasi Faktor Kredit Dengan Tingkat Pendapatan Analisis korelasi Product Moment digunakan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya hubungan antara variabel jumlah kredit dengan tingkat pendapatan. Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel dan tanda positif atau negatif menentukan searah atau berlawanan aranya kedua variabel. Berdasarkan data yang diambil melalui kuesioner kepada responden, berikut hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel jumlah kredit dengan tingkat pendapatan menggunakan SPSS. Tabel 13. Koefisien Korelasi Correlations Kredit Kredit
Pearson Correlation
Pendapatan 1
Sig. (2-tailed) N Pendapatan
.001 45
45
*
1
Pearson Correlation
.474
Sig. (2-tailed)
.001
N
.474*
45
45
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS didapatkan angka korelasi antara jumlah kredit dengan tingkat pendapatan sebesar 0,474. Artinya, kekuatan hubungan variabel kredit dengan variabel pendapatan dapat dikatakan sedang. Korelasi positif menunjukan bahwa hubungan antara jumlah kredit dengan tingkat pendapatan searah. Artinya, jika jumlah kredit semakin banyak maka pendapatan akan meningkat atau sebaliknya. Untuk melihat hubungan antara variabel jumlah kredit dengan tingkat pendapatan signifikan atau tidak dilihat dari angka signifikansi atau probabilitas
84
(ρ). Probabilitas didapat 0,001 yang lebih kecil dari α=0,01. Ketentuan mengatakan jika angka probabilitas (ρ) < α maka ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Terbukti bahwa jumlah kredit mempunyai hubungan secara signifikan dengan tingkat pendapatan pada tingkat kepercayaan 99% atau tingkat kesalahan1%. 5.1.2
Perhitungan Regresi Faktor Kredit yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Regresi linier digunakan untuk mengestimasi besarnya koefisien dari
persamaan linier yang menggunakan variabel bebas (jumlah kredit) sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung (tingkat pendapatan). Untuk mengetahui apakah jumlah kredit mempengaruhi tingkat pendapatan digunakan angka-angka pada Tabel 14. Tabel 14 digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh jumlah kredit terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Uji t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Tabel 14. Koefisien Regresi dan Uji t
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Kredit
Std. Error 1.538
.484
.485
.137
Coefficients Beta
t
.474
Sig. 3.179
.003
3.533
.001
a. Dependent Variable: Pendapatan
85
Berdasarkan Tabel 14 diketahui nilai konstanta (a) sebesar 1,538 dan koefisien regresi (b) sebesar 0,485 serta harga t hitung sebesar 3,533 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan angka-angka tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 1,538 + 0,485X Angka 1,538 merupakan nilai konstanta (a) yang menunjukan jika tidak terdapat kredit maka tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan adalah sebesar 1,538 Juta Rupiah. Koefisien regresi faktor kredit bernilai positif sebesar 0,485. Tanda positif menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang searah antara faktor kredit terhadap tingkat pendapatan. Artinya apabila terjadi penambahan sebesar 1 Rupiah untuk jumlah kredit, maka akan terjadi kenaikan tingkat pendapatan sebesar 0,485 Rupiah. Hal ini membuktikan bahwa penambahan jumlah kredit yang dimanfaatkan akan meningkatkan pendapatan pengusaha. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh koefisien dari variabel bebas (jumlah kredit) terhadap variabel tak bebas (pendapatan). Untuk pengujian tersebut diperlukan hipotesis sebagai berikut: H0
: b i = 0, artinya jumlah kredit tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan pada tingkat kepercayaan tertentu.
