PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN (STUDI KEPEMIMPINAN KETUA PROGRAM VOKASI UI PERIODE APRIL – DESEMBER 2012) Denok Friana Susanti dan Retno Kusumastuti Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas kepemimpinan oleh Ketua Program Vokasi Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah 100 responden terderi dari karyawan tetap, dosen tetap dan ketua program studi dengan menggunakan metode total sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh 75.7 % terhadap efektivitas kepemimpinan oleh Ketua Program Vokasi UI. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi pengaturan diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kepemimpinan. Sedangkan dimensi kesadaran diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kepemimpinan pada Ketua Program Vokasi UI. Kata Kunci: Kecerdasan emosional, efektivitas kepemimpinan
The objective of this research is to analyze the effect of emotional intelligence on leadership effectiveness at Vokasi Program, University of Indonesia. This research used quantitative approach. The sample of this research is 100 employees of Vokasi Program, collected using total sampling This research used questionnaire as research instrument and analyzed using linear regression. The result of this research shows that emotional intelligent value has influence 75.7 % on leadership effectiveness. The analysis indicated that self control, self motivation, emphaty and social skill have a significant effect on leadership effectiveness. Meanwhile, self awareness doesn’t have a significant effect on leadership effectiveness. Keywords: Emotional intelligence, leadership effectiveness
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
PENDAHULUAN Suatu organisasi baik perusahaan maupun instansi dalam melakukan aktivitasnya akan memerlukan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran pemimpin dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan suksesnya tujuan organisasi yang hendak dicapai. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu organisasi akan selalu dikaitkan dengan pemimpin dari organisasi. Dengan kata lain, kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama dalam menentukan kinerja dan penampilan suatu organisasi. Efektivitas dari kepemimpinan seseorang secara tidak langsung akan membawa efektivitas organisasi itu sendiri (Yukl, 2006).
Efektivitas seorang pemimpin dapat dilihat dari bagaiamana pemimpin menjadi pusat kendali dari aktivitas tim dalam perusahaan. Gaya kepemimpinan yang ada dalam perusahaan akan mempengaruhi bagaimana pola bekerja dalam satu tim untuk mencapai tujuan tim. Pemimpin harus mampu memotivasi para karyawannya dan membangkitkan semangat kerja mereka (Panagiotis, 2009). Para pemimpin harus memahami sistem kerja, mengorganisasikan tugastugas, penyusunan rencana organisasi, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Organisasi yang efektif, memerlukan seorang pemimpin yang mampu mengkoordinasikan pegawai-pegawai atau karyawan yang dipimpinnya ke arah tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan memimpin yang baik dan efektif.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, diduga bahwa kesuksesan seorang pemimpin dalam memimpin suatu organisasi tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual saja namun kecerdasan emosional serta peran intrapersonal seorang pemimpin turut mempengaruhinya. Kecerdasan emosional dewasa ini dipandang sebagai hal yang mendasar untuk bertahan di lingkungan kerja dan merupakan kemampuan utama dalam kepemimpinan dan manajerial. Sebagai seorang pemimpin paling tidak pada tingkat / level manajer membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi saja namun disertakan kecerdasan emosional (Panagiotis, 2009).
Peran kecerdasan emosional dalam kepemimpinan dinilai cukup penting karena menyangkut hubungan interpersonal antara pemimpin dan karyawan. Kecerdasan emosional memiliki peran yang cukup berpengaruh dalam proses komunikasi antara seorang pemimpin dengan
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
para bawahannya dalam mencapai tujuan organisasi. Emosi seorang pemimpin dapat menular ke seluruh organisasi. Bila seorang pemimpin selalu memancarkan energi dan antusiasme dalam bekerja, maka kinerja organisasi atau perusahaan pun akan meningkat. Para ilmuwan sosial telah meneliti Emotional Intelligence sebagai kemampuan seseorang untuk menyadari perasaan sendiri, perasaan orang lain, perbedaan yang ada di antara mereka, dan menggunakan informasi tersebut yang mengarah kepada satu pikitan dan perilaku (Salovey and Mayer, 1990, 1994).
