PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK TRI KARYA MEDAN Fatia Aini
[email protected] TK Tri Karya Medan ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah kurang familiarnya kegiatan outbound di kalangan pendidikan anak usia dini, kurangnya kesadaran akan pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetikanak, adanya keterbatasan waktu ketika melakukan kegiatan outbound, adanya rasa takut orangtua terhadap bahaya outbound, kurangnya pengetahuan tentang keuntungan outbound, kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya merangsang kecerdasan kinestetik anak, guru kurang memperhatikan kecerdasan kinestetik anak, orangtua lebih mengutamakan perkembangan intelektual anak daripada kecerdasan kinestetik anak.Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain kuasi eksperimen. Populasi penilitian ini seluruh anak di TK Tri Karya. Sampel terdiri dari 2 kelas, masingmasing berjumlah 13 anak. Teknik pengumpulan data melalui observasi. Analisis data menggunakan uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis. Hasil analisis data observasi akhir diperoleh Fhitung= 2,4> Ftabel= 0,242 (tidak homogen). Uji hipotesis didapat thitung> ttabel = 24,34 > 2,18, maka disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun. Kata kunci : outbond, kecerdasan, kinestetik, anak usia dini.
PENDAHULUAN Setiap anak memilik kecerdasan yang berbeda-beda. Salah satu kecerdasan yang dimiliki anak usia dini yaitu kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuhnya untuk melakukan sesuatu. Kecerdasan kinestetik memungkinkan anak membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh sehingga menciptakan gerakan. Dalam hal ini guru dan orangtua ikut berperan aktif dalam kecerdasan kinestetik anak. Dewasa ini, guru dan orangtua lebih mengutamakan perkembangan intelektual daripada perkembangan kecerdasan kinestetik anak. Guru dan orangtua lebih memberi perhatian agar anak dapat membaca, berbicara, dan menulis dengan baik daripada melakukan aktivitas fisik dengan baik.
Gardner dalam Anita Yus (2011:9) menyatakan bahwa “pada hakikatnya setiap anak ialah anak yang cerdas”. Setiap kecerdasan yang dimiliki akan dapat mengantarkan anak mencapai kesuksesan. Pendidik/guru perlu memfasilitasi setiap kecerdasan yang dimiliki anak dalam pembelajaran dan kegiatan belajar. Menurut Gardner dalam Chatib & Said (2012:91) mengemukakan bahwa “kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan seluruh tubuh mereka atau paling tidak hanya sebagian dari tubuh, seperti tangan untuk memecahkan masalah”. Amstrong dalam Sujiono & Sujiono (2010:59) berpendapat bahwa “kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan berlari, menari,
41
membangun sesuatu dan melakukan kegiatan seni”. Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik lebih menyukai pembelajaran di luar kelas. Hal ini terlihat ketika penulis melakukan observasi di TK TRI KARYA. Ada 18 orang anak dari 26 anak yang berumur 5-6 tahun memiliki kecerdasan kinestetik. Ini sekitar 69% anak memiliki kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik berhubungan erat dengan motorik khususnya motorik kasar. Motorik kasar adalah tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Untuk melihat kecerdasan kinestetik anak dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan bermain. Bermaindapat memberi kesempatan untuk melatih keterampilan, kecerdasan dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri hingga pada akhirnya diharapkan dapat membantu proses belajar anak.Melalui kegiatan bermain anak akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Untuk itu, perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan seksama sehingga segala sesuatu dapat merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri. Banyak kegiatan bermain yang dapat mempengaruhi kecerdasan kinestetik anak, salah satunya adalah outbound.Outbound adalah kegiatan di alam terbuka dan juga dapat memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat
