PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus KPP Pratama Kramat Jati) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Arsinawati Nim : 205082000249
Dibawah bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 196902032001121003
Rahmawati, SE, MM NIP: 197708142006042003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M i
Hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Tiga Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Nama Arsinawati NIM 205082000249 dengan judul skripsi: “PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Memperhatikan Penampilan Mahasiswa Tersebut Selama Ujian Berlangsung, Maka Skripsi ini Sudah Dapat Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rini, SE, Ak, MSi Ketua
Yusroh Rahma, SE, M.Si Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Arsinawati
2. Tempat/ tanggal lahir
: Kuntu / 01 Maret 1987
3. Alamat
: Jl. Buluh 007/016 No. 28 Cililitan Kramat Jati, Jakarta Timur
4. Telepon
: (021) 8091050 / 081219055822
II. PENDIDIKAN 1. SD
: Negeri 047 Riau
1999
2. SMP
: Negeri 04 Riau
2002
3. MAN
: Negeri 06 Jakarta
2005
4. SI
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Yahya
2. Tempat & Tgl Lahir
: Riau, 17 Juli 1948
3. Alamat
: Komplek Dokagu UIR blok B No. 36 Marpoyan Pekan baru (Riau)
4. Ibu
: Hj. Nurwailis
5. Tempat & Tgl Lahir
: Riau, 3 Desember 1949
6. Alamat
: Komplek Dokagu UIR Blok B No. 36 Marpoyan Pekan baru (Riau)
7. Telepon
: 081378742860
8. Anak ke dari
: 4 dari 4 saudara
iii
Influence of Intelligence Ability, Emotional Quotient and Spiritual Quotient of Fiskus’s Ethics By Arsinawati ABSTRACT This study aims to analyze the influence of intelligence ability of fiskus’s Ethics, the influence of emotional quotient of fiskus’s ethics, the influence of spiritual quotient of fiksus’s ethics and the influence of intelligence ability, emotional quotient, and spiritual quotient simultaneously on the fiksus’s ethics. The focus variables of research are intelligence ability, spiritual quotient, spiritual quotien as independent variables and fiskus’s ethics as a bound variable. This study using questionnaire instruments as 50 respondents. While the methods for data analysis and hypothesis testing using SPSS author of 12 versions. From the results of this study can be seen that intelligence ability and emotional quotient does not significantly impact to fiskus’s ethics, but spiritual quotient does significantly impact the fiskus’s ethics. Keyword: Intelligence Ability, Emotional Quotient, Spiritual Quotient, Ethics.
iv
Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus Oleh Arsinawati
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis fiskus, pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus, dan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap sikap etis fiskus. Variabel yang menjadi focus penelitian adalah kemampuan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual sebagai variabel bebas dan sikap etis fiskus sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan instrument kuisioner sebanyak 50 responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan program SPSS versi 12. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan dengan sikap sikap etis fiskus, tetapi kecerdasan spiritual yang berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus. Kata kunci: kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, sikap etis
v
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyanyang, pemilik bumi, langit serta isinya, yang menurunkan Al quran petunjuk hidup yang sempurna bagi seluruh manusia. Dan berkat rahmatnya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus (Studi Kasus Pada KPP Pratama Kramat Jati)”. Salam serta shalawat atas nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul yang diutus yang sebaik-baik agama dan umatnya bagi seluruh alam. Semoga kita semua dapat petunjuk dari ajarannya selalu amin. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syaratsyarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Allah SWT atas segala rahmat dan hidaya-nya atas segala petunjuk dan ilmunya atas segala pelajaran dan pengajaran hidup, atas segala sejarah dimana diri ini menjadi tahu untuk berpijak, serta kasih sayang untuk hambanya yang tak pernah habis dan Rasulullah SAW atas segala perjuangan dan keteladannya sehingga diri ini tahu seperti apa. 2. Kedua orang tuaku tercinta omak dan ayah, terima kasih telah mengorbankan materi dan non materi peluh demi kami, waktu, dan sabar telah mendidik kami. 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi 4. Rahmawati, SE, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan perhatian dan waktunya untuk membantu
penulis
memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
5. Para dosen penguji ujian komprehensif yaitu Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku penguji ahli, Rini, SE, Ak, MSi selaku ketua, dan Yusro Rahma, SE,M.si selaku sekretaris. Terima kasih atas bantuannya. 6. Seluruh dosen dan staf administrasi, staf perpustakaan, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimah kasih atas bantuan, kemudahan dan pelayanan yang diberikan selama penulis menjalankan kuliah. 7. Untuh Bapak Kuswino selaku ketua staf KPP Pratama Kramat Jati yang telah membantu menyebar kuisioner, terima kasih atas bantuannya dan waktunya. Bu Ira yang telah membantu menerima penulis agar dapat melakukan riset di KPP Pratama Kramat Jati, terima kasih atas kesempatannya. Dan semua staf aparat pajak yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner. 8. Semua teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2005 yang telah memberikan berjuta-juta kenangan selama menjalankan kuliah dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. 9. Teman-teman Seperjuangan, buat ka seli dan ka ani terimah kasih atas kesabarannya dalam memberikan ilmu dan, dan keluarga istisyhaad (nadiya, anahe, jumi, cut, leni, khadijah, silvi, yuyun). Tentunya dalam penulis skripsi ini, masih banyak kekurangannya, karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun, demi terciptanya gairah keilmuan ini. Sedikit banyaknya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Ciputat, 1 Juni 2010
(Arsinawati)
vii
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Pengesahan ...........................................................................................
i
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .....................................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .......................................................... iii Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ iv Abstract ..............................................................................................................
v
Abstrak ............................................................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................ ix Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii Daftar Gambar .................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ................................................................................................. xv BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak....................................................................
9
2. Pengertian Etika .................................................................... 12 3. Kendala Penindakan Hukum Terhadap Fiskus .................... 15 viii
4. Etika Pegawai........................................................................ 17 5. Penagihan Pajak .................................................................... 20 6. Syarat Pemungutan Pajak...................................................... 21 7. Sistem Pemungutan Pajak.………………………………… 22 8. Asas-Asas Pemungutan Pajak .............................................. 23 9. Intelegensi ............................................................................. 24 10. Kemampuan Intelektual ........................................................ 25 11. Kecerdasan Emosional .......................................................... 26 12. Kecerdasan Spiritual ............................................................. 28 B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................... 31 C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 32 D. Hipotesis ..................................................................................... 33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 34 B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 34 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 35 D. Metode Analisi Data ................................................................... 36 1. Uji Kualidata Data................................................................. 36 a. Uji validitas .................................................................... 36 b. Uji Realibilitas ................................................................ 36 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 37 c. Uji Formalitas ................................................................. 37 d. Uji heteroskedastisitas..................................................... 37 ix
e. Uji Multikolonieritas....................................................... 38 3. Uji hipotesis ......................................................................... 38 f. Koefesien Determinasi (R2) ............................................ 38 g. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) ....................... 39 h. Uji Parameter Individual (Uji statistik t)......................... 39 E. Operasional Variabel Penelitian.................................................. 40 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta Kramat Jati ............................................................................ 44 2. Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati ............................... 45 3. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi KPP Pratama Kramat Jati ............................................................................ 46 4. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati ......... 47 B. Hasil Analisis Deskriptif ............................................................. 49 C. Uji Statistik Data, Pengolahan Data dan Pembahasan 1. Uji Kualitas Data................................................................... 51 a. Uji validitas ..................................................................... 51 b. Uji Realibilitas ................................................................ 55 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 57 a. Uji Normalitas................................................................. 57 b. Uji Heteroskesdatisitas.................................................... 57 c. Uji Multikolonieritas....................................................... 58 x
3. Uji hipotesis a. Koefisien Determinasi (R2) ............................................. 59 b. Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................... 60 c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) ........................ 61 d. Analisis Regresi Berganda .............................................. 63 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................ 66 B. Implikasi ..................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69 LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 31
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian............................................... 41
Tabel 4.1
Profil Responden Berdasarkan Usia ........................................ 50
Tabel 4.2
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 50
Tabel 4.3
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............... 51
Tabel 4.4
Uji Validitas Kemampuan Intelektual...................................... 52
Tabel 4.5
Uji Validitas Kecerdasan Emosional ....................................... 52
Tabel 4.6
Uji Validitas Kecerdasan Emosional Loc 3,4 dan 6 di Keluarkan ............................................................................ 53
Tabel 4.7
Uji Validitas Kecerdasan Spiritual........................................... 54
Tabel 4.8
Uji Validitas Sikap Etis Fiskus ................................................ 54
Tabel 4.9
Uji Reliabilitas Kemampuan Intelektual.................................. 55
Tabel 4.10
Uji Reliabilitas Kecerdasan Emosional.................................... 55
Tabel 4.11
Uji Reliabilitas Kecerdasan Spiritual ....................................... 56
Tabel 4.12
Uji Realibilitas Sikap Etis Fiskus............................................... 56
Tabel 4.13
Multikolonieritas ...................................................................... 59
Tabel 4.14
Model Summary....................................................................... 59
Tabel 4.15
ANOVA ................................................................................... 60
Table 4.16
Uji Statisti t .............................................................................. 61
Tabel 4.17
Uji Regresi Berganda ............................................................... 63 xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Gambar
2.1
Kerangka Pemikiran..............................................................
32
Gambar
4.1
Uji Normalitas.......................................................................
