PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : GUNTUR BAYU AJI NIM : 11105011
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Guntur Bayu Aji
NIM
: 11105011
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
:PENGARUH
KEBERAGAMAAN
TERHADAP
PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 20 Agustus 2010 Pembimbing
Dra. Siti Asdiqoh. M.Si. NIP. 196808121994032003
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara Guntur Bayu Aji dengan Nomor Induk Mahasiswa 11105011 yang berjudul PENGARUH KEBERAGAMAAN TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG
ANAK
JALANAN
DI
KOTA
SALATIGA
telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Salatiga, 31 Agustus 2010 21 Ramadhan 1431 Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd NIP 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. Bahroni, M. Pd NIP
Benny Ridwan, M. Hum NIP Pembimbing
Dra. Siti Asdiqoh. M.Si. NIP. 19680812 199403 2 003
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Guntur Bayu Aji
NIM
: 11105011
Jurusan
: Tarbiyah
Program Study
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Agustus 2010 Yang menyatakan,
Guntur Bayu Aji
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Syukurilah apa yang kau dapat karena hidup tak akan baik selama kita tidak merasa baik dan hidup tak akan adil selama kita tak merasa adil.
PERSEMBAHAN Ayah ibu tercinta yang selalu setia dengan doa dan restunya untuku Mas dan mbakku yang tak lelah memotifasiku Sahabat-sahabatku yang selalu memberikun inspirasi Dan semua yang mengasihiku
v
ABSTRAK Aji, Guntur, Bayu. 2010. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh. M.Si. Kata Kunci : keberagamaan dan perilaku menyimpang. Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu terjadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih terjun kejalanan. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik. Penelitian ini mencoba mencari seberapa besar tingkat keberagamaan anak jalanan dan juga seberapa besar tingkat penyimpangan perilaku yang mereka lakukan serta mencari pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. Dari penelitian yang penulis lakukan penulis menemukan adanya pengaruh antara keberagamaan dan perilaku menyimpang pada anak jalanan di kota Salatiga
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati penilis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh. M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk sehingga dapat terselesaikanya penulisan skripsi ini. 3. Keluarga besar Bapak Bambang Setiyono terutama bapak dan ibu yang tak lelah memberi doa dan restunya padaku karena tanpa itu aku takkan mampu menyelesaikan ini semua. 4. Kakak-kakaku : Mas Adi, Mbak Anggun, Mas Veri dan Adiku Sekar yang selalu mendukungku dan memotifasiku untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Keponaanku Diva yang selalu hadir dengan keceriaanya. 5. Keluarga Bapak Sugeng Widodo, terutama Fitri Wulandari yang selalu mendukung dan memotifasi tanpa kenal lelah. 6. Sahabat-sahabatku seangkatan yang selalu setia memberi motifasi dan menasehatiku saat aku lalai : Rosyit, Heru, Umam, Ikhsan, Fajar, Rohmadi. 7. Keluarga Besar ma’had kembang arum sebagai tempatku belajar dan bernaung dikala lelah. 8. Sahabat-sahabati
PMII
yang
telah
banyak
mengajarkanku
tentang
berorganisasi. 9. Adik-adik dan keluarga baruku, anak-anak jalanan kota salatiga yang telah memberiku inspirasi tentang karya ini.
vii
10. Seluruh staf LSM Student Community yang telah membantu menyelesaikan ini semua. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan. Atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, maka tiada kata yang pantas diucapkan kecuali kata terima kasih dan doa semoga amal serta jasa baiknya dapat menjadi amal sholeh yang dapat diterima Allah SWT.
Salatiga, 15 Agustus 2010 Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………… .
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
ABSTRAK .....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xiii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. ....
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
4
D. Hipotesis Penelitian .....................................................................
5
E. Kegunaan Penelitian ....................................................................
5
F. Definisi Operasional . ...................................................................
6
G. Metode Penelitian .. ......................................................................
8
H. Sistematika Penulisan ..................................................................
12
ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Keberagamaan ...........................................................
15
1. Pengertian Keberagamaan Anak .. ..........................................
15
2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan .. ...........................................
17
3. pembentukan pemahaman dan perilaku keagamaan anak .. ...
21
B. Pengertian Perilaku dan Macamnya ............................................
24
1. Pengertian Perilaku Menyimpang .. .......................................
24
2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang .. ........................
26
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang .. ..........
27
4. Indikator Perilaku Menyimpang .. .........................................
29
C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang ........
30
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................
35
1. Sejarah ...................................................................................
35
2. Keadaan Geografis ................................................................
39
3. Keadaan Sosial Ekonomi ......................................................
40
B. Penyajian Data……………………………………………….. ....
41
BAB IV ANALIS DATA A. Analis Deskriptif .........................................................................
46
B. Pengujian Hipotesis .....................................................................
57
C. Pembahasan .. ..............................................................................
59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................
x
61
B. Saran ............................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… ........................
64
LAMPIRAN … ...............................................................................................
66
xi
DAFTAR TABEL
TABEL I
:DATA NAMA RESPONDEN ...........................................
TABEL II
:REKAPITULASI
HASIL
ANGKET
42
ASPEK
KEBERAGAMAAN … ....................................................... 43 TABEL III
:REKAPITULASI
HASIL
ANGKET
ASPEK
KEBERAGAMAAN .. ........................................................ TABEL IV
:DATA
FREKUENSI
JAWABAN
VARIABEL
KEBERAGAMAAN ............................................................ TABEL V
44
48
:DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM VARIABEL KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN .. ........................................................................
TABEL VI
:DATA
FREKUENSI
JAWABAN
VARIABEL
PERILAKU MENYIMPANG …. ...................................... TABEL VII
50
52
:DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN … .......................................................
TABEL VIII
55
:TABEL UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN KORELASI .. ...................................................................
xii
57
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR I
:FREKUENSI
DAN
PROSENTASE
KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA .............................................................................
50
GAMBAR II:FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA … ..................................
xiii
54
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Strutur Organisasi LSM Student Community .. .................
66
Lampiran 2
: Data Anak Jalanan Kota Salatiga ......................................
68
Lampiran 3
: Dokumentasi Penyebaran Angket…………………… ......
71
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang umumnya ingin menikah dan memiliki anak untuk menjadi generasi penerus keluarga. Melalui seorang anak juga manusia diberi amanah oleh Allah SWT untuk mengasihi, merawat dan mendidik anak tersebut agar menjadi calon generasi penerus bangsa. Dari kecil, anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Fenomena yang sering terjadi di negara ini, dengan banyaknya kemiskinan yang tak teratasi, bencana alam, kehancuran keluarga. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa, ditengarai sebagai salah satu sebab makin maraknya anak-anak di negeri ini yang tidak terurus. Anak-anak yang tidak terurus ini kemudian mencoba bertahan hidup sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seumurnya. Mengamen, mengemis, pedagang asongan, penyemir sepatu, hanyalah beberapa contoh pekerjaan yang sering dijadikan sandaran hidup anak-anak terlantar ini. Jalanan (perempatan atau tempat lampu lalu lintas) dan tempat-tempat strategis lainnya seperti pasar kemudian menjadi salah satu tempat pilihan untuk mengadu nasib, bahkan bagi sebagian anak menjadi tempat tinggal. Karena tempat dan pekerjaan inilah kita sering menyebut anak-anak itu dengan sebutan anak jalanan.
1
Pekerjaan sehari-hari yang dijalani oleh anak-anak jalanan ini, kadang hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal itu terjadi karena kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal mengapa kadang anak memilih terjun kejalanan. Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya. Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi perilaku seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut. Karena lingkungan yang kurang mendukung dan juga tuntutan pekerjaan yang dijalani oleh anak-anak inilah, seringkali menjadi salah satu penyebab mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memadai bagi anak seumurnya. Fase umur dimana anak harus mendapat pendidikan yang memadai tentang berbagai ilmu pengetahuan pun harus dilewati tanpa pendidikan apapun. Bahkan pendidikan agama, yang telah disepakati sebagai salah satu pendidikan pokok bagi semua anak untuk membekali nilai-nilai dalam menjalani hidup ketika besar nanti, juga tidak pernah tersentuh sama sekali dikarenakan aktivitas mereka atau ketidak hadiran orang tua sebagai guru dan pendidik yang baik. Pendidikan Agama yang diajarkan kepada anak, tidak menjamin berimbas terhadap perilaku ritual keberagamaanya, namun
2
keberadaannya dapat memicu untuk melakukan ritual keagamaan yang baik. Karena pengetahuan agama bersifat netral, dan semangat keagamaan mempengaruhi anak untuk melakukan ritual keagamaan. Pengetahuan agama sangat penting diberikan pada anak, namun semangat keagamaan juga perlu ditumbuh
kembangkan,
kebenarannya,
dan
sehingga
dilaksanakan
agama
dapat
ajarannya.
dipahami,
Sedangkan
diyakini
internalisasi
pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga juga berpengaruh terhadap pelaksanaan hubungan sosial keagamaanya. Karena keluarga memiliki porsi tanggung jawab yang besar terhadap internalisasi pendidikan agama terhadap anak. Karena keluarga dapat mewarnai tingkat keberagamaan anak. Tingkat keberagamaan yang baik menunjukkan adanya kepedulian yang tinggi dari keluarga terhadap peningkatan tingkat keberagamaan anak. Hal tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar masa depan keberagamaan anak semakin cerah. Karena keyakinan seseorang berawal dari apa yang ia terima dari `gurunya (orang tua), kemudian diuji oleh `suasana’ dalam perjalanan hidupnya dan dalam perjalanan itulah keyakinan seseorang bisa semakin kuat karena menurutnya terbukti benar dan membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi keyakinan seseorang bisa juga semakin lemah atau bahkan berpaling dan berubah, karena ia ragu dengan apa yang telah ia anut dan ia jalani. Kurangnya pendidikan dan bimbingan serta tingkat kepedulian dalam bidang keagamaan justru memperparah keadaan dan situasi yang harus dihadapi anak jalanan. Nilai-nilai moral yang sudah selayaknya dimiliki seorang anak untuk membentengi mereka dari hal-hal negatif menjadi sebuah hal yang sangat minim mereka dapatkan. Karena minimnya pengetahuan tentang agama inilah yang kadang meruntuhkan keteguhan akan nilai yang dimiliki sebelumnya, sangat mungkin akan goyah ketika dihadapkan kepada kenyataan keras yang dihadapi tiap harinya. Kota Salatiga sebagai salah satu kota yang mempunyai tingkat perekomian yang baik, justru banyak menjadi salah satu rujukan bagi anakanak yang mencari nafkah di jalanan, baik anak-anak asli Salatiga ataupun
3
daerah sekitarnya (Kab. Semarang dan Kab. Boyolali). Ditambah bahwa letak geografi Salatiga yang menjadi salah satu kota penghubung kota besar lainnya dengan dilaluinya transportasi darat, menjadi salah satu “Sawah” bagi anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen, pengemis atau pedagang asongan. Banyaknya anak jalanan di Salatiga ini, baik yang berprofesi sebagai pengemis, pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu dan lainnya, mengilhami penulis untuk meneliti lebih jauh bagaimana keberagamaan mereka atau seberapa besarkah peran agama dalam menentukan perilaku mereka. Ditambah juga bahwa Salatiga merupakan kota pelajar dan kota yang terkenal dengan kota agama, karena masyarakat beragamanya. Dengan latar belakang inilah, penulis mencoba untuk meneliti fenomena ini lebih jauh dengan judul penelitian “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Di Kota Salatiga“.
B. Rumusan Masalah Untuk mempertajam dan memberikan batasan penelitian yang jelas, maka penulis membuat beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ? 2. Bagaimana perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ? 3. Apakah keberagamaan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga. 2. Untuk mengetahui perilaku anak jalanan di Kota Salatiga. 3. Untuk
mengetahui
pengaruh
keberagamaan
menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.
4
terhadap
perilaku
D. Hipotesis Penelitian Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. *
Dalam penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa yaitu : Ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya dan sebaliknya.
E. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis ajukan “Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang Anak Jalanan “. Maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut bagaimana keberagamaan anak serta bagaimanakah perilaku keseharianya dan dari penelitian ini penulis berharap nantinya dapat berguna bagi diri penulis sendiri nantinya dan bagi pembaca. Adapun manfaat atau kegunaan yang penulis harapkan adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberi pengetahuan dan pengertian tentang pentingnya pendidikan agama pada anak. 2. Untuk memberi pengetahuan pada orang tua bagaimana menanamkan nilai-nilai keberagamaan pada anan. 3. Untuk memberikan pengetahuan pada orang tua bahwa pendidikan agama sangat mempunyai pengaruh besar pada pembetukan perilaku anak.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut :
5
1. Pengaruh, berarti daya atau akibat yang ditimbulkan dari suatu proses. (w.j.s. Purwadarminta, 1982; 865) 2. Keberagamaan berarti, bagaimana orang mampu menjalankan ajaran agama secara utuh dan komprehensif agar agama bisa menjadi kontribusi dalam proses pembangunan, akhirnya terwujud tampilan (profil) para pemeluk agama yang santun, damai, serta harmonis (tidak anarkis). (Bambang Wahyudi, 2007) 3. Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 553). Sedangkan menyimpang, yang artinya tidak menurut jalan yang betul (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Dalam aritikel yang penulis baca menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain ( Muhammad Ikbal. S.sos, 2008). 4. Anak Jalanan, berasal dari kata anak yang berarti keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 38). Sedang jalanan berasal dari kata jalan, yang berarti tempat untuk berlalu lintas (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 395). Secara umum Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempattempat umum. Anak jalanan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah anak yang berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan
6
kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Dalam artikel karya Tauran. S.Sos Setidaknya ada 3 tipe anak jalanan, yaitu:
1. Anak yang tinggal / hidup di jalalanan. 2. Anak yang bekerja (berjualan) di jalanan. 3. Anak yang bermain-main di jalan.
Adapun yang penulis maksud dengan pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga
dalam penelitian ini
adalah seberapa besar peran dan pengaruh agama dalam menentukan perilaku anak jalanan di Kota Salatiga. Bardasarkan pada uraian diatas maka untuk lebih memperjelas aspek-aspek apa saja yang akan penulis teliti beserta instrument yang akan penulis teliti. Maka setiap variable penulis jelaskan melalui indikator sebagai berikut :
1. Keberagamaan Anak Jalanan a. Dimensi Ibadah 1) Kontinuitas shalat fardu. 2) Puasa Ramadhan. 3) Keaktifan membaca Al-Qur’an. b. Dimensi Muamalah 1) Pengetahuan tentang agama Islam. 2) Cara menghormati orang lain. 3) Sikap toleransi. 4) Sikap saling menghargai dan tenggang rasa.
2. Perilaku Menyimpang a. Penyalah gunaan narkoba. b. Mabuk-mabukan. c. Seks bebas.
7
d. Mencopet. e. Tawuran. f. Malak atau minta uang pada orang lain secara paksa. g. Menganggu orang lain. h. Tidak menghormati orang lain.
G. Metode Penelitian Metode penelitian sering disebut sebagai metodologi research yang berarti sebagai usaha untuk menentukan, mengembangkan dan menuju suatu kebenaran pengetahuan. Usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa untuk menentukan kebenaran ilmiah, harus memahami metode ilmiah. Adapun metode ilmiah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan peneitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004; 14).
Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini ialah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan, dan menemukan ada tidaknya hubungan diantara variabel, mengetahui seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya suatu hubungan variabel yang ada (Arikunto, 2002).
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penlitian. Dalam rancangan pereperencaan dimulai dengan megadakan observasi dan evaluasi rerhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan
8
diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi prose membuat prcobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini penulis lakukan di Kota Salatiga, alasan penulis memilih lokasi penelitian di Kota Salatiga karena letaknya yang masih satu kota dengan tempat penulis menuntut ilmu dan juga dari hasil pengamatan penulis tentang anak jalanan yang kurang mendapatkan perhatian. Dimulai pada bulan april 2010, penulis mulai mengamati dan mencari data tentang anak jalanan yang ada di Kota Salatiga serta meneliti bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.
3. Metode Penentuan Subyek a. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Darwanto p.s, 1993; 107). Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan tipe 1dan 2 yaitu anak-anak yang bekerja untuk mencari uang (penghasilan) dengan mengamen, mengemis, penjual koran dan pengasong di jalanan kota Salatiga. Di Salatiga terdapat beberapa area tempat anak jalanan, antara lain seperti data yang diambil oleh penulis terdapat 5 area yaitu area Kauman 31 orang, Pos Tingkir 30 orang, Pasar Raya 15 orang, Pancasila 5 orang, Pandawa 4 orang, Total 85 orang. ( LSM Student Community, 2010).
9
b. Sampel Menurut Djarwanto P.S (1993; 108), sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki yang dianggap dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Dalam pengambilan sampel, digunakan teknik ramdom sampling, yaitu dengan cara acak tetapi tidak menyimpang dari responden yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 30 anak jalanan di kota Salatiga. Adapun sampel yang akan dipakai adalah anak jalanan yang mangkal di tempat sebagai berikut : 1. Pertigaan Kauman. 2. Terimal Pos Tingkir. 3. Pasar Raya Salatiga.
4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini penulis mempergunakan metode : a. Metode Angket Yaitu suatu susunan daftar pertanyaan yang akan diajukan peneliti untuk dijawab responden. Peda penelitian ini penulis menggunakan angket sebagai metode utama dalam mengumpulkan data-data sebagai bahan dalam penelitian ini. Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang keberagamaan dan bagaimana perilaku anak jalanan serta latar belakang kehidupan pribadi (keluarga), dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden yaitu anak-anak jalanan.
Angket yang penulis pergunakan adalah angket langsung yaitu jumlah daftar pertanyaan dikirim langsung kepada responden atau orang yang diminta untuk menceritakan keadaan dirinya (Sutrisno Hadi, 1980; 22).
10
b. Metode Observasi Menurut Sutrisno Hadi observasi yaitu cara untuk menggali data dengan menggunakan perncatatan secara sistematis tentang fenomena-fenomena dilakukan
dengan
yang disielidiki (diteliti). Observasi ini cara
untuk
mengetahui
secara
langsung
keberagamaan anak jalanan dan pengaruhnya terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga. Metode ini penulis gunakan sebagai metode bantu agar dalam penelitian ini penulis bisa mendapatkan data-data yang valid serta penulis juga lebih bisa mengetahui seluk beluk dan latar belakang
anak jalanan di kota
Salatiga. c. Metode Dokumentasi Menurut Suharsini Arikunto metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen dan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian. Adapun dalam pemakain metode ini, penulis menggunakan data tentang anak jalanan yang ada di Dinas Sosial atau lembaga lainnya yang mengurusi atau concern terhadap masalah anak jalanan di Kota Salatiga.
5. Metode Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka kesimpulan akhir dari penelitian ini dapat diperoleh dengan memperhatikan hipotesa yang penulis ajukan. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua, penulis akan menganalisa dengan teknik statistik prosentase, yaitu :
P
F x 100 % N
Keterangan : P = Populasi individu dengan golongan
11
F = Frekuensi yang di observasi N = Jumlah sampel penelitian
Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan analisa dengan teknik analisa korelasi Product Moment adalah:
x N
xy rxy x
2
x N
y
2
y
2
y N
2
Keterangan :
rxy
= Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y
xy = Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variable Y
N
x
= Jumlah skor variabel X
y
= Jumlah skor variabel Y = Jumlah seluruh subjek.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah penggunaan sistematika berfikir dari penulisan dalam mengembangkan ide pokok yang terkandung dalam judul skripsi. Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan
12
penelitian, definisi operasional,
metodologi penelitian dan
sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini dipaparkan tentang pengertian keberagamaan anak dan tahapan-tahapan kepercayaan serta berbagai perspektif lain yang berhubungan dengan keberagamaan anak. Adapun rincian masalah yang penulis kembangkan adalah masalah perilaku menyimpang
anak jalanan yang meliputi pengertian, kriteria
perilaku penyimpang, ciri-ciri perilaku penyimpang dan berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang serta pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan. BAB III : LAPORAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai data hasil penelitian, yang meliputi masalah gambaran umum medan penelitian, yang memuat tentang tempat-tempat yang dijadikan penulis untuk melakukan penelitian, serta obyek yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian. Bab ini diakhiri dengan data khusus penelitian yang memuat data tentang pengaruh keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. BAB IV : ANALIS DATA Pada bab ini membahas tentang pengolahan data yang penulis peroleh dari hasil penelitian. Dimana hasil akhir dari analisa data tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah sekaligus mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesa didalam penelitian ini. BAB V : KESIMPULAN Bab ini sebagai penutup dari penelitian ini yang berisi kesimpulan, saran.
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Keberagamaan 1. Pengertian Keberagamaan anak Dalam memberikan pendidikan agama pada anak barangkali kita harus berani dan tegas memberikan pendidikan yang alami terhadap masalah yang fundamental ini. Karena pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Dengan kata lain seseorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasa nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya (Zakiah Darajat, 1970; 35). Pendidikan agama yang prularis secara
substansial
sangat
berkaitan
dengan
bagaimana
manusia
memandang agama itu sendiri. Secara garis besar agama memiliki dua dimensi, yaitu dimensi risalah dan dimensi rahmat. Dimensi risalah mengharuskan umat beagama menyebarluaskan ajaran agamanya seluas mungkin. Sedangkan dimensi rahmat menuntut manusia agar dengan agamanya itu bisa menunjukkan sifat-sifat luhur seperti halnya sifat-sifat yang dimiliki Tuhan kepada sesama manusia. Istilah keberagamaan atau religiusty adalah perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash, dalam pengertian agama Islam adalah al Qur’an dan Hadist. Dalam konteks ini istilah keagamaan
ditekankan
pada
aspek
eksperimental,
yakni
bagian
keberagamaan yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksaan ajaran agama. Seseorang dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai banyak motivasi yang berbeda dalam memahami dan melaksanakan perilaku keagamaannya, tergantung kepada kedalaman pemahaman seseorang mengenaagama itu sendiri. Penghayatan dalam pelaksanaan perilaku keagamaan seseorang, juga kadang menjadi tolak ukur tingkat pemahaman keberagamaan. Anak-anak mulai mengenal
14
Tuhan melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada dilingkunganya, yang pada permulaan diterima secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut terhadap Tuhan, maka mulailah ia akan merasa sedikit gelisah dan ragu dan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran tentang tuhan dalam pembinaan kepribadianyadan menjadi objek pengalaman agamis (Zakiyah Darajat, 1970; 36). Bagi seorang anak penetahuan tentang agama ia dapatkan dari yang memahami keberagamaan secara mendalam, baik dari segi pengetahuan dan hakikat agama, mungkin akan memahami dan orang tuanya, mulai dari bagai mana cara ia mengenal tuhan sampai bagaimana ia mengamalkan ajaran agamanya dalam setiap laku seharihari. Keberagamaan pada anak berarti bagaimana seorang anak itu bisa mengenal, menerima dan menjalankan ajaran agamanya. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran memberikan bimbingan tentang agama pada anak karena penanaman nilai-nilai agama pada anak akan mempengaruhi kepribadianya yang juga menentukan perilaku keberagamaanya, sehingga ia dapat lebih mengendalikan dirinya karena agama telah menjadi bagian dari kepribadianya. (Dr. Dzakiyah Darajat, 1985; 56 ) Sehingga proses kehidupannya, baik dalam pola relasi dengan manusia dan Tuhan, akan menjadi selaras dalam laku alamiah dan tidak ada tendensi pribadi yang berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama selain hanya sebagai penghamba-an kepada Allah SWT.Seperti telah ditegaskan dalam al Qur'an dalam surat adz dzariyaat ayat 56 :
Artinya : "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.".
terjemahanya; 862)
15
(Depag
RI,
Al-qur’an
dan
2. Tahapan-Tahapan Kepercayaan Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh (Dzakiyah Darajat, 1970; 36). Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang- orang disekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata tuhan itu tumbuh. Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia merupakan campuran dari bermacam- macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan.
James W. Fowler (1995; 95)
membagi tahapan-tahapan kepercayaan menjadi tujuh tahapan antara lain : 1. Kepercayaan awal dan elementer, 2. Kepercayaan intuitif proyektif, 3. Kepercayaan mitis- harfiah, 4. kepercayaan sintetis-konensional, 5. kepercayaan indifiduatif
reflektif, 6. kepercayaan konjungtif, 7.
keprcayaan yang mengacu pada unifersalitas.
1. Kepercayaan Awal dan Elementer. Tahap kepercayaan ini terjadi pada anak usia 0 sampai dua tahun, tahapan ini ditandai oleh citarasa yang bersifat praferbal terhadap kondisi-kondisi eksistensi, yaitu rasa percaya dan setia yang mendasar pada semua orang dan lingkungan yang mengasuhnya. Keprcayaan ini menyusun gambaran tentang kekuasaan akhir yang dapat dipercayai untuk mengatasi rasa takut yang timbul dalam dirinya sebagai akibat dari peniadaan hidup dan pemisahan dirinya dengan pengasuhnya.
