e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENGARUH KEGIATAN FINGER PAINTING BERBASIS TEORI LOKOMOSI TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK Dewa Ayu Ketut Gayatri Suciati1, Ni Ketut Suarni2, Putu Rahayu Ujianti3 1, 3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan BimbinganKonseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan motorik halus antara anak yang mengikuti pembelajaran dengan melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dan kelompok anak yang tidak diberikan kegitan finger painting berbasis teori lokomosi anak kelompok B pada tahun pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan rancangan post-tes only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Widya Kumarasthana Banyuning yang berjumlah 32 anak. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah rubrik.. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif. Uji hipotesis menggunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis uji-t terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan motorik halus antara kelompok anak yang diberikan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dengan kelompok anak yang tidak diberikan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi. Dimana thit > ttabel (20. 69>2.042). dengan demikian berarti kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi berpengaruh positif terhadap keterampilan motorik halus anak. Kata-kata kunci : finger painting, teori lokomosi, keterampilan motorik halus
Abstract This study aims to find a significant difference between the fine motor skills of children who attend learning through finger painting activity-based theory of locomotion and the group of children who were not given the activity-based theory of locomotion finger painting children in group B in the academic year 2015/2016 in kindergarten Widya Kumarasthana Banyuning , This study is a quasi-experimental research design using post-test only control group design. The study population was all children in kindergarten group B Widya Kumarasthana Banyuning totaling 32 children. Samples were taken using total sampling technique. Research instrument used to collect data was rubric. Data were analyzed using descriptive statistics. Hypothesis testing using t-test analysis. Based on the results of data analysis using t-test analysis there are significant differences between the groups of fine motor skills of children given finger painting activity-based theory of locomotion with groups of children who are not given the finger painting activity-based theory of locomotion. Where thit> ttabel (20. 69> 2,042). thus meaning finger painting activity-based theory of locomotion positive effect on fine motor skills of children. Keywords: finger painting, the theory of locomotion, fine motor skills
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. “Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia” (Berk dalam Sujiono, 2009: 6). Pada anak usia dini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, baik dalam aspek kognitif, bahasa, sosial, moral dan agama serta motoriknya. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan dengan baik setiap perlakuan yang akan diberikan sebagai stimulus perkembangannya. “Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak” (Sujiono, 2009: 6). Ketika memberikan pembelajaran sebagai suatu bentuk perlakuan yang diberikan kepada anak, tentu saja harus memperhatikan karakteristik setiap tahapan perkembangan anak. Pembelajaran yang diberikan harus optimal dan sesuai dengan karakteristik perkembangannya, agar anak dapat tumbuh dan berkembangan dengan optimal. Semua ini dilakukan agar anak dapat mengembangkan segala sesuatu yang ada pada dirinya, sehingga anak memiliki suatu kemampuan, kesanggupan dan keterampilan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting di berbagai sektor kehidupan. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sagala (2010:3) menyatakan, “pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Sejalan dengan pendapat tersebut Juniasih (2013:1) menyatakan “pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan akan menimbulkan perubahan dalam dirinya menuju kearah yang lebih baik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perannya di masa depan”.