57
Gambar
4.2 Uji Heteroskedastisitas..........................................................
58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran Struktur Organisasi
Lampiran 2
Lampiran Kuisioner
Lampiran 3
Data Distribusi Responden
Lampiran 4
Hasil Output SPSS Reliability
Lampiran 5
Hasil Output SPSS Regression
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pajak merupakan komponen penting penerimaan Negara. Begitu besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan. Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dialokasikan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, mulai dari sektor pertanian, pertambangan, industri, perbankan, kesehatan, pendidikan, sampai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan demikian, betapa vitalnya sektor pajak dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan suatu bangsa dan dalam menjamin bergulirnya pemerintahan. Oleh karena itulah, sektor pajak harus benar-benar dikelola dengan manajemen yang baik yaitu pengelolaan yang berbasis ketransparan, kejujuran, akuntabilitas dan juga dilengkapi dengan etos kerja yang tinggi dari pihak fiskus. Terkuaknya
makelar
kasus
pajak
di
Ditjen
Pajak
melalui
pengungkapan mafia pajak yang diduga melibatkan Gayus Tambunan, pegawai golongan III A di lingkungan Ditjen Pajak, menimbulkan reaksi keras dari publik. Hingga kini, lebih dari 12.000 face bookers telah mendukung aksi penolakan pembayaran pajak (tax avoidance). Tak salah jika ada yang
1
berandai-andai, jika anggota staf golongan IIIA saja bisa korupsi lebih dari Rp 25 miliar. Terjadinya banyak penyimpangan yang dilakukan berbagai individu, sangat mempengaruhi etika yang memberikan dampak negatif yang sangat luas bagi berbagai elemen yang terlibat didalam perusahaan
bahkan
berdampak pada perekonomian suatu Negara. Selain itu dampak yang terjadi bukan hanya berimbas pada sektor ekonomi saja tetapi psikis serta kredibilitas fiskus itu sendiri, baik kepercayaan pelaku usaha, investor dan citra para fiskus itu dimata masyarakat. Pelaku penyimpangan di dunia pajak bukanlah orang-orang tingkat intelegensianya rendah, bahkan mereka adalah orangorang cerdas, yang mampu memanipulasi data, sehingga banyak orang percaya atas kelihaiannya dalam pencatatan data. Oleh karena itu sikap fiskus sangat penting dalam menentukan mengelola perpajakan, karena sekarang banyak pihak yang melanggar kode etik yang ada, lalu dimana etika yang seharusnya melekat pada aparat pajak (fiskus), padahal telah jelas mereka mengetahui standar kode etik aparat pajak yang ada. lalu mengapa kecerdasan mereka tidak membawa mereka membuat sistem atau hasil kinerja yang baik, malah membawa dampak negatif luas, lalu seberapa besar pengaruh kemampuan intelektual terhadap etika mereka sebagai seorang pemungutan pajak (fiskus). Hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat tentang kecerdasan emosional menjelaskan bahwa apa yang diinginkan oleh pemberi kerja tidak hanya ketampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan dasar untuk
2
belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya adalah kemampuan mendengar dan berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan memberi
kontribusi
terhadap
perusahaan.
Seseorang
yang
memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya. Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpindidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilain baru, saat ini begitu banyak orang berpindidikan dan tampak begitu menjanjikan, namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual mereka. Memasuki abad 21, paradigma yang beranggapan bahwa IQ (Intelegent Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga dijadikan parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja Sumber Daya Manusia, digugurkan oleh munculnya konsep atau paradigma kecerdasan lain yang ikut menentukan terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Hasil survei statistik dan penelitian yang dilakukan, yang ditulis
3
oleh Krugman dalam artikel “On the road on Chairman Lou”( The New York Times26/6/1994), Menyebutkan bahwa IQ ternyata sesungguhnya tidak cukup untuk menerangkan kesuksesan seseorang (Fathul, 2007). Jadi, selain IQ (kemampuan intelektual) dibutuhkan juga EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual) untuk dapat berhasil dan sukses dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan dalam bekerja dan itu berpengaruh terhadap sikap etis, seorang fiskus yang memiliki pemahaman atau kecerdasan emosi dan tingkat religiusitas yang tinggi akan mampu bertindak atau berprilaku etis dalam profesi dan organisasi. Kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Ia juga tidak mempertentangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang bersifat emosional, ia
berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara
emosi dan akal (Fathul, 2007). Tanpa adanya pengendalian atau kematangan emosi (EQ) dan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa (SQ), sangat sulit bagi fiskus untuk bertahan dalam menghadapi tekanan frustasi, stress, menyelesaikan konflik yang sudah menjadi bagian atau risiko profesi, dan memikul tanggung jawab
4
seperti apa yang disebutkan dalam pedoman kode etik perpajakkan, serta untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Hal tersebut akan
berpengaruh
terhadap
hasil
kinerja
mereka
atau
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, kecurangan dan manipulasi terhadap tugas yang diberikan. Karena seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan mampu untuk mengetahui serta menangani perasaan mereka dengan baik, mampu untuk menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Selain itu juga seseorang fiskus yang memiliki pemahaman atau kecerdasan emosi dan tingkat religiusitas yang tinggi akan mampu bertindak atau berperilaku dengan etis dalam profesi. Karena itulah perlu adanya perubahan akan makna dalam sistem pemerintahan, dalam menyikapi makin beratnya tantangan di era globalisasi dan dalam rangka membentuk pribadi yang berkualitas dan memiliki etos kerja yang tinggi. Sehingga peran lembaga pendidik termasuk perguruan tinggi sebagai pencetak Sumber Daya Manusia dalam perusahaan dan perpajakan yang di pemerintahan diharapkan mampu mengangkat nilai-nilai: kejujuran, komitmen, amanah, integritas, bertanggung jawab, keyakinan terhadap sifat-sifat Tuhan YME dan keteguhan hati merupakan bagian pengajaran yang diberikan kepada para fiskus. Berbagai penelitian tentang etika baik etika profesi fiskus maupun etika bisnis memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang (dalam hal ini aparat pajak,
5
mahasiswa, manajer, karyawan, dan salesmen) yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu: 1)Aspek individual; 2) Aspek organisasional; dan 3) Aspek lingkungan. Penelitian ini difokuskan pada aspek individual yang mempengaruhi sikap etis fiskus di KPP jakarta. Penelitian ini dimotovasi oleh penelitian Afria Lisda (2009), yang menunjukkan intelektual, religiusitas dan EQ sebagai faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang. Dengan demikian, penelitian yang berfokus pada aspek individual ditekankan pada dimensi kemampuan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) sebagai faktor yang mempengaruhi sikap etis fiskus. Penelitian ini pada dasarnya merupakan replikasi dari penelitian Afria Lisda (2009) yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Sarta Dampaknya Kinerja (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik)”. Peneliti tertarik untuk mereplikasi penelitian tersebut karena masalah tentang sikap etis aparat pajak (fiskus) menjadi sesuatu yang sangat menarik saat ini, apalagi jika dikaitkan dengan masalah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Terdapat
perbedaan
antara
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya, perbedaan-perbedaan tersebut antara lain: 1.
Responden penelitian. Responden penelitian sebelumnya adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP), sedangkan penelitian ini
6
2
Tempat penelitian. Tempat penelitian pada penelitian sebelumnya di KAP yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan pada penelitian ini adalah di KPP Kramat Jati.
3
Jumlah variabel dependen. Penelitian sebelumnya hanya terdiri dua variabel dependen yaitu variabel perilaku etis auditor dan kinerja auditor, sedangkan dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen, yaitu sikap etis fiskus. Oleh
karena
peneliti
tertarik
meneliti
bagaimana
pengaruh
Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Fiskus, yang akan menjadi penerus estafet kinerja para pemerintah perpajakan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap sikap etis fiskus? b.
Apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara simultan terhadap sikap etis fiskus?
7
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengenalkan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus. b. Mengenalkan pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan terhadap sikap etis fiskus. 2. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya: a. Memberikan masukan bagi dunia akademis (khususnya dalam bidang pendidikan perpajakan) dalam mendidik dan mendiskusikan mengenai pentingnya kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bagi para mahasiswa, sebagai fiskus dalam menjalankan tugas pemerintah perpajakkan di masa yang akan datang lebih baik. b. Sebagai sarana informasi bagi masyarakat tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang dapat memberikan kontribusi positif untuk pengembangan dan perbaikan diri ke arah yang lebih baik. c. Memberikan
informasi
bagi
responden
mengenai
pentingnya
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, sehingga mereka dapat mengembangkan dan melatih kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara mandiri sebagai bekal yang dalam melakukan pekerjaan .
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 Pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UndangUndang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak). Ilyas dan Burton (2007:5) mengutip beberapa pengertian pajak dari Santoso Brotodihardjo, S.H., dalam bukunya “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” mengemukakan beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: a. Feldmann Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkan
9
secara umum), tanpa adanya kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. b. M.J.H. Smeets Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Smeets mengakui bahwa definisinya hanya menonjolkan fungsi budgeter saja, baru kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada definisinya. c. Soeparman Soemahamidjaja Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-orma hukum, guna menutup biaya-biaya prduksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Ia mencantumkan istilah iuran wajib dengan harapan terpenuhinya ciri bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib Pajak, sehingga perlu juga dihindari penggunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya ia berpendapat terlalu
berlebihan
kalau
khusus
mengenai
pajak,
ditekankan
pentingnya unsur paksaan karena dengan mencantumkan unsur paksaan seakan-akan tidak ada kesadaran bagi masyarakat untuk melakukan kewajibannya.