16
2. Kepercayaan Intuitif Proyektif Tahap kepercayaan ini terjadi pada anak usia dua tahun sampai enam tahun, pada tahapan ini pola pemikiran anak tentang Tuhan masih bersifat labil, senantiasa berubah-ubah menurut apa yang ia lihat dan ia temukan dalam pergaulan dengan orang-orang disekitarnya. Dalam masa ini juga mulai timbul pemikiran tentang Tuhan dalam diri anak, sehingga ia muai bertanya-tanya dan rasa ingin tau tentang siapa sebenarnya
Tuhan
dan
juga
mulai
meniru
aktifitas-aktfitas
keberagamaan orang tuanya. Jadi dalam masa inilah sebenarnya penanaman tentang agama yang paling penting dilakukan oleh orang tua sebagai pondasi bagi anak. 3. Kepercayaan Mistis-Harfiah Tahap kepercayaan ini terjadi pada usia enam sampai sebelas tahun. Dalam masa ini anak sudah dapat mencari dan menyusun pengetahuan tentang arti Agama dan Tuhan. Pada tahapan ini anak sudah dapat mencerna cerita-cerita tentang Tuhan yang kadang membuatnya bertanya-tanya atas pengetahuan baru itu, jadi sebaiknya dalam tahapan ini anak diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana kita beragama dan untuk apa kita beragama melalui cerita cerita menarik agar anak dapat memahapi apa makna agama yang sesungguhnya. 4. Kepercayaan Sitetis-Konfensional Tahapan kepercayaan ini terjadi pada usia duabelas tahun sampai masa dewasa. Dalam masa ini muncul lingkunngan-lingkungan baru dalam dunia anak. Pada tahapan ini berbagai pengetahuan dan ego yang dipantulkan dari orang lain dalam membentuk bayangan diri serta aneka pengetahuan dan keterlibatan social semuanya mulai dipersatukan dan dirangkai oleh anak. Dalam masa ini anak juga sedang mengalami krisis identitas yang menjadi salah satu masalah yang utama. Maka tugas`yang paling besar pada masa ini adalah menciptakan suatu sintesis dengan mempersatukan dan memadatkan
17
sekian banyak masalah yang ditemui pada anak dan memberikan pengertian yang bijak sehingga memunculkan identitas sikap keberagamaan yang mantab. 5. Kepercayaan Individuat-Reflektif Tahapan kepercayaan ini terjadi pada masa dewasa awal atau pada usia delapan belas tahun. Pada masa inii mulai timbul pengkuan terhadap kepercayaannya sendiri terhadap suatu agama, ia juga mulai mengalami dan berfikir tentang agama dari suatu kejadian-kejadian yang
ia
alami
(pengalaman
religius)
dan
juga
ia
mulai
mempertentangkan suatu agama dengan agama lain. Dalam masa ini juga muncul suatu kesadaran diri yang baru yaitu sebagai ego (diri) yang bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi ia lah yang menentukan segla sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, tetapi proses ini tidak lantas mengesampinkan peran orang lain. Karena apa yang ia putuskan pada masa ini harus selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Jadi pada masa ini lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan keberagamaan atau tingkat keyakinan seseorang. 6. Kepercayaan Konjungtif Masa ini dimulai pada usia sekitar dua puluh tahun, pada tahap ini seseorang menjadi sangat peka terhadap segala macam pemahaman dan segala macam pertentangan yang ingin disatukanya. Segala pengalaman-pengalaman negative yang ia dapat malah justru menjadikannya berfikir tentang hal yang positif. Dan pada masa ini seseorang tidak lagi mengandalkan egonya tetapi lebih pada usaha untuk mengontrol dan berusaha untuk lebih rendah hati dalam menyikapi suatu masalah. 7. Kepercayaan Yang Megacu Pada Unifersalitas Masa ini dimulai pada usia sekitar tiga puluh tahun, pada masa ini seseorang menjalankan suatu agama dengan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap suatu agama yang ia jalani. Seseorang pada masa
18
ini bertindak dan berperilaku didasarkan pada suatu keyakinan tentang ajaran agama diamana ia memandang bahwa akan ada pembalasan setelah ia meninggal jadi ia berusaha untuk lebih berhati-hati dalam melangkah.
Manusia disebut juga makhluk yang beragama karena tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat, hal dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan yang diturunkan kepada NabinabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama. Seiring bertambahnya usia, kemantapan jiwa seseorang terus berubah karena mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang berasumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan . Pokoknya, pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang . Berdasarkan hal ini ,maka sikap keberagamaan seorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang matang. Sikap yang akan diteliti dalam hal ini adalah keterlibatan seorang anak pada fungsi kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif akan nampak dalam keimanan atau kepercayaan seorang anak dalam memahami ketuhanan (tauhid), sedangkan aspek motorik akan nampak dalam perilaku dan perbuatan yang berirama dengan laku keagamaan (Abdul Aziz, 1991;
19
37). Dalam kehidupan sehari-hari, kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu system kesadaran beragama yang integral atau utuh dalam kepribadian seseorang.
3. Pembentukan Pemahaman dan Perilaku Keagamaan Pada Anak Sesuai dengan kodrat yang ada pada anak, bahwa anak dilahirkan tanpa nilai apapun dalam dirinya, maka menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bekal anak untuk hidup dewasa nanti, sehingga anak menjadi manusia yang utuh dengan tetap berpegang pada petunjuk agama. Hal ini sangat senada dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu :
Artinya : Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang pada kahirnya menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (HR Muslim). (Zakiyah Darajat, 1984; 59)
Dengan memahami hadits tersebut, peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah dominant. Apabila anak tidak mendapatkan suri tauladan (uswatun hasanah) yang baik, maka kapasitas nilai-nilai yang dipahami seorang anak menjadi sangat lemah. Oleh karena itu, tanggung jawab orang tua terhadap anak menjadi sangat besar, baik dalah mengasuh, merawat dan mendidik agar menjadi insan yang benar-benar dapat diandalkan sebagai generasi penerus bangsa dan agama. Dalam fase perkembangan keberagamaan anak, ada beberapa faktor yang ikut andil, baik positif maupun negative, dalam membentuk sikap atau pola laku keberagamaan anak. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : (1) faktor rumah tangga dan keluarga, (2) faktor lingkungan dan masyarakat, (3) faktor individu, (4) faktor sarana dan prasarana (Aisyah Dahlan, 1992; 166). Faktor-faktor tersebut tidak dapat
20
dipisahkan satu dengan lainnya, karena merupakan sebuah satu kesatuan yang sangat berpengaruh kepada pembentukan keberagamaan anak.
a) Faktor rumah tangga Keluarga, sebagai salah satu lingkungan sosial yang terkecil dalam masyarakat, mempunyai fungsi penting dalam membebtuk, mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama kepada anak. Karena lingkungan inilah yang peling pertama ditemui oleh seorang anak, dari lingkungan ini pula anak dapat mencontoh langsung perilaku-perilaku keagamaan orang tuanya sehingga apa yang dilihat dan dilakukan, akan menjadi kebiasaan dan pengetahuan bagi anak ketika dewasa nanti. Keluarga adalah lingkungan pertama yang dihadapi seorang anak untuk menggali dan belajar tentang nilai-nilai atau norma sebagai dasar pendidikan. Dalam keluarga anak belajar melalui kasih sayang, kebersamaan, kesetaraan dan nilai-nilai kepatuhan. Karena pergaulan yang dialami sehari-hari bersifat alami dan pribadi, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting (Zakiyah Darajat, 1984; 63). Masih menurut Zakiyah, anak juga mulai mengenal
agama
lewat
pengalamannya
melihat
orang
tua
melaksanakan ibadah, mendengarkan kata Allah dan kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai kesempatan. b) Faktor lingkungan dan masyarakat Masyarakat adalah kesatuan dari individu-individu yang berkumpul membentuk satu komunitas yang didalamnya dibuat aturan-aturan atau nilai yang disepakati bersama. Antara masyarakat dan individu tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah sebuah satu kesatuan dan entitas yang sama. Individu tidak dapat melepaskan diri dari sebuah entitas masyarakat, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk bertahan hidup, bersosialisasi, bahkan mendidik anaknya.
21
Lingkungan masyarakat dimana orang tua sedang dalam upaya mendidik anak, terbukti mempunyai kontribusi yang signifikan, baik positif maupun negatif. Anak mengambil nilai-nilai yang ada dan dilakukan dalam masyarakat tempat ia berada. Ketika norma atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tidak sesuai dengan ajaran agama, maka anak juga akan mudah terseret dalam pergaulan yang ada di masyarakat itu. Dengan memahami ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dapat menjadi faktor pendorong pematangan pemahaman keberagamaan anak atau justru sebagai penghambat. c) Faktor individu Individu adalah pemegang kendali untuk menentukan dirinya sendiri. Individu dapat berkembang sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya untuk menentukan sikap terhadap suatu masalah yang dihadapinya atau memaknai sebuah masalah. Manusia dibekali dengan rasa dan kemauan untuk mencari pengetahuan dalam menghadapi hidup ini. Kodrat manusia adalah untuk mengerti fenomena alam ini dan mengerti apa maksud dari semua yang ada di bumi dengan mencari jati diri. d) Faktor sarana dan prasarana Sarana dan prasarana akan sangat mempengaruhi sikap keberagamaan anak. Anak yang tersedia cukup sarana dalam bidang agama, jauh memiliki banyak pengalaman daripada anak yang kekurangan sarana. Anak yang dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup, akan lebih baik atau lebih mudah mengalami internalisasi ajaran agama, daripada anak yang kekurangan.
Dari ke empat faktor diatas faktor keluargalah yang penulis anggap paling dominant mempengaruhi keberagamaan seseorang. Karena dalam lingkungan ini lah anak belajar dan mendapat pengetahuan tentang agama untuk pertama kali jadi apa yang diajarkan dan ia lihat dalam masa inilah yang akan ia anut dan menjadi dasr untuk ia percayai. Tapi kadang banyak
22
orang tua yang malah kurang begitu perhatian dengan masalah agama ini sehingga anak tidak begitu tertarik untuk belajar agama karena kurangnya dorongan dati orang tua. Karena kurangnya dorongan dan pengetahuan agama yang diterimanya inilah yang kadang menjadi masalah besar saat ia terjun kemasyarakat, karena ia akan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal buruk yang ada disekitarnya. Akan tetapi lingkungan tidak sselalu memberikan efek negative pada anak karena ligkunan yang baik juga akan memberikan efek yang baik. Ditambah lagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang mendukung anak untuk melakukan hal-hal baik pasti anak akan lebih baik.
B. Pengertian Perilaku Menyimpang dan Macamnya
1. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang, berasal perilaku, yang artinya perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat (W.J.S. Purwadarminta, 1982; 553), sedangkan
menyimpang artinya tidak menurut jalan yang betul
(W.J.S. Purwadarminta, 1982; 1125). Jadi perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut M. Gold dan J. Petronio perilakun menyimpang juga didevinisikan sebagai kenakalan anak yaitu kegiatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang (Dr. Sarlito Wirawan, 1997; 196) Masa remaja adalah usia yang niscaya dilewati oleh setiap orang dewasa. Masa ini akan menguji setiap orang bahwa tidak selamanya hidup dilewati dengan perjalanan yang mulus dan lurus. Mungkin si pejalan yang remaja itu tahu lurusnya jalan. Namun, menjalani tidak semudah hanya mengetahui, seorang pedayung yang hendak menuju suatu pulau mungkin tahu arah jalannya dan mungkin tahu ada badai di depan, tapi tidak semua pedayung bisa melewati badai dan sampai pada tempat yang dituju. Masa
23
remaja adalah masa yang penuh badai dan tidak semua orang bisa lolos melewati masa-masa itu.
Sikap seorang remaja yang otoritas dan
cenderung bersikap dependen. Remaja akan banyak diterpa oleh otoritasotoritas lain yang mampu memengaruhi sikapnya. Independensi didapat melalui penghargaan atas otoritas orang tua, teman sebaya, guru maupun orang yang dituakan. Dalam masa ini keadaan jiwa anak juga cenderung labil sehingga mudah dipengaruhi oleh rangsang emosi di luar dirinya. Remaja akan terdorong bertindak agresif hanya dengan dipanas-panasi oleh teman sepermainannya dan mempunyai keinginan untuk diakui dalam lingkunganya. Kebutuhan untuk diakui bisa menjerat remaja pada tindakan yang dilarang oleh norma. Dengan kata lain, remaja bisa saja melakukan tindakan yang melanggar norma asal dirinya bisa diakui oleh orang lain. Hal diatas memungkinkan remaja terantuk pada posisi oleng dan melakukan berbagai perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada di masyarakat.
