Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 181-192
PENGARUH SENI FINGER PAINTING TERHADAP PENGETAHUAN WARNA Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati Fakultas Psikologi Universitas Darul’Ulum Jombang
Abstract: This study aims to prove the influence of the art of finger painting training on knowledge of colors . The hypothesis of this study is there is influence of the art of finger painting training on knowledge of colors. The subjects of this study were students perwanida Kesamben jombang RA, the majority of its students aged 4-6 years as many as 40 students , samples taken by random sampling. This study used two groups: an experimental group and a control group. Subjects in each group of 20 children. Data collection tool used is a check list. In the measurement of knowledge of color is done after the administration of art finger painting , both the experimental group and control group data analysis using t-test between groups and results of data analysis showed that , T = 12.407.dengan P = 0.000 ( P < 0.01 ) , mean and mean A1 = A2 = 43.200 13.650 ( A1 > A2 ) . This suggests that the hypothesis is accepted . This means that there is a difference between the color of knowledge about children who were given training finger painting and children who were not given pelatiahan finger painting is better or higher than children who were not given training so, the hypothesis is accepted . Keywords: finger printing , color knowledge Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pelatihan seni finger painting terhadap pengetahuan warna. Hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh pelatihan seni finger painting terhadap pengetahuan warna. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi RA perwanida kesamben jombang, yang mayoritas siswa-siswinya berusia 4-6 tahun sebanyak 40 siswa, sampel yang diambil dengan random sampling. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subyek dalam masing-masing kelompok sebanyak 20 anak. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah chek list. Dalam pengukuran pengatahuan warna yang dilakukan sesudah pemberian seni finger painting, baik kepada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol analisis data menggunakan T-test antar kelompok dan hasil analisis data yang didapatkan bahwa, T=12.407.dengan P=0,000 (P<0,01), rerata A1=43,200 dan rerata A2=13,650 (A1>A2). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Artinya ada perbedaan pengetahuan tentang warna antara anak yang diberi pelatihan finger painting dan anak yang tidak diberi pelatiahan finger painting lebih baik atau lebih tinggi dibanding anak yang tidak diberi pelatihan jadi, hipotesis diterima. Kata kunci: finger printing, pengetahuan warna
181
182
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
Pendahuluan Usia 4-6 tahun merupakan periode terpenting untuk merangsang pertumbuan otak anak. Diusia ini pula anak mengalami masa-masa peka dimana anak sangat sensitif sekali dalam menerima berbagai hal yang dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi,baik fisik maupun psikis yang siap menerima dan merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan (Kurikulum 2004 TK dan RA, 2005). Di masa ini untuk pertama kalinya dasardasar pertama dalam mengembangkan segala macam aspek kemampuan letak kan. Oleh sebab itu, kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuan anak, agar pertumbuan dan dan perkembangannya dapat tercapai optimal. Dalam sebuah penelitian di bidang neurologi yang dilakukan Benyamin S. Bloom, seseorang ahli pendidikan memperlihatkan, bahwa pertumbuan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50%, hingga 8 tahun 80%. Artinya apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal(dalam Khumairoh, 2010). Melalui panca indranya, anak melakukan aktivitas koknitifuntuk bisa mendapat pengalaman langsung berdasarkan pengamatan terhadap suatu obyek adalah awal dari pengenalan terhadap suatu objek (Djamaroh,2005). Kesan-kesan pertama yang didapat dari