JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
PENGARUH KEMAMPUAN PENGELOLAAN TATA RUANG PEMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DAN GENDER TERHADAP NEW INVIRONMENTAL PARADIGM (NEP) Basrawi1*, Diana Vivanti2, Yusriani Sapta Dewi3 1
Kementrian Pemuda dan Olahraga RI, 2Universitas Negeri Jakarta, 3Universitas Setya Negara Indonesia Email:
[email protected]
Abstract The objective of this research is to find out the effect of Capabilities OF Resilience management of river (CRMR) and gender (G) on new Environmental Paradigm (NEP). An expost facto method has been used by selecting 19 sample for each cell. Reliability of CRMR was .878, and New Environmental Paradigm (NEP) was .91. Data analyzed by two-way ANOVA. Research results revealed that there was new environmental paradigm significant difference between those people who have high capabilities of resilience management of river and low capabilities of resilience management of river . Moreover, there was significant interaction effect between Capabilities OF Resilience management of river (CRMR) and gender (G) on New Environmental paradigm (NEP) Keywords: Capabilities Of Resilience Management Of River And Gender Floating Against New Environmental paradigm (NEP)
1
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
tempat lain yang sudah disediakan oleh
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai penduduk terbesar ke empat di dunia, dengan penduduk yang begitu besar tentu diperlukan adanya pembangunan (Sustainable pemukiman
berkelanjutan Development) yang
dan
layak
untuk
keberlangsungan hidup. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota dan daerah dari pihak Negara maupun Swasta
seringkali
menimbulkan
persoalan baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat. Masalahmasalah yang berpotensi terjadi pada pembangunan penggunaan lahan illegal menjadi pemukiman kumuh, padat dan tidak
manusiawi
rendah/buruk,
dengan
termasuk
kualitas
diantaranya
penggunaan lahan bantaran sungai
Problematika tersebut juga terjadi di DKI Jakarta sangat komplek terkait dengan tata ruang, salah satunya adalah yang
terdapat
pada
Bantaran Sungai Ciliwung. Kasus yang terjadi pada Kampung Pulo, lahan permukiman
di
Bantaran
Sungai
tersebut terjadi sengketa antara warga setempat
dengan
pemerintah
pemerintah DKI Jakarta. Tidak hanya itu masih banyak kasus serupa yang terjadi, hal ini merupakan lemahnya kebijakan dalam
pemerintah
menerapkan
DKI Jakarta undang-undang
tentang tata ruang pemukiman Bantaran Sungai. Pemukiman
di
Bantaran
Sungai
Ciliwung merupakan masalah yang sangat serius untuk diselesaikan secara lebih
seksama
mengingat
keberadaannya telah menjadi suatu dilema tersendiri. Satu sisi keberadaan pemukiman ini berakar pada motif sosial, ekonomi dan budaya sehingga mendorong manusia yang berada di tepi sungai tersebut untuk memanfaatkan sebesar-besarnya potensi yang ada di Bantaran Sungai tersebut. Pada sisi lain wilayah tepi sungai merupakan suatu
mulai hulu sampai hilir.
pemukiman
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
DKI
Jakarta sehingga banyak warga yang menolak atas eksekusi lahan tersebut walaupun pada akhirnya relokasi ke
kawasan
yang
perlu
mendapat
perlindungan dari berbagai faktor yang dapat merusak ekosistemnya. Disisi lain,
perkembangan
pemukiman
akan
kebutuhan
diikuti
dengan
peningkatan kebutuhan lahan. Lahan di perkotaan, seperti di DKI Jakarta cenderung
sangatlah statis
terbatas
dan
pertumbuhannya.
Keterbatasan lahan tersebut mendorong meningkatnya harga lahan secara cepat. Tingginya
kebutuhan
pemukiman,
2
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
kompleksitas masalah pemukiman yang
paradigma dapat mengubah masyarakat
antara
itu sendiri. Seperti hasil penelitian Ron
lain
ditimbulkan
akibat
rendahnya tingkat pendidikan serta
Sookram
tingkat sosial ekonomi, mengakibatkan
environmental paradigm (NEP) dapat
kualitas hunian maupun lingkungan
diterapkan untuk menentukkan sikap
menjadi sangat kumuh, di samping
lingkungan
umumnya
paradigma sosisal juga dominan untuk
memiliki
terhadap
wabah
kriminal,
bencana
kerawanan
penyakit,
tindak
kebakaran
serta
yang
menyatakan
dari
menjadikan
New
manajer,
tetapi
pembangunan
yang
berkelanjutan.
kerawanan sosial lainnya lemahnya
Pemahaman paradigma sebagai salah
perekonomian
satu langkah untuk mengetahui makna
sebagian
besar
masyarakat perkotaan dan keterbatasan
dari
lahan menjadi faktor penyebab semakin
Lincoln(2000:105-107),
berkembangnya pemukiman ilegal.
mendefinisikan
Salah satu permasalahan lingkungan di
“Basic belief system or worldview that
wilayah Jakarta adalah penyusutan
guides the investigator, not only in
ruang
choices of method but in ontologically
terbuka
direncanakan
hijau
yang
akibat
penggunaan
lahan.
telah konflik
Hal
mengakibatkan
munculnya
environmental
paradigm
ini
and
paradigma.
Denzin
paradigma
epistomologically
&
sebagai:
fundamental
ways”.
New
Pengertian tersebut mengandung makna
(NEP)
paradigma adalah sistem keyakinan
memanfaatkan lingkungan sekitar agar
dasar atau cara memandang dunia yang
tidak
membimbing
menimbulkan
lingkungan lahan
dengan
sekitar
banyaknya
kerusakan memanfaatkan
sungai untuk
sebanyak kepentingan
peneliti
tidak
hanya
dalam memilih metoda tetapi juga caracara
fundamental
ontologis
dan
yang
bersifat
epistomologis.
masyarakat setempat agar terhindar dari
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa,
banjir sehingga tidak terjadi kerusakan
“Paradigm as Basic Belief Systems
sungai yang akan berpengaruh pada
Based on Ontological, Epistomological,
terjadinya pengikisan tanah pada saat
and
hujan
itu
Paradigma merupakan sistem keyakinan
New
dasar berdasarkan asumsi ontologis,
environmental paradigm (NEP) sebab
epistomologis, dan metodologi. Begitu
(soil
masyarakat
erosion). harus
Untuk
memiliki
Methodological
Assumptions”.