2. Kriteria dan Ciri-ciri Perilaku Menyimpang Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. a) Kriteria Perilaku Menyimpang Dalam banyak hal perilaku menyimpang memang sangat sulit didefinisikan, tapi dalam hal ini penulis akan mencoba menyusun beberapa criteria. Menurut M. Gold dan J. Petronio perilaku menyimpang (kenakalan) adalah suatu kegiatan atau tindakan yang
24
dilakukan oleh seseorang yang belum dewasayang sengaja melanggar hukumdan orang itu sadar bahwa perbuatan itu melanggar hukum dan ia bisa dikenakan sangsi atas perbuatanya itu (Dr. Sarlitto Wirawan, 1997; 196). Berdasarkan pengertian diatas penulis mendapatkan kriteria penyimpangan adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang secara sadar yang melanggar hukum atau norma-norma yang ada dalam masarakat. b) Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang Menurut arti bahasa yang termuat dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diterjemahkan sebagai tingkah
laku,
perbuatan,
atau
tanggapan
seseorang
terhadap
lingkungan yang mengacu pada norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang terjadi karena seseorang telah mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi patokan baku, berupa produk hukum baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku di tengah masyarakat. Sehingga perilaku itu sering diidentikkan dengan istilah-istilah negatif, yang notabene dianggap kontraproduktif dengan aturan yang sudah ditetapkan atau terdapat di dalam normanorma maupun hukum Agama dan Negara. Disini perilaku menyimpang yang akan penulis teliti memiliki ciri sebagai berikut : Tindakan atau perilaku yang melanggar hukum seperti mabukmabukan, penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan mencuri. Tindakan atau perilaku yang dapat merugikan orang lain seperti malak atau meminta uang dengan memaksa pada orang lain dan mencopet. Tindakan atau perilaku yang mengganggu ketertiban lingkungan seperti tawuran dan mabuk-mabukan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang. Jika ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus
25
telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah tebagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor diri sendiri (Dr. Sarlito Wirawan, 1997; 199). a) Faktor Lingkungan Dalam hal ini lingkungan mempunyai andil terbesar dalam mempengaruhi dan menentukan pola prilaku seseorang. Dalam factor ini ada beberapa hal lagi yang ada didalamnya antara lain : Keluarga, keluarga yang menjadi lingkungan pertama ini sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku anak. Karena kebanyakan waktu anak berada dalam keluarga, tapi kadang orang tua malah mmengabaikan ini karena cenderung mengutamakan pekerjaan dan juga kadang perceraian orang tua yang menyebabkan anak menjadi kurang perhatian lantas melakuakan penyimpangan-penyimpangan dengan maksud untuk mendapatkan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan. Kebutuhan Nutrisi, nutrisi adalah asupan pertama yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dengan asupan nutrisi yang pasti akan berakibat pada kualitas kegiatan yang ia jalani. Ekonomi, keadaan ekonomi seseorang kadang membuat orang melakukan suatu penyimpangan. Dalam hal ini terutama orang yang dalam kondisi kekurangan dan juga tidak mempunyai landasan agama yang kuat akan lebih cenderung melakukan hal apa saja untuk memenuhi kebutuhanya walau mungkin itu melanggar aturan (menyipang). Kondisi sekitar, kondisi sekitar yang kadang kurang kondusif atau kepadatan jumlah penduduk yang malah justru mendukung orang untuk melakukan penyimpangan inilah yang kadang membuat orang menjadi terbawa arus. Sekolah, sekolah yang ditunjuk sebagai salah satu lembaga yang membentuk pribadi-pribadi yang baik malah kadang justru menjadi
26
wadah untuk anak terpengaruh temanya melakukan penyimpanganpenyimpangan. Hal ini karena kadan pemilihan metode pengajaran dan kurikulum yang kadang membosankan sehingga tidak menarik minat siswa untuk mendalami suatu ilmu. b) Faktor Pribadi Faktor pribadi ini adalah factor yang ada atau berasal dari dalam diri seseorang factor ini terbagi menjadi beberapa antara lain : Watak, watak merupakan sifat seseorang yang cenderung ada dalam diri seseorang. Seseorang yang berwatak atau tempramen rendah kadang lebih cenderung pemarah dan kadang ia menjadi gampang tersinggung lantas melekukan hal-hal yang menyipang. Kondisi tubuh, yang dimaksud dengan kondisi tubuh disini adalah keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain serta yang kadang membuat ia lebih menonjol dari yang lain serta kurangnya pemahaman dan penjelasan dari orang tuanya jadi kadang ia memanfaatkan itu untuk kegiatan-kegiatan yang menyimpang.
Penyesuaian diri, penyesuaian diri yang dimaksud disini adalah bagaimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan kadang seseorang itu cenderung membuat orang menjadi mudah terbawa arus dan suasana.
4. Indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan. Membahas perilaku menyimpang tidak akan ada habisnya. Karena banyak definisi dan arti dari perilaku menyimpang itu. Perilaku menyimpang dalam masyarat sangatlah erat kaitanya dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada dalam masyarakat tempat dimana seseorang berada, karena setiap daerah pasti memiliki aturan dan juga norma yang berbeda dari daerah lain. Tapi disini penulis mengutip definisi perilaku menyimpang menurut Dr. Sarlito Wirawan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara sadar yang perbuatan itu melanggar norma-norma dan
27
aturan yang ada (1997; 197). Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat. Dalam kasus ini penyimppangan pada anak jalanan lebih cenderung karena seseorang (indifidu) yang mudah terpengaruh lingkunganya, kenapa penulis menyebutkan lingkungan karena pada dasarnya lingkungan tempat dimana anak-anak jalanan ini tinggal atau bermukim adalah lingkungan yang sangat kurang mendukung ditambah lagi banyaknya permasalahan dan problematika yang dialami oleh anak jalanan dan juga kurangnya pemahaman dan tingkat pengetahuan agama sehingga mendorong mereka untuk semaunya dan sebisa mungkin bebas dari masalah mereka
Dalam hal ini bentuk
penyimpangan yang sering dilakukan adalah secara kelompok (bersama) dengan teman teman mereka. Bentuk penyimpangan ini dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok, walau mungkin hal itu melanggar norma-norma dan aturan yang ada. Dari sini penulis mencoba untuk menjabarkan dan membuat indikator perilaku menyimpang pada anak jalanan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorng atau kelompok yang perbuatan itu melanggar norma dan aturan hukum serta merugikan orang lain.
C. Pengaruh Keberagamaan Terhadap Perilaku Menyimpang. Dewasa ini, pembahasan mengenai agama dan pengaruh-pengaruhnya yang signifikan terhadap berbagai sisi kehidupan, merupakan sebuah topik yang banyak dibicarakan. Meskipun terdapat berbagai gambaran dan deskripsi mengenai agama. Kehadiran agama dalam berbagai bidang, seperti politik, sosial, dan kemasyarakatan semakin hari semakin meluas, sehingga agama
28
menjadi pusat perhatian banyak pihak. Hal ini terjadi karena banyaknya orang yang beranggapan bahwa aktivitas keagamaan memberikan nilai positif dalam menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiwa manusia. Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau depresi dalam jiwa manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan manusia dengan sahabatnya. Penulis juga beranggapan bahwa Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat yang ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual sesebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga membangun dan membina jiwa yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Lebih daripada itu agama adalah cara hidup. Agama memberi jawapan kepada pertanyaan abadi kehidupan pertanyaan tersebut adalah darimanakah asal-usul manusia dan kemanakah mereka akan pergi dan apakah arti kehidupan ini. Itulah salah satu fungsi dari agama yaitu memberikan jawapan kepada persoalan yang belum tentu bisa dijelaskan secara nalar. Bahkan agama juga menyediakan jalan bagaimana manusia harus hidup agar mereka tidak sia-sia dan sesat. Selain mambangun insan yang bermoral agama juga membangun budi pekerti yang luhur, karena itu agama tidak sepatutnya dipisahkan dari politik dan kemasyarakatan. Manusia sebagai khalifah berfungsi untuk memastikan hukum Syari’at Allah berlaku di bumi ini. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa nabi sendiri membangun sebuah negara dan mengatur sistem kemasyarakatan. Bahkan sebenarnya Islam tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
tanpa
tegaknya
negara
Islam
yang
bertanggungjawab
melaksanakan Syari’at Allah. Hal lain yang penulis anggap menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang datng dari dalam. Tantangan dari dalam berufa dorongan hawa nafsu dan
29
bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan manausia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarka biaya, tenaga, dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Bagi manusia yang beriman dan menyakini bahwa dengan berserah diri dan bersandar kepada Tuhan, dia akan mampu menghadapi berbagai kondisi kehidupan yang datang tak terduga. Orang yang tawakal kepada Tuhan, selain menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah adalah faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Tuhan akan memberikan kepercayaan diri kepada manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusan. Manusia-manusia besar dan pembuat sejarah seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw, adalah teladan bagi manusia dalam masalah ketawakalan kepada Tuhan. Agama juga mengajarkan pada pemeluknya untuk senantiasa melakukan muhasabah atau instospeksi diri. Islam menganjurkan umatnya agar setiap hari, menjelang tidur, mereka melakukan instrospeksi atau menilai sendiri segala perilaku dan perbuatan yang dilakukannya sepanjang hari. Introspeksi diri akan membantu manusia menemukan titik kelemahan atau kekurangan dalam dirinya, serta menemukan titik kelebihan yang dimilikinya. Manusia yang mengetahui dengan benar letak keburukan yang dimilikinya, akan mudah menemukan jalan untuk menghilangkan keburukan itu dan berakibat ia akan menjadi berpikir lagi bila melakukan dosa karena ia takut akan tuhan. Kecenderungan kepada materialisme dan kehidupan serba mesin telah menimbulkan tekanan pada jiwa manusia. Itulah sebabnya, manusia dalam kondisi seperti itu akan berada dalam tekanan mental dan depresi, yang lamakelamaan akan berkembang menjadi penyakit kejiwaan yang serius. Dengan melakukan berbagai aktivitas keagamaan, seperti datang ke rumah ibadah. Manusia juga akan membuka lingkungan sosialnya sehingga kepribadiannya
30
pun akan semakin berkembang. Selain itu, aturan-aturan agama juga akan memberi pengaruh pada perilaku manusia dan memberikan keselamatan jasmani, ruhani, dan keseimbangan jiwa dan juga memberikan nilai positif dalam menunjukkan arah kehidupan seorang manusia. Sikap-sikap keagamaan seperti ibadah dan tawakal, akan memunculkan harapan dan pandangan positif terhadap kehidupan, serta memberikan ketenangan kepada jiwa manusia. Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan segala aspek kehidupan manusia berada di bawah kekuasaan Tuhan, akan mengurangi rasa tertekan atau depresi dalam jiwa manusia. Secara umum, manusia yang beriman akan memiliki hubungan erat dengan Tuhannya, sebagaimana eratnya hubungan manusia dengan sahabatnya. Seperti halnya terdapat pada surat al ankabuut ayat 45 berikut ini :
Artinya :Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Depag RI, Al-qur’an dan terjemahanya; 635) Dari uaraian tersebut kita dapat melihat bahwa ternyata agama jika dipahami dan diamalkan dengan sungguh-sungguh kita yang beriman menyakini bahwa dengan berserah diri dan bersandar kepada Allah, kita akan mampu menghadapi berbagai kondisi kehidupan yang datang tak terduga. Orang yang tawakal kepada Allah, selain menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuannya, juga mempercayai bahwa pertolongan Allah adalah
31
faktor penting dalam tercapainya sebuah tujuan. Tawakal kepada Allah akan memberikan kepercayaan diri kepada manusia dan menumbuhkan keberanian untuk mengambil keputusansehingga kelak ia tidak menyesal dan tidak mersa dirugikan dengan keputusan itu, Karena agamaselalu memberikan pengaruh yang positif bagi pemeluknya. Agama juga memberikan kesan yang positif dalam kehidupan manusia, hubungannya dengan sesama manusia dan hubungannya dengan Allah akan semakin erat. Ini dapat dibuktikan dengan kehidupan seorang yang beragama akan lebih tenang dan bahagia dibanding dengan orang tidak beragama. Seorang yang beragama tahu akan kebahagiaan sebenar yang jauh dari materialistic, ia selalu merasa adanya perlindungan dan rahmat Allah.
32
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kota Salatiga, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada di jalan negara yang menghubungan SemarangSurakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Berada di lereng timur Gunung Merbabu, membuat kota ini berudara cukup sejuk. Ada beberapa sumber sejarah Kota Salatiga, yaitu sebagaai berikut: a. Cerita Rakyat Sumber cerita rakyat biasanya disampaikan secara lisan (oral reorces), dari mulut ke mulut. Karena sifatnya yang dimiliki, maka ada kemungkinan adanya pengurangan dan penambahan disana sini. Sehingga sering muncul beberapa versi yang merepotkan dalam menganalisa (Tim Penyusun-Peneliti Hari Jadi Kota Salatiga, 1995: 64). Dalam hal cerita rakyat yang berkaitan dengan Hari Jadi Kota Salatiga, diambil cerita mengenai perjalanan Ki Ageng Pandanaran bersama istrinya menuju Gunung Jabalkat, yang dalam perjalanan Nyi Ageng dirampok oleh dua orang. Namun ada beberapa hal lemah bila dihubungkan dengan hari jadi Kota Salatiga. Ada anggapan bahwa cerita rakyat dapat direkayasa berdasarkan kenyataan yang benar-benar ada. Namun, karena penyampaiannya dilakukan secara lisan dan cenderung bersifat fiksi.