Jadi, pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mengubah tingkah laku peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan agar peserta didik dapat menumbuhkan perubahan yang positif pada dirinya sehingga akan dapat beradaptasi dimana individu itu berada. Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran dan keterampilan pada anak khususnya anak TK. Taman Kanak-Kanak (TK) adalah satu bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun” (Sujiono, 2009:22). Pada usia TK atau usia prasekolah merupakan usia yang sangat berharga, karena pada usia ini aspek-aspek perkembangan anak dapat berkembang dengan pesat. Demikian juga dengan perkembangan motorik anak dapat berkembang dengan pesat. Menurut Hurlock (dalam Melinda, 2013: 2) anak yang mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam perkembangan motorik akan mengalami perkembangan keterampilan motorik yang berada di bawah norma umurnya. Selain itu bidang akademis pun akan terhambat juga misalnya dalam kegiatan menulis, menggambar, mewarnai, menggunting sederhana, melipat anak masih belum bisa atau masih memerlukan bantuan orang lain untuk melakukannya. Pada aktivitas anak Taman Kanak-kanak, kegiatan gerak dan belajar gerak menjadi sangat penting dan harus mendapat perhatian khusus. Anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan lebih mudah menyesuaikan diri pada lingkungan sekitar. Keterampilan motorik juga dapat mempengaruhi kemandirian dan rasa percaya diri anak dalam mengerjakan sesuatau karena ia sadar akan kemampuan dirinya. Penanaman motorik yang benar sangat penting, sebab akan sangat
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) memberikan kontribusi terhadap kebutuhan anak, Samsudin (dalam Rini, 2013: 18). Berdasarkan dari hasil obervasi yang dilakukan selama satu minggu di TK Widya Kumarasthana Banyuning, Senin 5 januari sampai dengan 10 januari 2016 diperoleh bahwa perkembangan motorik halus anak masih kurang maksimal dan perlu untuk dikembangkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian anak sehari-hari pada saat pengembangan motorik halus dalam RKH, misalnya menggambar bebas dengan berbagai media, meniru membuat garis datar, miring, lengkung dan lingkaran, membuat segitiga dan bujur sangkar, dan melukis dengan berbagai media juga masih kurang. Salah satu penyebabnya adalah anak merasa jenuh dan bosan, sehingga minat anak untuk berkreasi kurang. Selain itu anak menangis ketika tidak bisa mengerjakan tugasnya. Terkadang anak tidak memperdulikan motivasi yang diberikan oleh guru dan malas mengerjakannya. Perkembangan motorik halus anak tidak akan berkembang dengan optimal karena minat anak untuk berkreasi masih kurang dikarenakan anak merasa jenuh dan bosan. Berdasarkan uraian tersebut perlu adanya suatu perbaikan untuk mengatasi permasalahan yang ada di TK. Pelaksanaan pembelajaran perlu adanya teknik pembelajaran yang baru agar pembelajaran lebih menarik serta bervariasi. Dengan demikian anak akan senang mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi. Menurut Witarsono (dalam Risanti, 2013:26) “finger painting adalah melukis dengan jari, melatih pengembangan imajinasi, memperhalus kemampuan motorik halus, dan mengasah bakat seni rupa”. Lebih lanjut menurut Sumanto (2006: 64) menyatakan bahwa, “finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar. Batasan jari disini adalah semua jari
tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Andrimeda (2012: 6) menyatakan bahwa, “Finger painting adalah suatu istilah melukis dengan jari. Jenis kegiatan ini merupakan suatu cara berkreasi di bidang datar dengan bubur berwarna sebagai bahan pewarnanya dan jari atau telapak tangan sebagai alatnya”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, finger painting adalah teknik melukis dengan jari menggunakan berbagai media dan warna dan melatih pengembangan imajinasi, mengasah bakat seni rupa, dan memberikan sensasi pada jari anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Aktivitas dalam kegiatan finger painting ini merupakan kegiatan melukis secara langsung dengan jari tangan di atas bidang gambar dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara bebas. Sumanto (2006:65) menyatakan bahwa, “langkah-langkah finger painting adalah sebagai berikut. (a) siapkan kertas gambar, bubur warna (adonan warna) dan alas kerja. (b) goreskan adonan warna tersebut dengan jari secara langsung sehingga menghasilkan jejak jari tangan dengan bebas sampai membentuk kesan goresan jari di bidang gambar”. Sejalan dengan pendapat diatas Pekerti (dalam Subekti, 2013:20) menyatakan, langkah-langkah finger painting adalah sebagai berikut. (a) proses finger painting dengan tema abstrak diawali dengan memberi stimulus untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu anak akan materi baru yang akan dipelajarinya. (b) proses merasakan atau menghayati dapat dicapai dengan memberi kertas gambar berukuran A-1 agar anak puas mengeksplorasi dan berimajinasi bermacam-macam gerak jari tangan dan membuat beragam coretan atau sapuan tangan dengan bentuk abstrak. (c) proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespon lebih cepat dan lancar sehingga dapat menghasilkan karya abstrak yang indah. (d) proses berkarya akan melibatkan kemampuan anak menguasai media