3
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
pula Denzin & Lincoln menyatakan: “A
Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat
paradigm may be viewed as a set of
yang membandingkan keyakinan dan
basic beliefs (or metaphysics) that
nilai-nilai lingkungan, tujuannya adalah
deals with ultimates or first principle”.
untuk mempelajari keyakinan nilai-nilai
Suatu
dari dominant social paradigm (DSP)
paradigma
dapat
dipandang
sebagai seperangkat kepercayaan dasar
dan
(atau yang berada di balik fisik yaitu
(NEP). Studi tersebut
metafisik) yang bersifat pokok atau
bukti kuat bahwa new environmental
prinsip utama. Ada paradigma yang
paradigm
(NEP)
digunakan sebagai suatu model untuk
signifikan
mempelajari fungsi-fungsi, teori-teori,
paradigm
dan
(1993:23).
memecahkan
masalah
yang
new
environmental
paradigm
memberikan
berbeda
secara
dari
dominant
social
(DSP)
dalam
New
Sheldon
environmental
kompleks dan ada pula yang digunakan
paradigm (NEP) dikembangkan oleh
untuk mendefinisikan suatu konsep.
Riley E. Dunlap dan Kent D. Van Liere
Sedangkan
pada tahun 1978 dan mengalami revisi
menurut
pengertian Patton
di
paradigma dalam
Guba
pada tahun 2000. Revisi dilakukan
(1990:80) menyatakan: a world view, a
karena
general perspective, a way of breaking
permasalahan yang ditimbulkan dari
down the complexity of the real world
tahun ke tahun. Sebab masalah utama
... paradigms are deeply embedded in
di tahun 1978 adalah polusi udara, air,
the socialization of adherents and
kurang
practitioners telling them what is
konservasi energi. Beberapa dekade
important, what is legitimate, what is
kemudian masalah yang ditimbulkan
reasonable. Paradigms are normative;
adalah kerusakan ozone, pembabatan
they tell the practitioner what to do
hutan, berkurangnya keanekaragaman
without the necessity of long existential
hayati dan perubahan iklim global.
or
Skala
epistemological
considerations.
begitu
kompleksnya
menghargai
NEP
alam
tersebut
menyangkut
Paradigma yang normatif, memberitahu
realitas
praktisi apa yang harus dilakukan tanpa
pertumbuhan (the reality of limits to
perlu pertimbangan eksistensial atau
growth), anti-antroposentrisme (anti-
epistemologis yang panjang.
anthropocentrisme), kerapuhan pada
Pada awal tahun 1980, di tiga negara
keseimbangan alam (the fragility of
melakukan
nature’s balance), penolakan pada
studi
lingkungan
yaitu
tentang
dan
adanya
batas
4
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
pembebasan exemptionalim)
(rejection dan
of
kemungkinan
adanya krisis ekologi (the possibility of ecocrisis) dalam Dunlap Jurnal. Berikut ini Lester W. Milbrath dalam Kamieniecki,
menyatakan
sebuah
masyarakat yang menganut pada nilainilai dan keyakinan NEP akan sangat berbeda dari masyarakat modern yang menganut DSP. Tabel 1. Perbedaan Fundamental Nilai dan Kepercayaan antara Dominant Social Paradigm dan New Environmental Paradigm.
Dominant Social New Paradigm (DSP) Environmental Paradigm (NEP) Prioritas pada Prioritas pada pertumbuhan kelangsungan ekonomi dan hidup ekosistem, pembangunan, fokus pada fokus pada keberlanjutan kesejahteraan jangka panjang. jangka pendek. Kelanjutan Gangguan sistem pertumbuhan biogeo kimia ekonomi jarang, jika membenarkan pernah, bahaya gangguan dibenarkan. sistem biogeokimia Menerima resiko Menghindari untuk risiko terhadap memaksimalkan ekosistem dan kekayaan semua atas kesejahteraan sosial Ketergantungan Ketergantungan pada pasar untuk pada pandangan memacu ke depan dan
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
Dominant Social New Paradigm (DSP) Environmental Paradigm (NEP) pertumbuhan dan perencanaan memastikan masa untuk depan yang cerah memastikan masa depan yang cerah Penekanan pada Penekanan pada kepuasan langsung struktur berorientasi horisontal dan material desentralisasi Penekanan pada Penekanan pada hirarki dan kesederhanaan terpusat dan desentralisasi Pengambilan Lebih besar keputusan dan tanggung jawab tanggung jawab pribadi dan lokal terpusat Keyakinan yang Skeptisisme dan sangat besar dalam evaluasi kritis ilmu pengetahuan terhadap ilmu dan teknologi pengetahuan dan teknologi Ketergantungan Pengakuan pada mekanistik kebutuhan sederhana / efek holistik / berpikir pemikiran keahlian integratif sempit Penekanan pada Penekanan pada persaingan, kerja sama, dominasi patriarki kemitraan, egalitarianisme Kekerasan yang Keengganan dibutuhkan untuk untuk kekerasan sebagai Mempertahankan dilihat merusak tatanan dominasi dan sosial tatanan sosial Sifat kepentingan Menempatkan manusia manusia dalam konteks ecosystemic Menekankan Menekankan kebebasan asalkan kebebasan melayani prioritas asalkan melayani ekonomi imperatif ekologi dan sosial
5
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
Pada Tabel 1 mengambarkan manusia
diciptakan untuk menggunakan sumber
Dominant
daya alam yang sebanyak-banyaknya.