H1
: b i ≠ 0, artinya jumlah kredit berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan pada tingkat kepercayaan tertentu. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS pada Tabel 14 diperoleh harga t hitung
sebesar 3,533 dan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Pada tingkat kepercayaan 99% atau tingkat kesalahan 1% didapat harga t tabel sebesar 2,704. Berdasarkan hal
86
tersebut didapat t hitung (3,533) lebih besar dari t tabel (2,704) serta memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,01), maka H 0 ditolak dan terima H 1. Artinya, koefisien jumlah kredit signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99% dimana terdapat pengaruh yang nyata antara jumlah kredit terhadap tingkat pendapatan. 5.1.3
Perhitungan Koefisien Determinasi Faktor Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan Perhitungan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa
besar variasi perubahan jumlah kredit dapat menjelaskan variasi perubahan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan. Nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel model summary yang merupakan hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS. Tabel 15 di bawah ini merupakan tabel model summary hasil perhitungan SPSS. Tabel 15. Model Summary Model Summaryb Model 1
R
R Square .474a
.225
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate .207
1.31493
a. Predictors: (Constant), Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
Berdasarkan Tabel 15 diketahui nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,225. Artinya, sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang terjadi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit. Sedangkan sisanya yaitu 77,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang belum dimasukan dalam model penelitian ini. 87
5.2
Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan teori-teori yang sebelumnya
dijelaskan sebagai dasar dari penelitian dan kemudian dibandingkan dengan hasil analisis data yang didapat. 5.2.1
Hubungan Kredit Dengan Tingkat Pendapatan Menurut Kasmir (2002:105) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai
beberapa tujuan yang hendak dicapai. Salah satu tujuan pemberian suatu kredit adalah membantu usaha nasabah. Suatu kredit bertujuan membantu usaha nasabah/anggota yang memerlukan dana, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usaha dengan adanya dana tersebut. Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk barang dan jasa yang disediakan bagi mereka”. Pendapatan juga mencangkup keuntungan dari penjualan. Suatu keberhasilan usaha dapat dilihat dengan berapa besarnya tingkat pendapatan yang diterima dari hasil usaha tersebut. Suatu kredit dapat dikatakan memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan usaha. Hasil penelitian dan analisis data menunjukan bahwa jumlah kredit mempunyai hubungan dengan tingkat pendapatan. Didapat angka korelasi yang positif sebesar 0,474. Artinya jumlah kredit dana bergulir dengan tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara memiliki kekuatan hubungan sebesar 47,4%. 88
5.2.2
Pengaruh Kredit TerhadapTingkat Pendapatan Disamping memiliki tujuan, pemberian suatu kredit juga memiliki
beberapa fungsi yang luas. Kasmir (2002:107) merumuskan 8 fungsi kredit, 2 diantaranya merupakan fungsi kredit yang berhubungan dengan tingkat pendapatan usaha, yaitu: 1) Kredit berfungsi untuk meningkatkan gairah berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegiatan berusaha, terutama nasabah yang memliki modal usaha pas-pasan. Kesempatan memperoleh kredit membuat nasabah bergairah untuk memperbesar dan memperluas usaha. 2) Kredit berfungsi untuk meningkatkan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal peningkatan pendapatan. Jika suatu kredit digunakan untuk membuka suatu usaha, maka dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengangguran. Berdasarkan teori yang dijelaskan sebelumnya seharusnya pemberian suatu kredit dapat mempengaruhi suatu usaha nasabah yang berhubungan juga dengan tingkat pendapatan usaha. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang nyata dan positif dari jumlah kredit dana bergulir terhadap tingkat pendapatan usaha. Hal tersebut membuktikan bahwa kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara berfungsi atau memiliki pengaruh terhadap peningkatan pendapatan pengusaha makanan olahan anggota koperasi.
89
5.2.3
Besar Pengaruh Kredit TerhadapTingkat Pendapatan Hasil perhitungan dan analisis data mendapatkan besarnya pengaruh
variabel jumlah kredit terhadap tingkat pendapatan ialah positif 0,485. Nilai positif 0,485 merupakan nilai koefisien regresi, yang berarti bahwa setiap adanya penambahan 1 Rupiah kredit, maka akan mempengaruhi secara positif (menambah) tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan sebesar 0,485 Rupiah. Pengaruh kredit dana bergulir terhadap tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara dapat dikatakan rendah. Rendahnya pengaruh tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa alasan, yaitu adanya pembatasan jumlah kredit maksimal yang ditetapkan oleh Unit Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPDB PEMK) yaitu sebesar 5 juta rupiah. Hal ini tidak memungkinkan perluasan usaha secara signifikan sehingga pengaruhnya terhadap pendapatan juga rendah. Selain itu penilaian atas kondisi anggota dan usahanya (5C’s) yang dilakukan oleh koperasi dititikberatkan pada penilaian terhadap karakter (Character/C1). Bukan berarti penilaian terhadap kemampuan (Capacity/C2), Modal (Capital/C3), kondisi dan prospek usaha (Condition/C4), juga Agunan (Collaterral/C5) diabaikan, namun kepercayaan kepada anggota sangat mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan, salah satunya dilihat dari kemauan dan kemampuan anggota dalam proses pengembalian kredit pada program-program kredit sebelumnya yang telah dilakukan oleh koperasi.