33
Cerita rakyat biasanya tidak mencantumkan angka tahun secara jelas. Sekalipun menunjukkan kelemahan, tapi sedikit banyak dapat memberikan gambaran masa lampau. Jika kisah KI Ageng Pandanaran benar-benar terjadi, yakni terdapat tiga orang bersalah (dua penyamun dan Nyi Ageng Pandanaran), yang kemudian berubah menjadi Salatiga, mengapa data tertulis tidak jelas mengenai tempat terjadinya. Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa menentukn Hari Jadi Kota Salatiga dengan berpangkal dari cerita rakyat adalah kurang ilmiah, apalagi sama sekali tidak menyebutkan angka tahun (Tim Penyusun-Peneliti Hari Jadi Kota Salatiga, 1995: 65). b. Staads Gemeente Sumber tertulis seperti arsip dan surat keputusan Staads Gemeente Solotigo merupakan sumber yang dapat dipercaya. Apalagi secara jelas menunjukkan lokasi dan batas-batas yang jelas serta status pemerintahan yang jelas. Juga secara gamblang disebutkan angka tahun terjadinya. Dengan demikian, secara konkret baik secara de fakto maupun de yure dapat dipertanggung jawabkan. Namun, menelusuri hari jadi suatu daerah tidak cukup berkiblat kepada bentuk-bentuk pemerintahan yang diwariskan oleh Hindia Belanda. Sebab hal ini akan mengurangi rasa kesadaran nasional dan kebanggaan sendiri. Bila dihadapkan kepada pertimbangan tersebut, maka sumber sejarah berupa Stadsblad ini mengandung bermacammacam kekurangan, yaitu: Penetapan
Staads
diperuntukkan
Gemeente
untuk
Solotigo
kesejahteraan
dan
ternyata
tidak
kemakmuran
masyarakat Salatiga. Lebih dari itu, hubungan yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah adalah hubungan yang
34
terjadi antara penguasa imperalisme-kolonialisme (penjajah) dan yang dikuasai (terjajah) atau pribumi. Pemunculan Salatiga sebagai Staads Gemeente Solotigo ditetapkan pada tanggal 1 Juli 1917. Usia itu bila diukur dari perjalanan sejarah masyarakat Salatiga tentu masih sangat muda. Sebab sebelum itu, jauh sebelumnya Salatiga sudah berkembang sebagai perkampungan atau permukiman kuno yang cukup maju.
Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat disimpulkan, bila hari penetapan Staads Gemeente Solotigo dijadikan penetapan Hari Jadi Kota Salatiga sudah barang tentu mengandung banyak kelemahan, karena sumber sejarah itu masih terlalu muda. Padahal pertimbangan yang paling kuat untuk menentukan Hari Jadi suatu kota hendaknya dicari sumber sejarah yang setua mungkin. Dipihak lain, Staads Gemeente Solotigo merupakan kota yang dibangun oleh Pemerintahan Hindia Belanda atau penjajah. Dengan demikian, kalau diterima Staads Gemeente Solotigo sebagai dasar lahirnya atau hari jadinya Salatiga, itu sependapat dengan konsepsi penjajah. Hal itu berarti pula bahwa legitimasi penjajah kita warisi sebagai yang benar. Tentu saja pandangan yang demikian sangat tidak nasionalis, dan ini dapat menyebabkan degradasi wawasan kebangsaan. Lebih-lebih hal itu tidak sesuai dangan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 (Tim PenyusunPeneliti Hari Jadi Kota Salatiga, 1995; 65). c. Prasasti Plumpungan Prasasti merupakan salah satu sumber sejarah yang terpenting karena merupakan dokumen tertulis yang orisinil. Disamping itu, prasasti adalah sumber tertulis tertua yang paling otentik. Prasasti adalah tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian. Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis
35
dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170cm, lebar 160cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Berdasar prasasti di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan perdikan. Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan
sekitarnya.
Menurut
sejarahnya,
di
dalam
Prasasti
Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya,
penetapan
ketentuan
Prasasti
Plumpungan
ini
merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini. Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti Plumpungan dilakukan oleh seorang citralekha (penulis) disertai para pendeta (resi). Raja Bhanu yang disebutsebut dalam prasasti tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya. Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam Bahasa Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Dengan demikian, pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada
36
desa-desa
yang
benar-benar
berjasa
kepada
raja.
Untuk
mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: "Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi. Setelah diketahui penghitungan tarikh prasasti Hampran (Plumpungan) yang sangat tua itu berasal dari tahun 750 M. jelasnya hari Jumat (Sukra) tanggal 24 Juli 750 M. Jadi, Salatiga secara tegas telah menjadi daerah merdeka sejak tanggal 24 Juli 750 M. pernyataan akan waktu merdeka itu nampak secara eksplisit dari sebagian isi prasasti Plumpungan. Tentu saja peristiwa ini merupakan kebanggaan masyarakat setempat (local of social pride) pada waktu itu. Kebanggaan muncul karena adanya kebebasan itu sendiri. Nilai kebanggaan inilah yang harus diagungkan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas, sehingga mereka merasa diikut sertakan dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya. Hal yang lebih penting, penetapan Hari Jadi Kota Salatiga berdasarkan
prasasti
Plumpungan,
menunjukkan
wawasan
Indonesia sentries dan wawasan ini dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara sendiri. Disamping itu, sumber sejarah prasasti Plumpungan merupakan sumber tertulis tertua dan yang pertama mengisahkan Salatiga. Disisi lain, yang paling mendasar, prasasti Plumpungan telah menyebutkan unsur tanggal, bulan dan tahun secara tegas (Tim Penyusun-Peneliti Hari Jadi Kota Salatiga, 1995: 68).
2. Keadaan Geografis Salatiga terletak di ketinggian 750-850 mdpl, dan terletak di lereng timur Gunung Merbabu yang membuat daerah Salatiga menjadi lebih sejuk. Pemandangan Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan Gunung
37
Merbabu yang indah membuat Salatiga menjadi daerah yang indah dan spektakuler. Seluruh Wilayah Salatiga dibatasi oleh Kabupaten Semarang. Gambaran umum Kota Salatiga dari letak geografi sebagai berikut: Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, yang dibatasi oleh beberapa desa di Kabupaten Semarang, antara lain: 1) Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pejaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu dan Desa Agung). 2) Sebelah Timur : Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-Ujung, Desa Sukoharjo dan Desa Glawan) dan Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa Nyamat) 3) Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang Duren) 4) Sebelah Barat : Kecamatan Getasan (Desa Polobogo) dan Kecamatan Tuntang
(Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan Desa
Gendongan).
Selain itu, Kota Salatiga dilalui jalan Arteri Primer (Nasional) Solo-Semarang, berjarak + 54 Km ke Kota Semarang Selatan, untuk itu Salatiga sebagai Kota Transit. Sedangkan letak geografis Kota Salatiga antara 110o 27’ – 110o 32’ BT dan 007o 17’ – 007o 17’23” LS. Secara morfologi Wilayah Kota Salatiga berhawa sejuk karena berada di pedalaman kaki Gunung Merbabu, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Telomoyo dan Gunung Payung Rong (Bapeda Kota Salatiga, 2006; 1). Wilayah Kota Salatiga terdiri dari empat Kecamatan (Bapeda Kota Salatiga, 2006; 2) yaitu : 1. Kecamatan Sidorejo 2. Kecamatan Tingkir
38
3. Kecamatan Argomulyo 4. Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga mempunyai luas wilayah sebesar 5.678,11 ha. Terdiri dari wilayah terbangun 2604,46 ha atau 45,85 %, Wilayah belum terbangun seluas 3005,68 ha atau seluas 52,95 % dan penggunaan lain-lain seluas 67,97 ha atau 1,20 % (Bapeda Kota Salatiga, 2006; 4).
3. Keadaan Sosial Ekonomi Perekonomian di suatu daerah ditentukan oleh perputaran roda perekonomian dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang dapat mengelola keuangan suatu daerah maka perekonomian dapat berkembang dengan baik. Di Salatiga terdapat berbagai sektor sebagai sumber perekonomian masyarakat (Bapeda Kota Salatiga, 2006; 104), yaitu sebagai berikut:
Sektor pertanian
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Indistri
Sektor Listrik, Gas dan Air
Sektor Konstruksi
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Jasa-Jasa
B. PENYAJIAN DATA Data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini adalah data tentang perilaku keagamaan anak jalanan di Kota Salatiga. Untuk itu penulis mendistribusikan angket dan observasi langsung dengan populasi sebanyak 85 orang dengan mengambil sample sebanyak 30 orang. Angket ini diberi 20 pertanyaan dengan variable di atas
39
dengan alternatif pilihan jawaban a, b, c dan d. untuk lebih jelasnya penulis paparkan sejumlah data yang dibutuhkan dalam proses analisis.
TABEL I DATA NAMA RESPONDEN
No
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Agama
Pekerjaan
Tempat Mangkal
1.
Miftah
18
SMP
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
2
Danang
19
SMA
Islam
Pengamen
Depan UKSW
3
Supriyanto
16
SMP
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
4
Cahyadi
17
SMP
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
5
Odi
20
SMK
Islam
Pengamen
Terminal Tingkir
6
Budi
15
SD
Islam
Pengamen
Pasar Raya
7
Suratno
17
SMP
Islam
Asongan
Terminal Tingkir
8
Komet
16
SMP
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
9
Yanto
18
SMP
Islam
Pengamen
Pasar Raya
10
Aditya
20
SMP
Islam
Asongan
Terninal Tingkir
11
Doni
19
SMP
Islam
Pengamen
Pasar Raya
12
Indro
17
SMP
Islam
Pengamen
Depan UKSW
13
Suyadi
19
SMP
Islam
Pengamen
Pasar Raya
14
Mulyono
15
SMP
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
15
Agung
18
SMA
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
16
Wahyudi
17
SMP
Islam
Pengamen
Pasar Raya
17
Andre
19
SMA
Islam
Pengamen
Pasar Raya
18
Asep
20
SMK
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
19
Ucup
20
SMA
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
20
Mamet
19
SMA
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
21
Joko
19
SMK
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
22
Triyanto
18
SMP
Islam
Pengamen
Depan UKSW
23
Gito
17
SMP
Islam
Pengamen
Depan UKSW
24
Dodi
19
SMK
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
25
Sulis
20
SMA
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
26
Andi
19
SMA
Islam
Pengamen
Pertigaan Kauman
27
Supriyadi
15
SD
Islam
Pengamen
Pasar Raya
40
28
Azis
14
SD
Islam
Pengamen
Pasar Raya
29
Didit
18
SMP
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
30
Dayat
17
SMP
Islam
Asongan
Terminal Pos Tingkir
TABEL II REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK KEBERAGAMAAN
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
B
A
B
B
B
C
B
B
B
2
A
B
A
C
B
B
B
B
A
B
3
A
C
B
C
C
C
D
C
B
B
4
C
B
A
C
B
B
C
B
B
B
5
C
D
C
C
D
D
D
C
B
B
6
C
A
A
B
B
B
B
B
A
B
7
C
B
A
B
B
B
B
B
A
B
8
B
D
C
C
C
D
D
C
C
B
9
C
B
A
C
B
B
C
B
B
B
10
C
B
A
C
B
B
C
C
A
B
11
C
D
C
C
C
D
D
C
B
B
12
B
D
C
C
D
C
C
C
B
D
13
B
D
C
C
D
C
C
C
C
B
14
C
B
B
C
C
B
C
B
B
B
15
C
A
A
B
B
B
C
C
B
A
16
A
B
B
C
C
C
D
D
B
B
17
A
C
D
C
C
C
D
C
B
C
18
B
C
D
C
C
C
D
C
B
C
19
B
D
D
C
C
C
D
D
B
B
20
B
D
C
D
C
D
D
C
B
D
21
B
C
C
D
C
D
D
C
B
D
22
A
C
C
D
C
D
D
D
C
B
23
A
D
C
D
C
D
D
D
C
B
24
B
C
C
D
C
C
D
C
B
B
25
B
D
C
C
D
C
D
C
B
C
Resp
41
26
B
D
C
C
C
C
D
C
B
C
27
A
B
A
B
B
B
B
B
A
B
28
A
A
A
B
B
B
B
C
A
B
29
B
A
A
C
B
B
B
B
A
B
30
B
A
A
B
A
B
B
B
A
B
TABEL III REKAPITULASI HASIL ANGKET ASPEK PRILAKU MENYIMPANG
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
A
B
B
A
B
A
B
B
B
2
B
A
B
B
A
A
A
B
B
B
3
A
A
C
B
B
A
A
B
B
B
4
A
A
B
B
A
B
A
B
C
C
5
B
A
C
B
B
A
A
C
B
C
6
B
A
B
B
B
B
A
B
B
C
7
A
A
B
B
B
B
A
B
B
C
8
B
A
C
C
B
B
A
C
C
D
9
A
A
B
B
A
B
A
B
C
C
10
A
A
B
B
A
B
A
B
C
C
11
B
A
C
C
B
B
A
C
C
B
12
B
B
B
C
B
B
A
C
D
B
13
B
B
C
C
B
B
A
C
C
D
14
B
A
B
B
B
B
A
B
C
D
15
B
A
B
B
B
B
A
B
B
C
16
B
A
B
B
A
A
A
B
B
A
17
B
A
B
C
B
A
A
C
C
B
18
B
B
C
C
B
A
A
C
C
B
19
B
B
B
C
B
B
A
C
C
B
20
B
A
C
C
C
B
A
C
C
C
21
B
B
B
C
C
B
A
C
C
D
22
B
B
B
C
C
B
A
D
C
C
23
B
A
C
C
B
B
A
D
D
B
Resp
42
24
B
A
C
C
C
A
A
D
D
B
25
B
A
C
C
C
A
A
C
D
D
26
B
B
C
B
B
A
A
C
C
D
27
A
A
B
B
A
A
A
B
B
A
28
A
A
B
B
A
A
A
B
B
A
29
A
A
B
B
A
A
A
B
B
A
30
A
A
B
B
A
A
A
B
B
A
43
BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini penulis bermaksud menganalisa data yang telah diperoleh melalui angket yang merupakan hasil penelitian. Data tersebut akan bermakna dalam menjawab pokok permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan dalam bab terdahulu, yaitu : 1. Bagaimana keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga ? 2. Bagaimana perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga ? 3. Apakah keberagamaan berpengaruh terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga ? Untuk mencapai tujuan tersebut, maka setelah penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dan mengklarifikasikannya, maka penulis melakukan prosentase. Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut.: P
F x 100 % N
Keterangan : P = Populasi individu dengan golongan F = Frekuensi yang di observasi N = Jumlah sample penelitian Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, dan untuk menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan analisa dengan teknik analisa korelasi Product Moment yang ditemukan oleh Karl Pearson adalah:
x N
xy rxy x N
x2
44
y
2
y2
y N
2
Keterangan :
rxy
= Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y
xy = Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y
N
x
= Jumlah skor variabel X
y
= Jumlah skor variabel Y = Jumlah seluruh subjek.