Social
Paradigm
(DSP)
mengasumsikan bahwa suatu tempat
Menurut Örjan Wiidegren dijelaskan
perbelanjaan atau pasar merupakan
bahwa
mekanisme
untuk
Paradigm adalah digunakan dengan
memaksimalkan pertumbuhan ekonomi
menggunakan indikator kesadaran dari
dan kesejahteraan manusia, kemudian
akibat, keyakinan kecendurangan untuk
mereka
mempunyai perasaan bersalah, jika
terbaik
menolak
sebagian
besar
skala
New
Environmental
perencanaan, terutama oleh pemerintah.
merusak
Kelompok ini pro-eksploitasi sumber
menggunakan indikator dari sebuah
daya alam, materialistis, mengagung-
nilai individu.
agungkan
Prinsip
ilmu
dan
teknologi.
lingkungan,
kesetaraan
adalah
gender
dalam
aliran
sungai
Sebaliknya, manusia yang menganut
pengelolaan
New Environmental Paradigm (NEP)
menuntut tersedianya data-data yang
memihak
bisa
kepada
kelestarian
daerah
menunjukkan
bahwa
terjadi
pada
akses,
lingkungan. Manusia dalam kelompok
ketimpangan
ini mencintai alam, percaya pada batas-
partisipasi, kontrol dan manfaat dalam
batas
bahwa
pelaksanaan pengelolaan sumberdaya
manusia adalah bagian dari ekosistem,
air bagi laki-laki dan perempuan. Data
sadar
tersebut akan memberi legitimasi kuat
pertumbuhan,
bahwa
sadar
terdapat
saling
baik
ketergantungan dan keterikatan antara
terhadap
manusia dan alam.
pembangunan yang akan dilaksanakan.
Dominant
social
paradigm
pada
sasaran
program
Sehingga
kemampuan
dasarnya dengan penilaian sebaliknya
individu
sangat
(bertentangan dengan Paradigma Baru
mengelola bantaran sungai. Separti
Ekologi): bahwa manusia diciptakan
dalam
untuk memerintah atas bumi, dan
mengtakan
penggunaan sumber daya alam yang
mendukung
berlebihan yang dapat tergantikan dan
paradigm (NEP), degan optimisme
ditemukan (Dunlap dan Van Liere
teknologi dan kepercayaan terhadap
1978)
sumber daya tak terbatas masih sangat
dalam
penelitian
(Emily
2009:154). Artinya bahwa manusia
penelitian bahwa
mempengaruhi
New
dari
setiap
berperan
untuk
Hodis
D
Denis
sebagian
orang
environmental
pemikiran
saat
ini
(2014:4). Robbins dan Judge (2012:53),
6
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
mengatakan, “ability An individual’s
Seharusnya setiap orang baik laki-laki
capacity to perform the various tasks in
maupun perempuan yang tinggal di
a job”, kemampuan adalah kapasitas
bantaran
seseorang individu untuk melakukan
berkewajiban memelihara kelestarikan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
fungsi sungai serta mengendalikan
Kemampuan adalah sebuah penilaian
pencemaran dan kerusakan sungai.
sungai
Manggarai
terkini atas apa yang dapat dilakukan METODOLOGI
seseorang Untuk itu penyediaan data ataupun indikasi
untuk
mengarahkan
cara
melihat data berbasis gender pada pengelolaan sumberdaya air yang saat ini masih sangat minim, oleh karena itu perlu kiranya dibuat profil gender sebagai upaya membantu dalam melihat data berbasis gender tersebut. Karena peranan gender merupakan salah satu penentu
keberlanjutan
lingkungan
seperti yang dikatakan dalam The Environment and Gender Index (EGI) (2013:15) Gender is a distinguishing factor
in
determining
human
relationships with the environment. Women and men have difference responsibilities, knowledge, and needs in relation to natural resources. Berdasarkan latar belakang di atas maka
penelitian
akan
difokuskan
terhadap tata ruang pemukiman yang ada di Bantaran Sungai Manggarai yaitu
meliputi;
(1)
aspek
New
environmental paradigm (NEP), (2) aspek
pemberdayaan
gender.
Penelitian
yang
digunakan
pada
peneitian ini adalah ex-post facto, desain penelitian ex-post facto adalah jenis desain yang mirip dengan studi eksperemental dalam arti bahwa hal itu juga
berusaha
untuk
membangun
sebab-akibat tetapi berbeda dari itu dalam peneliti biasanya tidak memiliki kontrol atas variabel kepentingan dan tidak dapat memanipulasi atas variabel tersebut Madu & Akobi (2014:27). Kannan dan Rajamohan (2014:27) Karakteristik
utama
dari
“ex-post
facto,” adalah bahwa metode penelitian tidak memiliki kontrol atas variabel yang diteliti dan hanya bisa melaporkan apa yang telah terjadi. “metode ex-post facto,” juga digunakan untuk studi deskriptif dengan cara peneliti berusaha untuk
mengukur
variabel.
Adapun
populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh warga yang berdomisili di sekitar bantaran sungai Mangarai. Populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah
seluruh
warga
yang
7
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
berjumlah 200 orang. Dari jumlah
pengelolaan tata ruang pemukiman
populasi terjangkau di atas, maka
bantaran sungai dengan proporsi 27%
dilakukan penarikan sampel dengan
sebagai kelompok atas (high level) dan
teknik sampling purposive yaitu teknik
proporsi 27% sampel dengan kelompok
penentuan
dengan
perempuan yang memiliki kemampuan
pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa
pengelolaan tata ruang pemukiman
diartikan
proses
bantaran sungai
dengan
bawah (low level).
sampel
sebagai
pengambilan
suatu
sampel
sebagai
kelompok
menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian
Berdasarkan
pemilihan
sampel
kemudian
warga
berdasarkan
tujuan-tujuan
dominant
new
diinginkan peneliti, dengan ketentuan
paradigm.