10
d. Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat menunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Rochmat Soemitro menjelaskan bahwa unsur “dapat dipaksakan” artinya bahwa bila utang pajak tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan mengeluarkan Surat Paksa dan melakukan penyitaan bahkan bisa dengan melakukan penyanderaan. Sedangkan terhadap pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang melekat pada ciri-ciri pajak, yaitu: 1. Sifatnya dapat dipaksakan. 2. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang. 3. Pemungutan pajak dapat dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat/daerah. 4. Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik. 5. Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dirasakan oleh si pembayar pajak. 6. Pajak
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah bagi kepentingan masyarakat umum. Secara umum pemahaman terhadap etika dapat diartikan sebagai suatu refleksi dari
11
suatu kumpulan kepercayaan yang terdapat dalam diri individu tentang benar dan salah. Sedangkan pengertian secara kontekstual, pemahaman 2. Pengertian Etika Etika merupakan kepercayaan yang ada dalam diri individu yang merefleksikan kepercayaan etika yang lebih spesifik tentang dan dalam konteks perilaku kepatuhan pajak (Henderson; 2005). Riset awal yang menguji peran etika dalam kepatuhan pajak diteliti oleh Schwartz dan Orleans (1967) yang berfokus pada aspek komitmen sosial terhadap kepatuhan pajak. Jackson dan Milliron (1986) selanjutnya mengembangkan riset ini dengan mencoba mendefenisikan etika dalam dua pengukuran yaitu orientasi etika dan evaluasi etika. Orientasi etika mengarah pada pengertian etika secara umum atau lebih dikaitkan dengan teori–teori psikologi tentang konsistensi antara tindakan dan kepercayaan yang dimiliki (Lindzey; 1985). Sedangkan pengertian evaluasi etika lebih terfokus pada pengertian etika secara kontekstual yaitu menghubungkan sikap individu dan kepercayaan yang bisa saja berbeda tergantung dari situasi yang dihadapi (misalnya ketidakpatuhan pajak dapat dibedakan dengan bentuk kriminal lainnya). Grasmick dan Green (1980), Grasmick dan Scott (1982), Kaplan dan Reckers (1985) serta Reckers dkk. (1994), mendefinisikan etika dalam konteks perilaku ketidakpatuhan pajak sebagai sesuatu yang secara moral adalah salah atau tidak bermoral. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara etika dan kepatuhan pajak, sedangkan
12
riset yang menunjukkan hasil negatif ditunjukkan oleh Webley dan Eidjar (2001). Riset yang dilakukan oleh Ghosh and Terry (1996) mendefinisikan etika sebagai perasaan apakah seseorang akan melakukan manipulasi untuk mencapai tujuannya yang dalam hal ini dikontekskan sebagai ketidakpatuhan pajak yang disengaja membuktikan bahwa seseorang yang memiliki standar etika yang tinggi serta memiliki kemungkinan diaudit akan memiliki ketidakpatuhan yang rendah dan sebaliknya. Riset yang menggunakan etika untuk memprediksi kepatuhan pajak
secara
spesifik
dilakukan
oleh
Henderson
(2005)
yang
menginvestigasi effek dari orientasi etika dan evaluasi etika membuktikan bahwa orientasi etika mempengaruhi etika evaluasi dan selanjutnya secara positif mempengaruhi kepatuhan pajak. Riset ini mencoba membangun suatu model yang menggambarkan hubungan langsung maupun tidak langsung antara orientasi etika, evaluasi etika dan kepatuhan pajak. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya perilaku individu berperan dalam menentukan keputusan yang akan diambil berkaitan dengan kepatuhan pajak. Lembaga pajak secara sistimatik dapat mempengaruhi moral atau etika pajak sehingga para pembayar pajak secara sukarela bersedia membayar pajak. Pada dasarnya terdapat kontrak psikologis antara pembayar pajak dan lembaga pajak dalam hal menetapkan perubahan
13
fiskal tercakup didalamnya loyalti dan etika antara pihak-pihak yang melakukan kontrak Feld dan Frey (2005). Teori etika seperti teori teological memberikan pemahaman mendasar tentang bagaimana individu membuat keputusan dan menyadari dengan sepenuhnya atas setiap konsekuensi yang akan diterima dari setiap keputusan yang dibuatnya. Dengan demikian pemahaman ini sesuai dengan keputusan individu yang berkaitan dengan keputusan kepatuhan pajak, karena setiap keputusan yang akan diambilnya baik patuh atau tidak memiliki konsekuensi yang harus diterima. Walaupun
terdapat
bukti-bukti
tentang
hubungan
antara
pemahaman etika dan perilaku kepatuhan pajak namun masih diperlukan suatu investigasi yang lebih mendalam antara hubungan antara evaluasi etika atau pemahaman etika dengan keputusan kepatuhan pajak. Dalam konteks kepatuhan pajak, etika evaluasi di bagi dalam tiga dimensi yaitu moral equity, relativism, contractualism, atau yang disebut dengan multidimensional ethics scale (MES). MES juga digunakan oleh Henderson (2005) dan membuktikan bahwa MES memiliki potensi untuk memberikan bukti terhadap keputusan kepatuhan pajak. Hal ini ditunjukkan dalam hasil risetnya yang membuktikan adanya hubungan positif dan signifikan antara evaluasi etika dan kepatuhan pajak. (http://www.scribd.com/doc/31267470/DISERTASI)
14
3. Kendala Penindakan Hukum Terhadap Fiskus Wewenang Dirjen Pajak sangat tinggi. fiskus yang menentukan potensi penerimaan pajak dan sekaligus yang bertugas merealisasikannya. Fiskus yang melakukan pemeriksaan pajak dan sekaligus mengadilinya. Aparat yang berhak menafsirkan bunyi UU Pajak (KUP, PPh, PPN) dan jika Wajib Pajak tidak setuju dengan perhitungan/penafsiran tersebut Surat Ketetapan Pajak, maka wajib pajak dipersilahkan mengikuti proses selanjutnya (keberatan, banding) dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala untuk melakukan penindakan hukum secara tegas kepada aparat Dirjen Pajak, yaitu: 1) Selama ada kecenderungan Dirjen Pajak berlindung dibalik Pasal 34 KUP yang menyebutkan pada intinyta petugas pajak dilarang memberikan informasi mengenai wajib pajak serta informasi lainnya mengenai pajak, ketika BPK, Itjen Depkeu (IBI), atau aparat penegak hukum mencoba melakukan penelitian awal atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi. Kondisi ini menyebabkan aparat sulit mencari bukti awal sebagai persyaratan untuk melakukan penyelidikan/ penyidikan. Namun sebenarnya jawaban atas kesulitan penyidikan ini juga terdapat dalam pasal 34 KUP ayat3 dan 4 di mana menteri keuangan dapat memberikan ijin tertulis yang merupakan akses untuk kepentingan penyidikan.
15
2) Selama terdapat hubungan yang bersifat saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara Fiskus dengan Wajib Pajak. Tentu saja yang dimaksud Fiskus dan Wajib Pajak di sini adalah oknum (tidak bisa digeneralisasi bahwa semua atau sebagian besar Fiskus dan Wajib Pajak melakukan hal yang sama. Sebagian besar wajib pajak lebih suka membayar pajak kepada Fiskus dibandingkan langsung ke negara. Artinya, sejumlah kecil kewajiban pajaknya dibayarkan ke negara, sedangkan sebagian yang lain dibayarkan ke Fiskus, dengan asumsi Wajib Pajak masih bisa menghemat pajak yang sebenarnya terutang ke negara. Sebagai businessman, wajib pajak cenderung menghindari konfrontasi dengan Fiskus karena sejarah menunjukkan bahwa dengan bermain aman bersama Fiskus. 3) Selayaknya markus (makelar kasus) di peradilan yang banyak diperankan pengacara, maka dalam konteks mafia pajak, yang bertindak sebagai perantara antara Fiskus dan Wajib Pajak adalah konsultan pajak. Di beberapa wajib pajak yang masih culun sering ditemui fee untuk konsultan pajak yang tidak wajar jumlah/nilainya. Fee inilah yang biasanya digunakan untuk bermain dengan Fiskus. Mekanisme suap secara tidak langsung seperti ini memang menyulitkan dalam proses pembuktian di pengadilan. 4) Sebagian besar Fiskus punya background sebagai akuntan/ sarjana hukum. Oleh karena itu, mereka sangat lihai bermain-main dalam mafia pajak dan bagaimana menyembunyikan harta hasil kekayaannya
16
Menurut komite pengawas perpajakkan (KPP) ada dua belas titik rawan praktek makelar kasus dan penyelewengan dirjen pajak, misalnya (proses pemeriksaan,penagihan dan pengadilan pajak), yaitu: 1. Proses pemeriksaan, penagihan, account representative, dan pengadilan pajak 2. Keberatan pajak 3. Banding pajak 4. Pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan pajak 5. Penuntutan 6. Persidangan 7. Wajib pajak bermain dengan konsultan pajak 8. Oknum pajak merangkap sebagai konsultan pajak 9. Oknum pengadilan pajak 10. Main melalui rekayasa akuntansi 11. Main melalui fasiltas pajak 12. Main melalui peraturan pajak 4. Etika Pegawai Pajak (Fiskus) 1.
Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain. Pegawai harus mengembangkan sikap kerja sama dan toleransi dalam melaksanakan tugas, yang meliputi: a. Saling menghormati antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan antar
17
pegawai maupun dengan pihak lain yang akan menimbulkan suasana kondusif dalam melaksanakan tugas b. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan
kepercayaan
masing-masing
sehingga
terbina
kerukunan antar pegawai c. Saling menghormati budaya dan adat istiadat orang lain sehingga terbina kerukunan antar pegawai maupun dengan pihak lain 2.
Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel a. Bekarja secara profesional meliputi yaitu: Integritas, yaitu ukuran kualitas moral pegawai yang diwujudkan dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara. Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan pegawai terhadap setiap ketentuan yang berlaku. Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan penguasaan atas bidang tugas pegawai sehingga mampu melaksanakan tugas secara efektif dan efisien b. Bekerja secara transparan, yaitu setiap pegawai bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian, kerahasiaan jabatan sesuai c. Bekerja secara akuntabel, yaitu pegawai harus bertanggung jawab dan bersedia untuk diperiksa oleh pihak yang berwenang atas
18
setiap keputusan atau tindakan yang diambil dalam rangka pelaksanaan tugas 3.
Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki direktorat jendral pajak a. Mengamankan data atau informasi Termasuk dalam pengertian data dan atau informasi adalah semua dokumen (hardcopy), media elektronik (softcopy), maupun data pada aplikasi portal DJP. Semua data dan informasi hanya digunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugas dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan b. Mengamankan used id dan password serta tidak membocorkan kepada pegawai dan atau pihak lain yang tidak berhak c. Memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan prosedur d. Tidak mengijinkan orang yang tidak berhak dalam ruangan kerja.
4.
Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya. Pelayanan prima merupakan nilai sikap dan perilaku setiap pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas terbaik.
5.
Menaati perintah kedinasan Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang ada hubungannya dengan kedinasan
19
6.
Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik rektorat jendral pajak DJP memiliki barang inventaris yang merupakan fasilitas bagi pegawai agar dapat menunjang pelkasanaan tugas dengan efektif dan efisien.
7.
Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertip kantor Pegawai berada ditempat kerja sesuai dengan ketentuan mengenai jam kerja dan menfaatkan jam kerja tersebut untuk melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Mentaati kententuan jam kerja agar tidak dipahami bahwa pegawai hanya berada ditempat kerja pada jam kerja yang ditentukan.
8.
Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajak
5. Penagihan Pajak Dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa menyatakan bahwa: “Penagihan pajak adalah serangkain tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan pengihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”. Dalam UU No.16 tahun 2000 disebutkan bahwa dasar penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan
20
Keberatan (SKK), Surat Putusan Banding (SPB), yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 6. Syarat Pemungutan Pajak Menurut Early (2005) Syarat Pemungutan Pajak, yaitu: a. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan) Sesuai dengan Tujuan Hukum Yakni
mencapai
keadilan
undang-undang
dan
pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam arti perundangan-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara adil dalam pelaksanannya, yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak (WP) untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan pajak. b. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis). Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya. c. Tidak Menganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi ataupun
perdangangan
sehingga
tidak
menimbulkan
kelesuan
perekonomian masyarakat.
21
d. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial) Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana Sistem pemungutan perpajakan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi dalam undang-undang perpajakan yang baru. 7. Sistem Pemungutan Pajak Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup sebagian dari pengeluaran-pengeluaran Negara sesuai dengan fungsi budgetair. System pemungutan pajak ini dapat dibagi menjadi: a. Official Assessment System System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri dari Official Assessment System ini adalah: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. 2) Wajib pajak bersifat pasif 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System System ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggunng jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
22
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri dari Self Assessment System ini yaitu: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. 2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk mendorong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 8. Asas-Asas Pemungutan Pajak Menurut Erly (2005) Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukan oleh Adam Smith dalam buku An Inquiri into the nature and cause of the Wealth of Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada: a. Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap pajak
23
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta. b. Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. c. Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan, sistem pemungutan pajak ini disebut Pay to You Earn. d. Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak. 9. Intelegensi, Pengertian intelegensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman-pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada faktor-faktor atau kondisi-kondisi baru kecerdasan. Lain halnya dengan intelektual, intelektual dalam Kamus
24
Besar Bahasa Indonesia berarti cerdas berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; yang mempunyai kecerdasan tinggi (cendekiawan); dan totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman (Depdiknas, 2007).
10. Kemampuan Intelektual Menurut Thoha (2000) kecerdasan intelektual (IQ) adalah kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir dan pengaruh didikan dan pengalaman. Robin (1996) kecerdasan intelektual (IQ) adalah kecerdasan numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan. Banyak diantara orang yang sebenarnya memiliki intelengensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam lingkungannya. Ini disebabkan karena misalnya, kekurangmampuan bergaul dengan orang lain dalam masyarakat atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurangnya adanya usaha untuk mencapainya. Sebaliknya ada pula seseorang yang sebenarnya memiliki intelengensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapatkan kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletan dan tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya. Azwar (2004) kecerdasan intelektual (IQ) adalah interprestasi hasil tes inteligensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk
25
mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang. Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilakukan, dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri. Kemampuan intelektual merupakan logika deduktif dan pemikiran abstrak, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dan sanggup menyelesaikan dilema etis. intelegent quotient (IQ) dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari kemempuan dengan katagori idiot sampai dengan jenius (Syaodih, 2005 dalam Sudrajat, 2008) ada tujuh dimensi yang membentuk kemampuan intelektual seseorang, yaitu: kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan preseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang,dan ingatan.
11. Kecerdasan Emosional Menurut Wibowo (2002) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagian dan kesejahteraan.
26
Menurut
Golemen
(2000)
kecerdasan
emosional
adalah
kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi. Menurut Goleman (2007) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu: a. Pengenalan diri (self awareness) Dimensi pertama adalah self awareness, artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi diri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri. b. Pengendalian Diri (self regulation) Dimensi kedua adalah self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru. c. Motivasi (motivation) Dimensi ketiga adalah motivation, artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan
sasaran
kelompok
atau
organisasi,
kesiapan
untuk
27
memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan. d. Empati (empaty) Dimensi keempat adalah empaty, yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan dan keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, costumer service, menciptakan kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok. e. Keterampilan Sosial (sosial skill) Dimensi kelima adalah sosial skill, artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemempuan persuasi, mendengar dengan terbuka, dan memberi kesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta time building.
12. Kecerdasan spiritual Kecerdasan spiritual atau SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marsal, 2002).
28
Definisi
kecerdasan
spiritual
yang
lebih
sesuai
dengan
perkembangan psikologi mutakhir dijelaskan oleh Sinetar menurutnya, kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektifitas yang terinspirasi, theisneis atau penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian (Sinetar, 2000 dalam Zohar dan Marsal, 2001). Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut (Zohar dan Marssal, 2002): a. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi. c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. e. Kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai. f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. g. Kecenderungan untuk perpandangan holistik. h. Kecenderungan untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar. i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konfensi. Menurut Darmayuwono (2008), orang yang cerdas secara spiritual memiliki sejumlah ciri-ciri antara lain: a. Fleksibel Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau luwes. Orang ini dapat
29
membawa diri dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi yang dihadapi. b. Kemampuan refleksi tinggi Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki kemampuan refleksi yang tinggi pula. Dia cenderung bertanya “mengapa” atau
“bagaimana seandainya” sebagai kelanjutan dari
“apa” dan “bagaimana”. c. Kesadaran tinggi dan lingkungan tinggi Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan memiliki kesadaran diri (self–awareness) dan kesadaran lingkungan yang tinggi. Kesadaran tinggi berarti telah mengenal dirinya (misalnya mengendalikan emosi) dengan mengenal dirinya maka dia juga mengenal orang lain, mampu membaca maksud dan keinginan orang lain. Kesadaran lingkungan tinggi mencakup kepedulian terhadap sesama, persoalan hidup yang dihadapi bersama, dan juga peduli terhadap bangsa dan negara. d. Kemampuan kontemplasi tinggi Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi di tandai juga dengan adanya kemampuan kontemplasi yang tinggi, misalnya kemampuan mendapat inspirasi dari berbagai hal, kemampuan menyampaikan nilai dan makna kepada orang lain, mengamati berbagai hal untuk menarik hikmahnya dan memiliki kreatifitatas tinggi.
30
e. Berpikir secara holistik Berpikir
secara
holistik
berarti
berpikir
secara
menyeluruh,
mengkaitkan berbagai hal yang berbeda-beda dan terintegrasi. f.
Berani menghadapi penderitaan Orang yang mempunyai kesadaran spiritual yang tinggi adalah orang yang berani menghadapi penderitaan dan perbedaan.
g. Berani melawan arus atau tradisi Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, juga di tandai dengan adanya keberanian melawan arus yang buruk. h. Sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan berprilaku secara hati-hati sehingga dapat meminimalisir kerusakan. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti
Judul
Perbedaan
Persamaan
Pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja
Perilaku etis auditor serta dampaknya pada kinerja
- Kemampuan intelektual - Kecerdasan emosional - Kecerdasan spiritual
Mora Hernia (2008)
Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi
Sikap etis mahasiswa akuntansi
Tikollah, dkk (2006)
Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
- Kemampuan intelektual - Kecerdasan emosional - Kecerdasan spiritual - Kemampuan intelektual - Kecerdasan emosional - Kecerdasan spiritual
Afria Lisda (2009)
Alat analisis Regresi Berganda
Hasil Kecerdasan emosional yang tidak berpengaruh terhadap perilaku auditor
Regresi berganda
Kemampuan intelektual tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi
Regresi Berganda
kecerdasan intelektual yang berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa, kecerdasan emosional
31
Sri Suryanin gsum (2003)
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Pemahaman akuntansi
Pengaruh pendidikan tinggi akuntansi terhadap kecerdasan emosional
Pendidikan tinggi akuntansi
- Kecerdasan emosional
- Kecerdasan emosional
Regresi Berganda
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi
Uji beda
Afifah dkk (2004)
tingkat kecerdasan emosional mahasiswa junior dan mahasiswa tingkat akhir jurusan akuntansi berbeda secara signifikan, namun perbedaan itu lebih dipengaruhi oleh faktor usia
C. Kerangka Pemikiran Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai “Pengaruh Kemampuan Intelektul (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Sikap Etis Fiskus”.
Kemampuan Intelektual (X1)
Kecerdasan Emosional
Sikap Etis Fiskus
(X2)
(Y)
Kecerdasan Spritual Hipotesis (X3) Gambar 2.1 Model Hubngan Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Fiskus
32
D. Hipotesis Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis piskus. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: Ha1:
kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan
kecardasan
spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus Ha2:
kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual berpengaruh secara simultan terhadap sikap etis fiskus
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan KPP Pratama Jakarta Kramat Jati yang berlokasi di Jl. Dewi Sartika untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang teliti. Penelitian ini ditujukan untuk mengamati sejauh mana kemampuan intelektual, sikap etis fiskus. Sehingga objek penelitian ini adalah: “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Fiskus.” B. Metode Penentuan Sampel Populasi menurut Sugiono (2002:55) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu aparat pajak (fiskus) yang berada di Kantor Pelayanan Pajak. Sedangkan metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Judgement Sampling (pertimbangan) yaitu merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian dan Convience Sampling adalah istilah umum yang menacangkup variasi luasnya prosedur pemilihan responden.
34
C. Metode Pengumpulan Data Menurut (Sugiono,2004) apabila dilihat dari sumber data maka pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sekunder. “Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu misalnya dengan melihat dokumen atau lewat orang lain”. Untuk mendukung penyusunan skripsi, penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dengan menggunakan dua metode penelitian, yaitu: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder, yaitu data mengenai sejarah perusahaan, kegiatan usaha, struktur organisasi dan kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan sipiritual terhadap sikap etis fiskus. 2. Questionnaires Dalam melakukan pengujian pada penelitian ini. Ada beberapa tahapan yang dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Untuk tahap awal terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument penelitian yaitu angket (kuisioner) yang akan disebarkan pada responden. Tujuannya agar angket tersebut dapat dijadikan instrumen yang akan tepat atau layak untuk pengukuran dalam penelitian ini.
