Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1, No.2. Juni 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN SPRITUAL DAN NILAI PERSONAL TERHADAP DISIPLIN DAN KINERJA PEGAWAI BIROKRASI Julianus Runtuk
Abstract Researches on leadership are constantly increasing. In particular, in modern leadership, which is the leadership of the humanistic approach, have been widely discussed, especially in a country that facing many social problems. In the reform era, bureaucratic organization, in this case are the government agencies, are required to improve its performance. Nevertheless, the researches that focus on bureaucratic organization (government) are still limited and tend to employ traditional leadership perspectives. This study examines the influence of spiritual leadership and personal value to the discipline and performance of employees in Sarmi CountyPapua. The findings will give directions to the local government in managing better and credible public services. Keywords: humanistic leadership, spiritual leadership, personal values, discipline and performance of employees, bureaucratic organization (government)
memerlukan kepemimpinan yang kuat, yang dapat menuntun organi-sasi birokrasi menjadi lebih baik. Sayangnya, meskipun banyak penelitian yang membahas mengenai kepemimpinan, sangat sedikit yang fokus pada kepemimpinan di biro-krasi. Dengan adanya undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi Propinsi Papua, Pemerintah kabupaten/ kota Papua terus ber-benah diri khususnya dalam memberikan layanan publik yang lebih baik. Namun demikian. pada tahapan implementasi, masih ter-dapat berbagai kekurangan, khusus-nya dalam tatanan sistem di biro-krasi. Birokrasi masih dirasakan kurang. dan masih harus banyak berbenah diri dalam meningkatkan kinerja pegawainya. Halmin (2006) memberikan penekanan bahwa masih terdapat permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya, sejak diberlakukannya
LATAR BERLAKANG Reformasi di Indonesia membawa perubahan paradigma dan fokus, yaitu pada nilai-nilai seperti demokrasi, good governance, dan hak asasi. Pergerakan reformasi itu juga telah bergerak ke reformasi terhadap birokrasi. Masyarakat terus menuntut agar birokrasi dapat memberikan layanan publik yang balk. Kementerian Komunikasi dan lnformatika RI (2011) melaporkan bahwa dalam merespon tuntutan tersebut, Pemerintah menerapkan prinsip-prinsip good governance. Kepemimpinan di birokrasi sangat memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan system birokrasi yang kredibel. Sistem biro-krasi nasional mengalami ber-bagai permasalahan pelik. Sebagai contoh : masih tingginya angka korupsi dalam organisasi, sorotan terhadap disiplin pegawai birokrasi yang buruk, dan kinerja pegawai yang belum memuaskan. Hal ini, tentu saja,
149
Julianus Runtuk-Pengaruh Kepemimpinan Spiritual Dan Nilai Personal Terhadap …
otonomi khusus di Papua. Rakyat Papua dikenal memiliki budaya yang kuat. Berdasarkan etnografisnya, terdapat kurang lebih 125 grup bahasa di Papua, namun dapat dibagi menjadi tiga grup etnis, yaitu Kapauku, Dani, dan Marind-Anim (Gietzelt, 1985). Keunikan kebudayaan dan etnis ini membuat rakyat Papua memiliki nilai-nilai khusus yang di-pegang secara turuntemurun, dan secara perlahan nilai-nilai tersebut ber-pengaruh juga kepada pendatang yang bekerja di Papua. Pembenahan kinerja birokrasi melalui pengenalan kepemimpinan dan nilai-nilai personal sangat di-perlukan untuk mendukung tercipta-nya organisasi birokrasi yang dapat menjalankan fungsinya serta mem-berikan layanan publik dengan baik. Dalam jangka panjang, pembangunan Papua akan dirasakan secara merata oleh masyarakat di Papua. Atas dasar hal tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terkait pengaruh kepemimpinan spiritual dan nilai budaya terhadap disiplin dan kinerja pegawai birokrasi di Papua. Temuan dalam penelitian ini akan memperkaya pengetahuan dalam ilmu sosial, khususnya yang terkait dengan permasalahan kepemimpinan dan kepegawaian. Dengan memahami hasil penelitian, para pimpinan di birokrasi dapat melakukan evaluasi diri demi terwujudnya kinerja orga-nisasi birokrasi yang lebih baik. Pada akhirnya, temuan dalam penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan dalam penentuan pemimpin di birokrasi.