Dengan
tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel
diperoleh sebanyak 19 orang yang
yang ditetapkan.
ditetapkan sebagai kelompok laki-laki
Jumlah sampel ditentukan sebanyak
yang memiliki kemampuan pengelolaan
200 orang laki - laki dan perempuan
tata ruang pemukiman bantaran sungai
yang dinilai mewakili seluruh populasi
(A1B1), dan 19 orang yang ditetapkan
yang ada, dengan jumlah laki - laki
sebagai
sebanyak 19 orang, dan perempuan
memiliki kemampuan pengelolaan tata
sebanyak
Peneliti
ruang pemukiman bantaran sungai
memberikan Instrumen yang berkaitan
rendah (A2B1), demikian juga 19 orang
dengan kemampuan pengelolaan tata
yang ditetapkan sebagai kelompok
ruang pemukiman bantaran sungai.
perempuan yang memiliki kemampuan
Hasilnya berupa skor disusun dalam
pengelolaan tata ruang pemukiman
urutan rangking tertinggi hingga yang
bantaran sungai tinggi (A1B2), dan 19
terendah. Selanjutnya ditetapkan dua
orang
kelompok
kelompok perempuan yang memiliki
19
yakni
dilakukan
orang.
atas
dan
yang
bawah
berdasarkan ranking skornya. Pada
tahap
selanjutnya,
proporsi
kelompok
yang
tersebut
diberikan
tes
environmental proporsi
laki-laki
ditetapkan
27%,
yang
sebagai
kemampuan pengelolaan tata ruang penarikan
sampel untuk menentukan kelompok
pemukiman bantaran sungai rendah (A2B2).
dilakukan dengan ketentuan kelompok laki-laki yang memiliki kemampuan
8
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
cukup
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
tinggi
dengan
mayoritas
sebanyak 10 orang memiliki nilai skor Data deskriptif penelitian ini diperoleh
dari 66 - 68 (26,32%) dan yang
dengan
kelompok
yang
pengumpulan data non tes berupa
(berjumlah
satu
instrumen. Data hasil penelitian yang
kelompok data dengan skor 57 - 69.
dideskripsikan meliputi data variabel
Kemampuan pengelolaan tata ruang
bebas yakni kemampuan pengelolaan
permukiman bantaran sungai rendah
tata ruang permukiman bantaran sungai
(A2). Hasil data penelitian menunjukan
(X1) dan gender (X2) serta variabel
bahwa
terikat
paradigm bagi
menggunakan
yakni
new
teknik
environmental
paradigm (Y). Berdasarkan
skor
paling orang)
new
sedikit adalah
environmental
masyarakat
dengan
kemampuan pengelolaan tata ruang dalam
permukiman bantaran sungai rendah
penelitian ini, maka deskripsi data pada
dengan responden sebanyak 36 orang
penelitian ini adalah data tentang new
maka diperoleh nilai mean sebesar 62;
environmental
bagi
median sebesar 63; modus sebesar 66
masyarakat. Kemampuan pengelolaan
dan standar deviasi sebesar 4,66. Dapat
tata ruang permukiman bantaran sungai
diketahui bahwa skor tertinggi new
tinggi (A1).
environmental
Hasil data penelitian menunjukkan
kemampuan pengelolaan tata ruang
bahwa skor perilaku new environmental
permukiman bantaran sungai rendah
paradigm bagi
dengan
adalah 63-65 (26,31) dan 69-71 (7,89)
kemampuan pengelolaan tata ruang
lebih rendah dibandingkan kelompok
permukiman bantaran sungai tinggi
kemampuan pengelolaan tata ruang
dengan responden sebanyak 36 orang
permukiman bantaran sungai tinggi,
maka diperoleh nilai mean sebesar 66;
dan yang berjumlah paling sedikit
median sebesar 66; modus sebesar 69;
adalah kelompok data dengan skor
varians sebesar 69,078 dan standar
tinggi 132 - 138 (0%).
deviasi sebesar 4,71.
Kelompok masyarakat laki-laki yang
Dapat
permasalahan
paradigm
diketahui
kemampuan
masyarakat
bahwa
pengelolan
kelompok tata
paradigm
pada
memiliki kemampuan pengelolaan tata
ruang
ruang permukiman bantaran sungai
bantaran sungai tinggi memiliki skor
tinggi (A1B1), Hasil data penelitian
new environmental paradigm yang
menunjukan
bahwa
skor
new
9
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
environmental Masyarakat
paradigm Laki-laki
pada dengan
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
environmental
paradigm
masyarakat
perempuan
bagi dengan
Kemampuan Pengelolaan Tata Ruang
kemampuan pengeolaan tata ruang
bantaran
bantaran
sungai
Tinggi
dengan
sungai
tinggi
dengan
responden sebanyak 19 orang diperoleh
responden sebanyak 19 orang maka
nilai mean sebesar 68; median sebesar
diperoleh
68; modus sebesar 74; dan standar
median sebesar 65; modus sebesar 66;
deviasi sebesar 4,16. Dapat diketahui
dan standar deviasi sebesar 3,97. Dapat
bahwa rentang kelas yang dimiliki oleh
diketahui bahwa rentang skor pada
kelompok laki-laki dengan kemampuan
kelompok
pengelolaan tata ruang bantaran sungai
kemampuan pengelolaan tata ruang
tinggi mempunyai skor tinggi dari skor
bantaran sungai tinggi memiliki skor 66
67 - 69.