Secara sederhana, kecerdasan emosional menurut Goleman (2000) adalah suatu kecerdasan yang merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Adapun, dengan mengaplikasikan Kecerdasan Emosional dengan baik, dapat diperoleh manfaat yang merupakan faktor penentu sukses dalam bekerja (Cooper dan Sawaf, 2002 dalam Hayward, 2005). Dalam memahami proses emosional dan menangani para bawahannya secara efektif, seorang pemimpin perlu memiliki rasa kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation), keterampilan sosial (social skills), motivasi diri, dan empati.
Kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan fenomena yang menarik untuk diamati. Program Vokasi UI sebagai program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global. Secara umum pendidikan vokasi (program diploma) bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tenaga ahli profesional dalam menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional (Abdul Ghani Abdullah, 2007).
Mulai tahun 2008 pengelolaan administrasi program pendidikan vokasi dilakukan secara terpusat di Universitas Indonesia. Ini menandakan ada struktur organisasi baru yang terbentuk dibawah naungan Universitas Indonesia. Berbeda dengan departemen atau lembaga pendidikan yang dibagi dalam fakultas-fakultas, Vokasi UI berdiri sebagai satu departemen atau lembaga yang memiliki program pendidikan khusus untuk program Diploma III. Hal ini dilakukan untuk melakukan efisiensi mengingat banyaknya jalur pendidikan yang ada di UI
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
serta untuk merealisasikan visi Universitas Indonesia menjadi universitas riset kelas dunia dalam menghadapi tantangan global. Universitas Indonesia tetap menjalankan Program Diploma III dilandasi oleh tujuan untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan menyediakan pendidikan tinggi jalur profesional secara berdampingan dengan pendidikan tinggi pada jalur sarjana dan pascasarjana.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan perencanaan pendidikan di Vokasi tidak luput dari hasil koordinasi seluruh karyawan Vokasi UI, dari mulai karyawan tetap, dosen tetap, ketua program studi, ketua program dan wakil ketua program Vokasi UI. Jumlah keseluruhan karyawan Program Vokasi UI yaitu 102 orang yang terdiri dari Ketua Program Vokasi UI, Wakil Ketua Program Vokasi UI, 49 karyawan tetap, 41 dosen tetap, dan 10 ketua program studi. Dalam proses perencanaan program pendidikan yang ada di Vokasi UI, kepemimpinan Ketua Program Vokasi memiliki peran penting dalam menentukan program dan pencapaian tujuan di Vokasi UI. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, dapat dilihat sejauh mana efektivitas kepemimpinan dari Ketua Program dengan melihat pencapaian-pencapaian program yang ada di Vokasi UI. Baik dilihat dari sisi fokus utama vokasi dalam menghasilkan tenaga ahli profesional maupun dari sisi manajerial dalam struktur organisasi Vokasi UI. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas kepemimpinan dalam organisasi (dalam penelitian ini pada Kepemimpinan Ketua Program Vokasi UI Periode April – Desember 2012).
TINJAUAN TEORITIS Komponen Kecerdasan Emosional Goleman (2001) membagi 5 kelompok kecerdasan emosional dengan kecakapan, yaitu : 1. Kesadaran Diri (Self Awareness): merupakan kesadaran akan perasaaan yang timbul dalam individu yang disertai dengan berpikir kemudian melakukan tindakan dalam mengambil keputusan. 2. Pengaturan Diri (Self Regulation) : kemampuan untuk mengendalikan emosi oleh diri sendiri tetapi tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi. 3. Motivasi Diri (Self Motivation): kemampuan untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan, setia kepada visi dan sasaran perusahaan atau kelompok, menggerakkan orang untuk menerima kegagalan dan rintangan, mendorong orang untuk menerima perubahan dalam menghadapi kesuksesan.
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
4. Empati (Emphaty): kemampuan individu dalam menyadari dirinya untuk memahami persaaan orang lain baik komunikasi secara verbal maupun non verbal, memberikan dukungan emosional kepada orang yang membutuhkan, dan memahami perilaku dan emosi seseorang. 5. Ketrampilan Sosial (Sosial Skill) : kemampuan seseorang menghadapi masalah tanpa melihat siapa yang bekerja untuknya, tidak menempatkan pikiran negative dalam bekerja sama, dan mampu menghadapi konflik yang ada.
