PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PADA POLDA KALIMANTAN SELATAN MELANIA Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh komitmen organisasi yang terdiri dari affective commitment, continuance commitment dan normative commitment terhadap kualitas layanan pada POLDA Kalimantan Selatan secara simultan dan parsial. Teknik penarikan sample yang digunakan adalah acak sederhana, sejumlah 50 orang polisi dan 50 orang pengguna jasa. Data yang diperoleh diolah dengan analisis regresi berganda menggunakan SPSS 13.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan. Secara parsial, hanya affective commitment yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan, dengan demikian sekaligus merupakan variable yang dominan pengaruhnya. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat, peneliti yang berminat melakukan penelitian mengenai hal serupa disarankan untuk menambah jumlah sampel polisi maupun pengguna jasanya. THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL COMMITMENT TOWARD SERVICE QUALITY AT KALIMANTAN SELATAN POLICE DEPARTMEN MELANIA The aim of this study is to identify simultaneous influence and partial influence of organizational commitment that consist of affective commitment, continuance commitment and normative commitment toward service quality at Kalimantan Selatan Police Department. Fifty police and fifty peoples who had been served by them were taken as samples by simple random sampling technique. All data processed by SPSS 13.0 for Windows using multiple regression model. The research showed that simultaneously organizational commitment has no significant influence toward service quality. The only variable that has significant influence is affective commitment that make it the dominant variable influenced service quality. To provide a better result, other researchers suggested to expand samples number of police and societies. Keywords: organizational commitment, affective commitment, normative commitment, service quality.
Pendahuluan
commitment,
continuance
Undang-undang ini juga mempunyai implikasi langsung terhadap kesiapan pengembangan sumber daya manusia, dan ketersediaan sumber daya lainnya. Perubahan tersebut membawa dampak pada perubahan cara kerja yang mau tidak mau harus dihadapi dan serangkaian adaptasi harus dilakukan terhadap
Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor: 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor: 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian telah memberikan arah perubahan dalam manajemen kepegawaian negeri sipil.
14
15
keberagaman yang mengacu pada perbedaan atribut seperti ras, kesukuan, gender, usia, status fisik, agama, pendidikan, atau orientasi seksual. Menghadapi globalisasi, mengetatnya kompetisi dan kemajuan teknologi yang membawa perubahan dramatis pada lingkungan internal dan eksternal instansi pemerintah maupun swasta membuat perhatian terhadap peran komitmen pegawai dalam menunjang kinerja dan perkembangan organisasi meningkat. Kemampuan organisasi merespon secara efektif tantangan dan peluang ini menciptakan kondisi baru yang amat bergantung pada komitmen pegawai yang ada pada mereka. Tantangan yang cukup kompleks lainnya adalah bagaimana cara membuat seseorang akan tetap dengan komitmen atau pendiriannya agar sesuai dengan nilainilai yang terdapat pada seluruh pegawai atas keinginan secara sukarela dan partisipasi pegawai. Orang tidak akan berubah dengan sendirinya hanya karena diperintah, dan hanya akan berubah kalau dia menginginkannya secara sukarela. Para pemimpin dan aparatur negara bukan hanya sulit untuk berubah, tapi juga sering mengabaikan nilai-nilai moral dan cara kerja aparatur negara. Citra dan kinerja birokrasi pemerintah dalam proses pemberian pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha sampai saat ini masih belum mengembirakan. Masyarakat masih menilai bahwa birokrasi pemerintah tidak professional, tidak transparan, serta terkesan tidak amanah. Tidak sedikit pula aparatur negara/PNS yang mempunyai kinerja dan kualitas yang bagus, namun karena secara kuantitas relatif kecil jumlahnya dan tidak mempunyai jabatan struktural yang berpengaruh, maka kehadiran mereka seolah-olah tenggelam di tengah riuhnya PNS kebanyakan. Pegawai seharusnya mampu mengubah sikap dan prilaku dengan mempersepsikan nilai-nilai tersebut, guna menghadapi tantangan dan perubahan masa depan. Perubahan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen guna mendukung kinerja pegawai. Polda Kalsel sebagai salah satu kantor pelayanan masyarakat bertugas melayani keperluan pemerintah dan masyarakat umum berupa pelayanan pembuatan BPKB, Pelayanan Administrasi kepada masyarakat dapat menerbitkan surat – surat / dokumen yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan lainlain. Rumusan Masalah Untuk menunjukkan bagaimana komitmen organisasi berperan terhadap kualitas layanan dilakukan regresi untuk menganalisa pengaruh berbagai komitmen organisasi ini terhadapnya. Untuk itu dalam penelitian ini diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan ? 2. Apakah komitmen organisasi memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan ? 3. Komitmen organisasi mana yang dominan pengaruhnya terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan? Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh komitmen organisasi secara simultan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh komitmen organisasi secara parsial terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 3. Untuk mengetahui dan menganalisa komitmen organisasi yang dominan pengaruhnya terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan.