mimpinan, secara tradisional, dipandang sebagai ketrampilan level individu (Day, 2001) dan kemam-puan dalam menggunakan kekuasaan (Davies,2002;Weber,1947). Sedang-kan kepemimpinan yang fokus pada pendekatan humanistik, mengarahkan anggotanya untuk menjadi pribadi yang berhasil (Greenleaf, 1979). Kepemimpinan tradisional menilai kepemimpinan sebagai level individu. Salah satu contoh dari kepemimpinan tradisional adalah teori kepemimpinan transformasi-onal. Kepemimpinan seperti ini mengabaikan fakta adanya interaksi sosial dari pemimpin terhadap mas-yarakat dan lingkungannya. Tipologi kepemimpinan yang dikemukakan Weber (1978), yaitu kepemimpinan rasional, tradisional, dan karismatis, dapat digolongkan dalam kepemimpinan tradisional karena masih melihat kepemimpinan pada level individu saja, dan hanya mengkategorikan kepemimpinan berdasarkan cam memperoleh kekuasaan sebagai pemimpin. Di sisi lain, kepemimpinan yang modern atau humanistik, me-mandang kepemimpinan bukan hanya level individu dan untuk kepentingan pemimpin itu sendiri. Hal ini, secara sederhana, telah diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui semboyan "tut wuri handayani" (Dewantara, 1967). Untuk mengambangkan pen-didikan nasional, is berpendapat bah-wa seorang guru (pemimpin) harus memiliki metode among, yaitu men-dorong anak didik (bawahan) untuk dapat belajar sendiri dan memberikan pertolongan bila dianggap perlu (Soe ratman, 1985). Pemikiran ini telah membawa pengaruh yang signifikan pada kehidupan bangsa Indonesia (Radcliffe, 1971).
Kajian Pustaka Kepemimpinan Kepemimpinan, secara garis besar, dapat dikategorikan menjadi dua, kepemimpinan tradisional dan kepemimpinan humanistik. Kepe-
150
Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1, No.2. Juni 2015
Day (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan modern atau yang lebih dikenal sebagai kepemimpinan humanistik, memandang kepemimpi-nan sebagai proses sosial yang me-libatkan setiap orang pada komu-nitasnya. Pandangan ini berpendapat bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi seorang pemimpin yang berkontribusi pada komu-nitasnya. Tidak seperti kepemim-pinan tradisional, kepemimpinan humanistik memandang pentingnya aspek individu dan kebersamaan (relasi) dalam menunjang keber-hasilan organisasi.
dijunjung oleh setiap orang dalam organisasi. Tujuan dari kepemimpinan spiritual adalah untuk menciptakan visi dan nilai bersama melalui stra-tegi, pemberdayaan tim dan level individu dan utamanya adalah men-capai level yang lebih tinggi dalam produktivitas dan komitmen orga-nisasi (Fry, 2003). Lebih lanjut, Fry and Slocum (2008) menyatakan bahwa kepemimpinan spiritual me-liputi memotivasi dan menginspirasi pekerja melalui penjabaran penting-nya visi dan budaya perusahaan ber-dasarkan nilai-nilai, untuk meng-hasilkan pekerja yang bermotivasi tinggi, berkomitmen, dan produktif. Pernyatan ini juga sejalan dengan pernyataan Benefiel (2005) dan Dent et al. (2005).
