Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
PENGARUH KESEIMBANGAN ELEKTROLIT DALAM RANSUM TERHADAP PERUBAHAN pH DAN GLUKOSA DARAH ITIK LOKAL YANG MENGALAMI STRES TRANSPORTASI EFFECT OF DIETARY ELECTROLYTE BALANCE TO THE CHANGES OF pH AND BLOOD GLUCOSE OF LOCAL DUCKS EXPOSED STRESS DURING TRANSPORTATION Rishad Alfriandi*, Dani Garnida**, Diding Latipudin** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian telah dilakukan selama 7 hari dimulai dari tanggal 20 – 27 Agustus 2015 yang berlokasi di Peternakan Bebek Pratama, Sindangkasih, Kabupaten Ciamis dan Kandang Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Perlakuan terdiri atas: P1 = Ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq , P2 = Ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq (Ransum + 0,42 % NaHCO3), P3= Ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq (Ransum + 0,84 % NaHCO3), P4= Ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq (Ransum + 1,26 % NaHCO3), P5= Ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq (Ransum + 1,68 % NaHCO3). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian imbangan elektrolit dalam ransum itik lokal sampai 300 mEq/kg tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan pH darah dan glukosa darah. . Kata Kunci: Stres, transportasi, keseimbangan elektrolit, pH darah, glukosa darah
ABSTRACT Research has been conducted for 7 days starting on August 20 to 27 2015 located in Pratama Farm, Sindangkasih, Ciamis and Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. This research uses experimental methods to study the design of completely randomized design (CRD), which consists of 5 treatments and repeated 4 times so that there are 20 experimental units. The treatment consisted of: P1= diets with 150 mEq electrolyte balance , P2= diets with 200 mEq electrolyte balance (diets + 0.42% NaHCO3), P3= diets with 250 mEq electrolyte balance (diets + 0.84% NaHCO3), P4= diets with 300 mEq electrolyte balance (diets + 1.26% NaHCO3), P5= diets with 350 mEq electrolyte balance (diets + 1.68% NaHCO3). Data were analyzed using analysis of variance to determine differences between treatments. The results showed that electrolyte balance that the local duck give in to a local duck ration up to 300 mEq/kg did not have an impact on the change of pH and blood glucose. Keyword :
Stress, transportation, electrolyte balance, Blood pH, blood glucose Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
PENDAHULUAN Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani yang cukup untuk kebutuhan konsumsi masyarakat pada saat ini. Peningkatan permintaan konsumen terhadap produk peternakan itik di Indonesia tiap tahunnya bertambah seiring dengan peningkatan jumlah populasi di Negara tersebut. Dengan bertambahnya permintaan, semakin banyak ternak yang diproduksi dan ditransportasi untuk menghantarkan itik ke tempat tujuan akhir yaitu rumah pemotongan unggas. Permasalahan yang biasa terjadi pada peternak dalam beternak unggas air seperti itik yaitu mudahnya ternak mengalami stres. Salah satu penyebab stres pada itik terjadi karena suhu lingkungan. Karena suhu yang tinggi mengakibatkan itik mengalami stres dan kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh melalui tingkat pernapasan, feces dan urin. Selain stres panas itik juga mengalami stres pada transportasi. Itik mengalami stres transportasi karena faktor-faktor seperti : keadaan panas, lama perjalanan, kepadatan, keadaan jalan dan lain-lain. Selama perjalanan pengantaran ternak dari tempat ke tempat lain ternak akan mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya dengan cara panting. Panting mengakibatkan penurunan konsentrasi CO2 di dalam darah sehingga proses metabolisme dalam tubuh pun berubah dan kondisi pH darah akan meningkat. Terjadi tingkat pernapasan tinggi yang menyebabkan banyaknya ion elektrolit yang ikut keluar atau hilang dari dalam tubuh yang membuat ternak tidak stabil dalam perjalanan. Energi yang digunakan dalam panting dan mempertahankan keseimbangan tubuh berasal dari perombakan melalui glukosa dalam darah. Glukosa tersebut yang nantinya digunakan bila ternak membutuhkan energi pada saat stres. Untuk mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh ternak bisa dilakukan dengan cara pemberian melalui air minum atau pakan yang dicampur dengan bahan-bahan yang memiliki elektrolit yang baik. Dengan penambahan pemberian imbangan elektrolit dalam ransum atau air minum tersebut bisa meminimalisir tingkat stres pada saat transportasi. Oleh karena itu, perlunya diadakan penelitian tentang “Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum terhadap pH Darah dan Glukosa Darah Itik Lokal yang Mengalami Stress Transportasi”. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
BAHAN DAN METODE 1.
Objek Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah baki plastik, timbangan digital, keramba, mobil bak terbuka, termometer hygrostat data logger, wing tag, spuit 5ml, vacutube, cooling box, kapas, dan alkohol. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah itik pedaging jantan dengan bobot badan sekitar 1,0-1,2 kilogram sebanyak 60 ekor. Perlakuan penelitian yang diterapkan yaitu penambahan NaHCO3 ke dalam ransum untuk menyesuaikan keseimbangan elektrolit dalam ransum.