35
D. Metode Analisi Data Setelah kuiseoner yang dikirimkan kepada responden kembali, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan metode analisis yang sesuai untuk digunakan. Dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel. 1. Uji Kualidata Data a. Uji validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali,2005). Kriteria valid atau tidak valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan denga total skor mempunyai tingkat signifikan < 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Santoso,2001). b. Uji Realibilitas Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung Cronbach’s Alpha dari masing-masing instrument dalam suatu variabel. Reliabilitas suatu instrument variabel dikatakan baik
36
jika memeliki cronbach’s alpha >0.6 (Nunnaly,1967 dalam Ghozali, 2005). 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat penyebaran data yang normal atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pertama melalui kuisioner dalam (Ghozali,2005) screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normal probability plot dimana data dikatakan normal jika nilai sebaran data berada disekitar garis lurus diagonal. b. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat dari ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada 37
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali,2005:105). c. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,2005:91). Deteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance (TOL). Regresi bebas dari masalah multikolonieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >10 (Ghozali,2005:92). 3. Uji hipotesis a. Koefesien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen (kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual) dalam menjelaskan variasi variabel dependen (sikap etis fiskus). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali,2005:83). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
38
mode. Setiap penambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan nilai R2 (koefisien determinasi), jika nilai R2 adalah sebesar 1 berarti fluatuasi varabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R2 berkisar 0 sampai 1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghozali,2005). b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama
terhadap
variabel
dependen.
Jika
nilai
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. c. Uji Parameter Individual (Uji statistik t) Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual yaitu kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dalam menerangkan variabel dependen, yaitu sikap etis fiskus.
39
d. Analisis Regresi Berganda Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan multiple regression
untuk
menguji
pengaruh
kemampuan
intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2, yang dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e Dimana : α : Konstanta β1: Koefisien Kemampuan Intelektual β2: Koefisien Kecerdasan Emosional β 3 : Koefisien Kecerdasan Spiritual Y : Sikap Etis Fiskus X1: Kemampuan Intelektual X2: Kecerdasan Emosional X3: Kecerdasan Spiritual e : error E. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini yang terdiri atas: a. Kemampuan Intelektual (IQ) Kemampuan Intelektual merupakan interprestasi hasil tes intelegensi (kecerdasan) ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tinggi intelegensi seseorang (Azwar, 2004). 40
b. Kecerdasan Emosional (EQ) Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan orang diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Golemen,2005) c. Kecerdasan Spritual (SQ) Kecerdasan Spritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar & Marshall, 2002) 2. Variabel independen a. Sikap Etis adalah respon aparat pajak terhadap kejadian yang mengandung
situasi
dilemis
berdasarkan
Prinsip
Kode
Etik
Perpajakan.
Variabel Kemampuan
Tabel Operasional Variabel Penelitian Sub variabel Indikator • Wawasan luas
• Membaca jurnal
intelektual
peraturan pajak yang
(Shapiro,2001
berlaku sekarang
Skala Ordinal
• Selalu memiliki
dalam Afria,2009)
informasi dan gagasan • Rasional
• Kreatif • Menerima saran orang
lain
41
• Kritis
• Berpikir logis • Mengakui kekurangan • Suka tantangan • Berpikiran terbuka • Suka memberikan
solusi • Sanggup
menyelesaikan masalah Kecerdasan
• Pengenalan diri
• Merasa khawatir
Emosional
• Menyukai diri sendiri
(Tisnawati dan
• Percaya diri
Sri,2003 dalam RM • Motivasi
• Dorongan prestasi kerja
dan Aziza,2006)
• Komitmen • Empati
Ordinal
• Instropeksi • Memahami
• Pengendalian diri
• Kendali diri
• Keterampilan sosial
• Sabar •
Kemampuan Mengorganisasi
Kecerdasan
• Religius
Ordinal
• Merasa dekat dengan
Spiritual
tuhan
(Sukidi,2002 dalam Afria Lisda)
• Rajin beribadah
• Eksistensi diri
• Berpendirian pada
kebenaran • Sifat positif
• Jujur • Amanah
• Beretika
• Kesesuain antara kata
dan perbuatan • Kepedulian sosial
• Menganut standar etika • Tidak melanggar
hukum
42
•
Sikap Etis
• Sikap Etis piskus sesuai dengan tuntunan lembaga (lembaga)
Terbuka
• Mematuhi aturan
Ordinal
• Sesuai dengan surat
perintah dari lembaga • Memotivasi • Menjaga penampilan • Kebersamaan • Tidak mengadu domba
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Jakarta Kramat Jati Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati beralamat di Jalan Dewi Sartika No. 189 Cawang- Jakarta Timur. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati pada Awalnya Mencakup Lima Kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Makasar, Kecamatan Ciracas, dan Kecamatan Cipayung. Namun setelah terjadi pemecahan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kramat Jati menjadu dua yaitu: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasar Rebo. Pada bulan 3 juli 2007 (berdasarkan keputusan direktur jenderal pajak nomor: KEP-86/PJ/2007 tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya kantor pelayanan pajak pratama dan kantor pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah DJP diwilayah daerah khusus ibu kota jakarta selain kantor wilayah DJP jakarta pusat), cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kramat Jati menjadi dua kecamatan yaitu: Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan Makasar.
44
Dengan adanya perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan sebagaimana telah
diubah
dengan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
519/KMK.01/2003 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No.254/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1 KPP Madya dan KPP Pratama di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta 1 dengan demikian KPP Jakarta Kramat Jati diubah menjadi KPP Pratama Kramat Jati. 2. Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati Adapun Visi dan Misi KPP Pratama Kramat Jati adalah sebagai berikut: a. Visi KPP Pratama Kramat Jati Menjadi
institusi
pemerintah
yang
menyelenggarakan
sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. b. Misi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien.
45
3. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi KPP Pratama Kramat Jati KPP Pratama Kramat Jati mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi sebagai berikut: a. Kedudukan; KPP Pratama merupakan unsur pelaksana atau instansi vertical dibawah kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Vertikal di Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu instansi dibawah Departemen Keuangan. Dalam melakukan penelitian ini, lokasi yang peneliti pilih adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati yang beralamat di Jl. Dewi Sartika No.189 A. Jakarta Timur Telp. (021) 8093046 Fax.8091753. b. Tugas Pokok; KPP
Pratama
Kramat
Jati
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya. Pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya . c. Fungsi KPP; Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Kramat Jati mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Pengumpulan
dan
Pengolahan
Data,
penyajian
informasi
Perpajakan, Pengamatan Potensi Perpajakan dan Ekstensifikasi Wajib Pajak;
46
2) Penelitian dan Penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), Syarat Pemberitahuan Masa serta berkas wajib pajak; 3) Pengawasan
Pembayaran
Masa
Pajak
Penghasilan,
Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya; 4) Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding; 5) Penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak TIdak Langsung Lainnya; 6) Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan; 7) Penerbitan dan pembetulan Surat Ketetapan Pajak; 8) Pengurangan sanksi pajak; 9) Penyuluhan dan Konsultasi perpajakan; 10) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). 4. Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Kramat Jati Struktur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kramat Jati meliputi: Sub Bagian Umum; Mempunyai
tugas
yaitu:
melakukan
urusan
kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga. a. Seksi Penagihan; Mempunyai tugas yaitu melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan asuransi tunggakan pajak,penagihan aktif,
47
usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumendokumen penagihan. b. Seksi Ekstensifikasi; Mempunyai tugas yaitu melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, penilaian dalam rangka ekstensifikasi. c. Seksi Pemeriksaan; Mempunyai tugas yaitu melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan
aturan
pemeriksaan,
penerbitan
dan
penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. d. Seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi); Mempunyai tugas yaitu melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SIS MIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja. e. Seksi Pelayanan; Mempunyai tugas yaitu melakukan penetapan dan penertiban produk hukum
perpajakan,
pengadministrsian
dokumen
dan
berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT),
48
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan. Pelaksanaan registrsi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. f. Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi); Seksi waskon mempunyai tugas yaitu melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisa kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data waib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding. Setiap account representative yang dikoordinasi Kepala Seksi Waskon mempunyai tanggung jawab atas sejumlah wajib pajak berdasarkan wilayah tertentu. g. Kelompok Jabatan Fungsional; Mempunyai tugas yaitu melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi pemeriksaan lengkap, pemeriksaan sederhana, dan pemeriksaan dalam rangka penagihan (Delinquency audit). B. Hasil Analisis Deskriptif Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengirimkan kuisioner sebanyak 60 buah kepada aparat pajak (fiskus) KPP Pratama Jakarta Kramat Jati. namun dari 60 kuisioner yang disebarkan, yang kembali sebanyak 50 buah kuisioner, sedangkan yang tidak kembali sebanyak 10 buah, yang berarti dapat dianalisis.
49
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Persentase
Dibawah 25 th 25-50 Diatas 50 Total Sumber: Data diolah
13 33 4 50
26,00% 66.00% 8,00% 100%
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 8,00% fiskus berusia diatas 50 th, 66,00% fiskus berusia 25-50 th dan 26,00% fiskus berusia dibawah 25th. 2.