pengalaman langsung tadi akan langsung ditangkap oleh anak dan tidak mudah hilang dari indatan anak. Selain itu, belajar melalui pengalaman (learning by doing )dalam bentuk ekpsplorasi dan memanipulasi akan menjadikan sesuatu yang di peroleh setlah anak mempelajari sesuatu, akan diingat oleh anak dalam waktu yang relatif lama (long term memory), Khusususnya bagi anak usia pra sekolah (Winataputra, 2007). Dengan mengeksplorasi, maka anak akan lebih menjadi mudah dalam memahami sesuatu melalui pengalaman-pegalaman yang kongkrit. Melihat beberapa pesatnya perkembangan anak di tahun - tahun awal kehidupannya untuk itulah di Rouhdotul Atfal (Taman kanak-kanak )sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini,berusaha untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak yang meliputi aspek pembiasaan, moral, bahasa, koknitif, fisik, motorik dan yang tak kalah pentingnya juga adalah seni. Seni perlu dikembangkan sejak dini, karena mengembangkan beberapa potensi yang ada pada diri anak. Pendapat diperkuat oleh seniman yang menyatakan bahwa pendidikan melalui seni dapat menumbuhkan kreatifitas, kepekaan sosial terhadap lingkungan sekelilingnya, memperhalus kepekaan emosional, mencerdaskan segi koknitif dan perkembangan manusia dalam harmoni dengan nilai dan dimensi karakter manusia (Sobandi, 2008). Lewatseni maka seluruh aspek
Pengaruh Seni Finger Painting terhadap Pengetahuan Warna
183
perkembangan pada diri anak akan berkembang optimal, karena dilakukan dalam suasana yang lebih menyenangkan. Lewatseni anak bebas untuk berkreasi dan menuangkan semua ide-ide yang dimilikinya. Salah satu indikator dalam kemampuan koknitif bagi kelompok A yang dikembangkan di Rouhdotul Atfal (taman kanak-kanak )adalah mengenai warna. Hal ini tercantum dalam indikator Koknitif 6 yang berbunyi : ‚Menceritakan apa yang terjadi bila warna dicampur, proses pertumbuan tanaman, umbi-umbian, batang-batangan, balon ditiup laludi lepaskan, benda-benda dimasukkan dalam air (tengelam, melayang, terapung), benda yang diajukan (gravitasi), percobaan dengan magnit, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan membedakan macammacam rasa, bau dan suara‛ (kurikulum RA dan TK, 2004) Dalam pelaksanaan kegiatan belajar tentang pengetahuan warna, ternyata beberapa siswa di kelompok A Ra Perwanida Pojokrejo masih mengalami kesulitan. Mereka masih sering keliru dalam menyebutkan warnawarna baru yang dihasilkan dari proses pencampuran warna primer (merah,kuning dan biru). Setelah diamati oleh guru, yang menyebabkan adalah karena media yang selama ini digunakan adalah dengan krayon, yang terkadang hasil akhirnya dari pencampuran warna sulit untuk dijabarkan oleh anak. Sehingga anak mengalami kesulitan dalam hal pengetahuan warna. Untuk menyeleseikan masalah ini, maka peneliti mencoba untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal pengenalan warna melalui seni finger painting. Anak akan merasakan pengalaman langsung dengan mengeksplorasi beraneka macam warna yang disiapkan oleh guru. Sehingga mereka dapat dengan mudah membedakan antara warna yang satu dengan yang lainnya. Karena dalam finger painting warna-warna yang digunakan lebih jelas. Dengan kegiatan ini pula, anak diharapkan lebih mudah memahami pengetahuan warna. Sehingga kemampuan anak dalam pengetahuan warna dapat berkembang lebih optimal dan anak tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam menyebutkan warna- warna baru yang dihasilkan dari proses pencampuran warna. Dari permasalaan tersebut menunjukkan bahwa seni finger painting ada pengaruhmya dengan pengetahuan warna. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ‚tahu‛ dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pengindraan manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmojo, 2003).Pengetahuan tersebut merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
184