2.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan. Adapun masing-masing perlakuan tersebut yaitu P1 = Ransum dengan imbangan elektrolit 150 mEq; P2 = Ransum dengan imbangan elektrolit 200 mEq ( Ransum + 0,42 % NaHCO3); P3 = Ransum dengan imbangan elektrolit 250 mEq ( Ransum + 0,84 % NaHCO3); P4 = Ransum dengan imbangan elektrolit 300 mEq ( Ransum + 1,26 % NaHCO3); P5 = Ransum dengan imbangan elektrolit 350 mEq ( Ransum + 1,68 % NaHCO3).
3.
Peubah yang Diamati (1)
Penentuan pH darah Data pH darah diperoleh melalui alat ph digital yang digunakan untuk mengetahui pH darah. pH darah di ukur sebelum berangkat dan sesudah berangkat.
(2)
Penentuan kadar glukosa darah (mg/dl) Glukosa darah diperoleh dari sampel darah yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji lab dengan menggunakan metode perlakuan blanko.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
4.
Analisis Statistik Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis statistik dengan model matematika sebagai berikut : Yij
= µ + τί + εij
Keterangan : Yij = Hasil pengamatan dari perubah pada perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j. µ = Rata-rata pengamatan τί = Pengaruh perlakuan i εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3 4, dan 5 j = 1, 2, 3 dan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh stres transportasi pada ternak membuat terjadinya perubahan fisiologis pada ternak seperti pH darah dan glukosa darah, kemudian peningkatan pH darah dapat mengganggu sistem pernapasan pada unggas dan gangguan pada glukosa darah dapat menyebabkan kelebihan lemak atau kekurangan energi di dalam tubuh. Hasil uji berganda duncan itik sebelum dan sesudah transportasi disajikan pada ilustrasi 1. pH Darah Glukosa Darah Rataan Signifikasi Rataan Signifikasi P1 0,17 a 21,25 a P2 0,22 a 8,33 a P3 0,15 a 13,75 a P4 0,19 a 13 a P5 0,38 b 15,66 a Keterangan : Huruf yang berbeda dalam kolom signifikasi menunjukan pengaruh perlakuan berbeda nyata (p<0,05) Perlakuan
1.
Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan pH Darah Pengaruh transportasi pada ternak membuat peningkatan pH dalam darah yang menyebabkan
sistem pernapasan menjadi alkalosis. Hasil rataan perubahan pH darah itik sebelum dan sesudah transportasi disajikan pada ilustrasi 2.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
Berdasarkan Ilustrasi 1, rataan pH darah yang tertinggi pada saat setelah dilakukan transportasi terjadi penurunan pH darah pada itik. Perbandingan perubahan pH darah tertinggi setelah transportasi yaitu pada P5 (350mEq) sebesar 0,387 dan rataan ph darah terendah setelah transportasi yaitu pada P3 (250mEq) sebesar 0,152. Semua perlakuan yang diberikan selama penelitian menyebabkan terjadi perubahan pada pH darah itik. Tingkat pH yang awalnya normal mengalami penurunan setelah dilakukan transportasi. Ternak mengalami tingkat stres selama transportasi berlangsung yang disebabkan karena faktor suhu, udara, dan kepadatan kandang. Membuat penurunan pH darah karena tingkat pernapasan yang cepat yang membuat penurunan CO2 dalam darah. Penurunan CO2 ini akan menyebabkan sistem penyangga yang membentuk bikarbonat (HCO3) dalam darah menurunkan konsentrasi ion hydrogen (H+) yang mengakibatkan pH plasma meningkat dan tejadi pernapasan yang bersifat alkalosis ( Raup dan Bottje, 1990 ). Sistem penyangga adalah campuran dari asam lemak dan gram basanya. Istilah penyangga menjelaskan substansi kimia yang mengurangi perubahan pH dalam larutan yang disebabkan penambahan asam atau basa. Peningkatan pernapasan pada ternak unggas bisa semakin cepat hal itu terjadi karena suhu dalam tubuh ternak mengalami peningkatan. Keadaan tersebut yang membuat peningkatan frekuensi pernapasan sebanyak 10 kali lipat dibandingkan dengan respirasi normal yaitu sebanyak 25 kali/menit (Nillipour dan Melog, 1999 dalam Ahmad dan Sarwar, 2006). Menurut Trunkfield, dkk. (1991) bahwa transportasi menyebabkan perubahan pada suhu tubuh ternak. Peningkatan temperatur tubuh ternak selama penanganan dan pengangkutan pada umumnya sebesar 1 0C. Respirasi alkalosis ini yang menyebabkan keseimbangan asam dan basa terganggu seperti ion Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
elektrolit : natrium, kalium, klorida. Keseimbangan elektrolit ini tidak hanya mempengaruhi keseimbangan dan proporsi elektrolit didalam pakan, tetapi juga mempengaruhi keseimbangan asam-basa (Daghir, 2008).
2.
Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Glukosa Darah Glukosa darah berpengaruh sebagai pengganti energi pada ternak pada saat mengalami stres.