Kepemimpinan Spiritual/Spiritual Leadership Spiritualitas dalamorganisasi akan mengembangkan perilaku beretika, kepuasan dan komitmen dalam pekerjaan, produktivitas, dan keunggulan bersaing (Benefiel, 2005). Oleh karena itu, berbagai detinisi dan ukuran terhadap spiritualitas dan dampaknya terhadap kinerja orga-nisasi telah banyak dikemukakan pada artikelartikel ilmiah. Walaupun mulai banyak diperbincangkan, be-lum ada konsensus terhadap definisi dan batasan istilah spiritualitas dalam pekerjaan (Dent et al., 2005). Hicks (2002) menyimpulkan bahwa kata "spiritual" disini tidak berhubungan dengan "agama" (bandingkan dengan konsep spiritualitas oleh Weber (1963). Agama cenderung formal, ter-struktur, dan terorganisir dengan baik. Sebaliknya, spiritual berada jauh di atas agama, dan berusaha untuk memehami prinsip-prinsip umum dan kebenaran yang di-tawarkan oleh setiap agama. Berdasarkan pemahaman ini, kepemimpinan spiritual bertujuan untuk menyatukan nilai-nilai yang harus
Kajian Pustaka Nilai Personal Penelitian terhadap konsep "nilai" mulai berkembang sejak tahun 1960-an (Keng and Liu, 1997). Nilai menjadi sangat penting karena mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam konteks organisasi, nilai yang dianut seseorang akan mempengaruhi disiplin dan kinerjanya. Oleh karena itu, penelitian yang mengaitkan nilai personal terhadap kinerja, mulai banyak ditemukan di artikelartikel ilmiah (Sosik, 2005). Dalam konteks pembelajaran terhadap pengaruh nilai personal, Ronen (1978) menyatakan bahwa cakupan dari nilai harus di-perluas, dari yang hanya melihat nilai kerja, menjadi nilai-nilai dasar manusia. Nilai personal diukur secara berbeda-beda oleh peneliti. Oleh karena itu, Keng and Liu (1997) merangkum nilai personal ke list of values (LOV). Adapun list of values (LOV) sebagai berikut: selfrespect, being well-respected, selffulfilment, a sense of accomplishment, fun
151
Julianus Runtuk-Pengaruh Kepemimpinan Spiritual Dan Nilai Personal Terhadap …
and enjoyment in life, excitement, security, a sense of belonging, dan warm relationships with others. Bruno dan Lay (2008) melaporkan adanya pengaruh yang positif antara nilai personal dan efektifitas kepemimpinan. Setiap orang akan membawa nilai-nilai kerja dan sikap mereka sendiri yang berpengaruh terhadap perilakunya di tempat kerja (Fry and Slocum, 2008). Hal ini jugs sejalan dengan pernyataan Weber (1949) yang menekankan pentingnya memahami nilai-nilai lokal dalam memahami suatu isu sosial dan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan sosial.
del yang melihat pengaruh kepe-mimpinan spiritual dan nilai personal terhadap tingkat disiplin dan kinerja pegawai birokrasi masih belum di-lakukan. Populasi yang ditetapkan ada-lah organisasi birokrasi, yaitu kantor-kantor pemerintahan daerah kabupaten Sarmi yang memberikan layanan kepada publik. Peneliti menggunakan judgment sampling. Kuesioner akan disebar ke-pada pegawai di kantor-kantor tersebut, untuk kemudian dijadikan data untuk analisis lebih lanjut. Pegawai-pegawai tersebut meliputi pejabat struktural (eselon 2, eselon 3, dan eselon 4), pegawai non struktural. Kuesioner penelitian dibagi menjadi tiga seksi. Seksi pertama berisi pertanyaan men-genai kondisi demografi responden agar dapat dilakukan klasi-fikasi responden. Responden diharuskan mengisi/ memilih hal-hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, status pernikahan, kelompok etnis, usia, tingkat pendidikan tertinggi dan jabatan/pangkat. Seksi kedua adalah pertanyaan tentang kepemimpinan spiritual. Pada seksi ini, responden akan memilih dari lima skala likert (sangat tidak setuju-sangat setuju) terhadap setiap pertanyaan mengenai kepemim-pinan spiritual. Seksi ketiga berisi per-tanyaan yang mengukur tingkat ke-pentingan dari nilai personal. Respon-den akan memilih dari lima skala likert (sangat tidak pentingsangat penting) terhadap setiap nilai personal yang ada di kuesioner. Selain itu, responden di-haruskan untuk melingkari salah satu nilai personal yang paling penting bagi responden. Kuesioner terkait kepemimpi-nan spiritual diadopsi dari instrument penelitian Fry et al. (2005). Instrumen ini juga digunakan dalam penelitian (Chen and Li, 2013). Adapun untuk pertanyaan terkait nilai personal, instrument dari Keng and Liu (1997) diadopsi karena dipandang paling mencerminkan nilai dasar dan sangat relevan dalam konteks
Kerangka Pemikiran Proposisi yang dielaborasi dalam model ini, digambarkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat berbagai proposisi yang akan diuji dalam penelitian ini. Namun, secara umum, dalam model penelitian ini terdapat dua variabel bebas (ke-pemimpinan spiritual dan nilai personal) dan dua variabel terikat (di-siplin pegawai dan prestasi pegawai).
