PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
INGATAN
Disusun oleh : HaulaNoor
0071020108
F AKUL TAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA 1425 H/2004 M
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGAT AN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai 'Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Haula Noor
0071020108
Di bawah bimbingan Pembimbing I \
Pembimbin··.·.g II
~ Dr. Lily Suravva Ekaputri
Drs. Ase
')
;~ ru~ni
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta 1425 H/2004 M
Psi
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGATAN", telah diujikan dalam Sidang Skripsi Fakultas Psikologi
UTN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 09 September 2004. skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 09 September 2004
.
Sidang skripsi
D an/ Ketua Me ngkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Mer gimp Anggota
I
Dra. ff. Net -Iartati M. Si NIP. 1sz 15 938
Dra. ff. Zahrotu NIP. 15
Anggota
~
Ors. Sofiandy Zakaria, M. Psi. Penguji T
i::
'\ Dr. Lily Surayya Ekaputri Penguji II
~J~~\( Dr. Lily Surawa Ekaputri Pembimbing I
Ors. Asen Haerul Gani, Psi Pembimbing ll
UN'l'UKi Jil.\Jlio\H ~o\N6 'f iDo\Ki PE&No\H HiLo\N6 Dt\&i iNG.\'fo\N
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillahirabbil'alamiin terucap syukur tak terhingga kepada penguasa manusia Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kita secercah cahaya untuk mengarungi hidup hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat dapat menanggulangi stres lingkungan yang diakibatkan kebisingan dan agar masyarakat mengetahui pengaruhnya terhadap ingatan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan Psikologi khususnya Psikologi Kognitif dan Lingkungan. Untuk dua orang yang teramat istimewa, Ayah dan Umi tersayang, ucapan terima kasih takkan cukup untuk tiap tetes keringat dan do'anya, untuk perhatian dan dorongan yang akan selalu penulis ingat. Teriring ucapan terima kasih yang amat dalam kepada kedua dosen pembimbing lbu Dr. Lily Surayya Ekaputri (Pembimbing I) dan Bapak D1·s. Asep Haerul Gaui,Psi (Pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan berupa kritik serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bersama ini pula izinkan penulis berterima kasih kepada : 1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah. 2. Bapak Drs. Akhmad Baidun l\'I. Si, selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas bimbingannya. 3. Para dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal berupa ilmu yang bermanfaat kepada Penulis. 4. Bapak Ir. Wisnu Eka Y, atas izin dan masukan-masukannya yang sangat membantu dan para staf Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal khususnya Bang Zoe! "terima kasih banyak semua". 5. Adik-adikku tersayang, Anas "terima kasih atas tawaran ngetiknya". Maulida "terima kasih udah mau nemenin Teteh begadang". Both 1>fyou always make
me happy. 6. Sahabat sekaligus Saudara "Ai" terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis. 7. Tidak pernah lupa untuk Tuwan Pntri yang selalu bersedia menyerahkan "anak"nya untuk dianiaya. Winy, yang selalu memberi semangat, K Bowo atas bantuannya, Syahid "Kapan nyusul?", Zee atas kebaikannya, temanteman Gang Bacang yang sama-sama tegang tetapi tetap bersemangat, Teh
Aas "Terus berjuang dan jangan pernah menyerah" dan seluruh teman-teman angkatan 2000 "I miss you all!". 8. Master Saeho dan keluarga, terima kasih atas kebaikan yang diberikan selama ini "Master, akhirnya Lola selesai!". K Yanto, untuk penginapannya. 9. Teman-teman Fakultas Sains dan Teknologi yang sudah bersedia direpotkan untuk menjadi sampel. I 0. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Skripsi ini banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya walaupun memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semoga bermanfaat.
Jazakumullah khairan katsira
Jakarta, 30 Agustus 2004
Penulis
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2004 (C)Haula Noor (D)PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGA TAN (E) ix+83 halaman (F) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pernyataan bahwa ada sebagian orang yang merasa terganggu apabila belajar di lingkungan yang bising dan ada sebagian orang lagi yang tidak merasa terganggu apabila belajar dalam keadaan bising.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, apakah kebisingan dapat mempengaruhi ingatan? Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Kimia tingkat I kelas A dan B. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 32 orang dengan menggunakan tekhnik probability sampling yaitu earn pengambilan sampel berdasarkan probabilitas atau peluang artinya bahwa setiap anggota populasi yang tennasuk dalam sampel mempunyai peluang yang sama. Selanjutnya sampel tersebut dibagi ke dalam 4 kelompok eksperimen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kebisingan Pusarpedal Puspiptek Serpong Tangerang. Penelitian dilaksanakan selama dua hari. Kebisingan yang dipergunakan adalah pure tone yaitu nada tunggal yang dihasilkan oleh Omny Source Speaker (sumber suara) dan alat-alat lainnya yang telah ada di laboratorium sendiri, selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian berupa nonsense syllables yaitu kumpulan hurufyang tidak bennakna untuk diingat dan kertas folio kosong yang dijadikan untuk media untuk menulis (recall) apa yang sudah mereka ingat. Penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan-kekurangan seperti kurangnya kontrol pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi basil penelitian, seperti kesadaran subjek sedang dalam penelitian, inteligensi, tempat tinggal, kebiasaan belajar subjek, dan faktor eksternal serta internal lain yang terdapat dalam diri subjek. Adapun kontrol pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi basil penelitian adalah: I. Suara-suara selain kebisingan yang diberikan yang hadir ketika penelitian dikontrol dengan eliminasi. 2. Kebiasaan subjek menghafal dalam keadaan bising dikontrol dengan differential selection yaitu pemisahan secara random. 3. l:n1osi subjek dikontrol dengan randon1isasi.
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dengan menggunakan Analisa Varians (Anova), hasil penelitian menunjukkan nilai F sebesar 2,862 lebih besar dari pada harga F table sebesar 2,72 (F hitung > F table) pada tarafsignifikansi a 0.05, artinya terdapat pengaruh kebisingan terhadap ingatan.
(G) Bahan Bacaan: 46 (1947-2004)
DAFTARISI
KATA PENGANTAR' ......................................................................... . ABSTRAK ............................................................................................
IV
DAFTAR ISi
v
....... . .
.......................... ....... .......
DAFTAR TABEL ........... .
Vlll
DAFTAR GAMBAR
IX
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar belakang masalah
I
1.2.
Pembatasan masalah ......... .
5
1. 3.
Perumusan masalah .. .
6
14.
Tujuan dan manfaat penelitian .............. .
6
1.5.
Sistematika penulisan ............................................. .
7
1.6.
Teknik penulisan ................................................... .
7
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................. 8 2. I.
2.2.
lngatan
8
2. I. I. Penelitian pertama mengenai ingatan .. . .. . .. . .. . .. .
8
2.1.2. Definisi ingatan .. . .. . .. . ... . .. . .. . .. ... ... . .. . ... . .. .
9
2.1.3. Model-model ingatan manusia ...............
10
2.1.4. Proses ingatan ............................................ .
16
2.1.5. Lupa pada ingatan ................................... .
20
2.1.6. Meningkatkan daya ingat .
24
2. 1. 7. Memori Konstruktif ........... .
27
2.1.8. Memori implisit
29
Kebisingan .
32
2.2.1. Definisi kebisingan
32
2.2.2. Sumber-sumber kebisingan .......... .
34
2.2.3. Ragam dan jenis kebisingan .
36
2.2.4. Skala desibel ..........................................................
39
2.2.5. Karakteristik bising ...............................................
40
2.2.6. Pengaruh kebisil).gan terhadap manusia ................
41
2.2.7. Usaha pengendalian kebisingan ............................
49
2.2.8. Temuan Para Ahli .................................................
56
2.3.
Dugaan pengaruh kebisingan terhadap ingatan ................
59
2.4.
Hipotesa .............................................................................
60
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 61 3.1.
Subjek penelitian ...............................................................
61
3.1.1. Kriteria subjek penelitian ......................................
61
3.1.2. Sampling ...............................................................
61
3.1.3. Teknik penentuan kelompok .................................
62
Variabel-variabel penelitian ..............................................
62
3 .2.1. Variabel bebas (Independent Variabel) ... ...... ... .....
62
3 .2.2. Variabel terpengaruh (Dependent Variabel) ... ......
62
3.2.3. Variabel Ekstraneous ............................................
63
3.2.4. Kontrol ..................................................................
63
Rancangan eksperimen ......................................................
64
3.4.
Aparatus penelitian ................................................
64
3.5.
Denah eksperimen .................................................
65
3.6.
Prosedur penelitian ................................................
66
3.7.
Teknik analisa statistik ..........................................
72
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................
73
3.2.
3.3.
4.1.
4.2.
Gambaran umum responden .............................................
73
4.1.1. Identitas responden.................................................
73
4.1.2. Penyebaran nilai responden....................................
75
Hasil utama penelitian .......................................................
79
BAB 5 PENUTUP .....•.•.••.••.•.••.•..••.•.....•.•..••.•..•.••.•.•.••.•..•..••.•..•.••.•.....•....•
80
5.1. Kesimpulan ...........................................................................
80
5 .2. Diskusi ..................................................................................
80
5.3. Saran......................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA LAMP IRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tipe-tipe kebisingan lingkungan ...............................................
34
Tabel 2.2 Beberapa akibat kebisingan ......................................................
46
Tabel 2.3 Intensitas kebisingan yang diperbolehkan dalam jam ...............
55
Tabel 2.4 Baku tingkat kebisingan ............................................................
55
Tabel 3.1 Prosedur penelitian ....................................................................
71
Tabel 4.1 Identitas responden ...................................................................
73
Tabel 4.2 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 1 ................................
75
Tabel 4.3 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 2 ................................
75
Tabel 4.4 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 3 ................................
76
Tabel 4.5 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 4 ................................
77
Tabel 4.6 Penyebaran nilai setiap kelompok .............................................
77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses ingatan........................................................................
17
Gambar 2.2 Tiga komponen ingatan.........................................................
17
Garn bar 2.3 Proses ingatan Munro............................................................
18
Gambar 2.4 Proses ingatan Atkinson-Shiffrin ..........................................
19
Gambar 2.5 Proses ingatan Baddeley........................................................
19
Gambar 2.6 Perkiraan pengukuran decibel ..............................................
40
Gambar 3.1 Rancangan Counterbalanced design ...................................
64
Gambar 3.2 Denah eksperimen ................................................................
65
BABl
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAK.ANG l\1ASALAH Kebisingan merupakan salah satu pencemar yang berasal dari penerapan
teknologi. Sumber kebisingan bennacam-macam, misalnya mesin pabrik, pesawat 1erbang, lalu-Iintas jalan raya, kereta api, peralatan kantor, dan peralatan rumah tangga yang digunakan sehari-hari. Burrows (dalam Sanders & McCormick, 1987) mendefiniskan kebisingan sebagai suatu stimuli auditori yang tidak berhubungan dengan aktivitas yang sedang dilakukan. Kebisingan mempengaruhi penampilan seseorang sesuai dengan tingkat paparan yang diterima. Pada tingkat paparan yang berlebihan kebisingan dapat mengakibatkan penurunan perfonnans (Broadbent dalam Hartley & Adams, 1974), sedangkan tingkat paparan yang moderat kebisingan justru dapat meningkatkan performans (Davies & Hockey dalam Hartley & Adams, 1974 ). Sebagai kebisingan, suara dipandang menjengkelkan dan mengganggu apabila datang secara tidak terduga dan tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, kebisingan yang mengganggu penduduk kota bukan berasal dari kantor, toko, atau pabrik, sebab di tempat umum seperti itu orang memang sudah menduga suara-suara semacam itu. Suara yang menimbulkan ketegangan paling berat adalah kebisingan
2
yang memasuki benteng terakbir kebebasan individu yang runtuh dalam dunia yang penuh sesak, yaitu rumah tinggal (Tanner, 1976). Intensitas suara mencerminkan tinggi rendahnya gelombang suara yang memukul telinga. Oleh karena itu energi suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai kisaran yang sangat besar, yaitu 0,00002-200 Pascal, maka dibuatlah skala logaritma untuk menggambarkan intensitas suara tersebut yang dikenal dengan decibel (dB). Dengan skala ini kisaran intensitas suara yang dapat di den gar oleh telinga manusia adalah 0-140 dB (Davis & Cornwell, 1985). Gangguan yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan adalah sesuai dengan tingkat paparan terhadap intensitas kebisingan. Suara yang secara fisik maupun psikologis membahayakan, yang untuk selanjutnya disebut kebisingan, menurut Bailey ( 1982) adalah intensitas di atas 100 dB. Suara bi sing lebih banyak bersumber dari lingkungan buatan daripada lingkungan alamiah. Ledakan gunung meletus, gempa bumi atau suara angin puyuh adalah beberapa contoh dari kebisingan alamiah. Kebisingan dari lingkungan buatan lebih banyak lagi jenisnya. Kebisingan dari lingkungan buatan yang sudah banyak diteliti karena dianggap banyak menimbulkan gangguan pada manusia adalah kebisingan lalu lintas (kendaraan bennotor di jalan raya yang padat, kereta api ekspres, pesawat udara jumbo jet) dan tempat kerja (mesin-mesin pabrik, ledakan-ledakan di pertambangan). Raloff ( 1982), misalnya, tel ah mencatat bahwa karyawan dalam bi dang konstruksi harus mendengar suara sampai 100 dB, mekanik pesawat udara 88-120 dB, dan pekerja tam bang batu bara 94-104 dB. Semuanya itu bi la terjadi berkepanjangan akan
3
mengakibatkan gangguan pendengaran (Fisher et al, 1984: I 03 dalam Sarlito, 1995:96). Akan tetapi suara memperingatkan kita tentang apa yang terjadi. Ketika kita hendak tidur, persepsi suara kita merupakan pintu yang ditutup paling akhir, dan pertama terbuka saat kita terjaga. Bahkan saat kita tidur, otak akan terjaga oleh suarasuara kunci tertentu. Seorang ibu terbangun ketika bayinya menangis. Orang-orang pada umumnya cepat terjaga oleh suara yang menyebut namanya (Russel, 2003). Pada umumnya, adalah suatu hal yang wajar bila kita menyukai kedamaian dan ketenangan dalam mengerjakan sesuatu khususnya belajar karena ada sebagian orang menyukai belajar di lingkungan yang tenang dan sebai,>ian lagi menyukai belajar di lingkungan yang ramai. Secara umum belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman yang berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak berhubungan dengan kemasakan, motivasi, kelelahan, adaptasi, dan sensitivitas organisme. Pembicaraan masalah belajar tidak dapat terlepas dari masalah memori, karena konsepsi belajar dan memori saling berkaitan erat, dan hasil belajar haruslah dapat disimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan atau dimanfaatkan. Sistem memori manusia dapat dijelaskan oleh model paradii,>ma Atkinson dan Shiffrin yang telah disempumakan oleh Tulving dan Madigan (Sol so, 1991 ). Dalam model ini, terdapat tiga sistem penyimpanan, yaitu register sensori, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Input yang baru masuk diterima dalam register
4
sensori dalam beberapa saat, kemudian diteruskan ke memori jangka pendek. Agar informasi tersebut bisa ditahan lebih lama lagi, maka dilakukan pengulangan dan elaborasi melalui proses yang lebih dalam lagi. Setelah di proses dalam memori jangka pendek, informasi dikeluarkan dalam wujud respons atau kemungkinan diteruskan ke dalam memori jangka panjang. Dalam proses ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain faktor-faktor jasmani, usia, emosi, dan afeksi. Bebunyian frekuensi tinggi menyusun harmonik tinggi yaitu timbre ( warna suara). Suara yang kaya atau miskin pada frekuensi tinggi, tidak sama -karena itu jangan sampai dikacaukan pengertiannya -dengan yang bernada tinggi atau rendah. Pengalaman yang tidak menyenangkan saat terpapar oleh suara bernada tinggi yang menyakitkan dan "tak layak dengar" (unlistenable) mungkin membuat kita tidak suka dengan semua bebunyian (frekuensi) tinggi. Kita harus paham bahwa suara yang sangat mengganggu itu adalah karena terlalu "sempif', atau miskin frekuensi rendah maupun tinggi. Paradoksnya, suara-suara itu terdengar berbunyi tinggi justru karena (frekuensinya) tidak cukup tinggi (Madaule, 2002). Suara-suara bernada rendah dengan kandungan frekuensi tinggi yang sedikit, terdengar tidak hidup, membosankan, dan monoton -bukannya terdengar rendah. Suara-suara ini hanya sedikit "mengisi baterai'' otak, dan malah mengonsumsi energi lebih banyak daripada yang diberikannya sehingga melelahkan pembicaranya. Bagi pendengar, suara jenis ini juga hanya memberi sedikit energi untuk membantu telinga dan otak memproses informasi verbal tersebut. Akibatnya, pendengar merasa lelah dan mungkin bahkan tertidur (Madaule, 2002).