memacu semangat dan kreativitas seseorang. Pengajaran kegiatan outbound juga dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ancok dalam Asti (2009:28-29) yang menyatakan bahwa keuntungan dari kegiatan outbound yaitu melalui kegiatan outbound memberikan sebuah pengalaman langsung kepada peserta outbound, penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan, salah satu kegiatan untuk menemukan kembali pengalaman masa kecil yang penuh gembira, dan memberikan sebuah hiburan yang menarik bagi peserta yang mengalami masa kecil yang kurang bahagia. Kegiatan outbound belum familiar di kalangan dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini. Kegiatan outbound biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang menginginkan kegiatan penyegaran untuk karyawannya. Kegiatan outbound cenderung ditakuti anak-anak karena diadakan di ketinggian. Menurut Magta dalam Maryatun menyatakan bahwa orangtua juga sering menghawatirkan anaknya jika jatuh atau kotor karena outbound dilakukan di alam. Sebenarnya melalui kegiatan outbound anak akan terpacu untuk bergerak aktif seperti melompat, berlari, memanjat dan lainlain. Pengajaran kegiatan outbound juga dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ancok dalam Asti (2009:28-29) yang menyatakan bahwa keuntungan dari kegiatan outbound yaitu melalui kegiatan outbound memberikan sebuah pengalaman langsung kepada peserta outbound, penuh kegembiraan karena
42
dilakukan dengan permainan, salah satu kegiatan untuk menemukan kembali pengalaman masa kecil yang penuh gembira, dan memberikan sebuah hiburan yang menarik bagi peserta yang mengalami masa kecil yang kurang bahagia. Bermain diluar (outbound) biasanya lebih membutuhkan banyak waktu, karena permainan dalam kegiatan outbound juga banyak sehingga dalam meneliti kegiatan outbound harus dilakukan berkali-kali agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK TRI KARYA Medan T.A 2013. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin membuktikan “apakah ada pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK TRI KARYA Medan T.A 2013. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian bertujuan untuk mengkaji ada atau tidaknya pengaruh kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun di TK TRI KARYA Medan T.A 2013. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bentuk desain eksperimennya berupa Quasi Eksperimental Design. Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen, anak diajarkan kegiatan outbound dan pada kelas kontrol anak melakukan kegiatan tanpa diajarkan kegiatan outbound. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di TK TRI KARYA yang berjumlah 32 orang.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 orang anak. Hal ini dikarenakan ada tiga kelas yang masingmasing kelas A (4-5 tahun) terdiri dari 6 orang anak, kelas B (5-6 tahun) terdiri dari 13 orang anak dan kelas b (5-6 tahun) terdiri dari 13 orang anak. Penulis hanya meneliti anak yang berusia 5-6 tahun, maka kelas A tidak termasuk sampel. Penelitian ini terdapat dua variabel: (a) Variabel bebas (X) yaitu kegiatan outbound, dan (b) Variabel terikat (Y) yaitu kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun. Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data untuk memperoleh data yang objektif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi terstruktur. Observasi terstruktur, yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang siapa, kapan, dan dimana yang akan diamati. Pada kegiatan outbound yang dilakukan, observer melihat anak dari kejauhan. Anak tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi. Observer melakukan pengamatan ketika anak sedang melakukan kegiatan seperti memanjat, berlari, merayap dan lain-lain. Teknik analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif dan statistik impersial dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang sudah ada. Analisis data ini bertujuan untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
43
(1) Data yang diperoleh pada kelas eksperimen dibuat ke dalam tabel persiapan (2) Menentukan nilai rata-rata dan standar deviasi Untuk menentukan nilai rata-rata hitung menggunakan rumus (Sudjana, 2005:67)
X
X
i
n
Keterangan:
X
X
i
n
=
mean dari variabel X
=
skor total variabel X
=
jumlah sampel
Sedangkan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut: ∑ ∑ (Sudjana, 2005:94) Keterangan: S2 = standar deviasi Xi = harga data ke-i n = jumlah sampel (3) Uji Normalitas Pemeriksaan uji normalitas data digunakan teknik Lilliefors (a) Data hasil belajar X1, X2, ... Xn dijadikan angka baku Z1, Z2, ..., Zn dengan menggunakan rumus:
Zi
Xi X S
(Sudjana, 2005:466)
Keterangan: X = nilai rata-rata S = standar deviasi (b) Menghitung peluang F (Zi) = P (Z Zi) dengan menggunakan daftar normal baku. (c) Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang dinyatakan dengan S (Z-
Z1 banyaknya Z1 , Z 2 , ...Z n yang Z1 n