-
Kelompok masyarakat laki-laki yang
kelompok laki-laki dengan kemampuan
memiliki kemampuan pengelolaan tata
pengelolaan tata ruang bantaran sungai
ruang permukiman bantaran sungai
tinggi.
rendah (A2B1), Hasil data penelitian
Kelompok masyarakat perempuan yang
menunjukan
new
memiliki kemampuan pengelolaan tata
pada
ruang permukiman bantaran sungai
dengan
rendah (A2B2). Hasil data penelitian
bahwa
environmental masyarakat
skor
paradigm laki-laki
68,
nilai
lebih
menunjukan
bantaran
environmental
rendah
dengan
sebesar
perempuan
kemampuan pengelolaan tata ruang sungai
mean
rendah
63;
dengan
dibandingkan
bahwa
skor
new
paradigm
responden sebanyak 19 orang maka
Masyarakat
diperoleh
Kemampuan Pengelolaan Tata Ruang
nilai
mean
sebesar
62;
Perempuan
pada
median sebesar 64; modus sebesar 66;
bantaran
dan standar deviasi sebesar 4,64. Dapat
responden sebanyak 19 orang maka
diketahui bahwa rentang skor berada
diperoleh
pada skor 54 sampai 73.
median sebesar 63; modus sebesar 63;
Kelompok masyarakat perempuan yang
dan standar deviasi sebesar 4,80. Dapat
memiliki kemampuan pengelolaan tata
diketahui
ruang permukiman bantaran sungai
kelompok pria
tinggi (A1B2), Hasil data penelitian
pengelolaan tata ruang bantaran sungai
menunjukan
rendah memiliki skor 62 sampai 65,
bahwa
skor
new
sungai
nilai
Rendah
dengan
mean
bahwa
dengan
sebesar
rentang
62;
skor
dengan kemampuan
10
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
yang sama dengan kelompok laki-laki
tinggi
dengan kemampuan pengelolaan tata
Lhitung < L tabel.
ruang bantaran sungai rendah.
Data new environmental paradigm
Dalam
penelitian
ini,
pengujian
pada
berdistribusi
masyarakat
normal
laki-laki
karena
dengan
persyaratan analisis parametrik yang
kemampuan pengelolaan tata ruang
dilakukan adalah uji normalitas dan uji
permukiman bantaran sungai rendah
homogenitas.
(A2B1)
Uji
normalitas
merupakan
upaya
Pada pengujian normalitas distribusi
mengetahui apakah sebaran dari skor
new environmental paradigm pada
masing-masing variabel, baik variabel
masyarakat
bebas
terikat
kemampuan pengelolaan tata ruang
berdistribusi normal atau mendekati
permukiman bantaran sungai rendah
normal
pada
maupun
atau
variabel
tidak
normal.
Uji
taraf
laki-laki
kepercayaan
dengan
0,05
normalitas distribusi data dilakukan
menunjukan nilai Lhitung = 0,267 > Ltabel
dengan
= 0,183 Maka dapat disimpulkan
uji
Liliefors
terhadap
4
kelompok data yaitu :
bahwa
Data new environmental paradigm
paradigm pada masyarakat laki-laki
pada
dengan
dengan kemampuan pengelolaan tata
kemampuan pengelolaan tata ruang
ruang permukiman bantaran sungai
permukiman bantaran sungai tinggi
rendah berdistribusi normal karena
(A1B1)
Lhitung < L tabel.
Pada pengujian normalitas distribusi
Data new environmental paradigm
data new environmental paradigm pada
pada
masyarakat
dengan
kemampuan pengelolaan tata ruang
kemampuan pengelolaan tata ruang
permukiman bantaran sungai tinggi
permukiman bantaran sungai tinggi
(A1B2)
pada
0,05
Pada pengujian normalitas distribusi
menunjukan nilai Lhitung = 0, 225 < Ltabel
data new environmental paradigm pada
= 0, 229. Maka dapat disimpulkan
masyarakat wanita dengan kemampuan
bahwa
environmental
pengelolaan tata ruang permukiman
paradigm pada masyarakat laki-laki
bantaran sungai tinggi pada taraf
dengan kemampuan pengelolaan tata
kepercayaan 0,05 menunjukan nilai
ruang permukiman bantaran sungai
Lhitung = 0,215 < Ltabel = 0, 308. Maka
masyarakat
taraf
data
laki-laki
laki-laki
kepercayaan
new
data
new
masyarakat
environmental
wanita
dengan
11
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
dapat disimpulkan bahwa data new
uji normalitas data tersebut di atas
environmental
dinyatakan dalam bentuk tabel maka
paradigm
pada
masyarakat wanita dengan kemampuan
diperoleh data sebagai berikut:
pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai tinggi berdistribusi
Tabel 2. Rekapitulasi hasil uji normalitas data
normal karena Lhitung < L tabel. Data new environmental paradigm pada
masyarakat
wanita
dengan
kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai rendah (A2B2)
Kelomp ok Sampel A1 A2 B1 B2
L(hitun L g) (tabe l) 0,229 0,05 0,284 0,05 0,183 0,05 0,308 0,05
Kesimpul an
Kelomp ok Sampel A1B1 A1B2 A2B1 A2B2
L (hitun g) 0,225 0,215 0,267 0,358
Kesimpul an
Berdistrib usi Normal
Pada pengujian normalitas distribusi data new environmental paradigm pada masyarakat wanita dengan kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai rendah pada taraf kepercayaan 0,05 menunjukan nilai
L (tabe l) 0,05 0,05 0,05 0,05
Berdistrib usi Normal
Lhitung = 0, 358 > Ltabel = 0, 308. Maka dapat disimpulkan bahwa data new
Uji homogenitas diperlukan untuk uji
environmental
pada
kesamaan atau perbedaan varians atau
masyarakat wanita dengan kemampuan
penyebaran dari beberapa kelompok
pengelolaan tata ruang permukiman
data. Jika penyebarannnya sama maka
bantaran sungai rendah berdistribusi
artinya data bersifat homogen. Uji ini
normal karena Lhitung < L tabel.
dilakukan dengan uji Bartlett yang
Pengujian normalitas data di atas
kelompok datanya berdistribusi normal.