5
Pendapat mengenai batas intensitas kebisingan yang berdampak negatif, yaitu suara yang menimbulkan ketidaknyamanan, rasa terganggu, dan rasa tidak senang sangat bervariasi. Aspek kognitif yang terpengaruh meliputi timbulnya gangguan konsentrasi, berpikir dan mengingat. Terganggunya aspek memori nampak dalam bentuk menurunnya kemampuan mengingat, menjadi bingung dan lupa, sedangkan menurunnya penampilan
ke~ja
ditandai dengan proses kerja yang lebih lamban.
Akan tetapi akibat kelebihan beban ini, kita belajar mengabaikan banyak suara di sekeiiling kita, dan kehilangan banyak ha! yang dapat memberi kita kesenangan dan informasi. lni memang terlalu buruk-sebab terdapat kebijakan dalam mendengar yang kita perlukan. Bertitik tolak dari ha! ini peneliti te1iarik untuk mengetabui apakah ada pengaruh kebisingan terhadap ingatan.
1.2.
PEMBA TASAN MASALAH
1.2.1. Kebisingan Kebisingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suara-suara keras berupa pure tone (nada tunggal) berfrekuensi 125 Hz, 1000 Hz dan 4000 Hz dengan jenis bising terns menerus (continoues noise).
1.2.2. Ingatan Ingatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan subjek untuk mengulang kembali nonsense .1yllables yang sudah diingat sebelumnya.
6
1.3. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah ada Pengaruh Kebisingan Terhadap lngatan Seseorang".
1.4.
TU.JUAN DAN MANFAAT PENELlTIAN
1.4.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebisingan memiliki pengaruh terhadap ingatan seseorang. 1.4.2. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : a. Secara teoritis, penulis berharap bahwa dari penelitian yang penulis lakukan: 1. Pengembangan pengetahuan mengenai ingatan dan kebisingan dalam
kajian psikologi khususnya di Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Dapat dijadikan langkah awal atau motivasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan. b. Secara praktis, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat membann1 institusi pendidikan dan para pelajar sebagai informasi yang berguna sehingga dapat memahami hal - hal yang berkaitan dengan ingatan dan kebisingan.
7
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang permasalahan,
BABI
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan dan teknik penulisan. Landasan teori, akan membahas mengenai konsep yang menjadi dasar
BAB II
teoritis dari penelitian ini. Pada bab ini akan diuraikan tentang kebisingan dan ingatan. Metode penelitian, menguraikan tentang metode dan prosedur
BAB III
penelitian yang meliputi subyek penelitian. BAB IV
Berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan, yang diantaranya meliputi gambaran umum subyek, hasil utama penelitian dan diskusi.
BABV
Penutup merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan dari laporan penelitian, yang meliputi : kesimpulan yaitu ringkasan dari hasil penelitian dan saran adalah saran yang dikemukakan peneliti untuk para pembaca tentang penelitian yang dilakukan.
1.6.
TEKNIK PENULISAN Pada laporan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penulisan AP A
(American Psychology Association). Metode penulisan ini bisa qigunakan untuk penelitian lapangan dan juga digunakan untuk ilmu pengetalrnan sosial secara umum. \
BAB2 LANDASAN TEORI
2.1.
INGATAN
2.1.1. Penelitian Pertama Mengenai Jngatan Seorang ahli Filosof Jennan dan sekaligus Psikolog, bernama Hermann Ebbinghaus ( 1850-1909), menerbitkan penelitian sistematis pertama mengenai ingatan manusia dan mempubliksikan hasil karyanya yang berjudul 'Uber das Oedachtnis · (mengenai ingatan) pada tahun 1913. Pada tahun 1886, dia membuka (
Laboratorium Psikologi di Universitas Berlin. Setelah itu ia mulai mempelajari penglihatan (Vision), dan mempublikasikan teori penglihatan-warna pada tahun 1893. Di Breslau, Ebbinghaus juga mendirikan Laboratorium ( 1894) dan mempublikasikan metode baru untuk menguji kemampuan mental pada anak usia sekolah (Zusne (1984). Ebbinghaus menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek dalam penelitiannya. Dia menguji dirinya untuk menghafal nonsense syllables yaitu suku kata yang terdiri dari tiga hurufkonsonan-vokal-konsonan sebanyak 20-300 suku kata (Zusne, 1984), seperti DAX, BUP dan LOC. Menurutnya nonsense syllables merupakan alat yang paling baik dalam penelitiannya karena suku kata tersebut tidak
8
9
memiliki arti sehingga sulit untuk dipelajari apalagi diingat, karena sulit mencari dan menentukan asosiasinya. Pada salah satu percobaan, Ebbinghaus mempelajari 13 syllables sampai ia mampu mengulanginya tanpa menemukan kesalahan. Selanjutnya ia mencoba untuk mengingat kembali daftar tersebut setelah beberapa kali penundaan. Dia memastikan berapa waktu yang ia butuhkan untuk mempelajari daftar terse but. pada percobaan ,Yang pertama, ia membutuhkan sekitar 1156 detik untuk mempelajarinya dan hanya 467 detik waktu untuk mempelajarinya kembali. Sehingga ia dapat menghemat waktu sebanyak 1156-467 = 689 detik atau 64,3% (Anderson, 1947). Pada percobaan.selanjutnya, Ebbinghaus mencoba mengingat kembali daftar tersebut setelah 20 menit, 1 jam, 8-9 jam, 1 hari, 2 hari, 6 hari, dan 31 hari. Teknikteknik Ebbinghaus ini menjadi standar dalam penelitian-penelitian psikologi mengenai ingatan sepanjang tahun (Solso, 1991).
2.1.2. Definisi Ingatan lngatan adalah hasil dari pengalaman yang sebelumnya didahului oleh suatu perhatian (Kro, 1995). Ingatan merupakan kunci bagi kelancaran belajar dan mengajar seperti sekop merupakan alat penting bagi tukang kebun. Begitu pula ingatan merupakan peralatan penting bagi pelaj ar. Akan tetapi proses memori seringkali tidak dipahami dengan baik dalam proses pengajaran. I-!asilnya, kita sering kali mengajar sesuatu yang sudah dipelajari dan para pelajar tidak dapat mengingat
10
apa yang telah kita ajarkan dan terkadang kita sering tidak mengikut sertakan proses ingatan dalam system pengajaran kita (Munro, tanpa tahun). Semua sistem ingatan, termasukjuga komputer, perpustakaan, manusia dan tikus membutuhkan satu tempat untuk menyimpan. Penyimpanan pada hewan terdapat di dalam otak. Si stem ingatan juga memerlukan satu prosedur tertentu guna memasukkan dan mengambil kembali infonnasi. Definisi lainjuga dikemukakan oleh Schlessinger dan Groves (1976:352) dalam Jalaludin (2000) bahwa memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Dalam Al-qur'an ingatan lebih dikenal dengan peringatan dan mengambil pelajaran. Daya ingat (at-tazakkur) juga mempunyai kedudukan penting dari sudut agama. Sebab manusia yang selalu ingat kepada Allah SWT, Karunia dan NikmatNya yang telah diberikan kepadanya dalam kehidupan, juga selalu ingat akan akhirat, hari perhitungan, pahala dan siksa, semua itu akan mendorongnya untuk senantiasa bertaqwa, beramal saleh dan berakhlak mulia. Banyak Al-qur' an yang memerintahkan untuk selalu ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya (Najati, 2001: 165).
2.1.3. Model-model Ingatan Manusia Pada dasarnya ingatan manusia tidaklah terdiri dari beberapa bagian yang terpisah-pisah. Ingatan manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dimana di
11
dalamnya dapat ditemui tiga macam model ingatan yang tiap kali bekerja bersamasama dengan saling mengisi. Ketiga model ingatan tersebut adalah : 2.1.3.1.Memori Sensoris Memori Sensoris adalah proses penyimpanan infonnasi yang jangka waktunya sangat cepat (Kro, 1995). Bagian ini menerima stimulus dalam jangka waktu yang sangat pendek sebelum kita sempat untuk memprosesnya atau menganalisanya dalam pikiran kita. Disini terdapat memori sensori pada masingmasing indera yang kita miliki. Memori sensori tersebut ada ketika kita melihat, ketika kita mendengar dan ketika kita menyentuh (Munro, tanpa tahun). Neisser (1976) menyebut proses ini sebagai ingatan echoic yaitu ingatan untuk stimulus auditor dan ingatan iconic yaitu ingatan untuk stimulus visual. Sperling (1960) dalam penelitiannya mengatakan bahwa lamanya infonnasi bertahan dalam memori sensori adalah 1/.i detik sampai 1 detik (250 milisecond-1000 milisecond). Perpindahan kepada ingatan jangka pendek berlaku apabila kita memberi perhatian kepada informasi yang telah diindrai melalui perhatian yang telah diseleksi (selective attention) karena tidak semua infonnasi dapat disimpan dalam ingatan jangka pendek (http://psyshslassic.yorku.ca). Memori sensoris mempunyai kemampuan menyimpan data-data yang masuk melalui alat-alat indra manusia seperti, indra penglihatan, pendengaran, perabaan dan sebagainya. Apabila kita telah mengindrai suatu stimulus akan tetapi kita belum menganalisanya maka sensasi terakhir dari stimulus tersebut masih tertinggal dalam
12
ingatan kita dengan jangka waktu yang sangat pendek, contohnya : ketika kita berada dalam ruangan gelap sambil menonton slide lalu ketika proyektor slide tersebut dimatikan maka kita masih menyimpan dan merasakan sensasi yang diakibatkan cahaya slide tersebut. Begitu pula ketika seseorang mengagetkan kita atau kita mendengar suara berisik maka ketika stimulus-stimulus tersebut berhenti kita masih merasakan sensasi suara atau perasaaan kaget yang masih tertinggal. Proses ini merupakan bagian dari Sensori Memori (Munro, tanpa tahun). Dibawah ini akan disebutkan beberapa karakteristik memori sensoris yang dapat membedakannya dari aspek-aspek ingatan yang lain (Devi, 1982:12), yaitu: a. Memori sensoris berisikan karakteristik fisik dari rangsang yang masuk yang meninggalkanjejak-jejak ingatan pada ingatan manusia. Misalnya, bila kita memejamkan mata, lalu membukanya dalam sekejap dan menutupnya kembali, maka akan terbayangjelas pada kita semua bendabenda yang terlihat pada saat membuka mata tadi. Bayangan ini lamakelamaan akan mengabur dan akhimya menghilang dari ingatan kita. b. Memori sensoris memiliki kapasitas yang tidak terbatas. Dari contoh diatas, maka banyak sekali benda-benda yang akan dapat kita indrai pada saat membuka mata tadi. c.
Karakteristik ketiga dari memori sensoris adalah singkatnya waktu penyimpanan, yaitu berkisar antara satu sampai lima detik.
13
2.1.3.2.lngatan Jangka Pendck (Short Term Memory) Ingatan-ingatan dalam memori sensori yang diberi perhatian selanjutnya akan disimpan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek adalah kapasitas yang kecil sekali tetapi sangat penting pengamhnya, ingatan jangka pendek terlihat lebih jelas daripada sistem ingatan yang lain di mana stimulus-stimulus lingkungan pertama kali diorganisasikan dalam sistem ingatan ini (Solso, 1991 ). lngatan jangka pendek mempunyai kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada memori sensoris, yaitu berkisar antara beberapa detik sampai beberapa menit. Seperti seorang sekretaris yang mampu menekan nomor telephone tanpa hams melihat nomor-nomor yang sudah ditekan sebelumnya, pada proses ketiga tanpa hams melihat kembali ke proses kedua dan begitu selanjutnya (http://psyshslassic.yorku.ca). Untuk menyimpan pengetahuan dalam ingatan jangka pendek, kita dapat mengolah ide-ide dengan membahnya kedalam kata-kata dan kedalam imajinasi kita dengan berbagai cara sebagai berikut (Munro, tanpa tahun) : 1. visualisasi 2. berlatih secara phonem 3. membagi ide tersebut menjadi 2 atau 3 bagian dan melatih tiap bagian terse but 4. mencari pola yang berarti dalam informasi dan menggunakannya untuk dihubungkan dengan ide-ide.
14
Ingatan jangka pendek ini pun memiliki beberapa karakteristik khusus (Devi, 1982: 13 ), yaitu : a. Agar suatu informasi dapat masuk ke dalam ingatan jangka pendek, maka informasi tersebut harus sudah mendapat perhatian terlebih dahulu. Proses ini dapat pula berlaku terhadap informasi dalam memori sensoris, yaitu karena bekerjanya sistem seleksi perhatian (selective a/ten/ion) pada alat penginderaan kita sehingga hanya benda-benda yang menjadi pusat perhatian kita saja yang akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek dari sekian banyak benda-benda yang kita inderai. b. Ingatanjangka pendek memiliki kapasitas yang terbatas, yaitu hanya mampu menyimpan sekitar 7 (± 2) item saja. c. Agar infonnasi yang berada dalam ingatan jangka pendek itu dapat bertahan lama, maka harus dilakukan proses "rehearsal", yaitu mengulang-ulang informasi tersebut agar informasi tetap berada dalam pusat perhatian kita sehingga tidak mengalami proses "lupa". Jenis informasi yang dapat disimpan dalam ingatan jangka pendek ada bermacam-macam, seperti suara, gambaran penglihatan, kata-kata, kalimat maupun angka-angka. Ingatan jangka pendek ini mempunyai kegunaan yang besar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam ha! mengingat yang sifatnya sementara.
15
2.1.3.3.Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory) Ingatanjangka panjang adalah ingatan yang memiliki kemampuan menyimpan informasi lebih lama dan panjang (Kro, 1995). Freud mengatakan bahwa semua pengalaman kita sejak lahir sudah disimpan dalam ingatanjangka panjang, ini membuktikan bahwa kita dapat mengingat pengalaman-pengalaman masa kecil kita dan pengalaman-pengalaman tersebut tidak hilang hanya saja sukar untuk diingat kembali (http://psyshslassic.yorku.ca). Ingatanjangka panjang lebih mampu membedakan kode-kode dari luar, terstruktur, memiliki kapasitas lebih lama dan permanen (Solso, 1991 ). Pada level ini, semua yang diketahui oleh seseorang ten tang yang ada di dunia ini disimpan dalam ingatan jangka panjang mereka (Munro, tan pa tahun). Munro juga menjelaskan bagaimana pengetahuan dapat dipertahankan dalam ingatanjangka panjang, yaitu sebagai berikut: 1. mengorganisasikan pengetahuan secara semantic 2. menghubungkan imajinasi visual dengan imajinasi yang sudah dimiliki 3. menjadikan ide-ide menjadi sebuah rentetan peristiwa 4. memperhatikan perasaan atau emosi yang berhubungan dengan ide-ide. Seperti kedua aspek ingatan yang telah disebut sebelumnya, maka ingatan jangka panjang juga memiliki beberapa karakteristik tertentu (Devi, 1982: 15), yaitu : a.
Pada ingatanjangka panjang, infonnasi yang masuk akan mengalami pengorganisasian sehingga dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
16
b. Lama penyimpanan informasi pada ingatanjangka panjang berkisar antara beberapa hari, minggu, bulan, bahkan dapat berlangsung bertahuntahun. c.
Kapasitas penyimpanan informasi dalam ingatan jangka panjang adalah sangat besar dan tak terbatas. Berbagai informasi dapat kita simpan dalam ingatan jangka panjang, termasuk informasi yang sebelumnya ada dalam ingatan jangka pendek yang tel ah mengalami rehearsal.
d. Jenis informasi yang dapat disimpan dalam ingatan jangka panjang ada bermacam-macam seperti kata-kata yang bermakna, kalimat, ide-ide, konsep-konsep serta berbagai pengalaman, pengetahuan, kemampuan untuk berbahasa dan sebagainya.
2.1.4. Proses lngatan Proses adalah bagaimana kita menyimpan pengetahuan pada setiap level dan bagaimana mentransfer pengetalman tersebut diantara dua level yang berbeda (Munro, tanpa tahun). Berikut ini penulis akan mencoba menjelaskan beberapa proses ingatan manusia menurut Kro ( 1995), Munro, Model Atkinson-Shiffrin dan Model Baddeley. 2.1.4.1.Proses ingatan menurut Kro (1995) dalam bukunya yang berjudul
"Theories of Huma11 Leaming", sebagai berikut : lnformasi yang berkesan pertama kali masuk ke dalam ingatan sensori (ingatan iconic atau echoic) apabila mendapatkan pengulangan maka ingatan tersebut
17
akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Selanjutnya apabila informasi tersebut dibutuhkan dan telah mendapat kode-kode tersendiri maka informasi tersebut akan bertahan dalam ingatan jangka panjang. Apabila informasi yang sudah ada tidak diulang maka akan terjadi proses lupa. Seperti gambar 2.1 yang terlihat di bawah ini :
Gb.2.1 Proses ingatan
I Input I _..,.I
Kesan
i
Lu pa
I __..,.