Langkah selanjutnya adalah menyediakan tabel nilai keberagamaan dan perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga, untuk mencari korelasi koefisien kontingensi keberagamaan dan perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga.
A. ANALISIS DESKRIPTIF Analisis ini berisi data mengenai Keberagamaan Anak Jalanan yang diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 20 pertanyaan, dan tiap pertanyaan disediakan 4 (empat) alternative jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : 1. Alternatif jawaban A memiliki nilai 4 2. Alternatif jawaban B memiliki nilai 3 3. Alternatif jawaban C memiliki nilai 2 4. Alternatif jawaban D memiliki nilai 1 Selanjutnya untuk mencari nominal didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh, kemudian diklarifikasi sekaligus dikriteriakan pada Keberagamaan Anak Jalanan dan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama maka penulis sajikan data-data sebagai berikut :
45
TABEL IV DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL KEBERAGAMAAN
No.
Frekuensi
Nilai
Jumlah
Kriteria
0
31
A
2
0
32
A
9
10
1
24
B
4
18
6
0
28
A
C
0
6
8
4
18
C
1
A
12
18
2
0
32
A
7
1
A
8
21
2
0
31
A
0
2
5
C
0
6
10
3
19
C
9.
1
6
3
B
4
18
6
0
28
A
10.
2
4
4
B
8
12
8
0
28
A
11.
0
2
5
C
0
6
10
3
19
C
12.
0
2
5
C
0
6
10
3
19
C
13.
0
2
6
C
0
6
12
2
20
B
14.
0
4
6
B
0
12
12
0
24
C
15.
3
4
3
A
12
12
6
0
30
A
16.
1
4
3
B
4
12
6
2
24
B
17.
1
1
6
C
4
3
12
2
21
B
18.
0
2
6
C
0
6
12
2
20
B
19.
0
3
3
C
0
9
6
4
19
C
20.
0
2
3
C
0
8
6
5
19
C
21.
0
2
4
C
0
6
8
4
18
C
22.
1
1
4
C
4
3
8
4
19
C
23.
1
1
3
C
4
3
6
5
18
C
24.
0
3
5
C
0
9
10
2
21
B
25.
0
2
5
C
0
6
10
3
19
C
26.
0
2
6
C
0
6
12
2
20
B
27.
3
7
0
A
12
21
0
0
33
A
28.
4
5
1
A
16
15
2
0
33
A
29.
3
6
1
A
12
18
2
0
32
A
30.
4
6
0
A
16
18
0
0
34
A
Resp
A
B
C
1.
2
7
1
A
8
21
2
2.
3
6
1
A
12
18
3.
1
3
5
B
4
4.
1
6
3
B
5.
0
2
4
6.
3
6
7.
2
8.
A
B
46
C
D
Berdasarkan nilai hasil perilaku keagamaan anak jalanan diatas, diperoleh nilai tertinggi 34 dan terendah 18, kemudian ditetapkan interval sebagai berikut :
i
i
T
R 3
(34 18) 1 3
1
5.6
Setelah diketahui lebar intervalnya 6 (pembulatan 5,6), maka ditetapkan klasifikasi dalam kategori sebagai berikut : 1. Nominasi A, adalah nilai 29 - 34 intensitas tinggi 2. Nominasi B, adalah nilai 23 - 28 intensitas sedang 3. Nominasi C, adalah nilai 17 – 22 intensitas rendah Kemudian dicari prosentase frekuensi perilaku keberagamaan anak dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
P 1.
F x 100 % N
Untuk kategori tinggi tentang keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 29 – 34 ada 9 Responden. P P
2.
F 100% N 9 100% 30
30%
Untuk kategori sedang tentang keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 23 – 28 ada 6 Responden. P P
F 100% N 6 100% 30
20%
47
3.
Untuk kategori rendah tentang keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 17 – 22 ada 15 Responden. F 100% N 15 100% 30
P P
50%
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: GAMBAR I FREKUENSI DAN PERSENTASE KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA
60
50
40 frekuensi
30
persentase
20
10
0 A
B
C
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga adalah 30% keberagamaan anak baik, 20% untuk keberagamaan sedang, 50% untuk perilaku keberagamaan anak rendah. Untuk lebih jauh melihat jawaban responden dalam kaitannya dengan perilaku keberagamaan anak jalanan, maka disajikan data sebagai berikut :
48
TABEL V DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM VARIABEL KEBERAGAMAAN ANAK JALANAN
No
1
Item soal
Jawaban A
B
C
D
9
12
9
0
5
9
6
10
12
3
12
3
0
7
18
5
1
11
14
4
Sebagai seorang muslim dari siapakah anda pengetahuan tentang agama islam? a. Dari orang tua. b. Dari guru di sekolah. c. Dari guru mengaji. d. Dari teman.
2
Berapa kalikah anda sholat dalam sehari? a. Setiap waktu ( 5 kali) b. Tiga kali sehari. c. Dua kali sehari d. Tidak pernah sama sekali
3
Pada saat apakah anda menjalankan sholat? a. Setiap waktu sholat tiba. b. Saat jumatan. c. Saat lebaran d. Lagi gak punya uang atau dalam musibah.
4
Pada bulan Ramadhan apakah anda melaksanakan ibadah puasa ? a. Puasa penuh 1 bulan. b. Puasa semampunya. c. Puasa tapi tidak penuh (kadangkadang). d. Tidak pernah
5
Apakah pada bulan Ramadhan apakah anda melaksanakan shalat tarawih? a. Setiap malam ramadhan. b. Kadang-kadang.
49
c. Melaksanakan karena ada jaburan (snack) d. Tidak pernah 6
Apakah anda tahu huruf hijaiyah dan bisa membaca Al Qur’an? a. Tahu dan bisa membaca. b. Bisa membaca tapi kurang lancar.
0
13
10
7
0
7
8
15
0
10
16
4
0
18
4
8
1
22
4
3
c. Tahu hurufnya saja. d. Tidak tahu dan tidak bisa. 7
Apakah anda sering membaca al Qur’an ? a. Hampir tiap malam. b. Kadang-kadang. c. Kalau ikut pengajian. d. Tidak pernah sama sekali.
8
Jika kamu melakukan kesalahan atau dosa apa yang kamu lakukan? a.Instropeksi diri dan memohon ampun kepada Allah. b. Instropeksi dan berjanji tidak mengulanginya. c. Biasa saja. d. Biasa saja yang penting senang.
9
Jika kamu sedang dalam masalah apakah yang kamu lakukan? a. Berdoa pada tuhan dan berusaha mencari solusinya. b. Berusaha sendiri. c. Minta bantuan teman untuk menyelesaikanya.. d. Dibuat minum sampai mabuk aja biar lupa.
10
Apakah anda bersikap baik kepada sesama teman? a. Pada semua orang. b. Kalau dia baik. c. Hanya pada teman se gank saya. d. Biasa saja.
50
Selanjutnya untuk mencari nominal didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh, kemudian diklarifikasi sekaligus dikriteriakan pada Perilaku Menyimpang Anak Jalanan dan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua maka penulis sajikan data-data sebagai berikut :
TABEL VI DATA FREKUENSI JAWABAN VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG No
Frekuensi
Nilai
Jumlah
Kriteria
Resp
A
B
C
D
A
B
C
D
1.
3
7
0
0
12
21
0
0
33
A
2.
4
6
0
0
16
19
0
0
35
A
3.
4
5
1
0
16
15
2
0
33
A
4.
4
4
2
0
16
12
4
0
32
A
5.
3
4
3
0
12
12
6
0
30
B
6.
2
7
1
0
8
21
2
0
31
B
7.
3
6
1
0
12
18
2
0
32
A
8.
2
3
4
1
8
9
8
1
26
C
9.
4
4
2
0
16
12
4
0
32
A
10.
4
0
16
12
4
0
32
A
11.
2
4
4
0
8
12
8
0
28
B
12.
1
6
2
1
4
18
4
1
27
B
13.
1
4
4
1
4
12
8
1
25
C
14.
2
6
1
1
8
18
2
1
29
B
15.
2
7
1
0
8
21
2
0
31
B
16.
5
5
0
0
20
15
0
0
35
A
17.
3
4
3
0
12
12
6
0
30
B
18.
2
4
4
0
8
12
8
0
28
B
19.
1
6
3
0
4
18
6
0
28
B
20.
2
2
6
0
8
6
12
0
26
C
21.
1
4
4
1
4
12
8
1
25
C
22.
1
4
4
1
4
12
8
1
25
C
23.
2
4
2
2
8
12
4
2
26
C
24.
3
2
3
2
12
6
6
2
26
C
4
2
51
25.
3
1
4
2
12
3
8
2
25
C
26.
2
4
3
1
8
8
6
1
23
C
27.
6
4
0
0
24
12
0
0
36
A
28.
6
4
0
0
24
12
0
0
36
A
29.
6
4
0
0
24
12
0
0
36
A
30.
6
4
0
0
24
12
0
0
36
A
Berdasarkan nilai hasil perilaku keagamaan anak jalanan diatas, diperoleh nilai tertinggi 36 dan terendah 23, kemudian ditetapkan interval sebagai berikut : i i
T
R 3
1
(36 23) 1 3
4,67
5
Setelah diketahui lebar intervalnya 5 (pembulatan dari 4,67) maka ditetapkan klasifikasi dalam kategori sebagai berikut : 1. Nominasi A, adalah nilai 32 - 36 intensitas rendah 2. Nominasi B, adalah nilai 27 - 31 intensitas sedang 3. Nominasi C, adalah nilai 22 – 26 intensitas tinggi Kemudian dicari prosentase frekuensi perilaku menyimpang anak dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
P
F x 100 % N
1. Untuk kategori rendah tentang perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 32 - 36 ada 12 Responden.
F 100% N 12 P 100% 40% 30 P
52
2. Untuk kategori sedang tentang perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 27 - 31 ada 9 Responden.
F 100% N 9 100% 30
P P
30%
3. Untuk kategori tinggi tentang perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga antara skor 22 - 26 ada 9 Responden.
F 100% N 9 100% 30% 30
P P
Untuk lebih jelasnya penulis sampaikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
GAMBAR II FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA
DIAGRAM FREKUENSI PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN DI KOTA SALATIGA 45 40 35
FREKUENSI
30 25
FREKUENSI PROSENTASE
20 15 10 5 0 A
B KRITERIA
53
C
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga adalah 40% perilaku menyimpang anak rendah, 30% untuk perilaku menyimpang sedang, 30% untuk perilaku menyimpang anak tinggi. Untuk lebih jauh melihat jawaban responden dalam kaitannya dengan perilaku menyimpang anak jalanan, maka disajikan data sebagai berikut :
TABEL VII DATA FREKUENSI JAWABAN ANGKET PER ITEM VARIABEL PERILAKU MENYIMPANG ANAK JALANAN
No
1
2
Item soal
Jawaban A
B
C
D
13
17
0
0
0
17
13
0
0
12
14
4
7
0
Apakah anda pernah menkonsumsi narkoba? a.