16
Tinjauan Pustaka Komitmen Organisasi. Digambarkan sebagai kekuatan relative dari identifikasi individual dan keterlibatan dalam organisasi (Mowday, Steers, & Porter, 1979). Untuk tujuan penelitian ini, komitmen dilihat melalui tiga komponen dimensi yang dipostulasi oleh Meyer dan Allen (1991) yaitu: 1. Affective commitment (AC), menggambarkan keterlibatan emosional, partisipasi dan identifikasi dengan organisasi tertentu. Pegawai yang memiliki komitmen affective kuat akan secara alami ingin terus bekerja di organisasi tertentu karena mereka menikmatinya. 2. Continuance commitment (CC), berkaitan dengan keinginan pegawai untuk terus bekerja di organisasi tertentu terkait dengan biaya (atau efek sampingnya) dari pemutusan hubungan dengan organisasi. Pegawai dalam kategori ini akan tetap di organisasi karena takut akan ketidakpastian atau biaya masa depan dari pemutusan hubungan dengan organisasi. 3. Normative commitment (NC). Keberlanjutan hubungan antara pegawai dan organisasi lebih merupakan kewajiban. Ada perasaan bahwa mereka harus bertahan di organisasi. 4. Organizational effectiveness. Istilah ini merepresentasikan tingkatan dimana organisasi mampu mencapai target sasaran mereka. Juga berarti kemampuan organisasi untuk merespon kebutuhan perubahan dari lingkungan. Penelitian ini mengevaluasi implikasi dari hubungan antara variable factor kepemimpinan dan komitmen pegawai terhadap efektifitas organisasi dengan menggunakan tiga variable hasil utama kepuasan pegawai, efektifitas kepemimpinan, dan kemauan pegawai untuk bekerja keras Kualitas Layanan. Adalah keluaran dari implementasi sukses dari budaya belajar
organisasi. Merupakan alat yang penting untuk memperoleh daya saing. Kualitas layanan merujuk pada perbedaan antara harapan konsumen dengan apa yang mereka dapatkan (Chen and Tan, 2004). Kualitas layanan merepresentasikan kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi. Kualitas layanan ini secara defenitif mempengaruhi kepuasan konsumen dan retensi, dorongan untuk kembali, dan mendorong keinginan untuk memberikan rekomendasi. Organisasi dengan kualitas layanan tinggi cenderung memiliki kinerja lebih baik. Kualitas layanan juga penting untuk keberhasilan organisasi. Dalam mengevaluasi kualitas layanan, terdapat lima dimensi kualitas layanan, yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy (Jayawardhena, Souchon, Farrell, dan Glanville, 2007). Oleh karenanya kualitas layanan menjadi kunci penentu keberhasilan dan kejayaan organisasi. Hipotesis 1. Komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 2. Komitmen organisasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 3. Affective commitment merupakan variable yang dominan pengaruhnya terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Umum Obyek Penelitian Berdiri secara formal 48 tahun lalu, pada tanggal 23 Mei 1953. Pada masa awal ini wilayah Kalimantan dibagi menjadi beberapa keresidenan, keresidenan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah menjadi satu dan berkedudukan di Banjarmasin. Empat tahun setelahnya, tanggal 23 Mei 1957, keresidenan
17