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan : (1) Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek); (2) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus; (3) Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya; (4) Trial, dimana orang telah mencoba perilaku baru; dan (4) Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap. Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) pada domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut: (a) Tahu (know), Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan; (b) Memahami (Comprehersion), Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar: (c) Aplikasi (Aplication), Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya; (d) Analisis (Analysis), Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobyek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan; (e)) Sintesis (Sinthesis), Kemmpuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhanyang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada; (f) Evaluaei (Evaluation), Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau obyek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003). Warna adalah salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seni. Karena warna dapat semakin memperindah seni. Menurut Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, sebagai bagian dari seni warna memegang peran penting sebagai sarana untuk mempertegas dan melakukan pengawasan menyeluruh terhadap
Pengaruh Seni Finger Painting terhadap Pengetahuan Warna
185
semua kegiatan yang dilakukan anak. Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan pencampuran warna yang telah dilakukan oleh anak. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain: Pemahaman lebih lanjut tentang merah, biru, dan kuning (warna primer); Keterampilan untuk mengenal dan menggolongkan warna; Keterampilan dalam mengikuti arahan atau petunjuk; Melatih koordinasi mata dan tangan (June.R.Oberlander, dalam Khumairo 2010). Menurut Sudjoko (2001) seni adalah kemampuan manusia untuk membuat atau melakukan sesuatu, keciptaan manusia, bukan dunia alam. Seni dan pendidikan adalah dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena seni juga merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Dengan seni maka proses pembelajaran yang terjadi pada diri anak akan menjadi menyenangkan. Anak akan merasa nyaman dalam berexplorasi, bereksperimen dan dapat merangsang keingintahuan anak (Sobandi, 2008). Sedangkan menurut Sumanto (2005) seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indra, kepekaan hati dan pikiran untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan, keselarasan, dan bernilai seni. Seni juga merupakan sebuah kesempatan bagi anak dalam menyampaikan semua ide-ide yang dimilikinya. Anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan bisa menggambarkan dunia yang ada dalam pikiran mereka. Pengembangan seni di taman kanak-kanak sendiri lebih menekankan pada bagaiman anak-anak melakukan sesuatu dengan kemampuan motorik halus yang dimilikinya. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk melakukan kegiatan kreatif dan melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan jari-jari tangan (Gunari, 2008). hal ini nampakdalam kegiatan pengembangan kemampuan yang sering dilakukan di taman kanak-kanak seperti menggunting, mencocok, meronce, mewarnai, dan finger painting. Pembelajaran seni dalam bentuk kegiatan yang kreatif yang menyenangkan dapat memberikan dasar-dasar pengalaman yang edukatif dan mendidik. Fungsi pendidikan seni di taman kanak-kanak menurut Sumarno (2005) antara lain: Sebagai Media Ekspresi, lewat seni anak dapat mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pikiran yang ada dalam diri mereka melalui berbagai bentuk aktfitas seni yang kreatif yang dapat menimbulkan kesenangan, kegembiraan, dan kepuasan dalam diri anak; Sebagai Media Komunikasi, aktifitas seni merupakan suatu cara untuk menyampaikan sesuatu/berkomunikasi kepada orang lain yang diwujudkan oleh anak melalui karya yang dihasilkan; Sebagai Media Bermain, dengan cara bermain yang kreatif dapat membuat kegiatan seni sebagai bagian yang menyenangkan bagi anak.
