PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN PARAFFIN WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN LIPSTIK DENGAN ZAT PEWARNA EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
. Oleh: Felicia Inesa NIM : 128114065
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN PARAFFIN WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN LIPSTIK DENGAN ZAT PEWARNA EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
. Oleh: Felicia Inesa NIM : 128114065
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
We do not learn for school, but for life.
-Albert Einstein-
for the Greater Glory of God.
Karya ini aku persembahkan untuk Papa dan Mama Sahabat-sahabatku Almamater iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karuniaNya telah membimbing penulis selama penyelesaian skripsi berjudul “Pengaruh Komposisi Beeswax dan Paraffin Wax sebagai Basis terhadap Kekerasan Lipstik dengan Zat Pewarna Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini penulis mendapatkan dukungan, doa, bimbingan, bantuan, semangat, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Papa J. Wijanto Hadipuro dan mama Enni Sugijanti atas doa, kasih, semangat, motivasi, dan saran kepada penulis yang tiada henti diberikan selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah membimbing, memotivasi, memberikan diskusi dan saran selama proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini.
3.
Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku penguji atas kritik, saran, dan diskusi yang diberikan.
4.
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku penguji atas kritik, saran, dan diskusi yang diberikan.
5.
Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Parlan, dan Pak Wagiran selaku laboran atas bantuan yang diberikan selama proses penelitian di laboratorium.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Ira Felisia dan Pho Vania Wirawan selaku teman satu kelompok skripsi atas perjuangan, kebersamaan, motivasi, bantuan, diskusi, dan semangat yang diberikan selama penyusunan proposal hingga penyusunan akhir naskah.
7.
Johanes Maria Hantoro Handjono atas doa, kesabaran, pengertian, bantuan, inspirasi, motivasi, dan semangat yang tiada henti diberikan kepada penulis.
8.
Malvin Choco, Diah Fani Gita, Giovani Caesaria, Asfarina Riandra, dan Prayoga Dharma yang telah membantu penulis dalam pencarian informasi tentang skripsi dan penulisan naskah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9.
Gigha Priagung, Yosephine Miavania, Astrid Vivianni, dan Ni Komang Meyla yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan tempat untuk bertukar cerita dalam proses penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang formulasi kefarmasian.
Yogyakarta, 8 Maret 2016
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………... v PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………………….……… vi PRAKATA…………………………………………………………………... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………….... ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... xiii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….... xiv INTISARI……………………………………………………………………. xv ABSTRACT…………………………………………………………………... xvi BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………..
1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1 1.
Rumusan masalah……………………………………………………... 5
2.
Keaslian penelitian……………………………………………………. 5
3.
Manfaat penelitian…………………………………………………….. 5
B. Tujuan penelitian…………………………………………………………... 6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………….…. 7 A. Bibir………………………………………………………………………... 7
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Kulit buah manggis………………………………………………….……… 7 1.
Morfologi……………………………………………………………… 7
2.
Kegunaan………………………………………………........................ 8
3.
Kandungan…………………………………………………………….. 8
C. Kosmetik…………………………………………………………………… 9 D. Kosmetik dekoratif…………………………………………………………. 10 E. Lipstik…………………………………………………………………….… 10 1.
Definisi………………………………………………………………… 10
2.
Persyaratan lipstik……………………………………………………... 11
3.
Bahan pembawa lipstik………………………..……………................. 11
4.
Zat warna………………………………………….…………………… 11
F. Beeswax ……………………………………………………………………. 12 G. Paraffin wax………………………………………………………………... 13 H. Metode desain faktorial………………………………………..…………… 14 I. Landasan teori……………………………………………………….……… 15 J. Hipotesis……………………………………………………………………. 17 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………………... 18 A. Jenis rancangan penelitian………………………………………………….. 18 B. Variabel penelitian…………………………………………………………. 18 1.
Variabel bebas…………………………………………………………. 18
2.
Variabel terikat………………………………………………………… 18
3.
Variabel pengacau terkendali………………………………………….. 18
4.
Variabel pengacau tak terkendali……………………………………… 19
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Definisi operasional………………………………………………………… 19 D. Alat dan bahan penelitian…………………………………………………... 20 E. Tata cara penelitian………………………………………………………...
21
1.
Pembuatan lipstik……………………………………………………… 21
2.
Uji kekerasan lipstik…………………………………………………… 23
F. Analisis hasil……………………………………………………………….. 23 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 24 A. Pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.)……………… 24 B. Formulasi lipstik……………………………………………………………. 27 C. Uji sifat fisik dan stabilitas lipstik…………………………………………. 31 1.
Uji sifat fisik lipstik……………………………………………………. 32
2.
Validasi formula….……………………………………………………. 37
3.
pH lipstik………………………………………………………………. 37
4.
Stabilitas lipstik………………………………………………………... 38
5.
Stabilitas warna………………………………………………………... 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 40 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 41 LAMPIRAN…………………………………………………………………… 44 BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………….
xi
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Rancangan desain faktorial untuk dua faktor dan dua level……… 14
Tabel II.
Formula lipstik menurut Barel dkk., (2001)………………...……. 21
Tabel III.
Formula hasil modifikasi…………………………………………. 21
Tabel IV.
Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan lipstik……………………. 32
Tabel V.
Hasil uji ANOVA dengan Design Expert 10 untuk respon kekerasan lipstik………………………………………………….. 33
Tabel VI.
Efek beeswax, paraffin wax, dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik………………………………………………….. 34
Tabel VII. Hasil validasi contour plot………………..………………………… 37
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur senyawa antosianin……………………………...………
12
Gambar 2. Grafik hubungan paraffin wax terhadap respon kekerasan lipstik.. 35 Gambar 3. Grafik hubungan beeswax terhadap respon kekerasan lipstik……. 35 Gambar 4. Contour plot kekerasan lipstik………………………………….… 36 Gambar 5. Grafik pergeseran kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis……………………………………………………… 38
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Certificate of analysis ekstrak kulit manggis………………….. 40
Lampiran 2.
Material safety data sheet ekstrak kulit manggis……………… 42
Lampiran 3.
Extraction flow chart ekstrak kulit manggis……………….….. 43
Lampiran 4.
Lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis…………….. 44
Lampiran 5.
Alat uji kekerasan lipstik……………………………………….. 46
Lampiran 5.
Data stabilitas fisik lipstik (pergeseran kekerasan lipstik)…….. 47
Lampiran 6.
Hasil analisis statistik data kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis………………….……………... 48
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi beeswax dan paraffin wax pada lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis untuk menghasilkan respon sesuai dengan parameter. Komposisi basis akan berpengaruh pada sifat fisik lipstik, yaitu kekerasan lipstik. Kombinasi dari dua basis diperlukan untuk menjaga kekerasan lipstik terutama dari suhu tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level. Metode ini akan menghasilkan respon berupa sifat fisik kekerasan lipstik dan stabilitas sifat fisik meliputi pergeseran lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan. Analisis statistik menggunakan program Design Expert 10 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa komposisi beeswax dan paraffin wax memberikan pengaruh peningkatan kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis dengan formula 4,4 gram beeswax dan 4,4 gram paraffin wax untuk respon paling rendah, yaitu 120 detik. Paraffin wax jarang digunakan pada lipstik yang saat ini ada di pasar dan kombinasi dari kedua basis ini belum pernah ada sebelumnya sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menghasilkan sifat fisik yang dapat diterima oleh konsumen. Kata kunci: lipstik, beeswax, paraffin wax, kekerasan, desain faktorial, ekstrak kulit buah manggis
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The purpose of the research is to understand the interaction between beeswax and paraffin wax in lipstick with pigment of mangosteen rind extract to determine responses which are suitable to its parameter. The bases composition will influence the physical characteristic of the lipstick, which is hardness of the lipstick. The combination of two bases is required to maintain the hardness of the lipstick, especially from high temperature. The study was performed with factorial design of two factors with two levels. The method would give responses of the hardness and stability characteristic of the lipstick stored in one month. Statistical analysis used is Design Expert 10 with confidence interval of 95%. The result shows that the composition of beeswax and paraffin wax has an effect to the hardness of the lipstick with pigment of mangosteen rind extract where 4,4 grams beeswax and 4,4 grams paraffin wax for smallest response, 120 second. Paraffin wax is rarely used and this combination of two bases has never existed before which makes this research important to make the product acceptable to consumers.