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) melukis langsung dengan jari-jari tangan sebagai alat yang utama. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam kegiatan finger painting diawali dengan pemberian stimulus, dimana guru akan memberikan sedikit ulasan mengenai tema atau lukisan apa yang dapat dibuat anak, selanjutnya guru memberikan kertas gambar yang akan digunakan anak untuk melukis dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba merasakan gerakan-gerakan tangannya secara bebas sehingga membentuk lukisan abstrak yang terbuat dari jari-jari anak sendiri. Adapun manfaat dari finger painting yaitu menurut Kurniati (dalam Astria, 2015: 2) manfaat finger painting yaitu: “meningkatkan kemampuan berpikir dan berbuat kreatif, mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan nilainilai estetika dengan mengambar karyakarya kreatif dan melatih otot-otot jari”. Hal senada juga dinyatakan oleh Pamadhi (dalam Astria, 2015: 2) yang menyatakan bahwa, beberapa manfaat melukis dengan jari ialah, (1) sebagai media untuk mencurahkan perasaan, (2) sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk), (3) berfungsi sebagai alat bermain, (4) dapat melatih ingatan, (5) melukis dapat melatih berpikir komprehensif (menyeluruh), (6) dapat melatih keseimbangan, (7) dapat melatih kreativitas, dan (8) mengembangka n rasa kesetiakawanan yang tinggi dan dapat melatih koordinasi antara mata tangan. (9) dapat meluweskan jari jemari anak. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari finger painting adalah dapat melatih motorik halus dimana anak dapat melatih koordinasi mata dan tangannya. Selain itu anak juga dapat mengenal konsep warna, dapat mencurahkan perasaan saat anak bermain denga warna-warna yang ada. Dapat melatih kreatifitas dan mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan menggambar karya-karya kreatif. Selain manfaat, finger painting juga memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penggunaan finger painting menurut Subekti (2013:21) yaitu. “(a) Finger painting
digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. (b) Finger painting digunakan untuk meningkatkan koordinasi jari-jari tangan dan mata. (c) Finger painting digunakan sebagai alat untuk melatih emosi anak”. Sejalan dengan pendapat tersebut Pamadhi (dalam Melinda, 2013: 3) menyatakan, “tujuan dari finger painting adalah melatih motorik halus anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf, serta mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru)”. Lebih lanjut Rachmawati dan Euis (2010: 84) menyatakan, “tujuan kegiatan finger painting adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berbuat kreatif serta mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan nilai-nilai estetika dengan menggambar karya-karya kreatif”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan finger painting dapat digunakan untuk anak usia dini dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak serta koordinasi jari-jari tangan dan mata. Selain itu dalam kegiatan finger painting ini, melibatkan gerak otot-otot kecil serta kematangan syaraf. Kegiatan finger painting ini juga dapat digunakan sebagai pengenalan konsep warna primer dan pencampurannya serta melatih emosi anak. Finger painting juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Haniech (dalam Wardani, 2014: 11) menyatakan bahwa, Kelebihan finger painting yaitu memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jarinya dan membentuk konsep gerakan membuat huruf. Disamping itu, finger painting juga mengajarkan konsep warna dan mengembangkan bakat diri. Kekurangan finger painting yaitu bermain kotor dan terkadang anak merasa jijik dan geli karena tepung kanji yang digunakan sebagai media lengket pada jari jemari anak. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa finger painting juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari kegiatan finger painting adalah dimana anak bebas membuat lukisan sesuai dengan keinginannya. Selain itu anak juga dapat merasakan kontrol jarinya karena adanya sensasi pada jari ketika menggoreskan adonan di buku