Efektivitas Kepemimpinan Efektivitas kepemimpinan pada umumnya dilihat pada hasil dari proses kepemimpinan itu sendiri. Apakah gaya kepemimpinan yang ditetapkan sudah dijalankan dengan sesuai dan apakah dampaknya pada para karyawan yang dipimpin sudah memuaskan. Evaluasi dari efektivitas kepemimpinan dilihat dari hasil kinerja kelompok (Fiedler,1967).
Kriteria yang dilihat dalam mengevaluasi efektivitas kepemimpinan (Yukl, 2006), antara lain: 1. Pembagian tugas oleh pemimpin kepada para anggota tim untuk bekerja dalam pencapaian tujuan organisasi. 2. Peran pemimpin dalam peningkatan kompetensi para anggota tim untuk dapat bekerja lebih baik dan mampu meningkatkan rasa komitmen yang tinggi dari para anggota pada organisasi. 3. Peran seorang pemimpin dalam performa tim atau satu kelompok yang dipimpin dapat menjadi acuan dari efektivitas kepemimpinan. Beberapa ilmuwan menganggap efektivitas tim sudah pasti mengandung efektivitas kepemimpinan. Bagaiamana seorang pemimpin mampu menyatukan tim dalam satu tujuan bersama, bagaiamana memberi motivasi pada seluruh anggota tim, pengambilan keputusan untuk satu tim dan bagaimana penyelesaian konflik yang ada dalam satu kelompok.
Dalam mengukur dimensi tersebut yang berujung pada pengukuran tingkat efektivitas kepemimpinan, pada penelitian terdahulu oleh Juliana (2011) pengukuran efektivitas kepemimpinan dengan menggunakan Leadership Effectiveness Analysis (LEA) dengan mengambil tiga domain dari Management Research Group yaitu: 1. pengembangan anggota tim (developing followership), untuk meningkatkan kinerja dalam organisasi dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Peningkatan kemampuan individu melalui pelatihan dan pengembangan sebagai jalan mencapai
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
kinerja yang maksimal. Pemberian pelatihan ditentukan pemimpin dari kebutuhankebutuhan para anggotanya yang akan mendukung kinerja organisasi. 2. implementasi visi (implementating the vision), dalam organisasi seorang pemimpin akan memiliki tujuan yang harus dicapai. Implementasi atau pelaksanaan yang melibatkan anggota tim dan seluruh lapisan organisasi mendukung pencapaian tujuan organisasi. 3. peran pemimpin dalam kerjasama tim (team playing), dalam mencapai tujuan organisasi pemimpin yang mengkoordinasikan elemen-elemen dalam organisasi termasuk anggota tim dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kerja tim membutuhkan kerjasama tim yang kompak dan saling menyelaraskan satu sama lain.
METODE PENELITIAN Model Analisis Dalam penulisan skripsi ini terdapat dua variabel yaitu kecerdasan emosional sebagai variable dependent (variabel terikat) dan efektivitas kepemimpinan merupakan variable independent (variabel bebas). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan model analisis berikut :
Kecerdasan Emosional
Efektivitas Kepemimpinan
Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menjadikan teori sebagai pedoman penting peneliti dalam merencanakan penelitian.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif berkaitan dengan pengumpulan dan penyusunan data untuk meneliti hubungan yang terjadi antara variabel serta digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel melalui pengujian hipotesis. Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini merupakan penelitian murni. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini merupakan penelitian cross sectional.