Keyword: lipstick, beeswax, paraffin wax, hardness, factorial design, mangosteen rind extract
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kosmetik saat ini menjadi salah satu komponen penting dalam kehidupan sehari-hari. Pengguna kosmetik juga semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Riset IFT (Indonesian Finance Today), pengguna kosmetik bertambah 1,3-1,4% setiap tahun dan diperkirakan pada tahun 2016 sekitar 85,72 juta orang akan menjadi pengguna kosmetik. Hal ini menunjukkan bahwa kosmetik sudah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi manusia. Kosmetik merupakan semua benda yang dioleskan atau digosokkan pada tubuh manusia yang berfungsi untuk membersihkan, melindungi, menambah daya tarik dan mengubah penampilan (Mitsui, 1997). Lipstik adalah salah satu kosmetik yang paling sering digunakan oleh wanita. Menurut Tranggano dan Latifah (2007), lipstik merupakan kosmetik yang diaplikasikan pada bibir yang digunakan untuk melindungi bibir dalam udara dingin dan kering sehingga bibir tidak mudah kering dan pecah-pecah. Lipstik digunakan oleh wanita dalam waktu yang lama sehingga lipstik harus aman dan tidak menyebabkan iritasi. Bahan kimia dalam pembuatan lipstik secara tidak sengaja dapat termakan dan penggunaan dalam jangka panjang dapat terakumulasi dalam tubuh yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan. Zat warna sintetis merupakan salah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
satu bagian dari komposisi pembuatan lipstik yang dapat menyebabkan hal tersebut. Food and Drug Administration (FDA) menemukan penggunaan logam berat, seperti timah, aluminium, mangan dan logam-logam lainnya, sebagai zat warna sintetis lipstik yang berbahaya bagi tubuh jika terakumulasi dalam jangka panjang (Brown, 2013). Zat warna sintetis dapat diganti dengan zat warna alami untuk mengurangi dampak tersebut. Penggunaan batas aman zat pewarna alami pada kosmetik adalah 5-15% (Mercado, 1991). Salah satu contoh zat warna alami yang dapat digunakan adalah zat warna dari kulit buah manggis. Kulit manggis memiliki warna yang menarik jika digunakan sebagai zat pewarna lipstik. Menurut Fatoni, Mando, Dwi dan Suwandri (2008), zat pewarna lipstik dari kulit manggis dapat diambil dengan cara ekstraksi dengan larutan etanol 70%. Zat pewarna yang diambil adalah antosianin yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami yang memiliki toksisitas dan reaksi alergi yang rendah. Senyawa antosianin memiliki stabilitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pewarna
sintetis.
Antosianin dapat
stabil ketika
diperlakukan dalam kondisi tertentu agar dapat tetap stabil. Penggunaan antosianin sebagai zat pewarna alami perlu diperhatikan (Kearsley dan Rodriguez, 1981). Lipstik memiliki berbagai macam variasi warna, salah satunya adalah warna nude. Warna nude merupakan warna yang dapat memberikan tampilan yang natural dan elegan. Warna ini banyak dicari oleh para wanita karena merupakan warna yang fleksibel (Yahya, 2015). Salah satu penghasil warna nude alami adalah dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis. Kulit buah manggis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
memiliki warna merah kecoklatan ketika diformulasikan menjadi lipstik akan menghasilkan warna nude yang aman digunakan. Basis adalah bahan utama yang penting dalam pembuatan kosmetik dekoratif, khususnya lipstik. Menurut Williams (2009), basis didefinisikan sebagai campuran yang kompleks yang memiliki hidrokarbon dan asam lemak yang dikombinasikan dengan ester. Basis digunakan untuk memfasilitasi lipstik agar dapat menempel pada bibir. Penambahan basis akan menyebabkan lipstik menjadi keras, tidak berminyak, dan tahan terhadap kelembaban. Menurut Arifin (2002), komposisi basis ini akan mempengaruhi sifat fisik lipstik, antara lain viskositas, titik leleh dan kekerasan. Tingkat kekerasan lipstik harus diperhatikan, tidak terlalu keras atau terlalu lunak agar dapat diterima oleh konsumen. Kekerasan lipstik yang tidak sesuai akan mempengaruhi kenyamanan konsumen sehingga komposisi dari basis ini harus diperhitungkan dengan benar. Sebagian besar lipstik menggunakan basis lilin padat yang dicampur dengan minyak yang menguap agar lipstik dapat menyebar dengan mudah pada bibir tetapi tetap kaku di dalam wadah. Berdasarkan sumber pembuatannya terdapat empat klasifikasi basis, yaitu basis yang berasal dari hewan, berasal dari tumbuhan, berasal dari mineral dan basis sintetis. Salah satu contoh lilin padat yang biasa digunakan adalah beeswax yang berasal dari hewan. Beeswax merupakan lilin murni yang terbentuk dari sarang lebah dari lebah Apis Mellifera yang berperan dalam sifat fisis kekerasan (Williams, 2009). Beeswax dapat digunakan pada kosmetik dengan batas aman 5-20% (Mercado, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Satu jenis basis terkadang tidak dapat memenuhi tingkat kekerasan yang sesuai untuk sebuah lipstik. Paraffin wax yang berasal dari mineral dapat digunakan sebagai kombinasi untuk memenuhi tingkat kekerasan lipstik (Williams, 2009). Menurut Mozes (1983), paraffin wax juga merupakan basis lilin yang juga memiliki fungsi untuk kekerasan tetapi masih jarang digunakan. Paraffin wax aman digunakan pada kosmetik jika penggunaannya kurang dari 15%. Kombinasi dari beeswax dan paraffin wax diperlukan untuk menjaga kekerasan lipstik, terutama dari suhu tinggi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan komposisi dari kombinasi basis beeswax dan paraffin wax adalah metode desain faktorial. Desain faktorial yang dilakukan menggunakan dua faktor, beeswax dan paraffin wax, dengan level rendah dan level tinggi. Metode desain faktorial ini digunakan untuk mendapatkan komposisi formula yang optimum dari kombinasi kedua basis. Interaksi kedua basis ini akan menghasilkan suatu respon kekerasan lipstik dalam desain faktorial. Stabilitas dari sifat fisik kedua kombinasi basis ini juga perlu diuji untuk memastikan bahwa lipstik stabil dalam waktu lama. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan suatu komposisi lipstik dengan perpaduan jenis basis yang diharapkan dapat memenuhi tingkat kekerasan lipstik yang sesuai dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.
Rumusan masalah Bagaimana pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan
paraffin wax terhadap kekerasan dan stabilitas (pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan) dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis?
2.
Keaslian penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian
tentang optimasi beeswax dan paraffin wax sebagai basis terhadap kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) belum pernah dilakukan.
3.
Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang formulasi lipstik dengan kombinasi basis beeswax dan paraffin wax. b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan desain faktorial untuk mengamati pengaruh komposisi beeswax dan paraffin wax. c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui komposisi beeswax dan paraffin wax sebagai basis untuk menentukan kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis dalam menghasilkan respon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
B. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan paraffin wax terhadap kekerasan lipstik dan stabilitas (pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan) dengan ekstrak kulit buah manggis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bibir Bibir adalah bagian penting dari penampilan seseorang yang terletak pada pusat wajah. Bibir merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Lapisan kulit bibir berbeda dengan lapisan kulit lainnya. Bibir tidak memiliki stratum corneum (lapisan tanduk) dan memiliki epidermis yang tipis. Oleh karena itu, bibir mudah luka, mudah mengalami pendarahan dan mudah kering saat terkena udara dingin (Wibowo, 2008).
B. Kulit Buah Manggis 1.
Morfologi Pohon manggis merupakan pohon yang pertumbuhannya lambat tetapi
memiliki umur panjang. Pohon manggis memiliki tinggi 6,25 meter, ranting dengan diameter 25-35 cm, dan memiliki daun hijau yang lebat. Di setiap jaringan pohon dihasilkan getah berwarna kuning sebagai fungsi perlindungan (Yaacob dan Tindall, 1995). Kulit manggis memiliki morfologi halus, memiliki ketebalan 4-8 mm, memiliki warna ungu kecoklatan pada bagian luar dan warna merah keunguan pada bagian dalam, keras, dan memiliki getah yang berwarna kuning. Getah
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
berwarna kuning ini akan keluar ketika kulit manggis dilukai. Buah manggis memiliki berat bervariasi dari 75-150 gram tergantung dari umur dan kondisi geografis tempat tumbuhnya sehingga kulit manggis memiliki berat kurang dari berat tersebut (Yaacob dan Tindall, 1995).
2.
Kegunaan Kulit buah manggis dibentuk untuk melindungi buah dari kerusakan.
Kerusakan buah dapat terjadi oleh manusia, misalnya saat pengepakan ketika buah didistribusikan. Ketika kulit buah manggis mengalami luka, kulit buah akan mengeluarkan getah berwarna kuning sebagai fungsi perlindungan (Yacoob dan Tindall, 1995).
3.