~--------------
Kata atau nama (persepsi) yang dipertahankan melalui pengulangan
Pengkodean ---l» - - - -
Konsep
...
Lu pa
Perlu diingat bahwa ketiga komponen ini tidak memiliki tempat yang berbeda dalam otak atau bagian lain dalam sistem ingatan.
Gambar 2.2. Tiga komponen ingatan Sensori Iconic atau echoic
STM ~ nrima~· Sensori yang dipertahankan __..,. melalui pengulangan
18
2.1.4.2. Proses dari ketiga tipe memori menurut Munro Gb.2.3 : Tiga tipe memori
Inf01masi stimulus lnfonnasi mengajar
Penyirnpanan senson - visual - auditory - haptic rnernon bertahan di SITil
Inforrnasi dibawa STWM I>-
STWM : ruang pikir diatur oleh mekanisme kontrol. ini merupakan 'jendela dunia'. Informasi akan diingat sebentar kecuali diolah dengan cara tertentu. Sepe1ti memberikan kode pada setiap informasi dengan berbagai macam cara : visualisasi latihan secara fenome112 memecah ide ke dalam : atau 3 bagian mengorganisasikan secara semantik.
Untuk rnenyirnpan infonnasi dalarn ingatan jangka panjang kita dapat rnengolahnya dengan cara tertentu: 1. rnenghubungkan dengan sesuatu yang kita paharni 2. rnernvisualisasikan 3. rnenjadikannya sebagai rentetan peristiwa
Penyirnpanan ingatanjangka panjang- pengetahuan yang menetap Konsep Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan pengetahuan yang episodik prosedur rnenyatu abstrak dengan pelajar
19
2.1.4.2.Proses ingatan menurut model Atkinson-Shiffrin Infonnasi yang masuk langsung disimpan dalam STSS (Short Term Sensory
Storage) atau penyimpanan sensori jangka pendek. Infonnasi tersebut disimpan selama 1 detik selanjutnya informasi diberi kode didalam STWM (Short Term
Working Memmy) dan disimpan lebih dari 1 menit setelah itu informasi disimpan dalam LTM (Long Term Memory) selama seumur hidup. Seperti pada gambar 2.4 berikut ini : Gb.2.4 : proses ingatan model Atkinson-Shiffrin
lnformasi masuk
~ ~ I STWM I
2.1.4.3.Model proses ingatan menurut Baddeley Pada proses ini, infonnasi yang masuk langsung disimpan dalam tempat penyimpanan selanjutnya infonnasi tersebut dilatih, diorganisasikan dan divisualisasi secara semantik menjadi satu rentetan waktu selanjutnya disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seperti dalam gambar 2.5 berikut ini : Gb.2.5. proses ingatan model Baddeley
Informasi masuk
I
STWM
[ __...
~
20
Secara garis besar Hilgard dkk (1975:222-224) dalam Irwanto (1997:154) menyebutkan tiga jenis proses mengingat : I. Recall (pengingatan), yaitu proses mengingat informasi yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yangjelas (Sarlito, 1996). 2. Recognition (pengena/an), yaitu proses mengingat informasi yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme. 3. Redintegralive, proses mengingat dengan mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup komplek. Bisa juga dikatakan bahwa redintegrasi ialah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil. Sarli to ( 1996:64) menambahkan satu proses mengingat dalam ingatan manusia, yaitu Relearning (be/ajar /agi), menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
2.1.S. Lupa Pada Ingatan Apabila belajar dianalogikan dengan koin yang terdiri dari dua sisi, ingatan merupakan sisi yang satu dan lupa merupakan sisi yang lainnya (Kro,1995). Lupa adalah kegagalan mengingat kembali suatu butir dari infonnasi dengan tepat (http://psyshslassic. york u. ca).
21
Gordon H. Bower mengatakan "lupa adalah sifat dasar pikiran dan cemas pada lupa adalah sifat dasar manusia. Seorang peneliti memperkirakan bahwa kapasitas penyimpanan otak sebanyak satu kuatrilium bit informasi yaitu satu juta kali satu milyar. Dengan kapasitas seperti itu, John Merrit dari Universitas Harvard mengatakan "Tak seorang pun pemah memenuhi pundi tersebut sampai luber." Tidak mengherankanjika kita kadang-kadang lupa; yang menakjubkan adalah bahwa kita mampu menyimpan dan mengingat kembali begitu banyak (Russel, 2003). Pembahasan mengenai lupa selalu akan berkaitan erat dengan ingatan, karena orang yang lupa adalah orang yang gaga! mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya. Kita mungkin mengingat tujuh butir secara singkat, tetapi pada sebagian besar kasus mereka segera dilupakan. Lupa terjadi karena butir-butir itu tergeser (displaced) oleh butir yang barn atau karena mengalami peluruhan (decay) dengan berjalannya waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa lupa adalah arti negatif dari ingatan. Al-qur'an menyebutkan lupa dalam berbagai ayat, dan bila ayat-ayat itu kita pelajari kandungannya, maka kita akan mendapatkan bahwa lupa (an-nisyan) dalam ayat-ayat tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, yang secara garis besamya adalah sebagai berikut : I. Lupa yang menimpa pikiran mengenai berbagai peristiwa, nama-nama orang, dan berbagai infonnasi yang diperoleh seseorang sebelumnya. Lupa seperti ini adalah ha! biasa yang menimpa seseorang akibat tertumpuknya berbagai infonnasi.
22
2. Lupa yang mengandung arti lalai (as-sahwu). Misalnya orang lupa sesuatu di suatu tempat. 3. Lupa dengan arti hilangnya perhatian terhadap sesuatu hal. Misalnya firman Allah : " ... mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.. "(Q.S, a/-taubah 9:67) (Najati, 2001: 166 ).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka disini akan dibahas mengenai teori-teori lupa dalam ingatan (Kro, 1995), antara lain : I. Teori Pemudaran Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melupakan sesuatu yang dirasa tidak penting dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Seperti seorang wanita yang mungkin saja dapat mengingat berapa baju yang menggantung di lemarinya saat itu. Tetapi ia tidak akan mengingat baju-baju tersebut pada masa selanjutnya. Akan tetapi apabila ia selalu mengulang secara periodic apa saja yang terdapat dalam lemarinya saat itu, dia akan mengingatnya dengan lebih baik lagi. Sebaliknya informasi tersebut tidak pemah digunakan maka informasi tersebut akan hilang. 2. Teori Distorsi Fakta-fakta yang kita ulang lebih cepat memungkinkan bagi kita untuk memanggilnya kembali dari ingatanjangka panjang dengan mudah. Ketika seseorang mengingat informasi yang pemah masuk ke dalam ingatannya maka informasiinformasi tersebut akan bertambah dan membuat rincian-rincian di dalamnya sehingga informasi tersebut memudar.
23
3. Teori Tekanan Teori ini berasal dari Freud yang mengatakan bahwa kadang-kadang seseorang menekan (melupakan secara tidak sadar) pengalaman-pengalaman yang menimbulkan cemas dan traumatic. Lupa yang diakibatkan tekanan ini tidak dapat didemonstrasikan secara eksperimen tetapi dapat diketahui melalui observasi secara berkala dalam situasi klinis. Karena pengalaman traumatic tersebut disimpan dalam bawah sadar atau direpresi; dan dapat diambil hanyajika emosi yang berkaitan dengannya dipisahkan. Dengan demikian represi merupakan kegagalan pengambilan akhir atau akses ke memori dihambat secara aktif. 4. Teori Interference Interference yaitu adanya informasi tertentu yang mengacaukan kemampuan daya ingat terhadap informasi yang telah dipelajari. Jnfonnasi yang telah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi juga bisa terjadi sebaliknya. Seperti percobaan yang dilakukan oleh Banburry,S., et. al. (2001) dalam "Auditory distraction: Phenomena, models and practical implications", bahwa suarasuara yang tidak relevan merupakan inte1ference dan cenderung merusak ingatan kita. Akan tetapi interference tersebut tidak merusak selama pengkodean berlangsung dalam memori kita. Interference dapat berbentuk sebagai :
24
1. Proactive Interference, dimana infonnasi yang masuk lebih dahulu, mengacaukan ingatan terhadap infonnasi yang datang kemudian. 2. Retroactive Interference, di mana infonnasi yang datang kemudian, mengacaukan ingatan terhadap infonnasi yang datang terlebih dahulu.
2.1.6. Meningkatlmn Daya Ingat Para pakar Psikologi tel ah mengidentifikasikan tiga strategi untuk mengefektifkan pemindahan materi dari ingatanjangka pendek ke dalam ingatan jangka panjang. Tiga strategi tersebut adalah rehearse/ (mengulang), elaboration (perluasan) dan organization (mengatur) (Kro, 1995). 2. 1.6. 1. Rehearse/ (mengulang) Rehearse/ adalah mengulang-ulang infonnasi yang didapat (seperti ""namanya adalah Greta, namanya adalah Greta, Greta, Greta ..... "). Pengulangan merupakan prinsip penting untuk memelihara infonnasi dalam ingatan jangka pendek, ia juga penting bagi informasi yang akan dikirim ke dalam ingatan jangka panjang. Munro menuturkan beberapa strategi memori dalam rehearsal (pengulangan) dengan berbagai cara berikut ini : 1. melatih infonnasi dengan mengucapkannya 2. mengorganisasikan infonnasi dengan cara tertentu 3. menyatukan infonnasi
25
2.1.6.2. Elaboration (Perluasan) Mengelaborasi berarti memperluas atau menambah. Memperluas adalah mengasosiasikan sesuatu yang harus dipelajari dengan kesan mental atau mengasosiasikan materi baru dengan materi yang sudah dipelajari. Bradshaw dan Anderson (1982) membuat suatu percobaan dengan meminta subjek untuk mengingat sebuah kalimat "The Fatman read the sign" kalimat tersebut diperluas dengan kalimat "The Fatman read the sign warning of thin ice" dan ketika memanggil kembali, hasilnya jauh lebih berhasil dari pada kalimat yang tidak diperluas. Mnemonics verbal dan Mnemonics visual. Mnemonics verbal dan visual bekerja
dengan prinsip mengelaborasikan pengetahuan untuk diingat. Mnemonics terdiri dari beberapa kumpulan dari gambaran-gambaran visual dan auditori. Untuk menggunakan mnemonics pertama kali kita harus mengenali ide-ide untuk diingat dan kemudian menghubungkan tiap ide dengan salah satu gambaran. Metode Loci. Merupakanjenis lain dari mnemonics. Ia melibatkan penggunaan
kumpulan bahan yang sudah pasti dan yang sudah dikenal. Kita menggunakan mnemonic dengan menghubungkan aitem-aitem untuk diingat pada masing-masing bayangan, contohnya, kita membayangkan potongan pertama dari pengetahuan untuk diberi ingatan ten tang kamar pertama yang kita masuki atau penunjuk jalan pertama menuju kerumah kita, potongan kedua pada kamar kedua dan penunjukjalan yang kedua, dan seterusnya. Metode kata kunci. Adalah tipe ketiga dari mnemonic. Untuk mengingat kata-kata
yang tidak dikenal kita bisa menghubungkannya dengan kata yang dikenal lain yang
26
semuanya hampir sama dan kemudian divisualisasikan dalam bayangan. Metode ini berguna untuk menghubungkan antara dua kata dalam bahasa asing dengan inggris, contohnya quartorze dalam bahasa perancis berartifourteen (14) (Munro, tanpa tahun). 2.1.6.3. Organization Mengorganisasikan berarti mengatur sesuai dengan sistem. Chunking adalah menempatkan apa yang sudah dipelajari menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Dengan adanya proses chunking maka apabila kesatuan tersebut memiliki arti akan dapat dilihat sebagai satu unit. Beberapa eksperimen telah mempelajari cara pengorganisasian yang dapat digunakan untuk mempelajari banyak butir yang tidak berhubungan. Dalam salah satu penelitian, subjek diperintahakan mengingat daftar kata ke dalam sebuah cerita pendek, kemudian saat diuji untuk 12 daftar semacam itu (total 120 kata), subjek mengingat lebih dari 90 persen kata. 2.1.6.4. Konteks dan Pengingatan Karena konteks merupakan isyarat pengingatan yang kuat, kita dapat meningkatkan daya ingat kita dengan mengulang konteks di mana belajar terjadi. Jika kuliah psikologi anda selalu dilakukan di salah satu ruang, pengingatan anda akan materi kuliah akan lebih baikjika anda berada di ruang itu dibandingkan di ruang yang berbeda, karena konteks ruang merupakan isyarat pengambilan untuk materi kuliah.
27
2.1.6.5. Metoda PQRST Salah satu teknik yang paling dikenal untuk meningkatkan daya ingat, yang dinamakan metoda PQRST, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mempelajari dan mengingat materi yang dipresentasikan dalam sebuah buku teks (Thomas & Robinson, 1982). Metoda ini mengambil nama dari singkatan lima tahapnya: Preview (Peninjauan), Question (Pertanyaan), Read (Membaca), SelfRecitation (menceritakan kembali untuk diri sendiri), dan Test (Ujian) (Atkinson,
1999).
2.1.7. Memori Konstruktif Dalam proses pengingatan terdapat proses bottom-up dan top-down. Dimana proses bottom-up didorong oleh masukan (input), sedangkan proses top-down didorong oleh pengetahuan dan harapan seseorang. Jadi persepsi suatu objek didasarkan sebagiannya pada karakteristik fisik objek masukan (proses bottom-up) dan sebagian lagi pada harapan pengamat (proses top-down). Perbedaan tersebut dapat diterapkan pada memori pula. Proses bottom-up bekerja hanya pada informasi masukan, butir aktual yang harus diingat, sedangkan proses top-down membawa pengetahuan lain untuk diterapkan pada tugas. Proses top-down menambahkan informasi kepada masukan dan menghasilkan apa yang dinamakan memori
konstruktif. 2.1.7.1. Pengambilan Keputusan Seringkali kita membaca suatu kalimat kita menarik kesimpulan darinya dan menyimpan kesimpulan itu bersama kalimat. Kecenderungan ini terutama kuat saat
28
membaca teks nyata karena kesimpulan seringkali diperlukan untuk menghubungkan kalimat-kalimat yang berbeda. Pengambilan kesimpulan juga dapat mempengaruhi memori untuk pemandangan visual. 2.1. 7 .2. Stereotipe Cara lain kita mengisi, atau mengkonstruksi memori adalah melalui pemakaian stcrcotipc sosial. Stereotipe adalah paket-paket kesimpulan tentang trait (sifat) kepribadian atau atribut fisik seluruh kelas manusia. Kita mungkin, misalnya memiliki stereotipe tentang orang Jerman tipikal (cerdas, teliti, serius) atau orang !tali tipikal (artistik, bebas, penggembira). Deskripsi ini jarang berlaku pada sebagian orang dalam kelas tersebut dan seringkali dapat menjadi pedoman yang menyesatkan dalam interaksi sosial. Stereotipe juga dapat bekerja secara retroaktifpada memori. Kita mungkin mendengar deskripsi yang relatif netral tentang seseorang, selanjutnya mengetahui bahwa orang itu masuk ke kategori tertentu, dan kemudian menggunakan stereotipe kita tentang kategori itu untuk memperkuat memori tentang deskripsi awal. 2.1.7.3. skemata Ahli Psikologi menggunakan istilah skema (bentuk jamak: skemata) untuk mengacu pada representasi mental tentang suatu kelas orang, objek, peristiwa, atau situasi. Dengan demikian stereotipe merupakan sejenis skema karena mereka mewakili kelas orang (sebagai contohnya, orang itali, wanita, gays). Demikian pula, kategori umum seperti anjing dan meja adalahjenis skema lain lagi karena mewakili
29
kelas benda. Skemata juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan kita sebel umnya tetang bagaimana bertindak disituasi tertentu. Skemata tampaknya mempengaruhi tahap penyandian dan pengambilan dari memori jangka panjang. Jika skema tertentu sedang aktif saat kita membaca suatu cerita, kita cenderung menyandikan terutama fakta yang berhubungan dengan skema.
2.1.8. Memori Implisit Bila kita memperhatikan teruatama situasi dimana orang mengingat fakta pribadi. Pada kasus tersebut, memori adalah masalah pengingatan masa lalu secara sadar, dan dikatakan diekspresikan secara eksplisit. Tetapi tampaknya ada memori jenis lain, yang sering kali dimanifestasikan sebagai kecakapan yang menunjukkan kemajuan dalam tugas perseptual, motorik, atau kognitif, tanpa pengingatan sadar pengalaman yang menyebabkan kemajuan itu. Disini, memori diekspresikan secara implisit 2.1.8.1.