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian survei dan data kepustakaan. Teknik penelitian survei merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian. Data kepustakaan untuk memperoleh data sekunder, yaitu diperoleh melalui literatur yang sangat relevan dengan permasalahan mengenai penelitian ini. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap, dosen pengajar dan ketua program studi di Program Vokasi UI. Informasi atau data yang dibutuhkan dikumpulkan dengan memberikan kuesioner pada seluruh karyawan Program Vokasi UI yaitu 49 karyawan tetap, 41 dosen tetap dan 10 ketua program studi. Kriteria spesifik pada populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan, dosen tetap dan ketua program studi yang telah bekerja selama kurang lebih tiga tahun. Pengambilan sampel sebagai proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan dengan menggunakan total sampling, dimana dalam hal ini teknik penentuan sampel adalah semua anggota populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Program Vokasi UI, karyawan tetap, dosen pengajar dan ketua program studi.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi sederhana yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, yaitu untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas kepemimpinan pada Ketua Program Vokasi UI. Indikator yang diukur menggunakan tingkat pengukuran Likert, berupa angka-angka yang diberikan dimana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Pengolahan data menggunakan software SPSS 17 untuk menjalankan proses perhitungan secara statistik. Skala Penilaian Likert Tanggapan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Kode STS TS N S SS
Bobot 1 2 3 4 5
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
Untuk mengetahui batasan nilai untuk setiap kelas maka digunakan rumus (Neuman, 2000 Rumus dapat dilihat sebagai berikut : Nilai tertinggi – Nilai terendah =
5–1
Banyaknya kelas
= 0,8
5
Pembagian Kelas Analisis Deksriptif Kecerdasan Emosional Kategori batasan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Kategori 1,00 < x 1,8 1,8 < x 2,6 2,6 < x 3,4 < x 4,2 < x
Pembagian Kelas Analisis Deksriptif Efektivitas Kepemimpinan Kategori batasan Tidak Efektif Kurang Efektif Cukup Efektif Efektif Sangat Efektif
Kategori 1,00 < x 1,8 1,8 < x 2,6 2,6 < x 3,4 < x 4,2 < x
Validitas Sebelum menjalankan proses penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan, peneliti melakukan tahap pretest terhadap rancangan kuesioner yang telah dibuat. Pretest pada penelitian ini akan disebarkan kepada 30 responden. Hasil ini diolah dengan menggunakan SPSS 17 dengan perhitungan validitas dan reliabilitas. Setelah melakukan pretest peneliti melakukan uji validitas. Uji validitas terhadap masing-masing indikator dilakukan dengan menggunakan uji Anti Image Matrices dengan nilai disyaratkan di atas.500, Kaiser Meyer Olkin (KMO) Measuring of Sampling Adequency (MSA) dengan nilai disyaratkan di atas .500 dan Barlett’s Test of Sphericiy dengan nilai disyaratkan di atas .05.
Reliabilitas Uji reliabilitas adalah pengukuran tingkat konsistensi antara variabel yang diukur. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran memberikan hasil yang konsisten. Pengukuran reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha cronbach, dimana semaikn tinggi koefisien maka instrumen pengukurannya semakin baik. Semakin dekat
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
koefisien reliabilitas dengan 1,0, maka pengukuran yang digunakan semakin baik (Sekaran, 2006).Uji reliabilitas cronbach alpha dilakukan bersama – sama dengan uji validitas dengan confirmatory factor analisis terhadap data pretest (minimal) dan data hasil turun lapangan.
HASIL PENELITIAN Validitas Tabel Pengukuran KMO Measure of Sampling Adequacy, Bartlett’s Test of Sphericity dan Nilai Variansi Tiap Dimensi Penelitian pretest No.
Dimensi Penelitian
KMO Measure Nilai Signifikansi of Sampling Bartlett’s Test of Adequacy Sphericity Nilai yang diharapkan > .500 < .05 Variabel Kecerdasan Emosional 1. Kesadaran Diri .659 .003 2. Pengaturan Diri .535 .000 3. Motivasi .696 .000 4. Empati .590 .000 5. Keterampilan Sosial .550 .000 Variabel Efektivitas Kepemimpinan 6. Pengembangan Anggota Tim .740 .000 7. Implementasi Visi .747 .000 8. Peran Pemimpin dalam .558 .001 Kerjasama Tim Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 30
Total Variance Explained > 60 % 61.988 % 73.178 % 82.831 % 63.834 % 64.171 % 84.567 % 81.639 % 60.204 %
Dalam penelitian ini semua dimensi telah melebihi standar yang diharapkan karena nilai masing-masing KMO Measure of Sampling Adequacy berada di atas 0.500. Untuk pengukuran Total Variance Explained nilai yang diharapkan berada di atas 60%. Selanjutnya, pada nilai signifikansi Bartlett’s Test of Sphericity yang diharapkan adalah dibawah 0.05. Dalam penelitian ini, semua dimensi telah memenuhi standar yang ditetapkan karena masing – masing dimensi telah melebihi nilai yang diharapkan. Tabel Pengukuran Anti Image dan Factor Loading pretest No.