Kandungan Kulit buah manggis mengandung α dan γ mangostin, tanin, pigmen,
xanthone, chrysanthemin, garcinone, gartanin, vitamin B1, B2, C, dan zat bioaktif lainnya. Zat-zat bioaktif tersebut berfungsi sebagai anti-inflamasi, antitumor, dan antioksidan. Kulit manggis memiliki zat pewarna merah bernama antosianin dengan pigmen mayor dan minor, yaitu cyanidin-3-glucoside dan cyanidin-3-sophorosid. Senyawa ini dapat diisolasi melalui ekstraksi etanol 70% (Chairat, Bremner, dan Chantrapromma, 2007). Pemilihan pelarut dalam ekstraksi dilakukan berdasarkan kelarutan senyawa yang diambil. Golongan senyawa yang larut dalam pelarut etanol 70% adalah alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, tripterpenoid, steroid, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
glukosida (Poeloengan dan Praptiwi, 2010). Pigmen kulit manggis antosianin termasuk dalam golongan flavonoid (Chairat, Bremner, dan Chantrapromma, 2007).
C. Kosmetik Kosmetik merupakan semua benda yang dioleskan atau digosokkan pada tubuh manusia yang berfungsi untuk membersikan, menambah daya tarik dan mengubah penampilan. Kosmetik disebut dengan quasi-drug yang berarti kosmetik termasuk dalam dua kategori, yaitu digunakan untuk kesehatan dan digunakan untuk menjaga penampilan. Kosmetik digunakan untuk menjaga kesehatan tetapi kosmetik berbeda dengan obat. Obat hanya digunakan dalam waktu yang singkat untuk fungsi pengobatan sedangkan kosmetik digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam waktu yang lama sehingga kosmetik harus aman dan tidak memiliki efek samping (Mitsui, 1997). Berdasarkan tempat aplikasinya kosmetik diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kosmetik untuk kulit, untuk rambut dan untuk badan. Kosmetik untuk kulit memiliki tiga fungsi utama, antara lain pembersih, perawatan dan perlindungan kulit. Kosmetik untuk kulit dibagi menjadi tiga, yaitu kosmetik untuk perawatan kulit, kosmetik dekoratif, dan kosmetik untuk perawatan tubuh. Lipstik termasuk dalam klasifikasi kosmetik dekoratif (Mitsui, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
D. Kosmetik Dekoratif Kosmetik dekoratif adalah kosmetik yang memiliki tujuan utama untuk mengubah penampilan. Berdasarkan tujuan tersebut peran zat warna pada kosmetik dekoratif sangat besar. Persyaratan kosmetik dekoratif antara lain, memiliki warna yang menarik, harum, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan tidak merusak kulit (Tranggano dan Latifah, 2007). Kosmetik dekoratif dibagi menjadi dua golongan, yaitu kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan kosmetik yang memiliki efek mendalam. Kosmetik yang hanya menimbulkan efek pada permukaan akan lebih mudah luntur sedangkan kosmetik yang memiliki efek mendalam jangka waktu untuk luntur akan lebih lama. Contoh kometik yang menimbulkan efek pada permukaan adalah lipstik (Tranggano dan Latifah, 2007).
E. Lipstik 1.
Definisi Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik
merupakan kosmetik bibir yang anatomi dan fisiologisnya agak berbeda dari lainnya. Stratum corneum bibir sangat tipis dan bagian dermis tidak mengandung kelenjar keringan maupun kelenjar minyak sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah dalam udara yang dingin. Lipstik digunakan untuk mencegah bibir mengalami hal tersebut (Tranggono dan Latifah, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
2.
Persyaratan lipstik Secara teknis, lipstik harus memenuhi kualitas tertentu agar dapat
diterima oleh konsumen, antara lain: a.
Aman secara dermatologis
b.
Memenuhi stabilitas jangka panjang (long-term stability)
c.
Tidak terjadi pengerasan atau pelunakan antara suhu 4 - 40oC
d.
Mudah dioleskan tanpa ada sensasi berminyak
e.
Memenuhi kriteria kekerasan dan homogenitas
f.
Mudah digunakan dan memberi perlindungan
(Salvador dan Alberto, 2011).
3.
Bahan pembawa lipstik Bahan utama pembuatan lipstik adalah lilin, minyak dan lemak. Lilin
berperan dalam kekerasan lipstik (Tranggano dan Latifah, 2007). Contoh lilin adalah candelilla, carnauba, beeswax dan derivat, microcrystalline, paraffin, synthetic, ester dan sebagainya. Fase minyak dipilih berdasarkan kemampuannya melarutkan zat warna. Contoh dari minyak adakah castor oil, alkohol tetrahidrofurfuril, lanolin dan sebagainya (Barel, Paye dan Maibach, 2001).
4.
Zat warna Zat warna pada lipstik dibagi menjadi dua, yaitu zat warna alami dan zat
warna sintetis. Zat warna alami lebih aman jika dibandingkan dengan zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya lebih lemah, tidak tahan cahaya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
pembuatannya sulit. Intensitas warna zat sintetis lebih kuat tetapi memiliki derajat toksisitas yang perlu diperhatikan. Toksisitas dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu zat pewarna yang hanya boleh digunakan di dalam kosmetik dan makanan, hanya digunakan pada kosmetik, dan hanya digunakan pada kosmetik untuk pemakaian luar (Tranggano dan Latifah, 2007). Kulit manggis merupakan salah satu penghasil zat warna alami, yaitu antosianin. Antosianin merupakan senyawa zat pewarna alami golongan flavonoid dan fenolik. Antosianin dari kulit buah manggis dapat diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% (Fatoni dkk., 2008). Antosianin dapat digunakan sebagai zat pewarna alami yang memiliki toksisitas dan reaksi alergi yang rendah (Chairat dkk., 2007). Antosianin berfungsi sebagai pewarna alami karena senyawa ini bersifat stabil. Senyawa ini merupakan senyawa yang larut air. (Konczak dan Wei, 2004). Struktur senyawa antosianin digambarkan sebagai berikut
Gambar 1. Struktur senyawa antosianin (Gould, 2009).
F. Beeswax Beeswax merupakan lilin murni yang terbentuk dari sarang lebah yang berasal dari lebah Apis Mellifera. Setiap 8 pound madu yang dibuat oleh lebah akan menghasilkan 1 pound beeswax. Beeswax terdiri dari 70% ester dan 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
asam dan hidrokarbon. Beeswax dapat larut dengan minyak dan alkohol hangat dan tidak larut pada air hangat dan alkohol dingin. Basis ini digunakan pada krim, lotion, balm, lipstik, maskara, foundation dan eyeshadow (Williams, 2009). Beeswax memiliki organoleptis memiliki bau khas yang lemah dan tidak memiliki rasa (Rowe, Paul dan Marian, 2009). Beeswax memiliki titik leleh 63,5oC (146,3oF) (Science Lab, 2013). Bagian beeswax yang terdiri dari ester merupakan rantai lurus alkohol monohidrat dengan rantai C24 dan C36 diesterifikasi dengan rantai lurus asam. Kepala ester pada basis ini adalah myricyl palmitate (Rowe dkk., 2009). Menurut Mercado (1991), batas penggunaan beeswax pada kosmetik topikal adalah 5-20%. Beeswax memiliki sifat cenderung asam karena memiliki pH 6,11 (Tihonov, Iavtushenko, Achilov, dan Iarnih, 1981).
G. Paraffin wax Berbagai macam lilin yang ditambahkan pada lipstik bervariasi antara 550% lipstik. Paraffin wax dapat meningkatkan kekerasan dan kelembutan dari lipstik tetapi masih sangat jarang digunakan. Batas aman penggunaan paraffin wax dalam lipstik ini adalah tidak melebihi 15% dari berat lipstik (Mozes, 1983). Paraffin wax merupakan campuran murni dari padatan hidrokarbon jenuh yang mempunyai rumus umum CnH2n+2. Paraffin wax memiliki organoleptis tidak berbau, tidak berwarna dan merupakan padatan putih (Rowe dkk., 2009). Paraffin wax memiliki berat molekul rata-rata 300-700 gram/mol. Titik leleh dari paraffin wax adalah 45-65oC. Paraffin wax memiliki fungsi untuk menahan bentuk lipstik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
saat berada dalam wadah (Minami, 2005). Paraffin wax memiliki sifat basa karena memiliki pH 11 (Mozes, 1983).