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) gambar. Anak juga dapat mengenal konsep warna dan anak merasa senang karena anak bebas berekspresi. Kemudian untuk kekurangannya, karena dalam kegiatan finger painting ini adonan sedikit lengket, anak terkadang merasa jijik dikarenakan adonannya lengket pada tangan seperti lem. Untuk membantuk pelaksanaan kegiatan finger painting maka diperlukan teori yang sesuai sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran. Sehingga dalam penelitian ini kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi. Menurut kamus psikologi C.P Caplin (dalam Suarni, 2009) memberikan arti, “lokomosi adalah sebagai gerak dari satu organisme, dari satu tempat ke tempat yang lain. Sehingga secara lebih lengkap lokomosi dapat diartikan sebagai daya penggerak psikologis/gerak psikologis di dalam ruang hidup”. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa lokomosi merupakan daya penggerak bagi seseorang sehingga orang tersebut bisa bergerak yakni melakukan suatu perubahan dalam dirinya dengan melakukan suatu pergerakan. Teori ini dikembangkan oleh seorang ahli bernama Kurt Lewin, dengan teori psikologinya yaitu psikologi medan (field teory). Teori ini memandang individu atau organisme memiliki kepribadian yang digambarkan sebagai ruang kehidupan (life space) ia menggambarkan kepribadian manusia itu terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan yang paling dalam atau lapisan pertama disebut dengan nama lapisan personal (pribadi itu sendiri) sedangkan lapisan ke dua atau lapisan luar lapisan lingkungan personal yang disebut dengan lingkungan psikologis. Kemudian lapisan paling luar yaitu dunia dunia nyata atau lingkungan non psikologis. Ketiga lapisan ini akan saling berinteraksi sehingga dapat membentuk gerak manusia/perilaku individu. Pemahaman teori medan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan finger painting adalah: Anak TK di sekolah di berikan kegiatan finger painting oleh gurunya. Non psikologis/dunia aktualnya adalah kegiatan yang diberikan yaitu finger painting, kemudian lingkungan psikologisnya adalah guru yang
memberikan stumulus kepada anak dan personalnya adalah anak itu sendiri. Dapat dijelaskan bahawa bagaimana seorang guru (lingkungan psikologis) dapat memberikan stimulus kepada anak itu sendiri (personal) dengan menggunakan kegiatan finger painting (non psikologis/dunia aktual) sehingga keterampilan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik. “Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus, seperti menggenggam mainan, mengancing baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus” (Santrock 2007:216). Senada dengan kutipan tersebut Papalia (2008:316) menyatakan “keterampilan motorik halus (fine motor skills), seperti mengancing baju, dan melukis gambar, melibatkan koordinasi mata-tangan dan otot kecil”. Sejalan dengan pendapat ini, Magil (dalam Rini, 2013: 25) menyatakan bahwa, “ keterampilan motorik halus melibatkan koordinasi syaraf otot yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk keberhasilan keterampilan ini”. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan seperti mengancing baju, dan melukis gambar. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan anak prasekolah beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, menggambar dan melukis. Gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Menurut Sumantri (dalam Rini, 2013: 16) menyatakan bahwa, manfaat pengembangan motorik halus adalah upaya dalam meningkatkan penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Keterampilan motorik halus juga bermanfaat untuk anak agar anak dapat dengan tepat dan berhasil menyelesaikan tugas motorik tertentu (Subekti, 2013). Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat keterampilan motorik halus adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan mata dan tangan guna menyelesaikan tugas tertentu, sehingga keberhasilan menyelesaikan tugas dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri anak sebagai bekal anak kelak di masa yang akan dating.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan usianya yaitu 5-6 tahun anak semestinya sudah mampu menguasai berbagai perkembangan motorik halus. Terutama yang melibatkan keterampilan tangan sebagai suatu dasar yang nantinya akan banyak digunakan anak ketika anak semakin dewasa. Kegiatan dan teknik pembelajaran yang diberikan kepada anak perlu dikembangkan lagi agar keterampilan motorik halus anak dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan indikator-indikator dari keterampilan motorik halus yang akan dikembangkan di kelas. Perkembangan motorik halus anak akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak, namun cepat dan lambatnya perkembangan motorik halus anak sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Santrock (2007) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik halus tidak lepas dari sifat dasar genetik (organ otak) sebagai faktor internal yaitu semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak, serta keadaan pasca lahir sebagai faktor eksternal yang berhubungan dengan stimulasi, pola perilaku yang diberikan, dan pemberian gizi yang cukup.