Kalimantan Tengah secara resmi berpisah dari Kalimantan Selatan. Sepanjang sejarah berdirinya, Polda Kalsel mengalami beberapa kali perubahan nama. Pernah menjadi Kepolisian Propinsi (KPPPROP) Kalimantan, berubah menjadi kepolisian komisariat (KPKOM). Sementara itu sebutan untuk organisasi kepolisian di tingkat kabupaten disebut kepolisian resort disingkat KPPRES, pada masa itu KPKOM Kalsel membawahi tujuh KPPRES. Berdasarkan keputusan Presiden RI tanggal 12 April 1962 nomor 134/1962, nama Kepolisian Negara dirubah menjadi Angkatan Kepolisian Republik Indonesia disingkat AKRI. Menyusul perubahan itu, sebutan Kepala Kepolisian Negara (sekarang Kapolri) mengalami perubahan menjadi Panglima Angkatan Kepolisian Republik Indonesia disingkat Menpangak. Dan sejak itu sebutan markas besar AKRI disingkat MABAK. Perubahan juga terjadi di tingkat daerah, organisasi kepolisian ditingkat propinsi menjadi Komando Daerah Angkatan Kepolisian disingkat KOMDAK, ditingkat kabupaten disebut Komando Resort Kepolisian atau KOMRES dan ditingkat kecamatan disebut Komando Sektor disingkat KOMSEK serta Komando Distrik atau KOMDIS. Untuk pimpinan kepolisian ditingkat KOMDAK adalah Panglima Komando Daerah Angkatan Kepolisian disingkat PANGDAK, ditingkat KOMRES disebut Komandan Resort disingkat DANRES dan di tingkat KOMSEK disebut DANSEK atau juga DANDIES. Berdasarkan surat keputusan Menhankam/Pangab tanggal 24 April 1974 nomor Kep/B-13/IV/1974 Komdak XIII/Kalsel dan Komdak XII/Kalteng dilikuidasi menjadi satu komando dengan sebutan KOMDAK XIII/KALRA (Kalimantan Tenggara) dengan Brigjen Pol. Drs.R.Hardono sebagai Kadapol XIII/KALRA yang pertama, membawahi 16 KOMRES dan 129 KOMSEK. Likuidasi ini didasarkan atas berbagai pertimbangan
strategis dan mengacu pada rencana strategi Hankam/ABRI yang titik beratnya pada masa itu adalah pembangunan bidang ekonomi dan upaya yang terus menerus untuk menetapkan stabilitas keamanan dan ketertiban nasional guna menunjang dan menjamin kelangsungan, kelancaran serta keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang, yang merupakan penjabaran dari Trilogi pembangunan sebagaimana yang diamanatkan dalam Garis Besar Haluan Negara tahun 1972. Sebutan Polda Kalselteng sendiri dimulai sejak reorganisasi Polri di tahun 1984. Dan berdasarkan surat keputusan Pangab nomor: Kep/11/X/1992 tanggal 05 Oktober 1992 dilakukan likuidasi lagi Polda Kalselteng menjadi Polda Kalsel dan Polda Kalteng yang realisasinya dilaksanakan di penghujung tahun anggaran 1994/1995. Likuidasi ini ditandai dengan penyerahan pataka “Tunggal Dharma Visudha” untuk Polda Kalsel dan pataka “Manunggal Dharma Carya Jaya” untuk Polda Kalteng. Mengemban Visi “mampu mewujudkan kehadiran Polisi yang professional, bermoral dan modern yang benar-benar dipercaya dan disarankan oleh masyarakat sebagai pelindung, pengayom, dan pelayanan masyarakat maupun sebagai aparat penegak hukum yang professional, transparan, jujur dan adil”, Polda Kalsel menjalankan misi: 1. Melakukan perubahan sikap dan perilaku polisi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 2. Melakukan perubahan pola pendekatan polisi dengan masyarakat dari pemikiran reaktif ke pemikiran pro-aktif dengan mengendapkan konsep community policing. 3. Melakukan perubahan gaya kinerja polisi dalam menjalankan profesinya, baik dalam rangka tugas preventif maupun dalam penegakan hukum secara professional, transparan, jujur dan adil. 4. Melakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas kemampuan
18
personel melalui pendidikan, pelatihan, penataran, sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas kemampuan personil Polri. 5. Melakukan perubahan, instrument modern sebagai pendukung operasional tugas kepolisian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
5.