186
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
Seni sebagai media bermain bermanfaat untuk meberikan hiburan yang bernilai edukatif, karena tanpa mereka sadari melalui bermain itulah mereka belajar; Sebagai Media Pengembang Bakat Seni, hal ini didasarkan bahwa semua anak memiliki bakat dan potensi yang harus dikembangkan sejak dini, dan hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan seni; Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan berfikir, Anak yang cerdas, cakap kemampuan berfikirnya dapat menjadi pemicu munculnya daya kreatifitas seni. Dan dengan kecerdasan ini maka anak dapat melakukan aktifitas seni dengan cepat, tepat dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya; Sebagai Media untuk Memperoleh Pengalaman Estetis, melalui aktifitas penghayatan, apresiasi, ekspresi, dan kreasi seni di taman kanak-kanak bisa menumbuhkan sensitifitas keindahan dan nilai seni. Finger painting adalah salah satu bentuk menggambar merupakan ekspresi yang timbul secara spontan. Kata finger painting sendiri terdiri atas dua kata dasar yaitu dari kata finger dan painting. Menurut kamus lengkap bahasa inggris yang ditulis oleh S. Wojowasito, finger berarti jari, dan painting berarti seni lukisan. Menurut Sumanto (2005) finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara memadukan warna (pasta mentari )secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar. Batasan jari disini adalah semua jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan. Penerapan pelatihan seni Finger painting merupakan salah satu bentuk aplikasi lain dalam menggambar yang menjadi trend pada saat ini. Finger painting merupakan suatu gerakan motoris yang global bagi anak, seluruh badan seakan-seakan ikut terlibat melakukan gerakan itu. Pembelajaran finger painting diarahkan pada pengembangan kreativitas dan keterampilan anak serta pembentukan kepribadian bagi anak yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia dan karakter anak. Oleh karena itu banyak peneliti yang tertarik menerapkan pelatihan seni finger painting dalam pembelajaran sebagai salah satu pengembangan di taman kanak-kanak, pelatihan seni finger painting di taman kanak-kanak dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai target kurikulum di taman kanak-kanak yaitu meletakkan dasar-dasar yang mengarah ke perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak untuk hidup dilingkungan masyarakat, untuk memberikan bekal kemampuan dasar bagi perkembangan anak secara utuh, serta memberikan bekal untuk pengembangan diri sesuai dengan asa pendidikan anak. Agar tercapai tujuan-tujuan yang dimaksud. Berbagai komponen yang dimaksud tersebut tidak hanya meliputi perangkat sistem pembelajaran, model, dan materi saja, namun juga membutuhkan cara atau teknik pembelajaran dan salah satu cara atau teknik tersebut adalah permainan warna
187
Pengaruh Seni Finger Painting terhadap Pengetahuan Warna
yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan membuat gambar secara signifikan.serta sebagai salah satu media untuk menyampaikan materi tentang pengetahuan warna yang sangat efektif untuk anak. Kebebasan dalam menuangkan ide-ide ketika melakukan kegiatan finger painting akan semakin mengasah kemampuan anak dalam berkreatifitas.Dengan kegiatan finger painting, anak akan lebih menghargai karya seni. Mereka akan menyadari bahwa ternyata seni tidak hanya dihasilkan lewat alat-alat saja. Namun tangan pun bisa menjadi sumber penghasil karya seni. Konsep tentang pengetahuan warna akan lebih jelas bagi anak, karena di dalam konsep pengetahuan warna anak akan melakukannya secara langsung. Metode Penelitian Populasi ini adalah anak usia pra sekolah. Subyek yang dijadikan populasi penelitian adalah siswa kelompok A Roudhotul Atfal (RA) Perwanida yang mayoritas berusia 4-5 tahun sebayak 40 siswa.Sampel diambil dengan random sampling. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok ekperimen dan kelompok obserfasi. Subyek dalam masing – masing kelompok sebayak 20 anak. Pengetahuan warna anak diukur setelah diberi pelatian finger painting dan di komparasikan dengan pengetahuan warna anak atau kelompok kontrol yang tidak diberi pelatihan finger painting. Identifikasi Variabel – variabel dalam pnelitian ini meliputi : Pengetahuan warna merupakan variabel tergantung dan Pelatihan seni finger painting sebagai variabel bebas. Pengumpul data dilakukan dengan chek list atau rating scale pengetahuan warna anak usia RA dan seni finger painting. Chek list atau rating scale pengetahuan tentang warna disusun berdasarkan teori Medirus dan Jhonshon (1976) mengelompokkan pengetahuan warna menjadi beberapa kategori, yaitu : (a) Bisa membedakan warna; (b) Bisa menyebutkan warnawarna primer; (c) Bisa menyebutkan warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer. Tabel 1 Blue print angket pengetahuan warna No
Aspek
Nomer-nomer Item
Jumlah
1
Bisa membedakan warna
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 11,12,13,14,15,16
16
2
Bisa menyebutkan warna-warna primer
17,18,19
3
188
3
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
Bisa menyebutkan warna yang dihasilkan dari pencampuran warna primer Jumlah
20,21,22,23,24,25 25
6 25
Pengambilan data dengan metode observasi tersebut dilakukan oleh guru kelas, yaitu bagaimana pengetahuan warna anak di sekolah dalam kurun waktu 6 hari setelah pemberian percobaan. Guru kelas mencatat pada rating scale frekuensi anak memunculkan gejala-gejala yang tertera pada chek list. Setelah diperoleh data tentang frekuensi munculnya masing-masing gejala selama kurun waktu 6 hari, maka selanjutnya data tersebut dinilai berdasarkan ketentuan sebagai berikut : (a) Bila Tepat mendapat skor 4, (b) Bila Kurang Tepat mendapat skor 3, (c) Kurang Tepat mendapat skor 2, (d) Menjawab Tapi Salah mendapat skor 1, dan (e) Tidak Mau Menjawab mendapat skor 0. Uji antar rater menggunakan PTK (penelitian tindak laku), hasil uji reabilitas (keandalan) didapatkan hasil bahwa dari 25 item yang diuji terdapat 23 item yang konsisten atau sama dalam hal penyekoran antar rater I, II, III. Jadi pada 23 item ketiga rater memberi penilaian yang relatif sama, yang berarti bahwa ketiga rater cukup obyektif. Sedangkan 2 item diberi penilaian tidak sama antara 3 rater adalah item nomor 14, 23. Skor pengetahuan warna diperoleh dari skor ketiga rater, tetapi hanya skor dari rater 1 yang digunakan dalam uji antar rater. Dalam penelitian ini menggunakan 4 warna, yaitu : (1) Warna primer, (2) Warna sekunder, (3) Warna tersier, dan (4) Warna netral. Empat warna tersebut diberikan setiap hari selama dua minggu. Tiap harinya diberikan satu warna. Metode exsperimen digunakan untuk mengetahui pengaruh fariabel bebas yang diberikan dalam set atau kondisi yang terkontrol (Latipun,2004). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group post test – only design. Menurut Azwar (2001) dalam desain ini kelompok exsperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random sehingga keduanya dapat dianggap setara. Apabila kelompok exsperimen dan kelompok kontrol telah ditentukan maka perlakuan diberikan pada kelompok exsperimen. Baru setelah itu dilakukan pengukuran terhadap variabel tergantung pada kedua kelompok untuk dibandingkan perbedaannya. Model rancangan experimen Control Group Post Test – Only Design adalah : Ge X T Gk T
Pengaruh Seni Finger Painting terhadap Pengetahuan Warna
189
Keterangan : Ge Gk X T
: Grup atau kelompok exsperimen : Grup atau kelompok kontrol : pemberian perlakuan : pengukuran terhadap fariabel tergantung