Setiap perkembangan memiliki ciri-ciri tersendiri yang menjadi karakteristik dalam setiap fase perkembangan anak. Keterampilan motorik halus juga memiliki ciri-ciri yang beragam disetiap usia anak. Sujiono (2009:65) menyatakan,ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut. (a) Adanya peningkatan perkembangan otot yang kecil, (b) Peningkatan penguasaan motorik halus; dapat menggunakan palu, pensil, gunting, dan lain-lain, (c) Dapat menjiplak gambar geometris, (d) Memotong pada garis, (e) Dapat bermain pasta dan lem, (f) Pekerjaan keterampilan tangan yang semakin baik. Sejalan dengan pendapat tersebut Caughlin (dalam Nanik 2012:9) menyatakan ciri-ciri keterampilan motorik halus anak berdasarkan usianya adalah sebagai berikut. Usia lima tahun yaitu: (1) melempar bola dengan memutar badan dan melangkah kedepan, (2) mengayun tanpa bantuan, (3) menangkap dengan mantap, (4) menulis nama depan, (5) membangun menara setinggi 12 kotak, (6) mewarnai dengan garis–garis, (7) memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari, (8) menggambar orang beserta rambut dan hidung, (9) menjiplak persegi panjang dan segi tiga, dan (10) memotong bentuk– bentuk sederhana. Sedangkan Usia enam tahun yaitu: (1) menunjukkan dua keterampilan rumit dalam menguasai bola, misal: memantulkan, melambungkan, menangkap, dan memukul bola dengan raket, (2) menggambar orang termasuk leher, tangan, mulut, dan (3) menjiplak gambar wajik.
Berdasarkan beberapa faktor diatas, tentu saja akan mempunyai dampak tersendiri bagi perkembangan keterampilan motorik halus anak. Seperti halnya dari faktor genetik, individu mempunyai beberapa kondisi dari keturunan yang dapat menunjang perkembangan motorik misal otot kuat, syaraf baik, dan kecerdasan yang menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik dan cepat. Serta dari faktor eksternal yang berhubungan dengan stimulus, pola perilaku yang diberikan dan pemberian gizi yang cukup. Kegiatan dan teknik pembelajaran yang diberikan kepada anak perlu dikembangkan lagi agar keterampilan motorik halus anak dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, diperlukan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pengembangan indikator-indikator dari keterampilan motorik halus yang akan dikembangkan di kelas. Indikator tersebut terdiri dari 4 indikator, sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 yaitu sebagai berikut. (1) menggambar bebas dengan dari bentuk dasar titik garis, lingkaran, segitiga, segiempat, (2) membuat berbagai macam coretan, (3) membuat lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar, (4) meniru membuat garis tegak, datar, miring dan lengkung. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi terhadap keterampilan motorik halus anak kelomk B Pada Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumarasthana Banyuning.
painting berbasis teori lokomosi. Dengan demikian desain analisis yang digunakan adalah uji-t. Pengumpulan data keterampilan motorik halus anak dikumpulkan dengan instrument lembar observasi checklist. Uji coba instrument keterampilan motorik halus anak meliputi validitas isi, validitas butir instrument dan reabilitas. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis deskriptif. Pada tahap kedua dilakukan analisis untuk pembuktian hipotesis. Pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dilakukan melalui metode statistika. Pengujian hipotesis digunakan uji-t sampel independentdengan rumus Polled varians. Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan metode statistika tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data, dan uji homogenitas varians.