(d) Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian mengambil harga mutlaknya. (e) Menentukan harga terbesar dari selisih harga mutlak
F Z i S Z i
sebagai L0 untuk menerima atau menolak distribusi normal data penelitian dapatlah dibandingkan L0 dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar tabel uji Lilliefors dengan taraf nyata α = 5 % Kriteria pengujian: 1. Tolak hipotesis jika Lhitung
Ltabel maka populasi tidak berdistribusi normal
(4) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan yaitu untuk menguji kesamaan varians. Uji homogenitas yang digunakan adalah dengan cara varians terbesar dibandingkan dengan varians terkecil, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menuliskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat b. Menuliskan Ha dan Ho dalam bentuk statistik c. Mencari Fhitung dengan rumus:
F
var ians terbesar var ians terkecil
Sudjana, 2005:250) d. Menetapkan α yaitu 0,05 e. Menghitung Ftabel=F (n varians besar -1, varians terkecil -1) f. Membadingkan Fhitung dengan Ftabel
44
g. Menentukan kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima (homogen) h. Menarik kesimpulan (5) Analisis Pengujian Hipotesis a. Hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: Ho:µ1=µ2, Ada pengaruh yang signifikan kegiatan outbound terhadap kecerdasan kinestetik pada anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya Ha:µ1≠µ2, Tidak ada pengaruh yang signifikan kegiatan outbund terhadap kecerdasan kinestetik pada anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya b. Alternatif Pemilihan Uji-t (1) Jika data berasal dari populasi yang homogen ( tidak 1 2 dan diketahui), maka digunakan rumus uji t yaitu:
t
X1 X 2 1 1 S n1 n2
(Sudjana, 2005:239) Dengan
S2
n
1
1S12 n2 1S 22 n1 n2 2
(2) Jika data berasal dari populasi yang tidak homogen tidak 1 2 dan diketahui), maka digunaan rumus uji t yaitu:
t '
X1 X 2 S12 S 22 n1 n2
(Sudjana, 2005:241)
Keterangan: t = luas daerah yang dicapai n1 = banyak siswa pada sampel kelas eksperimen n2 = banyak siswa pada sampel kelas kontrol S1 = simpangan baku kelas eksperimen S2 = simpangan baku kelas kontrol S2 = simpangan baku gabungan dari S1 dan S2
X1
= rata-rata selisih skor siswa kelas eksperimen
X2
= rata-rata selisih skor siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian hipotesis H0 jika:
adalah
terima
w1 t1 w2 t 2 w t w2 t 2 t' 1 1 w1 w2 w1 w2
Dengan:
S12 S 22 w1 ; w2 n1 n2
1 t1 t 1 , n1 1 dan 2 1 t 2 t 1 , n2 1 2 Dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. H0 diterima apabila harga thitung< ttabel dan Ha ditolak Ha diterima apabila harga thitung> ttabel dan H0 ditolak HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dilakukan di TK Tri Karya yang beralamat di Jalan A.R Hakim Gang Kolam No. 24 Medan. TK Tri Karya merupakan salah satu TK yang
45
ada di Medan dan terdiri dari banyak ruangan, diantaranya yaitu: a. Ruangan Kepala Sekolah yang terletak paling belakang dari sekolah, b. Ruangan belajar terdiri dari tiga kelas yaitu dua ruangan untu kelas B dan 1 ruangan untuk kelas A c. Dapur d. Kamar mandi Guru-guru yang ada di TK Tri Karya yaitu berjumlah 5 orang. Yaitu Ibu Syafriah Tambunan,S.Ag Selaku Kepala Sekolah, Ibu Nur Aida selaku Wakil Kepala Sekolah, Ibu Eko Purwanti selaku Guru Kelas B, Ibu Emelia Surbakti,S.E selaku Guru kelas B dan Ibu Dewi Maharani selaku Guru kelas A. Jumlah murid yang ada di TK Tri Karya sebanyak 32 orang, yang terdiri dari masing-masing kelas B berjumlah 13 orang anak dan kelas A berjumlah 6 orang anak. Ketika melakukan penelitian, kelas dibagi menjadi dua yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen terdiri dari 13 orang anak dan kelas kontrol terdiri dari 13 orang anak. Sebelum melakukan kegiatan outbound peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun yang ada di TK Tri Karya. Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan belajar lewat tindakan dan pengalaman melalui praktik langsung. Kecerdasan kinestetik anak pada observasi awal akan dipaparkan peneliti, tapi sebelumnya peneliti mengklasifikasikan nilai-nilai kecerdasan kinestetik anak maka ditentukan bahwa anak yang mendapat nilai 0-1,00 masuk dalam kategori kecerdasan kinestetik rendah, yang mendapatkan nilai 1,012,00 masuk dalam kategori cukup, yang mendapatkan nilai 2,01-3,00 masuk dalam kategori baik, dan yang mendapatkan nilai 3,01-4,00 masuk dalam kategori sangat baik. Berikut ini deskripsi tentang nilai yang didapatkan anak di setiap observasi yang dilakukan.