H. Metode Desain Faktorial Metode desain faktorial digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian pada penelitian yang menggunakan banyak faktor atau kondisi. Desain faktorial akan menentukan efek dan interaksi dari beberapa faktor tersebut. Faktor merupakan variabel yang telah ditentukan peneliti yang akan berpengaruh terhadap respon. Faktor dapat dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif. Efek adalah perubahan respon dikarenakan adanya variasi level dan faktor (Bolton dan Bon, 2010). Selain faktor, level dari faktor yang juga harus ditentukan dalam penelitian. Level merupakan suatu tetapan untuk faktor yang dinyatakan dalam level tinggi dan level rendah. Eksperimen yang paling sederhana adalah eksperimen dengan dua faktor dan dua level (untuk setiap faktor) sehingga dihasilkan empat formula yang berbeda. Tabel I. Rancangan desain faktorial untuk dua faktor dan dua level Formula Simbol Faktor a Faktor b level rendah level rendah 1 level rendah level tinggi a level tinggi level rendah b level tinggi level tinggi ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Notasi (1), a, b dan ab merupakan simbol standar untuk menunjukan beberapa kombinasi dari dua faktor. Setiap simbol menunjukkan tingkat level yang berbeda pada kedua faktor (Bolton dan Bon, 2010). Hasil dari penelitian akan diletakkan pada contour plot. Contour plot merupakan grafik yang mendeskripsikan respon dari data eksperimental. Respon yang dihasilkan dari penelitian dapat diilustrasikan pada contour plot. Hasil dari contour plot selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus: Y = Ba(A) + Bb(B) + Bc(C) +… + Bab(A)(B) + Bac(A)(C) + … (A), (B) dan (C) merupakan proporsi dari komponen sedangkan Ba dan Bb merupakan level bagian A dan B (Bolton dan Bon, 2010).
I. Landasan Teori Bibir merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang berbeda dari lapisan kulit lainnya karena tidak memiliki lapisan tanduk dan memiliki epidermis yang tipis sehingga mudah kering dan pecah-pecah. Bibir juga merupakan salah satu obyek pada wanita untuk mempercantik diri. Lipstik dibutuhkan untuk melakukan kedua fungsi tersebut. Oleh karena itu, lipstik disebut dengan quasidrug, yaitu selain untuk menjaga kesehatan bibir lipstik juga digunakan sebagai kosmetik dekoratif sehingga lipstik sangat diperlukan dalam masyarakat. Bahan pembuat lipstik sering kali terbuat dari bahan kimia yang jika digunakan dalam jangka panjang akan terakumulasi di dalam tubuh dan berbahaya bagi kesehatan. Salah satu bahan tersebut adalah zat pewarna. Zat pewarna lipstik yang digunakan di pasar kebanyakan zat pewarna sintetis. Penggantian zat warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
sintetis menjadi zat pewarna alami perlu dilakukan. Salah satu pewarna alami yang dapat digunakan adalah pewarna yang berasal dari kulit manggis. Kulit manggis mengandung senyawa zat pewarna antosianin. Antosianin dapat diekstrak dengan metode perkolasi dengan pelarut etanol 70%. Lipstik terdiri dari bahan utama, yaitu basis berupa lilin, minyak dan lemak. Basis merupakan komponen penting untuk menjaga sifat fisis lipstik, terutama kekerasan lipstik. Satu jenis basis tidak cukup untuk menjaga kekerasan lipstik maka diperlukan kombinasi dua basis, yaitu beeswax dan paraffin wax. Beeswax berasal dari sarang lebah Apis Mellifera yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan lipstik sedangkan paraffin wax merupakan basis yang terbuat dari mineral yang juga memiliki fungsi untuk meningkatkan kekerasan tetapi masih jarang digunakan. Penambahan kombinasi dari kedua bahan ini akan meningkatkan kekerasan lipstik. Metode yang digunakan untuk untuk menentukan komposisi dari kombinasi basis pada penelitian ini adalah metode desain faktorial.. Desain faktorial merupakan desain yang digunakan untuk menentukan efek dan interaksi dari beberapa faktor. dapat dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif. Dalam penelitian ini, faktor yang digunakan adalah bentuk kuantitatif yang dinyatakan dalam gram. Dua faktor tersebut adalah beeswax dan paraffin wax. Metode ini akan menghasilkan respon yang akan dinyatakan dalam contour plot.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
J. Hipotesis Komposisi beeswax dan paraffin wax dapat memberikan pengaruh terhadap kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni.
B. Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi beeswax dan
paraffin wax sebagai basis dalam formula lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit buah manggis, dinyatakan dengan level rendah dan level tinggi.
2.
Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekerasan dan stabilitas
lipstik (pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan).
3.
Variabel pengacau terkendali Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah tempat tumbuh
buah manggis yang digunakan, suhu pemanasan, waktu pencampuran, suhu pendinginan, lama pendinginan, dan waktu penyimpanan.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
4.
Variabel pengacau tak terkendali Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan
kelembaban ruangan saat melakukan penelitian.
C. Definisi Operasional 1.
Lipstik merupakan kosmetik yang diaplikasikan pada bibir yang digunakan untuk melindungi dalam udara dingin dan kering sehingga bibir tidak mudah kering dan pecah-pecah.
2.
Zat pewarna buah manggis merupakan zat pewarna alami pada lipstik yang diambil dari kulit buah manggis dengan cara ekstraksi dengan larutan etanol 70% dengan metode perkolasi.
3.
Faktor merupakan variabel yang berpengaruh terhadap respon. Dalam penelitian ini menggunakan dua faktor, yaitu beeswax dan paraffin wax.
4.
Level merupakan suatu tetapan untuk faktor yang dinyatakan dalam level tinggi dan level rendah.
5.
Beeswax adalah merupakan basis lilin yang berasal dari sarang lebah yang berasal dari lebah Apis Mellifera yang berperan dalam sifat fisis kekerasan.
6.
Paraffin wax adalah basis lilin yang berasal dari mineral yang berperan terhadap kekerasan lipstik.
7.
Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya yang besarnya dapat dikuantitatifkan. Dalam penelitian ini respon yang dihasilkan adalah hasil percobaan sifat fisis kekerasan lipstik dan stabilitas sediaan lipstik (pergeseran kekerasan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
8.
Uji kekerasan adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan lipstik terhadap tekanan.
9.
Sifat fisik dan stabilitas lipstik adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas lipstik. Dalam penelitian ini sifat fisik yang diteliti adalah kekerasan lipstik dan stabilitas lipstik yang diamati adalah pergeseran kekerasan lipstik saat penyimpanan selama satu bulan.
10. Efek adalah perubahan perubahan respon dikarenakan adanya variasi level dan faktor. 11. Desain faktorial adalah metode penelitian untuk menentukan efek dan interaksi dari dua faktor, yaitu beeswax dan paraffin wax dan dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. 12. Counter plot adalah grafik yang mendeskripsikan respon dari data eksperimental.
D. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, neraca analitik, aluminium foil, penangas air, cawan porselen, gelas ukur, mortir, stamper, hotplate, termometer, cetakan lipstik, lemari pendingin, dan alat uji kekerasan lipstik, stopwatch. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit manggis, beeswax, paraffin wax, lanolin, titanium dioksida, metil paraben, gummi arabiccum, gliserol, tween 80, zinc oxide, dan aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
E. Tata Cara Penelitian 1.
Pembuatan lipstik a. Formula lipstik menurut Barel dkk., (2001).
Tabel II. Formula lipstik menurut Barel (2001) Formula Jumlah Bahan Emollients 40-55% Lanolin Waxes 8-13% Beeswax, Paraffin wax Plasticizers 2-4% Gliserol Colorants 3-8% Ektrak kulit manggis Pearl 3-6% TiO2 Actives 0-2% Tween 80 Fillers 4-15% ZnO Fragrance 0,05-0,10% Oleum rosae Preservatives/Antioxidants 0,50% Metil paraben
b. Formula hasil modifikasi.