METODE Penelitian dilakukan di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi extperimen). Penelitian eksperimen semu adalah jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2012). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PostTest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah para peserta didik kelompok B semester II di TK Widya Kumarasthana 2015/2016 yang berjumlah 32 orang. Sampel penelitian adalah anak kelompok B1 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 16 orang anak dan kelompok B2 sebagai kelas eksperimen terdiri dari 16 orang anak yang dipilih dengan teknik total sampling. Penelitian ini melibatkan dua variable, yaitu satu variable terikat dan satu variable bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik halus dan variable bebasnya adalah kegiatan finger
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan analisis deskriptif keterampilan motorik halus anak kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi menunjukkan bahwa hasil ratarata skor hasil keterampilan motorik halus kelompok eksperimen adalah 41.9, median skor hasil keterampilan motorik halus kelompok eksperimen adalah 42, modus skor hasil keterampilan motorik halus kelompok eksperimen adalah 43. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Mo> Md > M atau 43> 42>41.9. Maka data tersebut termasuk pada distribusi juling negatif (sebagian besar skor hasil keterampilan motorik halus anak cenderung tinggi). Sebaran data kelompok eksperimen disajikan dalam grafik polygon pada gambar 01 berikut
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
6
5
4
4
Frekuensi
Frekuensi
2 0
39 40 41 42 43 44 45
skor
2 1 0
24 25 26 27 28 29 30 31
Gambar 01. Polygon data hasil kelompok eksperimen
Gambar 02. Polygon data hasil kelompok kontrol
Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil keterampilan motorik halus anak kelompok eksperimen digunakan criteria penilaian yang disusun berdasarkan kurve juling negative. Hasil perhitungan tabel skla lima menunjukkan bahwa hasil keterampilan motorik halus anak kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggidengan rata-rata 41.9 yang berada pada rentang skor 39 - < 48. Sedangkan asil perhitungan analisis deskriptif keterampilan motorik halus anak kelompok kontrol yang tidak dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi menunjukkan bahwa hasil rata-rata skor hasil keterampilan motorik halus kelompok kontrol adalah 27.62, median skor hasil keterampilan motorik halus kelompok kontrol adalah 27, modus skor hasil keterampilan motorik halus kelompok kontrol adalah 26. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Mo< Me < M atau 26 < 27 < 27.62. Maka data tersebut termasuk pada distribusi juling positif (sebagian besar skor hasil keterampilan motorik halus anak cenderung rendah). Sebaran data kelompok kontrol disajikan dalam grafik polygon pada gambar 02. Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil keterampilan motorik halus anak kelompok eksperimen digunakan kriteria penilaian yang disusun berdasarkan kurve juling positif. Hasil perhitungan tabel skla lima menunjukkan bahwa hasil keterampilan motorik halus anak kelompok kontrol berada pada kategori sedang dengan rata-rata 27.26 yang berada pada rentang skor 27 - < 33.
Sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan terhadap hasil belajar matematika siswa, yang dilihat dari hasil post test yang telah dilakukan pada tanggal 27 Mei 2016. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Liliefors, diperoleh seluruh L0 < Ltabel. Dalam hal ini, diperoleh skor kelompok eksperimen yaitu L0 = 0.14 < Ltabel = 0.2128 dan skor kelompok kontrol yaitu L0 = 0.18 < Ltabel = 0.2128 (untuk dk = n = 16 pada taraf signifikansi 5%), maka H0 diterima yang berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan penghitungan uji homogenitas dengan uji fisher (uji-F) diperoleh Fhitung kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1.55. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 15, dbpenyebut = 15, pada taraf signifakansi 5% adalah 2.22. Hal ini berarti, varians data kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t independent dengan rumus uji-t polled varians, karena jumlah sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control sama, dan kedua kelompok data memiliki varian yang homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit adalah 20.69 Sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 16+16-2 =30 adalah 2,042. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thit > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi terdapat perbedaan signifikan keterampilan
3
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) motorik halus antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dan kelompok anak yang tidak dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi pada anak kelompok B di TK Widya Kumasrthana Banyuning Singaraja. Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok anak yang mengikuti pembelajaran dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi memiliki hasil keterampilan motorik halus yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak mengikuti pembelajaran dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi. Kesimpulan ini didapatkan dari rata-rata skor hasil keterampilan motorik halus kelompok anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dengan kelompok anak yang tidak mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi. Rata-rata skor hasil perkembangan anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi adalah 41.9 yang berada pada kategori sangat tinggi dan rata-rata skor hasil keterampilan motorik halus anak yang tidak mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi adalah 27.62 yang berada pada kategori sedang. Jika skor pada kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor anak cenderung tinggi. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kelompok kontrol, jika digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor anak kelompok kontrol cenderung rendah. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit adalah 20.69 Sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,042. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thit > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan signifikan keterampilan motorik halus antara kelompok anak yang dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dan