Tidak pernah.
b.
Kalau sedang ingin.
c.
Kalau sedang berkumpul dengan teman.
d.
Saya sudah kecanduan
Apakah anda pernah dan sering minum-minuman keras? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang ingin. c. Kalau sedang berkumpul dengan teman. d. Setiap hari.
3
Apakah anda pernah melakukan hubungan seks? a. Tidak pernah b. Kalau sama pacar. c. Kalau ada teman ngajak. d. Setiap ada kesempatan.
4
Apakah anda pernah mencuri? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya. c. Kalau ada kesempatan. d. Sering
54
23
0
5
Apakah anda pernah mencuri mencopet? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya. c. Kalau ada kesempatan.
10
15
5
0
30
0
9
21
0
0
5
10
9
6
0
19
11
0
3
15
12
0
d. Sering. 6
Apakah anda pernah melakukan pemalakan? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya.
0
0
c. Kalau ada kesempatan. d. Sering. 7
Apa anda pernah terlibat perkelahian atau tawuran? a. Tidak pernah. b. Jika ada yang nantangin. c. Jika diajak teman. d. Sering.
8
Pernahkah anda mengganggu orang yang lewat atau berada disekitar anda? a. Tidak pernah. b. Ya, kalau sedang tidak ada pekerjaan. c. Kalau diajak teman. d. Sering.
9
Pernahkah anda berkata kasar pada orang lain? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang emosi. c. Kalau dia kasar d. Sering.
10
Apa anda menghindar ketika keluarga datang menemui anda dan meminta anda pulang? a. Biasa saja. b. Langsung pergi menghindar. c. Memarahi mereka. d. marah dan langsung mengusir mereka.
55
B. Pengujian Hipotesis Pada bagian ini penulis bermaksud menjawab rumusan masalah yang ketiga dan sekaligus menguji hipotesa yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan analisa dengan teknik analisa korelasi produk moment, yaitu :
x N
xy rxy x N
x2
y
2
y2
y N
2
Keterangan :
rxy
= Koefisien korelasi Product Moment Variabel X dan Y
xy = Jumlah perkalian antara skor variabel X dan skor variabel Y
N
x
= Jumlah skor variabel X
y
= Jumlah skor variabel Y = Jumlah seluruh subjek.
Dengan data sebagai berikut : TABEL VIII TABEL UNTUK MENGHITUNG KOEFISIEN KORELASI No. Resp
X
Y
X2
y2
Xy
1.
31
33
961
1089
1023
2.
32
35
1024
1225
1120
3.
24
33
576
1089
792
4.
28
32
784
1024
896
5.
18
30
324
900
540
6.
32
31
1024
961
992
7.
31
32
961
1024
992
8.
19
26
361
676
494
9.
28
32
784
1024
896
10.
28
32
784
1024
896
56
11.
19
28
361
784
532
12.
19
27
361
729
513
13.
20
25
400
625
500
14.
24
29
576
841
406
15.
30
31
900
961
930
16.
24
35
576
1225
840
17.
21
30
441
900
630
18.
20
28
400
784
560
19.
19
28
361
784
532
20.
19
26
361
676
494
21.
18
25
324
625
450
22.
19
25
361
625
475
23.
18
26
324
676
468
24.
21
26
441
676
546
25.
19
25
361
625
475
26.
20
23
400
529
460
27.
33
36
1089
1296
1188
28.
33
36
1089
1296
1188
29.
32
36
1024
1296
1152
30.
34
36
1156
1296
1224
JUMLAH
733
18889
27285
22204
897
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
rxy
733 897 30 537289 804609 18889 27285 30 30
rxy
22204 21916.7 {18889 17909.63}{27285 26820.3}
rxy
287.3 {979.37}{464.7}
22204
rxy
287.3 674.62
0.425
57
586.3 455113.23
C. PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai r = 0,425. Dengan nilai r yang diperoleh, selanjutnya akan dilakukan pengetesan apakah nilai r tersebut signifikan atau tidak atas dasar taraf signifikasi 5%. Jumlah subyek atau N yang diselidiki ada 30. Dengan melihat N = 30 dalam kolom N dan membacanya ke kanan dalam kolom taraf signifikasi 5% dalam tabel r (Sutrisno hadi, 2000; 359) akan kita temukan bilangan 0.361. Bilangan tersebut menunjukan bilangan batas signifikasi. Oleh karena nilai r yang kita peroleh berada di atas batas signifikasinya, maka nilai r yang kita peroleh tersebut dinyatakan signifikan. Dengan demikian hipotesis yang penulis buat diterima yang artinya ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya dan sebaliknya. analisa data diatas, Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah perilaku keberagamaan anak jalanan di Kota Salatiga masih sangat kurang dan ditambah lagi yang diakibatkan lingkungan serta pergaulan yang kurang mendukung sehingga berakibat pada perilaku mereka.
58
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dijabarkan
pada
bab-bab
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku keberagamaan anak jalanan dikota salatiga yang telah dijabarkan dengan variable-variabel pada bab sebelumnya maka penulis menilai bahwa keberagamaan anak jalanan di kota salatiga sangat beragam terdiri dari 40% keberagamaan anak baik, 23,33% untuk keberagamaan sedang, 36,67% untuk perilaku keberagamaan anak rendah. 2. Perilaku menyimpang anak jalanan di Kota Salatiga yang telah dijabarkan dengan variable-variabel pada bab sebelumnya maka penulis menilai bahwa perilaku menyimpang anak jalanan di kota salatiga sangat beragam terdiri dari40% perilaku menyimpang anak rendah, 30% untuk perilaku menyimpang sedang, 30% untuk perilaku menyimpang anak tinggi. 3. Dari hasil penelitian yang dianalisis secara statistik, diperoleh hasil akhir yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara keberagamaan terhadap perilaku menyimpang anak jalanan di kota Salatiga. Dengan kata lain semakin baik keberagamaanya semakin baik pula perilakunya sehingga bisa dikatakan semakin baik keberagamaanya semakin rendah pula tingkat perilaku menyimpangnya.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua Orang tua, dalam hal ini adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap hitam putihnya kepribadian anak, harus dapat memberikan
59
bekal nilai, ajaran dan pengetahuan tentang agama yang cukup kepada anak, sehingga anak dapat menjalani hidupnya dengan keteguhan yang kokoh dalam menghadapi cobaan hidup di masa depannya. Keterbatasan atau kekurangan ekonomi keluarga tidak boleh menjadi alasan utama anak tidak dapat mengakses pendidikan, baik pengetahuan umum atau agama, karena hal itu merupakan hak mendasar yang harus didapatkan oleh anak. Orang tua juga tidak boleh lupa bahwa dirinya adalah panutan bagi anaknya, sehingga apa yang dilakukan sehari-hari orang tua menjadi salah satu referensi anak dalam perilakunya dan akan menjadi dasar dalam ia berperilaku jadi sebaiknya sebagai orang tua harus hati-hati dalam mendidik dan mengasuh anak agar kelak tidak ada penyesalan dikemudian hari. 2. Bagi Masyarakat Masyarakat, khususnya warga Kota Salatiga, sebagai keluarga kedua bagi anak, sudah seharusnya dapat memberikan binaan dan perhatian yang lebih kepada masalah yang dihadapi anak jalanan. Karena kadang ada sikap acuh tak acuh dan pandangan yang buruk masyarakat kepada anak jalanan, yang justru hanya memojokkan anak jalanan dan kadang malah membuat ia menjadi berperilaku tidak semestinya karena ia telah dipandang buruk oleh masyarakat. Sebagai hamba Allah yang baik sudah seharusnya kita menghilangkan atau minimal dapat mengurangi prasangka atau anggapan buruk kita terhadap anak jalanan. Masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam upaya pemberdayaan anak jalanan dengan jalan mendukung, baik moral maupun material kepada lembaga – lembaga yang mempunyai perhatian kepada anak jalanan, seperti LSM STUDENT COMUNITY, yang memberikan pengarahan dan pendampingan langsung kepada anak jalanan di Kota Salatiga. 3. Bagi Pemerintah Sebagai salah satu institusi yang paling bertanggung jawab kepada masyarakat
dengan
fenomena
60
semakin
banyaknya
anak jalanan,
pemerintah Kota Salatiga harus mempunyai arah kebijakan yang jelas dengan disertai program yang tepat sasaran dalam rangka pemberdayaan anak jalanan.
Dinas Sosial pemerintah Kota Salatiga yang secara
birokratis menangani masalah anak jalanan seharusnya lebih pro aktif dalam pendataan anak jalanan, sebagai salah satu jalan untuk mengkoordinir dan membina sekaligus memberdayakan anak jalanan di Kota Salatiga.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Abdul Aziz. 1991. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta BAPEDA Kota Salatiga. 2006. Profil Daerah kota Salatiga. Cremers Agus. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan Menurut James W Fowler. Jogjakarta: kanisius. Darajat, Zakiyah. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama. ----------------------. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara ----------------------. 1970 Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang ----------------------. 1985. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung Dahlan, Aisyah. 1992. Membina Rumah Tangga Bahagia. Jakarta. Depag RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putera. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. ------------------. 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi. Hermawan, Asep. 2004. Kiat-Kiat Menyusun Skripsi Dan Tesis. Jakarta: Galia Indonesia. Purwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. P.S., Darwanto. 1993. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE. Tim Peneliti-Penyusun Hari Jadi Kota Salatiga. 1995. Hari Jadi Kota Salatiga, Pemkot Salatiga.
62
Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja grafindo persada. Wahyudi
Bambang,
2007,
Perbedaan
dalam
Keberagamaan,
(Online),
(http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bwahyudi/2007/10/08/perbedaandalam-keberagamaan/, diakses 10 Mei 2010)
Tauran. S.Sos, Studi Profil Anak Jalanan Sebagai Upaya Perumusan Model Kebijakan Penanggulangannya, (Online), (http://www.akademik.unsri.ac.id, diakses 14 April 2010) Muhammad Ikbal. S.sos, Macam/Jenis & Pengertian Penyimpangan Sosial, Individual dan Kolektif - Pelajaran Sosiologi IPS, (Online) (http://organisasi.org/macam-jenis-pengertian-penyimpangan-sosialindividual-dan-kolektif-pelajaran-sosiologi-ips, diakses 14 April 2010)
63
Lampiran 1
SUSUNAN ORGANISASI Penasihat
: Stevanus Urip Yudhono, MA Maria Siwi Meitanti, SH Pinkan Margaretha Indira, S. Psi Pendiri : Arnold Priadi Bolang, SE Ketua : Romy Jatriatmojo, Mahasiswa 2006 Fak. Psikologi UKSW. Wakil Ketua :Lintong Meinal Sihombing, Mahasiswa 2004 Fak. Teknik Informatika UKSW Sekretaris : Laurensia Nata Dewi, Mahasiswa 2007 Fak. Psikologi UKSW Bendahara : Atriana Pattiwael, S.Pd Bidang I. Pengembangan Kerohanian 1. Agung Susilo, Amd 2. Yumiarti, Mahasiswi 2008 Fak. Pertanian UKSW 3. Ruth, Mahasiswa 2009 Fak. Sains Matematika UKSW 4. Pinkan Rejeki Putri Lengkong, Mahasiswa 2009 Fak. Pertanian UKSW Bidang II. Pengembangan Kesejahteraan 1. Daniel Andi Pakridana, Mahasiswa 2007 Fak. Teknik Informatika UKSW 2. Advertsia Wirawanty, Mahasiswi 2004 Fak. Teknik Informatika UKSW
64
3. Henry Robert Pattikawa, Mahasiswa 2005 Fak. Psikologi UKSW 4. Ferry Sayosky Klaas, Mahasiswa 2008 Fak. Ekonomi UKSW 5. Yustiwati Angubima, Mahasiswi 2008 Fak. Biologi UKSW 6. Jily Gavrila Sompie, Mahasiswa 2008 Fak. Biologi UKSW Bidang III. Pengembangan Pendidikan Akademis. 1. Yohana Septiana Agustin, Mahasiswi 2008 FKIP PGSD UKSW 2. November Rianto Aminu, Mahasiswa 2008 FSM UKSW 3. Dessyanti K. Jacob, Mahasiswi 2008 Fak. Psikologi UKSW 4. Merly Aclin Nuazita Klaas, Mahasiswi 2006 Fak. Psikologi UKSW 5. Voltaire Yosua M.E.Talo, Mahasiswa 2006 Fak. Psikologi UKSW 6. Kharina Helwedery, Mahasiswi 2008 Fak.Psikologi UKSW 7. Sahat Yehosua Pasaribu, Mahasiswa 2006 Fak. Tehnik Elektro UKSW Bidang IV. Bidang Komunikasi dan Informasi. 1. Yonathan Sukma Kurniajaya, Mahasiswa 2006 Fak, Psikologi UKSW 2. Priskila F Goni, Mahasiswa 2009 Fak. Teknik Informatika UKSW 3. Cecilia Meilisa, Mahasiswa 2009 Fak. Teknik Informatika UKSW 4. Michael Victorio, Mahasiswa 2007 Fak. Teknik Informatika
65
Lampiran 2
Data Anak Jalanan LSM Student Community 1. Kauman.