Gambar 1. Data Nilai Observasi Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1.75
1.8
46
Gambar 2. Data Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 7 Data nilai observasi akhir kelas eksperimen
6 5 f r4 e k3 u e2 n s1 i 0
Data nilai observasi akhir kelas kontrol
Nilai rata-rata
1.55 1.6 1.65 1.7 1.75 2.8 2.85 2.95 3.05 3.1 3.15 3.3
Untuk mengetahui keadaan yang diteliti dilakukan uji Normalitas data dengan uji Liliefors sebagai berikut. Tabel 1. Ringkasan Uji Normalitas dengan Uji Liliefors No
Data
Kelas
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4
Observasi Awal Observasi Awal Observasi Akhir Observasi Akhir
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
0,1239 0,1707 0,1825 0,1711
0,234 0,234 0,234 0,234
Normal
Berdasarkan data dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa Lhitung< Ltabel atau 0,1239 < 0,234 yang perhitungannya diketahui n=13 dan α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok data berdistribusi normal. Sedangkanuntuk menguji perbedaan kecerdasan kinestetik anak yang sampel berasal dari varians yang
homogen atau tidak, maka diperlukan uji kesamaan dua varians. Pada masingmasing data observasi awal dan akhir untuk kedua sampel diperoleh pengujian Fhitung< Ftabel maka diterima hipotesis nol bahwa sampel memiliki varians yang homogen. Ringkasan Uji Homogenitas kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sebagai berikut.
Tabel 2. Ringkasan Uji Homogenitas Varians No 1 1 2 1 2
Data Kelas 2 Observasi Awal Kelas Eksperimen Observasi Awal Kelas Kontrol Observasi Akhir Kelas Eksperimen Observasi Akhir Kelas Kontrol
Varians 3 0,012 0,005 0,033 0,004
Fhitung 4 2,4 8,25
Ftabel 5 0,24 2 0,24 2
Kesimpulan 6 Tidak Homogen
47
Berdasarkan data tabel 4.6 menunjukkan bahwa Fhitung> Ftabel dengan dk pembilang (V1)=12 dan dk penyebut (V2)=12, pada taraf α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas sampel tidak homogen. Setelah data memenuhi persyaratan homogenitas dan normalitas,
maka dilakukan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menguji perbedaan nilai observasi akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t diperoleh pada tabel 3 seperti di bawah ini.
Tabel 3. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis No 1 1
Data 2 Observasi Akhir Kelas Eksperimen
Nilai Rata-rata 3 2,98
thitung 4
24,34 2
Observasi Akhir Kelas Kontrol
1,69
Berdasarkan data tabel 4.7 di atas perbedaan nilai observasi akhir kelas eksperimen dan nilai observasi akhir kelas kontrol diperoleh thitung = 24,34 sedangkan ttabel = 2,18 dengan kriteria pengujian: terima Ho jika thitung< ttabel dengan dk (n1+n2-2) dan taraf nyata α= 0,05, untuk harga t lainnya Ho ditolak atau Ha diterima. Pembahasan Peran guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Sebagaimana pendapat Frobel dalam Susari menyatakan bahwa guru memiliki keterlibatan yang sangat penting dalam memfasiltasi aktivitas belajar melalui bermain pada anak. Peran guru dalam melakukan kegiatan outbound sudah baik. Kegiatan outbound yang dilakukan melibatkan 13 orang anak dari kelas eksperimen dan semua guru ikut berpartisipasi dalam kegiatan outbound.Hal ini terlihatketika anakanak sedang melakukan kegiatan outbound, para guru ikut mengawasi anak-anak.