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Koperasi Jasa Keuangan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK PEMK) Kebayoran Lama Utara dan kepada pengusaha makanan olahan sebagai pemanfaat kredit diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai koefisien regresi 0,485 menunjukan bahwa setiap adanya penambahan sebesar 1 Rupiah kredit dana bergulir, maka akan mempengaruhi tingkat pendapatan secara positif (menambah) sebesar 0,485 Rupiah. Hal ini membuktikan bahwa pemberian kredit dana bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara memiliki fungsi atau mempengaruhi peningkatan pendapatan pemanfaat, khususnya pada usaha makanan olahan. 2. Besarnya koefisien determinasi adalah 22,5%. Berdasarkan hal tersebut, sebesar 22,5% variasi perubahan tingkat pendapatan yang terjadi dapat dijelaskan oleh variasi perubahan jumlah kredit dan sisanya 77,5% dijelaskan oleh faktor lain yang belum dimasukan dalam model penelitian ini.
6.2
Saran Berdasarkan pembahasan dari penelitian ini dapat disarankan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
1. Kepada KJK PEMK Kebayoran Lama Utara disarankan untuk meningkatkan jumlah pemanfaat kredit di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara agar semakin banyak pengusaha yang dapat meningkatkan pendapatan usaha mereka. 2. Kepada Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPDB PEMK) disarankan untuk dapat meningkatkan nilai kredit maksimal yang dapat dikucurkan koperasi kepada anggota. 3. Perlu penelitian lanjutan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha makanan olahan anggota Koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara, mengingat koefisien determinasi adalah sebesar 0,225.
92
DAFTAR PUSTAKA Anoraga,P. & N. Widiyanti. Dinamika Koperasi. (Jakarta: PT.Rineka Cipta,2007). Arsyad, L. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja, & Sustainabilitas. (Yogyakarta: Andi Offset, 2008). Arthesa, A. & E. Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. (Jakarta: Indeks, 2006). Budianto, N. Pengaruh Pemberian Kredit Produksi Terhadap Pendapatan Anggota Koperasi Banjar Sartha Sarjana (BATHARA) DI Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004 [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Sosial; 2005). Dahlanforum. Pengertian Pendapatan. 22 Desember 2007: 1 http://dahlanforum.okrek.com, 4 November 2010, pk. 14.35 WIB.
hlm.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta, Balai Pustaka: 2002). Desanto W, Rino. Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Tingkat Pendapatan Industri Kecil Kota Madiun [Skripsi] . Madiun: Politeknik Madiun;2007. Dewi, D. Pengaruh Pembiayaan Produktif Pada Pengadaian Syariah Terhadapt Peningkatan Nasabah [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Syariah dan Hukum; 2008. Dinas Koperasi UKM Prov. DKI Jakarta. Peraturan dan Prosedur LKM Koperasi. (Jakarta: Dinas Koperasi UKM, 2008). Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta. Buku Saku Pemantapan Pelaksanaan Penyaluran Dana Bergulir. (Jakarta: Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Prov. DKI Jakarta, 2009). Firdaus, M & A. E. Susanto. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004). Hasan, I. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferesif). (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) Hendar & Kusnadi. Ekonomi Koperasi. (Jakarta: Penerbit FEUI, 2002). Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005).