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Total
Jumlah 23 27 50
Persentase 46,00% 54,00% 100%
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa sebesar 54,00% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat terlihat dilapangan bahwa fiskus lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
50
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir D3 S1 S2 S3 Lainnya Total Sumber: Data diolah
Jumlah 5 22 16 7 0 50
Persentase 10,00% 44,00% 32,00% 14,00% 0 100%
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa rata-rata fiskus pendidikan terakhir S1 atau yang sederajat, ini ditunjukkan dengan angka 44,00% berpendidikan S2 dengan angka 32,00%, pendidikan S3 dengan angka 14,00% dan D3 dengan angka 10,00%. C. Uji Statistik Data, Pengolahan Data dan Pembahasan 1. Uji Kualitas Data a. Uji validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner, suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Valid bearti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono,2006). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansi dibawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
51
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kekampuan Intelektual Butir Pertanyaan
Pearson Corelation Sig (2-Tailed)
Keterangan
Pertanyaan 1
0,558**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,321*
0,023
Valid
Pertanyaan 3
0,538**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,597**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,426**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,513**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,640**
0,000
Valid
Pertanyaan 8
0,573**
0,000
Valid
Pertanyaan 9
0,521**
0,000
Valid
Pertanyaan 10
0,333*
0,018
Valid
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.018 pada pertanyaan 10 dan signifikansi 0.023 pada pertanyaan 2. Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional Butir Pertanyaan
Pearson Corelation Sig (2-Tailed)
Keterangan
Pertanyaan 1
0,586**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,401*
0,004
Valid
Pertanyaan 3
-0,102
0,479
Tidak Valid
Pertanyaan 4
-0,163
0,258
Tidak Valid
Pertanyaan 5
0,422**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
-0,127
0,379
Tidak Valid
Pertanyaan 7
0,322*
0,023
Valid
52
Pertanyaan 8
0,419**
0,000
Valid
Pertanyaan 9
0,642**
0,000
Valid
Pertanyaan 10
0,491**
0,000
Valid
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, terkecuali tiga pertanyaan dari variabel kecerdasan emosional yaitu loc 3,4 dan loc 6 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05, sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam pengujian data selanjutnya. Adapun hasil pertanyaan yang tidak valid kemungkinan disebabkan oleh kesibukan responden dan waktu. Pengujian dilakukan kembali berdasarkan pertanyaan loc 3,4 dan loc 6 yang sudah dikeluarkan. Hasil pengujian berdasarkan pertanyaan yang sudah dikeluarkan yaitu loc 3,4 dan loc 6 dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Setelah LOC3.4 dan LOC6 Dikeluarkan Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
Pertanyaan 1
0,691**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,351*
0,013
Valid
Pertanyaan 3
0,579**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,343*
0,015
Valid
Pertanyaan 6
0,486**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,492**
0,000
Valid
Sumber: Data primer yang diolah
53
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kemampuan intelektual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Namun terdapat signifikansi 0.013 pada pertanyaan 2 kemudian 0.015 pada pertanyaan 4. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Spiritual Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
Pertanyaan 1
0,553**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,602**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,756**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,686**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,668**
0,000
Valid
Pertanyaan 6
0,618**
0,000
Valid
Pertanyaan 7
0,742**
0,000
Valid
Pertanyaan 8
0,632**
0,000
Valid
Pertanyaan 9
0,688**
0,000
Valid
Sumber: data primer diolah Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel kecerdasan spiritual mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Sikap Etis Fiskus Butir Pertanyaan
Pearson Corelation
Sig (2-Tailed)
Keterangan
Pertanyaan 1
0,529**
0,000
Valid
Pertanyaan 2
0,856**
0,000
Valid
Pertanyaan 3
0,860**
0,000
Valid
Pertanyaan 4
0,760**
0,000
Valid
Pertanyaan 5
0,834**
0,000
Valid
54
Pertanyaan 6
0,840**
0,000
Valid
Sumber: data primer diolah Berdasarkan analisis diatas menunjukkan variabel sikap etis fiskus mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. b. Uji Realibilitas Setelah instrument dipastikan akurasinya, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Realibilitas suatu instrument variabel dikatakan baik jika memiliki cronbach’s alpha > 0,6 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali,2005). Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan Intelektual
Cronbach's Alpha ,632
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,683
N of Items 10
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel kemampuan intelektual sebesar 0,632, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Emosional
Cronbach's Alpha ,610
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,642
N of Items 7
55
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel kecerdasan emosional sebesar 0,610, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kecerdasan Spiritual
Cronbach's Alpha ,829
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,839
N of Items 9
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel kecerdasan spiritual sebesar 0,829, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Etis Fiskus
Cronbach's Alpha ,866
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,872
N of Items 6
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan nilai croanbach’s alpha atas variabel sikap etis fiskus sebesar 0,866, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai croanbach’s alpha lebih besar dari 0,6.
56
2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji normalitas Pengujian normalitas bertujuan menguji variabel independen yaitu kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, dan variabel dependen yaitu sikap etis fiskus dalam sebuah model regresi berdistribusi normal atau tidak Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: SEF 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Formalitas Gambar 4.1 Berdasarkan Grafik diatas memperlihatkan hasil dari uji normalitas dengan menggunakan Normality Probability Plot yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdidtibusi dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji heteroskesdatisitas Grafik
Scatterplot
heteroskedastisitas
untuk
dibawah variabel
ini
merupakan
independen
yaitu
hasil
uji
kemampuan
57
intelektual, kecerdsan emosional dan kecerdasan spiritual, dan variabel dependen yaitu sikap etis fiskus. Berdasarkan uji tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian memenuhi asumsi homoskedastisitas. Scatterplot
Regression Studentized Deleted (Press) Residual
Dependent Variable: SEF 4
3
2
1
0
-1
-2
-3 -3
-2
-1
0
1
2
3
4
Regression Standardized Predicted Value
Heterokedastisitas Gambar 4.2 3. Uji Multikolonieritas Deteksi terhadap multikolonieritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Regresi yang bebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 10, maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas.
58
Model
Tabel 4.13 Multikolonieritas Collinearity Statistics Tolerance
VIF
Kemampuan Inteletual
878
1.139
Kecerdasan Emosional
983
1.017
Kecerdasan Spiritual
876
1.142
a. Dependen Variabel: Sikap Etis Fiskus Sumber:data Primer diolah Berdasarkan analisis diatas bahwa VIF kemampuan intelektual 1.139, kecerdasan emosional 1.017, dan kecerdasan spiritual 1.142. dan TOL kemampuan intelektual 878, kecerdasan emosional 983, dan kecerdasan spiritual 876, ini berarti instrument penelitian dapat dianggap tidak terjadi multikolinieritas atau tepatnya hanya low collnearity (Stanislaus: 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini didukung oleh teori klasik dan layak dipakai dalam pengujian. 4. Uji hipotesis a. Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.14
Model Summary b
Model 1
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R R Square ,507(a) ,257 ,209 2,056 a Predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF
Berdasarkan tabel Model Summary diatas diporoleh hasil bahwa R 0.209, jika disajikan persentasenya adalah sebesar 2.09%. angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabel kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara
59
bersama-sama dapat menjelaskan sebesar 2.09% variabel sikap etis fiskus. Adapun sisanya sebesar 97.91% (100%-2.09%) dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini. Hal ini menunujukkan bahwa kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dapat memberikan pengaruh fositif terhadap sikap etis fiskus. Standard Error of Estimate (SEE) 2.056. semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. b. Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4.15 ANOVA b
Model 1
Sum of Squares 67,249
3
Mean Square 22,416
Residual
194,371
46
4,225
Total
261,620
49
Regression
Df
F 5,305
Sig. ,003(a)
a Preda.predictors: (Constant), KS, KE, KI b Dependent Variable: SEF
1) Jika nilai probilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probilitas 0.05 atau (sig < 0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata). 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata). Hasil analisis ANOVA diatas diperoleh F sebesar 5.305 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.003, ini berarti nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau (0.003 > 0.05). maka
60
terdapat pengaruh secara simultan antara kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus. c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant ) KI
Standardized Coefficients
Std. Error
11,170
4,218
t
Sig.
Beta 2,648
,011
1,506
,139
,134
,089
,204
KE
-,006
,090
-,009
-,072
,943
KS
,241
,082
,401
2,950
,005
a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau sig (sig < 0.05), maka Ha diterima dan ditolak, artinya signifikan (terdapat pengaruh yang nyata). 2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0.05 atau (sig > 0.05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang nyata). Hipotesis 1: Pengaruh kemampuan intelektual terhadap sikap etis fiskus. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel kemampuan intelektual mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,139. Hal ini berarti menerima Ho1 sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan intelektual tidak berpengaruh secara
61
signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kemampuan intelektual lebih besar dari 0,05. Hipotesis 2: Pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis fiskus. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel kecerdasan emosional mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,943. Hal ini berarti menerima Ho2 sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan emosional lebih besar dari 0,05. Hipotesis 3: Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel kecerdasan
spiritual
mempunyai
tingkat
signifikansi
sebesar 0,05. Hal ini berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh secara signifikan terhadap sikap etis fiskus karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel kecerdasan spiritual sama dari 0,05.
62
d. Analisis Regresi Berganda Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
B 11,170
Std. Error 4,218
KI
,134
,089
KE
-,006
,090
,241 ,082 a Dependent Variable: SEF sumber: data Primer diolah
,401
(Constant)
KS
t
Sig.