METODE PENDEKATAN Penelitian ini mengembangkan mo-
152
Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1, No.2. Juni 2015
kinerja di organisasi. Penelitian ini menggunakan data objektif untuk ukuran disiplin dan kinerja pegawai. Adapun ukuran disiplin dan kinerja pegawai akan disesuaikan ber-dasarkan sistem penilaian yang dianut oleh kantor pemerintahan masing-masing. Secara umum, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 dan Nomor 53 Tahun 2010 telah diatur terhadap pelanggaran disiplin dan hukuman-nya. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik di dalam maupun di luar jam kerja. Sedangkan kinerja pegawai akan digunakan data unjuk kerja (performance appraisal) dari pegawai tersebut. Adapun secara umum, kinerja pegawai diukur berdasarkan dua hal yaitu Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil (SKP) dan Perilaku Kerja. Untuk mengevaluasi relasi yang digambarkan dalam model penelitian, penelitian ini akan menggunakan SEM (structural equation modeling), yaitu confirmatory factor analysis (CFA), berdasarkan sampel yang diambil. Berdasarkan hash analisis akan diketahui pengaruh masing-masing variabel bebas ke variabel terikat, secara bersama ataupun secara parsial. Sebelum melakukan analisis CFA, akan terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik pada data. tJji asumsi klasik tersebut antara lain uji normalitas data, uji validitas, uji reliahilitas, uji multikolinearitas, dan uji heterodaksitas.
kinerja pegawai birokrasi. Setelah melakukan kajian literatur yang intensif, kepemimpinan spiri-tual dipilih sebagai salah satu vari-abel utama. Selain menguji pengaruh kepemimpinan spiritual, pada pene-litian juga akan melihat pengaruh nilai personal. Kedua hal tersbut akan diuji pengaruhnya terhadap disiplin dan kinerja pegawai, khusus-nya di kantor pemerintahan kabu-paten Sarmi,Papua. Hasil dari analisi CFA terhadap model, akan diberikan analisis dan pembahasan terhadap keberlakukan model. Setiap variabel bebas akan dijelaskan masingmasing pengaruhnya terhadap variabel terikat. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam proposal penelitian ini telah dikemukakan adanya gap penelitian yang akan diisi sebagai rencana penelitian. Selain itu, peneliti telah membuat model awal penelitian yang mengaitkan kepemimpinan spiritual dan nilai personal terhadap disiplin dan kinerja pegawai. Namun demi-kian, beberapa saran yang diperlukan demi penyempurnaan proposal ini yaitu dengan mengelaborasi lebih dalam mengenai kepemimpinan spiri-tual dan nilai personaldan meng-identifikasi indikator penelitian yang paling sesuai dari setiap konstruk penelitian yang dihipotesiskan.
DAFTAR PUSTAKA Benefiel, M. (2005), "The second half of the journey: Spiritual leadership for organizational transformation", The Leader-ship Quarterly, Vol. 16 No. 5, pp. 723747. Chen, C.-Y. and Li, C.-I. (2013), "Assessing the spiritual leader-
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan penelitian, khususnya yang mengaitkan pen-garuh kepemimpinan humanistik terhadap
153
Julianus Runtuk-Pengaruh Kepemimpinan Spiritual Dan Nilai Personal Terhadap …
ship effectiveness: The contribution of follower's self-concept and preliminary tests for moderation of culture and managerial position", The Leadership Quarterly, Vol. 24 No. 1, pp. 240-255. Davies, A. (2002), Focus on Leadership Servant leadership for the 21st Century: Edited by Larry Spears and Michele Lawrence, Wiley (2002). 