bahwa distribusi empat kelompok data
Uji homogenitas ini dilakukan dengan
tersebut terutama data yang secara
tujuan
langsung dianalisis dengan analisis
varians yang menjadi salah satu syarat
variansi dua jalur memenuhi asumsi
dalam melakukan uji T yang akan
normal
pengujian
dilakukan untuk mengethui seberapa
apabila Lhitung
jauh pengaruh satu variabel bebas
populasi
secara individual terhadap variabel
paradigm
dengan
kriteria
yang
berdistribusi
normal.Apabila hasil-hasil keseluruhan
mengetahui
tingkat
ragam
terikat. 12
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan p-ISSN: 2303-2332
Hasil
uji
Vol.6 No.1, Desember 2017 DOI : doi.org/10.21009/jgg.061.01
homogenitas
new
probabilitas
paradigm
pada
dismpulkan
environmental
0,05,
sehingga
dapat
data
new
bahwa
masyarakat pria dan wanita dengan
environmental
kemampuan pengelolaan tata ruang
masyarakat pria dan wanita dengan
permukiman bantaran sungai tinggi dan
kemampuan pengelolaan tata ruang
2
paradigm
pada
hitung
permukiman bantaran sungai tinggi dan
dengan uji Barlett sebesar 0,86 lebih
rendah merupakan data yang homogen
kecil dari 2tabel sebesar 7,815 dengan
karena 2 hitung< 2tabel.
rendah
menunjukan
bilai
Tabel 4. Hasil perhitungan ANAVA 2 JALUR
Tabel 3. Uji homogenitas dengan metode Bartlett Sampel
Dk
1/dk
Si2
log S2
A1B1
18
0.0556
17.3158 1.2384 22.2920
A1B2
18
0.0556
15.8012 1.1987 21.5764
A2B1
18
0.0556
21.5906 1.3343 24.0168
A2B2
18
0.0556
23.0936 1.3635 24.5428
Jumlah
72
0.2222
77.8012 -
Pengujian homogenitas
(dk) log S2
92.4280
menunjukan
bahwa data-data tersebut dari populasi yang
homogen.
Dengan
dk
JK
Antar kelompok
3
457.1 152.368 05
Dalam kelompok
72
1,819 25.271 .526
Kolom (A)
1
Baris (B)
jalur terpenuhi, yakni data berdistribusi normal dan homogen. hipotesis
penelitian
RJK
F hitung
6.029
* *
229.2 229.263 63
9.072
* *
1
121.2 121.263 63
4.798
* *
Interaksi
1
106.5 106.579 79
4.217
* *
Jumlah
75
1,857 .53
demikian
persyaratan untuk analisis varian dua
Pengujian
Sumber Variansi
F tabel
2.732
4.066
3.968
6.985
ns
= non Signifikan ** = Signifikan ** = Sangat Signifikan
dilakukan dengan analisis varians 2 jalur
(ANAVA
untuk
Berdasarkan pemaparan data dan hasil
hipotesis pertama, kedua dan kelima.
pengujian hipotesis secara statistik
Untuk hipotesis ketiga dan keempat
dapat
dilakukan uji dua kelompok dengan
:Hasil
menggunakan
Hasil
menunjukkan
jalur
perbedaan yang signifikan pada new
perhitungan
dua
uji
jalur)
Tukey.
ANAVA
dua
disajikan dalam tabel berikut:
disimpulkan uji
environmental
sebagai
berikut
hipotesis
pertama
bahwa
terdapat
paradigm
yang
dipengaruhi kemampuan pengelolaan
13
tata ruang dengan mendapatkan hasil
disebabkan
Fhitung= 42,407>Ftabel=4,06 pada taraf
sebagai kepala keluarga yang akan
signifikansi α = 0,05. kemampuan
memberikan dominasi dalam kegiatan
pengelolaan tata ruang permukiman
pngelolaan tata ruang permukiman
bantaran sungai mempunyai Seseorang
bantaran sungai.
memiliki
Hasil penelitian diperoleh ditemukan
kemampuan
dalam
oleh
peranan
laki-laki
pengelolaan tata ruang permukiman
perbedaan
bantaran sungai dengan melakukan
environmental
kegiatan:
kelompok masyarakat laki-laki yang
a)
keserasian,
keterpaduan;
keselarasan,
b) dan
signifikan
memiliki
new
paradigm
kemampuan
pada
pengelolaan
keseimbangan; c) keberlanjutan; d)
permukiman bantaran sungai tinggi dan
keberdayagunaan
dan
kemampuan pengelolaan permukiman
keberhasilgunaan; e) keterbukaan; f)
bantaran sungai rendah. Seperti yang
kebersamaan
g)
telah dikemukakan di atas bahwa laki-
pelindungan kepentingan umum; h)
laki cenderung lebih memperhatikan
kepastian hukum dan keadilan; dan i)
lingkungan dibandingkan perempuan,
akuntabilitas.
maka
dan
kemitraan;
Oleh
karena
itu,
pengaruh
kemampuan
seseorang yang memiliki kemampuan
pengelolaan
pengelolaan tata ruang permukiman
sungai
bantaran sungai, ditunjukkan dengan
mendorong
kemampuan seseorang yang tetap atas
paradigm. Dengan kata lain, laki-laki
tujuan yang hendak dicapainya.
yang mempunyai new environmental
Hasil uji hipotesis kedua, menunjukkan
paradigm
bahwa
yang
dibandingkan dengan yang memiliki
signifikan pada new environmental
new environmental paradigm rendah.
paradigm yang dipengaruhi gender.
Laki-laki mempunyai peran penting
Dalam hasil penelitian ini diketahui
sebagai kepala rumah tangga dalam
bahwa masyarakat dengan gender laki-
keluarga
laki
environmental
melindungi keluarga, sehingga laki-laki
paradigm yang lebih baik dibandingkan
berusaha mengambil langkah-langkah
dengan gender perempuan.
yang tepat untuk menjaga lingkungan
terdapat
memiliki
memiliki daripada
perbedaan
new
kemampuan perempuan.