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002). Kasmir. Manajemen Perbankan. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003). Kelurahan Kebayoran Lama Utara. Profil Wilayah dan Keadaan Umum Kelurahan Kebayoran Lama Utara. (Jakarta: Kel. Keb.Lama Utara, 2008). Muhidin, S. A. & M. Abdurahman. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. (Bandung: Pusaka Setia, 2007). Pachta W. A. Hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi dan Modal Usaha. (Jakarta: Kencana:, 2007). Pangabean, R. Efektifitas Program Dana Bergulir Bagi Koperasi dan UKM. (Jakarta: Infokop, 2005) Pamungkas, R. A. Industri Makanan Olahan Berpotensi Dikembangkan. 30 Juni 2010: 1hlm. http://economy.okezone.com 3 Agustus 2010, pk. 20.20 WIB. Rahardja, P. & M. Manurung. Teori Ekonomi Mikro. (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2002). Riahi, A. & Belkaoui. Teori Akuntansi. (Jakarta: Salemba Empat, 2006). Rustam. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23. 2002: 9 hlm. http://library.usu.ac.id, 21 Oktober 2010, pk. 23.40 WIB. Sa’ad, A. A. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah BMT Berkah Madani [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Syariah dan Hukum; 2010. Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UI Press, 2006). Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2008). Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2009). Suyatno, T. Dasar-dasar Perkreditan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama:, 1995). Tohar, M. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. (Yogyakarta: Kanisius, 2000).
94
Lampiran 1. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2008
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : •
•
•
bahwa dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, pertu dibangun dan dikembangkan pola pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan; bahwa dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dibentuk dana bergulir pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 95
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara / Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah; 17. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 3511KEP/M.IX11/1998, tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi 18. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11Prt/M.KUKM/1/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; 19. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007 - 2012; 21. 21. Peraturan Gubernur Nomor 53 Tahun 2007 tentang Arah Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. 2. 3. 4.
Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta. Dinas adalah Dinas yang menyelenggarakan tugas pembinaan, perlindungan dan pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. 5. Kelurahan adalah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Dana Bergulir adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan kelompok pembiayaan diperuntukan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan yang dimanfaatkan secara bergulir. 7. Lembaga Keuangan Mikro Koperasi yang selanjutnya disebut LKM Koperasi adalah Lembaga Keuangan Mikro Koperasi yang dibentuk oleh masyarakat kelurahan setempat yang menjadi mitra dalam pengelolaan dana bergulir. 96
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 9. Bank adalah PT Bank DKI. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Penyediaan dan pengelolaan dana bergulir dimaksudkan untuk memberi kemudahan akses permodalan bagi masyarakat di kelurahan yang bersangkutan. Pasal 3 Penyediaan dan pengelolaan dana bergulir bertujuan untuk: a. meningkatkan kemampuan kewirausahaan masyarakat kelurahan; b. meningkatkan perekonomian masyarakat Kelurahan; c. menciptakan Lapangan kerja. BAB III ASAS Pasal 4 Pengelolaan dana bergulir dilaksanakan sesuai dengan asas: • • • • • •
Keadilan yang berarti dana bergulir dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat kelurahan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kemitraan yang berarti terciptanya kerja sama yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Kesederhanaan yang berarti proses pengelolaan dana bergulir diLakukan dengan prosedur yang sederhana, mudah, cepat, dan tepat serta tertib administraSi. Akuntabet yang berarti setiap kegiatan pengelolaan dana berguLir dapat dipertanggungjaWabkafl secara obyektif dan terukur. Transparansii yang berarti penerimaan, pencatatan, penyaluran, pengembalian, peLaporan dan pertanggungiaWabafl sesuai dengan kaidah-kaidah keuangan. Taat asas yang berarti seluruh kegiatan pengelolaan dana bergutir dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
BAB IV STATUS, SIFAT DAN SUMBER Pasal 5 Dana bergulir merupakan uang milik Pemerintah Daerah dengan status kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. Pasal 6 Sesuai dengan peruntukannya Dana Bergulir dimanfaatkan sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan yang bersifat bergulir 97