Indikator
Nilai yang diharapkan Dimensi Kesadaran Diri 1. Pemimpin saya mampu mengenali perasaan sendiri 2. Pemimpin saya mampu mengenali perasaan orang lain 3. Pemimpin saya mampu mengenalii penyebab timbulnya perasaan atau emosi Dimensi Pengaturan Diri 4. Pemimpin saya mampu mengendalikan perasaan
AntiImage
Factor Loading
> .500
>.600
.639 .641 .717
.811 .808 .741
.520
.954
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
5. 6.
Pemimpin saya mampu menahan emosi dari perbedaan .529 yang ada Pemimpin saya mampu untuk tetap tenang dalam .587 berbagai keadaan.
Dimensi Motivasi 7. Pemimpin saya mampu memotivasi focus pada tujuan 8. Pemimpin saya mampu memotivasi untuk mencapai kesuksesan 9. Pemimpin saya mampu memotivasssi karyawan dalam menghadapi perubahan Dimensi Empati 10. Pemimpin saya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain 11. Pemimpin saya mampu memahami emosi dan tingkah laku orang lain yang berbeda-beda 12. Pemimpin saya mampu menyelaraskan perbedaan perbedaan pendapat yang ada Dimensi Keterampilan Sosial 13. Pemimpin saya mampu menyatukan pendapat yang berbeda antara anggota tim dan pemimpin 14. Pemimpin saya mampu memberikan pengaruh kepada anggota. 15. Pemimpin saya mampu menciptakan perubahan dalam organisasi Dimensi Pengembangan Anggota Tim 16. Pemimpin saya memberikan rekomendasi pelatihan demi pengembangan kompetensi saya 17. Pemimpin saya memberi saya rasa ingin bergabung dalam tim kerja 18. Pemimpin saya membagi peran dan tugas yang sesuai kepada anggota yang dipimpin Dimensi Implementasi Visi 19. Pemimpin selalu berusahan untuk mencapai tujuan bersama tim yang diharapkan pada setiap periode 20. Pemimpin membagi tugas secara maksimal kepada anggota yang dipimpin untuk mencapai tujuan tim pada setiap periode. 21. Pemimpin saya selalu mengontrol anggota tim dalam menjalankan tugasnya masing-masing Dimensi Peran Pemimpin dalam KerjasamaTim 22. Pemimpin saya mau menerima pendapat dan masukan dari anggota yang dipimpin 23. Pemimpin saya selalu berkomunikasi dua arah dengan anggota yang dipimpin 24. Pemimpin saya dapat membangun hubungan dekat dengan anggota yang dipimpin. Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 30
.890 .703
.640 .647
.944 .938
.899
.845
.559
.887
.704
.669
.578
.826
.531
.917
.802
.528
.533
.897
.828
.894
.693
.938
.721
.927
.763
.898
.749
.903
.731
.910
.547
.820
.537
.881
.663
.598
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
Berdasarkan hasil pengolahan data validitas di atas, seluruh indikator dari setiap dimensi telah memiliki nilai anti image di atas nilai yang diharapkan maka kuesioner dilanjutkan ke 70 responden lainnya. Reliabilitas Tabel Uji Reliabilitas Dimensi dan Variabel Penelitian pretest No. Dimensi Penelitian Cronbach’s Alpha Nilai yang diharapkan > .600 1. Kesadaran Diri .692 2. Pengaturan Diri .806 3. Motivasi .891 4. Empati .712 5. Keterampilan Sosial .702 6. Efektivitas Kepemimpinan .888 Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 30 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua indikator penelitian memiliki cronbach’s alpha lebih besar dari 0.7 sehingga dapat dikatakan semua dimensi relieable.