kelompok anak yang tidak dibelajarkan dengan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi pada anak kelompok B di TK Widya Kumasrthana Banyuning Singaraja. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan kegiatan finger painting berbasis teroi lokomosi berpengaruh terhadap keterampilan motorik halus anak. Perbedaan hasil perkembangan yang signifikan antara anak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dan anak yang tidak mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada proses kegiatan pembelajarannya. Pada kelompok anak yang diberikan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi, anak terlebih dahulu dibuat merasa nyaman dengan kegiatan yang diberikan sehingga anak siap menerima materi baru yang akan diberikan. Kegiatan finger painting dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak karena kegiatan ini, melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf. Semakin matangnya perkembangan sisstem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kemampuan motorik halus anak. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santrock (2007) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik halus tidak lepas dari sifat dasar genetik (organ otak) sebagai faktor internal yaitu semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Respon anak ketika diberikan kegiatan finger painting adalah senang, anak sangat antusias ketika diberikan kegiatan ini. Hal ini dikarenakan kegiatan ini baru bagi anak, dimana anak sebelumnya belum pernah mendapatkan kegiatan ini. Ketika diperkenalkan kegiatan finger painting, anak-anak penasaran dengan adonan yang akan dipakai untuk menggambar. Pada awalnya anak-anak bingung dengan dengan kegiatan finger painting. Namun setelah diberikan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) penjelasan tentang kegiatan ini, anak mulai paham bagaimana cara penggunaan adonan sehingga menjadi suatu hasil karya yang indah.
2015/2016 di TK Widya Kumarasthana Banyuning. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil keterampilan motorik halus anak kelompok eksperimen dengan rata-rata 41.9 yang tergolong pada kriteria sangat tinggi dan hasil keterampilan motorik halus anak kelompok kontrol dengan rata-rata 27.62 tergolong pada kriteria sedang. Kemudian dari perhitungan uji hipotesis melalui uji-t ditemukan thitung = 20.69 > ttabel = 2,042 dengan taraf signifikansi 5%. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi berpengaruh positif terhadap hasil keterampilan motorik halus anak. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Disarankan bagi kepala TK diharapkan dapat memebrikan saran kepada guru-guru untuk memaksimalkan penerapan keiatan finger painting berbasis teori lokomosi yang akan diterapkan dalam pembelajaran di kelas sehingga nantinya akan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Disarankan kepada para guru agar dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas melalui kegiatan finger painting agar anak tertarik dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Disarankan bagi peneliti lain, hal-hal yang belum tercapai dalam penelitian ini dapat disempurnakan pada penelitian selanjutnya
Selain kegiatan finger painting, peningkatan keterampilan motorik halus juga disebabkan penggunaan teori lokomosi. Menurut kamus psikologi C.P Caplin (dalam Suarni, 2009) menyatakan bahwa, “lokomosi merupakan daya penggerak psikologis/gerak psikologis di dalam ruang hidup”. Dengan berbasis teori lokomosi otak anak akan merespon dengan cepat, sehingga anak dapat melakukan suatu pergerakan melalui tangannya dengan menggoreskan adonan finger painting diatas bidang kertas. Jika dari segi psikologis anak sudah siap menerima kegiatan yang akan diberikan yaitu berupa finger painting maka anak juga dapat menghasilkan karya abstrak yang indah dengan bereksplorasi dan berimajinasi bermacam-macam gerak jari tangan dan membuat berbagai macam coretan. Hal ini sesui dengan teori menurut Pekerti (dalam Subekti, 2013:20) yang menyatakan, proses berpikir akan membantu anak lebih fokus dan membangkitkan daya imajinasi/fantasi anak sehingga anak mampu merespon lebih cepat dan lancar sehingga dapat menghasilkan karya abstrak yang indah. Berdasarkan paparan di atas, tampak jelas bahwa kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi berpengaruh terhadap hasil keterampilan motorik halus anak kelompok B pada tahun pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumarasthana Banyuning.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan yang signifikan hasil keterampilan motorik halus antara sanak yang mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi dengan anak yang tidak mengikuti pembelajaran melalui kegiatan finger painting berbasis teori lokomosi anak kelompok B pada tahun pelajaran
Andrimeda, Freni. 2012. Pengaruh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap Perkembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Pembangunan Dsn. Lawan. Ds Kedungwangi. Kec Sambeng. Kab Lamongan. Tersedia pada http://ejo urnal.unesa.ac.id/article/1051/19/art
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) icle.pdf (diakses pada tanggal 12 september 2015).