Memori pada amnesia
Sebagian besar yang kita ketahui tentang memori implisit kita dapatkan dari penelitian terhadap penderita amnesia. Amnesia berarti kehilangan memori parsial. Keadaan ini dapat terjadi karena berbagai penyebab, termasuk cedera otak akibat kecelakaan, stroke, ansefalitis, alkoholisme, kejutan elektrokonvulsif, dan prosedur bedah (sebagai contohnya, pengangkatan hipokampus untuk mengurangi epilepsi). Apa pun penyebabnya, gejala utama amnesia adalah ketidakmampuan yang jelas
30
dalam mengambil informasi faktual yang baru atau untuk mengingat peristiwa seharihari; ini dinamakan Amnesia Anterograd, dan dapat sangat luas. Gejala sekunder dari amnesia adalah ketidak:mampuan untuk mengingat peristiwa yang terjadi sebelum cedera atau panyakit. Beratnya amnesia retrograd berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya. Selain kehilangan memori retro grad dan anterograd, penderita amnesia tipikal tampak normal : ia memiliki perbendaharaan yang normal, pengetahuan yang biasa tentang dunia, dan pada umumnya tidak menunjukkan penurunan inteligensia. Suatu aspek yang menarik dari amnesia adalah tidak semuajenis memori terganggu. Jadi, walaupun penderita amnesia pada umumnya tidak mampu rnengingat fakta lama tentang kehidupan mereka atau untuk mempelajari fakta baru, mereka tidak mengalarni kesulitan dalam mengingat dan rnempelajari kecakapan persatuan perseptual dan motorik. Hal ini menyatakan bahwa terdapat memori yang berbeda untuk fakta dan untuk kecakapan. Secara lebih umurn, hal ini menyatakan bahwa rnemori eksplisit dan implisit (yang masing-masing menyandikan fakta dan kecakapan) adalah sistem yang berbeda. Terdapat kecakapan yang dipertahankan dalam amnesia termasuk kecakapan rnotorik, seperti mengikat tali sepatu atau mengendarai sepeda dan kecakapan perseptual, secara membaca normal atau membaca kata yang diproyeksikan ke cermm.
31
Pola yang serupa ditemukan pada apa yang dinamakan kecakapan kognitip, seperti yang terlibat dalam melengkapi penggalan kata untuk membentuk sebuah kata. 2.1.8.2.
Memori Implisit pada subjek normal
Penelitian yang melibatkan subjek normal sajajuga menyatakan adanya tempat penyimpanan yang terpisah untuk memori eksplisit dan implisit. Malahan, penelitian tersebut menyatakan bahwa kita semua memiliki sedikit pembelahan kepribadian, atau sekurangnya pembelahan sistem memori. Penelitian lain mendukung pendapat adanya dua sistem memori dengan menunjukan bahwa suatu variabel indefendent yang mempengaruhi memori eksplisit tidak memiliki pengaruh pada memori implisit, dan demikian pula sebaiknya. Salah satu variabel tersebut adalah apakah subjek memperluas makna suatu butir. Bila mana perluasan makna berarti meningkatkan pengingatan selanjutnya, perluasan itu tidak memiliki pengaruh pada apakah pragment yang diambil dari kata tersebut akan dilengkapi (graff dan mandlera, 1984). 2.1.8.3.
Perbedaan penyimpanan dan pengambilan.
Beberapa peneliti yang mengajukan dua sistem memori menyatakan bahwa memori eksplisit dan implisit datang dalam berbagai bentuk. Perbedaan dasar adalah antara memori eksplisit dan implisit. Berkaitan dengan memori implisit, perbedaan lebih lanjut adalah antara kecakapan perseptual-motorik.
32
2.2. KEBISINGAN 2.2.1
Definisi Kebisingan
Menurut Murrel (1986) "noise can best be described as unwanted sound', yakni bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan. Adapun menurut Oburne sebagai berikut : bising sering didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan, sebuah definisi yang memungkinkan sumber suara dianggap sebagai suatu kebisingan yang didasarkan atas reaksi pendengar terhadapnya. Bising umumnya diartikan sebagai unwanted sound atau bunyi yang tidak dikehendaki kehadirannya (Mackenzie & David, 1991 ). Secara um um, bunyi dapat dikatakan sensasi pendengaran yang melewati telinga yang diakibatkan oleh penyimpangan udara. Penyimpangan bisa disebabkan oleh benda bergetar seperti senar gitar, benda yang di pukul dan lain-lain (Harris, 1957). Walaupun kebisingan umumnya diartikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, suatu definisi yang agak lebih tepat yang diusulkan oleh Borrow (1960) yang kebisingan dilihat dari sudut atau konteks infonnasi, sebagai berikut : kebisingan adalah suatu rangsangan stimulus atau rangsangan dalam bentuk bunyi yang tidak mempunyai hubungan informasi terhadap kehadiran atau kelengkapan suatu tugas yang harus segera diselesaikan. Istilah "suara" sering digunakan dalam artian suara yang tidak dikehendaki. Dalam kaitannya secara khusus dengan perfonnanse tugas, suara diidentifikasikan dengan rangsangan auditoris yang "tidak memiliki" hubungan infonnasional dengan
33
adanya atau penyelesaian suatu tugas saat itu (Borrow, 1960) tanpa memperhatikan sifat-sifat fisiknya, suara dalam konteks ini biasanya menunjuk pada suara yang merugikan, mengacaukan dan membahayakan (Annastasi, 1989). Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 48/MEN.LH/II/I 996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang dihasilkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (www.menlh.go.id). Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia, berupa terhentinya atau terganggunya aktifitas komunikasi, pekerjaan, istirahat dan tidur. Sedangkan secara fisik, bising adalah sejenis energi yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi (Karatawira, I 979). Menurut Harris ( 1957), bising adalah sensasi pendengaran yang melewati telinga yang diakibatkan oleh penyimpangan udara. Kebisingan (noise) dapat pula didefinisikan sebagai bunyi yang tersusun dari banyaknya frekuensi yang tidak mempunyai hubungan yang harmonis antara satu dengan yang Jain. Hnviromental Pollution Control Center, Osaka Prefecture .!epang membuat
kategori kebisingan setelah mengintroduksi tingkat tekanan suara yang berbobot A yang sepadan dan kontinyu. Kategori kebisingan tersebut adalah:
34
Tabel 2.1. Tipe-tipe kebisingan lingkungan
Jumlah kebisingan Kebisingan spesifik Kebisingan residual Kebisingan latar belakang .
Tipe-tipe kebisingan lingkungan Semua kebisingan di suatu tern pat tertentu dan suatu waktu tertentu Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dpaat dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat diidentifikasikan. Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tern pat tertentu dan suatu waktu tertentu. Semua kebisingan lainnya ketika memutuskan perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting untuk membedakan antara kebisingan residual dengan kebisingan latar belakang .
Semua bunyi yan mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan, atau belajar) dianggap sebagai bising. Sebagai definisi standar tiap bunyi yang tak dinginkan oleh penerima dianggap sebagai bising. Jadi, pembicaraan atau musik akan diangap sebagai bising bila mereka tak dinginkan. Apakah bunyi diinginkan atau tidak oleh seseorang tidak hanya akan tergantung pada kekerasan bunyi tetapi juga pada frekuensi, kesinambungan, waktu terjadinya dan isi informasi, dan juga pada aspek subyektif seperti asal bunyi, keadaan pikiran dan tempramen penerima.
2.2.2.Sumber kebisingan Doelle (1993) membuat klasifikasi sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan antara lain :
35
1. Bising Interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesinmesin gedung. Sumber bising yang paling sering dibuat oleh manusia dan yang harus dipertanggungjawabkan adalah yang disebabkan oleh radio dan televisi, alat-alat musik, bantingan pintu, pembicaraan yang keras, dan lalu lintas di tangga. Selain itu dapat pula ditarnbahkan bunyi orang-orang yang pindah, anak-anak yang bennain, tangis bayi, dan lain-Ian. Bising bangunan dihasilkan oleh mesin dan alat rumah tangga, seperti kipas angin, motor, kompresor, pendingin, pencuci piring, penghancur sampah, rnesin cuci, pengering, pembersih vakurn, pengkondisi udara, penghancur makanan, pembuka kaleng, pembuat kilap lantai, pencukur listrik, pengering rambut dan lain-lain. Mereka rnenggambarkan surnber-sumber pengganggu yang serius, karena mereka terus menerus diganti oleh unit-unit yang lebih mutakhir dengan keluaran yang lebih besar, kecepatan lebih tinggi, dan dengan sendirinya bising yang bertambah. Tingkat bising yang sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik atau produksi. 2.
Bising luar (out door), berasal dari lalulintas, transfortasi, industri, alatalat mekanis yang terlihat dalam gedung, tempat pembangunan gedunggedung, perbaikanjalan, kegiatan olahraga dan lain-lain diluar gedung, dan iklan (Advertising).
Bising yang paling mengganggu dari kategori ini dihasilkan oleh kendaraan, transportasi rel, transportasi air, dan transp011asi udara, tennasuk truk, bus, mobil-
36
mobil balap, sepeda motor, kereta rel, mesin-mesin diesel, kapal motor, kapal penyeret, dan pesawat udara komersial serta pesawat militer. Sumber-sumber bising luar lainnya dapat ditemuan di alat-alat mekanis yang tampak (exposed) dalam bangunan menara pendingin, pengkondisi udara, (kompresor) dan alat-alat yang bergerak di darat (earth-moving) dan konstruksi (pemancang udara/air hammers, sekop dan lain-lain). 3. Bising Pesawat Udara. Bising pesawat udara merupakan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya pada lingkungan kita karena ia mempengaruhi jumlah orang yang selalu bertambah. Bising yang diciptakan oleh pesawat jet berbeda dari bising yang dihasilkan oleh pesawat udara berbaling-baling dengan mesin pompa. Karakteristik bising pesawat udara yang berbeda juga berubah dengan kondisi daya yang berbeda. Untuk menilai reaksi orang terhadap bising dan gangguan pesawat udara, bermacam-macam skala dan diagram dikembangkan sebagai hasil penelitian yang sangat banyak untuk mencerminkan tanggapan subyektifmanusia. Pesawat terbang lain yang juga menyebabkan bising yang tak diinginkan dalam daerah kota yang berpenduduk banyak adalah pesawat yang tinggal landas dan mendarat secara vertikal (VTOL), misalnya helicopter.
2.2.3. Ragam dan Jenis Kebisingan Skala kebisingan yang dikemukakan oleh Silalahi (1992) yang membuat kategori tingkat kebisingan, sebagai berikut :
37
1. 0-60 db adalah rendah 2. 60-80 db adalah sedang 3. 80 db ke atas termasuk tinggi Menurut Wilson (1989), berdasarkan sumber utamanya kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu : a.
Kebisingan statis, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh benda tidak bergerak. Misal : pabrik, mesin konstruksi, radio tape dan lain-lain.
b. Kebisingan dinamis, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh alat transportasi, misal : mobil yang bergerak, pesawat yang akan tinggal landas, kapal laut dan lain-lain. Murrel (1986) menyatakan bahwa ada tigajenis bising yang mempengaruhi efisiensi, yakni : 1.bising yang terns menerus (continous noise) 2. bising yang sebentar dan tak diduga-duga (intermittent noise-unexpected) 3. bising yang sebentar dan berulang-ulang (intermittent noise-repetitive) Sifat dari bunyi merupakan suatu variabel signifikan yang lain. Bunyi yang didengar secara kontinyu terasa kurang mengganggu daripada bunyi yang tidak ajeg. Bunyi yang tidak diduga dan tak dapat diramalkan paling besar kemungkinannya untuk mengganggu performansi (Finkelman&Glass, 1970; Glass&Singer,1972;Theologus dkk, 1961). David 0. Sears dkk (1994:239-243), memberikan duajenis dari kebisingan berupa, sebagai berikut :
38
1. Kebisingan Jangka Pendek Kebisingan jangka pendek dihasilkan oleh ledakan suara sesaat yang sangat keras - bunyi ledakan dinamit yang berasal dari tempat pembangunan di sebelah rumah atau longlongan anjing tetangga. Reaksi pertama kita terhadap kebisingan tersebut adalah refleks terkejut. Salah satu penemuan yang paling penting dari penelitian tentang kebisingan j angka pendek adalah bahwa orang dapat beradaptasi dengan sangat cepat. Dalam waktu beberapa menit, reaksi fisiologis akan menghilang dan penampilan akan kembali normal. 2. Kebisingan Jangka Panjang Beberapa penelitian menunjukkan bahwa timbulnya kebisingan jangka panjang yang luas di kota New York dibangun di samping jalan raya dan karena raneangan bangunannya, tingkat kebisingan di dalam apartemen itu sangat tinggi. Lantai yang lebih rendah hampir selalu lebih bising dibandingkan lantai yang lebih tinggi. Meskipun orang dapat beradaptasi dengan kebisingan jangka pendek, mereka tidak dapat beradaptasi terhadap kebisingan jangka panjang, seperti yang dialami oleh orang yang tinggal di dekat bandara yang sesak (Cohen & Weinstein, 1981 dalam David 0. Sears, 1994:243). Adapun tingkat bising di tiap posisi dalam ruang dibentuk oleh dua bagian : I. Bunyi yang diterima secara langsung dari sumber 2. Bunyi dengung (atau yang dipantulkan) yang mencapai posisi tertentu sctelah pemantuan berulang-ulang dari permukaanpermukaan batas ruang.
39
Berikut ini adalah jenis-jenis bising utama yang biasanya timbul di perkotaan (Doelle, 1993): 1. Bising lalu-lintas dan transportasi (mobil, truk, sepeda motor, keretajalan, kereta api, mesin diesel, kereta bawah tanah, pesawat air, pesawat udara, dan lain-lain). 2. Bising industri (pabrik, bengkel, proyek pembangunan/plant, menara pendingin, pengkondisi udara, dan lain-lain). 3. Bising yang dihasilkan manusia (olahraga dan kegiatan lainnya di luar, pertunjukan di udara terbuka, dan lain-lain).
2.2.4. Skala Desi be! (dB)
Satuan dasar untuk mengukur bising adalah "decibel (dB)" yang artinya sepersepuluh bel, sesuai dengan nama penemunya Alexander Graham Bell (Atkinson, 1999), yang secara tekhnis mengukur tingkat-tingkat tekanan suara dan mempunyai 3 skala : A, B, C. Satu desibel adalah besamya tekanan suara di tingkat ambang pendengaran (hearing threshold), pada frekuensi 1000 herzt atau sama dengan 1000 cycle/detik, yaitu tekanan minimal yang masih dapat didengarkan sebagai bisikan lembut.
40
Perkiraan kasar tentang apa yang diukur decibel ditentukan oleh skala yang dikenal yang diperlihatkan pada gambar 2.6 (Atkinson, 1999) : ~-
120
Pengeling pneumatic besar •-AMBANG BUNYI YANG MENYAKITKAN TELINGA MANUSIA <- Bunyi pesawat jet 500 kaki di atas kepala
100 ~
bunyi kereta api sejarak 200 kaki bunyi truk yang sarat sejarak 25 kaki ~MULA! HlLANY A PEND EN GARAN SECARA TETAP ~
80 ~
Bunyi di dalam mobil pada kecepatan 50 km/jam
60
......._ Percakapan sehari-hari ~ Bunyi A.C. jendela
40
~-
Kantor yang tenang
20
~
Bisikan sejarak 5 kaki
0
~
AMBANG PENDENGARAN
Gb. 2.6 : Loudness (kekerasan suara) dan beberapa suara yang sudah dikenal diskalakan dalam decibel. Lepas landasnya roket Saturn V ke bulan yang diukur pada alas peluncurannya kurang lebih 180 db. Untuk tikus-tikus percobaan, skala suara 150 db dalam waktu yang cukup lama menyebabkan kematian (Atkinson, 1999).
2.2.5 Karakteristik Bising Frekuensi, tekanan bunyi, daya bunyi merupakan faktor penting dalam evaluasi pengaruh bising terhadap pendengaran manusia.
2.2.5.1. Frekuensi Frekuensi merupakan nilai variasi tekanan bunyi per detik yang dinyatakan dalam Hertz atau cycle per second (cps). Pada telinga manusia, tinggi rendahnya Hz ditangkap sebagai suara tinggi (sopran) atau suara rendah (bas) yang dinamakan
41
pitch. Suara yang dapat didengar oleh manusia terdiri dari beberapa frekuensi yang berlainan. Berdasarkan pada kriteria pendengaran manusia, umumnya spektrum frekuensi suara yang diklasifikasikan dalam 3 pita frekuensi, antara lain : I. Frekuensi infra sonik : Frekuensi yang terlalu rendah untuk dapat membangkitkan sensasi pendengaran. 2. Frekuensi ultra sonik : Frekuensi yang sangat tinggi. 3. Frekuensi sonik: Frekuensi pembicaraan yang dapat didengar.
2.2.5.2. Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level) Menurut Sasongko (2000), tingkat bunyi adalah jumlah perubahan bunyi yang diciptakan oleh sumber bunyi. Rambatan suara di udara akan menimbulkan gangguan terhadap kondisi keseimbangan tekanan udara (tekanan atmosfer). Besarnya gangguan ini dinyatakan dalam besaran fisis tekanan bunyi (Sound pressure). Ukuran tingkat kebisingan dinyatakan dalam skala tekanan suara dengan satuan decibel (dB).