ttabel 5
Kesimpulan 6
2,18
Ada perbedaan yang signifikan
Pertama guru membagi anak menjadi dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari 7 orang anak dan kelompok yang lain terdiri dari 6 orang anak. Masing-masing kelompok diberi tantangan untuk menentukan kelompok mana yang lebih dahulu bermain. Tantangan yang diberikan yaitu setiap kelompok bekerjasama memasukkan bola yang diikat dengan tali ke dalam keranjang. Semua anak terlihat sangat antusias ketika memasukkan bola ke dalam keranjang. Kelompok yang menang mulai melakukan kegiatan outbound yang dipimpin oleh 3 orang instruktur. Sedangkan kelompok yang kalah dipandu oleh dua orang guru untuk melihat kelompok yang sedang melakukan outbound. Satu persatu anak melakukan kegiatan outbound. Selain itu guru jugamemberi semangat dengan memberi tepuk tangan dan mengucapkan kata “ayo nak, kamu pasti bisa”. Anak yang awalnya takut menjadi berani bahkan ingin melakukannya berkali-kali. Kegiatan yang ditakuti anak yaitu ketika melewati
48
jembatan dua garis curam dan flying fox. Ada anak yang menangis ketika melewati jembatan du garis curam, tapi karena dorongan dan semangat dari guru anak bisa melewatinya. Kelompok pertama selesai melakukan kegiatan outbound, kelompok kedua diarahkan untuk melakukan outbound dan kelompok yang sudah selesai dipandu oleh dua orang guru yang berbeda. Setelah semua anak selesai melakukan kegiatan outbound guru mengajak anak untuk membersihkan badan dan pakaian, kemudian makan makanan yang sudah dibawa dari rumah. Sebelum makan guru mengarahkan anak untuk mencuci tangan dan berdoa. Doa dipimpin oleh salah seorang anak dan diikuti oleh anak yang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa kegiatan outbound berpengaruh terhadap kecerdasan kinestetik anak. Hal ini terlihat dari data-data yang diperoleh peneliti sebelum dan sesudah melakukan kegiatan outbound. Pada proses memperoleh hasil analisis data, sebelum memberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk melihat kecerdasan kinestetik awal anak pada kedua kelas sampel. Pada saat observasi awal, pencapaian skor kecerdasan kinestetik anak pada kelas eksperimen adalah 1,62 dan pada kelas kontrol adalah 1,64, jadi skor kecerdasan kinestetik awal anak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah hampir sama. Kemudian dilakukan uji perbedaan skor kecerdasan kinestetik awal dan diperoleh Fhitung> Ftabel atau 2,4 > 0,242 maka disimpulkan kedua sampel memiliki varians yang tidak homogen.
Setelah dilakukan perlakuan yang berbeda yaitu di kelas eksperimen dilakukan kegiatan outbound dan di kelas kontrol tanpa kegiatan outbound diperoleh skor kecerdasan kinestetik anak di kelas eksperimen 2,98 sedangkan di kelas kontrol 1,69. Dari hasil observasi akhir kedua sampel tersebut diperoleh selisih sebesar 1,29. Dari data yang diperoleh tersebut terdapat perbedaan yang signifikan antara kecerdasan kinestetik anak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan melakukan kegiatan outbound terasa menarik bagi anak usia 5-6 tahun, dengan berbagai permainan akan membuat kecerdasan kinestetik anak meningkat, dan anak juga merasa senang. Berdasarkan pendapat di atas, maka salah satu kegiatan yang dapat mempengaruhi kecerdasan kinestetik anak yaitu melalui kegiatan outbound. Karena dengan kegiatan outbound anak akan bergerak aktif di alam terbuka seperti berlari, memanjat, melompat dan lain-lain. Peran guru dalam kegiatan outbound juga sudah baik. Guru sudah mampu menciptakan kondisi belajar yang nyaman, menyenangkan dan aman sehingga anak mendapatkan keterampilan baru. Guru juga sudah mampu membimbing dan mengarahkan anak yang melakukan kegiatan, sehingga anak yang merasa takut pada awalnya menjadi pemberani dan ingin melakukan outbound berkali-kali. Selain itu guru sudah dapat menjalankan fungsi utamanya dalam mendorong pertisipasi aktif anak dalam pengalaman bermain, membimbing proses refleksi terhadap pengalaman yang telah diperoleh, membantu anak dalam menyimpulkan konsep berdasarkan hasil refleksi