Exsperimen dilaksanakan tanggal03 s/d 08 September 2012. Pelaksanaan Exsperimen dilakukan mulai setiappukul 08.00-10.00 dengan modul dan prosedur sebagai berikut : 1. Mengontrol kondisi ruangan; Kondisi ruangan dikontrol dengan kondisi yang sama dan tetap selama exsperimen berlangsung. a. Mengontrol posisi duduk. Setiap meja ditempati oleh satu anak agar anak berkonsentrasi pada saat mewarnai dan tidak mengobrol dengan temannya. b. Mengontrol ketenangan disekitar ruangan. Sekitar ruangan dikontrol dengan menghilangkan suara bising agar tidak mengganggu konsentrasi dalam pelatihan finger painting. 2. Modul Pelaksanaan Penelitian. Modul ini meliputi : a. Pembukaan. Pelatih memberikan penjelasan agar anak melihat guru bagaimana cara memperagakan pembuatan finger painting kemudian diadakan tanya jawab secara lisan tentang warna. b. Pelaksanaan finger painting. Anak melihat cara menggunakan pasta untuk dijadikan lukisan finger painting selama 30 menit c. Tanya jawab. Pertama anak diberikan penjelasan tentang warna – warna dasar, setelah pemberian penjelasan, pelatih melakukan tanya jawab dengan anak tentang finger painting. Seperti contoh warna kuning dan biru bila dicampur akan menjadi warna apa? dengan maksud agar anak mampu menangkap penjelasan yang disampaikan pelatih tersebut. Tanya jawab ini dilakukan selama 5 menit. Pada kelompok kontrol. Anak tidak diberikan pelatihan tetapi, anak diberikan kegiatan lain seperti contoh kelompok kontrol di ajak bermain di ruang yang terpisah dengan kelompok experimen, dengan tujuan supaya kelompok kontrol tidak mengganggu kelompok exsperimen yang sedang diberikan perlakuan (pelatihan finger painting). Pengambilan data dengan metode observasi dilakukan oleh guru kelas, yaitu dengan mengamati anak yang sedang berlatih finger painting disekolah dalam kurun waktu 5 hari setelah pemberian pelatihan finger painting. Guru kelas mencatat pada rating scale. Hal ini dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi pengetahuan warna antara anak yang diberi pelatian finger painting (kelompok eksperimen)
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
190
dengan anak yang tidak diberi pelatian seni finger painting (kelompok kontrol). Hal ini berarti bahwa tujuan penelitian ini adalahmenguji signifikansi 1 (satu) variabel tergantung bergejala kontinum antara dua kelompok subyek, maka model analisis statistik yang tepat untuk penelitian ini adalah t-test antar kelompok. Penghitungan analisis statistik ini menggunakan komputer dengan program SPS (seri program statistik), menu program: Analisis dwivariant: t-test antar kelompok, edisi sutrisno hadi dan pamardiningsih, Fakultas Psikologi UGM, yogyakarta. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian berupa hasil analisis statistik T-test antar kelompok. Adapun hasil penghitungan analisis tersebbut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sumber A1-A2
A1 A2
Tabel 2. Hasil Analisis t-test antar kelompok t p Kesimpulan Signifikasi -12,493 0,000 P<0,01 Sangat signifikan
Tabel 3. Rerata Pengetahuan Tentang Warna Sumber Rerata Kesimpulan 13,650 A2>A1 44,000
Keterangan : A1 : Anak yang diberi pelatihan seni finger painting A2 : Anak yang tidak diberi pelatihan seni finger painting Y : Pengetahuan tentang warna P : Peluang ralat Hasil analisis uji perbedaan pengetahuan tentang warna didapatkan bahwa t=12,407 dengan p=0,000 (p<0,01), rerata A1=43,200 dan rerata A2=13,650 (A1>A2). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima artinya ada perbedaan pengetahuan tentang warna antara anak yang diberi pelatihan seni finger painting dengan anak yang tidak diberi pelatihan seni finger painting, yang mana pengetahuan tentang warna anak yang diberi pelatihan seni finger painting lebih baik atau lebih tinggi dibanding anak yang tidak diberi pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan warna antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yang mana pengetahuan anak RA kelompok kontrol (tidak diberi pelatihan seni finger painting) lebih tinggi dibanding kelompok eksperimen (diberi pelatihan seni finger painting). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, menurut Sumanto
Pengaruh Seni Finger Painting terhadap Pengetahuan Warna
191