2.2.5.3. Tingkat Daya Bunyi (Sound Power Level) Satuan daya dinyatakan dalam watt (W). dayanya tersebar pada suatu interval waktu disebut daya suara puncak (peak power) sedangkan besaran daya yang lain adalah daya suara rerata (average power) yang merupakan nilai rerata selama interval waktu tertentu dan nilainya lebih kecil dari daya puncak (Sasongko,2000).
2.2.6. Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusia Pengaruh dari kebisingan pertama sekali tentunya akan mengganggu alat pendengaran. Gangguan ini bersifat sementara maupun permanen. Penyelidikan di
42
Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa para pekerja pabrik yang terns menerns menderita kebisingan tingkat tinggi akan kehilangan pendengaran untuk selamanya (Tanner, 1976). Selain berdampak terhadap pendengaran, kebisingan juga dapat memberikan dampak psikologis, diantaranya gangguan emosional dan gangguan gaya hidup.
2.2.6.1. Pendengaran dan Tclinga Manusia Dampak dari kebisingan pertama sekali tentunya akan mengganggu alat pendengaran. Gangguan ini bersifat sementara maupun permanen. Penyelidikan di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa para pekerja pabrik yang terns menerns menderita kebisingan tingkat tinggi akan kehilangan pendengaran untuk selamanya (Tanner, 1976: 62). Pendengaran mernpakan saluran utama pengalaman, sebuah stimulus yang lebih penting dibanding penglihatan. Pendengaranjuga mernpakan indera penj aga. Karena tidak ada suara yang timbul tanpa ad anya suatu gerakan yang terjadi, suara memperingatkan kita tentang apa yang terjadi (Russel, 2003). Manusia mempunyai organ pendengaran yang biasa disebut dengan telinga. Telinga di bagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar dan telinga tengah penuh dengan udara dan berfungsi sebagai penghantar dan penguat (amplifier) getaran bunyi sebelum getaran tersebut mencapai telinga dalam. Telinga manusia mernpakan mekanisme yang menakjubkan. Walaupun bagian-bagian yang beroperasi di dalamnya menempati kurang dari tiga cm3, telinga mampu
43
membedakan 300.000 sampai 400.000 variasi nada dan tinggi suara (Russel, 2003). Telinga manusia biasanya peka terhadap suara antara 20 - 20.000 hertz dan 0,0002 1.000 microbars. Dalam ha! amplitudo, suara dengan volume 1.000 microbars akan lebih menimbulkan rasa sakit pada telinga daripada kesan bunyi (Sarlito, 1995). Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan menghantarkan infonnasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, maka kehilangan pendengaran yang te1jadi akan permanen (Sarlito, l 995). Frekuensi telinga di bagi menjadi tiga bagian, yaitu : I. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan getaran bunyi di udara dan melanjutkannya ke dalam Jiang telinga
(meatus akustikus eksternus). Dengan memiliki sepasang daun telinga di kiri dan kanan, telinga dapat berfungsi melokalisasi arah datangnya bunyi. Setelah melewati Jiang telinga (membran tympani) tanpa mengalami distorsi. 2. Telinga Tengah Telinga tengah berupa rongga yang terdapat di bagian luar tulang temporalis terisi dengan udara melalui suatu saluran yang disebut tuba eustachii yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga faring. Ketika terpapar bunyi yang sangat keras, telinga melindungi diri dengan bantuan dua otot kecil yang berlokasi di telinga bagian tengah. Otot-otot tersebut adalah martil, atau sensor tympani, dan otot sanggurdi, atau stapedius. Apabila
44
bebunyian (yang datang) sangat keras dan membahayakan, otot martil melunakkan getaran gendang telinga, sementara otot sanggurdi berusaha beraksi di jendela oval untuk mengurangi intensitas getaran bebunyian tersebut (Madaule, 2002). 3. Telinga Dalam Telinga bagian dalam terbungkus seluruhnya di dalam tulang, labirin telinga bagian dalam tersusun atas dua bagian. Pertama adalah rumah siput (koklea), berbentuk seperti siput, berisi sel-sel corti. Fungsinya adalah mempersepsi bunyi. Bagian kedua adalah sistem vestibular, yang tersusun atas dua rongga dan tiga tabung. Kedua rongga sistem vestibular disebut sacculus dan utriculus. Bagian dalam sistem vestibular ditutupi oleh sel-sel rambut penginderaan (sensoris) dan berisi cairan sehingga ketika kita bergerak maka cairan ini akan mengikuti gerakan tersebut dengan kecepatan yang berbeda. Karena fungsinya berbeda -rumah siput menerima bunyi dan sistem vestibular mencatat gerakan -kedua mekanisme ini kerap dipandang sebagai dua entitas yang berbeda. Rumah siput dan sistem vestibular jarang sekali disatukan sebagaimana keadaan mereka di dalam tubuh (Madaule, 2002). 2.2.6.2. Dampak Kebisingan Secara Fisiologis Secara fisiologis (ilmu faal), gelombang suara itu kemudian diterangkan sebagai proses penginderaan bunyi. Mula-mula gelombang-gelombang suara itu menggetarkan selaput gendang telinga (membrane tympani) yang pada gilirannya akan merangsang organ-organ pendengaran lain dalam telinga dan menyalurkannya melalui syaraf pendengaran untuk diteruskan ke pusat pendengaran di bagian otak
45
yang disebut lobus temporalis. Tahap terakhir dari proses pendengaran ini adalah persepsi tentang bunyi, dimana manusia menginterpretasikan bunyi yang ditangkapnya (Sarlito, 1995). Pengaruh utama kebisingan pada tubuh manusia adalah berupa gangguan terhadap indera pendengar yang bisa menimbulkan ketulian. Efek yang ditimbulkan bergantung pada intensitas bunyinya, frekuensi dan lama berlangsungnya bunyi itu didengar. Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB, dapat menyebabkan kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di alas 85 dB, dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya; dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka perut (Doelle, 1993). Akibat-akibat kebisingan sering terjadi pada masyarakat sekitar tempat dimana kebisingan sering terjadi, misalnya di sekitar lapangan terbang, pabrik-pabrik, dan lain-lain. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terj adi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut, seperti tabel di bawah ini (www.menlh.go.id).
46
Tabel 2.2 Beberapa akibat kebisingan Tipe
Akibat-akibat badaniah
Akibat-akibat · psikologis
Kehilangan pendengaran Akibat-akibat fisiologis Gangguan emosional Gangguan gaya hidup Gangguan pendengaran
Uraian Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan. Peruabahan ambang batas permanen akibat kebisingan. Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, saki t kepala, bunyi dering. Kejengkelan, kebingungan
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca, dsb Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telphone, dsb
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengar bising pada tingkat 95-110 db te1jadi penyempitan pembuluh darah, perubahan detak jantung, pembesaran pupil mata. Penyempitan pembuluh darah akan tetap berlangsung beberapa waktu setelah kondisi tidak bising lagi dan mengubah persediaaan darah untuk seluruh tubuh. Suatu keterbukaan (exposure) yang berkesinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut mengakibatkan sakit jantung dan meningkatkan ketegangan otot.
2.2.6.3. Dampak Kebisingan secara Psikologis
Ada tiga factor yang menyebabkan sebuah suara secara psikologik dianggap sebagai bising, yaitu volume (dB atau phone), perkiraan, dan pengendalian. Dari factor volume, jelas bahwa suara yang makin keras akan dirasakan makin mengganggu. Suara-suara dalam ruang perpustakaan yang tenang (35 dB) tentunya sama sekali tidak dirasakan sebagai gangguan. Narnun, suara kendaraan di
47
jalan raya dari jarak 17 m (70 dB) sudah mulai mengganggu pembicaraan melalui telepon dan suara truk pengaduk semen dari jarak yang sama (90 dB) tentunya akan lebih mengganggu lagi. Jika kita sedang berbicara dengan orang lain, gangguan bising itu menyebabkan kita tidak bisa mendengar suara lawan bicara kita sehingga menimbulkan stress (Sarlito, 1995). Dalam hal tingkah laku sosial, Matthews, Cannon dan Alexander (1974) menemukan bahwa di lingkungan yang bising, jarak personal space lebih lebar daripada di tempat yang tidak bising. Apple dan Lintell (1972) mendapatkan dari penelitiannya bahwa hubungan informal antartetangga makin berkurangjika suara bising lalu lintas di sekitar tempat pemukiman meningkat. Kebisingan juga bersifat meningkatkan agresivitas manusia (Green dan O'Neal, 1969 dalam Fisher, et al,1984:110 dalam Sarlito, 1995:96). Dampak lain dari kebisingan adalah terhadap prestasi kerja (Glass & singer, 1972 dalam Fisher et.al, 1984: 107). Dalam telaah mereka dimana para subjek diperdengarkan deru kebisingan pada saat mereka mengerjakan tugasnya, beberapa subjek mendengar suara bising yang amat keras dan subjek lain mendengar suara bising yang tidak begitu keras. Untuk beberapa subjek, deru kebisingan kebisingan tersebut berjarak I menit (kebisingan yang dapat diramalkan); subjek lain, mendengar kebisingan yang jumlahnya sama banyaknya, tetapi suara gad uh itu terjadi dengan interval yang acak (kebisingan yang tidak dapat diramalkan). Para subjek melaporkan bahwa baik kebisingan yang dapat atau tidak dapat diramalkan sama menggang_gunya, dan semua subjek berprestasi pada tingkat yang kurang lebih sama
48
selama terjadinya kebisingan dalam percobaan itu. Akan tetapi, kondisi kebisingan yang berbeda menimbulkan dampak sesudah (after effect) yang sangat berbeda ketika diminta untuk membaca materi tertulis dalam kondisi tanpa adanya kebisingan. Kebisingan yang tidak dapat diramalkan mengakibatkan kesalahan yang lebih banyak dalam tugas pembuktian membaca dibandingkan dengan kebisingan yang dapat diramalkan, dan kebisingan yang lemah yang tidak dapat diramalkan sebenarnya mengakibatkan kesalahan yang sedikit lebih banyak pada tugas ini dibandingkan dengan kebisingan yang keras yang dapat diramal. Rupanya kebisingan yang tidak dapat diramalkan menghasilkan kepenatan yang lebih besar daripada kebisingan yang dapat diramalkan, tetapi hanya dibutuhkan waktu yang sedikit untuk menimbulkan kepenatan tersebut. Pengaruh bising yang merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah dibuktikan secara statistik dalam beberapa bidang industri. Produksi turun dan pekerja-pekerja membuat lebih banyak kesalahan bila dipengaruhi oleh bising dengan tingkat tinggi, di atas sekitar 80 dB untuk waktu yang lama, tetapi ini tidak berarti bahwa manusia bekerja paling efisien dalam ruang yang tak tembus suara. Sebaliknya, juga diamati bahwa jika lingkungan akustik suatu ruang kerja terlampau sunyi, produksi turun dan pekerja-pekerja melakukan lebih banyak kesalahan. Ini membuktikan bahwa bising dalam jumlah tertentu mudah ditolerir dan sebenarnya sejumlah bising dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatanjiwa (Doelle, 1993).
49
2.2.7. Usaha Pengendalian Kebisingan "Daya tangkap" terhadap bunyi untuk setiap individu juga mempengaruhi kekuatan bunyi itu dalam mengalihkan perhatian (McBAin, 1961). Bunyi yang mempunyai arti kecil bagi seseorang kurang dapat mengalihkan perhatian dari tugas yang dihadapi. Hipotesa ini membantu menjelaskan mengapa siswa yang berbisikbisik di seberang meja bisa lebih mengganggu daripada bunyi orang dan mesin pada pelaksanaan perbaikan jalan, atau mengapa suatu pidato politik lewat radio lebih mengganggu perhatian daripada musik. Sejumlah peneliti telah mengajukan bukti eksperimental bahwa efek dari bunyi terasa kurang mengganggu bila individu dapat mengendalikan bunyi (Glass&Singer, 1972 dalam Annastasi, 1989). Factor pengendalian erat hubungannya dengan factor perkiraan. Tidak adanya kendali pada kebisingan ini menimbulkan stress yangjika berlangsung lama pada akhirnya bisa menimbulkan reaksi learned helplessness (ketidak berdayaan yang dipelajari). Artinya, orang menjadi tidak berdaya dan membiarkan saja bising itu walaupun stresnya bertambah besar (Sarlito, 1995). Penyesuaian ada batasnya, dan suara ramai yang keras menjadi lebih mengganggu bila orang tersebut hams berkonsentrasi dalam lebih dari satu tugas. Misalnya, tingkatan keramaian yang tinggi mengganggu prestasi para subjek yang diharuskan memantau tiga angka pada satu saat -suatu tugas yang tidak berbeda dari tugas pilot pesawat atau pengontrol lalu lintas udara (Broadbent, 1957). Begitu pula, suara gaduh tidak mempengaruhi kemampuan subjek mengendarai kendaraannya,
50
tetapi hal itu mengganggu kemampuan subjek untuk mengulangi angka ketika sedang memegang setir (Finkleman&Glass, 1970). Adapun beberapa Metoda Pengendalian Bising Lingkungan yang disampaikan oleh Leslie L, Doelle, antara lain : 1. Penekanan Bising di Sumbemya.
Tindakan pengendalian bising yang paling ekonomis adalah menekan bising tepat di sumbemya dengan memilih mesin-mesin dan peralatan yang relatif tenang dan dengan memakai proses-proses pabrik atau metoda ke1ja yang tidak menyebabkan tingkat bising yang mengganggu. Bising langkah kaki dapat direduksi dengan mudah di sumbemya dengan memasang lapisan lantai yang lembut seperti karpet, gabus, lantai karet, atau lantai vinyl. 2. Perencanaan Kota Ada sejumlah cara pengendalian bising kota : 1)
Dengan mengikuti cara-cara perencanaan kota dan penataan masyarakat dengan suatu pemikiran pengurangan bising dalam deraj at yang diinginkan.
2)
Dengan membentuk dan memaksakan peraturan penetapan wilayah (zoning) dan anti bising lewat hukum dan membatasi tingkat bising maksimum yang dibolehkan, terutama di daerah pemukiman.
51
3)
Dengan mengharuskan pengusaha pabrik yang menggunakan peralatan mekanik dan elektrik yang bising untuk mencoba produksi mereka dan memberikan penilaian bising bagi mereka.
4)
Dengan mendidik anggota pengurus (pembuat undang-undang, anggota dewan kota, karyawan, dan lain-lain) untuk mengamati dasar-dasar pengendalian bising.
5)
Dengan mendorong masyarakat untuk melaporkan bising-bising yang tak dapat diterima lewat semua jalur komunikasi yang mungkin.
6)
Dengan mendidik masyarakat untuk sadar bahwa sejumlah sumber bising yang dapat menyebabkan gangguan dan tekanan yang hebat dapat ditiadakan dengan perencanaan dan peramalan yang teliti dan secara manusiawi dengan sopan dan menghargai.
3. Perencanaan Tempat (Site Planning) Pengalaman menunjukkan bahwa sekali suatu sumber bising di luar ada di suatu daerah, maka sulit untuk menghilangkannya. Karena itu acuan penting bahwa gedung-gedung yang membutuhkan lingkungan bunyi yang tenang (sekolah, rumah sakit, lembaga penelitian, dan lain-lain) diletakkan pada tempat-tempat yang tenang, jauh dari jalan raya, daerah industri dan bandar udara. 4. Rancangan Arsitektur Rancangan arsitektur yang baik dengan memperhatikan kebutuhan akan pengendalian bunyi adalah pendekatan yang paling ekonomis dalam mengendalikan bising yang efektif dalam bangunan.
52
5. Rancangan Struktural/Bangunan Teknisi bangunan sering hams menggabungkan langkah-langkah pengendalian bising bangunan dalam gambar bangunan. 6. Rancangan Mekanik dan Elektrik Peralatan dan instalasi yang biasanya ditetapkan oleh teknisi mekanik dan listrik dapat merupakan sumber bising yang serius. Maka perlu diperhatikannya rancangan mekanik serta elektriknya. 4. Organisasi Bila bising yang ada tak dapat dikendalikan, atau bila langkah-langkah koreksi untuk mereduksi bising tidak ekonomis, situasi sering dapat diperbaiki lewat organisasi. Sebagai contoh, ruang-ruang tertentu yang terlampau dipengaruhi bising yang berlebihan dapat dikelompokkan kembali atau dilokasikan kembali. 5. Penyerapan Bunyi Tingkat bising dalam ruang penerima disebabkan oleh bunyi langsung dan bunyi pantul atau bunyi dengung. Tingkat bising bunyi dengung dapat direduksi sampai batas tertentu lewat usaha penyerapan bunyi. 6. Penyelimutan (Masking) Bising Dalam banyak situasi, masalah-masalah pengendalian bising dapat dipecahkan dengan menenggelamkan (atau menyelimuti) bising yang tak diinginkan lewat bising latar belakang yang dibuat secara elektronik. Proses ini menekan perembesan kecil yang dapat mengganggu privacy penerima.