Tugas Polda adalah: (1) Melaksanakan tugas pokok Polri yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan (2) Melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polda, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Dalam melaksanakan tugas tersebut Polda menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, permintaan bantuan atau pertolongan, pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri, dan pelayanan surat-surat izin atau keterangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pelaksanaan intelejen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan intelejen teknologi, baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas, maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polda dalam rangka pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan dalam negeri. 3. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi, laboratorium forensic lapangan, pembinaan dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta pengawasan proses penyidikan. 4. Pelaksanaan sabhara kepolisian, yang meliputi kegiatan patroli mencakup pengaturan, penjagaan, pengawalan, pengamanan kegiatan masyarakat, dan pemerintah, termasuk penindakan
7.
8.
tindak pidana ringan, pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa, serta pengamanan obyek khusus yang meliputi Very Very Important Person (VVIP), Very Important Person (VIP), tempat pariwisata dan obyek vital khusus lainnya. Pelaksanaan lalu lintas kepolisian, yang meliputi kegiatan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Turjawali) lalu lintas termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas, serta Registrasi dan Indentifikasi (Regident) pengemudi dan kendaraan bermotor, dalam rangka penegakan hukum dan pembinaan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas (Kamseltibcarlantas). Pelaksanaan kepolisian perairan, yang meliputi kegiatan patroli termasuk penanganan pertama tindak pidana, pencarian dan penyelamatan kecelakaan / Search And Rescue (SAR) di wilayah perairan, pembinaan masyarakat pantai atau perairan dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan keamanan di wilayah perairan. Pembinaan masyarakat, yang meliputi Perpolisian Masyarakat (Polmas), pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum, tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan dan ketertiban, terjalinnya hubungan Polri dengan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian, serta pembinaan teknis dan pengawasan kepolisian khusus termasuk satuan pengamanan. Pelaksanaan fungsi-fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
Uji Instrument 1. Validitas
Berdasarkan hasil uji Reliabilitas dengan menggunakan nilai Alpha Cronbach sebagaimana disajikan pada Tabel 2, diketahui bahwa semua variable yang diuji dapat dikatakan reliable.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Butir Pernyataan X11 X12 X13 X14 X15 X16 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X31 X32 X33 X34 X35 X36 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13
Korelasi Pearson 0.409 0.646 0.547 0.332 0.451 0.636 0.553 0.391 0.623 0.630 0.226 0.263 0.293 0.692 0.689 0.764 0.734 0.478 0.379 0.382 0.148 0.289 0.790 0.790 0.790 0.790 0.388 0.576 0.790 0.790 0.319
Signifikansi
Keterangan
0.003 0.000 0.000 0.019 0.001 0.000 0.000 0.005 0.000 0.000 0.065 0.114 0.039 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007 0.006 0.304 0.042 0.000 0.000 0.000 0.000 0.005 0.000 0.000 0.000 0.024
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji Asumsi Klasik
Sumber : data diolah
Berdasarkan hasil pengujian kesahihan butir-butir pernyataaan yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan nilai Korelasi Pearson sebagaimana disajikan pada Tabel 1 di atas, terlihat ada tiga butir pernyataan yang tidak valid yaitu butir pernyataan kelima dan keenam pada variable Continuance commitment (X2) dan butir pernyataan ketiga pada variable kualitas layanan. Untuk itu ketiga butir pernyataan ini tidak diikutsertakan lagi dalam analisa lebih lanjut. 2. Reliabilitas Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Variable Affective commitment (AC) Normative commitment (NC) Continuance commitment (CC) Service quality (SQ)
Sumber : data diolah
Nilai Alpha Cronbach 0.511 0.688 0.603 0.598
Keterangan Adequate Adequate Adequate Adequate
Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ketepatan penggunaan model analisis regresi berganda dalam penelitian ini, apabila asumsi bisa dipenuhi maka analisis regresi berganda bisa dilakukan. Asumsiasumsi tersebut adalah (1) normalitas, ratarata kesalahan (error) populasi =0, yang artinya asumsi ini menghendaki model yang dipakai dapat secara tepat menggambarkan rata-rata variable terikat dalam observasi, dengan kata lain apabila setiap sampel diulang-ulang dengan nilai variable tetap maka kesalahan dalam tiap observasi akan mempunyai rata-rata 0 atau saling meniadakan; (2) Homoskesdastik, artinya varian gangguan tak berbeda dari satu observasi ke observasi lain; (3) Non multikolinearitas, artinya variabel bebas tak berkorelasi dengan variabel bebas lainnya. Asumsi ini mempunyai implikasi bahwa nilai variabel bebas tak berubah dari satu sampel ke sampel lain, karena memang variabel bebas ini akan dapat terlihat pengaruhnya terhadap variabel terikat; (4) Non otokorelasi, artinya gangguan pada satu observasi tak berkorelasi dengan gangguan pada observasi yang lainnya. 1. Normalitas Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat normal probability plot. Apabila titik-titik pengamatan menyebar disekitar diagonal atau garis normal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi pada penelitian ini layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Gambar yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: SQ 1.0