Ternak pada saat transportasi dapat mengalami stres
yang
glukosa darah setelah proses transportasi berlangsung. Hasil perlakuan
berpengaruh terhadap perubahan penelitian dan data
pengaruh
terhadap perubahan glukosa itik sebelum dan sesudah transportasi, disajikan pada
Ilustrasi 3.
Berdasarkan Ilustrasi 2, rataan glukosa darah pada itik berkisar antara 8,33-21,25 mg/dl. Rataan Glukosa darah yang tertinggi pada saat setelah transportasi yaitu pada P1, sebesar 21,25±22,09 mg/dl dan untuk rataan glukosa darah yang terendah pada saat setelah transportasi yaitu pada P2, sebesar 8,33±3,29 mg/dl dan ada sebagian glukosa tidak dapat terditeksi dikarenakan darah mengalami lysis. Kadar glukosa yang tidak berbeda nyata dalam darah itik karena
melakukan proses
homeostasis dalam tubuh yang mempertahankan keadaan suhu tubuh. Fungsi glukosa sebagai molekul penyangga tekanan osmotik agar tekanan osmotik darah dapat dipertahankan meskipun dalam keadaan dehidrasi dan stres panas (Guay dkk., 2007). Oleh karena itu dengan keadaan rataan Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
suhu lingkungan yang hanya 35,50C tidak berdampak pada glukosa darah. Proses homeostasis melibatkan beberapa sumber lain glukosa dalam tubuh selain darah seperti asam-asam lemak, glikogen dan asam amino. Peran insulin ini yang membuat kadar glukosa dalam darah kembali menjadi normal. Insulin yang disintesis oleh pankreas ini mengatur sistem umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah. Semakin tinggi konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan timbul sekresi insulin yang selanjutnya glukosa dalam darah dirombak menjadi glikogen dalam hati dan otot. Setelah dirombak selanjutnya menyebabkan peningkatan pengambilan glukosa oleh hati, uraturat daging dan jaringan lemak dan merangsang sintesis glikogen dalam hati dan urat daging dengan jalan mengurangi produksi cyclic Adenin Monofosfat (cAMP) dan proses fosforilasi atau sintesis glukogen (Linder, 1992). Kelebihan glukosa akan dikonversi menjadi asam-asam lemak dan trigliserida terutama oleh hati dan jaringan lemak. Dan bila kadar glukosa dalam darah menurun akan memberikan respon untuk mengambil langkah proses kebalikan dari proses penyimpanan glukosa yang berlebihan. Dalam proses ini glukagon berperan untuk mengembalikan keadaan normal pada glukosa dalam darah. Glukagon yang dibebaskan dalam pankreas dan sekresi insulin yang sangat dikurangi. Glukagon akan memobilisasi glikogen hati melalui sistem cAMP-protein kinase dan meningkatkan sintesis enzim yang dibutuhkan untuk proses kebalikan. Dalam keadaan stres katekolamin (dibebaskan dalam keadaan stres dan olahraga) dapat menyebabkan mobilisasi glikogen dan hidrolisis trigliserida (Linder, 1992). Hormon-hormon yang mendukung dalam proses tersebut yaitu peran dari Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang disekresikan oleh hypotalamus yang kemudian menginduksi pituitary anterior untuk mensekresikan ACTH, selanjutnya ACTH merangsang adrenal cortex untuk menghasilkan hormon-hormon glukokortikoid dan epinephrin oleh adrenal cortex dan medulla (Von Borell, 2001; Hardy dkk., 2005; Garriga dkk., 2006).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian imbangan elektrolit dalam ransum itik lokal sampai 300 mEq/kg tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan pH dan glukosa darah. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7
Pengaruh Keseimbangan Elektrolit dalam Ransum.............................................................Rishad A.
SARAN Berdasarkan variabel yang di ukur disarankan untuk menggunakan keseimbangan elektrolit 150 mEq/kg dalam ransum itik lokal agar tidak terjadi perubahan glukosa darah pada itik setelah mengalami stres transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T and Sarwar M. 2006. Dietary Electrolyte Balance: Implications in Heat Stressed Broilers. World’s Poultry Science Journal, Vol. 62, Desember 2006: 638-653 Daghir N.J. 2008. Nutrient Requirements of Poultry at High Temperatures. In: Daghir N.J., editor. Poult Prod Hot Clim 2nd ed. P. 149-150. Guay, C., S. R. Madiraju, A. Aumais, E. Joly, and M.Prentki. 2007. A role for ATP-citrate lyase, malic, enzyme and pyruvate/citratecycling in glucose-induced insulin secretion. J. Biol. Chem.282:35657-35665 Hardy, M.P., H.B. Gao, Q. Dong, R. Ge, Q. Wang, W. R. Chai, X. Feng and C. Sottas. 2005. Stress Hormone And Male Reproductive Function. Cell Tissue Res. 322: 147-153 Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerjemah , Aminuddin Parakkasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Raup, T. J., and Bottje, W. G. 1990.Effect of carbonated water on arterial pH, and plasma lactate in heat-stressed broilers. Br. Poult. Sci. 31:377–384 Von Borell, E.H. 2001. The biology of stress and its application to livestock housing and transportation assessment. J. Anim Sci. 79, E260-E267
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8