53
7. Konstruksi Bangunan Penginsulasi Bunyi Bila metoda pengendalian bising yang di bahas sejauh ini tak dapat diikuti untuk mengadakan lingkungan akustik yang disukai dalam suatu bangunan, maka masih ada satu pemecahan: penyungkup pengisolasi bunyi yang sesuai harus digunakan. Mengingat kebisingan berpengaruh kurang baik terhadap lingkungan, maka perlu adanya cara-cara penanggulangan dan pengendalian kebisingan agar tidak lagi mengganggu. Kebisingan dapat juga dikendalikan dengan jalan : a. Pengurangan kebisingan pada sumbemya Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan alat peredam suara pada alat yang bersangkutan. Saat ini dengan penelitan dan perencanaan yang disertai tekhnologi modem, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak lagi menimbulkan kebisingan. Suara yang ditimbulkannya sudah tidak lagi mengganggu dan membahayakan lingkungan. b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Usaha ini dilakukan denganjalan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab kebisingan denganjalan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap suara, sehingga suara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi lingkungan.
54
c.
Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang-orang yang berada di sekitar sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti misalnya akibat ledakanledakan. Alat penutup telinga ini bisa mengurangi intensitas kebisingan sebesar kurang lebih 25 dB. Selain itu bagi orang-orang yang bekerja di ruangan dengan kebisingan diatas I 00 dB, diharuskan memakai tutup telinga ini (Supardi, 1985). Jika tingkat kebisingan di alas 85 dBA untuk shift 8 jam, 40 jam per minggu, hukum mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada. Pengendalian teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan, yang hams dikendalikan pertarna-tarna adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik yang dilakukan adalah (Davis, 1985) : 1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan dari bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan; mengganti peralatan yang lama dengan peralatan barn yang mempunyai desain lebih baik. 2. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan pelumas pada sernua bagian yang bergerak. 3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja atau menutupinya. 4. Memasang peredam getaran dengan rnenggunakan bantalan karet agar bunyi yang ditirnbulkan oleh getaran dan bagian logarn dapat dikurangi; dengan mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban be1:jalan.
55
5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut. Berikut ini Supardi dalam bukunya yang berjudul "Lingkungan Hidup dan Kelestariannya" menjelaskan berapa lama seseorang bisa tinggal di daerah bising dengan intensitas tertentu agar tidak merusak pendengaran seperti yang dinyatakan dalam Walsh-Healey Public Contracts Act United States adalah: Table 2.3. Intensitas yang diperbolehkan dalamjam
Intcnsitas (dB) 90 92 95 97 100 102 105 110 115
Durasi, ner hari dalam iam 8 jam 6 jam 4 Jam 3 jam 2jam 1 Yz jam 1 jam Yzjam '14 jam atau kurang
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 551/2001 Tanggal 7 Pebruari 2001 dalam Kumpulan Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara di Propinsi DK! Jakarta menetapkan Baku Tingkat Kebisingan Lingkungan dan Baku Tingkat Kebisingan Kejut, yaitu : Table 2.4 Baku Tingkat Kebisingan
A. Bairn Tingkat Kebisingan Lingkungan No A. 1.
2.
Peruntukan Kawasan/Lingkungau Kegaitan Peruntukan Kawasan Perumahan dan Permukiman Perdagangan dan Jasa
Tingkat Kebisingan dB(A) 55 70
56
3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
B. I.
2. 3. 4.
65 65 50 70 60 70
Kawasan Niaga Terpadu Perkantoran Ruang Terbuka Hijau Kawasan lndustri Pemerintahan dan Fasilitas Umum Rekreasi Khusus: a. Bandar Udara b. Stasiun Kereta Api c. Terminal d. Pelabuhan laut e. Cagar budaya Lingkungan Kegiatan Rumah sakit atau sejenisnya Sekolah atau sejenisnya Tempat ibadah atau sejenisnya Fasilitas sosial atau sejenisnya
* *
70 70 60 55 55 55 55
-
* : Mengacu kepada keputusan Menteri Perhubungan B. Balm Tingkat Kebisingan Kejut Peruntukan Kawasan/Lingkungan kegiatan Semuajenis peruntukan dan atau lingkungan klegiatan
Tingkat Kebisingan Ls/Lm, dB (A) Siang hari : 20 dB (A) di atas Baku Tingkat Kebisingan Malam hari : 15 dB(A) di atas Baku Tingkat Kebisingan
2.2.8. Temuan Para Ahli Kebisingan rnerupakan pernbangkit stress bagi kehidupan manusia baik kehidupan fisiologis ataupun psikologisnya. Walaupun kebisingan sifatnya adalah subjektiftetap saja kebisingan yang memiliki frekuensi tinggi lebih mengganggu dari pada kebisingan berfrekuensi rendah (Broadbent, 1957). Kebisingan tidak saja berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (www.menlh.go.id), akan tetapi kebisingan juga dapat mempengaruhi kognisi dan performancenya (Baker, 1993).
57
Kebisingan tidak hanya berupa suara-suara yang berfrekuensi tinggi, pembicaraan yang berarti tetapi tidak relevan pun merupakan kebisingan jika kehadirannya tidak dikehendaki malah pengaruhnya lebih merusak dibandingkan kebisingan murni (white noise)(Lundberg&Frankenhaeuser, 1978). Kebisingan yang dirasa paling mengganggu adalah kebisingan yang diakibatkan oleh maskapai penerbangan. Hal ini telah diteliti oleh Gary Evans dan koleganya terhadap 326 anakanak. Menurutnya, anak-anak tersebut terganggu dalam ha! kemampuan membacanya (Evans, 2002). Pengaruh kebisingan maskapai terhadap kognisi dan ingatanjangka panjang anak-anak juga diteliti di San Diego, California (2000) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh kebisingan yang merusak terhadap recall jangka panjang, keduanya berasal dari kebisingan yang parah dan kronis, pengaruh kebisingan terhadap proses recognisi jangka panjang memiliki pengaruh lebih kecil daripada proses recall. Pengaruh kebisingan tidak diperantarai oleh perhatian dan kebisingan maskapai lebih merusak daripada kebisingan jalan raya dan pembicaraan yang tidak relevan. Di Jepang, prates terhadap kebisingan yang diakibatkan markas militer US telah dilakukan dan mereka menuntut kepada pemerintah jepang untuk menanggulangi hal tersebut (Evans, 2002). Kebisingan tidak saja terjadi di area luar akan tetapi dalam ruangan kantor sekalipun kebisingan bisa terjadi. Suara-suara yang tidak relevan dan tidak diundang cenderung lebih merusak (Banbury, et.al, 200 I) akan tetapi kebisingan hal tersebut bisa diabaikan apabila kebisingan tersebut berlangsung lebih dari 20 menit (Banbury, et. Al, 1997). Kebisingan yang diperdengarkan lebih dari tujuh menit pun akan terjadi
58
penyesuaian dan kadang-kadang tidak mempengaruhi performance seseorang (Lunberg & Frankenheuser, 1978). Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa kebisingan yang tidak berperiode, berfrekuensi tinggi dengan durasi yang singkat dan suara yang terus menerus dapat berpengaruh terhadap performance daripada kebisingan frekuensi rendah berdurasi lama intensitas suaranya rendah. Jenis kelamin dan waktu terjadinya kebisingan merupakan variable yang mempengaruhi apakah kebisingan tersebut berakibat buruk atau tidak. Mullin&Corcoran (1977) menemukan bahwa performance yang relatifmembutuhkan suasana sunyi adalah waktu pagi dan sore hari. Penurunan performance yang disebabkan kebisingan hanya terjadi di pagi hari dan itu pun hanya pada laki-laki (Loeb, Holding&Baker, 1982) pada penelitian yang lain (Baker, Holding&Loeb, 1984) menunjukkan interaksi yang lebih kompleks dari jenis kelamin, laki-laki ditemukan kerusakannya lebih rendah dalam keadaan sunyi dibandingkan di tes kebisingan pada sore hari sedangkan pada wanita performancenya lebih baik dalam keadaan bising apabila diperdengarkan di pagi hari. Akan tetapi pada umumnya bising di pagi hari dapat mempercepat performance laki-laki dan dapat memperlambat performance wanita, begitu pula sebaliknya pada sore hari.
59
2.3. DUGAAN PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGA TAN Dunia kita dipenuhi suara-suara yang tak pernah kita dengar jarak pendengaran manusia terbatas untuk menahannya artinya jika kita mampu mendengar suara-suara yang lebih rendah dari 20 getaran per detik, kita akan dibuat gila oleh suara otot-otot, usus dan detak jantung kita yang gaduh dan tidak karuan; setiap langkah kaki kita akan menimbulkan suara sepe1ii sebuah ledakan. Segala sesuatu yang bergerak menimbulkan suara, dengan demikian semua suara merupakan kesaksian dari berbagai peristiwa. Karena itu suara merupakan suatu bentuk dimensi keempat, yang menyatakan kepada kita apa yang sedang terjadi, yang mengungkapkan nuansa dan kompleksitas yang tak dapat ditembus oleh penglihatan semata. Jika perabaan adalah sensasi paling pribadi, maka pendengaran merupakan sensai paling sosial -sebuah perluasan dari sensasi peraba, suatu cara perabaan jarak jauh yang sangat khusus (Russel, 2003). Pada umumnya, adalah suatu hal yang wajar bila kita menyukai kedamaian dan ketenangan dalam mengerjakan sesuatu khususnya dalam mengingat karena ada sebagian orang menyukai belajar dan menghafal di lingkungan yang tenang dan sebagian lagi menyukai belajar di lingkungan yang ramai. Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi sosial kita. Salah satu faktor penting adalah tingkat stres yang ditimbulkan oleh lingkungan fisik, seperti misalnya kebisingan yang mampu mengubah lingkungan manusia secara
60
dramatis. Ketika kebisingan mempengaruhi psikologis seseorang, maka faktor emosionalah yang akan mendominasinya sehingga apa yang sedang dilakukan dan hasil dari yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kebisingan juga merupakan interference yang juga dapat mengacaukan day a ingat terhadap informasi yang telah dipelajari. Cara seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi dipengaruhi oleh gaya belajar mereka. Karena gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Rita Dunn telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang, ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan sebagian orang (DePorter&Hernacki, 2000). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebisingan sifatnya sangat subjektif sehingga dampaknya bagi individu sangat dipengaruhi oleh tingkat subjektifitas individu itu sendiri. Apakah kebisingan berpengaruh terhadap ingatannya atau mungkin sebaliknya.
2.4. HIPOTESA Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengambil hipotesa sebagai berikut: HO
: Kebisingan tidak berpengaruh terhadap ingatan
Hl
: Kebisingan berpengaruh terhadap ingatan
~..... 8YAJ1JF H'i:i~~w\.\Ji~ ,...~ JAKARTA
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. SUB.JEK PENELlTIAN Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Saint dan Teknologi Jurusan Kimia tingkat I kelas Adan B vang berjumlah 60 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi empat kelompok eksperirnen, masing-masing kelompok berj um Iah 8 orang. Responden merupakan mahasiswa aktifpada fakultas tersebut dan kelas yang dipilih sebanyak 2 kelas yang merupakan hasil dari proses random yang telah dijelaskan diatas. 3.1.1. Kriteria Subjek Penclitian Beberapa ciri-ciri subjek dalarn eksperirnen ini adalah : a. Mahasiswa UJN SyarifHidayatullah Fakultas Sains dan Teknologi b. Jarang dalam menghafal abjad-abjad c. Tingkat I pada fakultas tersebut 3.1.2. Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik probability sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan probabilitas atau
62
peluang artinya bahwa setiap anggota populasi yang termasuk dalam sampel mempunyai peluang yang sama.
3.1.3. Teknik Penentuan Kelompok Dari 32 sampel yang dijadikan eksperimen kemudian di bagi menjadi 4 kelompok yakni kelompok eksperimen 1, 2, 3 dan 4. Pembagian kelompok ditentukan dengan earn randomisasi menggunakan teknik gasal genap, di mana angka-angka gasal ditujukan bagi kelompok 1 dan kelompok eksperimen 2 sedangkan angka genap ditujukan bagi kelompok eksperimen 3 dan 4.
3.2. VARIAREL-VARIABEL PENELlTIAN 3.2.1. IV (Independent Variabel) : Kebisingan Definisi Operasional : kebisingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pure lone (nada tunggal) dengan frekuensi 0 Hertz 0 dB untuk kelompok eksperimen l, 125 Hertz untuk kelompok eksperimen 2, 1000 Hertz untuk kelompok eksperimen 3 dan 4000 l-1.ertz untuk kelompok eksperimen 4. Tinggi desibel adalah 70 dB dengan jenis bising yang terns menerus (conti11oues noise).
3.2.2. DV (Dependent Variabel) : Ingatan Definisi Operasional : lngatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ingatan berupa kemampuan individu untuk mengulang kembali nonsense sv!fab/es yaitu beberapa kombinasi huruf-huruf yang tidak bennakna yang sudah dihafal sebelumnya seperti misalnya Joi, dis, bif, koc, jem yang tidak jelas artinya.
63
Cara mengukur DV: responden diberikan beberapa kombinasi hurufmati dan hidup yang tidak jelas artinya untuk dihafal kemudian mereka diperintahkan untuk mengulang dengan menuliskannya pada selembar kertas. Banyaknya jawaban yang benar itulah yang dihitung. 3.2.3. EV (Extraneous Variabe/) adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain : emosi responden ketika menghafal, kebiasaan individu menghafal dalarn keadaan bising, dan suara-suara yang hadir selain kebisingan yang dipergunakan dalam penelitian. 3.2.4. Kontrol Dari beberapa Extraneous Variabel di alas peneliti rnengontrolnya dengan cara: 3 .2.3. I. Elirninasi dilakukan untuk mengontrol suara-suara yang hadir dalarn ruangan selain kebisingan-kebisingan yang diberikan peneliti. 3.2.3.2. Kebiasaan individu rnenghafal dalarn keadaan bising dikontrol dengan cara differential selection yakni pernisahan secara randornisasi. 3 .2.3 .3. Ernosi responden dikontrol dengan randomisasi terhadap variabel sekunder dengan menganggap perbedaan individu yang terdapat pada masing-masing kelompok tersebar merata.
64
3.3. RANCANGAN EKSPERIMEN Rancangan yang digunakan pada penelitian eksperimen ini adalah Counterbalanced design. Dengan rancangan ini terdapat empat kelompok
eksperimen, subyek dipilih secara random dan diobservasi sebanyak tiga kali (post tes) (http://www.fammed.ouhsc.edu/tutor/times. htm). Adapun bentuknya : Gambar 3. l Rancangan Co11111erhala11ced design
Keterangan : Group A
Kelompok eksperimen 1 diberikan kebisingan OHz OdB
Group B
Kelompok eksperimen 2 diberikan kebisingan 125Hz 70dB
Group C
Kelompok eksperimen 3 diberikan kebisingan I OOOHz 70dB
Group D
Kelompok eksperimen 4 diberikan kebisingan 4000Hz 70dB
X 10 dan seterusnya
perlakuan dan observasi masing-masing kelompok pada tiap ulangan
3.4.
APARATUS PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di ruangan semi bebas gema (hemianechoic room)
Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal Bapedal Puspiptek Serpong Tangerang. Ruangan tersebut berukuran 4,2111x3,1 m x 2111.
65
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ffi (Fast Fourier 11-ansport) yaitu alat penganalisa spektrum frekuensi. 2. FG (Function Generator) yaitu alat pembangkit sinyal suara 3. Omny Source Speaker yaitu sumber suara berupa pure tone 4. Kalibrator adalah alat untuk membuat meteran tingkat kebisingan 5. Pengatur waktu (Stop>1'atch) 6. Kertas folio berisikan nonsense svl!ab!es yaitu kombinasi
huruf~hurufyang
tidak bennakna. 7. Kertas folio kosong 8. Alat tulis
3.5. DENAH EKSPERIMEN Adapun denah eksperimen yang meliputi posisi subjek dan instrumcn. dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini. Gambar 3.2 Denah Eksperimen
~ @]
@]
@ IT]
@]
66
Keterangan : I. S yaitu Subjek 2. Fft (Fast Fourier fransport) yaitu alat penganalisa spektrum frekuensi. 3. FG (Function Generator) yaitu alat pembangkit sinyal suara 4. Omny Source Speaker yaitu sumber suara berupa pure tone 5. Jarak antara subjek dengan sumber suara (OSS) sejauh I meter (ISO, 3745)
3.6. PROSEDliR PENELITlAN Pada penelitian ini penulis mencoba rnernberikan urutan prosedur penelitian mulai dari persiapan dan pelaksanaan penelitian kontrol yang dilakukan pada variable yang harus dikontrol. Persiapan Penelitian Pada tahap ini penulis mencoba mencari ternpat yang akan dijadikan tempat melaksanakan penelitian eksperimen ini. Kemudian tempat yang telah di pilih, penulis datangi untuk meminta izin. Sebelum dilakukan penelitian, operator Laboratorium meletakkan alat-alat di dalam ruangan semi bebas gema setelah itu alatalat tersebut dikalibrasi dengan menggunakan kalibrator. Sernentara penulis mempersiapkan persoalan-persoalan hafalan dan alat tulis yang akan digunakan dlaam eksperimen ini.