Formula Basis lipstik Beeswax Paraffin wax Lanolin Gummi arabicum Aquadest Gliserol Ekstrak kulit manggis Titanium dioksida Tween 80 ZnO Fragrance Metil paraben Total
Tabel III. Formula hasil modifikasi 1 a
B
ab
4,4 g 4,4 g 11 g 3,3 g 7,7 g 1,6 g
4,4 g 5,2 g 11 g 3,3 g 7,7 g 1,6 g
5,2 g 4,4 g 11 g 3,3 g 7,7 g 1,6 g
5,2 g 5,2 g 11 g 3,3 g 7,7 g 1,6 g
3,2 g
3,2 g
3,2 g
3,2 g
2,4 g 0,8 g 6g 0,04 g 0,2 g 45,04 g
2,4 g 0,8 g 6g 0,04 g 0,2 g 45,84 g
2,4 g 0,8 g 6g 0,04 g 0,2 g 45,84 g
2,4 g 0,8 g 6g 0,04 g 0,2 g 46,64 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
c. Cara pembuatan lipstik. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan. Beeswax dan paraffin wax dipanaskan pada cawan porselen dengan suhu 80oC di atas penangas air. Lanolin dipanaskan dengan kondisi dan suhu yang sama pada cawan yang terpisah. Ekstrak kulit manggis yang digunakan didapatkan dari PT. Borobudur Industri Jamu. Ekstrak kulit manggis yang digunakan berbentuk granul sehingga harus dihaluskan terlebih dahulu lalu dilarutkan ke dalam aquadest dan diaduk hingga larut. Gummi arabicum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan, diaduk hingga tercampur dengan rata. Lanolin yang sudah meleleh dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran lalu diaduk hingga homogen. Campuran ini disebut sebagai fase A. Fase A dimasukkan ke dalam motir panas, beeswax dan parafin sebagai basis yang telah dilelehkan dimasukkan ke dalam campuran lalu diaduk hingga homogen. Ditambahkan zinc oxide dan titanium dioksida lalu diaduk hingga homogen. Setelah itu, ditambahkan gliserol, tween 80, metil paraben, dan fragrance lalu diaduk hingga tercampur rata. Campuran ini disebut sebagai fase B. Fase B dipanaskan kembali di atas cawan porselen pada suhu 80 oC hingga leleh. Campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sebelumnya telah dipanaskan. Campuran didiamkan hingga suhu ruangan lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin selama 24 jam. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diletakkan dalam wadah (Barel dkk., 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
2. Uji kekerasan lipstik Alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Lipstik yang digunakan dalam pengujian harus memiliki ukuran dan berat yang sama. Lipstik diletakkan pada alat uji dengan posisi bagian ujung menghadap ke bawah. Setelah itu, pengganjal pada alat dilepaskan dilakukan bersamaan dengan dinyalakan stopwatch (alat tanpa ditambah beban = 600 gram). Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur, beban sebesar 200 gram ditambahkan lagi pada alat. Penambahan beban dilakukan hingga total beban 1400 gram atau hingga lipstik hancur. Apabila pada beban 1400 gram lipstik belum hancur, lipstik didiamkan, dan catat hingga waktu lipstik hancur. Pencatatan waktu dan total beban yang digunakan dihentikan ketika lipstik hancur. Pengujian dilakukan selama penyimpanan hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30 (Voigt, 1994).
3.
Analisis Hasil Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial sebagai rancangan
percobaan. Hasil analisis yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Design Expert 10. Dalam analisis statistik digunakan tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai p < 0,05, maka model persamaan yang digunakan signifikan dan persamaan dapat dilanjutkan untuk melihat pengaruh beeswax dan paraffin wax sebagai basis terhadap kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Pengaruh kekerasan formula lipstik diolah dengan menggunakan t-test. T-test akan menghasilkan p-value. Apabila p-value > 0,05 maka kekerasan lipstik yang didapatkan valid. Stabilitas fisik dari lipstik diolah dengan menggunakan program RStudio. Data diolah dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Apabila data normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas Levene Test dan uji ANOVA untuk mendapatkan p-value dan untuk membandingkan perlakuan yang diberikan digunakan uji post hoc Tukey HSD. Apabila data tidak normal maka dilanjutkan dengan uji Kruskall-Wallis’s Test untuk mendapatkan p-value. Lipstik dikatakan stabil apabila p-value < 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ektrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Hasil ekstrak yang diperoleh dari PT. Borobudur Industri Jamu memiliki organoleptis berwarna coklat terang, berbau khas dan memiliki rasa pahit. Bentuk hasil ektrak kulit manggis adalah granul. Ekstrak kulit manggis ini tidak bersifat toksik sehingga aman digunakan sebagai zat pewarna lipstik. Pada proses ekstraksi ini digunakan pelarut etanol 70% dengan metode perkolasi. Perkolasi merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Depkes RI, 2000). Pelarut etanol 70% digunakan karena dapat melarutkan senyawa antosianin. Hal ini diyakinkan dengan penelitian Fatoni, Mando, Dwi dan Suwandri (2008) yang menyatakan bahwa antosianin pada ekstrak kulit manggis dapat diektraksi dengan pelarut etanol dengan konsentrasi terbaik 70%. Senyawa antosianin merupakan golongan flavonoid, kelas dari senyawa fenolik yang berfungsi sebagai pewarna. Antosianin diekstraksi dari daun kering, buah, akar atau biji. Senyawa ini merupakan senyawa yang larut air. (Konzcak, 2004). Pada penelitian ini digunakan antosianin pada kulit manggis yang terdapat pada kulit luar dan kulit dalam manggis. Kulit bagian luar manggis mengandung antosianin lebih banyak jika dibandingkan dengan kulit bagian dalam manggis. Jenis antosianin yang ada pada kulit luar manggis adalah cyanidin-3-glucoside yang bertanggung jawab sebagai pigmen merah (Chaovanalikit dkk., 2012).
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Antosianin merupakan pewarna alami yang memiliki stabilitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pewarna sintetis. Antosianin dapat stabil apabila diperlakukan dalam kondisi tertentu, yaitu tidak terkena paparan cahaya dan tidak berada pada temperatur di atas 50 oC. Antosianin juga sangat sensitif terhadap perubahan pH (Kearsley dan Rodriguez, 1981). Ekstrak kulit manggis dari PT. Borobudur Industri Jamu dikeringkan dengan menggunakan maltodextrin dengan perbandingan ekstrak dengan maltodextrin 1:10. Maltodextrin sebagai pengering pada ekstrak memiliki fungsi sebagai bahan pengisi dan pembentukan film, mengikat rasa dan lemak, dan mengurangi permeabilitas oksigen. Bahan ini juga dapat menutupi bau yang tidak sedap dari ekstrak. Maltodextrin larut pada air (Sansone, Teresa, Patrizia, Matteo, Rita dan Maria, 2011). Maltodextrin memiliki warna putih (Pharmco-Apper, 2013). Ekstraksi kulit manggis dengan pelarut etanol 70% tidak hanya mengekstraksi antosianin golongan flavonoid tetapi juga golongan lain, seperti golongan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, tripterpenoid, steroid, dan glukosida (Poeloengan dan Praptiwi, 2010). Beberapa golongan tersebut memiliki rasa pahit sehingga ekstrak kulit manggis memiliki rasa yang pahit, antara lain golongan alkaloid (Encyclopaedia Britannica, 2016), golongan saponin (Dawid dan Hofmann, 2014), golongan tanin (Fontoin, 2008) dan triterpenoid (Indian Council of Medical Research Task Force, 2012). Golongan-golongan tersebut perlu dipartisi untuk menghilangkan rasa pahit pada ekstrak tetapi pada penelitian ini belum dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