Pasal 7 Dana bergulir bersumber dari: a. APBD alokasi pembiayaan; b. Jasa Pemanfaatan dana bergulir; c. Hibah dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat. BAB V PENGELOLAAN Pasal 8 1. Pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh Unit pelaksana Teknis Dinas; 2. Dalam melaksanakan pengelolaan dana bergulir, pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerjasama dengan LKM Koperasi, Bank dan/atau pihak ketiga yang berkompeten. 3. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur. BAB VI PEMANFAAT DAN JASA PEMANFAATAN Pasal 9 Pemanfaat dana bergulir adalah orang perseorangan atau kelompok masyarakat yang potensial atau memiliki usaha produktif berskala mikro, tidak memiliki akses perbankan, berdomisili dan bertempat tinggal di kelurahan setempat. Pasal 10 1. Atas pemanfaatan dana bergulir oleh pemanfaat sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 9, dikenakan jasa pemanfaatan. 2. Besaran jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan mempertimbangkan: o Nilai tambah yang dihasilkan dari pemanfaatan dana bergulir oleh pemanfaat; o Risiko penyaluran dana; o Daya beli masyarakat; o Keberlangsungan dana bergulir. 3. Jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) besarannya ditetapkan oleh UPT sesuai dengan Keputusan Gubernur. Pasal 11 1. Jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dialokasikan untuk: a. belanja operasional UPT; b. jasa mitra kerja pengelolaan; c. penambahan dana bergulir. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran alokasi peruntukan dan prosentase pembagian jasa pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. 98
BAB VII PENYALURAN, PENAGIHAN DAN PENGEMBALIAN Pasal 12 1. Penyaluran dan penagihan dana bergulir kepada dan dari pemanfaat dilaksanakan oleh UPT. 2. Dalam melaksanakan penyaluran dan penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) UPT bekerjasama dengan LKM Koperasi yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pasal 13 1. Dana bergulir yang disalurkan oleh LKM Koperasi kepada pemanfaat wajib dikembalikan oleh LKM Koperasi kepada UPT sesuai dengan perjanjian antara UPT dengan LKM Koperasi. 2. Pengembalian dana bergulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pokok pinjaman b. jasa pemanfaatan. BAB VIII PEMBINAAN DAN EVALUASI Pasal 14 1. Pembinaan dan evaluasi pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah terkait. 2. Pembinaan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi implementasi kebijakan, pengelolaan, kemitraan dan pemanfaatan dana bergulir. BAB IX PENGAWASAN Pasal 15 Pengawasan terhadap pengelolaan dana bergulir dilaksanakan oleh: a. Lembaga Negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. b. Aparat pengawasan fungsional pemerintah.
99
Lampiran 2. Flow Chart Prosedur Pengajuan dan Pengguliran Kredit Dana Bergulir KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
Anggota koperasi calon pemanfaat mengisi formulir pengajuan kredit
Pengajuan kredit calon pemanfaat dipelajari pengelola koperasi
Pengajuan kredit diterima
Pengajuan kredit ditolak
Calon pemanfaat diwawancara (menentukan jumlah kredit dan jumlah bagi hasil)
Calon pemanfaat dan pengelola menyepakati jumlah kredit dan jumlah bagi hasil. Kesepakatan dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama (SPK)
Kredit dana bergulir diserahkan/dicairkan kepada pemanfaat sesuai dengan SPK
100
Lampiran 3. Kuesioner
PENGARUH KREDIT DANA BERGULIR TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGUSAHA MAKANAN OLAHAN ANGGOTA KOPERASI KJK PEMK KEBAYORAN LAMA UTARA Oleh: Regina Sari (106092002996) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua. Perkenalkanlah saya selaku mahasiswa meminta bantuan kepada Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini. Kuesioner ini merupakan alat bantu dalam penelitian skripsi saya. Sekecil apapun informasi yang Anda berikan kepada saya akan sangat besar artinya bagi kelancaran penelitian skripsi saya ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu,alaikum Wr. Wb. KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI A. DATA RESPONDEN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Alamat No. telp Usia Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir
: : RT: : : Thn. : L/P* :
RW:
No:
B. KONDISI USAHA 1. Jenis Usaha Makanan Olahan: a. Produksi (pengolahan makanan jadi atau setengah jadi) b. Pedagang c. Jasa kuliner (rumah makan/restoran) 2. Status usaha: a. Milik sendiri
b. Sewa
3. Lokasi usaha: a. Menyatu dengan tempat tinggal
b. Memisah dengan tempat tinggal
4. Prioritas usaha: a. Pekerjaan utama
b. Pekerjaan sampingan
5. Lama menjalankan usaha: a. < 1 Tahun b. 1 – 3 Tahun
c. 3 – 5 Tahun d. > 5 Tahun
101
6. Sumber modal awal: a. 100% modal sendiri b. 100% modal pinjaman c. ……% modal sendiri + …...% modal pinjaman C. KONDISI PEMANFAATAN KREDIT 1. Dari mana anda mendapat informasi adanya program kredit dana bergulir KJK PEMK? a. Sosialisasi dari KJK PEMK b. Teman/tetangga c. Mencari informasi sendiri d. Lainnya:……………….. 2. Sudah berapa lama anda memanfaatkan kredit KJK PEMK? 3. Berapakan jumlah kredit yang anda peroleh?
bulan/tahun*
Rp.