0.8
Expected Cum Prob 0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan grafik scatterplot. Pendeteksian mengenai ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di studentized. Adapun dasar analisisnya adalah: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
Scatterplot yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut :
14
14
Scatterplot
Dependent Variable: SQ
2
0
Regression Studentize -2 d Residual
-4
-6 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value Gambar 2. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas 1. Multikolinearitas Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini digunakan nilai VIF (variance inflation factor). Apabila nilai VIF lebih besar daripada nilai toleransinya maka tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 3. Nilai VIF dan Tolerance Variable AC NC CC
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0.374 2.667 0.579 1.728 0.429 2.330
Uji Regresi Hasil pengolahan data untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa table berikut ini. Tabel 4. Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi b Model Summary
Change Statistics Adjusted Std. Error R of Square ModelR R Square R Square the Estimate Change F Changedf1 df2 Sig. F Change 1 .262a .069 .0081.71685 .069 1.134 3 46 .345 a.Predictors: (Constant), NC, CC, AC b.Dependent Variable: SQ
3
15
Berdasarkan model summary diatas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi sangat rendah, hanya sebesar 0,262. Sedangkan koefisien determinasi sebesar 0.069 atau bisa dikatakan hanya 6,9% perubahan pada kualitas layanan dipengaruh oleh komitmen organisasi. Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Komitmen organisasi secara simultan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan dapat dilihat pada table 5 berikut ini: Tabel 5. Analisis Pengaruh Secara Simultan b ANOVA
Sum of Model Squares 1 Regression10.031 Residual 135.589 Total 145.620
df
Mean Square F 3 3.344 1.134 46 2.948 49
Sig. .345a
a.Predictors: (Constant), NC, CC, AC b.Dependent Variable: SQ
Berdasarkan hasil analysis of variance yang diperoleh dari data penelitian ini, nilai Fhitung yang didapat adalah sebesar 1,134 dengan signifikansi 0,345. Pengambilan keputusan menerima atau menolak hipotesis yang diajukan didasarkan pada ketentuan Fhitung > Ftabel atau dengan memperhatikan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 dapat disimpulkan secara simultan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. Nilai signifikansi sebesar 0,345 ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan dengan tingkat kepercayaan 95% secara simultan komitment organisasi tidak signifikan pengaruhnya terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. Tabel 6. Analisis Pengaruh Secara Parsial
a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model BStd. ErrorBeta t 1 (Constant) 33.4261.994 16.762 AC .363 .202 .4191.800 CC -.172 .165 -.195 -1.040 NC -.202 .191 -.230 -1.057
Correlations Collinearity Statistics Sig. Zero-order PartialPart Tolerance VIF .000 .078 .124 .257 .256 .3742.677 .304 -.057-.152-.148 .5791.728 .296 -.026-.154-.150 .4292.330
a.Dependent Variable: SQ
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tstudent dari data yang didapat dalam penelitian ini, diketahui nilai thitung untuk variable affective commitment adalah 1,8 dengan signifikansi 0.078; untuk variable continuance commitment thitung -1.040 dengan signifikansi 0,304; variable normative commitment thitung -1,057 dengan signifikansi 0.296. Membandingkan nilai signifikansi dengan level of confidence yang digunakan yaitu 0.05, tidak ada satupun variable yang nilai signikansinya lebih kecil dari 0.05. Sehingga, dengan tingkat kepercayaan 95% tidak ada satupun dari ketiga variable bebas berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. Akan tetapi apabila digunakan level of confidence 0.10 terdapat satu variable yang nilai signifikansinya lebih kecil daripada 0,10 yaitu variable affective commitment. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan tingkat kepercayaan 90% terdapat satu variable yang signifikan pengaruhnya terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan, yaitu affective commitment. Model analisis regresi yang didapat dari data penelitian adalah Y = 33.426 + 0,363 AC – 0.172 CC – 0,202 NC + e
Dari nilai koefisien yang diperoleh, affective commitment berpengaruh positif terhadap kualitas layanan, jadi dapat dikatakan semakin kuat affective commitment aparat pada Polda Kalimantan Selatan maka semakin tinggi pulalah kualitas layanan yang diterima oleh masyarakat. Koefisien pada variable lainnya bertanda negative namun mengingat
16
pengaruhnya tidak signifikan kualitas layanan, maka hal diabaikan.