B. Formulasi Lipstik Penelitian yang dilakukan adalah formulasi lipstik. Lipstik merupakan kosmetik yang penting untuk perlindungan bibir sehingga bibir tidak mudah kering dan pecah (Tranggano dan Latifah, 2007). Lipstik yang dibuat dalam penelitian ini adalah lipstik matte, yaitu lipstik yang pekat, tidak mengkilap, dan mengandung sedikit pelembab (Adnan, 2009) Optimasi formula lipstik dibutuhkan untuk mendapatkan lipstik yang memenuhi kualitas tertentu agar dapat diterima oleh konsumen. Bahan utama yang dioptimasi dalam formula yang dibuat dalam penelitian ini adalah basis dimana pada penelitian ini digunakan dua basis yaitu, beeswax dan paraffin wax. Kedua bahan ini dioptimasi karena memiliki peran penting terhadap kekerasan lipstik. Basis lilin sangat berperan penting terhadap kekerasan lipstik. Beeswax sangat sering digunakan dalam penelitian pembutan lipstik untuk meningkatkan kekerasan. Menurut Mercado (1991), batas maksimum penggunaan beeswax dalam suatu formula adalah 5-20% sedangkan dalam penelitian ini digunakan 911% sehingga penggunaan basis ini masih dalam batas aman. Paraffin wax dipilih karena dapat meningkatkan kekerasan lipstik tetapi dalam dunia kosmetik masih sangat jarang digunakan. Pada penelitian ini digunakan paraffin wax sebesar 911% sedangkan batas aman penggunaan paraffin wax menurut Mozes (1983) adalah <15% sehingga penggunaan pada penelitian ini masih dalam batas aman. Lipstik dibuat dengan berbagai komponen bahan yang memiliki masingmasing tujuan. Bahan lain yang digunakan adalah lanolin sebagai emollient atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
pelunak tekstur lipstik dan pemberi kelembutan. Gliserol ditambahkan untuk memberikan efek ketahanan pada lipstik. Tween 80 ditambahkan pada pembuatan lipstik sebagai pelembab. Lipstik yang dibuat merupakan tipe matte sehingga perlu agen pemekat pada lipstik, yaitu zinc oxide. ZnO ini juga berfungsi sebagai pemberi tekstur. TiO2 diberikan untuk efek mengkilap lipstik. Metil paraben ditambahkan sebagai pengawet (Barel dkk., 2001). Bahan-bahan tersebut memiliki batas maksimal masing-masing sehingga dapat aman untuk digunakan. Menurut Mercado (1991), lanolin yang diperbolehkan dalam penggunaan lipstik adalah 3-30%. Dalam penelitian ini lanolin yang digunakan adalah 24% sehingga masih dalam batas aman. Pewangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pewangi sintetik yang memiliki batas 0,1-0,8%. Pada penelitian ini pewangi yang digunakan adalah 0,1% sehingga masih aman untuk digunakan. Satu jenis paraben yang digunakan memiliki batas penggunaan, yaitu 0,4% sehingga metil paraben yang digunakan pada penelitian ini sesuai. Zinc oxide aman jika digunakan < 40% dan pada penelitian ini sudah memenuhi batas aman tersebut. Tahap awal pembuatan lipstik adalah melelehkan beeswax dan paraffin wax pada cawan porselen di atas penangas air dengan suhu 80oC. Beeswax memiliki titik lebur 63oC dan ketika dipanaskan di atas suhu 150 oC akan terjadi esterifikasi karena terjadi pengurangan jumlah asam sehingga pemanasan pada suhu 80oC ini dapat dilakukan. Pemanasan yang dilakukan pada paraffin wax yang memiliki titik lebur antara 45-65oC pada 80oC dapat dilakukan karena sejauh penelusuran peneliti tidak dicantumkan adanya kerusakan basis jika pemanasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
dilakukan di atas suhu tersebut. Pelelehan seluruh basis ini dilakukan selama 20 menit. Zat pewarna yang digunakan pada formulasi lipstik ini adalah kulit manggis. Formula acuan yang digunakan adalah formula dengan zat pewarna larut minyak sedangkan zat pewarna antosianin pada kulit manggis merupakan senyawa yang larut pada pelarut polar sehingga modifikasi formula dilakukan. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan melarutkan zat pewarna ke dalam aquadest dan melakukan penambahan gummi arabicum sehingga aquadest sebagai fase air dan lanolin sebagai fase minyak dapat tercampur. Gummi arabicum berfungsi sebagai agen pengemulsi dan agen stabilisasi antara fase air dan fase minyak yang digunakan. Gummi arabicum dipilih karena bahan ini dapat digunakan dalam formulasi kosmetik dan sifatnya tidak toksik. Perbandingan gummi arabicum untuk larut di air adalah 1:2,7 (Rowe dkk., 2009). Pada penelitian ini perbandingan yang digunakan untuk gummi arabicum : fase air : fase minyak adalah 3:7:10 yang didapat dari hasil orientasi. Perbandingan ini selanjutnya dimasukan ke dalam persentase emollient dalam formula. Gummi arabicum merupakan agen pengemulsi tipe natural. Gummi arabicum merupakan gum karbohidrat yang larut pada air dan akan membentuk emulsi tipe O/W. Emulsi yang dibuat dengan gummi arabicum ini stabil dalam area pH yang luas. Mekanisme gummi arabicum untuk membentuk emulsi yaitu dengan membentuk lapisan multimolekuler di sekitar droplet dari minyak yang terdispersi (Remington, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Tahap selanjutnya adalah melakukan pencampuran wax ke dalam emulsi zat warna. Penambahan ini dilakukan pada mortir panas. Hal ini dilakukan karena beeswax dan paraffin wax mudah membeku. Setelah itu, dilakukan penambahan zinc oxide, titanium dioksida, gliserin, tween 80 dan metil paraben secara bertahap. Penambahan ini dilakukan dengan urutan bahan dengan bobot paling banyak ke bobot paling sedikit dengan tujuan agar bahan lipstik tercampur secara homogen. Setelah campuran homogen, campuran lipstik dilakukan pemanasan kembali di atas cawan porselen pada suhu 80 oC selama 7 menit sehingga campuran meleleh. Campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sebelumnya telah dipanaskan dan dioleskan parafin cair. Tujuan pemberian paraffin cair pada cetakan adalah agar lipstik mudah dilepaskan dari cetakan ketika lipstik sudah membeku. Setelah itu, campuran didiamkan hingga suhu ruangan lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin selama 24 jam. Tujuan pendiaman hingga suhu ruangan adalah agar lipstik yang dibuat tidak mengalami shock thermal. Lipstik dikeluarkan dari cetakan dan diletakkan dalam wadah dan disimpan pada suhu ruangan selama 48 jam. Hasil lipstik pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah lipstik tidak mudah dioleskan. Hal ini dikarenakan jumlah persen emollient yang digunakan pada formula berkurang karena adanya penambahan aquadest dan gummi arabicum pada formula. Selain itu, pewarna ekstrak kulit manggis yang digunakan mengandung maltodextrin yang menyebabkan bahan pengisi pada lipstik jumlah penggunaannya menjadi lebih tinggi. Kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
lainnya adalah warna lipstik tidak sesuai dengan warna nude yang diharapkan. Hal ini dikarenakan sifat maltodextrin yang larut air sehingga menyebabkan bahan ini ikut terlarut pada pelarut ketika ekstrak kulit manggis dilarutkan. Partisi maltodextrin atau ekstraksi ulang pada ekstrak perlu dilakukan agar dapat menghasilkan warna nude yang sesuai pada lipstik.
C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik Lipstik yang telah dibuat memerlukan uji sifat fisik dan uji stabilitas. Tujuan dari uji fisik adalah untuk memastikan bahwa lipstik yang dibuat telah memenuhi kualitas lipstik yang baik. Uji sifat fisik yang dilakukan adalah uji kekerasan lipstik. Lipstik diuji dengan alat uji kekerasan lipstik setelah didiamkan di suhu ruangan selama 48 jam agar lipstik stabil pada suhu ruangan. Seluruh lipstik yang diuji harus memiliki bobot yang sama. Pada penelitian ini ditetapkan bobot 2,3 gram untuk seluruh lipstik yang diuji. Salah satu persyaratan lipstik agar dapat diterima oleh konsumen adalah memenuhi stabilitas jangka panjang (long-term stability). Menurut Popp (2014), uji stabilitas jangka panjang dilakukan selama 12 bulan, uji stabilitas intermediate selama 3 bulan dan uji stabilitas dipercepat selama 1 bulan. Adanya keterbatasan waktu pada penelitian ini maka dilakukan uji stabilitas selama 1 bulan dari 12 bulan yang seharusnya. Uji stabilitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya perubahan yang tejadi dalam formulasi atau dalam proses pembuatan. Data sifat fisik dan pergeseran stabilitas yang didapat kemudian diolah dengan Design Expert 10 untuk melihat efek masing-masing faktor dan interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
kedua faktor tersebut. Program ini juga akan mengolah persamaan desain faktorial untuk respon kekerasan lipstik.