(2005) finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan pasta (pasta kreatif) secara langsung dengan jari secara bebas diatas bidang gambar. Batasan jari disini adalah semua jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan. Untuk melatih kekuatan otot-otot jari dan tangan anak maka dibutuhkan kekuatan dari jari-jari tangan ketika anak mengoleskan pasta kreatif diatas kertas. Karena tanpa adanya tekanan maka garis-garis tangan tidak akan terbentuk. Hal ini secara tidak langsung akan membuat otot-otot jari dan tangan akan semakin menguat. Dengan kegiatan finger painting, anak akan lebih menghargai karya seni. Mereka akan menyadari bahwa ternyata seni tidak hanya dihasilkan lewat alat-alat saja, ternyata tangan pun bisa menjadi sumber karya seni (Oberlander, 2008). Hasil perhitungan uji asumsi pada penelitian ini didapatkan : 1) sebaran gejala variabel pengetahuan tentang warna mengikuti distribusi kurve normal 2) ada perbedaan antar kelompok atau variansi antar kelompok subyek heterogen. Hal ini berarti hanya bisa dikenakan pada subyek dalam penelitian ini saja. Dan tidak bisa dikenakan pada subyek yang lain. Hasil perhitungan pada variabel pengetahuan warna anak RA (TK) pada penelitian ini didapatkan bahwa Mean Empiris A1 tergolong kategori sedang dan Mean Empiris A2 masuk kategori rendah sekali. Artinya pengetahuan anak RA (TK) yang diberi pelatihan seni finger painting yang menjadi sampel penelitian tergolong sedang dan anak yang tidak diberi pelatihan seni finger painting yang menjadi sampel penelitian tergolong rendah sekali. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisis data serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : pelatihan seni finger painting berpengaruh sangat signifikan dengan pengetahuan warna. Ada perbedaan antara pengetahuan warna antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, pengetahuan warna RA kelompok kontrol (tidak diberi pelatihan seni finger painting) lebih rendah dari pada kelompok eksperimen (diberi pelatihan seni finger painting). Dari hasil penelitian ini disarankan kepada guru dan peneliti yang menggunakan kegiatan seni finger painting untuk pengetahuan warna di kelompok RA perwanida pojokrejo kesamben jombang melalui beberapa hal sebagai berikut : 1. Dalam menyampaikan materi hendaknya guru lebih dahulu melihat kesiapan siswa-siswi, dan tidak terburu-buru 2. Guru harus menguasai materi yang akan disampaikan pada siswa-siswi sehingga siswa-siswi tidak kesulitan untuk menerima pesan yang disampaikan oleh guru.
Zuliatin, Muhammad Farid, Denok Wigati
192
3. Senantiasa membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan bagi siswa-siswi, agar anak tidak lekas jenuh.
Daftar Pustaka Azwar, S., 2001,. Metodologi Penelitian, Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Kurikulum 2004 Standart Kompetensi TK dan RA. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Winataputra, Udin S, dkk (2007) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : universitas Terbuka. Khumairoh, Lu’lu’, 2010. Penanaman Konsep Pengetahuan Warna Melalui Kegiatan Seni Finger painting. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri, Surabaya. Sobandi, bandi., 2008., Model pembelajaran kritik dan apresiasi seni rupa., Jurusan Seni Rupa FPBD UPI Bandung Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sudjoko., 2001, Pengantar Seni Rupa, ITB : Bandung. Maisyaroh, Lilik, 2011. Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak. Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Darul‘Ulum, Jombang. Djamarah, Syaiful Bahri.Drs.2005. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen, Edisi Kedua. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Padmasari, Candra, Ayung. Penerapan pembelajaran finger painting sebagai suatu proses kreatif dalam menggambar dan mewarna.http://www.google.com/Miracles/15 April 2012. 21.00 WIB. Kuntjojo, Ebe. Peran Motorik Halus dalam Pengembangan Seni pada Anak. http://www.google.com/Aquilibrium/15 April 2012. 21.15 WIB. www.Store.Pondokibu.Com. 17 April 2012. 16.30 WIB. http://www.yourdictionary.com. 17 April 2012. 16.35 WIB. http://www.dictionary.reference.com. 21 April 2012. 20.00 WIB.