Beta 2,648
,011
,204
1,506
,139
-,009
-,072
,943
2,950
,005
Variabel kemampuan intelektual menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan satu variabel tingkat kemampuan intelektual maka dapat menambah sikap etis fiskus, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afria Lisda (2009), Tikollah dkk (2006), dan Sri suryaningsum (2003). Perpedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh oleh beberapa oleh beberapa hal, yakni 1) responden penelitian, yakni fiskus, 2) variabel penelitian dimana dalam penelitian ini IQ, EQ dan SQ digabungkan dalam satu penelitian serta ditekankan pada sikap etis. Pengalaman fiskus yang kurang cukup, banyaknya junior yang kurang berpengalaman hal ini dikarenakan lamanya mereka bekerja kurang dati tiga tahun dan kurang pelatihan yang di ikuti oleh fiskus. variabel kecerdasan emosional menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan satu satuan tingkat kecerdasan emosional maka dapat berkurang sikap etis fiskus. hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mora Hernia (2008). Kurangnya rasa untuk
63
mengenali perasaan sesama fiskus dan kurang mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat menyebab berkurang membantu perkembangan emosi dan akal. Tanpa adanya pengendalian atau kematangan emosi sangat sulit bagi seorang fiskus untuk bertahan dalam menghadapi tekanan frustasi, stress dan menyelesaikan konflik yang sudah menjadi bagian atau resiko profesi dan memikul tanggung jawab seperti apa yang disebutkan dalam pedoman kode etik. Koefisien regresi untuk variabel kecerdasan spiritual sebesar menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan satu satuan tingkat kecerdasan spiritual maka dapat bertambah sikap etis fiskus sebesar hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Afria Lisda (2009) dan Mora Hernia (2008) yang menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berhubungan positif terhadap sikap etis fiskus. Semakin besar kecerdasan spiritual seseorang maka semakin baik sikap etika seseorang (fiskus), maka dalam meningkatkan dengan melakukan diklat-diklat maka orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya yang memiliki kesadaran diri dan kesadaran lingkungan yang tinggi dan menjunjung nilai-nilai, kejujuran dalam melakukan tindakan. Berdasarkan
penelitian
ini
bahwa
kemampuan
intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual dapat akan meningkatkan sikap etis fiskus tapi terkait dengan kasus Gayus dapat diartikan bahwa Gayus memiliki kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional yang baik, tetapi kecerdasan spiritual yang rendah menyebabkan sikap etis yang
64
buruk atau rendah dengan fakta Gayus melakukan penyimpangan dari kode etik fiskus yaitu manipulasi data untuk kepentingan pribadi. Dalam modus yang dilakukan Gayus terdapat unsur-unsur pidana korupsi yang dilakukan, yaitu: 1) melawan hukum dengan memberika informasi, menunjukkan cela-celah atau membantu memenangkan wajib pajak dalam persidangan, 2) memperkaya diri sendiri, 3) merugikan negara, 4) menyalahgunakan wewenang.
65
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kemampuan intelektua, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh kemampuan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus, yaitu: 1. Hasil uji t ditemukan secara parsial variabel independen (kecerdasan spiritual) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (sikap etis fiskus), sedangkan variabel kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap sikap etis fiskus. 2. Hasil uji F ditemukan Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis fiskus. 3. Kemampuan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual merupakan “trio kecerdasan” yang tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang sehingga perlu dikembangakan secara komprehensif dan proporsional
66
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, berikut ini akan diuraikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan nilai penelitian: 1. Implikasi bagi pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku etis fiskus itu sendiri, upaya pembentukan dan pengembangan sikap dan perilaku etis tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif dan proporsional yang dapat dilakukan melalui diklat-diklat untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dan pelatihanpelatihan lembaga untuk lebih profosional. Agar upaya tersebut efektif, diperlukan suatu strategi tertentu yang dapat dilakukan dengan pendekatan: 1) intellectual-psychological process, yang diarahkan pada pengesahan unsure akal pada diri manusia, 2) social interaction process, yang diarahkan pada pengendalian nafsu dan akal dalam konteks interekasi sosial, 3) spiritual process, yang diarahkan untuk mencipatakan divine conciosness pada diri manusia. 2. Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan analisis di atas, yaitu KPP Pratama Kramat Jati harus perlu mengembangakan diklat-diklat dan pengajian untuk membentengi diri dari perbuatan yang melanggar etika. Diindonesia banyak yang melanggar hukum kode etik seperti korupsi, manipulasi data, dan lain-lain. Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran diantaranya:
67
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkkualitas lagi dengan menganalisis dan menggambarkan secara deskriptif peran kemampuan intelektual, kecerdasan emosioal dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis fiskus atau penambahan variabel lain. 2. Dapat mengembangkan penelitian ini pada dimensi-dimensi lain dari aspek individual, pada aspek organisasi dan lingkuangan, pada responden fiskus serta dengan pertautan antar variabel yang bersifat interaksi atau dengan menambahkan variabel tertentu sebagai variabel modetering maupun variabel intervening.
68
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar,”Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: sebuah Inner Journey Melalui Al-ihsan”, Cetakan Pertama, Arga, Jakarta, 2003. Armansyah.” Intelegency Quotient,Emotional Qoutient, dan Spritual Quotient dalam Membentuk Perilaku Kerja”,Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Azwar, S. “ Pengantar Pskologi Intelegengsi. Cetakan Keempat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 Ahmadi, Abu.”Psikologi Umum”, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Dani, K. “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. Putra Harsa, Surabaya. 2002. Darmayuwono, Winarno. ”Rahasia Kecerdasan Spritual”, PT. Sangran Paran Media, Jakarta, 2008. Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005 Goleman, Daniel,” Emotional Intellegence: Kecerdasan Emosional”, (Mengapa EI Lebih Penting dari IQ)”, Cetakan Ketujuh Belas, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Golemen,Daniel. “Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Cetakan Keenam. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kuntjahyo Widodo dari Working with Emotional Intelligence. 2005 Hamid, Abdul.”Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007 Indrianto, Nur, dan Bambang Supomo,” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta,2002 Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton, “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta, 2003 Lisda, Afria,”Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Perilaku Etis Auditor Serta Dampaknya Pada Kinerja (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Public Jakarta)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta, Jakarta, 2009.
69
Maryani, T & U. Ludigdo, Survey Atas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal TEMA 2 (1): 49-62, 2001. Purwanto M. Ngalim.”Psikologi Pendidikan”, Remaja Roda Karya, Bandung, 2004 Pemerintah RI, “ Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”, Pemerintah RI, Jakarta, 2007. RM, Rissyo Melandy dan Nurna Aziza,” Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006. Robins, Stephan P, “ Perilaku Organisasi Konsep Kontrovesi. Aplikasi Jilid i Penerjemah: Hadyana Pujatmaka dan Benyamin Molan. Penerbit Prenhallindo, Jakarta. Suandy, Erly, “Hukum Pajak”, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2005 Surat Edaran Nomor: SE-01/PJ.045/2007, Tentang Kebijakan Penagihan Pajak ,Tahun 2007. Sudrajat, Akhmat, “IQ,EQ, dan SQ: Dari Kecerdasan Tunggal Ke Kecerdasan Majemuk”, artikel ini diakses pada tanggal 5 januari 2009, dari iq-eq-dansq-dari-kecerdasan-tunggal-ke- kecerdasan-majemuk. Sufnawan, Fathul Huda, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spritual Auditor Terhadap Kinerja Auditor dalam Kantor Akuntan Publik”, artikel ini di akses pada tanggal 3 maret 2010 dari eq-sq dari kinerja auditor. Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triwiyono, dan Iwan Triyuwono, dan H. Unti Ludigdo, “ Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan)”, Symposium Nasional Akuntansi 9, Padang, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat (Depdiknas), “ Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Dapertemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2007. Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningrum. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Surabaya. Sumposium Nasional Akuntansi VI. Wibowo, B.S. Sharpehing Our Concept And Tools. Bandung. PT Syamil Cipta Media. 2002
70
Wikipedia, “Pajak” Artikel diakses tanggal http://id.wikipedia.org/wiki/pajak
14
september
2009
dari
Zohar, Danah dan Ian Marshall,” SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan”, Cetakan Kedua, Mizan, Bandung, 2001 (http://www.scribd.com/doc/31267470/DISERTASI www.dirjen pajak. Co.id
71
kuesioner
KI1 KI2 KI3 KI4 KI5 KI6 KI7 KI8 KI9 KI10 KI KE1 KE2 KE3 KE4 KE5 KE6 KE7 KE8 KE9 KE10 KE KS1 KS2 KS3 1
4
4
4
4
3
4
4
4
4
2 37
4
3
3
4
2
4
4
2
3
3
32
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3 39
2
4
4
4
2
4