Painting Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada Taman kanakKanak. Pada http: //repository.upi.edu/.../S_PAUD_060 4701_Chapter3.pdf (diakses pada tanggal 12 september 2015).
Afiffudin dan Khotimah. 2015. Pengarauh Kegiatan Seni Finger Painting Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak. Tersedia pada https://ml.scribd.com/.../PENGARU H-KEGIATAN-S 2015 (diakses pada tanggal 17 Oktober 2015).
Nanik,
Astria, Nina. 2015. Penerapan Metode Bermain Melalui Kegiatan Finger Painting Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus. Jurnal. Tersedia pada http:// ejournal.undiksha.ac.id/index.php/J JPAUD.(diakses pada tanggal 27 Februari 2016).
Risanti Nita, Ni Made. 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Konkrit Melalui Kegiatan Finger Painting Untuk Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak TK Ganesha Denpasar Selatan Pada Kelompok A Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Candiasa, I.M. 2011. Pengujian Instrument Penelitian Disertasi Aplikasi ITMAN dan BIGSTEPS. Singaraja: Unit Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha. Hildayani, Rini, dkk. 2007. Perkembangan Anak. Universitas Terbuka.
Psikologi Jakarta:
Husen, Meliana. 2010. Pengaruh Pelatihan Finger Painting Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anakanak Usia 4-5 Tahun Di Kelurahan X. tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/14679/1/skrip si.pdf (diakses pada tanggal 18 Oktoer 2015).
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rini,
Juniasih, Ni Wayan. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write (Ttw) Berbantuan Media Konkret Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Iv Sd Di Gugus V Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Melinda. 2013. Pengaruh Menggunakan Teknik
Cornelia Ambar Puspita. 2013. Analisis Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Finger Painting Pada Anak TK Kelompok B Segugus Paud 06 Imogiri Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Skripsi online. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/14679/1/skrip si.pdf (diakses pada tanggal 27 februari 2016).
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak (Terjemahan) Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Melukis Finger
Mila. 2012. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Permainan Playdough Pada Kelompok B Di Paud Al – Hidayah Depo Indah No. 1 Kemijen Semarang Timur Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Tersedia pada http://library.i kippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/c8e 7a88791bb781a.pdf (diakses tanggal 24-3-2014).
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Suarni, Ni Ketut. 2009. Modul Psikologi Perkembangan I. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
56789/5081/3/T1_272010013_BAB %20II.pdf (diakses pada tanggal 1 Maret 2016). Yuningtias, Wijil. 2012. Perkembangan Motorik halus. Diakses pada http://eprints.uny.ac.id/7942/3/bab2 %20-%2009111247010.pdf (tgl 18 oktober 2015).
Subekti, Eny Sri. 2013. Upaya Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan Finger Painting Pada kelompok A TK PGRI 69 Kecamatan Genuk Semarang Tahu n Ajaran 2012/2013. Tersedia pada http://library.ikippgrismg.ac.id/docfile s/fulltext/a5b5aa53140277c9.pdf (di akses tanggal 26-02-2014). Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
------------.
2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Sukardi. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Papalia, Diane E, dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Permendiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Wardani. 2014. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Finger Painting. Tersedia pada http:/ /repository.uksw.edu/bitstream/1234