4. Apakah anda mengetahui dan mengikuti seluruh prosedur penyaluran kredit KJK PEMK? a. Ya b. Tidak c. Ragu 5. Bagaimana menurut anda pemenuhan prosedur pemanfaatan kredit dana bergulir? a. Mudah b. Sedang c. Sulit 6. Apakah anda merasa modal usaha terbantu dengan adanya program kredit KJK PEMK? a. Ya b. Tidak c. Ragu 7. Berapa jangka waktu kredit yang diberikan?
bulan/tahun*
8. Bagaimana cara pengembalian kredit yang anda lakukan? a. Langsung datang ke KJK PEMK b. Kolektif dengan kelompok c. Lainnya:………………….. 9. Pendapatan usaha: 1) Berapa pendapatan anda perbulan sebelum memanfaatkan kredit KJK PEMK? a. < Rp. 1.000.000 f. Rp. 3.000.000 – 3.500.000 b. Rp. 1.000.000 – 1.500.000 g. Rp. 3.500.000 – 4.000.000 c. Rp. 1.500.000 – 2.000.000 h. Rp. 4.000.000 – 4.500.000 d. Rp. 2.000.000 – 2.500.000 i. Rp. 4.500.000 – 5.000.000 e. Rp. 2.500.000 – 3.000.000 j. > Rp. 5.000.000 2) Berapa pendapatan anda perbulan setelah memanfaatkan kredit KJK PEMK? a. < Rp. 1.000.000 f. Rp. 3.000.000 – 3.500.000 b. Rp. 1.000.000 – 1.500.000 g. Rp. 3.500.000 – 4.000.000 c. Rp. 1.500.000 – 2.000.000 h. Rp. 4.000.000 – 4.500.000 d. Rp. 2.000.000 – 2.500.000 i. Rp. 4.500.000 – 5.000.000 e. Rp. 2.500.000 – 3.000.000 j. > Rp. 5.000.000
102
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana latar belakang berdirinya koperasi (sejarah berdirinya koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara) ? 2. Apa yang menjadi visi dan misi dari koperasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ? 3. Bagaimana struktur organisasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ? 4. Berapa jumlah anggota koperasi sampai dengan Desember 2010 ? 5. Siapa saja yang berhak menjadi anggota KJK PEMK Kebayoran Lama Utara ? 6. Fasilitas apa saja yang diberikan koperasi kepada anggota ? 7. Apakah yang dimaksud kredit dana bergulir dan apa tujuan pemberian kredit tersebut ? 8. Bagaimana prosedur pengajuan, pencairan, dan pemanfaatan kredit tersebut ? 9. Berapa jumlah pemanfaat kredit sampai dengan Desember 2010 ? 10. Ada berapa jenis usaha yang dijalankan oleh anggota koperasi yang memanfaatkan kredit tersebut ?