49
sehingga terbentuk adanya pemahaman baru serta memberikan rangsangan agar perilaku yang muncul berdasarkan pemahaman baru tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan fungsi dan peran guru tersebut, guru diharapkan memiliki kompetensi dasar sebagai fasilitator outbound. Hal ini didukung oleh pendapat Danuminarto dan Santosa dalam Susari (2011) yang menyatakan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru sebagai fasilitator outbound adalah: kompetensi untuk pembelajaran di lokasi outdoor, kompetensi untuk peralatan aktivitas outdoor, kompetensi untuk penentuan lokasi aktivitas outdoor, dan kompetensi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan peneliti dalam menerapkan kegiatan outbound, yaitu masih susah mengatur anak yang mau melakukan kegiatan outbound, semua anak berlomba-lomba ingin melakukannya terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di TK Tri Karya Medan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan Outbound memberi pengaruh positif terhadap kecerdasan kinestetik anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan makan dapat diambil kesimpulan yaitu: (1) Sebelum melakukan kegiatan outbound kecerdasan kinestetik Anak usia 5-6 tahun di TK Tri Karya Medan yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah cukup baik., (2) Guru sudah berperan aktif dalam melakukan kegiatan outbound. Hal ini menyebabkan anak
merasa senang, terjalin kerjasama, kecerdasan kinestetik anak meningkat, (3) Kecerdasan kinestetik anak setelah melakukan outbound yaitu: Pembelajaran dengan melakukan kegiatan outbound mampu memberikan pengaruh yang baik daripada pembelajaran tanpa kegiatan outbound. Hal ini sesuai dengan uji hipotesis yang diperoleh thitung> ttabel yaitu 24,34 > 2,18 pada taraf nyata α= 0,05 dengan dk= (n1+n2-2). Sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dinyatakan bahwa kegiatan Outbound sangat berpengaruh terhadap kecerdasan kinestetik anak usia 5-6 tahun. DAFTAR RUJUKAN
Alma, B. 2010. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta Ancok, D. 2003. Outbound Management Training. Yogyakarta:UII Press Asti, B.M. 2009. Fun Outbound.Jogjakarta: Diva Press. Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budisetiawan. 2011. Pengenalan Outbound untuk Anak (online). dalam http://budisetiwanbudisetiawan.blogspot.com/2011/ 10/bahan-belajar-outboundpaud.html, diakses 18 Maret 2013. Chatib, M & Said, A. 2012. Sekolah Anak-Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa Maryatun, B,I. 2010. Pemanfaatan Outbound untuk Melatih Kerjasama (Sebagai Moral Behavior) Anak Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: UNY. Skripsi. ([email protected]) Mulyono, & Asti, B.M. 2008. Smart Games for Outbound Training. Jogjakarta: Diva Press.
50
Musfiroh, T. Keseimbangan Intelegensia, Emosional, dn Spiritual Anak Usia Dini. Pusdi PAUD Lemlit UNY, FBS UNY, PGTK UNY PAUD Kober Al-Ikhlas. 2012. Makalah Pengembangan Kecerdasan Kinestetik Melalui Permainan Outbound.Tersedia:http://paudkoberalikhlas.blogspot.com/2012/03/ma kalah-pengembangankecerdasan.html Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Purwanto, Ngalim. 1986. dalam (http://id.shvoong.com/socialsciences/education/ 2252583pengertian-intelegensi/) Rachmawati, Y & Kurniati,E. 2011. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Ramli, M. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera Prenada Media Group Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sujiono & Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks Susari, DH. 2011. Implementasi Kegiatan Outbound dalam Upaya Pembentukan Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini. Bandung. Skripsi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional RI Wuni, DN. 2012. Pengaruh Musik terhadap Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun di RA AlMuchtariyah Tanjung Morawa. UNIMED. Skripsi Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda
51