Statistik Deskriptif Penelitian Tabel Mean Dimensi Kecerdasan Emosional No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Dimensi Penelitian Mean Kesadaran Diri 3.46 Pengaturan Diri 3.83 Motivasi 3.62 Empati 3.39 Keterampilan Sosial 3.52 3.57 Kecerdasan Emosional Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 100
Secara keseluruhan, tingkat kecerdasan emosional pada Ketua Program Vokasi UI memiliki nilai mean sebesar 3,57. Hal ini menandakan bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki Ketua Program Vokasi UI berada pada tingkat yang tinggi. Melihat pada penelitian terdahulu (Abdul Ghani Abdullah, 2007) dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, pemimpin mampu mencapai efektivitas dalam kinerja tim, terlebih dalam hubungan interpersonal dengan anggota tim. Tabel Mean Efektivitas Kepemimpinan No. 1. 2. 3. 4.
Dimensi Penelitian Mean Pengembangan Anggota Tim 3.50 Implementasi Visi 3.56 Peran Pemimpin dalam Kerjasama Tim 3.68 3.58 Efektivitas Kepemimpinan Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 100
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
Secara keseluruhan, tingkat efektivitas kepemimpinan pada Ketua Program Vokasi UI memiliki nilai mean sebesar 3,58. Hal ini menandakan bahwa efektivitas kepemimpinan yang dicapai Ketua Program Vokasi UI berada pada tingkat efektif. Melihat pada hubungan pemimpin dengan anggota tim, Fiedler (1967) menyebutkan kepemimpinan dapat dikatakan efektif dilihat dari hasil kinerja kelompok, yaitu jika pemimpin mampu mencapai tujuan organisasi baik secara produktivitas karyawan maupun dari hubungan manajerial dengan karyawan.
PEMBAHASAN Dari perhitungan regresi linear yang dilakukan untuk menguji rangkaian pengaruh antara satu variabel bebas kecerdasan emosional dengan satu variabel terikat efektivitas kepemimpinan dapat dilihat pada table dibawah ini. Model Summary Change Statistics
Model
R
1
.877
R Square a
.769
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
Change
.757
3.035
.769
F Change 62.555
df1
df2 5
Sig. F Change 94
Sumber :Hasil Pengolahan SPSS, n = 100
Regresi menentukan bagaimana variasi variabel efektivitas kepemimpinan dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional dan mengukur kekuatan hubungan antara kedua variabel ini.. Nilai Adjusted R Square sebesar 0.757 menunjukkan pengaruh dimensi – dimensi dari variabel kecerdasan emosional terhadap variabel efektivitas kepemimpinan adalah sangat kuat karena memiliki pengaruh sebesar 75.7 %.
Korelasi yang terjadi antara kedua variabel
tersebut adalah korelasi positif sehingga hubungan antara variabel keceerdasan emosional terhadap variabel efektivitas kepemimpinan adalah searah. Artinya semakin baik kecerdasan emosional seorang pemimpin, maka semakin tinggi pula efektivitas kepemimpinannya. Pada tabel di atas juga terlihat nilai R square atau koefisien determinasi sebesar 0.769 artinya 76.9 % pembentukan efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh kecerdasan emosional seorang pemimpin. Sisanya 23.1 % pembentukan efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh faktor lain. Peneliti menilai faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya efektivitas kepemimpinan oleh seorang pemimpin adalah kecerdasan intelektual dari seorang pemimpin.
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
.000
Pembahasan Koefisien Tabel Uji Koefisien Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Kesadaran Diri Pengaturan Diri Motivasi Diri Empati Keterampilan Sosial
Standardized Coefficients
B 4.339
Std. Error Beta 1.804
T 2.406
Sig. .018
.132 .597 .662 .594 .605
.192 .202 .208 .257 .261
.689 2.949 3.183 2.310 2.319
.492 .004 .002 .023 .023
.053 .209 .290 .231 .227
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS 17 for Windows, n=100 Dari variabel kecerdasan emosional, motivasi diri menjadi faktor yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap efektivitas kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena seluruh karyawan dan dosen tetap memperoleh motivasi yang tinggi dari Ketua Program Vokasi UI dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya pada kesadaran diri, memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dimensi lainnya karena para karyawan dan dosen tetap merasakan kurangnya kesadaran diri Ketua Program Vokasi UI dalam setiap pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah yang ada dalam organisasi. Hasil temuan penelitian dari verifikasi dengan beberapa karyawan tetap menyebutkan bahwa pemimpin mereka kurang memiliki kesadaran diri dalam menghadapi permalahan yang ada baik dari sisi karyawan maupun organisasi, hal ini terlihat dari sikapnya dalam pengambilan keputusan yang jelas dalam setiap pembahasan permasalahan oraganisasi. Dalam rapat umum seringkali dibahas permasalahan-permasalahan organisasi dan karyawan. Pemimpin mampu menampung keluhan permasalahan dan menampung masukan-masukan untuk solusi penyelesaian maslah, namun pengambilan keputusan akhir jarang dilakukan. Hal ini menyebabkan permasalahan masih menggantung atau terkadang penyelesaian tidak dilakukan bersama secara tim namun hanya beberap karyawan yang dipercaya oleh pemimpin.
KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan penulisan penelitian yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara kecerdasan emosional dengan efektivitas kepemimpinan, dengan studi kepemimpinan Ketua Program Vokasi Universitas Indonesia, maka peneliti berusaha untuk memberikan beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan sebelumnya pada bab pembahasan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional dengan efektivitas kepemimpinan. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
tujuh belas for Windows, variabel kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap efektivitas kepemimpinan.
SARAN Saran Praktis 1. Ketua Program Vokasi UI diharapkan lebih memperhatikan dengan seksama keadaan yang ada, selain menerima masukan-masukan yang ada sebaiknya secara tegas mampu memberikan keputusan yang tegas pula terhadap langkah-langkah selanjutya dalam penyelesaian masalah yang ada dan dibicarakan dengan seluruh anggota tim. 2. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional Ketua Program Vokasi dapat lebih sering membuka ruang diskusi dengan para karyawan tetap dan dosen tetap. Dengan meningkatkan kecerdasan emosional, diharapkan Ketua Program Vokasi UI dapat mencapai efektivitas kepemimpinan yang maksimal. Saran Akademik 1. Faktor lain yang mampu membentuk terjadinya efektivitas kepemimpinan di Program Vokasi UI dapat dianalisis lebih lanjut di penelitian selanjutnya.
KEPUSTAKAAN Abdullah, Abdul. Ghani. Emotional Intelligence and Leadership Effectiveness of School Managers in Malaysia Penang-Malaysia. Educationist Journal. 2007 Caruso, David R and Peter Salovey. The Emotionally Intelligent Manager: How to develop and
use the four key emotional skills of leadership. San Fransisco: Jossey-Bass.
2004 Cooper, Robert. K, et al. Executive EQ : Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000 Dubrin, Andrew J. Human Relations : Interpersonal Job-Oriented Skills. New Jersey : Pearson Prentice Hall. 2006 Fiedler, Fred E. A Theory of Leadership Effectiveness. New York: McGraw-Hill Book Juliana. Gambaran Kepemimpinan Yang Efektif Untuk Kepengurusan Bncc (Bina Goleman, Daniel. Emotional Intelligence : Why it can matter more than IQ. New York: Bantam Dell. 1994 Hair, Joseph. F.et al. Multivariate Data Analysis. New Jersey : Prentice Hall, Inc. 2000 Juliana. Gambaran Kepemimpinan Yang Efektif Untuk Kepengurusan Bncc (Bina Nusantara Computer Club) Ke-22 Berdasarkan Fiedler’s Contingency Model. 2011
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013
Kerlinger, F.N., & Lee, H.B. Foundation of Behavioral Research (4th Ed). USA: Thomson Learning, Inc. 2000 Malhotra, Naresh K. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. 2006 Neuman, W.Lawrence. Social Research Method 5th Edition Qualitative and Quantitative Approach. USA: Pearson Education Inc. 2003 Nusantara Computer Club) Ke-22 Berdasarkan Fiedler’s Contingency Model. 2011 Company. 1967 Polychroniou,
Panagiotis.
V.
Relationship
between
emotional
intelligence
and
transformational leadership of supervisors, the impact on team effectiveness. www.emeraldinsight.com.2009 Prasetyo, Bambang., Miftahul, Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005 Sekaran, U. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat, 2006 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta, 2005 Yukl, Gary. Leadership in Organizations, Sixth Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall. 2006 www.mrg.com
Pengaruh kecerdasan emosional..., Denok Friana Susanti, FISIP UI, 2013