terhadap ini bisa
Pembahasan Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan ada beberapa hal yang ditemukan terkait dengan pengaruh komitmen organisasi yang terdiri dari affective commitment, continuance commitment dan normative commitment terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. Secara simultan affective commitment, continuance commitment dan normative commitment tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan. Hal ini didukung pula oleh nilai koefisien korelasi yang amat rendah, dan nilai koefisien determinasi yang juga sangat rendah, hanya 6.9% perubahan pada komitmen organisasi dapat mempengaruhi kualitas layanan. Secara parsial, untuk tingkat kepercayaan 90% hanya affective commitment yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan. Pada dasarnya seseorang yang memiliki keterikatan emosional tinggi terhadap organisasinya akan selalu terus berupaya memberikan yang terbaik terhadap organisasi. Dalam hal ini tentunya aparat Polda Kalimantan Selatan menyadari bahwa sebagai abdi masyarakat mereka harus memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan mereka, yang mana hal ini tercermin dari tanggapan masyarakat yang menerima layanan, sehingga tidaklah mengherankan apabila semakin tinggi affective commitment semakin membaik pula kualitas pelayanannya. Mengingat affective commitmen merupakan satu-satunya variable yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan, maka dibandingkan dengan continuance commitment dan normative commitment, affective commitmenlah yang paling kuat pengaruhnya terhadap kualitas layanan. Terkait dengan penelitian ini, sebagai sebuah institusi yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat Polda Kalimantan Selatan seyogyanya
membangkitkan rasa memiliki yang tinggi dalam diri para anggotanya terhadap institusi ini sehingga semua tindakan yang dilakukan para aparat disadari sepenuhnya oleh mereka bahwa perilaku mereka merupakan cermin dari kebesaran institusi dimana mereka menjadi bagian daripadanya. Kesimpulan 1. Komitmen organisasi yang terdiri dari affective commitment, continuance commitment dan normative commitment secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 2. Secara parsial hanya affective commitment yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 3. Affective commitment memiliki pengaruh dominan terhadap kualitas layanan pada Polda Kalimantan Selatan. 4. Keterbatasan Penelitian Generalisasi hasil penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, diantaranya: 1. Sampel yang sangat minim, kuesioner hanya dibagikan kepada sedikit responden sehingga amatlah naïf untuk bisa menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran utuh atas obyek penelitian. 2. Kepuasan masyarakat dinilai hanya melalui tanggapan mereka yang menerima pelayanan ditempat (kantor Polda Kalsel), padahal masih amat banyak bentuk layanan lain yang diberikan oleh aparat Polda Kalsel kepada masyarakat di lapanga 3. Penambangan data hanya dengan menggunakan angket, sehingga banyak aspek yang tidak tertangkap sebagaimana pengambilan data melalui wawancara langsung.
17
Daftar Pustaka Chen, Lei-Da and Tan, Justin. 2004. Technology Adaptation in E-Commerce: Key Determinants of Virtual Stores Acceptance. European Management Journal, 22(1): 74-86.
Jayawardhena, Chanaka, Souchon, Anne L., Farrell, Andrew M., and Glanville, Kate. 2007. Outcomes of Service Encounter Quality in a Businessto-Business Context. Industrial Marketing Management, 36: 575588.