Laki-laki
lebih Hal
tinggi ini
di
permukiman
sangat
bantaran
berpengaruh new
tinggi
untuk
sekelilingnya.
dalam
environmental
lebih
menjaga
Jenis
baik
dan
kelamin
merupakan identitas secara biologis
14
manusia dilahirkan terdiri dari jenis
tata ruang pemukiman bantaran sungai
kelamin laki-laki atau perempuan. Jenis
yang tinggi dengan yang rendah.
Kelamin adalah status yang dianggap
Uji
seseorang berasal karena dilahirkan.
terdapat
Hasil penelitian diperoleh ditemukan
kemampuan pengelolaan tata ruang
perbedaan
new
permukiman
pada
gender terhadap new environmental
signifikan
environmental
paradigm
hipotesis,
ditemukan
bahwa
hubungan interaksi
bantaran
sungai
paradigm
memiliki kemampuan pengelolaan tata
ANAVA dua jalur.
ruang permukiman bantaran sungai
Secara keseluruhan diketahui bahwa
tinggi dan kemampuan pengelolaan tata
ditemukan
ruang permukiman bantaran sungai
environmental
rendah. Hal ini karena gender pria
masyarakat
dikonstruksikan secara sosial budaya
pengelolaan tata ruang permukiman
untuk
dan
bantaran sungai tinggi dan kemampuan
memelihara dalam keluarga, sehingga
pengelolaan tata ruang permukiman
cenderung menjaga lingkungan untuk
bantaran sungai rendah. Ditambah lagi,
kepentingannya. Ditambah lagi, gender
diperkuat dengan adanya perbedaan
wanita
dikonstruksikan
bersifat
new environmental paradigm pada
feminim
yang
secara
gender laki-laki dan gender perempuan.
perasaan
berdasarkan
pengetahuan
Dengan demikian paradigma manusia
yang
dimiliki,
menjaga
bertindak
sehingga
analisis
dan
kelompok masyarakat perempuan yang
bersikap
pada
antara
perbedaan paradigm dengan
hipotesis
new pada
kemampuan
new
yang terdiri dari gender laki-laki dan
environmental paradigm dipengaruhi
perempuan yang berkaitan dengan pola
oleh pengetahuan dari masing-masing
pikir dan tindakan yang berhubungan
individu. Oleh karena itu, kemampuan
dengan lingkungan yang selalu terkait
pengelolaan tata ruang permukiman
dengan antroposentris dan ecosentrism,
bantaran sungai
antroposentris
tidak berpengaruh
biasanya
berkaitan
signifikan terhadap new environmental
dengan pola pikir dan tindakan yang
paradigm pada gender wanita.
anti lingkungan, sedangkan ecosentris
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
merupakan pola pikir dan tindakan pro
diduga
lingkungan.
terdapat
perbedaan
new
environmental paradigm perempuan yang memiliki kemampuan pengelolaan 15
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan hasil penelitian, bahwa terdapat perbedaan new environmental paradigm antara masyarakat yang memiliki kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai tinggi dan kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran
sungai
perbedaan
rendah.
new
Terdapat
environmental
paradigm masyarakat bergender lakilaki
maupun
perempuan.
pengaruh interaksi
Terdapat
yang signifikan
antara kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai dan gender terhadap new environmental paradigm, dan terdapat interaksi antara kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman
bantaran
sungai
dan
gender terhadap new environmental
Hal ini dapat disimpulkan bahwa new environmental paradigm masyarakat dapat dipengaruhi melalui kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai dan gender. Namun jika
paradigm
new
ingin
environmental ditingkatkan,
kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman gender
bahwa kemampuan pengelolaan tata ruang permukiman bantaran sungai (aktif dan efektif) pemerintah dapat mengarahkan
dan
mempengaruhi
masyarakat yang akan berdampak baik melalui
partisipasi
pengelolaan
dalam
lingkungan.
kegiatan Sehingga
pemenuhan regulasi yang mendorong pengurang resiko berdampak
lingkungan
peningkatan
akan
perbaikan
kualitas lingkungan dalam mendukung normalisasi sungai. Kemampuan pengelolaan tata ruang pemukiman bantaran sungai adalah kapasitas individu untuk mewujudkan berbagai
tugas
dalam
pekerjaan
pengelolaan tata ruang pemukiman bantaran sungai yang diukur melalui Instrumen dari variabel yang di susun
paradigm.
demikian,
penelitian ini memberikan implikasi
bantaran
dapat
sungai
diambil
pertimbangan masing-masing.
dan dalam
berdasarkan kisi-kisi dengan dimensi: a) keterpaduan; b) keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c) keberlanjutan; d) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e) keterbukaan; f) kebersamaan dan kemitraan; g) pelindungan kepentingan umum;
h)
kepastian
hukum
dan
keadilan; dan i) akuntabilitas. Berdasarkan
kesimpulan,
implikasi
penelitian di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: Pemerintah
Provinsi
Bagi Institusi DKI
Jakarta. 16
Untuk mencapai new environmental paradigm, diharapkan mengarahkan, memotivasi
dan
memperlihatkan
perilaku kepada masyarakat yang dapat meningkatkan kepedulian lingkungan. Dibutuhkan dengan
kinerja
dan
dimensi
komitmen
sungai
yang
tinggi
dari
seluruh masyarakat sekitar bantaran sungai
agar
dalam
menjalankan
program mengembalikan fungsi sungai dalam
rangka
pembangunan
berkelanjutan dapat dicapai.