103
Lampiran 5. Data Responden
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Zakaria Wasirun Maryana Kamami Nurudin Roisah Masnur Piyoto Agustini Wagimin Solehah Juwarni Sriyatun Sri Bektini Nur Faizin Rokayah Lamidi Aman Sutrisna Rukiyah Ngatinem Sudarmono Marmunah Siti Alawiyah Salman Nurhadi Satinah Amin Budi Apriyanto Maemunah Wardaya Siti Sunarsih Sutikno Wartini Abdul Sahid Nahuya Siti Aminah Neneng Hulia Neneng SK
DATA RESPONDEN Usia Alamat Jenis Thn RW RT Kelamin 11 9 52 L 5 1 33 L 2 4 35 P 2 7 54 L 2 6 53 L 11 12 49 P 11 14 52 P 11 13 63 L 10 10 54 P 10 10 50 L 9 2 57 P 6 14 50 P 8 7 40 P 3 5 58 P 6 8 29 L 11 9 46 P 8 11 35 L 3 2 36 L 6 9 48 P 8 7 45 P 6 9 55 L 1 6 52 P 3 3 50 P 6 8 48 L 3 3 56 L 11 10 49 P 7 5 28 L 6 14 39 L 6 8 38 P 8 10 45 L 11 12 56 P 6 7 48 L 10 10 49 P 2 10 52 L 8 7 39 L 8 3 45 P 5 8 47 P 11 13 38 P
Pendidikan Terakhir SD SD SMA SD SD SMP SMA SMP SMP Tidak Sekolah SD SMP SD SMA SMA SD SD SMP SMP Tidak Sekolah SMP SD SMP SD SMA SD SMP SD SMP SMP SD SD SMP SMP SMP SMP SD SMP 104
Lampiran 5. Data Responden
No 39 40 41 42 43 44 45
Nama Sudarmi Syamsudin Yuyun Yuhaini M. Yazid Achmad Juarsih Rusdayah
DATA RESPONDEN Usia Alamat Jenis Thn RW RT Kelamin 6 14 56 P 6 9 51 L 7 2 48 P 8 5 49 L 6 15 36 L 9 1 40 P 6 9 45 P
Pendidikan Terakhir SD SD SD SMP SMP SMP SMP
105
Lampiran 6. Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan
Tabel Jumlah Kredit dan Tingkat Pendapatan Responden No. Responden
Jumlah Kredit (Juta Rupiah)
Tingkat Pendapatan (Juta Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
3 5 4 3 5 2 5 5 5 5 5 5 1,5 3 2 5 1 5 3 1,5 2 1 3 3,5 5 4 2 3 5 2 2 5 3 2 2 2 2 3 5 2 1,5 4 5 1 2
1.25 4.25 3.25 3.25 3.25 1.75 1.25 7.50 3.75 2.75 3.25 3.75 3.25 1.75 3.75 7.50 2.75 3.75 1.75 3.25 3.25 1.75 3.25 1.75 3.25 3.25 3.75 1.25 3.25 1.75 1.75 7.50 3.25 2.75 2.25 1.75 3.25 1.75 3.25 1.75 2.75 3.25 3.75 2.75 2.75
106
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
Correlations Kredit Kredit
Pendapatan
Pearson Correlation
.474**
1
Sig. (2-tailed)
.001
N Pendapatan
Pearson Correlation
45
45
**
1
.474
Sig. (2-tailed)
.001
N
45
45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics Mean Pendapatan Kredit
Std. Deviation
3.1000 3.2222
N
1.47652 1.44425
45 45
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Kredit
Variables Removed
a
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pendapatan
Model Summaryb Model
R .474a
1
R Square
Adjusted R Square
.225
Std. Error of the Estimate
.207
1.31493
a. Predictors: (Constant), Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
21.577
1
21.577
Residual
74.348
43
1.729
Total
95.925
44
F 12.479
Sig. .001a
a. Predictors: (Constant), Kredit b. Dependent Variable: Pendapatan
107
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Kredit
Standardized Coefficients
Std. Error 1.538
.484
.485
.137
Beta
t
.474
Sig. 3.179
.003
3.533
.001
a. Dependent Variable: Pendapatan
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
2.0225 -1.539 .198
3.9620 1.231 .363
3.1000 .000 .273
.70027 1.000 .050
45 45 45
1.9627 -2.71199 -2.062 -2.123 -2.87487 -2.218 .024 .000 .001
4.1249 3.53801 2.691 2.770 3.75051 3.021 2.368 .230 .054
3.0938 .00000 .000 .002 .00618 .016 .978 .026 .022
.70430 1.29990 .989 1.014 1.36678 1.065 .687 .059 .016
45 45 45 45 45 45 45 45 45
a. Dependent Variable: Pendapatan
108
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik SPSS 17.0
109
Lampiran 9. Denah Lokasi KJK PEMK Kebayoran Lama Utara
111
Lampiran 10. Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Batas Wilayah: • • • •
Utara Timur Selatan Barat
: Jl. Kramat, (Kel. Keb.Lama Selatan dan Kel. Cipulir). : Kali Grogol, (Kel. Kramat Pela). : Jl. Bintaro Raya, Jl. Bungur Raya, Kel. Kebayoran Lama Selatan. : Kel. Ulujami, Jl. Keb.Lama (Kel. Cipulir).
112