No
Nama
L/P
Umur
1
Ari Dwi Prasetyo
L
18
2
Ananta Tri Hapsari
P
3
Akbar Adi Widguna
4
Pendidikan
Jenis
Agama
Alamat
SMA
Islam
Semarang
Pengamen
17
SMA
Islam
Klaten
Pengamen
L
19
SMA
Kristen
Klaten
Pengamen
Andi Abimanyu
L
20
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
5
Agung Setyo Nugroho
L
19
SMK
Islam
Ungaran
Pengamen
6
Begti Ahmad Hermawan
L
17
SMP
Islam
Boyolali
Pengamen
7
Danang
L
19
SMP
Islam
Kab. Semarang
Pengamen
8
Dwi Rusmanto
L
16
SMP
Kristen
Boyolali
Pengamen
9
Eko Anggito Putro
L
18
SMP
Kristen
Boyolali
Pengamen
10
Eko Susilo
L
20
SMP
Islam
Klaten
Pengamen
11
Eka Adi Nugraha
L
19
SMA
Islam
Tangerang
Pengamen
12
Ferdi Eka Pamungkas
L
17
SMP
Kristen
Ungaran
Pengamen
13
Hengki Putra Perdana
L
19
SMA
Kristen
Bogor
Pengamen
14
Hery Kurniawan
L
15
SMP
Katolik
Tangerang
Pengamen
15
Lia kusumaning tyas
P
18
SMA
Islam
Tangerang
Pengamen
16
Nugroho
L
17
SMP
Islam
Ampel
Pengamen
17
Nur Elida
P
19
SMA
Islam
Solo
Pengamen
18
Nurul Huda
L
20
SMK
Islam
Solo
Pengamen
19
Supriyanto
L
20
SMA
Islam
Boyolali
Pengamen
20
Slamet
L
19
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
21
Sukatmo
L
19
SMK
Islam
Purwokerto
Pengamen
22
Supriyanto
L
18
SMP
Katolik
Purwokerto
Pengamen
23
Sigit Wicaksono
L
17
SMP
Islam
Semarang
Pengamen
24
Siska Putri Pertiwi
P
19
SMK
Kristen
Klaten
Pengamen
25
Susilo
L
18
SMA
Islam
Boyolali
Pengamen
26
Sutrisno
L
19
SMA
Katolik
Semarang
Pengamen
27
Tri Larso
L
16
SMP
Islam
Purwokerto
Pengamen
66
terakhir
Pekerjaan
28
Trigunawan
L
17
SMP
Katolik
Boyolali
Pengamen
29
Wahyu Kusumawati
P
20
SMP
Islam
Semarang
Pengamen
30
Widodo
L
15
SD
Islam
Sragen
Pengamen
31
Yulianto
L
17
SMP
Islam
Solo
Pengamen
2. Pos Tingkir L/P
Umur
Pendidikan
Nama
1
Aditya Setya Nugraha
L
20
SMA
Kristen
Boyolali
Pengamen
2
Anton Prabowo
L
19
SMA
Kristen
Solo
Pengamen
3
Andi Dwiyanto
L
17
SMP
Islam
Ungaran
Pengamen
4
Alya Septi Putri
P
19
SMA
Islam
Semarang
Asongan
5
Asep Hermawan
L
15
SD
Islam
Ampel
Asongan
6
Budi setyo wicaksono
L
17
SMP
Islam
Karang Gede
Pengamen
7
Bagas Adi Cahyanto
L
19
SMP
Islam
Sragen
Pengamen
8
Cahyadi
L
16
SMP
Kristen
Solo
Asongan
9
Catur Agung Wiguno
L
18
SMP
Kristen
Batang
Pengamen
10
Cahya Eka Pratiwi
P
20
SMP
Islam
Kendal
Pengamen
11
Didit Tri Susetyo
L
19
SMA
Islam
Karang Gede
Asongan
12
Dayat Rahmanto
L
17
SMP
Kristen
Jogja
Asongan
13
Dimas Putra Pratama
L
19
SMA
Kristen
Solo
Pengamen
14
David aditya purnama
L
15
SD
Katolik
Jogja
Pengamen
15
Endro Adi Cahyono
L
18
SMA
Islam
Jogja
Pengamen
16
Elya Kumala Padmasari
P
17
SMP
Islam
Kendal
Pengamen
17
Eny tri kusumawati
P
19
SMA
Islam
Kendal
Asongan
18
Hamdan Adi Putra
L
20
SMK
Islam
Sragen
Pengamen
19
Hari Eko Purnomo
L
20
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
20
Hasan Setya Adi Perdana
L
19
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
21
Haryanto
L
19
SMK
Islam
Solo
Pengamen
22
Indro sulistyo
L
18
SMP
Katolik
Batang
Asongan
23
Indah Kusuma Wati
P
17
SMP
Kristen
Sragen
Pengamen
24
Khoirin Nita Ulfia
P
19
SMK
Islam
Ungaran
Pengamen
25
Kuswayanto
L
18
SMA
Islam
Semarang
Pengamen
26
Suyadi
L
19
SMA
Katolik
Batang
Asongan
67
terakhir
Agama
Alamat
Jenis
No
Pekerjaan
27
Tri Susilo
L
20
SMA
Islam
Batang
Pengamen
28
Untung Setyo Permono
L
19
SMA
Katolik
Batang
Pengamen
29
Very Indar Wanto
L
19
SMK
Islam
Semarang
Asongan
30
Wahyu Putra Perdana
L
18
SMP
Islam
Kendal
Pengamen
3. Pasar Raya No
Nama
L/P
Umur
Pendidikan terakhir
Agama
Alamat
Jenis Pekerjaan
1
Bagas Putra Perdana
L
19
SMA
Islam
Boyolali
Pengamen
2
Bangun Adi Kristianto
L
16
SMP
Islam
Boyolali
Pengamen
3
Dwi Handoko
L
18
SMP
Islam
Ungaran
Pengamen
4
Eka Agus Irawan
L
20
SMA
Islam
Kopeng
Pengamen
5
Eko Purnomo
L
19
SMP
Islam
Magelang
Pengamen
6
Elman Tri Saputro
L
17
SMP
Islam
Kedungjati
Pengemis
7
Hendriyanto
L
19
SMA
Islam
Karang Gede
Pengamen
8
Herman Adi Saputro
L
16
SMP
Kristen
Semarang
Pengamen
9
Raditya Eka Putra
L
18
SMA
Kristen
Magelang
Pengamen
10
Rendi Kristianto
L
20
SMP
Islam
Kopeng
Pengemis
11
Triyono
L
19
SMA
Islam
Solo
Pengamen
12
Totok Haryanyo
L
17
SMP
Kristen
Semarang
Pengemis
13
Untung Pamungkas
L
19
SMA
Kristen
Kendal
Pengamen
14
Wahyu Basus Sadewo
L
17
SMP
Katolik
Solo
Pengamen
15
Yudha Saputra
L
19
SMA
Islam
Kendal
Pengamen
Agama
Alamat
4. Pancasila Umur
Pendidikan
Jenis
No
Nama
L/P
1
Pardi
L
18
SMA
Islam
Boyolali
Pengamen
2
Purwanto
L
20
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
3
Rahman Edi Saputra
L
19
SMP
Islam
Karang Gede
Pengamen
4
Unggul Bagus Saputro
L
17
SMP
Islam
Boyolali
Pengamen
5
Wahyudi
L
19
SMA
Islam
Ungaran
Pengamen
68
terakhir
Pekerjaan
5. Pandawa Umur
Pendidikan
Nama
L/P
1
Catur Edi Pernomo
L
18
SMA
Islam
Boyolali
Pengamen
2
Didit Wahyu Wicaksono
L
20
SMA
Islam
Semarang
Pengamen
3
Darwanto
L
19
SMP
Islam
Solo
Pengamen
4
Kurniawan Dwi Cahyanto
L
17
SMP
Islam
Boyolali
Pengamen
69
terakhir
Agama
Alamat
Jenis
No
Pekerjaan
Lampiran 3
PENYEBARAN ANGKET PADA ANAK JALANAN
70
71
KEGIATAN BERSAMA LSM STUDENT COMMUNITY
72
ANGKET NAMA
:
UMUR
:
PEKERJAAN
:
ALAMAT
:
A. PETUNJUK MENJAWAB ANGKET. 1. Isilah identitas anda diatas secara lengkap. 2. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang anda pilih. 3. Isilah angket ini sesuai dengan apa yang anda lakukan sehari-hari, dan kami berjanji akan menjaga kerahasiaan jawaban dan identitas anda. B. DAFTAR PERTANYAAN. I.
Aspek Keberagamaan.
1. Sebagai seorang muslim dari siapakah anda pengetahuan yentang agama islam? a. Dari orang tua. b. Dari guru di sekolah. c. Dari guru mengaji. d. Dari teman. 2. Berapa kalikah anda sholat dalam sehari? a. Setiap waktu ( 5 kali) b. Tiga kali sehari. c. Dua kali sehari d. Tidak pernah sama sekali 3. Pada saat apakah anda menjalankan sholat? a. Setiap waktu sholat tiba. b. Saat jumatan. c. Saat lebaran d. Lagi gak punya uang atau dalam musibah. 4. Pada bulan Ramadhan apakah anda melaksanakan ibadah puasa ? a. Puasa penuh 1 bulan. b. Puasa semampunya.
73
c. Puasa tapi tidak penuh (kadang-kadang). d. Tidak pernah 5. Apakah pada bulan Ramadhan apakah anda melaksanakan shalat tarawih? a. Setiap malam ramadhan. b. Kadang-kadang. c. Melaksanakan karena ada jaburan (snack) d. Tidak pernah 6. Apakah anda tahu huruf hijaiyah dan bisa membaca Al Qur’an? a. Tahu dan bisa membaca. b. Bisa membaca tapi kurang lancar. c. Tahu hurufnya saja. d. Tidak tahu dan tidak bisa. 7. Apakah anda sering membaca al Qur’an ? a. Hampir tiap malam. b. Kadang-kadang. c. Kalau ikut pengajian. d. Tidak pernah sama sekali. 8. Jika kamu melakukan kesalahan atau dosa apa yang kamu lakukan? a.Instropeksi diri dan memohon ampun kepada Allah. b. Instropeksi dan berjanji tidak mengulanginya. c. Biasa saja. d. Biasa saja yang penting senang. 9. Jika kamu sedang dalam masalah apakah yang kamu lakukan? a. Berdoa pada tuhan dan berusaha mencari solusinya. b. Berusaha sendiri. c. Minta bantuan teman untuk menyelesaikanya.. d. Dibuat minum sampai mabuk aja biar lupa. 10. apakah anda bersikap baik kepada sesama teman? a. Pada semua orang. b. Kalau dia baik. c. Hanya pada teman se gank saya.
74
d. Biasa saja.
II.
Aspek Perilaku.
1. Apakah anda pernah menkonsumsi narkoba? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang ingin. c. Kalau sedang berkumpul dengan teman. d. Saya sudah kecanduan 2. Apakah anda pernah dan sering minum-minuman keras? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang ingin. c. Kalau sedang berkumpul dengan teman. d. Setiap hari. 3. Apakah anda pernah melakukan hubungan seks? a. Tidak pernah b. Kalau sama pacar. c. Kalau ada teman ngajak. d. Setiap ada kesempatan. 4. Apakah anda pernah mencuri? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya. c. Kalau ada kesempatan. d. Sering 5. Apakah anda pernah mencopet? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya. c. Kalau ada kesempatan. d. Sering. 6. Apakah anda pernah melakukan pemalakan? a. Tidak pernah.
75
b. Kalau sedang kepepet saya melakukanya. c. Kalau ada kesempatan. d. Sering.
7. Apa anda pernah terlibat perkelahian atau tawuran? a. Tidak pernah. b. Jika ada yang nantangin. c. Jika diajak teman. d. Sering. 8. Pernahkah anda mengganggu orang yang lewat atau berada disekitar anda? a. Tidak pernah. b. Ya, kalau sedang tidak ada pekerjaan. c. Kalau diajak teman. d. Serin 9. Pernahkah anda berkata kasar pada orang lain? a. Tidak pernah. b. Kalau sedang emosi. c. Kalau dia kasar d. Sering. 10. Apa anda menghindar ketika keluarga datang menemui anda dan meminta anda pulang? a. Biasa saja. b. Langsung pergi menghindar. c. Memarahi mereka. d. marah dan langsung mengusir mereka.
76