Dengan penelitian ini, beberapa temuan penelitian belum memenuhi hipotesis penelitian, melanjutkan
maka penelitian
diharapkan ini
dengan
pengembangan butir instrumen dan penambahan jumlah sampel penelitian. Peneitian ini merupakan awal untuk melihat konsep new environmental paradigm
yang
American Psychological Association. 2011.Definition of Term : Sex, Gender Identity, Sexual Orientaion.
kemampuan
bpengelolaan tata ruang permukiman bantaran
Ali, Muhidin Sambas. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
dilakukan
pada
masyarakat sekitar bantaran sungai, yang selama ini penelitian banyak mengaitkan konsep new environmental paradigm pada dunia pemerintahan. DAFTAR PUSTAKA Adisasmata, Rahardjo H. 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan. Yogyakarta: Graha Ilmu,
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Barter, Nick and Jan Bebbington. Environmental Paradigms and Organisations with an Environmental Mission. International Journal of Innovation and Sustainable Development, 2012 Vol.6, No.2, pp.120 – 145. Best, John W. 1982. Research in Education. New Delhi: Prentice Hall of India Private Limited. Burn,
Shawn Meghan et.al.2012. Gender, Ethnic Identity, and Environmental Concern in Asian Americansand European Americans. Journal Research in Human Ecology.
Chayaripura, Ery.1997. “Makalah Manajemen Pembangunan Kota yang berwawasan lingkungan” dalam majalah Himpunan Karangan Ilmiah di bidang Perkotaan dan Lingkungan. Jakarta: KPPL Wilayah Jabodetabe. Dirjen Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di Indonesia, Tinjauan Teoritis Praktis, 2008. 17
Ditjen
Bangda Depdagri, Ruang Terbuka Hijau Kota (Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), Seminar Aktualisasi dan Pembinaan RTHK. Jakarta: Ditjen Bangda Depdagri, 1994.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dye, Thomas R. Understanding Public Policy, Elevent Edition. New Jersey: Pearson Printice Hall, 2005.
Kodoatie, Robert J. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta: ANDI 2013. Kilbourne, William E. et.al. The role of the dominant social paradig minenvironment alattitudes A multinational examination. Journal Human EcologyReview, Vol. 16, No. 2. 2009.
Hadi, Sudharto P. Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup. Jendela Edisi13 Oktober, 2008.
_______. & Michael J. Polonsky. Environmental Attitude sandtheir Relation to the Dominant Social Paradigm Among University Students In New Zealandand Australia. Australasian Marketing Journal 13 (2), 2005, h. 38.
Jhonson, Joy L., Robin Repta, Sex and Gender, Beyond the Binaries. USA: SAGE Publications, Inc., 2012.
Lester. James P. and Joseph Stewart, Jr. Public Polcy: An Evolutionary Approach. Belmont: Wadswort, 2000.
Kannan, A. Rajamohan M.. Factors Influencing Organisational Climate In A Textile Mill. International Journal of Management and Social Science. 2014. Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1996. Kajian
Akademis Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Jakarta: Fokus Media, 2007).
Kennedy, Emily Huddart et.al. Why We Don’t “Walk the Talk”: Understanding the Environmental Values/Behaviour, International Journal Human Ecology Review, Vol. 16, No. 2, 2009.
Lewis, Burt Rendal. Influence of the Dominant Social Paradigm on Consumer Environmental Attitudes, Valueand Behaviors, A Dissertation Submittedtothe Graduate Faculty of The University of Georgia, 2009, https://getd.libs.uga.edu/pdfs/le wis_burt_r_200905.23_phd.pdf ,(diakses 20 Mei 2014). Linsey, Linda L.2011. The Sociology of Gender: Theoretical Perspectives and Feminist Frameworks. USA: Pearson Education. Madu, B. C., & Akobi, Thomas Ogbeche, A Path Analysis of Parental Socio-Economic status and Home Education Environment on Students’ Academic Achievement in the 18
Secondry Schools in Benue State, Nigeria. International Journal of Humanities and Social Science, 2014. Maryati, Yatti. Intensitas Pencemaran Organik pada Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Bogor: PPs IPB, 1999. Moeleong, Lexy. J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Muliyono Sadyohutomo, Manajemen Kota dan Wilayah, Realita dan Tantangan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). Notohadiprawiro, T. Tanah, Tataguna Lahan dan Tata Ruang dalam AMDAL. Yogyakarta: PPLHUGM, 1988. Nugroho, Riant D. Public Policy. Jakarta: Penertbit Elex Media Kompetindo, Kelompok Gramedia, 2008. _______, Kebijakan Publik, untuk Negara-Negara Berkembang, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Poston, Dudley L. Jr., and Leon F. Bouvier. Population and Society: An Introduction to Demography. New York: Cambridge University Press, 2010. Robbins, Stephen P. and Timoty A. Judge. Organisational Behavior. fifteenth edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc,. 2012. Rowland, David L. LucaIncrocci. Handbook of sexualand gender identity disorders. New Jersey: John Wiley & Sons, 2008. Salmah, Sjarifah. Penataan Bantaran Sungai Ditinjau dari Aspek Lingkungan. Jakarta: Trans Info Media, 2010. Setyadi, Iwan Tritenty. 2005. Evaluasi Implementasi Proyek Inovasi Manajemen Perkotaan Pekerjaan Pemberdayaan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima Kota Magelang. Tesis. Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah Mada.
Oakley. Sex, Gender and Society. London: Temple Smith, 1972.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business A Skill-Building Approach. New York: John Wiley & Sons.
Parpart, Jane L. Patricia, & Eudine Berriteau. Theoretical Perspectives on Gender and Development. Canada: National Library of Canada, 2000.
Sugandhy, Aca. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Uatama.
Perda No. 6 Tahun 1999 DKI Jakarta tentang RTRW Khusus Ibu Kota Jakarta. Jakarta: Pemda DKI,1999.
Supriyatno, Budi. 2009. Manajemen Tata Ruang. Jakarta: CV. Media Brilian. Sutanta, Hari. “Berita Bencana Alam dan Lingkungan, Alih Fungsi 19
Lahan sebabkan Jakarta”.
Banjir
di
Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007. Jakarta: Sinar Grafika 2008. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Negara LH, 1997. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2000. Metodologi Penelitian Sosial: Penelitian Evaluatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Viswewaran, Kamala. 2001. The Common Destiny of Un/common Cultures. Durham: Vincenzo Romania, University Press. Wibawa, Samodra., Yuyun Purbokusumo dan Agus Pramosinto. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
20