1. Uji Sifat Fisik Lipstik Hasil uji kekerasan lipstik yang didapat dinyatakan dalam satuan detik. Berdasarkan uji kekerasan lipstik yang saat ini ada di pasar, rata-rata kisaran kekerasan lipstik adalah 120 detik – 3600 detik. Lipstik pasaran yang diuji sebanyak 2 produk, yaitu lipstik dengan merek Avon dan Botanica. Untuk hasil uji kekerasan formula lipstik yang dibuat dalam penelitian dapat dilihat pada tabel IV. Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan lipstik Formula F1
Fa
Fb
Fab
Replikasi
Kekerasan (detik)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
124 127 137 137 146 148 159 136 156 184 181 185
X (detik) ± SD 129,33 ± 6,81
143,67 ± 5,85
150,33 ± 12,5
183,33 ± 2,08
Hasil pengujian kekerasan lipstik pada Tabel IV menunjukan bahawa beeswax level rendah dan paraffin wax level rendah (formula 1) memiliki rata-rata kekerasan paling rendah sedangkan beeswax level tinggi dan paraffin wax level tinggi (formula ab) memiliki kekerasan yang paling tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Hasil uji kekerasan lipstik tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan Design Expert 10 untuk mengetahui nilai efek dari faktor beeswax, paraffin wax, dan interaksi antara beeswax dengan paraffin wax terhadap respon kekerasan lipstik dan kontribusi yang diberikan. Uji statistik yang digunakan adalah uji ANOVA pada Design Expert 10 dengan tingkat signifikansi nilai probabilitas < 0,05. Uji ANOVA yang didapat ditunjukkan dalam tabel V. Tabel V. Hasil uji ANOVA dengan Design Expert 10 untuk respon kekerasan lipstik Faktor p-value Model 0,0002 A-Beeswax 0,0001 B-Paraffin wax 0,0007 AB 0,0710
Persamaan desain faktorial yang diperoleh pada respon kekerasan lipstik yaitu: Y= 499,66667 – 102,08333(X1) – 110,41667(X2) + 29,16667(X1X2) Tabel V menunjukkan bahwa nilai probabilitas yang diperoleh < 0,0001 (< 0,05 = signifikan) sehingga model persamaan yang digunakan siginifikan. Dari persamaan yang diperoleh Y menunjukkan respon kekerasan, X1 sebagai beeswax, X2 sebagai paraffin wax dan X1X2 sebagai interaksi antara beeswax dan paraffin wax. Tahap selanjutnya adalah melihat efek yang diberikan dari kedua faktor dan interaksi kedua faktor tersebut yang berpengaruh terhadap respon kekerasan. Kontribusi masing-masing faktor dan interaksinya juga dapat dilihat dalam satuan persen. Hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Tabel VI. Efek beeswax, paraffin wax, dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik Faktor Beeswax Paraffin wax Interaksi
Efek 30,33 23,67 9,83
% Kontribusi 53,24 32,41 5,04
Tabel VI menunjukkan bahwa efek pemberian beeswax merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kekerasan lipstik. Nilai dari efek dapat bernilai positif atau negatif. Efek pada beeswax menunjukkan hasil yang positif, yaitu 30,33. Hal ini menunjukkan bahwa beeswax memberikan efek peningkatan terhadap kekerasan lipstik. Hasil ini juga menunjukkan bahwa paraffin wax juga memberikan efek bernilai positif yang artinya paraffin wax juga memberikan efek peningkatan kekerasan lipstik tetapi dengan pengaruh lebih kecil dari pada beeswax. Interaksi antara beeswax dan paraffin wax juga menghasilkan nilai efek yang positif yang berarti interaksi antara kedua faktor ini memberikan efek peningkatan terhadap kekerasan lipstik. Pengaruh antara interaksi kedua faktor ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Keterangan: Level tinggi Level rendah
Gambar 2. Grafik hubungan paraffin wax terhadap respon kekerasan lipstik
Keterangan: Level tinggi Level rendah
Gambar 3. Grafik hubungan beeswax terhadap respon kekerasan lipstik Pada Gambar 2 dan 3 terdapat dua buah garis berwarna merah dan hitam. Warna merah menunjukkan level tinggi suatu faktor dan warna hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
menunjukkan level rendah suatu faktor. Gambar 2 menunjukkan peningkatan paraffin wax mampu meningkatkan kekerasan lipstik pada beeswax pada level rendah maupun level tinggi. Gambar 3 menunjukkan peningkatan beeswax mampu meningkatkan kekerasan lipstik pada paraffin wax baik pada level rendah maupun pada level tinggi.
Gambar 4. Contour plot kekerasan lipstik Pada Gambar 4 terdapat daerah contour plot berwarna biru hingga berwarna merah. Warna biru menunjukkan kekerasan dengan nilai rendah sedangkan warna merah menunjukkan kekerasan dengan nilai tinggi. Contour plot menunjukkan semakin tinggi beeswax dan paraffin wax yang digunakan maka semakin tinggi nilai kekerasan lipstik pada formulasi ini. Nilai kekerasan lipstik yang diinginkan adalah 120-3600 detik yang mengacu pada lipstik pasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Lipstik dengan perwarna kulit manggis ini sudah memenuhi tingkat kekerasan lipstik yang beredar di pasaran.
2. Validasi Formula Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melihat pengaruh kekerasan formula. Pengaruh kekerasan secara teoritis dapat dilihat pada contour plot kekerasan lipstik. Pada penelitian ini diambil titik pada contour plot dengan 5,2 gram beeswax dan 4,6 gram paraffin wax. Hasil dari penelitian ini ditunjukkan dalam tabel VII.
Perhitungan Kekerasan (detik)
Tabel VII. Hasil validasi contour plot Teoritis Rata-rata Hasil Validasi 155, 156 151 156 152 145
p-value 0,4492
Hasil validasi diolah dengan menggunakan t-test. T-test pada peelitian ini digunakan untuk melihat perbandingan hasil teoritis dan hasil validasi. Hasil pvalue pada t-test > 0,05 yang menunjukkan bahwa hasil formulasi yang didapatkan valid.
3. pH Lipstik pH lipstik ekstrak kulit manggis yang dibuat harus memiliki pH yang sama dengan bibir. Menurut Lauffer (cit., Adliani, Nazliniwaty, dan Purba, 2012) pH bibir adalah 4 sedangkan pH lipstik dengan pewarna ekstrak kulit manggis ini adalah 5. Hasil lipstik yang telah dibuat mendekati pH bibir sehingga aman untuk digunakan. Pengukuran pH lipstik yang benar seharusnya menggunakan pH meter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
(Mishra dan Sumeet, 2011). Pada penelitian ini pengukuran pH 5 pada lipstik menggunakan pH strip indikator universal sehingga pengukuran pH pada penelitian ini belum valid.
4. Stabilitas Lipstik Uji stabilitas lipstik dibutuhkan untuk melihat ada tidaknya perubahan dalam formulasi dan penyimpanan. Uji stabilitas yang dilakukan pada penelitian ini dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan. Pengambilan data dilakukan pada minggu ke 0, 1, 2, 3, dan 4 yaitu hari ke 36 2, 7, 14, 21, dan 30. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada gambar 5 dengan perhitungan statistik yang terdapat pada lampiran. 250
Kekerasan (detik)
200 150
F1 Fa
100
Fb 50
Fab
0 0
1
2
3
4
Lama Penyimpanan (minggu)
Gambar 5. Grafik pergeseran kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis
Hasil menunjukkan terjadinya pergeseran kekerasan lipstik yang ditunjukkan dengan peningkatan kekerasan selama penyimpanan. Pada gambar 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
terlihat bahwa cenderung terjadi peningkatan kekerasan. Hal ini terjadi mungkin karena adanya penguapan air pada sediaan selama penyimpanan. Data yang didapat kemudian diolah dengan uji ANOVA (lampiran 7). Hasil didapatkan menunjukkan bahwa kenaikan yang terjadi memiliki perbedaan bermakna (pvalue <0,05) pada formula b dan formula ab sedangkan pada formula 1 dan formula a memiliki perbedaan tidak bermakna (p-value >0,05).
5. Stabilitas Warna Hasil lipstik pada penelitian ini mengalami ketidakstabilan warna setalah penyimpanan selama satu bulan. Kestabilan lipstik ditunjukan dari warna lipstik yang semakin tua. Hal ini dikarenakan campuran akhir lipstik dilakukan pemanasan kembali hingga suhu 80 oC agar dapat dituang ke dalam cetakan sedangkan senyawa antosianin tidak stabil pada suhu di atas 50oC. Pada penelitian ini seharusnya dilakukan penambahan senyawa sodium metabisulphite untuk menjaga kestabilan dari antosianin (Kearsley dan Rodriguez, 1981).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Komposisi beeswax dan paraffin wax memberikan pengaruh peningkatan kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis dengan formula 4,4 gram beeswax dan 4,4 gram paraffin wax untuk respon paling rendah, yaitu 120 detik.