4
4
2
4
34
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
2 41
2
5
4
5
1
4
4
5
4
4
38
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1 37
2
2
4
4
2
4
4
4
2
2
30
4
4
4
5
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2 25
3
4
3
4
3
4
4
3
4
3
35
3
4
3
6
4
4
4
5
4
5
5
5
4
2 42
1
4
4
3
2
4
4
4
1
3
30
5
5
5
7
5
4
4
4
4
4
4
4
4
2 39
1
4
4
4
2
3
2
2
2
4
28
4
4
4
8
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5 50
1
5
5
5
1
5
5
5
1
5
38
4
5
5
9
4
4
4
4
4
4
5
5
4
3 41
3
3
4
4
2
4
5
5
3
4
37
5
5
4
10
5
4
4
4
5
4
5
4
4
2 41
1
4
4
4
2
4
3
4
2
4
32
4
4
4
11
3
3
4
4
4
4
3
4
3
1 33
2
4
3
3
2
4
3
4
3
4
32
4
4
4
12
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3 37
3
4
4
3
2
3
3
4
3
3
32
4
4
4
13
5
4
3
4
4
5
4
5
4
2 40
1
4
4
4
2
4
2
4
1
4
30
4
3
4
14
4
4
3
3
3
4
4
4
4
1 34
1
3
3
4
2
4
4
3
3
4
31
3
4
4
15
4
4
4
5
4
5
4
4
4
2 40
4
4
5
4
2
4
2
4
2
2
33
2
4
4
16
2
2
4
4
4
4
5
3
4
2 34
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
36
5
4
4
17
2
4
3
4
4
4
4
5
5
3 38
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
37
3
4
4
18
2
3
3
4
3
4
3
4
4
2 32
2
3
3
3
3
4
4
4
3
3
32
5
3
5
19
3
4
3
3
4
5
4
4
3
1 34
2
4
4
4
4
3
4
3
4
3
35
4
4
4
20
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4 39
4
5
4
4
2
4
3
3
3
4
36
5
4
4
21
3
3
3
4
4
4
4
4
3
3 35
4
5
3
3
2
4
5
5
3
4
38
5
4
4
22
4
4
4
5
4
5
3
4
4
2 39
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
39
5
4
5
23
3
4
5
5
4
5
5
5
4
2 42
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
37
4
3
3
24
2
4
3
4
4
4
3
4
3
2 33
2
4
3
3
2
3
4
3
4
3
31
4
4
4
25
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2 37
2
3
4
4
2
4
3
3
3
3
31
4
3
4
26
4
3
5
4
4
3
4
4
3
5 39
4
3
5
4
3
3
4
3
4
3
36
5
3
4
27
4
4
4
3
3
4
5
3
4
4 38
3
4
3
4
3
3
5
4
4
5
38
3
3
4
28
4
3
5
3
4
4
3
5
3
4 38
4
3
5
4
3
4
3
4
3
4
37
5
3
4
29
4
3
5
4
3
4
5
5
4
3 40
4
3
4
3
5
2
4
3
5
4
37
4
3
4
30
4
3
5
4
3
4
5
5
4
3 40
4
3
4
3
5
2
4
3
5
4
37
4
3
4
31
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4 37
1
3
3
4
2
4
4
4
4
4
33
3
4
4
32
4
4
4
4
3
4
4
4
4
2 37
1
3
3
4
2
4
4
2
3
3
29
4
4
4
33
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3 39
2
4
4
4
2
4
4
4
2
4
34
4
4
4
34
4
4
4
4
4
4
5
5
5
2 41
2
5
4
5
1
4
4
5
4
4
38
5
5
5
35
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4 40
2
2
4
4
2
4
4
4
2
2
30
4
4
4
36
4
3
4
4
4
5
5
4
4
4 41
4
4
4
4
2
3
4
4
2
3
34
4
4
4
37
4
4
3
4
4
3
5
4
4
4 39
3
3
4
4
4
4
3
4
5
4
38
4
4
4
38
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3 37
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
37
4
5
5
39
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5 40
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
37
4
4
4
40
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3 37
3
4
4
4
4
5
2
3
4
4
37
4
4
4
41
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4 37
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
41
4
4
4
42
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4 40
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
37
4
4
4
43
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3 36
4
5
4
3
5
2
4
3
5
4
39
4
5
4
44
4
3
5
4
4
4
4
5
4
3 40
4
3
4
4
3
2
3
3
3
3
32
4
3
3
45
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4 38
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
33
4
3
3
46
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4 37
4
4
4
5
2
2
2
3
3
4
33
3
4
4
47
4
3
4
4
3
3
4
4
4
5 38
4
4
4
2
3
3
3
2
3
4
32
4
4
4
48
4
4
4
3
3
3
4
4
4
5 38
4
4
2
3
3
3
3
4
4
4
34
4
4
4
49
4
5
4
4
4
3
2
1
4
4 35
5
4
3
4
3
4
4
4
5
4
40
4
4
4
50
4
5
4
4
4
3
2
1
4
4 35
5
4
3
4
3
4
4
4
5
4
40
4
4
4
KS4 KS5 KS6 KS7 KS8 KS9 KS SEF1 SEF2 SEF3 SEF4 SEF5 SEF6 SEF 4
4
4
4
4
4
36
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4 24
23
5
5
4
5
5
5
44
5
5
5
5
5
5 30
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4 24
3
3
3
3
4
4
30
4
4
3
4
3
3 21
5
5
5
4
5
5
44
5
5
5
4
4
5 28
4
4
4
4
4
3
35
4
4
4
4
4
4 24
5
5
5
5
5
5
44
5
5
5
5
5
5 30
4
5
3
4
4
4
38
3
4
4
4
4
4 23
5
4
4
4
4
4
37
5
4
4
4
5
5
27
4
5
4
4
4
3
36
4
4
4
4
4
4
24
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4
24
4
5
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4
24
4
4
3
4
4
4
34
4
4
4
4
4
4
24
4
4
2
2
2
2
26
4
4
4
4
4
4
24
1
4
4
4
4
2
32
3
5
5
5
5
5 28
4
4
3
4
4
3
33
4
4
4
4
4
4
5
5
3
4
5
4
39
4
5
4
5
4
4
26
4
4
4
4
3
4
35
4
4
4
4
4
4
24
4
3
3
4
4
3
34
5
5
5
5
5
5
30
4
4
4
5
5
3
38
4
4
3
4
4
4 23
4
4
5
4
4
4
39
4
4
4
4
5
5
26
3
3
3
4
4
3
30
4
4
4
4
4
4
24
3
4
3
3
4
4
33
4
5
5
5
5
5 29
4
4
3
4
4
3
33
3
4
4
4
3
3
21
5
5
4
3
4
4
37
4
3
3
4
3
3
20
2
3
4
3
5
3
30
3
4
4
4
4
4 23
2
5
3
4
3
4
33
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
3
4
34
3
4
4
4
4
5 24
3
4
5
4
3
4
34
4
4
4
4
4
4
24
4
4
4
4
4
5
36
4
4
4
4
4
4
24
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4 24
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4
24
5
5
4
5
5
5
44
5
5
5
5
5
5
30
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
4
4
4 24
4
4
5
4
4
4
37
4
4
4
4
4
4 24
4
4
4
4
5
5
38
4
4
4
4
4
4
24
5
5
5
5
5
5
44
4
4
4
4
5
5
26
4
3
4
4
4
4
35
5
3
3
4
4
4
23
4
4
5
4
3
4
36
4
4
4
4
4
4
24
5
5
5
5
4
4
40
4
4
4
4
4
4 24
5
4
4
4
4
4
37
4
5
5
5
5
5
29
4
5
4
4
3
4
37
4
4
4
4
4
4
24
3
3
3
4
3
4
30
4
4
4
4
4
4
24
4
4
4
4
4
4
34
3
4
4
3
5
5
24
4
4
3
3
3
4
32
4
4
4
4
4
5
25 23
24
24
3
3
3
3
4
4
32
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
35
4
4
4
4
5
4 25
3
4
4
4
4
4
35
4
4
4
4
4
4
24
3
4
4
4
4
4
35
4
4
4
4
4
4
24
KUESIONER
PENGARUH KEMAMPUAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPRITUAL TERHADAP SIKAP ETIS FISKUS
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM SYHARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner
Jakarta, 12 Mei 2010
Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden Di tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama
: Arsinawati
NIM
: 205082000249
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akuntansi/X bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Fiskus (Studi pada Direktorat Dan Pelayanan Pajak di Jakarta)”. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu waktu bekerjanya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu bekerja, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu merupakan faktor kunci untuk mengetahui pengaruh Pengaruh Kemampuan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual Terhadap Sikap Etis Fiskus Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak di isi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih. Dosen Pembimbing
Hormat saya, Peneliti
(Rahmawati SE, MM)
(Arsinawati)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: ……………………
Jabatan
: ……………………
Jenis Kelamin
:
Umur
: ………… tahun
Laki-laki
Pendidikan Terakhir :
D3
Pengalaman Kerja
< 1 tahun
:
Perempuan
S1
S2 1-3 tahun
S3 >3 tahun
Berilah tanda silang (X) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda, dimana: 1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Kurang Setuju (KS)
3. Netral (N)
4. Setuju (S)
5. Sangat Setuju (SS) Kemampuan Intelektual No. Keterangan 1.
2. 3. 4. 5. 6.
7
T SS
Saya berlangganan dan secara sistematis membaca peraturan pajak yang berlaku sekarang. Saya selalu memiliki informasi dan gagasan. Saya adalah orang yang kreatif. Saya dapat menerima saran dan kritik dari orang lain. Saya selalu berfikir logis dalam setiap hal (tidak emosional). Saya tidak pernah malu mengakui kekurangan diri saya. Saya suka akan tantangan menyelesaikan persoalan.
untuk
K S
N S SS
8 9 10
Saya selalu membuka pikiran saya terhadap hal-hal baru. Saya tidak pernah mengkritik tanpa memberi solusi. Saya sanggup menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kecerdasan Emosional No.
Keterangan
11.
Saya sering merasa khawatir tanpa tahu apa penyebabnya. Saya menyukai diri saya apa adanya dan tahu betul kekuatan diri saya. Saya percaya diri dan mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya tertarik pada pekerjaan yang menuntut saya memberikan gagasan baru. Bila saya menemui hambatan dalam suatu tujuan, saya akan beralih pada tujuan lain karena saya tidak mampu. Saya sering melakukan instropeksi diri untuk menemukan kembali hal-hal penting dalam hidup saya Saya dapat melihat rasa sakit pada orang lain meskipun mereka tidak membicarakannya. Saya merasa dapat mengendalikan hidup saya dengan penuh ketenangan, walaupun dalam kondisi yang tidak menyenangkan Saya kurang sabar menghadapi orang lain terutama yang tidak sesuai dengan pemikiran saya Saya mampu mengorganisasi dan memotivasi suatu kelompok (tim).
12. 13. 14 15.
16.
17. 18.
19. 20
ST S
KS N S SS
ST S
KS N S SS
Kecerdasan Spiritual No.
Keterangan
21 22.
Saya adalah orang yang rajin beribadah. Saya merasa cinta dan dekat dengan tuhan dalam hati saya . Saya memiliki keberanian untuk berpendirian pada kebenaran. Saya adalah orang yang jujur. Saya selalu memegang janji yang diamanahkan kepada saya.
23. 24. 25.
26. 27. 28.
29.
Apa yang sudah saya katakana selalu sesuai dengan perbuatan saya. Saya menganut standar etika yang telah ditetapkan (perpajakan). Saya menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran hukum meskipun saya dapat melakukannya tanpa risiko dan kena sangsi. Saya seorang terbuka saat saya berinteraksi dengan orang lain.
Sikap Etis No.
Keterangan
30.
Saya mematuhi dan mentaati segala peraturan dalam melaksanakan tugas sebagai aparat pajak (fiskus). Saya selalu melakukan tugas fiskus sesuai dengan surat perintah dari lembaga (perpajakan). Saya selalu mendorong /memotivasi rekan untuk bertanggung jawab dalam melakukan tugas sebagai seorang fiskus. Saya harus senantiasa menjaga penampilan dengan berpakain yang sederhana, sopan, rapi, dan sesuai dengan kode etik. Saya memiliki rasa kebersamaan/kekeluargaan diantara sesama aparat pajak (fiskus). Saya tidak pernah mengadu domba dan menjelekjelekkan perilaku aparat pajak (fiskus)
31. 32.
33.
34. 35
ST S
KS N S SS