396 pp., $34.95, Pergamon. Day, D.V. (2001a) "Leadership development:A review in context, The Leadership Quarterly, Vol. 11 No. 4, pp. 581-613. Day, D.V. (2001b), "Leadership development: A review in context", The Leadership Quarterly, Vol. 11 No. 4, pp. 581613. Dent, E.B., Higgins, M.E. and Wharff, D.M. (2005), "Spirituality and leadership:An empirical review of definitions, disti-nctions, and embedded assumptions", The Leadership Quarterly, Vol. 16 No. 5, pp. 625-653. Dewantara, K.H. (1967), "Some Aspects of National Education and The Taman Siswa Institute of Jogjakarta", Indonesia, No. 4, pp. 150-168. Farazmand, A. (2009), Bureaucracy and Administration, Public Administration and Public Policy, CRC Press, Vol. 153. Fry, L.W. (2003), "Toward a theory of spiritual leadership", The leadership quarterly, Vol. 14 No. 6, pp. 693-727. Fry, L.W. and Slocum, J.W. (2008), "Maximizing the Triple Bot-tom
Line through Spiritual Leadership", Organizational Dynamics, Vol.37No.1,pp. 86 96. Fry, L.W., Vitucci, S. and Cedillo, M. (2005), "Spiritual leadership and army transformation: The-ory, measurement, and estab-lishing a baseline", The Le-adership Quarterly, Vol. 16 No. 5, pp. 835862. Gietzelt, D. (1985), Indonesia in West Papua: The Dynamics of Indonesianization, Univ. of Sidney. Greenleaf,R.K.(1979),Servant Leadership:Ajourneyinto the nature oflegitimatepowerandgreatness, New York: Paulisi Press. Halmin, M.Y. (2006), The Implementation of Special Autonomy in West Papua, Indonesia: Problems and Recommendations, Naval Postgraduate School, available at: http : //oai. dtic. mil/oai/oai?verb=getRecord&meta dataPrefix=html&identifi er=ADA462594 (accessed 21 January 2014). Hicks,D.A.(2002),"Spiritual and religious diversity in the work-place: Implications for le-adership", The Leadership Quarterly,Vol.13No.4,pp.379-396. Indonesia, R. (2010), "Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Ten-tang Koordinasi Penangg-ulangan Kemiskinan". Keller, G.N. (2013), "Reforming Indonesia's Foreign Ministry: Ideas, Organization and Leadership", Contemporary Sout-heast Asia, Vol. 35 No. 1, pp. 56-82. Kementerian Komunikasi Dan Informatika RI. (2011), "Birokrasi
154
Jurnal Ekologi Birokrasi, Vol.1, No.2. Juni 2015
Dalam Era Keter-Bukaan Informasi Publik", Jurnal Dialog Kebijakan Publik, V o l . 3 , available at:http://www.publikasi.k ominfo.go.id/handle/5432 3613/808(accessed 14 D e c e mb e r 2 0 1 3 ) . Keng, K.A. and Liu, S. (1997), "Personal values and comp-laint behaviour: The case of Singapore consumers", Jour-nal of Retailing and Consumer Services,Vol.4 No.2,pp. 89-97. McColl-Kennedy, J.R. and Anderson, R.D.(2002),"Impact of leader-ship style and emotions on subordinate performance", The Leadership Quarterly, Vol. 13 No. 5, pp. 545559. Radcliffe, D. (1971), "Ki Hadjar Dewantara and the Taman Siswa Schools; Notes on an ExtraColonial Theory of Education", Comparative Edu-cation Review, pp. 219-226. Riggs, F.W. (1962), "Trends in the comparative study of public administration", International Review of Administrative Sciences, Vol. 28 No. 1, pp. 9-15. Ronen, S. (1978), "Personal Values: A Basis for Work Motivational Set and Work Attitude", Organizational Bahavior and Human Performance, Vol. 21, pp. 80-107. Soeratman, D. (1985), Ki Hajar Dewantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inven-tarisasi dan Dokumentasi Seja-rah Nasional.
Sosik, J.J. (2005), "The role of personal values in the charis-matic leadership of corporate managers: A model and preli-minary field study", The Lea-dership Quarterly, Vol. 16 No. 2, pp. 221244. Weber,M.(1947),The Theory of Social and Economic Orga-nization (Henderson,A.M.and Parsons, T.,Trans.) The Free Press. Weber, M. (1949), The Mehodology of the Social Sciences, (Shils, E.A. and Finch, H.A.,Trans.), The Free Press. Weber, M. (1963), The Sociology of Religion, Beacon Press. Weber,M.(1978), Economy and Society:an outline of inter-pretive sociology (Roth,G.and Wittich,C.Eds) univ of California Press. Yukl,G.(2008),"Howleaders influence organizational effectiveness", The Leadership Quarterly, Vol. 19 No. 6, pp. 708-722.
155