B. Saran 1. Perlu dilakukan optimasi jumlah zat pewarna yang digunakan untuk mendapatkan hasil warna lipstik yang lebih menarik. 2. Perlu dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui stabilitas dari ekstrak. 3. Perlu dilakukan peningkatan jumlah emollient agar lipstik mudah untuk dioles. 4. Perlu dilakukan uji iritasi mengingat persyaratan lipstik adalah aman secara dermatologis.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
DAFTAR PUSTAKA Adliani, N., Nazliniwaty, dan Purba, D., 2012, Formulasi Lipstiik Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.), Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(2), 87-94. Adnan, I., 2009, Tampil Cantik dan Alami dalam 15 Menit, Demedia Pustaka, Jakarta, hal. 16. Arifin, B., Awang, B., Ho, C.M., dan Mariani, R., 2002, Lipstick Formulation: Effect of Composition Variation on Physical Properties and Consumer Acceptance, Borneo Science, 12, 79-88. Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 671, 680. Bolton, S., dan Bon, C., 2010, Pharmaceutical and Clinical Applications, Fifth Edition, Taylor & Francis Group, Boca Raton, hal. 222-223, 442. Brown, V.J., 2013, Metals in Lip Product – A Cause for Concern, Environmental Health Perspectives, 121 (6), 196. Chairat, M., Bremner, J.B., dan Chantrapromma, K., 2007, Dyeing of Cotton and Silk Yarn with the Extracted Dye from the Fruit Hulls of Mangosteen, Garcinia mangostana Linn, Fibers and Polymers, 8 (6), 613-619. Chaovanalikit, A., Mingmuang, A., Kitbunluewit, T., Choldumrongkool, N., Sondee, J. dan Chupratum, S., 2012, Anthocyanin and total phenolics content of mangosteen and effect of processing on the quality of mangosteen products, International Food Research Journal, 19 (3), 10471053. Dawid, C., dan Hofmann, T., 2014, Quantitation and Bitter Taste Contribution of Saponins in Fresh and Cooked White asparagus (Asparagus officinalis L.), Food Chem, 145, 427-436. Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 10. Encyclopaedia Britannica, 2016, Alkaloid, Encyclopaedia Britannica Inc., USA. Fatoni, A., Mando, H., Dwi A.V., dan Suwandri, 2008, Penentuan Jenis dan Konsentrasi Pelarut untuk Isolasi Zat Warna Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Molekul, 3 (1), 34-39. Fontoin, H., 2008, Effect of pH, Ethanol and Acidity on Astringency and Bitterness of Grape Seed Tannin Oligomers in Model Wine Solution, Food Quality and Preference, 19, 286-291.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Gould, K., Kevin, D., dan Chris, W., 2009, Anthocyanins: Biosynthesis, Functions, and Applications, Springer, New Zealand, hal. 245. Indian Council of Medical Research Task Force, 2012, Assessment of Effects on Health Due to Consumption of Bitter Bottle Gourd (Lagenaria siceraria) Juice, Indian Journal of Medical Research, 135, 49-55. Kearsley dan Rodriguez, 1981, The Stability and Use of Natural Colours in Foods: Anthocyanin, β-carotene and Riboflavin, J. Fd Technol, 16, 421431. Konzcak, I., dan Wei, Z., 2004, Anthocyanin – More Than Nature’s Colours, Journal of Biomedicine and Biotechnology, 5, 239-240. Mercado, C.G., 1991, Lipstick Formulation and Method, Red Bank, USA. Minami, T., 2005, Composition for Lipstick, http://www.google.com/patents/US6890543, diakses tanggal 17 Mei 2015. Mishra, P., dan Sumeet, D., 2011, Formulation and Evaluation of Lipstick Containing Herbal Ingredients, Asian Journal of Medical and Pharmaceutical Researches, 2 (3), 59-60. Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elsevier Science B.V., Netherland, hal. 3-5. Mozes, G.Y., 1983, Paraffin Product, Elsevier Science Publishing Company, New York, hal. 266-267. Pharmco-Apper, 2013, Material Safety Data Sheet Maltodextrin, Pharmco-Apper, USA, hal 1-8. Poeloengan, M., dan Praptiwi, 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Gardnia mangostana Linn.), Media Litbang Kesehatan, 20 (2), 65-69. Popp, K.F., 2014, Stability Testing on Cosmetic, Shodack Landing, New York, hal. 20. Remington, 2000, The Science and Practice of Pharmacy, 21st Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, hal. 328-332. Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association, USA, hal. 808-809. Salvador, A., dan Alberto, C., 2011, Analysis of Cosmetic Product, Elsevier, Amsterdam, hal. 150.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Sansone, F., Teresa, M., Patrizia, P., Matteo, A., Rita, P.A., dan Maria, R.L., 2011, Maltodextrin / Pectin Microparticles by Spray Drying as Carrier for Nutraceutical Extracts, Journal of Food Engineering, 105, 468–476. Science Lab, 2013, Material Safety Data Sheet Beeswax MSDS, Chemical & Laboratory Equipment, Texas, hal. 1-5. Tihonov, A.I., Iavtushenko, S.V., Achilov, I., dan Iarnih, T.G., 1981, Some Facts About Beeswax Extracted from Propolis, Apiacta, US, hal 1-2. Tranggano, R.I.S., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 90-92, 100-101. Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi kelima, UGM-Press, Yogyakarta, hal. 304. Wibowo, D.S., 2008, Anatomi Tubuh Manusia, Grasindo, Jakarta, hal. 81. Williams, D.F., 2009, Chemistry & Manufacture of Cosmetics, Volume III, Book 2, Making Cosmetic Inc., USA, hal. 1089. Yacoob, O., dan Tindall, H.D., 1995, Mangosteen Cultivation, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, hal. 20. Yahya, C., 2015, Lipstik Nude yang Membaur Sempurna dengan Warna Kulit, http://www.sociolla.com/journal/inspiration/lipstik-nude-yang-membaursempurna-dengan-warna-kulit, diakses tanggal 17 Februari 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Kulit Manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Lampiran 2. Material Safety Data Sheet Ekstrak Kulit Manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Lampiran 3. Extraction Flow Chart Ekstrak Kulit Manggis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Lampiran 4. Lipstik dengan Zat Pewarna Ekstrak Kulit Manggis 1. Formula 1
2. Formula a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
3. Formula b
4. Formula ab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Lampiran 5. Alat Uji Kekerasan lipstik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
Lampiran 6. Data Stabilitas Fisik Lipstik (Pergeseran Kekerasan Lipstik)
Formula 1
X (detik) ± SD Formula a
X (detik) ± SD Formula b
X (detik) ± SD Formula ab
X (detik) ± SD
Minggu ke-0 124 127 137 129,33 ± 6,81 137 146 148 143,67 ± 5,86 159 136 156 150,33 ± 12,50 184 181 185 183,33 ± 2,08
Minggu Minggu Minggu Minggu ke- 1 ke-2 ke-3 ke-4 132 142 151 165 140 145 159 166 148 158 167 175 140,00 ± 148,33 ± 159,00 ± 168,67 ± 8,00 8,50 8,00 55,07 156 142 154 154 148 144 158 162 154 157 161 162 152,67 ± 147,67 ± 157,67 ± 159,33 ± 4,16 8,14 3,51 4,62 161 163 168 171 137 144 153 155 154 154 160 163 150,67 ± 153,67 ± 160,33 ± 163,00 ± 12,34 9,50 7,51 8,00 189 195 189 189 187 185 192 195 181 178 183 192 185,67 ± 186,00 ± 188,00 ± 192,00 ± 4,16 8,54 4,58 3,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Data Kekerasan Lipstik dengan Zat Pewarna Ekstrak Kulit Manggis 1. Uji ANOVA dengan Design Expert 10 untuk respon kekerasan lipstik
2. Efek beeswax, paraffin wax, dan interaksi kedua faktor terhadap respon kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
3. Persamaan Kekerasan Lipstik
4. Uji Pergeseran Kekerasan Lipstik dengan RStudio a. Uji Distribusi Normal (Shapiro-Wilk Test)
P-value Uji Normalitas Formula 1 Formula a Minggu ke 0 0,4244 0,3275 Minggu ke 1 1 0,4633 Minggu ke 2 0,3386 0,2351 Minggu ke 3 1 0,8428 MInggu ke 4 0,1736 0,2196 Jika p-value >0,05 maka sebaran data normal \
Formula b 0,2297 0,5491 0,9420 0,9265 1
Formula ab 0,4633 0,4633 0,8061 0,6369 0,6169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
b. Uji Homogenitas (Levene Test)
P-value uji homogenitas Formula Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
p-value 0,9849 0,9438 0,9783 0,5393
c. Uji ANOVA Signifikansi perbedaan waktu pengujian formula 1
Nilai Pr (>F) uji ANOVA Formula Formula 1 Formula a Formula b Formula ab
Pr (>F) 0,00058** 0,0226** 0,47* 0,5393*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Jika * Pr > 0,05 maka berbeda tidak bermakna, **Pr <0,05 maka berbeda bermakna.
d. Uji Post hoc TukeyHSD
Formula 1
Dari hasil post hoc TukeyHSD di atas dapat dilihat terjadi nilai berbeda bermakna pada hari ke 14 - hari ke 30, hari ke 2 - hari ke 21, hari ke 2 – hari ke 30 dan hari ke 7 – hari ke 30.
Formula a
Dari hasil post hoc TukeyHSD di atas dapat dilihat terjadi nilai berbeda bermakna pada hari ke 2-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
BIOGRAFI PENULIS Felicia Inesa lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1994 merupakan anak tunggal dari pasangan Jakobus Wijanto Hadipuro dan Enni Sugijanti. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Yohanes Bandung pada tahun 1998-1999, TK PL Don Bosco Semarang pada tahun 1999-2000, SD Marsudirini Semarang pada tahun 2000-2006, SMP PL Domenico Savio Semarang pada tahun 2006-2009 dan SMA Kolese Loyola Semarang pada tahun 2009-2012. Penulis selanjutnya menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012-2016. Selama proses perkuliahan, penulis bergabung dalam kegiatan fakultas, yaitu organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (2014/2015) dalam divisi quality control, aktif sebagai peserta dalam latihan kepemimpinan (2012 dan 2013), kepanitiaan latihan kepemimpinan (2013) sebagai seksi konsumsi, kepanitiaan Desa Mitra (2013) sebagai volunteer, kepanitiaan World No Tobacco Day (2014) sebagai seksi publikasi, dekorasi, dan dokumentasi. Penulis juga terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang pengabdian masyarakat yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2015.