Pelaksanaan l'enelitian Pada penelitian ini terdapat 4 kelompok, antara lain kelornpok eksperimen 1, 2, 3, dan 4. Setiap kelompok akan dilakukan pengulangan berupa mereca!l persoalan-
67
persoalan yang sudah mereka hafalkan sebanyak 3 kali ulangan dengan subyek penelitian yang sama. Penelitian dilaksanakan selama 2 hari dengan perincian kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 pada hari pertama sedangkan kelompok eksperimen 3 dan eksperimen 4 pada hari kedua. Seluruh kelompok diberikan waktu untuk menghafal selarna 2,5 menit dan merecall selama 2,5 rnenit Jeda waktu antara perlakuan adalah 2,5 men it dan jeda waktu antara ulangan l dengan ulangan 2 adalah selarna I jam sedangkan jeda waktu antara ulangan 2 dengan ulangan 3 adalah selama 2jam. I. Hari pertama
Pada tahap ini, semua instrumen yang telah dipersiapkan diatas kemudian dibawa dan diletakkan di tempat pelaksanaan eksperimen, dan digunakan sesuai dengan fungsinya. Pelaksanaan yang pertama adalah pada kelompok eksperimen I. Responden pada kelompok ini sebanyak 4 orang dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu peneliti memberikan instruksi penelitian terlebih dahulu dan mulai membagikan 2 kertas folio ( 1 Iem bar berisikan nonsense syllables dan l lembar lainnya kosong) dalam keadaan terbalik. Setelah masing-rnasing responden mendapatkan kertas, peneliti memberikan aba-aba kepada responden untuk mulai menghafal selama 2,5 menit Setelah 2,5 menit berlalu, seluruh responden diperintahkan untuk berhenti menghafal dan mulai menulis apa yang sudah di hafal sebelumnya selama 2,5 menit juga. Sctelah 2,5 menit berlalu responden diperintahkan berhenti dan meletakkan alat
68
tulis di atas meja mereka. Kemudian empat orang lagi dipersilahkan masuk dan duduk, instruksi serta proses penelitian sama seperti empat orang sebelumnya. Proses tersebut di atas adalah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 1. Setelah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 1 berakhir. Proses selanjutnya adalah kelompok eksperimen 2 yang mana Jnstruksi serta proses penelitian dalam kelompok ini sama seperti pada ulangan pertama kelompok eksperimen 1 hanya saja pada kelompok ini kebisingan-kebisingan sebanyak 125 Hertz 70 dB diperdengarkan selama 5 menit atau ketika mcrcka mulai menghafal hingga proses penelitian berakhir. Proses ini adalah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 2. Setelah itu responden pada kelompok eksperimen l dipanggil kembali dan dipersilahkan masuk serta duduk di dalam ruangan. Pada proses ini responden hanya diperintahkan untuk merecall atau mengisi lembar folio kosong dengan persoalan yang sudah mereka hafal pada ulangan pertama sebelumnya. Proses ini berlangsung selama 2,5 menit dan merupakan ulangan kedua pada kelompok eksperimen I. Setelah proses tersebut di atas berakhir, kemudian responden pada kelompok eksperimen 2 dipanggil kembali dan dipersilahkan untuk masuk serta duduk di ruangan penelitian. Pelaksanaan proses ini sama dengan proses ulangan kedua pada kelompok eksperimen 1 hanya saja kebisingan-kebisingan tetap diberikan selama 2,5 menit atau ketika mereka mulai mengisi folio. Proses ini disebut dengan ulangan kedua pada kelompok eksperimen 2.
69
Begitu pula pada ulangan ketiga kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, instruksi dan proses pelaksanaan sama dengan proses ulangan kedua pada kelompok-kelompok tersebut. 2. Hari Kedua Pelaksanaan pertama pada hari kedua adalah kelompok eksperimen 3 yaitu kelornpok yang diberikan kebisingan sebanyak I 000 Hertz 70 dB. Responden pada kelornpok ini sebanyak 4 orang dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu peneliti memberikan instruksi penelitian tcrlebih dahulu dan mulai membagikan 2 kertas folio (I lembar berisikan nonsense syllables dan I lembar lainnya kosong) dalam keadaan terbalik. Setelah masing-rnasing responden mendapatkan kertas, peneliti rnemberikan aba-aba kepada responden untuk mulai menghafal selama 2,5 rnenit dan pada saat itu pula kebisingan mulai diperdengarkan. Setelah 2,5 menit berlalu, seluruh responden diperintahkan untuk berhenti menghafal dan mulai menulis apa yang sudah di hafal sebelumnya selarna 2,5 menitjuga. Setelah 2,5 mcnit berlalu responden diperintahkan berhenti dan meletakkan alat tulis di atas meja mereka dan kebisingan pun berakhir. Kernudian empa! orang lagi dipersilahkan masuk dan duduk, instruksi serta proses penelitian sama seperti empa! orang sebelumnya. Proses !ersebut di alas adalah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 3. Setelah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 3 berakhir. Proses selanjutnya adalah kelompok eksperimen 4 yang mana lnstruksi serta proses penelitian dalam kelompok ini sama seperti pada ulangan pe1iama kelompok eksperimen 3 hanya saja pada kelo_mpok ini kebisingan dipcrdengarkan sebanyak
70
4000 Hertz 70 dB dan diperdengarkan selama 5 menit atau ketika mereka mulai menghafal hingga proses penelitian berakhir. Proses ini adalah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 4. Setelah itu responden pada kelompok eksperimen 3 dipanggil kembali dan dipersilahkan masuk serta duduk di dalam ruangan. Pada proses ini responden hanya diperintahkan untuk merccall atau mengisi lembar folio kosong dengan persoalan yang sudah mereka hafal pada ulangan pertama sebelumnya dan kebisingan pun tetap diperdengarkan selama proses recall. Proses ini berlangsung selama 2,5 menit dan merupakan ulangan kedua pada kelompok eksperimen 3. Setelah proses tcrsebut di atas berakhir, kemudian responden pada kelompok eksperimen 4 dipanggil kembali dan dipersilahkan untuk masuk serta duduk di ruangan penelitian. Pelaksanaan proses ini sama dengan proses ulangan kedua pada kelompok eksperimen 3. Proses ini disebut dengan ulangan kedua pada kelompok eksperimen 4. Begitu pula pada ulangan ketiga kelompok eksperimen 3 dan kelompok eksperimen 4, instruksi dan proses pelaksanaan sama dengan proses ulangan kedua pada kelompok-kelompok tersebut. Jika digambarkan dalam table 3.1. Prosedur penelitian tersebut di atas adalah :
71
Table 3.1 Prosedur penelitian Hari I
··-·---r--..............................._
No I 2.
Kelompok Responden ULANGANl Eksperimen 1 4 orang Eksperimen I 4 orang Eksperimen 2 4 orang 4 orang Eksoerimen 2
Waktu
I
I 10.00-10.15 I 10.15-10.30 '
l~c-.l~~~!-~~ ~ t~~-
Eksper~;;~~GAN; oran_g_
1-s.--ril_o_0-1115 I, 6.
' 11.15-11.30
\ 7. I _8.:....
i l l .30-1 l .45
r9
I 12.00-14.00
; IO
1 14.00-14.15
: 11.45~1_2.0Q.__
\'14.15-14.30 111 I 12 14.30-14.45 Lll_U4.45-15.00
i Frek dan dB
I 0 Hz 0 dB
I
' 0 Hz 0 dB i 125 l-Jz 70 dB I 125 l-lz 70 dB '-·······--·-·-···-········-····--··---- ---CJ Hz o dB
~
Eksperimen I Eksperimen 2 Eksperimen 2
4 orang 4 orang 4 orang .
0 Hz 0 dB 125 Hz 70 dB 125 Hz 70 dB
Eksperimenl Eksperimen 2 Eksperimen 2
4orang 4 orang 4 on111_g_
,OHzOdB I , 125 Hz 70 dBj' .! 125 l-lz 70 dB
I 2. "~. 4.
14.00-14.15 14.15-14.30 14.30-14.45 14.45-15.00
5. 6. 7. 8. 9.
115.00-15.15 i 15.15-15.30 i 15.30-15.45 : 15.45-16.00 I 16.00-17.00
10 11 1 I 12 I 13
17.00-17.15 17.15-17.30 17.30-17.45 • 17.45-18.00
~-----------------
1
r1sHO~~ANGAN 3 rn=~-----··---·-·--·---~=1 --T Eks_p_e-riccm=ec=nc..1c.=.=,--..4-o_ra_n_g_ _ _ _(_l_H_z_O dB . ]
Hari II rN o---rwaktu
i
Resnonden Kelomook _,, __ ULANGANl 4 orang Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 3 Eksperimen 4 4 orang Eksperimen 4 4 orang ULANGAN2 Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 4 4 orang Eksperimen 4 4 orang -JSHOMA ULANGAN3 4 orang Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 3 I Eksperimen 4 14 orang J Eksperimen 4 1 4 orang__
i
Frek dan dB
1 Kl-lz 70 dB ! 1KHz70 dB i 4 KHz 70 dB ! 4 KHz 70 dB
--·--
i
'
·---·~
1KHz70 dB i 1KHz70 dB -+ Kl-lz 70 dB -+KHz 70 dB
72
3. 7. TEKNIK ANALISA STATISTIK Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistik, yakni menggunakan teknik Analisa Varians (ANOVA) satujalur yang selanjutnya akan dilakukan uji F dengan taraf signifikansi a 0.05.
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1.
GAMBARAN UMUM RESPONDEN Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang yang dibagi ke dalarn
empat kelornpok dan masing-masing kelompok berjumlah 8 orang yaitu 8 orang untuk kelompok eksperimen 1, 8 orang untuk kelompok eksperimen 2, 8 orang untuk kelompok eksperimen 3 dan 8 orang lagi untuk kelompok ekperimen 4. 4. I . 1. Identitas Responden ldentitas responden dalam penelitian inin dapat dilihat pada table 4.1. berikut ini : Tabel 4.1. Identitas responden Kelompok Eksperimen 1 .
_N o.Responde11_ .. I 2 3 4
5 6 7 8
.-------
Jk Lk Lk Lk Lk Pr Pr Pr Pr
-- --·-·-----·..-
Fak/Jur Semester --· Sainstek/kimia IV Sainstek/kimia JV Sainstek/kimia IV Sainstek/kimia IV Sainstek/kimia JV Sainstek/kimia JV Sainstek/kimia JV Sainstek/kimia ·-IV
73
IP
_,_·~--~-
2.95 3,00 2,7 3,4
3,37 3,58 3,32 3,00
74
Kelompok Eksperimen 2
No.Resoonden --
--Ji-
-----F:ili!J~! =--~I Semester
1 Lk Sainstek/kimia i 2 Lk Sainstek/kimia 3 Lk Sainstek/kimia 4 Lk Sainstek/kimia 5 Pr Sainstek/kimia 6 Pr Sainstek/kimia 7 Pr I Sainstekikimia 8 Pr Sainstekikimia ~-------~-"-'--L---···---·-·-·-·- .. www----------
IP IV 3,32 IV 2,79 IV 2,7 IV 3, 10 IV 2,7 IV 3,30 1 IV 2 98 ' IV · 3'47 I ------------ ------ :_ _ _2____'____'___
Kclompok Ekspcrimen 3
No.Responden
Jk Lk Lk Lk Lk Pr Pr
1 2 3
4 5 6
~
Semester IV IV IV IV lV IV IV IV
Fak/Jur Sainstek/kimia Sainstek/kimia Sainstel;; kimia Sajnstek/kimia Sainstekikimia Sainstek/kimia
~~ I ~::~:l:~~r::;l:
L____ _____ j
IP 3,00 3,00 3,47 2,7 3,4 2,95 3,4
2,95
Kelompok Eksperimen 4
No.Resnonden1
2 "
I Jk I Lk I Lk
~
I I I
4 5 6 7 8
I I
i I
--..
~---
I
Lk Lk Pr Pr Pr Pr
I
-·~-·-
r!ll>--j
I --1--1-- Semeste IV IV IV JV i . IV i 1 IV IV I IV - ··--·--···-"'-
I I i'
1
2,84 I
, "~6
I ~'~1 1
.) ,.)
t
2,93 3,00 2,95 3,00 3,l
I
75
4.1.2. Penyebaran nilai rcsponden
Data penyebaran nilai responden seperti terlihal pada label berikut ini : Tabel 4.2. kelompok eksperimen I Responden
I
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Rata-rata
Recall 1
4
II
7
5
5
II
5
6
54
6.75
Recall 2
2
9
8
3
2
8
2
4
38
4.75
Rccall 3
2
10
9
4
4
8
2
3
42
5.25
,---- --------------..- - - - --------------.. ,_. ___ -----·-·-i 8 r · · · - - - - " · - - - - - - - - ---··-··---
: ~-~~--2
----
1
11
_ [ - sec,,.1]!
°
---
---
-~-
recall-1 -
------
reca~
recall 2
L_
-·-----
Terlihal pada label dan gambar di alas, kelompok eksperimen 1 pada recall pertama menunjukkan rala-rala nilai sebesar 6.75 dan mengalami penurunan pada recall kedua dengan rala-rala menjadi 4.75 selanjutnya mengalami kenaikan rata-rata menjadi 5.25 pada recall keliga.
Tabel 4.3. kelompok eksperimen 2 Respondcn I
2
3
4
5
6
7
8
Jurnlah
Rata-rata
Recall l
8
4
7
5
3
6
8
4
45
5.625
H.ccall 2
7
2
5
5
3
5
7
2
36
4.5
Recall 3
9
5
7
6
I
5
7
3
43
5.375
76
6
5~ 4
3
+------------ --+--------------
2 1 .
0 reca!l 1
reca!l3
recall 2
Pada tabel selanjutnya, kelompok eksperimen 2 pada recall pertama memiliki rata-rata sebesar 5.625, pada recall kedua mengalami penurunan rata-rata rnenjadi 4.5 dan pada recall ketiga kelompok ini mengalami kenaikan rata-rata menjadi 5.375. Tabel 4.4. kelompok eksperimen 3 i
Responden
l
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Rata-rata
Recall 1
4
4
8
6
5
3
j
7
42
5.25
Recall 2
3
5
7
3
3
6
5
6
38
4.75
Recall 3
3
4
7
4
5
7
4
5
39
4.875
6
-----~--
-------------
5 4 .
l
r=se;ies1
3 2
1
1
0 recall 1
recall 2
recall 3
Pada tabel berikutnya, kelompok eksperimen 3 memiliki rata-rata sebesar 5.25, pada recall kedua mengalami penurunan rata-rata menjadi 4.75 dan pada recall ketiga mengalami kenaikan rata-rata menjadi 4.875.
"
77
Tabel 4.5. kelompok eksperimen 4 Respondcn
I
2
3
4
5
6
7
8
Ju1nlah
Rata-rata
Recall 1
9
7
11
10
9
4
4
4
58
7.25
Recall 2
6
9
12
II
7
4
3
2
54
6.75
Recall 3
7
9
14
II
7
4
3
I
56
7
I recall 1
recal!2
recall 3
······· J
Kelompok eksperimen 4 pada recall pertama memiliki rata-rata sebesar 7.25, pada recall keduajuga mengalami penurunan rata·rata rnenjadi 6,75 dan pada recall ketiga mengalami kenaikan rata-rata menjadi 7. Selanjutnya perbandingan penyebaran nilai responden antara kelompok eksperimen 1. 2, 3 dan 4 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. Tabel 4.6 Penyebaran nilai setiap kelompok
KELOMPOK EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 EKSPERIMEN 3 EKSPERIMEN 4
I 6.75 5.625 5.25 7.25
RECALL II 4.75 4.5 4.75 6.75
III 5.25 5.375 4.875 7
78
7,5 · - - - - - - - - - - - - - - - - -
7 6,5
··f------.----~~=:::::::====-·-1
---==-
·l----'~;----------··-··--····--
6 5,5 ·+--~-~-""c---------="'
___
5+-----=::::~~~;::::::=-"'~~~---············
4,5 ~-···--·-·-·-·-····------~---------4 +-------------------recall 1
recall2
-+- eksperimen 1 i ·-··%1li--eksperimen2
I
eksperimen3
I
eksperimen4
!
recall 3
~-------------------···
Terlihat dalarn grafik pada setiap ulangan, kelornpok eksperimen 4 yang diberikan kebisingan sebanyak 4000 Hertz rnerniliki prosentase yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya ini menunjukkan bahwa dalarn keadaan tertekan karena kebisingan subjek cenderung menjaga performance mereka pada tingkat normal dengan berusaha lebih kuat dalam berkonsentrasi. Sedangkan subjek yang diberikan kebisingan sebanyak 125 Hertz dan 1000 Hertz tidak memiliki prosentase yang tinggi, ini disebabkan karena kebisingan yang diberikan tidak begitu berpengaruh terhadap subjek sehingga subjek tidak mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghafal. Begitu pula pada kelompok yang tidak diberikan kebisingan sama sekali, subjek tidak termotivasi untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menghafal. Sehingga ketika ulangan terjadi, prosentase yang lebih menurun adalah kelompok yang diberikan kebisingan sebesar 0 Hertz. Dalam grafik ini juga dapat diketahui bahwa semakin banyak jeda waktu yang diberikan maka semakin banyak pula item-item yang diingat.
79
4.2.
HASIL UTAMA PENELITIAN Sebelum dilakukan uji F, penulis menguji kenormalan penyebaran data dan
hasilnya adalah data menyebar secara normal. Hasil analisa data diperoleh harga F sebesar 2,862 lebih besar dari pada harga F label sebesar 2.72 (F hitung > F label) pada laraf signifikansi a 0.05, artinya ada pengaruh kebisingan terhadap ingatan. Setelah dikelahui adanya pengaruh kebisingan lerhadap ingatan, selanjutnya diadakan uji lanjut dan dari data tersebut didapalkan, yailu : I. Kelompok eksperimen I hasil ingatannya lidak berbeda nyata dengan hasil ingatan kelompok eksperimen 2, 3, dan 4. 2. Sedangkan kelompok eksperimen 2 hasil ingatannya berbeda nyata dengan hasil ingatan pada kelompok eksperimen 4. 3. Kelompok eksperimen 3 hasil ingatannya berbeda nyata dengan hasil ingatan pada kelompok eksperimen 4. 4. Begitu pula pada kelompok eksperimen 4 hasil ingatannya berbeda nyata dengan kelompok eksperimen 2 dan 3.
BABS
PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah kebisingan mempengaruhi ingatan seseorang, pengaruhnya berupa banyaknya persoalan-persoalan yang diingat artinya intensitas frekuensi kebisingan yang tinggi mengakibatkan subjek lebih berkonsentrasi sehingga semakin banyak persoalan yang diingat. Ini membuktikan bahwa dalam keadaan tertekan seseorang akan mempertahankan performansinya sehingga kemampuan yang dimiliki dikerahkan seluruhnya untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugasnya.
5.2. DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh kebisingan terhadap ingatan akan tetapi pengaruh tersebut mengakibatkan banyaknya persoalan-persoalan yang diingat. Sehingga kelompok yang diberikan frekuensi paling tinggi lebih banyak mengingat, namun stimulus yang frekuensinya sama atau lebih kecil dari I 000 Hertz tidak mengakibatkan pengaruh yang berarti. Basil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa dalam keadaan tertekan karena kebisingan subjek cenderung menjaga performance mereka pada tingkat no1mal dengan berusaha lebih kuat dalam berkonsentrasi sehingga dalam kondisi demikian subjek menjadi lebih perhatian terhadap tugas, berhati-hati dan 80
81
memanfaatkan kapasitas mereka secara penuh dalam mengolah info1masi (Anastasi, 1989). Meskipun demikian, sesuai dengan hasil penelitian ini, stimulus kebisingan yang frekuensinya sama atau kurang dari 1000 Hertz tidak mengakibatkan pengaruh yang berarti. Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa ada keterkaitan antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stres positif akan muncul (Helmi, 1999). Di mana secara psikologis kebisingan merupakan penimbul stres (stressor) karena sifatnya yang mengganggu. Hal ini berkaitan dengan daya tangkap terhadap bunyi untuk setiap individu juga mempengaruhi kekuatan bunyi itu dalam mengalihkan perhatian (McBAin, 1961 ). Bunyi yang mempunyai arti kecil bagi seseorang kurang dapat mengalihkan perhatian dari tugas yang dihadapi. Hipotesa ini membantu menjelaskan mengapa siswa yang berbisik-bisik di seberang meja bisa lebih mengganggu daripada bunyi orang dan mesin pada pelaksanaan perbaikan jalan, atau mengapa suatu pidato politik lewat radio lebih mengganggu perhatian daripada musik. Sejumlah peneliti telah mengajukan bukti eksperimental bahwa efek dari bunyi terasa kurang mengganggu bila individu dapat mengendalikan bunyi (Glass&Singer seperti dikutip oleh Annastasi, 1989). Sehingga pada penelitian ini kebisingan dirasa tidak mengganggu konsentrasi subjek sebaliknya kebisingan menjadi suatu pemicu kine1:ja subjek dalarn proses mengingat.
82
Pengaruh suara bising dengan intensitas 70 dB terhadap performans intelektual telah dilaporkan oleh Weinstein (1974), sedangkan Smith (1985) mengkaji pengaruh beberapa tipe kebisingan (dengan intensitas 55-85 dB) terhadap proses semantik dan syntactic reasoning. McKennel (dalan1 Graeven, 197 5) menemukan bal1wa beberapa aspek kognitif, yaitu kepentingan, kontrol, dan prediktibilitas suara bising lebih dominan pengaruhnya daripada tingkat intensitas kebisingannya. Aspekaspek kognitif ini tercermin dalam kegiatan sehari-hari yang banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat, yaitu belajar, baik yang dilakukan secara formal di sekolah-sekolah maupun secara informal di tempat-tempat kursus, atau bahkan di rumah. Penelitian ini menolak dugaan bahwa kebisingan dapat menurunkan memori seperti penelitian yang dilakukan oleh Poulton (1976,1977), ia menegaskan bahwa pada beberapa tugas yang telah didemonstrasikan atau dieksperimenkan,
te~jadi
efek
yang merusak dari kebisingan terhadap sebagian besar komponen ingatan jangka pendek (Short Term Memory), berkurangnya empat digit nomor yang sudah diingat, berupa menghitung dan mengingat dalam jumlah total yang terpisah dan sejenisnya. Menurutnya lingkungan yang bising dapat mempengaruhi ingatan meskipun dalam hal ini tidak jelas betul apakah hal itu terjadi hanya pada tahap "input memorizing atau pada output retrivel atau pada keduanya" (Meity, 1982).
83
5.3. SARAN Penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan-kekurangan dan masih dalam lingkup yang terbatas, oleh karena itu peneliti memberikan beberapa saran, yaitu : 5.2.1.
Sebelum dilakukannya penelitian diharapkan untuk mengukur tingkat subyektifitas subjek dan pada ambang berapakah subyek merasa terganggu dengan menggunakan audiometri.
5.2.2.
Untuk lebih memperhatikan latar belakang subjek seperti Jntelegensi, tempat tinggal, kesehatan dan kebiasaan subjek dalam menghafal.
5.2.3.
Persoalan-persoalan yang lebih menarik.
5.2.4. Menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi yang telah dipergunakan dalam penelitian ini. 5.2.5.
Diharapkan subjek penelitian tidak menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari penelitian.
5.2.6.
Bagi institusi pendidikan untuk mendirikan Jembaga pendidikan di lingkungan bunyi yang tenang, jauh dari jalan raya, daerah industri dan bandar udara.
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku
Anastasi, Anne. (J 989). Bidang-bidang Psikologi Terapan. Jakarta:Rajawali Pers. Anderson, John R. (1947). Learning andA1emmy "An Integrated Approach··. John Willy & Sons, lnc : United States of America. Anonim, ISO 3745. Accoustic Determination <~[Sound Power Levels [![Noise Sources Anechoic and Semi Anechoic Rooms. Geneve : International Organization for Standarization Atkinson, Rita L, Richard C & Ernest R. Hilgard (1999). Pengalllar Psikologi. Jilid l & 2. Jakarta : Erlangga. Bennet, N. B. Silalahi (l 984). Mamifemen Pengendalian Semesra Kemgian. Jakarta Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi DKI Jakarta (2000). Kumpulan Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara di Propinsi DK! Jakarta. Davis, M. L. & Cornwell, D. A. (1985). Introduction to Environmental Angineering. Boston : PWS Engineering. DePorter, B. & Bernacki, M. (2000 ). Quantum Leaming J..1emhiasakan Be/ajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung : Kaifa. Doelle, Leslie L. (1993). Akustik Lingkungan. Jakarta:Erlangga. Fisher, et.al. (1984). Environme/1/af Psychology. New York: Hort, Rinehart, & Wiston. Freedman, Jonathan L & David 0. Sears, & L. Anne Peplau. Alih bahasa Michael Adryanto (1994). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga. Harris, CM. (1957). Handbook of Noise Control. Sydney: McGraw-Hill Book Company. Irwanto ( 1997). Psikologi Um um Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kro. (1995). J/?eoris ofHuman Leaming. Kro's Report. Madaule, Paul. (2002). Harobic. Bandung: Kaifa. Najati, Muhammad Usman. (2002). Af-qur'an dan Ps1kofogi . .Jakarta: Arns Pustaka. Rahmat, .Jalaludin. (2000). Psikofogi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Kary a. Russel, Bertrand., et. Al. (2003). Mmd Power "Me1yela1uh Kek11ata11 l'ikira11 '". Bandung : Nuansa. Sanders, M. S. & McConnick, E. J. ( 1987). Human Fae/ors m /o"ngineering and /J
2. Skripsi
Kusumayanthi, Ayu. (2003). Pengkajian Efektil'ilas Sekat Pencegah Kebisi11gan berdasarka11 Variasi Lebar Celah dan Tinggi dalam Skala Laboratorium. Jakarta : Fakultas Arsitektur Lansekap & Teknologi Lingkungan Trisakti. Rabitha, Daniel. (2004). Ffek A1etode Berbicara di A1uka Cermin Terhadap Self Co1!fidence Berpidato di A.fuka Cermin. Ciputat : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
3. Jurnal
Banburry, S. et. al. (1997). Habituation and Dishabi111ation ro Speech and Office noise. Jouma! of Experiment Psychology: Applied, 3 (3), 1-16. Banburry, S. et. al. (2001). Audilhory Distraction: Phenomena, A1ode!s and Practical Implications. Human factors, 43, 12-29. Devi, Meity Farida Sita (1982). Suatu Penelitian Mengenai Proactive dan Retroactive, terhadap Ingatan Jangka Pendek. Sebuah Penelitian Psikologi, 12- 22. Graeven, D. B. (1975). Necessity, Colllrol, and Predictability of Noise as Determinants of Noise Annoyance. Journal of Social Psychology, 95, 85-90. Hartley.LR & Adams, R. G. (1974). Effect (.)fl\loise 011 lhe Stroop Tes!. Joumal (.)f Psychology, 101(2),255-261. Helmi, Alvin Fadilla. (1999). Beberapa Stres Lingkungan. Yogyakarta: Buletin Psikologi UGM. Karatawiria, J. (1979). Kriteria Kualitas Udara Bising. Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan. Raloff, J. (1982). Occupational Noise: The Subtle Po!!ulal//. Science News, 121, 347350. Smith, A P (1985). The E,'jfecl (.)f Different Types ojNoise 011 Sema/1/ic Processing and Synratic Reasoning. Acta Psychologica, 58, 263-273. Weinstein, N. D. (1974). Effect (.)[Noise on Jnte!ecwa! Perfomance. Journal
4. Artikel Fi can Symposium. (2000). lojfect o/Noise on Children's ( 'og111tio11 and f,ong Term Memmy San Diego,m California. Munro, John. (tanpa tahun). Mem01:i1 is a Key Unk in /,eaming !'svcholof!y of" Etcepl ional /,earning.
5. Internet Baker, M. N. ( 1993). The Effect of Noise and Speech on Cognitive Task Performance. http://wW\V.findarticles.com1p/a1iicles/mi 1112-1!15. Is n3_\_L~O.a 1_ _L-;_~r)-11i_1,1~12 rinl. Diambil tanggal 19 Agustus 2004. Airport Noise Damages Shildren's Reading. !illJ;i://www.newsscientisl.com/news/news. jsp''id ns99992944& I. Diam bi I tanggal l 9 Agustus 2004. True and Quasi Experimental Design. http://www.fammed.ouhsc.edu/tutor/times.htm. diambil tanggal 03 September 2004. Zusne, Leonard. ( 1984). Biographical dictionarv ufj>sychology. Westport, CT: Greenwood Press. www.artsci. wustl.edui· philos Mj11dDicucbbingliaus.htm_L Diambil tanggal 05 Juli 2004. http://psvchclassic.yorku.ca/ebbinghaus/memorv. Diambil tanggal 05 Juli 2004. Osaka Prefecture. Environmental Pollution Control Center. Japan. www.menlh.go.id/apec vc/osaka/easjava.inoise id/2/. Diambil tanggal 23 Juni 2004.
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Daf1ar Nonsense Syllable
Lampiran 2
: Hasil output perhitungan SPSS tabel ANOV A
Lampiran 3
: Hasil output perhitungan SPSS Uji Kenormalan
Lampiran ti
: Hasil output perhitungan SPSS Uji Lanjut
Lampiran 5
: Surat kesediaan menjadi responden
Lampiran <S
: Surat permohonan peminjaman Laboratorium
'\)' <'.;fl
Lampiran I
DAFT AR NONSENSE SYLLABLES
HDV
JSK
QUI
VRT
BDU
ACK
ZPM
XRB
IZB
KCE
JGB
SJK
KXW
LEN
BZC
NSW
XOQ
TFM
MNO
DCW
KRL
YZB
OXD
DBW
ELQ
TCW
LQM
ZBC
WFX
OID
Lampiran2
Hasil output pcrhitungan SPSS table ANOVA
Oneway ANOVA 1nqatan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
60.865 652.125 712.990
df
Mean Souare
3 92 95
20.288 7.088
F 2.862
Sia.
.041
qi Lampiran 3
Hasil output perhitungan SPSS Uji kenormalan
Norma! Probability Plot
l
""w ~
"'
I
I I
w
i~ "''"
I I
" "
I I
00'
iflg8lan ~''""0" 5~77M
00cv.2739S5 !49<;
r.;-~01odl,.<•n" ~"'""'"' Te>t
0•-0D77 0· OD~~ 0 0!!77 k>l>f¢,.ml> f'V>',.o>O >5
Lampiran4
Hasil output perhitungan SPSS Uji Lanjut
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets ingatan Duncan
6
Subset for alpha = .05 kelompok eksperimen2
1
N
2
eksperimen 1
24
4.9583 5.1667
kontrol
24
5.5833
eksperimen3
24
5.5833 7.0000
.448
.069
Sig.
24
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size= 24.000.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Fak/Jur Bersedia ikut serta dalam Penelitian Eksperimen yang dilakukan oleh Sdr. Haula Noor Fak. Psikologi Smt. VIII untuk kepentingan penulisan skripsi yang be1judul "Pengaruh Kebisingan Terhadap Ingatan", yang akan dilaksanakan pada : Hari Tanggal Waktu
: jam I 0.00 WIB - selesai
Tern pat
: PUSARPEDAL Puspiptek Serpong
Ttd. Respond en
( nama j el as ) Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini sesuai dengan diri ancla !
1. Apakah anda memiliki gangguan/penyakit pada telinga anda ? A. Ada B. Ticlak Ada 2. Apakah ancla senang menghafal dalam keadaan bising/ramai ? B. Tidak Senang C. Biasa Saja A. Senang 3. Bagaimanakah cam ancla menghafal ? A. Dilafalkan clengan suara keras B. Dilafalkan clengan suara pelan C. Dilafalkan clalam hati 4. Apakah anda sering menghafal? A. Sering B. Jarang
C. Ticlak pernah
5. Seberapa seringkah ancla menghafal? A. Satu kali sehari B. clua kali sehari
C. ··············
No Hal
: Istimewa : Pcrmohonan Peminjaman Laboratorium
Kepada Yth, Kepala Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal Puspiptek Serpong Tangerang Di,Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam silaturahmi saya sampaikan semoga Bapak senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT serta selalu dilimpahi rahmat dan hidayah-Nya. Amien. Sehubw1gan dengan adanya kewajiban penyusunan skripsi sebagai bentuk tugas akhir dalam rangka mencapai gelar k1~saijanaan (SI), maka dengan ini saya : Nama : Haula Noor NIM : 0071020108 Fak/Semester : PsikologilVIll Berkaitan dengan skripsi saya yang berjudul Pengaruh Kebisingan Terhadap Ingatan, maka saya bermaksud meminta izin meminjam tempat untuk melakukan penelitian di Laboratorium Kebisingan dan Getaran yang Bapak pimpin. Demikianlah surat permohonan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Terima kasih atas perhatian dan kesediannya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 10 Juni 2004 Pemohon
Haula Noor